Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba(Studi pada Desa Huta Bolon, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir , Sumatera Utara)

(1)

Daftar Pustaka

Azhari, Samlawi. 1997. Etika Lingungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Budiman,Arif. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama

Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Strategis. Jakarta : PT. Gramedia Jatmiko.2003. Manajemen Strategi. Malang:UMM Press

Lunberg Donald, dkk. 1997. Ekonomi Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Mansour Fakih. 2002. Runtuhnya Teori Pemabangunan dan Globalisasi . Yogyakarta : Insist Press

Moleong, Lexy. , 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat tinggal landas. Rineka Cipta

Pardede, Pontas. 2011. Manajemen Strategik & Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Sitorus, Henry, Togar, dkk. 2016. Membangun Pariwisata Yang Bermartabat dan Berkelanjutan di Kawasan danau Toba. Medan : Bina Media Perintis

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suwardjoko P Warpani dan Indira P Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung :ITB

Suyanto, Bagong. (2005).Metode Penelitian Sosial: Bergabai Alternatif Pendekatan.

Jakarta : Prenada Media

Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. Yogyakarta : Center for Academic Public Service (CAPS).


(2)

Sumber Undang-Undang

Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Internet

November pukul 19:25


(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir merupakan Kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003, tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia sekaligus ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Samosir sesuai dengan Perda Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005.

Secara geografis Kabupaten Samosir terletak di antara 2021’38’’- 2049’48’’ Lintang Utara dan 98024’00’’-99001’48’’ Bujur Timur dengan ketinggian antara 904 - 2.157 meter di atas pemukaan laut. Luas wilayahnya ± 2.069,05 km2, terdiri dari luas daratan ± 1.444,25 km2 (69,80 persen), yaitu seluruh Pulau Samosir yang dikelilingi oleh Danau Toba dan sebahagian wilayah daratan Pulau Sumatera, dan luas wilayah danau ±624,80 km2 (30,20 persen).

Kabupaten Samosir beriklim tropis basah dengan suhu 17ºC - 29ºC dan kelembaban rata-rata 85,04%. Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan topografi/kontur tanah yang beraneka ragam yaitu : Datar (± 10%), Landai (± 20%), Miring (± 55%) dan Terjal (± 15%). Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Komposisi tanah didominasi tanah diatomea, tufa toba, pasir bercampur tanah liat dan kapur.


(4)

Adapun batas-batas Kabupaten Samosir adalah

a. Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

b. Sebelah Selatan :Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan

c. Sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat d. Sebelah Timur : Kabupaten Toba Samosir.

Secara administratif Kabupaten Samosir terdiri dari 9 Kecamatan. Luas wilayah per Kecamatan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini.

Tabel 3.1

Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Jumlah Desa, Kelurahan Nama Kecamatan Jumlah

Kelurahan /Desa

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun (Ha) (%) thd

total

(Ha) Sianjur Mula-mula 12 14.024 9,7% 1.402

Harian 13 56.045 38,81% 5.605

Sitio-tio 8 5.076 3,51% 508

Onanrunggu 12 6.089 4,21% 609

Nainggolan` 13 8.786 6,08% 879

Palipi 17 12.955 8,97% 1.296

Ronggurnihuta 8 9.487 6,56% 494

Pangururan 28 12.143 8,40% 1.214

Simanindo 21 19.820 13,72% 1.982

Jumlah 128 1444.25 100%


(5)

Berdasarkan Tabel diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan. Kecamatan Pangururan merupakan Ibukota dari Kabupaten Samosir dengan jumlah desa yang paling banyak yaitu sebnayak 28. Namun Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Simanindo dengan jumlah desa sebanyak 21.Sedangkan Kecamatan yang paling kecil yaitu Kecamatan Sitio-tio.

3.2 Gambaran Umum Desa Hutabolon 3.2.1 Letak Geografi

Luas wilayah Desa Hutabolon adalah sekitar 3.900.003 Km2 atau 3900,0,03 Ha dimana 60% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 40% daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi, persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat.

Desa Hutabolon adalah salah satu Desa di Kecamatan Pangururan yang didirikan pada tahun 1986, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Situngkir Kecamatan Pangururan b. Sebelah Timur : Desa Parbaba Dolok Kecamatan Pangururan c. Sebelah Selatan : Desa Siopat-sosor Kecamatan Pangururan d. Sebelah Barat : batas Danau toba

Tabel 3.2

Luas Wilayah Desa Hutabolon per Dusun No. Dusun Jumlah Huta Luas Wil.

(Km²) % Luas 1 I 12 2.600.002 70% 2 II 14 1.300.001 30% Jumlah 26 3.9000.003 100 %


(6)

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Dusun I lebih luas dari Dusun II, tetapi Dusun II lebih banyak Hutanya dibanding di Dusun I.

