Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba(Studi pada Desa Huta Bolon, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir , Sumatera Utara) Chapter III V
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1
Gambaran Umum Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir merupakan Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten
Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003,
tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi
Sumatera Utara, yang diresmikan tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia sekaligus ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Samosir sesuai
dengan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005.
Secara geografis Kabupaten Samosir terletak di antara 2021’38’’- 2049’48’’
Lintang Utara dan 98024’00’’-99001’48’’ Bujur Timur dengan ketinggian antara 904 2.157 meter di atas pemukaan laut. Luas wilayahnya ± 2.069,05 km2, terdiri dari luas
daratan ± 1.444,25 km2 (69,80 persen), yaitu seluruh Pulau Samosir yang dikelilingi
oleh Danau Toba dan sebahagian wilayah daratan Pulau Sumatera, dan luas wilayah
danau ± 624,80 km2 (30,20 persen).
Kabupaten Samosir beriklim tropis basah dengan suhu 17ºC - 29ºC dan
kelembaban rata-rata 85,04%. Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi,
dengan topografi/kontur tanah yang beraneka ragam yaitu : Datar (± 10%), Landai (±
20%), Miring (± 55%) dan Terjal (± 15%). Struktur tanahnya labil dan berada pada
wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Komposisi tanah didominasi tanah diatomea, tufa
toba, pasir bercampur tanah liat dan kapur.
Universitas Sumatera Utara
Adapun batas-batas Kabupaten Samosir adalah
a. Sebelah Utara
: Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun
b. Sebelah Selatan :Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang
Hasundutan
c. Sebelah Barat
: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
d. Sebelah Timur
: Kabupaten Toba Samosir.
Secara administratif Kabupaten Samosir terdiri dari 9 Kecamatan. Luas
wilayah per Kecamatan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini.
Tabel 3.1
Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Jumlah Desa, Kelurahan
Nama Kecamatan Jumlah
Luas Wilayah
Kelurahan
Administrasi
Terbangun
/Desa
(Ha)
(%) thd (Ha)
total
Sianjur Mula-mula 12
14.024
9,7%
1.402
Harian
13
56.045
38,81%
5.605
Sitio-tio
8
5.076
3,51%
508
Onanrunggu
12
6.089
4,21%
609
Nainggolan`
13
8.786
6,08%
879
Palipi
17
12.955
8,97%
1.296
Ronggurnihuta
8
9.487
6,56%
494
Pangururan
28
12.143
8,40%
1.214
Simanindo
21
19.820
13,72%
1.982
Jumlah
128
1444.25
100%
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Samosir terdiri dari
9 kecamatan. Kecamatan Pangururan merupakan Ibukota dari Kabupaten Samosir
dengan jumlah desa yang paling banyak yaitu sebnayak 28. Namun Kecamatan yang
paling luas adalah Kecamatan Simanindo dengan jumlah desa sebanyak 21.Sedangkan
Kecamatan yang paling kecil yaitu Kecamatan Sitio-tio.
3.2
Gambaran Umum Desa Hutabolon
3.2.1
Letak Geografi
Luas wilayah Desa Hutabolon adalah sekitar 3.900.003 Km2 atau 3900,0,03 Ha
dimana 60% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 40% daratan
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi,
persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat.
Desa Hutabolon adalah salah satu Desa di Kecamatan Pangururan yang
didirikan pada tahun 1986, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara
: Desa Situngkir Kecamatan Pangururan
b. Sebelah Timur : Desa Parbaba Dolok Kecamatan Pangururan
c. Sebelah Selatan : Desa Siopat-sosor Kecamatan Pangururan
d. Sebelah Barat
: batas Danau toba
Tabel 3.2
Luas Wilayah Desa Hutabolon per Dusun
Luas Wil.
% Luas
Dusun Jumlah Huta
(Km²)
No.
1
I
12
2.600.002
70%
2
II
14
1.300.001
30%
26
3.9000.003
100 %
Jumlah
Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Dusun I lebih luas dari Dusun II,
tetapi Dusun II lebih banyak Hutanya dibanding di Dusun I.
3.2.2
Sejarah Desa
Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor: 2 Tahun
2011 Tentang pembentukan desa, Desa Hutabolon resmi menjadi salah satu Desa di
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Desa Hutabolon sebelumnya merupakan
Kumpulan dari beberapa dusun,dengan dimana luas dan batas-batas wilayah dusun ini
dibagi menjadi 2 dusun seperti yang sekarang ini. Jika ditelusuri jauh kebelakang, maka
riwayat Desa Hutabolon sangat jelas, karena selama puluhan tahun Hutabolon sudah
merupakan satu desa tersendiri. Latar belakang Desa Hutabolon tidak jauh berbeda
dengan desa-desa lainnya di Kabupaten Samosir. Nama Desa Hutabolon sudah dikenal
jauh sebelumnya, bahkan ketika istilah desa belum jamak dikenal, karena pada saat itu
dikenal dengan istilah kampung, pada saat itu Hutabolon sudah merupakan kampung
tersendiri dan dipimpin oleh seorang Kepala kampung. Bahkan jika ditelusuri lagi jauh
kebelakang, Hutabolon merupakan nama sebuah “bius”. Bius adalah wilayah
pemerintahan menurut adat batak, dimana menurut catatan sejarah Pada tahun 1908
Belanda sudah mengakui keberadaan Bius Hutabolon yang dikenal dengan nama Bius
SIOPAT HAE HORBO yang dipimpin oleh marga Sihaloho oleh marga Sihaloho
Sinaborno,S ihaloho Sinapuran,Sihaloho Sinapitu yang pada masa penjajahan belanda
sekaligus ditetapkan sebagai Ketua Pengadilan Bius dan digelari Tuan (OP.BABA
RAJA). Terakhir kepemimpinan di Hutabolon dipegang oleh Kepala Kampung Marga
Sihaloho sampai sekarang. Setelah berakhirnya masa penjajahan belanda tahun 1945
kepemimpinan pemerintahan desa mengalami perubahan kembali yang dikenal dengan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan Desa, Hutabolon diakui sebagai sebuah desa dengan nama Desa
Hutabolon yang berturut-turut dipimpin oleh Kepala Desa yakni :
Tabel 3.3
Nama Kepala Desa dan Lama Jabatan
NO Nama
Masa Jabatan
1.
Janapir Sihaloho
1953-1960
2.
Menak Sihaloho
1961-1968
3.
Wakkil Sihaloho
1969-1976
4.
Urung Dolok Sihaloho
1977-1984
5.
Batu Sihaloho
1985-1992
6.
Wisker Sihaloho
1993-2001
7.
Jabarani Sihaloho
2001-2007
8.
Wisker Sihaloho
2007-2013
9.
Belly Boy King Sihaloho
2014-2019
Sumber RPJMDes Hutabolon 2014
Berdasarkan dari sejarah desa yang di ketahui bahwa desa Hutabolon dipimpin
oleh Marga Sihaloho. Pada tabel diatas tercantum bahwa Kepala Desa mulai dari tahun
1953-2019 nanti dipimpin oleh marga Sihaloho.
3.2.3
Keadaan Sosial
Keadaan sosial masyarakat Desa Hutabolon cukup baik, keadaan ini juga
didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen, hampir semua masyarakat
Desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama Kristen Protestan dan
Katolik. Sehingga hampir tidak pernah terjadi gesekan sosial skala besar kecuali konflik
individu skala kecil. Disamping itu secara kultural Penduduk Desa Hutabolon masih
berasal dari satu Klan Keturunan Marga Sihaloho ditambah dengan Marga-Marga lain
yang juga masih sanak saudaranya.
Universitas Sumatera Utara
1. Agama
Penduduk Desa Hutabolon seluruhnya menganut agama nasrani yang terbagi
kedalam Agama Protestan dengan dua aliran yakni HKBP dan Pentakosta, dan
Agama Katolik. Tetapi di Desa Hutabolon belum ada tempat ibadah sebagian
penduduk masih beribadah ke Desa Siopat-sosor,sebagian beribadah di Desa.
Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar agama di Desa ini.
Tabel 3.4
Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Agama
No
Agama
Pria
Wanita
Jumlah
1
Protestan
244
220
464
2
Katolik
15
20
35
3
Kharismatik
5
4
9
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa penduduk desa Hutabolon
menganut 2 agama saja yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Penduduk desa
Hutabolon lebih banyak menganut agama Krsiten Protestan dibanding Katolik.
2. Sosial Politik
Dari sisi sosial politik, Desa Hutabolon juga sangat kondusif terbukti dari
beberapa kali pelaksanaan Pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif maupun
eksekutif dan terutama Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi masyarakat sangat
tinggi. Salah satu bukti yang paling akhir adalah pemilihan Kepala Desa
Hutabolon yang dilaksanakaan pada bulan November 2013 berjalan dengan
lancar, kondusif dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Tidak ditemukan
adanya perpecahan di kalangan masyarakat, dan seluruh aspirasi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
tetap terakomodir dengan baik.
3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Hutabolon tetap terjaga
dengan baik, hampir tidak ada peristiwa kriminal di desa ini selama beberapa
tahun terkahir. Tetapi persoalan yang perlu mendapat perhatian dari
Pemerintah baik Pemerintah Desa maupun jajaran pemerintah diatasnya adalah
masalah sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap berpotensi
menjadi masalah yang relatif besar di masa yang akan datang.
4. Sosial Ekonomi
Dari sisi ekonomi, Desa Hutabolon memiliki potensi yang sangat besar
dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan
tidur yang cukup subur di khususnya di Dusun I,II, lahan ini sangat potensial
dikembangkan menjadi areal pertanian khususnya tanaman pangan dan
palawija, palawija sayur dan buah, serta tanaman kopi yang sudah terbukti
dapat tumbuh dan produktif. Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa
dikembangkan untuk peternakan, khususnya peternakan besar seperti Babi,
Kerbau, Kuda dan Kambing. Selain areal yang disebutkan diatas,
sesungguhnya Desa Hutabolon memang dihuni penduduk bermata pencaharian
petani lebih dari 95 persen, namun pertanian yang dikembangakan selama ini
masih pertanian tradisional seperti padi, kopi, bawang, cabai, cengkeh, dan
lain-lain. Dibutuhkan sebuah pembaharuan dibidang pertanian
untuk
meningkatkan produksi pertanian yang telah ada khususnya untuk menyikapi
lahan pertanian yang relatif kurang subur khususnya di Dusun I dan II,
Universitas Sumatera Utara
keterbatasan lahan dan teknologi pertanian yang ramah lingkungan mutlak
diperlukan.Selain bertani sebagai matapencaharian pokok, beberapa penduduk
juga aktif berdagang sebagai usaha sampingan, serta ada segelintir yang
berpropesi sebagai pegawai negeri sipil.
Tabel 3.5
Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan
Pria
Wanita
Jumlah
1
Petani
63
67
130
2
Pedagang
8
5
13
3
PNS
5
5
10
4
Lainnya
Sumber RPJMDes Hutabolon tahun2014
Dari tabel, dapat disimpulkan bahwa penduduk mayoritas bekerja sebagai
petani.
5. Sosial Budaya
Dari sisi sosial budaya, Desa Hutabolon sudah sejak lama dikenal sebagai
sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini, Desa Hutabolon
identik dengan Adat-adat yang berlaku dari nenek moyang sampai sekarang
ini. Dalam kehidupan sehari-hari adat (batak) sangat dominan dan sudah tertata
dengan baik oleh para tetua-tetua di desa Hutabolon. Beberapa hal yang belum
tercipta adalah kelompok-kelompok seni budaya, hal ini tentunya menjadi
tugas pemerintah desa kedepan untuk menciptakan kelompok seni untuk
mengangkat citra Desa Hutabolon sekaligus menjadi sarana pembinaan kaum
muda dan kepariwisataan.
Universitas Sumatera Utara
6. Kesehatan
Desa Hutabolon memiliki 2 sarana kesehatan desa yakni Pustu di dusun II dan
masing-masing dilayani oleh 1 orang bidan desa dan 1 orang Mentari. Dari sisi
jumlah penduduk, sesungguhnya keberadaan 2 sarana kesehatan ini belum
memadai untuk Desa Hutabolon, tetapi dari sisi sebaran wilayah sebagian
wilayah di desa ini masih sulit mengakses sarana kesehatan ini karena jarak
dari Dusun I masih membentang jauh kira-kira 2,5 km.
Tabel 3.6
Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011
Sarana Kesehatan
Dusun
Dusun
I
II
RSU
PUSKESMAS
PUSTU
POSYANDU
1
POS KESDES
APOTIK
TOKO OBAT
DOKTER PRAKTEK
1
Sumber RPJMDes Hutabolon 2014
7. Pendidikan
Dari sisi pendidikan Desa Hutabolon memiliki 1 Unit Sekolah Dasar Negeri
yakni di Dusun I. Secara umum penduduk desa Hutabolon menjunjung tinggi
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar
bersekolah bahkan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, tetapi beberapa
orang tidak melanjut ke janjang yang lebih tinggi karena kerterbatasan
ekonomi dan faktor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7
Sarana Prasarana Sekolah di desa Hutabolon Kec.Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2010/2011
S
u
NO
m
Sekolah
Jumlah
Gedung/Sekolah
Jumlah Guru
Jumlah Siswa
Apk / Apm
-
b
1
e
SD/ MI
1
10
150
r2
SLTP/
MTs
1
31
240
SLTA
-
-
PAUD
1
2
3
:
4
-
30
Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa
Dari tabel bisa dikatakan bahwa fasilitas pendidikan yang ada yaitu PAUD,
SD, dan SLTP.