3.2.2 Sejarah Desa

Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor: 2 Tahun 2011 Tentang pembentukan desa, Desa Hutabolon resmi menjadi salah satu Desa di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Desa Hutabolon sebelumnya merupakan Kumpulan dari beberapa dusun,dengan dimana luas dan batas-batas wilayah dusun ini dibagi menjadi 2 dusun seperti yang sekarang ini. Jika ditelusuri jauh kebelakang, maka riwayat Desa Hutabolon sangat jelas, karena selama puluhan tahun Hutabolon sudah merupakan satu desa tersendiri. Latar belakang Desa Hutabolon tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya di Kabupaten Samosir. Nama Desa Hutabolon sudah dikenal jauh sebelumnya, bahkan ketika istilah desa belum jamak dikenal, karena pada saat itu dikenal dengan istilah kampung, pada saat itu Hutabolon sudah merupakan kampung tersendiri dan dipimpin oleh seorang Kepala kampung. Bahkan jika ditelusuri lagi jauh kebelakang, Hutabolon merupakan nama sebuah “bius”. Bius adalah wilayah pemerintahan menurut adat batak, dimana menurut catatan sejarah Pada tahun 1908 Belanda sudah mengakui keberadaan Bius Hutabolon yang dikenal dengan nama Bius SIOPAT HAE HORBO yang dipimpin oleh marga Sihaloho oleh marga Sihaloho Sinaborno,S ihaloho Sinapuran,Sihaloho Sinapitu yang pada masa penjajahan belanda sekaligus ditetapkan sebagai Ketua Pengadilan Bius dan digelari Tuan (OP.BABA RAJA). Terakhir kepemimpinan di Hutabolon dipegang oleh Kepala Kampung Marga Sihaloho sampai sekarang. Setelah berakhirnya masa penjajahan belanda tahun 1945 kepemimpinan pemerintahan desa mengalami perubahan kembali yang dikenal dengan


(7)

Pemerintahan Desa, Hutabolon diakui sebagai sebuah desa dengan nama Desa Hutabolon yang berturut-turut dipimpin oleh Kepala Desa yakni :

Tabel 3.3

Nama Kepala Desa dan Lama Jabatan

NO Nama Masa Jabatan

1. Janapir Sihaloho 1953-1960 2. Menak Sihaloho 1961-1968 3. Wakkil Sihaloho 1969-1976 4. Urung Dolok Sihaloho 1977-1984 5. Batu Sihaloho 1985-1992 6. Wisker Sihaloho 1993-2001 7. Jabarani Sihaloho 2001-2007 8. Wisker Sihaloho 2007-2013 9. Belly Boy King Sihaloho 2014-2019

Sumber RPJMDes Hutabolon 2014

Berdasarkan dari sejarah desa yang di ketahui bahwa desa Hutabolon dipimpin oleh Marga Sihaloho. Pada tabel diatas tercantum bahwa Kepala Desa mulai dari tahun 1953-2019 nanti dipimpin oleh marga Sihaloho.

3.2.3 Keadaan Sosial

Keadaan sosial masyarakat Desa Hutabolon cukup baik, keadaan ini juga didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen, hampir semua masyarakat Desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Sehingga hampir tidak pernah terjadi gesekan sosial skala besar kecuali konflik individu skala kecil. Disamping itu secara kultural Penduduk Desa Hutabolon masih berasal dari satu Klan Keturunan Marga Sihaloho ditambah dengan Marga-Marga lain yang juga masih sanak saudaranya.


(8)

1. Agama

Penduduk Desa Hutabolon seluruhnya menganut agama nasrani yang terbagi kedalam Agama Protestan dengan dua aliran yakni HKBP dan Pentakosta, dan Agama Katolik. Tetapi di Desa Hutabolon belum ada tempat ibadah sebagian penduduk masih beribadah ke Desa Siopat-sosor,sebagian beribadah di Desa. Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar agama di Desa ini.

Tabel 3.4

Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Agama No Agama Pria Wanita Jumlah

1 Protestan 244 220 464

2 Katolik 15 20 35

3 Kharismatik 5 4 9

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa penduduk desa Hutabolon menganut 2 agama saja yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Penduduk desa Hutabolon lebih banyak menganut agama Krsiten Protestan dibanding Katolik.

2. Sosial Politik

Dari sisi sosial politik, Desa Hutabolon juga sangat kondusif terbukti dari beberapa kali pelaksanaan Pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif maupun eksekutif dan terutama Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi masyarakat sangat tinggi. Salah satu bukti yang paling akhir adalah pemilihan Kepala Desa Hutabolon yang dilaksanakaan pada bulan November 2013 berjalan dengan lancar, kondusif dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Tidak ditemukan adanya perpecahan di kalangan masyarakat, dan seluruh aspirasi masyarakat


(9)

tetap terakomodir dengan baik.

3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Hutabolon tetap terjaga dengan baik, hampir tidak ada peristiwa kriminal di desa ini selama beberapa tahun terkahir. Tetapi persoalan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah baik Pemerintah Desa maupun jajaran pemerintah diatasnya adalah masalah sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap berpotensi menjadi masalah yang relatif besar di masa yang akan datang.

4. Sosial Ekonomi

Dari sisi ekonomi, Desa Hutabolon memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan tidur yang cukup subur di khususnya di Dusun I,II, lahan ini sangat potensial dikembangkan menjadi areal pertanian khususnya tanaman pangan dan palawija, palawija sayur dan buah, serta tanaman kopi yang sudah terbukti dapat tumbuh dan produktif. Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa dikembangkan untuk peternakan, khususnya peternakan besar seperti Babi, Kerbau, Kuda dan Kambing. Selain areal yang disebutkan diatas, sesungguhnya Desa Hutabolon memang dihuni penduduk bermata pencaharian petani lebih dari 95 persen, namun pertanian yang dikembangakan selama ini masih pertanian tradisional seperti padi, kopi, bawang, cabai, cengkeh, dan lain-lain. Dibutuhkan sebuah pembaharuan dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian yang telah ada khususnya untuk menyikapi lahan pertanian yang relatif kurang subur khususnya di Dusun I dan II,


(10)

keterbatasan lahan dan teknologi pertanian yang ramah lingkungan mutlak diperlukan.Selain bertani sebagai matapencaharian pokok, beberapa penduduk juga aktif berdagang sebagai usaha sampingan, serta ada segelintir yang berpropesi sebagai pegawai negeri sipil.

Tabel 3.5

Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Pria Wanita Jumlah

1 Petani 63 67 130

2 Pedagang 8 5 13

3 PNS 5 5 10

4 Lainnya

Sumber RPJMDes Hutabolon tahun2014

Dari tabel, dapat disimpulkan bahwa penduduk mayoritas bekerja sebagai petani.

5. Sosial Budaya

Dari sisi sosial budaya, Desa Hutabolon sudah sejak lama dikenal sebagai sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini, Desa Hutabolon identik dengan Adat-adat yang berlaku dari nenek moyang sampai sekarang ini. Dalam kehidupan sehari-hari adat (batak) sangat dominan dan sudah tertata dengan baik oleh para tetua-tetua di desa Hutabolon. Beberapa hal yang belum tercipta adalah kelompok-kelompok seni budaya, hal ini tentunya menjadi tugas pemerintah desa kedepan untuk menciptakan kelompok seni untuk mengangkat citra Desa Hutabolon sekaligus menjadi sarana pembinaan kaum muda dan kepariwisataan.


(11)

6. Kesehatan

Desa Hutabolon memiliki 2 sarana kesehatan desa yakni Pustu di dusun II dan masing-masing dilayani oleh 1 orang bidan desa dan 1 orang Mentari. Dari sisi jumlah penduduk, sesungguhnya keberadaan 2 sarana kesehatan ini belum memadai untuk Desa Hutabolon, tetapi dari sisi sebaran wilayah sebagian wilayah di desa ini masih sulit mengakses sarana kesehatan ini karena jarak dari Dusun I masih membentang jauh kira-kira 2,5 km.

Tabel 3.6

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011 Sarana Kesehatan Dusun

I

Dusun II RSU

PUSKESMAS PUSTU

POSYANDU 1

POS KESDES APOTIK TOKO OBAT

DOKTER PRAKTEK 1

Sumber RPJMDes Hutabolon 2014

7. Pendidikan

Dari sisi pendidikan Desa Hutabolon memiliki 1 Unit Sekolah Dasar Negeri yakni di Dusun I. Secara umum penduduk desa Hutabolon menjunjung tinggi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar bersekolah bahkan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, tetapi beberapa orang tidak melanjut ke janjang yang lebih tinggi karena kerterbatasan ekonomi dan faktor lainnya.


(12)

Tabel 3.7

Sarana Prasarana Sekolah di desa Hutabolon Kec.Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010/2011

S u m b e r

:

Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa

Dari tabel bisa dikatakan bahwa fasilitas pendidikan yang ada yaitu PAUD, SD, dan SLTP. Jadi bisa dikatakan hampir seluruhnya warga Desa Hutabolon bersekolah di Sekolah Negri yang ada di wilayah Desa Hutabolon walaupun ada juga yang bersekolah di Desa Siopat-sosor (Desa tetangga) ataupun di Kecamatan Karena untuk sekolah menengah keatas belum ada fasilitas sekolahnya di Desa Hutabolon.

3.2.4 Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat Hutabolon sesungguhnya masih jauh dari sejahtera, sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa ini atau penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pertanian merupakan sektor ekonomi utama yang menopang kehidupan hampir seluruh masyarakat Desa Hutabolon kecuali beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS Guru di 1 Sekolah Dasar yang ada di Hutabolon. Pertanian yang digeluti hampir seluruhnya masih bersifat tradisional, sehingga sekalipun luas lahan terbatas, tidak seluruhnya bisa diusahai oleh masyarakat.

NO Sekolah Jumlah

Gedung/Sekolah Jumlah Guru Jumlah Siswa Apk / Apm

1 SD/ MI 1 10 150 -

2 SLTP/

MTs 1 31 240

-

3 SLTA - -

-


(13)

Masih terdapat lahan tidur yang cukup luas di Desa ini, persoalan utama tanah-tanah yang tidak diusahai ini adalah keterbatasan tehnologi dan pemilikan lahan belum jelas, karena sebagian besar dimiliki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu keturunan, yang kerap menimbulkan persoalan untuk dikelola.