Jadi bisa dikatakan hampir seluruhnya warga Desa Hutabolon
bersekolah di Sekolah Negri yang ada di wilayah Desa Hutabolon walaupun ada juga
yang bersekolah di Desa Siopat-sosor (Desa tetangga) ataupun di Kecamatan Karena
untuk sekolah menengah keatas belum ada fasilitas sekolahnya di Desa Hutabolon.
3.2.4
Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat Hutabolon sesungguhnya masih jauh dari
sejahtera, sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa ini atau penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pertanian merupakan sektor ekonomi utama
yang menopang kehidupan hampir seluruh masyarakat Desa Hutabolon kecuali
beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS Guru di 1 Sekolah Dasar yang ada di
Hutabolon. Pertanian yang digeluti hampir seluruhnya masih bersifat tradisional,
sehingga sekalipun luas lahan terbatas, tidak seluruhnya bisa diusahai oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Masih terdapat lahan tidur yang cukup luas di Desa ini, persoalan utama tanah-tanah
yang tidak diusahai ini adalah keterbatasan tehnologi dan pemilikan lahan belum jelas,
karena sebagian besar dimiliki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu
keturunan, yang kerap menimbulkan persoalan untuk dikelola.
1.
Pertanian
Pertanian di Desa Hutabolon secara umum dinyatakan sebagai lahan kering.
Pertanian lahan kering terdapat di Dusun I dan Dusun II, Pertanian lahan kering lahan
kering yang sudah diusahai selama berpuluh tahun.lahan kering mampu memproduksi
sayur mayor,tomat,jagung dll dengan kualitas yang sederhana. Persoalan umum yang
dihadapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan ketergantungan terhadap pupuk kimia
semakin besar.
Pertanian lahan kering terdapat di dua dusun, dan masih terdapat potensi yang
sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini khusunya tanaman
palawija dan holtikultura khususnya holtikultura buah dan sayur. Selain itu tanaman
keras seperti kopi jenis robusta dan arabika juga tumbuh subur, ateng atau yang akrab
disebut “kopi sigarar utang”. Tanaman perkebunan lainnya adalah Cengkeh dan
Kakao. Dll
2.
Peternakan
Selain pertanian, sekarang ini penduduk desa sebagian besar sudah beternak
secara tradisional. Hewan ternak yang diusahai penduduk secara umum beternak Babi.
Kegiatan beternak biasanya masih bersifat tradisional dan merupakan usaha
ketergantungan. Karena produksi ternak sudah biasa kepasar untuk di jual sebagai
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidup. Dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara, Desa
Hutabolon menyimpan potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun I,II, kedepan
diharapkan daerah ini dapat dikembangkan menjadi sentra ternak di Kabupaten
Samosir.
3.
Perikanan
Desa Hutabolon juga menyimpan potensi perikanan, khususnya perikanan
darat. Perikanan ini dalam bentuk kolam darat, embung dan rawa-rawa yang terdapat di
Dusun I.
Berdasarkan keadaan ekonomi yang ada, masyrakat di desa Hutabolon,
Pertanian menjadi sumber utama dalam menopang hidup.
3.2.5
Potensi Desa Hutabolon
Telah dilakukan pendataan potensi desa dari setiap dusun yang dilakukan oleh
aparat pemerintah desa bersama fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan dalam Proses
Mengagas Masa Depan Desa (MMDD), sehingga secara garis besar disimpulkan
beberapa potensi yang ada di Desa Hutabolon antara lain:
1. Potensi Sumber Daya Manusia yang cukup besar;
2. Potensi tanah laha kering yang cocok untuk dikembangkan tanaman pertanian
dan perkebunan seperti holtikultura sayur dan buah, kopi dan aneka tanaman
keras.
3. Potensi untuk pengembangan peternakan khususnya ternak kambing, kerbau
dan sapi serta peternakan kecil seperti babi dan unggas.
4. Potensi untuk pengembangan industri rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Lebih spesifik potensi ini dapat diklasifikasikan kedalam beberapa urusan
pembangunan adalah sebagai berikut:
NO.
Bidang
Tabel 3.8
Potensi Urusan Wajib
Potensi
1.
Pendidikan
1. Ada Gedung Sekolah Dasar (SD)
2. Adanya guru , SD
3. Adanya siswa dan calon siswa untuk SD dan
SMP
2.
Kesehatan
3.
Sarana dan
1. Adanya Poskesdes
2. Adanya Bidan Desa
1. Adanya Jalan Umum yang menghubungkan desa
dengan jalan Kabupaten.
2. Adanya Jalan Desa penghubung antar Dusun
3. Adanya Jalan Lingkungan
4. Adanya Jaringan Listrik PLN
Prasana
4.
Sosial Budaya
1. Adanya kegiatan Karang Taruna
2. Adanya kegiatan ibu-ibu PKK
5.
Pemerintahan
1. Struktur Aparat Pemerintah Desa lengkap
2. Struktur BPD Lengkap
3. Ketua BPD berpendidikan SMA
Sumber RPJMDes Hutabolon tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat dalam potensi urusan wajib terdapat 5
bidang yaitu Pendidikan, Kesehatam, Sarana dan Prasarana, Sosial buday dan
Pemerintahan. Dapat kita lihat bahwa Potensi yang ada perlu ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
NO
Tabel 3.9
Potensi Urusan Pilihan
Potensi
Bidang
1.
Pertanian
2.
Pariwisata
Adanya Lahan Kebun Kopi
Adanya Lahan Kebun Cengkeh
Adanya Lahan yang sangat cocok
untuk Palawija dan Holtikultura
1. Adanya Sumur Mata Air
1.
2.
3.
Lokasi
Semua Dusun
Dusun II
Berdasarkan tabel diatas potensi urusan pilihan yang dikembangkan oleh desa
Hutabolon yaitu Pertanian dan Pariwisata. Dalam bidang Pariwisata, Pantai Pasir Putih
Parbaba belum dimasukkan sebagai potensi urusan pilhan.
3.2.6
KONDISI PEMERINTAH DESA
3.2.6.1 Pembagian Wilayah Desa
Pembagian wilayah Desa Hutabolon dibagi menjadi 2(DUA) dusun yang
dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan Desa.
Masing- masing dusun
tidak ada
pembagian
wilayah
secara
administrasi
pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang dikenal
dengan ”huta”, ataupun ”Lumban”, masing-masing kampung ini memiliki nama sendiri
yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya. Selama puluhan atau
ratusan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada masalah, kecuali
persoalan keadministrasian karena belum dikenal penamaan jalan dan penomoran
rumah warga. Kedepan diperlukan sebuah kajian khusus untuk formalisasi nama
Universitas Sumatera Utara
kampung yang barangkali harus disertai kajian akademis sehingga tidak merusak kultur
masyarakat lokal.
Tabel 3.10
Nama Kampung di Desa Hutabolon
NAMA KAMPUNG
DUSUN
Dusun I Hutabolon
1. Lumban Tiga, Aeklan
2. Sosor Ganda
3. Lumban Tamba
4. Lumban Nahot
5. Saitnihuta
6. Sinaborno
7. Sibuntuon
8. Sinabariba
9. Lumban Sihaloho Toru
10. Lumban Sihaloho Uruk,Lumban Sipayung
Dusun II Hutabolon
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lumban Sipakkar I,Lumban Sipakkar II
Lumban Parmonangan,Lumban Pasir II
Simanampang
Lumban Tonga-tonga,Kompleks SD,SMP
Lumban Simanihuruk
Lumban Kobun
Lumban Sinapitu
Lumban Pasir I
Lumban Sinabang
Sibulu Goti
Sosor Bona-bona
Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa Desa Hutabolon memiliki 2 Dusun,
Dusun I terdiri dari 10 kampung dan Dusun II terdiri dari 11 kampung.
3.2.6.2 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)
Struktur Organisasi Desa Hutabolon Kecamatan Pangururan menganut Sistem
Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan
dalam gambar sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 3.1
Perangkat Desa Hutabolon
KADES
Belly Boyking
Sihaloho
SEKDES
Dolly Ferduwan
Sihaloho
KAUR
PEMERINTAHAN
Mulaster Sihaloho
KAUR
PEMASYARAKATAN
Mangapul Sihaloho
KAUR
PEMBANGUNAN
Allen Sihaloho
KADUS I
KADUS II
Saut Maruba Malau
Walman Sihaloho
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
4.1
Pembangunan Pariwisata Samosir
Kabupaten Samosir mempunyai potensi yang cukup baik dalam bidang
pariwisata dan menjadi komoditas unggulan dan strategis di Kabupaten Samosir.
Keunggulan keindahan panorama alam yang sangat memikat serta bidang seni budaya
dimana samosir sebagai daerah asal muasal Bangso Batak, keunggulan lain yang tidak
dimiliki destinasi wisata lainnya adalah sejarah bumi dan terutama proses pembentukan
Pulau Samosir dan Danau Toba. Disamping itu sektor pariwisata adalah sektor yang
mempunyai efek keterkaitan yang kuat terhadap kegiatan ekonomi lainnya. Sektor
kepariwisataan yang bersifat multisektor akan mendorong komoditas-komoditas yang
dikelala masyarakat akan berkembang. komoditas-komoditas lainnya berkembang,
seperti jasa perhotelan, restoran/rumah makan, biro perjalanan, agen periklanan dan
berbagai sektor informal di masyarakat. Kabupaten Samosir memiliki tagline yang
mengatakan bahwa Samosir adalah “Negeri Indah Kepingan Surga” yang dimaknai
bahwa Samosir memiliki keindahan yang istimewa sehingga dikatakan layaknya
kepingan surga seperti keindahan alam, keunikan budaya dan keramahtamahan
masyarakat setempat. Hal itu dilakukan untuk mendukung visi Kabupaten Samosir
terwujudnya masyarakat samosir yang sejahtera, mandiri dan berdaya saing berbasis
pariwisata dan pertanian
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa gambaran objek wisata di Kabupaten Samosir
1.
Objek wisata Tirta
Objek wisata tirta mencakup Pantai Pasir Putih, Pantai Indah Situngkir, Pantai
Batu Hoda, Pantai Sibolazi, Pantai Lagundi, Pantai Lumban Manik dan Pantai
Bebas Sukkean. Pantai Pasir Parbaba merupakan objek wisata tirta unggulan
bahwa kawasan ini sangat diminati wisatawan dan pada saat hari libur akan
overloadwisatawan, trend retribusi yang selalu meningkat tiap tahunnya, dan
berkembangnya ekonomi kerakyatan di kawasan tersebut. Objek wisata tirta
lainnnya masih belum berkembang dan pada umumnya masih menawarkan
daya tarik dan aktivitas wisata yang sama.
2. Objek Wisata Budaya
Objek wisata budaya mencakup Makam Raja Sidabutar, Sigale-gale yang
menyatu dengan Pusat Souvenir Tomok, Batu Persidangan, Huta Bolon, Sipitu
Dai, Batu Sawan Sianjur Mula-Mula. Holy Mountain (puncak gunung pusuk
Buhit) dan Aek Sitapigagan (Permandian Bidadari) termasuk objek wisata
yang diminati pengunjung. Kondisi objek wisata tersebut sebagian masih ada
kesan kumuh, kurang bersih, minim sarana dan prasarana, belum tertata,
sebagian telah rusak/lapuk, interpretasi budaya belum baik. Batu persidangan,
Sipitu Dai, batu Sawan, Huta Bolon dan Sigalle-Gale merupakan objek wisata
unggulan yang sering mendapat
kunjungan dan trend retribusi selalu
meningkat dan sebagian objek wista tersebut telah memicu usaha kecil yang
dikelola masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Objek wisata Alam
Objek wisata alam mencakup Menara Pandang Tele, Sampuran Efrata,
Nasogop, Hot Spring dan Geopark termasuk juga kawasan wisata yang
diminati pengunjung. Kondisi objek wisata masih membutuhkan penataan,
perbaikan dan penambahan sarana dan prasrana, masih membutuhkan atraksi
dan aktivitas yang dapat dilakukan oleh wistawan. Menara Pandang Tele dan
Hot Sping merupakan objek wisata alam unggulan yang banyak diminati
pengunjung, tren retribusi selalu meningkat.
Selain daya tarik di atas, masih banyak daya tarik wisata yang potensial yang
belum dikembangkan yang perlu dilakukan perintisan, dan terdapat juga
Taman Pintar Pariwisata, Kebun Raya Samosir dan Hutan Flora Anggrek ynag
belum juga berkembang dan dikelola dengan baik oleh instansi terkait.
4. Desa Wisata
Jumlah desa wisata yang mendapat pembinaan ada sebanyak 20 pengelola desa
wisata dan sebagian besar wisata yang masih belum berkembang dan belum
dikelola dengan baik.
4.2
Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba
Pantai Pasir Putih terletak di Desa Huta Bolon Parbaba Kecamatan Pangururan
dengan jarak tempuh ± 10 Km dari pusat kota Pangururan. Pantai ini juga memiliki
pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan pusuk buhit dan bukit –
bukit di Pulau Sumatera.
Pinggiran pantai Danau Toba dengan sejuta pesona.