1. Pertanian

Pertanian di Desa Hutabolon secara umum dinyatakan sebagai lahan kering. Pertanian lahan kering terdapat di Dusun I dan Dusun II, Pertanian lahan kering lahan kering yang sudah diusahai selama berpuluh tahun.lahan kering mampu memproduksi sayur mayor,tomat,jagung dll dengan kualitas yang sederhana. Persoalan umum yang dihadapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan ketergantungan terhadap pupuk kimia semakin besar.

Pertanian lahan kering terdapat di dua dusun, dan masih terdapat potensi yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini khusunya tanaman palawija dan holtikultura khususnya holtikultura buah dan sayur. Selain itu tanaman keras seperti kopi jenis robusta dan arabika juga tumbuh subur, ateng atau yang akrab disebut “kopi sigarar utang”. Tanaman perkebunan lainnya adalah Cengkeh dan Kakao. Dll

2. Peternakan

Selain pertanian, sekarang ini penduduk desa sebagian besar sudah beternak secara tradisional. Hewan ternak yang diusahai penduduk secara umum beternak Babi. Kegiatan beternak biasanya masih bersifat tradisional dan merupakan usaha ketergantungan. Karena produksi ternak sudah biasa kepasar untuk di jual sebagai


(14)

kebutuhan hidup. Dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara, Desa Hutabolon menyimpan potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun I,II, kedepan diharapkan daerah ini dapat dikembangkan menjadi sentra ternak di Kabupaten Samosir.

3. Perikanan

Desa Hutabolon juga menyimpan potensi perikanan, khususnya perikanan darat. Perikanan ini dalam bentuk kolam darat, embung dan rawa-rawa yang terdapat di Dusun I.

Berdasarkan keadaan ekonomi yang ada, masyrakat di desa Hutabolon, Pertanian menjadi sumber utama dalam menopang hidup.

3.2.5 Potensi Desa Hutabolon

Telah dilakukan pendataan potensi desa dari setiap dusun yang dilakukan oleh aparat pemerintah desa bersama fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan dalam Proses Mengagas Masa Depan Desa (MMDD), sehingga secara garis besar disimpulkan beberapa potensi yang ada di Desa Hutabolon antara lain:

1. Potensi Sumber Daya Manusia yang cukup besar;

2. Potensi tanah laha kering yang cocok untuk dikembangkan tanaman pertanian dan perkebunan seperti holtikultura sayur dan buah, kopi dan aneka tanaman keras.

3. Potensi untuk pengembangan peternakan khususnya ternak kambing, kerbau dan sapi serta peternakan kecil seperti babi dan unggas.


(15)

Lebih spesifik potensi ini dapat diklasifikasikan kedalam beberapa urusan pembangunan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Potensi Urusan Wajib NO. Bidang Potensi

1. Pendidikan 1. Ada Gedung Sekolah Dasar (SD) 2. Adanya guru , SD

3. Adanya siswa dan calon siswa untuk SD dan SMP

2. Kesehatan 1. Adanya Poskesdes 2. Adanya Bidan Desa 3. Sarana dan

Prasana

1. Adanya Jalan Umum yang menghubungkan desa dengan jalan Kabupaten.

2. Adanya Jalan Desa penghubung antar Dusun

3. Adanya Jalan Lingkungan

4. Adanya Jaringan Listrik PLN 4. Sosial Budaya 1. Adanya kegiatan Karang Taruna

2. Adanya kegiatan ibu-ibu PKK

5. Pemerintahan 1. Struktur Aparat Pemerintah Desa lengkap

2. Struktur BPD Lengkap

3. Ketua BPD berpendidikan SMA

Sumber RPJMDes Hutabolon tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat dalam potensi urusan wajib terdapat 5 bidang yaitu Pendidikan, Kesehatam, Sarana dan Prasarana, Sosial buday dan Pemerintahan. Dapat kita lihat bahwa Potensi yang ada perlu ditingkatkan.


(16)

Tabel 3.9

Potensi Urusan Pilihan

NO Bidang Potensi Lokasi

1. Pertanian 1. Adanya Lahan Kebun Kopi

2. Adanya Lahan Kebun Cengkeh

3. Adanya Lahan yang sangat cocok untuk Palawija dan Holtikultura

Semua Dusun

2. Pariwisata 1. Adanya Sumur Mata Air Dusun II

Berdasarkan tabel diatas potensi urusan pilihan yang dikembangkan oleh desa Hutabolon yaitu Pertanian dan Pariwisata. Dalam bidang Pariwisata, Pantai Pasir Putih Parbaba belum dimasukkan sebagai potensi urusan pilhan.