Menikmati hembusan semilir angin dan bersihnya air Danau Toba dari pinggiran
pantainya. Bahkan berenang bisa dilakukan ratusan meter dari pinggiran pantainya
Universitas Sumatera Utara
tanpa takut tenggelam karena masih dangkal, sedangkan panjang pinggiran Pantai
Parbaba ± 500 meter dengan hamparan pasir putihnya.
Pantai Pasir Putih ini diresmikan menjadi sebuah objek wisata pada tahun
2006 oleh Prof.Dr.Ir Johar Arifin Husin sebagai Deputi Pemberdayaan Olah Raga, pada
tanggal, 18 Mei 2006. Pantai pasir putih parbaba sebelumnya adalah hanya sebuah
pantai berpasir putih yang digunakan penduduk sebagai sarana mencuci pakaian,
mengambil air minum, menangkap ikan bahkan sempat bercocok tanam bawang. Kini
menjadi menjadi salah satu daerah tujuan wisata paling banyak di kunjungi di Pulau
Samosir setelah daerah tujuan wisata Tomok. Keunikan pantai ini banyak mengundang
perhatian dan decak kagum para wisatawan dari berbagai daerah ketika mengunjunginya.
Pantai ini merupakan salah satu destinasi unggulan Kabupaten Samosir dan
penghasil Pendapatan Asli Daerah Terbesar Kedua dibidang Pariwisata. Pantai Pasir
Putih Parbaba letak geografisnya sangat strategis. Kawasan ini dapat ditempuh sekitar 1
Jam dari Tomok dengan biaya Rp.15.000,00. Sedangkan biaya penyebrangan dari
Ajibata-Tomok hanya Rp.8.000,00. Selama di perjalanan, panorama alam perairan
Danau Toba dan perbukitan hijau akan memanjakan mata serta suasana khas Budaya
Batak yang dapat dirasakan.
Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan untuk menikmati Pantai
Pasir Putih adalah Duduk santai sambil menikmati indahnya Danau Toba, Permaianan
Air seperti Banana Boat, Ufo Boat, Donat Boat, Mebel Boat Tour Boat, Sepeda air,
Cano-cano. Bukan hanya itu saja di Pantai Pasir Putih Parbaba pada saat tertentu juga
terlihat beberapa tenda milik para pecinta alam yang berjejer di sekitar pasir putihnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1
Pantai Pasir Putih Parbaba
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Bulan
Wisatawan Mancanegara
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Januari
Pebruari
Maret
1.829
1.691
1.053
774
2.795
1.535
1.328
1.468
2.050
1.819
1.955
2.574
1.217
319
1.443
2.719
1.728
1.804
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
2.075
2.388
2.462
1.906
1.882
1.567
1.643
1.354
3.081
1.928
2.044
3.315
2.231
1.926
2.249
1.947
2.685
1.866
2.053
1.933
1.924
1.801
2.782
1.755
1.963
2.318
5.325
4.623
8.787
2.867
September
2.113
2.197
1.849
2.115
5.718
880
Oktober
1.662
1.902
2.807
2.112
2.571
605
Nopember
931
1.888
1.761
2.031
4.521
1.305
Desember
921
2.068
2.269
2.572
4.799
1287
Jumlah
20.913
22.732
25.297
25.662
30.813
34.248
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari Tabel di atas dapat kita lihat bahwa Jumlah Kunjungan Wisatwan
Mancanegara dari tahun 2010-2015 mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada
tahun 2010 jumlah Wisatwan Mancanegara 20.913, pada tahun 2015 sebanyak 34.248,
mengalami peningkatan sekitar 13.335 kunjungan wisatwan mancanegara selama 5
tahun. Dari daftar kunjungan Wisatawan Mancanegara dapat disimpulkan bahwan objek
wisata di Kabupaten Samosir sangat menarik karena wisatawan Mancanegara sudah
berdatangan ke Indonesia khususnya di Kabupaten Samosir sehingga akan
menghasilkan Devisa bagi Negara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2
Bulan
Wisatawan Nusantara
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Januari
12.690
7.808
14.917
12.717
18.215
10.417
Pebruari
5.028
5.441
5.498
6.431
3.470
5.592
Maret
3.130
6.338
5.640
5.893
6.933
6.938
April
6.173
9.308
7.480
7.308
8.994
8.271
Mei
9.125
11.895
9.580
8.382
13.391
9.179
Juni
6.501
9.065
10.491
11.487
10.155
8.142
Juli
7.466
6.456
7.234
12.519
20.110
22.682
Agustus
5.938
7.533
19.891
23.049
11.832
10.681
September
20.376
19.940
7.096
6.045
9.704
7.190
Oktober
4.864
7.780
8.049
8.439
9.877
6.229
Nopember
3.965
6.460
7.116
7.180
9.925
11.612
Desember
9.373
11.873
16.538
14.667
27.417
34.282
J umlah
94.629
109.897 119.530
124.117 150.023
141.215
Jumlah Kunjungan Wisatwan Nusantara
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa dari tahun 2010-2014 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 sebanyak 94.629 kunjungan Wisatwan Nusantara dan
pada tahun 2014 sebanyak 150.023 kunjungan wisatawan Nusantara, dapat kita
simpulkan menningkat sebanyak 55.394 kunjungan Wisatwan Nusantara. Tetapi dari
Tahun 2014-2015 mengalami penurunan sebanyak 8.808 kunjungan Wisatwan
Nusantara.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan
Nusantara ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya
adalah Pantai Pasir Putih Parbaba.
Tabel 4.3
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantra Tahun 2016
Bulan
Nama Objek
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
910
1.537
1.529
1.800
2.558
860
4.414
1.907
890
1.950
1.538
19.893
870
744
495
399
876
450
1.714
699
420
782
712
8.161
155
155
100
150
216
100
257
60
196
112
204
1.705
1.750
500
500
450
425
500
1.250
1.300
928
1.215
857
6.675
1.250
280
210
380
385
800
2.700
500
390
450
425
6.505
550
280
400
455
900
650
2.600
625
620
755
560
8.395
125
76
80
185
147
182
189
115
178
120
131
1.528
Batu Sawan
250
225
255
250
225
295
325
425
289
282
228
2.250
Aek Sipitu Dai
100
115
165
125
147
225
301
125
212
148
152
3.049
0
0
0
0
0
0
250
42
55
62
409
5.960
3.912
3.734
4.194
4.079
4.062
14.000
4.165
5.869
4.869
Kawasan Wisata
Tomok
Batu Persidangan
Siallagan
Museum
Hutabolon
Simanindo
Pantai Pasir Putih
Parbaba
Aek Rangat
Pangururan
Menara Pandang
Tele
Perkampungan
Sigullati & Ruma
Si Raja Batak
Pantai Indah
Situngkir
Jumlah
5.756
Jumlah
58.570
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatawan Nusantara berkunjung ke
objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember 2016)
sebanyak 58.570 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Nusantara yang
berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 6.675 orang. Dari 10 objek wisata diatas,
Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara
ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya adalah Pantai Pasir
Putih Parbaba.
Tabel 4.4
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2016
Bulan
Jumlah
Nama Objek
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
59
62
45
75
92
1.000
2500
77
760
730
784
6.184
278
537
336
442
903
260
1750
650
680
698
460
6.994
145
537
32
35
66
75
150
300
325
347
312
2.324
500
250
325
164
375
400
772
469
318
329
338
4.240
500
70
90
150
2500
500
1535
315
380
317
327
6.684
Menara Pandang Tele
500
250
298
350
501
550
1019
175
198
192
184
4.217
Perkampungan
Sigullati & Ruma Si
Raja Batak
75
50
102
50
100
100
100
115
126
137
157
1.112
Batu Sawan
90
100
100
110
175
150
150
75
87
62
76
1.175
Aek Sipitu Dai
125
110
135
100
103
125
100
100
98
81
86
1.163
0
0
0
0
0
0
20
22
25
46
145
2.272
1.966
1.463
1.476
4.815
3.160
8.096
2.994
2.918
2.770
Kawasan Wisata
Tomok
Batu Persidangan
Siallagan
Museum Hutabolon
Simanindo
Pantai Pasir Putih
Parbaba
Aek Rangat
Pangururan
Pantai Indah Situngkir
Jumlah
32
2.276
34.206
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatwan Mancanegara berkunjung
ke objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember
2016) sebanyak 34.206 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Mancanegara yang
berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 4.240 orang. Dari 10 objek wisata diatas,
Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung.
Dari
daftar
Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara dapat kita ketahui
bahwa lebih besar jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Pantai
Pasir Putih Parbaba.
Meningkatnya jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatwan
Mancanegara tentunya tidak lepas dari upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dan partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir. Walaupun
pembangunan yang terjadi di Kabupaten Samosir masih buruk seperti kondisi jalan
lintas antar daerah, tidak tersedianya akomodasi dibeberapa daerah, kurang tersedianya
angkutan umum, tidak tersedianya fasilitas umum pada daerah tertentu dan tidak
baiknya pelayanan tidak baiknya pelayanan yang diberikan di beberapa akomodasi yang
tersedia.
4.3
Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata
Dalam pembangunan kepariwisataan partisipasi masyarakat adalah bagian
terpenting dalam perkembangan destinasi wisata, sebab sebagai salah satu faktor
penentu serta sekaligus indikator keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan.
Pengembangan kepariwisataan disuatu daerah memerlukan perencanaan pembangunan
yang melibatkan masyarakat sebagai salah satu komponen terpenting dalam proses
perencanaan.
Keterangan tentang pariwisata berbasis masyarakat, peneliti melakukan
wawancara terhadap Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir,
Bapak Ombang Siboro dan Ibu Shanty Harianja Kepala Bidang kerjasama dan
Kemitraan Pariwisata. Terkait pariwisata berbasis masyrakat dapat diinformasikan
bahwa dalam pariwisata pelaku utamanya adalah masyarakat dan kegiatan
kepariwisataan harus meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari informasi ini dapat
diketahui bahwa Pantai Pasir Putih memang tumbuh dan berkembangnya dengan
pariwsata berbasis masyrakat. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata
sangat dibutuhkan. Masyarakat sudah berpartisipasi melalui usaha-usaha wisata yang
dilakukan masyarakat seperti pengusaha permainan air, para penjual dan penginapan.
Universitas Sumatera Utara
Semuanya dari masyarakat dan tidak adanya investor asing dan keterlibatan masyarakat
itu dengan adanya Pokdarwis yaitu kelompok sadar wisata yang terdiri dari masyarakat
dan pengusaha setempat.
Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan Bapak
Belly Boyking
Sihaloho sebagai Kepala Desa Hutabolon. Bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah
masyarakat terlibat dalam kegiatan kepariwisataan dan bahkan masyarakat sebagai
pelaku utamanya atau mendapat manfaat langsung dari sektor pariwisata melalui
bekerja dibidang pariwisata. Dari informan di dapat sebuah informasi bahwa
masyarakat yang tidak bekerja dibidang pariwisata, seperti petani, tidak terlibat aktif
dalam pengembangan Pantai Pasi Putih. Hal ini dikarenakan bahwa belum ada
keterpaduan antara sektor pertanian untuk mendukung Pariwisata yang ada di Pantai
Pasir Putih.
Dapat diketahui bahwa bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
kebersihan yang dilakukan pada Jumat sehingga program dalam menjaga kebersihan
Pantai Pasir Putih Parbaba adalah Jumat bersih. Di desa Hutabolon ini dikenal dengan
sistem tandak jadi masyarakat membersihkan lokasi mereka saja.
Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pantai
Pasir Putih sebagai pelaku utama di objek wisata. Peneliti melakukan wawancara
terhadap masyarakat di desa Hutabolon yang disampaikan oleh bapak Tommy Sihaloho
yang memiliki usaha di bidang pariwisata. Penulis memperoleh informasi bahwa
masyarakat berpatisipasi melalui usaha pariwisata yang
dimiliki berupa
warung
makan, penginapan, permaianan air, menyediakan tikar dan tenda dan dapat diketahui
juga bahwa Bapak Tomy yang pertama kali memiliki usaha permaiann pantai di Pantai
Pasir Putih.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat yang lain peneliti melakukan
wawancara kepada Niko Napitpulu. Dapat diketahui bahwa bentuk parisipasi yang
dilakuknnya adalah menjadi P3 (Petugas Penerangan Pariwisata) di Pantai Pasir Putih,
Tugas seorang P3 adalah mengutip retribusi terhadap wisatwan yang berkunjung
dengan tarif dewasa Rp.2000,00 dan anak-anak Rp.1000,00.
Bentuk partisipasi masyarakat yang lain dalam pengembagan pariwisata Pantai
Pasir Putih Parbaba dikatakan oleh seorang informan Sonny Daniel Simarmata.
Partisipasinya adalah menjaga kebersihan Pantai Pasir Putih Parbaba dan menjadi
pegawai di UD. Sollo yang menyediakan penginapan dan permainan air, dari informan
dapat diketahui informasi bahwa pemilik/pengusaha UD Sollo membina pegawainya
dalam melayani tamu dan menjalankan alat-alat permainan Pantai.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap Isse Tampubolon, dapat diketahui
bahwa partisipasinya menjadi seorang Fhotografer. Dapat diketahui informasi dengan
mengabadikan atau memfoto momen wisatawan yang berkunjung dapat menjadi sebuah
nilai lebih dan menjadi promosi tersendiri untuk mengembangkan Pantai Pasri Putih
Parbaba.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa
partispasi masyarakat desa Hutabolon dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba
terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat atau kegiatan masyarakat di dalam
bidang pariwisata. Partisipasi masyarakat khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang
diperlukan dibidang pariwisata. Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat
dalam hal usaha pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu
masyarakat
Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi dalam melaksanakan
kebersihan. Keterlibatan lainnya yaitu dalam
penyediaan makanan dan minuman, penyediaan tikar dan tenda/payung pantai, tempat
penginapan, penyediaan jasa permainan air seperti Banana Boat, Donat Boat, Ufo Boat,
Bebek, Cano-cano, sepeda air.
Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat
dalam hal usaha pemberian jasa Fotografi langsung cetak yang merupakan masih usaha
baru.
4.4
Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata
Prinsip pariwisata berbasis masyarakat adalah partisipasi masyarakat lokal
dalam perencanann pembangunan pariwisata dan pengambilan keputusan. Disini
masyarakat dapat membemberikan saran dan inisiatif mereka terhadap pengembangan
pariwisata. Saran dan inisiatif dapat disampaikan melaui pertemuan dan musyawarah,
sehingga dalam partisipasi terdapat komunikasi yang dapat memeberikan informasi
antara pemerintah dan masyrakat lokal. Komunikasi yang baik akan memberikan
sebuah ide dan gagasan sehingga pembangunan akan tetap berjalan.
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan
terutama dalam pengambilan kebijakan. Untuk itu peneliti melakukan wawancara
terkait dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba.
Dapat diketahui informasi dari Ibu Paskah Simbolon dan Ibu Melda bahwa dalam
pengambilan kebijakan masyrakat sudah terlibat dan terlaksana melalaui musyawarah
yang dilakukan Pemerintah yaitu Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten
Samosir. Musyawarah dilakukan 2 bulan sekali, dan dalam Musyawarah tersebut
merupakan wadah diskusi bagaimana memajukan Pantai Pasir Putih. Dalam musyawah
Universitas Sumatera Utara
ini masyarakat bisa mengusulkan pendapatnya dalam pengembangan Pantai Pasir Putih
Parbaba.
Penenliti juga melakukan wawancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho,
Kepala Desa Hutabolon terkait pengambilan kebijakan. Dapat diketahui informasi
bahwa dalam pengambillan kebijakan, saran masyrakat diterima namun tidak selalu
dilaksanakan. Pemerintah kerap sekali hanya bersifat penentraman saja yang dialkukan
terhadap masyarakat..
Peneliti juga melakukan wawancara kepada Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan
Budaya Kabupaten Samosir, Bapak Ombang Siboro. Terkait pengambilaan kebijakan
dapat diketahui informasi bahwa Kebijakan diambil melalui MusrembangDes dan akan
disamapaikan kepada Dinas Pariwisata. Dalam pengambilan kebijakan Masyarakat dan
Pemerintah kerjasamanya bersifat Kemitraan yaitu terdapat Timbal balik antara
masyarakat dan pemerintah dan setiap kebijakan dinegoisasikan.
Minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan disebakan oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari
masyarakat itu sendiri. Contohnya pada saat perumusan kebijakan, tidak semua anggota
masyarakat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan usulan atau gagasannya
sehingga dalam pelaksanaan kebijakan tidak akan terlaksana dengan baik dan tidak
sesuai dengan harapan. Sedangkan faktor eksternal yang memepengaruhi minimnya
partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan dikarenakan belum diberikannya
kepada masyarakat kesempatan untuk memberikan gagasan sehingga dalam
pelaksanaan kebijakan belum menyentuh kepentingan masyarakat secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini yang mengambil teori Pembangunan, dengan model
pembangunan Alternatif yang didalamnya ada public sphere yaitu masyarakat dengan
semangat kolektivitas yang didampingi oleh pemerintah, akademika dan civil society
organization membentuk suatu tatanan etika dengan meletakkan sentralitas masyrakat
sebagai subjek yang dinamis dan mengenali kebutuhannya sendiri.
Penelitian ini menemukan bahwa tingkat partispasi masyarakat pada tingkat
penentraman (placation) yang merupakan saran masyarakat diterima tapi tidak selalu
dilaksanakan yaitu dalam kategori Tokenisme yaitu sekdear justifikasi agar
mengiyakan.
Untuk mewujudkan kebijakan yang representatif maka partisipasi
masyarakat secara aktif diperlukan. Partisipasi masyrakat dalam pembangunan perlu
ditumbuhkan melalui berbagai forum yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi
langsung dalam proses pengambilan keputusan
terhadap program pembangunan.
Sehingga keputusan yang telah disepakati dapat dilaksanakan dan berdampak pada
perbaikan kondisi daerah. Karena partisipasi masyarakat merupakan salah satu pilar
pembangunan mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
4.5
Persepsi Masyarakat terhadap Usaha Pariwisata
Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang
menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan
perjalanan wisata. Industri pariwisata meliputi; akomodasi untuk pengunjung, kegiatan
layanan makanan dan minuman, angkutan penumpang, agen perjalanan wisata dan
kegiatan reservasi lainnya, kegiatan budaya, kegiatan olahraga dan hiburan. Dalam
mengembangkan partisipasi masyarakat melalui usaha kepariwisataan, baik yang
Universitas Sumatera Utara
berskala kecil, menengah maupun besar dapat mengembangkan keterkaitan berbagai
usaha pariwisata dengan berbagai sektor yang lain agar kegiatan ekonomi masyarakat
dapat lebih meningkat lagi
Berdasarkan hasil wawancara dari masyarakat desa Hutabolon, mereka
mengalami perubahan hidup setelah adanya kegiatan pariwisata. Adanya kegiatan
pariwisata mendatangkan pekerjaan baru bagi masyarakat. Menurut Sonny Daniel
Simarmata pegawai UD. Sollo dapat diketahui informasi bahwa dengan terlibatnya
dalam
sektor
pariwisata
memperoleh
keuntungan
yang
terutama
dengan
meningkatkanya perekonomian dan pemuda-pemudi disini tidak pengangguran lagi.
Informan mulai bekerja d UD. Sollo semenjak SMP berusia 12 dan sampai sekarang
disaat menduduki SMA berusia 17 tahun. Dengan menjadi pegawai di UD.Sollo yang
menyediakan tempat penginapan dan menyediakan permainan air tentu mendapat
pengalaman kerja dan bisa berbahasa Inggris
Terkait dnegan usaha pariwisata, peneliti juga melakukan wawancara kepada
Niko Napitupulu sebagai P3 (Petugas Peneranagan Pariwisata). Dapat diketahui
informasi bahwa melalui usaha di bidang Pariwisata dapat membantu wisatwan juga
dalam memenuhi kebutuhannya dan dengan terlibat dalam bidang pariwisata tata cara
bahasa berubah dan pemikiran akan lebih maju. Melalui usaha di bidang pariwisata juga
akan mengurangi pengangguran. Perekonomian masyrakat juga akan meningkat, bukan
hanya masyarakat yang terlibat langsung yang meningkat tetapi juga masyrakat lain
secara tidak langsung. Contohnya penjual makan dan minuman yang berada di Pantai
Pasir Putih ini, jika belanja akan pergi ke Pangururan, otomatis perekonomian
masyarakat di sekitar Pangururan juga akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti juga melakukan wawancara kepada Ibu Paskah Simbolon dan Ibu
Monang, dapat diketahui bahwa melalui usaha pariwisata ini adanya timbal balik antara
wisatwan dan masyrakat. Lewat usaha pariwsata ini juga Desa Hutabolon ini juga akan
semakin maju karena pemerintah akan lebih peduli, keuntungan yang lebih besar adalah
meningkatkan Devisa Negara.
Dari wawancara di atas, pariwisata memiliki dampak peningkatan aspek
ekonomi dalam perkembnagan kepariwisataan akan memeberi dampak positif bagi
pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata karena dengan meningkatnya
kunjungan wisatwan, masyarakat disekitar objek wisata dapat memanfaatkan
pembangunan ini untuk membuka usaha yang dibutuhkan oleh wisatwan. Dampak
positif dapat dirasakan oleh pengusaha akomodasi, dan pemberi jasa seperti fotografi,
jasa permaianan, penjual makan-minuman, penjual kerajinan tangan (souvenir shop),
dan penginapan. Dan rata-rata tenaga kerja yang ada di samosir masih didominasi oleh
tenaga kerja yang berasal dari daerah ini. Jadi dampak pariwisata ini mempunyai arti
penting dalam rangka peningkatan kesempatan kerja untuk laki-laki dan perempuan
sehingga mengatasi pengangguran karena sangat banyak jasa di bidang pariwisata dan
tenaga kerja yang dibutuhkan. Pendapatan daerah setempat bertambah, dengan adanya
perolehan masukan kas daerah dari pemungutan pajak dan retribusi, dan akan
memberikan dampak positif meningkatnya permintaan hasil daerah setempat,
meningkatnya permintaan barang-barang kerajinan, souvenir serta barang-barang khas
daerah.
Universitas Sumatera Utara
4.6
Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat
1.5
Kurangnya dukungan pemerintah
Hambatan-hambatan intrinsik berkaitan dengan ciri pemerintahan. Pemerintah
mencakup beberapa aturan dan peraturan dari suatu organisasi, pemerintahan yang
cenderung kaku sehingga masyrakat merasa terintimidasi dan mengasingkan masyarakat
sehingga tujuan pemerintah dan tujuan masyarakat tidak terlaksana dengan baik.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilokasi penelitian dengan informan,
diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari informan.
Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh
Bapak Tomy Sihaloho. Dapat diketahui
informaisi bahwa dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini kurang diperhatian oleh
pemerintah, semua yang dari pemerintah hanya buah bibir saja. Jika hanya musyawarah
saja tetapi pelaksanaanya tidak ada, maka pengembangan Pantai Pasir Putih akan begini
saja seterusnya. Seharusnya dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan kerjasama
antara Dinas Pariwsata dan Dinas Perhubungan dalam menetapkan suatu kebijakan.
Penulis juga melakukan wawancara kepada Ibu Melda, dan dapat diketahui
bahwa Pemerintah memang melakukan musywarah antara Masyarakat dan Dinas
Pariwisata. Namun terkait dengan kebijakan yang dilakukan, pemerintah gencarnya
membuat kebijakan setelah Kabupaten Samosir ini masuk dalam bagian Otorita .
Selama ini pemerintah kurang memeperhatikan Pantai Pasir Putih Parbaba, dalam
pengembangan Pantai Pasir Putih ini peran masyarakat sendiri yang lebih besar dalam
memajukannya.
Peneliti juga melakukan Waancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho,
Kepala Desa Hutabolon. Dapat diketahui informasi bahwa jika keadaan pemerintah
Universitas Sumatera Utara
yang seperti ini yang kurang peduli terhadap Pantai Pasir Putih ini, objek wisata ini
akan bertahan hanya 10 tahun saja.
2. Kurangnya sinergitas Antara Pemerintah dan Masyrakat
Partisipasi masyarakat merupakan sebuah kekuatam dalam pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat. Melalui pendekatan tersebut, terdapat masalah bahwa
pemerintah terlalu memaksakan program yang telah direncanakan tanpa melakukan
konsultasi dengan masyarakat yang akan menjadi sasaran program. Atau masyarakat
diberikat sebuah wadah untuk berpartisipasi dalam pembangunan, hanya masayarakat
tidak menggunakan itu.
Penulis melakukan wawancara kepada Ibu Melda Turnip dan Niko Napitupulu,
sehingga dapat diketahui bahwa. Masyarakat belum efektif dalam berperan serta dalam
pengembangan Pantai Pasir Putih. Sebagian masyarakat kurang mendukung terhadap
kebijkakan pemerintah. Dalam pembuatan jalan setapak, masyarakat ada yang tidak
imgin melakukan pembangunannya bahkan sampai memanggil polisi. Namun dapat
kita lihat dengan adanya jalan setapak ini Pantai Pasir Putih semakin bagus. Bukan
hanya itu saja, pemerintah menetapkan batas meletakkan tenda, jika Dinas Pariwisata
seminngu atau dua minggu tidak datang ke Pasir Putih ini masyarakat langsung
dimajukannya tenda-tendanya.
Kurangnya sinergitas antaa masyrakat dan pemerintah
disebabkan oleh
kurangnya sumber daya manusia. Pada saat perumusan kebijakan, masyrakat tidak
memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan gagasannya sehingga dalam
pelaksanaan kebijakan akan memepengaruhi tidak erjalannya sesuai dengan harapan.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya pemerataan pasir yang dilakukan pemerintah, namun terhenti dikarena
masyrakatnya ada yang menolak.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, keterlibatan masyrakat sangat
diprioritaskan dengan baik sebagai pelaku usaha kecil menengah di kawasan wisata.
Tingkat kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan terutama terkait dengan sapta
pesona. Pelaksananan kegiatan sapta pesona dan sadar wisata belum dilaksanakan
secara kreatif. Pokdarwis yang sudah berdiri di bulan November 2016, hanya sebatas
nama saja. Ketua Pokdarwis sendiri tinggal di Medan, sehngga akan sangat sulit
memajukan Pantai Pasir Putih ini karena tidak secara terus menerus melihat
perkembangan objek wisata ini.