3.2.6 KONDISI PEMERINTAH DESA 3.2.6.1 Pembagian Wilayah Desa

Pembagian wilayah Desa Hutabolon dibagi menjadi 2(DUA) dusun yang dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan Desa. Masing- masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara administrasi pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang dikenal dengan ”huta”, ataupun ”Lumban”, masing-masing kampung ini memiliki nama sendiri yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya. Selama puluhan atau ratusan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada masalah, kecuali persoalan keadministrasian karena belum dikenal penamaan jalan dan penomoran rumah warga. Kedepan diperlukan sebuah kajian khusus untuk formalisasi nama


(17)

kampung yang barangkali harus disertai kajian akademis sehingga tidak merusak kultur masyarakat lokal.

Tabel 3.10

Nama Kampung di Desa Hutabolon

DUSUN NAMA KAMPUNG

Dusun I Hutabolon 1. Lumban Tiga, Aeklan 2. Sosor Ganda

3. Lumban Tamba 4. Lumban Nahot 5. Saitnihuta 6. Sinaborno 7. Sibuntuon 8. Sinabariba

9. Lumban Sihaloho Toru

10.Lumban Sihaloho Uruk,Lumban Sipayung Dusun II Hutabolon 1. Lumban Sipakkar I,Lumban Sipakkar II

2. Lumban Parmonangan,Lumban Pasir II 3. Simanampang

4. Lumban Tonga-tonga,Kompleks SD,SMP 5. Lumban Simanihuruk

6. Lumban Kobun 7. Lumban Sinapitu 8. Lumban Pasir I 9. Lumban Sinabang 10. Sibulu Goti 11. Sosor Bona-bona

Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa Desa Hutabolon memiliki 2 Dusun, Dusun I terdiri dari 10 kampung dan Dusun II terdiri dari 11 kampung.

3.2.6.2 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)

Struktur Organisasi Desa Hutabolon Kecamatan Pangururan menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan dalam gambar sebagai berikut:


(18)

GAMBAR 3.1 Perangkat Desa Hutabolon

KADES Belly Boyking Sihaloho

SEKDES Dolly Ferduwan Sihaloho

KAUR

PEMERINTAHAN Mulaster Sihaloho

KAUR

PEMASYARAKATAN Mangapul Sihaloho

KAUR

PEMBANGUNAN Allen Sihaloho

KADUS I Saut Maruba Malau

KADUS II Walman Sihaloho


(19)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA 4.1 Pembangunan Pariwisata Samosir

Kabupaten Samosir mempunyai potensi yang cukup baik dalam bidang pariwisata dan menjadi komoditas unggulan dan strategis di Kabupaten Samosir. Keunggulan keindahan panorama alam yang sangat memikat serta bidang seni budaya dimana samosir sebagai daerah asal muasal Bangso Batak, keunggulan lain yang tidak dimiliki destinasi wisata lainnya adalah sejarah bumi dan terutama proses pembentukan Pulau Samosir dan Danau Toba. Disamping itu sektor pariwisata adalah sektor yang mempunyai efek keterkaitan yang kuat terhadap kegiatan ekonomi lainnya. Sektor kepariwisataan yang bersifat multisektor akan mendorong komoditas-komoditas yang dikelala masyarakat akan berkembang. komoditas-komoditas lainnya berkembang, seperti jasa perhotelan, restoran/rumah makan, biro perjalanan, agen periklanan dan berbagai sektor informal di masyarakat. Kabupaten Samosir memiliki tagline yang mengatakan bahwa Samosir adalah “Negeri Indah Kepingan Surga” yang dimaknai bahwa Samosir memiliki keindahan yang istimewa sehingga dikatakan layaknya kepingan surga seperti keindahan alam, keunikan budaya dan keramahtamahan masyarakat setempat. Hal itu dilakukan untuk mendukung visi Kabupaten Samosir terwujudnya masyarakat samosir yang sejahtera, mandiri dan berdaya saing berbasis pariwisata dan pertanian


(20)

Ada beberapa gambaran objek wisata di Kabupaten Samosir

1. Objek wisata Tirta

Objek wisata tirta mencakup Pantai Pasir Putih, Pantai Indah Situngkir, Pantai Batu Hoda, Pantai Sibolazi, Pantai Lagundi, Pantai Lumban Manik dan Pantai Bebas Sukkean. Pantai Pasir Parbaba merupakan objek wisata tirta unggulan bahwa kawasan ini sangat diminati wisatawan dan pada saat hari libur akan overloadwisatawan, trend retribusi yang selalu meningkat tiap tahunnya, dan berkembangnya ekonomi kerakyatan di kawasan tersebut. Objek wisata tirta lainnnya masih belum berkembang dan pada umumnya masih menawarkan daya tarik dan aktivitas wisata yang sama.