3. Kondisi Masyrakat
Kondisi masyarakat yang ramah tamah sangat diperlukan dalam mendukung
perkembangan daerah tujuan
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1
Gambaran Umum Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir merupakan Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten
Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003,
tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi
Sumatera Utara, yang diresmikan tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia sekaligus ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Samosir sesuai
dengan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005.
Secara geografis Kabupaten Samosir terletak di antara 2021’38’’- 2049’48’’
Lintang Utara dan 98024’00’’-99001’48’’ Bujur Timur dengan ketinggian antara 904 2.157 meter di atas pemukaan laut. Luas wilayahnya ± 2.069,05 km2, terdiri dari luas
daratan ± 1.444,25 km2 (69,80 persen), yaitu seluruh Pulau Samosir yang dikelilingi
oleh Danau Toba dan sebahagian wilayah daratan Pulau Sumatera, dan luas wilayah
danau ± 624,80 km2 (30,20 persen).
Kabupaten Samosir beriklim tropis basah dengan suhu 17ºC - 29ºC dan
kelembaban rata-rata 85,04%. Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi,
dengan topografi/kontur tanah yang beraneka ragam yaitu : Datar (± 10%), Landai (±
20%), Miring (± 55%) dan Terjal (± 15%). Struktur tanahnya labil dan berada pada
wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Komposisi tanah didominasi tanah diatomea, tufa
toba, pasir bercampur tanah liat dan kapur.
Universitas Sumatera Utara
Adapun batas-batas Kabupaten Samosir adalah
a. Sebelah Utara
: Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun
b. Sebelah Selatan :Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang
Hasundutan
c. Sebelah Barat
: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
d. Sebelah Timur
: Kabupaten Toba Samosir.
Secara administratif Kabupaten Samosir terdiri dari 9 Kecamatan. Luas
wilayah per Kecamatan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini.
Tabel 3.1
Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Jumlah Desa, Kelurahan
Nama Kecamatan Jumlah
Luas Wilayah
Kelurahan
Administrasi
Terbangun
/Desa
(Ha)
(%) thd (Ha)
total
Sianjur Mula-mula 12
14.024
9,7%
1.402
Harian
13
56.045
38,81%
5.605
Sitio-tio
8
5.076
3,51%
508
Onanrunggu
12
6.089
4,21%
609
Nainggolan`
13
8.786
6,08%
879
Palipi
17
12.955
8,97%
1.296
Ronggurnihuta
8
9.487
6,56%
494
Pangururan
28
12.143
8,40%
1.214
Simanindo
21
19.820
13,72%
1.982
Jumlah
128
1444.25
100%
Sumber: Samosir Dalam Angka 2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Samosir terdiri dari
9 kecamatan. Kecamatan Pangururan merupakan Ibukota dari Kabupaten Samosir
dengan jumlah desa yang paling banyak yaitu sebnayak 28. Namun Kecamatan yang
paling luas adalah Kecamatan Simanindo dengan jumlah desa sebanyak 21.Sedangkan
Kecamatan yang paling kecil yaitu Kecamatan Sitio-tio.
3.2
Gambaran Umum Desa Hutabolon
3.2.1
Letak Geografi
Luas wilayah Desa Hutabolon adalah sekitar 3.900.003 Km2 atau 3900,0,03 Ha
dimana 60% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 40% daratan
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi,
persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat.
Desa Hutabolon adalah salah satu Desa di Kecamatan Pangururan yang
didirikan pada tahun 1986, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara
: Desa Situngkir Kecamatan Pangururan
b. Sebelah Timur : Desa Parbaba Dolok Kecamatan Pangururan
c. Sebelah Selatan : Desa Siopat-sosor Kecamatan Pangururan
d. Sebelah Barat
: batas Danau toba
Tabel 3.2
Luas Wilayah Desa Hutabolon per Dusun
Luas Wil.
% Luas
Dusun Jumlah Huta
(Km²)
No.
1
I
12
2.600.002
70%
2
II
14
1.300.001
30%
26
3.9000.003
100 %
Jumlah
Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Dusun I lebih luas dari Dusun II,
tetapi Dusun II lebih banyak Hutanya dibanding di Dusun I.
3.2.2
Sejarah Desa
Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor: 2 Tahun
2011 Tentang pembentukan desa, Desa Hutabolon resmi menjadi salah satu Desa di
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Desa Hutabolon sebelumnya merupakan
Kumpulan dari beberapa dusun,dengan dimana luas dan batas-batas wilayah dusun ini
dibagi menjadi 2 dusun seperti yang sekarang ini. Jika ditelusuri jauh kebelakang, maka
riwayat Desa Hutabolon sangat jelas, karena selama puluhan tahun Hutabolon sudah
merupakan satu desa tersendiri. Latar belakang Desa Hutabolon tidak jauh berbeda
dengan desa-desa lainnya di Kabupaten Samosir. Nama Desa Hutabolon sudah dikenal
jauh sebelumnya, bahkan ketika istilah desa belum jamak dikenal, karena pada saat itu
dikenal dengan istilah kampung, pada saat itu Hutabolon sudah merupakan kampung
tersendiri dan dipimpin oleh seorang Kepala kampung. Bahkan jika ditelusuri lagi jauh
kebelakang, Hutabolon merupakan nama sebuah “bius”. Bius adalah wilayah
pemerintahan menurut adat batak, dimana menurut catatan sejarah Pada tahun 1908
Belanda sudah mengakui keberadaan Bius Hutabolon yang dikenal dengan nama Bius
SIOPAT HAE HORBO yang dipimpin oleh marga Sihaloho oleh marga Sihaloho
Sinaborno,S ihaloho Sinapuran,Sihaloho Sinapitu yang pada masa penjajahan belanda
sekaligus ditetapkan sebagai Ketua Pengadilan Bius dan digelari Tuan (OP.BABA
RAJA). Terakhir kepemimpinan di Hutabolon dipegang oleh Kepala Kampung Marga
Sihaloho sampai sekarang. Setelah berakhirnya masa penjajahan belanda tahun 1945
kepemimpinan pemerintahan desa mengalami perubahan kembali yang dikenal dengan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintahan Desa, Hutabolon diakui sebagai sebuah desa dengan nama Desa
Hutabolon yang berturut-turut dipimpin oleh Kepala Desa yakni :
Tabel 3.3
Nama Kepala Desa dan Lama Jabatan
NO Nama
Masa Jabatan
1.
Janapir Sihaloho
1953-1960
2.
Menak Sihaloho
1961-1968
3.
Wakkil Sihaloho
1969-1976
4.
Urung Dolok Sihaloho
1977-1984
5.
Batu Sihaloho
1985-1992
6.
Wisker Sihaloho
1993-2001
7.
Jabarani Sihaloho
2001-2007
8.
Wisker Sihaloho
2007-2013
9.
Belly Boy King Sihaloho
2014-2019
Sumber RPJMDes Hutabolon 2014
Berdasarkan dari sejarah desa yang di ketahui bahwa desa Hutabolon dipimpin
oleh Marga Sihaloho. Pada tabel diatas tercantum bahwa Kepala Desa mulai dari tahun
1953-2019 nanti dipimpin oleh marga Sihaloho.
3.2.3
Keadaan Sosial
Keadaan sosial masyarakat Desa Hutabolon cukup baik, keadaan ini juga
didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen, hampir semua masyarakat
Desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama Kristen Protestan dan
Katolik. Sehingga hampir tidak pernah terjadi gesekan sosial skala besar kecuali konflik
individu skala kecil. Disamping itu secara kultural Penduduk Desa Hutabolon masih
berasal dari satu Klan Keturunan Marga Sihaloho ditambah dengan Marga-Marga lain
yang juga masih sanak saudaranya.
Universitas Sumatera Utara
1. Agama
Penduduk Desa Hutabolon seluruhnya menganut agama nasrani yang terbagi
kedalam Agama Protestan dengan dua aliran yakni HKBP dan Pentakosta, dan
Agama Katolik. Tetapi di Desa Hutabolon belum ada tempat ibadah sebagian
penduduk masih beribadah ke Desa Siopat-sosor,sebagian beribadah di Desa.
Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar agama di Desa ini.
Tabel 3.4
Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Agama
No
Agama
Pria
Wanita
Jumlah
1
Protestan
244
220
464
2
Katolik
15
20
35
3
Kharismatik
5
4
9
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa penduduk desa Hutabolon
menganut 2 agama saja yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Penduduk desa
Hutabolon lebih banyak menganut agama Krsiten Protestan dibanding Katolik.
2. Sosial Politik
Dari sisi sosial politik, Desa Hutabolon juga sangat kondusif terbukti dari
beberapa kali pelaksanaan Pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif maupun
eksekutif dan terutama Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi masyarakat sangat
tinggi. Salah satu bukti yang paling akhir adalah pemilihan Kepala Desa
Hutabolon yang dilaksanakaan pada bulan November 2013 berjalan dengan
lancar, kondusif dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Tidak ditemukan
adanya perpecahan di kalangan masyarakat, dan seluruh aspirasi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
tetap terakomodir dengan baik.
3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Hutabolon tetap terjaga
dengan baik, hampir tidak ada peristiwa kriminal di desa ini selama beberapa
tahun terkahir. Tetapi persoalan yang perlu mendapat perhatian dari
Pemerintah baik Pemerintah Desa maupun jajaran pemerintah diatasnya adalah
masalah sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap berpotensi
menjadi masalah yang relatif besar di masa yang akan datang.
4. Sosial Ekonomi
Dari sisi ekonomi, Desa Hutabolon memiliki potensi yang sangat besar
dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan
tidur yang cukup subur di khususnya di Dusun I,II, lahan ini sangat potensial
dikembangkan menjadi areal pertanian khususnya tanaman pangan dan
palawija, palawija sayur dan buah, serta tanaman kopi yang sudah terbukti
dapat tumbuh dan produktif. Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa
dikembangkan untuk peternakan, khususnya peternakan besar seperti Babi,
Kerbau, Kuda dan Kambing. Selain areal yang disebutkan diatas,
sesungguhnya Desa Hutabolon memang dihuni penduduk bermata pencaharian
petani lebih dari 95 persen, namun pertanian yang dikembangakan selama ini
masih pertanian tradisional seperti padi, kopi, bawang, cabai, cengkeh, dan
lain-lain. Dibutuhkan sebuah pembaharuan dibidang pertanian
untuk
meningkatkan produksi pertanian yang telah ada khususnya untuk menyikapi
lahan pertanian yang relatif kurang subur khususnya di Dusun I dan II,
Universitas Sumatera Utara
keterbatasan lahan dan teknologi pertanian yang ramah lingkungan mutlak
diperlukan.Selain bertani sebagai matapencaharian pokok, beberapa penduduk
juga aktif berdagang sebagai usaha sampingan, serta ada segelintir yang
berpropesi sebagai pegawai negeri sipil.
Tabel 3.5
Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan
Pria
Wanita
Jumlah
1
Petani
63
67
130
2
Pedagang
8
5
13
3
PNS
5
5
10
4
Lainnya
Sumber RPJMDes Hutabolon tahun2014
Dari tabel, dapat disimpulkan bahwa penduduk mayoritas bekerja sebagai
petani.
5. Sosial Budaya
Dari sisi sosial budaya, Desa Hutabolon sudah sejak lama dikenal sebagai
sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini, Desa Hutabolon
identik dengan Adat-adat yang berlaku dari nenek moyang sampai sekarang
ini. Dalam kehidupan sehari-hari adat (batak) sangat dominan dan sudah tertata
dengan baik oleh para tetua-tetua di desa Hutabolon. Beberapa hal yang belum
tercipta adalah kelompok-kelompok seni budaya, hal ini tentunya menjadi
tugas pemerintah desa kedepan untuk menciptakan kelompok seni untuk
mengangkat citra Desa Hutabolon sekaligus menjadi sarana pembinaan kaum
muda dan kepariwisataan.
Universitas Sumatera Utara
6. Kesehatan
Desa Hutabolon memiliki 2 sarana kesehatan desa yakni Pustu di dusun II dan
masing-masing dilayani oleh 1 orang bidan desa dan 1 orang Mentari. Dari sisi
jumlah penduduk, sesungguhnya keberadaan 2 sarana kesehatan ini belum
memadai untuk Desa Hutabolon, tetapi dari sisi sebaran wilayah sebagian
wilayah di desa ini masih sulit mengakses sarana kesehatan ini karena jarak
dari Dusun I masih membentang jauh kira-kira 2,5 km.
Tabel 3.6
Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011
Sarana Kesehatan
Dusun
Dusun
I
II
RSU
PUSKESMAS
PUSTU
POSYANDU
1
POS KESDES
APOTIK
TOKO OBAT
DOKTER PRAKTEK
1
Sumber RPJMDes Hutabolon 2014
7. Pendidikan
Dari sisi pendidikan Desa Hutabolon memiliki 1 Unit Sekolah Dasar Negeri
yakni di Dusun I. Secara umum penduduk desa Hutabolon menjunjung tinggi
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar
bersekolah bahkan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, tetapi beberapa
orang tidak melanjut ke janjang yang lebih tinggi karena kerterbatasan
ekonomi dan faktor lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.7
Sarana Prasarana Sekolah di desa Hutabolon Kec.Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2010/2011
S
u
NO
m
Sekolah
Jumlah
Gedung/Sekolah
Jumlah Guru
Jumlah Siswa
Apk / Apm
-
b
1
e
SD/ MI
1
10
150
r2
SLTP/
MTs
1
31
240
SLTA
-
-
PAUD
1
2
3
:
4
-
30
Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa
Dari tabel bisa dikatakan bahwa fasilitas pendidikan yang ada yaitu PAUD,
SD, dan SLTP.
Jadi bisa dikatakan hampir seluruhnya warga Desa Hutabolon
bersekolah di Sekolah Negri yang ada di wilayah Desa Hutabolon walaupun ada juga
yang bersekolah di Desa Siopat-sosor (Desa tetangga) ataupun di Kecamatan Karena
untuk sekolah menengah keatas belum ada fasilitas sekolahnya di Desa Hutabolon.
3.2.4
Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat Hutabolon sesungguhnya masih jauh dari
sejahtera, sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa ini atau penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pertanian merupakan sektor ekonomi utama
yang menopang kehidupan hampir seluruh masyarakat Desa Hutabolon kecuali
beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS Guru di 1 Sekolah Dasar yang ada di
Hutabolon. Pertanian yang digeluti hampir seluruhnya masih bersifat tradisional,
sehingga sekalipun luas lahan terbatas, tidak seluruhnya bisa diusahai oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Masih terdapat lahan tidur yang cukup luas di Desa ini, persoalan utama tanah-tanah
yang tidak diusahai ini adalah keterbatasan tehnologi dan pemilikan lahan belum jelas,
karena sebagian besar dimiliki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu
keturunan, yang kerap menimbulkan persoalan untuk dikelola.
1.
Pertanian
Pertanian di Desa Hutabolon secara umum dinyatakan sebagai lahan kering.
Pertanian lahan kering terdapat di Dusun I dan Dusun II, Pertanian lahan kering lahan
kering yang sudah diusahai selama berpuluh tahun.lahan kering mampu memproduksi
sayur mayor,tomat,jagung dll dengan kualitas yang sederhana. Persoalan umum yang
dihadapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan ketergantungan terhadap pupuk kimia
semakin besar.
Pertanian lahan kering terdapat di dua dusun, dan masih terdapat potensi yang
sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini khusunya tanaman
palawija dan holtikultura khususnya holtikultura buah dan sayur. Selain itu tanaman
keras seperti kopi jenis robusta dan arabika juga tumbuh subur, ateng atau yang akrab
disebut “kopi sigarar utang”. Tanaman perkebunan lainnya adalah Cengkeh dan
Kakao. Dll
2.
Peternakan
Selain pertanian, sekarang ini penduduk desa sebagian besar sudah beternak
secara tradisional. Hewan ternak yang diusahai penduduk secara umum beternak Babi.
Kegiatan beternak biasanya masih bersifat tradisional dan merupakan usaha
ketergantungan. Karena produksi ternak sudah biasa kepasar untuk di jual sebagai
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidup. Dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara, Desa
Hutabolon menyimpan potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun I,II, kedepan
diharapkan daerah ini dapat dikembangkan menjadi sentra ternak di Kabupaten
Samosir.
3.
Perikanan
Desa Hutabolon juga menyimpan potensi perikanan, khususnya perikanan
darat. Perikanan ini dalam bentuk kolam darat, embung dan rawa-rawa yang terdapat di
Dusun I.
Berdasarkan keadaan ekonomi yang ada, masyrakat di desa Hutabolon,
Pertanian menjadi sumber utama dalam menopang hidup.
3.2.5
Potensi Desa Hutabolon
Telah dilakukan pendataan potensi desa dari setiap dusun yang dilakukan oleh
aparat pemerintah desa bersama fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan dalam Proses
Mengagas Masa Depan Desa (MMDD), sehingga secara garis besar disimpulkan
beberapa potensi yang ada di Desa Hutabolon antara lain:
1. Potensi Sumber Daya Manusia yang cukup besar;
2. Potensi tanah laha kering yang cocok untuk dikembangkan tanaman pertanian
dan perkebunan seperti holtikultura sayur dan buah, kopi dan aneka tanaman
keras.
3. Potensi untuk pengembangan peternakan khususnya ternak kambing, kerbau
dan sapi serta peternakan kecil seperti babi dan unggas.
4. Potensi untuk pengembangan industri rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Lebih spesifik potensi ini dapat diklasifikasikan kedalam beberapa urusan
pembangunan adalah sebagai berikut:
NO.
Bidang
Tabel 3.8
Potensi Urusan Wajib
Potensi
1.
Pendidikan
1. Ada Gedung Sekolah Dasar (SD)
2. Adanya guru , SD
3. Adanya siswa dan calon siswa untuk SD dan
SMP
2.
Kesehatan
3.
Sarana dan
1. Adanya Poskesdes
2. Adanya Bidan Desa
1. Adanya Jalan Umum yang menghubungkan desa
dengan jalan Kabupaten.
2. Adanya Jalan Desa penghubung antar Dusun
3. Adanya Jalan Lingkungan
4. Adanya Jaringan Listrik PLN
Prasana
4.
Sosial Budaya
1. Adanya kegiatan Karang Taruna
2. Adanya kegiatan ibu-ibu PKK
5.
Pemerintahan
1. Struktur Aparat Pemerintah Desa lengkap
2. Struktur BPD Lengkap
3. Ketua BPD berpendidikan SMA
Sumber RPJMDes Hutabolon tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat dalam potensi urusan wajib terdapat 5
bidang yaitu Pendidikan, Kesehatam, Sarana dan Prasarana, Sosial buday dan
Pemerintahan. Dapat kita lihat bahwa Potensi yang ada perlu ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
NO
Tabel 3.9
Potensi Urusan Pilihan
Potensi
Bidang
1.
Pertanian
2.
Pariwisata
Adanya Lahan Kebun Kopi
Adanya Lahan Kebun Cengkeh
Adanya Lahan yang sangat cocok
untuk Palawija dan Holtikultura
1. Adanya Sumur Mata Air
1.
2.
3.
Lokasi
Semua Dusun
Dusun II
Berdasarkan tabel diatas potensi urusan pilihan yang dikembangkan oleh desa
Hutabolon yaitu Pertanian dan Pariwisata. Dalam bidang Pariwisata, Pantai Pasir Putih
Parbaba belum dimasukkan sebagai potensi urusan pilhan.
3.2.6
KONDISI PEMERINTAH DESA
3.2.6.1 Pembagian Wilayah Desa
Pembagian wilayah Desa Hutabolon dibagi menjadi 2(DUA) dusun yang
dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan Desa.
Masing- masing dusun
tidak ada
pembagian
wilayah
secara
administrasi
pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang dikenal
dengan ”huta”, ataupun ”Lumban”, masing-masing kampung ini memiliki nama sendiri
yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya. Selama puluhan atau
ratusan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada masalah, kecuali
persoalan keadministrasian karena belum dikenal penamaan jalan dan penomoran
rumah warga. Kedepan diperlukan sebuah kajian khusus untuk formalisasi nama
Universitas Sumatera Utara
kampung yang barangkali harus disertai kajian akademis sehingga tidak merusak kultur
masyarakat lokal.
Tabel 3.10
Nama Kampung di Desa Hutabolon
NAMA KAMPUNG
DUSUN
Dusun I Hutabolon
1. Lumban Tiga, Aeklan
2. Sosor Ganda
3. Lumban Tamba
4. Lumban Nahot
5. Saitnihuta
6. Sinaborno
7. Sibuntuon
8. Sinabariba
9. Lumban Sihaloho Toru
10. Lumban Sihaloho Uruk,Lumban Sipayung
Dusun II Hutabolon
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lumban Sipakkar I,Lumban Sipakkar II
Lumban Parmonangan,Lumban Pasir II
Simanampang
Lumban Tonga-tonga,Kompleks SD,SMP
Lumban Simanihuruk
Lumban Kobun
Lumban Sinapitu
Lumban Pasir I
Lumban Sinabang
Sibulu Goti
Sosor Bona-bona
Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa Desa Hutabolon memiliki 2 Dusun,
Dusun I terdiri dari 10 kampung dan Dusun II terdiri dari 11 kampung.
3.2.6.2 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)
Struktur Organisasi Desa Hutabolon Kecamatan Pangururan menganut Sistem
Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan
dalam gambar sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 3.1
Perangkat Desa Hutabolon
KADES
Belly Boyking
Sihaloho
SEKDES
Dolly Ferduwan
Sihaloho
KAUR
PEMERINTAHAN
Mulaster Sihaloho
KAUR
PEMASYARAKATAN
Mangapul Sihaloho
KAUR
PEMBANGUNAN
Allen Sihaloho
KADUS I
KADUS II
Saut Maruba Malau
Walman Sihaloho
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
4.1
Pembangunan Pariwisata Samosir
Kabupaten Samosir mempunyai potensi yang cukup baik dalam bidang
pariwisata dan menjadi komoditas unggulan dan strategis di Kabupaten Samosir.
Keunggulan keindahan panorama alam yang sangat memikat serta bidang seni budaya
dimana samosir sebagai daerah asal muasal Bangso Batak, keunggulan lain yang tidak
dimiliki destinasi wisata lainnya adalah sejarah bumi dan terutama proses pembentukan
Pulau Samosir dan Danau Toba. Disamping itu sektor pariwisata adalah sektor yang
mempunyai efek keterkaitan yang kuat terhadap kegiatan ekonomi lainnya. Sektor
kepariwisataan yang bersifat multisektor akan mendorong komoditas-komoditas yang
dikelala masyarakat akan berkembang. komoditas-komoditas lainnya berkembang,
seperti jasa perhotelan, restoran/rumah makan, biro perjalanan, agen periklanan dan
berbagai sektor informal di masyarakat. Kabupaten Samosir memiliki tagline yang
mengatakan bahwa Samosir adalah “Negeri Indah Kepingan Surga” yang dimaknai
bahwa Samosir memiliki keindahan yang istimewa sehingga dikatakan layaknya
kepingan surga seperti keindahan alam, keunikan budaya dan keramahtamahan
masyarakat setempat. Hal itu dilakukan untuk mendukung visi Kabupaten Samosir
terwujudnya masyarakat samosir yang sejahtera, mandiri dan berdaya saing berbasis
pariwisata dan pertanian
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa gambaran objek wisata di Kabupaten Samosir
1.
Objek wisata Tirta
Objek wisata tirta mencakup Pantai Pasir Putih, Pantai Indah Situngkir, Pantai
Batu Hoda, Pantai Sibolazi, Pantai Lagundi, Pantai Lumban Manik dan Pantai
Bebas Sukkean. Pantai Pasir Parbaba merupakan objek wisata tirta unggulan
bahwa kawasan ini sangat diminati wisatawan dan pada saat hari libur akan
overloadwisatawan, trend retribusi yang selalu meningkat tiap tahunnya, dan
berkembangnya ekonomi kerakyatan di kawasan tersebut. Objek wisata tirta
lainnnya masih belum berkembang dan pada umumnya masih menawarkan
daya tarik dan aktivitas wisata yang sama.
2. Objek Wisata Budaya
Objek wisata budaya mencakup Makam Raja Sidabutar, Sigale-gale yang
menyatu dengan Pusat Souvenir Tomok, Batu Persidangan, Huta Bolon, Sipitu
Dai, Batu Sawan Sianjur Mula-Mula. Holy Mountain (puncak gunung pusuk
Buhit) dan Aek Sitapigagan (Permandian Bidadari) termasuk objek wisata
yang diminati pengunjung. Kondisi objek wisata tersebut sebagian masih ada
kesan kumuh, kurang bersih, minim sarana dan prasarana, belum tertata,
sebagian telah rusak/lapuk, interpretasi budaya belum baik. Batu persidangan,
Sipitu Dai, batu Sawan, Huta Bolon dan Sigalle-Gale merupakan objek wisata
unggulan yang sering mendapat
kunjungan dan trend retribusi selalu
meningkat dan sebagian objek wista tersebut telah memicu usaha kecil yang
dikelola masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Objek wisata Alam
Objek wisata alam mencakup Menara Pandang Tele, Sampuran Efrata,
Nasogop, Hot Spring dan Geopark termasuk juga kawasan wisata yang
diminati pengunjung. Kondisi objek wisata masih membutuhkan penataan,
perbaikan dan penambahan sarana dan prasrana, masih membutuhkan atraksi
dan aktivitas yang dapat dilakukan oleh wistawan. Menara Pandang Tele dan
Hot Sping merupakan objek wisata alam unggulan yang banyak diminati
pengunjung, tren retribusi selalu meningkat.
Selain daya tarik di atas, masih banyak daya tarik wisata yang potensial yang
belum dikembangkan yang perlu dilakukan perintisan, dan terdapat juga
Taman Pintar Pariwisata, Kebun Raya Samosir dan Hutan Flora Anggrek ynag
belum juga berkembang dan dikelola dengan baik oleh instansi terkait.
4. Desa Wisata
Jumlah desa wisata yang mendapat pembinaan ada sebanyak 20 pengelola desa
wisata dan sebagian besar wisata yang masih belum berkembang dan belum
dikelola dengan baik.
4.2
Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba
Pantai Pasir Putih terletak di Desa Huta Bolon Parbaba Kecamatan Pangururan
dengan jarak tempuh ± 10 Km dari pusat kota Pangururan. Pantai ini juga memiliki
pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan pusuk buhit dan bukit –
bukit di Pulau Sumatera.
Pinggiran pantai Danau Toba dengan sejuta pesona.