2. Objek Wisata Budaya

Objek wisata budaya mencakup Makam Raja Sidabutar, Sigale-gale yang menyatu dengan Pusat Souvenir Tomok, Batu Persidangan, Huta Bolon, Sipitu Dai, Batu Sawan Sianjur Mula-Mula. Holy Mountain (puncak gunung pusuk Buhit) dan Aek Sitapigagan (Permandian Bidadari) termasuk objek wisata yang diminati pengunjung. Kondisi objek wisata tersebut sebagian masih ada kesan kumuh, kurang bersih, minim sarana dan prasarana, belum tertata, sebagian telah rusak/lapuk, interpretasi budaya belum baik. Batu persidangan, Sipitu Dai, batu Sawan, Huta Bolon dan Sigalle-Gale merupakan objek wisata unggulan yang sering mendapat kunjungan dan trend retribusi selalu meningkat dan sebagian objek wista tersebut telah memicu usaha kecil yang dikelola masyarakat.


(21)

3. Objek wisata Alam

Objek wisata alam mencakup Menara Pandang Tele, Sampuran Efrata, Nasogop, Hot Spring dan Geopark termasuk juga kawasan wisata yang diminati pengunjung. Kondisi objek wisata masih membutuhkan penataan, perbaikan dan penambahan sarana dan prasrana, masih membutuhkan atraksi dan aktivitas yang dapat dilakukan oleh wistawan. Menara Pandang Tele dan Hot Sping merupakan objek wisata alam unggulan yang banyak diminati pengunjung, tren retribusi selalu meningkat.

Selain daya tarik di atas, masih banyak daya tarik wisata yang potensial yang belum dikembangkan yang perlu dilakukan perintisan, dan terdapat juga Taman Pintar Pariwisata, Kebun Raya Samosir dan Hutan Flora Anggrek ynag belum juga berkembang dan dikelola dengan baik oleh instansi terkait.

4. Desa Wisata

Jumlah desa wisata yang mendapat pembinaan ada sebanyak 20 pengelola desa wisata dan sebagian besar wisata yang masih belum berkembang dan belum dikelola dengan baik.

4.2 Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba

Pantai Pasir Putih terletak di Desa Huta Bolon Parbaba Kecamatan Pangururan dengan jarak tempuh ± 10 Km dari pusat kota Pangururan. Pantai ini juga memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan pusuk buhit dan bukit – bukit di Pulau Sumatera. Pinggiran pantai Danau Toba dengan sejuta pesona. Menikmati hembusan semilir angin dan bersihnya air Danau Toba dari pinggiran pantainya. Bahkan berenang bisa dilakukan ratusan meter dari pinggiran pantainya


(22)

tanpa takut tenggelam karena masih dangkal, sedangkan panjang pinggiran Pantai Parbaba ± 500 meter dengan hamparan pasir putihnya.

Pantai Pasir Putih ini diresmikan menjadi sebuah objek wisata pada tahun 2006 oleh Prof.Dr.Ir Johar Arifin Husin sebagai Deputi Pemberdayaan Olah Raga, pada tanggal, 18 Mei 2006. Pantai pasir putih parbaba sebelumnya adalah hanya sebuah pantai berpasir putih yang digunakan penduduk sebagai sarana mencuci pakaian, mengambil air minum, menangkap ikan bahkan sempat bercocok tanam bawang. Kini menjadi menjadi salah satu daerah tujuan wisata paling banyak di kunjungi di Pulau Samosir setelah daerah tujuan wisata Tomok. Keunikan pantai ini banyak mengundang perhatian dan decak kagum para wisatawan dari berbagai daerah ketika mengunjunginya.

Pantai ini merupakan salah satu destinasi unggulan Kabupaten Samosir dan penghasil Pendapatan Asli Daerah Terbesar Kedua dibidang Pariwisata. Pantai Pasir Putih Parbaba letak geografisnya sangat strategis. Kawasan ini dapat ditempuh sekitar 1 Jam dari Tomok dengan biaya Rp.15.000,00. Sedangkan biaya penyebrangan dari Ajibata-Tomok hanya Rp.8.000,00. Selama di perjalanan, panorama alam perairan Danau Toba dan perbukitan hijau akan memanjakan mata serta suasana khas Budaya Batak yang dapat dirasakan.

Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan untuk menikmati Pantai Pasir Putih adalah Duduk santai sambil menikmati indahnya Danau Toba, Permaianan Air seperti Banana Boat, Ufo Boat, Donat Boat, Mebel Boat Tour Boat, Sepeda air, Cano-cano. Bukan hanya itu saja di Pantai Pasir Putih Parbaba pada saat tertentu juga terlihat beberapa tenda milik para pecinta alam yang berjejer di sekitar pasir putihnya.


(23)

Gambar 4.1


(24)

(25)

Tabel 4.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

Dari Tabel di atas dapat kita lihat bahwa Jumlah Kunjungan Wisatwan Mancanegara dari tahun 2010-2015 mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah Wisatwan Mancanegara 20.913, pada tahun 2015 sebanyak 34.248, mengalami peningkatan sekitar 13.335 kunjungan wisatwan mancanegara selama 5 tahun. Dari daftar kunjungan Wisatawan Mancanegara dapat disimpulkan bahwan objek wisata di Kabupaten Samosir sangat menarik karena wisatawan Mancanegara sudah berdatangan ke Indonesia khususnya di Kabupaten Samosir sehingga akan menghasilkan Devisa bagi Negara.