Menikmati hembusan semilir angin dan bersihnya air Danau Toba dari pinggiran
pantainya. Bahkan berenang bisa dilakukan ratusan meter dari pinggiran pantainya
Universitas Sumatera Utara
tanpa takut tenggelam karena masih dangkal, sedangkan panjang pinggiran Pantai
Parbaba ± 500 meter dengan hamparan pasir putihnya.
Pantai Pasir Putih ini diresmikan menjadi sebuah objek wisata pada tahun
2006 oleh Prof.Dr.Ir Johar Arifin Husin sebagai Deputi Pemberdayaan Olah Raga, pada
tanggal, 18 Mei 2006. Pantai pasir putih parbaba sebelumnya adalah hanya sebuah
pantai berpasir putih yang digunakan penduduk sebagai sarana mencuci pakaian,
mengambil air minum, menangkap ikan bahkan sempat bercocok tanam bawang. Kini
menjadi menjadi salah satu daerah tujuan wisata paling banyak di kunjungi di Pulau
Samosir setelah daerah tujuan wisata Tomok. Keunikan pantai ini banyak mengundang
perhatian dan decak kagum para wisatawan dari berbagai daerah ketika mengunjunginya.
Pantai ini merupakan salah satu destinasi unggulan Kabupaten Samosir dan
penghasil Pendapatan Asli Daerah Terbesar Kedua dibidang Pariwisata. Pantai Pasir
Putih Parbaba letak geografisnya sangat strategis. Kawasan ini dapat ditempuh sekitar 1
Jam dari Tomok dengan biaya Rp.15.000,00. Sedangkan biaya penyebrangan dari
Ajibata-Tomok hanya Rp.8.000,00. Selama di perjalanan, panorama alam perairan
Danau Toba dan perbukitan hijau akan memanjakan mata serta suasana khas Budaya
Batak yang dapat dirasakan.
Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan untuk menikmati Pantai
Pasir Putih adalah Duduk santai sambil menikmati indahnya Danau Toba, Permaianan
Air seperti Banana Boat, Ufo Boat, Donat Boat, Mebel Boat Tour Boat, Sepeda air,
Cano-cano. Bukan hanya itu saja di Pantai Pasir Putih Parbaba pada saat tertentu juga
terlihat beberapa tenda milik para pecinta alam yang berjejer di sekitar pasir putihnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1
Pantai Pasir Putih Parbaba
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Bulan
Wisatawan Mancanegara
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Januari
Pebruari
Maret
1.829
1.691
1.053
774
2.795
1.535
1.328
1.468
2.050
1.819
1.955
2.574
1.217
319
1.443
2.719
1.728
1.804
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
2.075
2.388
2.462
1.906
1.882
1.567
1.643
1.354
3.081
1.928
2.044
3.315
2.231
1.926
2.249
1.947
2.685
1.866
2.053
1.933
1.924
1.801
2.782
1.755
1.963
2.318
5.325
4.623
8.787
2.867
September
2.113
2.197
1.849
2.115
5.718
880
Oktober
1.662
1.902
2.807
2.112
2.571
605
Nopember
931
1.888
1.761
2.031
4.521
1.305
Desember
921
2.068
2.269
2.572
4.799
1287
Jumlah
20.913
22.732
25.297
25.662
30.813
34.248
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari Tabel di atas dapat kita lihat bahwa Jumlah Kunjungan Wisatwan
Mancanegara dari tahun 2010-2015 mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada
tahun 2010 jumlah Wisatwan Mancanegara 20.913, pada tahun 2015 sebanyak 34.248,
mengalami peningkatan sekitar 13.335 kunjungan wisatwan mancanegara selama 5
tahun. Dari daftar kunjungan Wisatawan Mancanegara dapat disimpulkan bahwan objek
wisata di Kabupaten Samosir sangat menarik karena wisatawan Mancanegara sudah
berdatangan ke Indonesia khususnya di Kabupaten Samosir sehingga akan
menghasilkan Devisa bagi Negara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2
Bulan
Wisatawan Nusantara
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Januari
12.690
7.808
14.917
12.717
18.215
10.417
Pebruari
5.028
5.441
5.498
6.431
3.470
5.592
Maret
3.130
6.338
5.640
5.893
6.933
6.938
April
6.173
9.308
7.480
7.308
8.994
8.271
Mei
9.125
11.895
9.580
8.382
13.391
9.179
Juni
6.501
9.065
10.491
11.487
10.155
8.142
Juli
7.466
6.456
7.234
12.519
20.110
22.682
Agustus
5.938
7.533
19.891
23.049
11.832
10.681
September
20.376
19.940
7.096
6.045
9.704
7.190
Oktober
4.864
7.780
8.049
8.439
9.877
6.229
Nopember
3.965
6.460
7.116
7.180
9.925
11.612
Desember
9.373
11.873
16.538
14.667
27.417
34.282
J umlah
94.629
109.897 119.530
124.117 150.023
141.215
Jumlah Kunjungan Wisatwan Nusantara
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa dari tahun 2010-2014 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 sebanyak 94.629 kunjungan Wisatwan Nusantara dan
pada tahun 2014 sebanyak 150.023 kunjungan wisatawan Nusantara, dapat kita
simpulkan menningkat sebanyak 55.394 kunjungan Wisatwan Nusantara. Tetapi dari
Tahun 2014-2015 mengalami penurunan sebanyak 8.808 kunjungan Wisatwan
Nusantara.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan
Nusantara ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya
adalah Pantai Pasir Putih Parbaba.
Tabel 4.3
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantra Tahun 2016
Bulan
Nama Objek
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
910
1.537
1.529
1.800
2.558
860
4.414
1.907
890
1.950
1.538
19.893
870
744
495
399
876
450
1.714
699
420
782
712
8.161
155
155
100
150
216
100
257
60
196
112
204
1.705
1.750
500
500
450
425
500
1.250
1.300
928
1.215
857
6.675
1.250
280
210
380
385
800
2.700
500
390
450
425
6.505
550
280
400
455
900
650
2.600
625
620
755
560
8.395
125
76
80
185
147
182
189
115
178
120
131
1.528
Batu Sawan
250
225
255
250
225
295
325
425
289
282
228
2.250
Aek Sipitu Dai
100
115
165
125
147
225
301
125
212
148
152
3.049
0
0
0
0
0
0
250
42
55
62
409
5.960
3.912
3.734
4.194
4.079
4.062
14.000
4.165
5.869
4.869
Kawasan Wisata
Tomok
Batu Persidangan
Siallagan
Museum
Hutabolon
Simanindo
Pantai Pasir Putih
Parbaba
Aek Rangat
Pangururan
Menara Pandang
Tele
Perkampungan
Sigullati & Ruma
Si Raja Batak
Pantai Indah
Situngkir
Jumlah
5.756
Jumlah
58.570
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatawan Nusantara berkunjung ke
objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember 2016)
sebanyak 58.570 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Nusantara yang
berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 6.675 orang. Dari 10 objek wisata diatas,
Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara
ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya adalah Pantai Pasir
Putih Parbaba.
Tabel 4.4
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2016
Bulan
Jumlah
Nama Objek
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
59
62
45
75
92
1.000
2500
77
760
730
784
6.184
278
537
336
442
903
260
1750
650
680
698
460
6.994
145
537
32
35
66
75
150
300
325
347
312
2.324
500
250
325
164
375
400
772
469
318
329
338
4.240
500
70
90
150
2500
500
1535
315
380
317
327
6.684
Menara Pandang Tele
500
250
298
350
501
550
1019
175
198
192
184
4.217
Perkampungan
Sigullati & Ruma Si
Raja Batak
75
50
102
50
100
100
100
115
126
137
157
1.112
Batu Sawan
90
100
100
110
175
150
150
75
87
62
76
1.175
Aek Sipitu Dai
125
110
135
100
103
125
100
100
98
81
86
1.163
0
0
0
0
0
0
20
22
25
46
145
2.272
1.966
1.463
1.476
4.815
3.160
8.096
2.994
2.918
2.770
Kawasan Wisata
Tomok
Batu Persidangan
Siallagan
Museum Hutabolon
Simanindo
Pantai Pasir Putih
Parbaba
Aek Rangat
Pangururan
Pantai Indah Situngkir
Jumlah
32
2.276
34.206
Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatwan Mancanegara berkunjung
ke objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember
2016) sebanyak 34.206 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Mancanegara yang
berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 4.240 orang. Dari 10 objek wisata diatas,
Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung.
Dari
daftar
Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara dapat kita ketahui
bahwa lebih besar jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Pantai
Pasir Putih Parbaba.
Meningkatnya jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatwan
Mancanegara tentunya tidak lepas dari upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dan partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir. Walaupun
pembangunan yang terjadi di Kabupaten Samosir masih buruk seperti kondisi jalan
lintas antar daerah, tidak tersedianya akomodasi dibeberapa daerah, kurang tersedianya
angkutan umum, tidak tersedianya fasilitas umum pada daerah tertentu dan tidak
baiknya pelayanan tidak baiknya pelayanan yang diberikan di beberapa akomodasi yang
tersedia.
4.3
Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata
Dalam pembangunan kepariwisataan partisipasi masyarakat adalah bagian
terpenting dalam perkembangan destinasi wisata, sebab sebagai salah satu faktor
penentu serta sekaligus indikator keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan.
Pengembangan kepariwisataan disuatu daerah memerlukan perencanaan pembangunan
yang melibatkan masyarakat sebagai salah satu komponen terpenting dalam proses
perencanaan.
Keterangan tentang pariwisata berbasis masyarakat, peneliti melakukan
wawancara terhadap Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir,
Bapak Ombang Siboro dan Ibu Shanty Harianja Kepala Bidang kerjasama dan
Kemitraan Pariwisata. Terkait pariwisata berbasis masyrakat dapat diinformasikan
bahwa dalam pariwisata pelaku utamanya adalah masyarakat dan kegiatan
kepariwisataan harus meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari informasi ini dapat
diketahui bahwa Pantai Pasir Putih memang tumbuh dan berkembangnya dengan
pariwsata berbasis masyrakat. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata
sangat dibutuhkan. Masyarakat sudah berpartisipasi melalui usaha-usaha wisata yang
dilakukan masyarakat seperti pengusaha permainan air, para penjual dan penginapan.
Universitas Sumatera Utara
Semuanya dari masyarakat dan tidak adanya investor asing dan keterlibatan masyarakat
itu dengan adanya Pokdarwis yaitu kelompok sadar wisata yang terdiri dari masyarakat
dan pengusaha setempat.
Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan Bapak
Belly Boyking
Sihaloho sebagai Kepala Desa Hutabolon. Bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah
masyarakat terlibat dalam kegiatan kepariwisataan dan bahkan masyarakat sebagai
pelaku utamanya atau mendapat manfaat langsung dari sektor pariwisata melalui
bekerja dibidang pariwisata. Dari informan di dapat sebuah informasi bahwa
masyarakat yang tidak bekerja dibidang pariwisata, seperti petani, tidak terlibat aktif
dalam pengembangan Pantai Pasi Putih. Hal ini dikarenakan bahwa belum ada
keterpaduan antara sektor pertanian untuk mendukung Pariwisata yang ada di Pantai
Pasir Putih.
Dapat diketahui bahwa bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
kebersihan yang dilakukan pada Jumat sehingga program dalam menjaga kebersihan
Pantai Pasir Putih Parbaba adalah Jumat bersih. Di desa Hutabolon ini dikenal dengan
sistem tandak jadi masyarakat membersihkan lokasi mereka saja.
Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pantai
Pasir Putih sebagai pelaku utama di objek wisata. Peneliti melakukan wawancara
terhadap masyarakat di desa Hutabolon yang disampaikan oleh bapak Tommy Sihaloho
yang memiliki usaha di bidang pariwisata. Penulis memperoleh informasi bahwa
masyarakat berpatisipasi melalui usaha pariwisata yang
dimiliki berupa
warung
makan, penginapan, permaianan air, menyediakan tikar dan tenda dan dapat diketahui
juga bahwa Bapak Tomy yang pertama kali memiliki usaha permaiann pantai di Pantai
Pasir Putih.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat yang lain peneliti melakukan
wawancara kepada Niko Napitpulu. Dapat diketahui bahwa bentuk parisipasi yang
dilakuknnya adalah menjadi P3 (Petugas Penerangan Pariwisata) di Pantai Pasir Putih,
Tugas seorang P3 adalah mengutip retribusi terhadap wisatwan yang berkunjung
dengan tarif dewasa Rp.2000,00 dan anak-anak Rp.1000,00.
Bentuk partisipasi masyarakat yang lain dalam pengembagan pariwisata Pantai
Pasir Putih Parbaba dikatakan oleh seorang informan Sonny Daniel Simarmata.
Partisipasinya adalah menjaga kebersihan Pantai Pasir Putih Parbaba dan menjadi
pegawai di UD. Sollo yang menyediakan penginapan dan permainan air, dari informan
dapat diketahui informasi bahwa pemilik/pengusaha UD Sollo membina pegawainya
dalam melayani tamu dan menjalankan alat-alat permainan Pantai.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap Isse Tampubolon, dapat diketahui
bahwa partisipasinya menjadi seorang Fhotografer. Dapat diketahui informasi dengan
mengabadikan atau memfoto momen wisatawan yang berkunjung dapat menjadi sebuah
nilai lebih dan menjadi promosi tersendiri untuk mengembangkan Pantai Pasri Putih
Parbaba.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa
partispasi masyarakat desa Hutabolon dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba
terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat atau kegiatan masyarakat di dalam
bidang pariwisata. Partisipasi masyarakat khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang
diperlukan dibidang pariwisata. Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat
dalam hal usaha pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu
masyarakat
Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi dalam melaksanakan
kebersihan. Keterlibatan lainnya yaitu dalam
penyediaan makanan dan minuman, penyediaan tikar dan tenda/payung pantai, tempat
penginapan, penyediaan jasa permainan air seperti Banana Boat, Donat Boat, Ufo Boat,
Bebek, Cano-cano, sepeda air.
Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat
dalam hal usaha pemberian jasa Fotografi langsung cetak yang merupakan masih usaha
baru.
4.4
Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata
Prinsip pariwisata berbasis masyarakat adalah partisipasi masyarakat lokal
dalam perencanann pembangunan pariwisata dan pengambilan keputusan. Disini
masyarakat dapat membemberikan saran dan inisiatif mereka terhadap pengembangan
pariwisata. Saran dan inisiatif dapat disampaikan melaui pertemuan dan musyawarah,
sehingga dalam partisipasi terdapat komunikasi yang dapat memeberikan informasi
antara pemerintah dan masyrakat lokal. Komunikasi yang baik akan memberikan
sebuah ide dan gagasan sehingga pembangunan akan tetap berjalan.
Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan
terutama dalam pengambilan kebijakan. Untuk itu peneliti melakukan wawancara
terkait dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba.
Dapat diketahui informasi dari Ibu Paskah Simbolon dan Ibu Melda bahwa dalam
pengambilan kebijakan masyrakat sudah terlibat dan terlaksana melalaui musyawarah
yang dilakukan Pemerintah yaitu Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten
Samosir. Musyawarah dilakukan 2 bulan sekali, dan dalam Musyawarah tersebut
merupakan wadah diskusi bagaimana memajukan Pantai Pasir Putih. Dalam musyawah
Universitas Sumatera Utara
ini masyarakat bisa mengusulkan pendapatnya dalam pengembangan Pantai Pasir Putih
Parbaba.
Penenliti juga melakukan wawancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho,
Kepala Desa Hutabolon terkait pengambilan kebijakan. Dapat diketahui informasi
bahwa dalam pengambillan kebijakan, saran masyrakat diterima namun tidak selalu
dilaksanakan. Pemerintah kerap sekali hanya bersifat penentraman saja yang dialkukan
terhadap masyarakat..
Peneliti juga melakukan wawancara kepada Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan
Budaya Kabupaten Samosir, Bapak Ombang Siboro. Terkait pengambilaan kebijakan
dapat diketahui informasi bahwa Kebijakan diambil melalui MusrembangDes dan akan
disamapaikan kepada Dinas Pariwisata. Dalam pengambilan kebijakan Masyarakat dan
Pemerintah kerjasamanya bersifat Kemitraan yaitu terdapat Timbal balik antara
masyarakat dan pemerintah dan setiap kebijakan dinegoisasikan.
Minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan disebakan oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari
masyarakat itu sendiri. Contohnya pada saat perumusan kebijakan, tidak semua anggota
masyarakat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan usulan atau gagasannya
sehingga dalam pelaksanaan kebijakan tidak akan terlaksana dengan baik dan tidak
sesuai dengan harapan. Sedangkan faktor eksternal yang memepengaruhi minimnya
partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan dikarenakan belum diberikannya
kepada masyarakat kesempatan untuk memberikan gagasan sehingga dalam
pelaksanaan kebijakan belum menyentuh kepentingan masyarakat secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini yang mengambil teori Pembangunan, dengan model
pembangunan Alternatif yang didalamnya ada public sphere yaitu masyarakat dengan
semangat kolektivitas yang didampingi oleh pemerintah, akademika dan civil society
organization membentuk suatu tatanan etika dengan meletakkan sentralitas masyrakat
sebagai subjek yang dinamis dan mengenali kebutuhannya sendiri.
Penelitian ini menemukan bahwa tingkat partispasi masyarakat pada tingkat
penentraman (placation) yang merupakan saran masyarakat diterima tapi tidak selalu
dilaksanakan yaitu dalam kategori Tokenisme yaitu sekdear justifikasi agar
mengiyakan.
Untuk mewujudkan kebijakan yang representatif maka partisipasi
masyarakat secara aktif diperlukan. Partisipasi masyrakat dalam pembangunan perlu
ditumbuhkan melalui berbagai forum yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi
langsung dalam proses pengambilan keputusan
terhadap program pembangunan.
Sehingga keputusan yang telah disepakati dapat dilaksanakan dan berdampak pada
perbaikan kondisi daerah. Karena partisipasi masyarakat merupakan salah satu pilar
pembangunan mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
4.5
Persepsi Masyarakat terhadap Usaha Pariwisata
Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang
menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan
perjalanan wisata. Industri pariwisata meliputi; akomodasi untuk pengunjung, kegiatan
layanan makanan dan minuman, angkutan penumpang, agen perjalanan wisata dan
kegiatan reservasi lainnya, kegiatan budaya, kegiatan olahraga dan hiburan. Dalam
mengembangkan partisipasi masyarakat melalui usaha kepariwisataan, baik yang
Universitas Sumatera Utara
berskala kecil, menengah maupun besar dapat mengembangkan keterkaitan berbagai
usaha pariwisata dengan berbagai sektor yang lain agar kegiatan ekonomi masyarakat
dapat lebih meningkat lagi
Berdasarkan hasil wawancara dari masyarakat desa Hutabolon, mereka
mengalami perubahan hidup setelah adanya kegiatan pariwisata. Adanya kegiatan
pariwisata mendatangkan pekerjaan baru bagi masyarakat. Menurut Sonny Daniel
Simarmata pegawai UD. Sollo dapat diketahui informasi bahwa dengan terlibatnya
dalam
sektor
pariwisata
memperoleh
keuntungan
yang
terutama
dengan
meningkatkanya perekonomian dan pemuda-pemudi disini tidak pengangguran lagi.
Informan mulai bekerja d UD. Sollo semenjak SMP berusia 12 dan sampai sekarang
disaat menduduki SMA berusia 17 tahun. Dengan menjadi pegawai di UD.Sollo yang
menyediakan tempat penginapan dan menyediakan permainan air tentu mendapat
pengalaman kerja dan bisa berbahasa Inggris
Terkait dnegan usaha pariwisata, peneliti juga melakukan wawancara kepada
Niko Napitupulu sebagai P3 (Petugas Peneranagan Pariwisata). Dapat diketahui
informasi bahwa melalui usaha di bidang Pariwisata dapat membantu wisatwan juga
dalam memenuhi kebutuhannya dan dengan terlibat dalam bidang pariwisata tata cara
bahasa berubah dan pemikiran akan lebih maju. Melalui usaha di bidang pariwisata juga
akan mengurangi pengangguran. Perekonomian masyrakat juga akan meningkat, bukan
hanya masyarakat yang terlibat langsung yang meningkat tetapi juga masyrakat lain
secara tidak langsung. Contohnya penjual makan dan minuman yang berada di Pantai
Pasir Putih ini, jika belanja akan pergi ke Pangururan, otomatis perekonomian
masyarakat di sekitar Pangururan juga akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti juga melakukan wawancara kepada Ibu Paskah Simbolon dan Ibu
Monang, dapat diketahui bahwa melalui usaha pariwisata ini adanya timbal balik antara
wisatwan dan masyrakat. Lewat usaha pariwsata ini juga Desa Hutabolon ini juga akan
semakin maju karena pemerintah akan lebih peduli, keuntungan yang lebih besar adalah
meningkatkan Devisa Negara.
Dari wawancara di atas, pariwisata memiliki dampak peningkatan aspek
ekonomi dalam perkembnagan kepariwisataan akan memeberi dampak positif bagi
pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata karena dengan meningkatnya
kunjungan wisatwan, masyarakat disekitar objek wisata dapat memanfaatkan
pembangunan ini untuk membuka usaha yang dibutuhkan oleh wisatwan. Dampak
positif dapat dirasakan oleh pengusaha akomodasi, dan pemberi jasa seperti fotografi,
jasa permaianan, penjual makan-minuman, penjual kerajinan tangan (souvenir shop),
dan penginapan. Dan rata-rata tenaga kerja yang ada di samosir masih didominasi oleh
tenaga kerja yang berasal dari daerah ini. Jadi dampak pariwisata ini mempunyai arti
penting dalam rangka peningkatan kesempatan kerja untuk laki-laki dan perempuan
sehingga mengatasi pengangguran karena sangat banyak jasa di bidang pariwisata dan
tenaga kerja yang dibutuhkan. Pendapatan daerah setempat bertambah, dengan adanya
perolehan masukan kas daerah dari pemungutan pajak dan retribusi, dan akan
memberikan dampak positif meningkatnya permintaan hasil daerah setempat,
meningkatnya permintaan barang-barang kerajinan, souvenir serta barang-barang khas
daerah.
Universitas Sumatera Utara
4.6
Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat
1.5
Kurangnya dukungan pemerintah
Hambatan-hambatan intrinsik berkaitan dengan ciri pemerintahan. Pemerintah
mencakup beberapa aturan dan peraturan dari suatu organisasi, pemerintahan yang
cenderung kaku sehingga masyrakat merasa terintimidasi dan mengasingkan masyarakat
sehingga tujuan pemerintah dan tujuan masyarakat tidak terlaksana dengan baik.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilokasi penelitian dengan informan,
diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari informan.
Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh
Bapak Tomy Sihaloho. Dapat diketahui
informaisi bahwa dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini kurang diperhatian oleh
pemerintah, semua yang dari pemerintah hanya buah bibir saja. Jika hanya musyawarah
saja tetapi pelaksanaanya tidak ada, maka pengembangan Pantai Pasir Putih akan begini
saja seterusnya. Seharusnya dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan kerjasama
antara Dinas Pariwsata dan Dinas Perhubungan dalam menetapkan suatu kebijakan.
Penulis juga melakukan wawancara kepada Ibu Melda, dan dapat diketahui
bahwa Pemerintah memang melakukan musywarah antara Masyarakat dan Dinas
Pariwisata. Namun terkait dengan kebijakan yang dilakukan, pemerintah gencarnya
membuat kebijakan setelah Kabupaten Samosir ini masuk dalam bagian Otorita .
Selama ini pemerintah kurang memeperhatikan Pantai Pasir Putih Parbaba, dalam
pengembangan Pantai Pasir Putih ini peran masyarakat sendiri yang lebih besar dalam
memajukannya.
Peneliti juga melakukan Waancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho,
Kepala Desa Hutabolon. Dapat diketahui informasi bahwa jika keadaan pemerintah
Universitas Sumatera Utara
yang seperti ini yang kurang peduli terhadap Pantai Pasir Putih ini, objek wisata ini
akan bertahan hanya 10 tahun saja.
2. Kurangnya sinergitas Antara Pemerintah dan Masyrakat
Partisipasi masyarakat merupakan sebuah kekuatam dalam pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat. Melalui pendekatan tersebut, terdapat masalah bahwa
pemerintah terlalu memaksakan program yang telah direncanakan tanpa melakukan
konsultasi dengan masyarakat yang akan menjadi sasaran program. Atau masyarakat
diberikat sebuah wadah untuk berpartisipasi dalam pembangunan, hanya masayarakat
tidak menggunakan itu.
Penulis melakukan wawancara kepada Ibu Melda Turnip dan Niko Napitupulu,
sehingga dapat diketahui bahwa. Masyarakat belum efektif dalam berperan serta dalam
pengembangan Pantai Pasir Putih. Sebagian masyarakat kurang mendukung terhadap
kebijkakan pemerintah. Dalam pembuatan jalan setapak, masyarakat ada yang tidak
imgin melakukan pembangunannya bahkan sampai memanggil polisi. Namun dapat
kita lihat dengan adanya jalan setapak ini Pantai Pasir Putih semakin bagus. Bukan
hanya itu saja, pemerintah menetapkan batas meletakkan tenda, jika Dinas Pariwisata
seminngu atau dua minggu tidak datang ke Pasir Putih ini masyarakat langsung
dimajukannya tenda-tendanya.
Kurangnya sinergitas antaa masyrakat dan pemerintah
disebabkan oleh
kurangnya sumber daya manusia. Pada saat perumusan kebijakan, masyrakat tidak
memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan gagasannya sehingga dalam
pelaksanaan kebijakan akan memepengaruhi tidak erjalannya sesuai dengan harapan.
Universitas Sumatera Utara
Contohnya pemerataan pasir yang dilakukan pemerintah, namun terhenti dikarena
masyrakatnya ada yang menolak.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, keterlibatan masyrakat sangat
diprioritaskan dengan baik sebagai pelaku usaha kecil menengah di kawasan wisata.
Tingkat kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan terutama terkait dengan sapta
pesona. Pelaksananan kegiatan sapta pesona dan sadar wisata belum dilaksanakan
secara kreatif. Pokdarwis yang sudah berdiri di bulan November 2016, hanya sebatas
nama saja. Ketua Pokdarwis sendiri tinggal di Medan, sehngga akan sangat sulit
memajukan Pantai Pasir Putih ini karena tidak secara terus menerus melihat
perkembangan objek wisata ini.
3. Kondisi Masyrakat
Kondisi masyarakat yang ramah tamah sangat diperlukan dalam mendukung
perkembangan daerah tujuan