Bulan

Wisatawan Mancanegara

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Januari 1.829 774 1.328 1.819 1.217 2.719 Pebruari 1.691 2.795 1.468 1.955 319 1.728 Maret 1.053 1.535 2.050 2.574 1.443 1.804 April 2.075 1.567 2.044 1.947 1.924 2.318 Mei 2.388 1.643 3.315 2.685 1.801 5.325 Juni 2.462 1.354 2.231 1.866 2.782 4.623 Juli 1.906 3.081 1.926 2.053 1.755 8.787 Agustus 1.882 1.928 2.249 1.933 1.963 2.867 September 2.113 2.197 1.849 2.115 5.718 880 Oktober 1.662 1.902 2.807 2.112 2.571 605 Nopember 931 1.888 1.761 2.031 4.521 1.305 Desember 921 2.068 2.269 2.572 4.799 1287 Jumlah 20.913 22.732 25.297 25.662 30.813 34.248


(26)

Tabel 4.2

Jumlah Kunjungan Wisatwan Nusantara

Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebanyak 94.629 kunjungan Wisatwan Nusantara dan pada tahun 2014 sebanyak 150.023 kunjungan wisatawan Nusantara, dapat kita simpulkan menningkat sebanyak 55.394 kunjungan Wisatwan Nusantara. Tetapi dari Tahun 2014-2015 mengalami penurunan sebanyak 8.808 kunjungan Wisatwan Nusantara.

Bulan Wisatawan Nusantara

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Januari 12.690 7.808 14.917 12.717 18.215 10.417 Pebruari 5.028 5.441 5.498 6.431 3.470 5.592 Maret 3.130 6.338 5.640 5.893 6.933 6.938 April 6.173 9.308 7.480 7.308 8.994 8.271 Mei 9.125 11.895 9.580 8.382 13.391 9.179 Juni 6.501 9.065 10.491 11.487 10.155 8.142 Juli 7.466 6.456 7.234 12.519 20.110 22.682 Agustus 5.938 7.533 19.891 23.049 11.832 10.681 September 20.376 19.940 7.096 6.045 9.704 7.190 Oktober 4.864 7.780 8.049 8.439 9.877 6.229 Nopember 3.965 6.460 7.116 7.180 9.925 11.612 Desember 9.373 11.873 16.538 14.667 27.417 34.282 J umlah 94.629 109.897 119.530 124.117 150.023 141.215


(27)

Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya adalah Pantai Pasir Putih Parbaba.

Tabel 4.3

Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantra Tahun 2016

Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatawan Nusantara berkunjung ke objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember 2016) sebanyak 58.570 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Nusantara yang berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 6.675 orang. Dari 10 objek wisata diatas, Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung.

Nama Objek

Bulan

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Jumlah

Kawasan Wisata

Tomok 910 1.537 1.529 1.800 2.558 860 4.414 1.907 890 1.950 1.538 19.893

Batu Persidangan

Siallagan 870 744 495 399 876 450 1.714 699 420 782 712 8.161

Museum Hutabolon Simanindo

155 155 100 150 216 100 257 60 196 112 204 1.705

Pantai Pasir Putih

Parbaba 1.750 500 500 450 425 500 1.250 1.300 928 1.215 857 6.675

Aek Rangat

Pangururan 1.250 280 210 380 385 800 2.700 500 390 450 425 6.505

Menara Pandang

Tele 550 280 400 455 900 650 2.600 625 620 755 560 8.395

Perkampungan Sigullati & Ruma Si Raja Batak

125 76 80 185 147 182 189 115 178 120 131 1.528

Batu Sawan 250 225 255 250 225 295 325 425 289 282 228 2.250

Aek Sipitu Dai 100 115 165 125 147 225 301 125 212 148 152 3.049

Pantai Indah

Situngkir 0 0 0 0 0 0 250 42 55 62 409


(28)

Sumber Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa Wisatwan Mancanegara berkunjung ke objek wisata pada tahun 2016 (tidak termasuk kunjungan pada bulan Desember 2016) sebanyak 34.206 orang. Dan dapat kita lihat bahwa wisatwan Mancanegara yang berkunjung ke Pantai Pasir Putih sebanyak 4.240 orang. Dari 10 objek wisata diatas,

Pantai Pasir Putih menduduki urutan ke 4 terbanyak berkunjung. Dari daftar Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara dapat kita ketahui

bahwa lebih besar jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Pantai Pasir Putih Parbaba.

Meningkatnya jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatwan Mancanegara tentunya tidak lepas dari upaya yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dan partisipasi

Dibawah ini terdapat tabel yang berisikan jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara ke 10 Objek Wisata di Kabupaten Samosir. Salah satu objek wisatanya adalah Pantai Pasir Putih Parbaba.

Tabel 4.4

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2016

Nama Objek

Bulan Jumlah

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov

Kawasan Wisata

Tomok 59 62 45 75 92 1.000 2500 77 760 730 784 6.184

Batu Persidangan

Siallagan 278 537 336 442 903 260 1750 650 680 698 460 6.994

Museum Hutabolon

Simanindo 145 537 32 35 66 75 150 300 325 347 312 2.324

Pantai Pasir Putih

Parbaba 500 250 325 164 375 400 772 469 318 329 338 4.240

Aek Rangat

Pangururan 500 70 90 150 2500 500 1535 315 380 317 327 6.684

Menara Pandang Tele 500 250 298 350 501 550 1019 175 198 192 184 4.217

Perkampungan Sigullati & Ruma Si Raja Batak

75 50 102 50 100 100 100 115 126 137 157 1.112

Batu Sawan 90 100 100 110 175 150 150 75 87 62 76 1.175

Aek Sipitu Dai 125 110 135 100 103 125 100 100 98 81 86 1.163

Pantai Indah Situngkir 0 0 0 0 0 0 20 32 22 25 46 145


(29)

masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir. Walaupun pembangunan yang terjadi di Kabupaten Samosir masih buruk seperti kondisi jalan lintas antar daerah, tidak tersedianya akomodasi dibeberapa daerah, kurang tersedianya angkutan umum, tidak tersedianya fasilitas umum pada daerah tertentu dan tidak baiknya pelayanan tidak baiknya pelayanan yang diberikan di beberapa akomodasi yang tersedia.

4.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata

Dalam pembangunan kepariwisataan partisipasi masyarakat adalah bagian terpenting dalam perkembangan destinasi wisata, sebab sebagai salah satu faktor penentu serta sekaligus indikator keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan. Pengembangan kepariwisataan disuatu daerah memerlukan perencanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat sebagai salah satu komponen terpenting dalam proses perencanaan.

Keterangan tentang pariwisata berbasis masyarakat, peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Bapak Ombang Siboro dan Ibu Shanty Harianja Kepala Bidang kerjasama dan Kemitraan Pariwisata. Terkait pariwisata berbasis masyrakat dapat diinformasikan bahwa dalam pariwisata pelaku utamanya adalah masyarakat dan kegiatan kepariwisataan harus meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari informasi ini dapat diketahui bahwa Pantai Pasir Putih memang tumbuh dan berkembangnya dengan pariwsata berbasis masyrakat. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan. Masyarakat sudah berpartisipasi melalui usaha-usaha wisata yang dilakukan masyarakat seperti pengusaha permainan air, para penjual dan penginapan.


(30)

Semuanya dari masyarakat dan tidak adanya investor asing dan keterlibatan masyarakat itu dengan adanya Pokdarwis yaitu kelompok sadar wisata yang terdiri dari masyarakat dan pengusaha setempat.

Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan Bapak Belly Boyking Sihaloho sebagai Kepala Desa Hutabolon. Bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah masyarakat terlibat dalam kegiatan kepariwisataan dan bahkan masyarakat sebagai pelaku utamanya atau mendapat manfaat langsung dari sektor pariwisata melalui bekerja dibidang pariwisata. Dari informan di dapat sebuah informasi bahwa masyarakat yang tidak bekerja dibidang pariwisata, seperti petani, tidak terlibat aktif dalam pengembangan Pantai Pasi Putih. Hal ini dikarenakan bahwa belum ada keterpaduan antara sektor pertanian untuk mendukung Pariwisata yang ada di Pantai Pasir Putih. Dapat diketahui bahwa bentuk keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kebersihan yang dilakukan pada Jumat sehingga program dalam menjaga kebersihan Pantai Pasir Putih Parbaba adalah Jumat bersih. Di desa Hutabolon ini dikenal dengan sistem tandak jadi masyarakat membersihkan lokasi mereka saja.

Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pantai Pasir Putih sebagai pelaku utama di objek wisata. Peneliti melakukan wawancara terhadap masyarakat di desa Hutabolon yang disampaikan oleh bapak Tommy Sihaloho yang memiliki usaha di bidang pariwisata. Penulis memperoleh informasi bahwa masyarakat berpatisipasi melalui usaha pariwisata yang dimiliki berupa warung makan, penginapan, permaianan air, menyediakan tikar dan tenda dan dapat diketahui juga bahwa Bapak Tomy yang pertama kali memiliki usaha permaiann pantai di Pantai Pasir Putih.


(31)

Untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat yang lain peneliti melakukan wawancara kepada Niko Napitpulu. Dapat diketahui bahwa bentuk parisipasi yang dilakuknnya adalah menjadi P3 (Petugas Penerangan Pariwisata) di Pantai Pasir Putih, Tugas seorang P3 adalah mengutip retribusi terhadap wisatwan yang berkunjung dengan tarif dewasa Rp.2000,00 dan anak-anak Rp.1000,00.

Bentuk partisipasi masyarakat yang lain dalam pengembagan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba dikatakan oleh seorang informan Sonny Daniel Simarmata. Partisipasinya adalah menjaga kebersihan Pantai Pasir Putih Parbaba dan menjadi pegawai di UD. Sollo yang menyediakan penginapan dan permainan air, dari informan dapat diketahui informasi bahwa pemilik/pengusaha UD Sollo membina pegawainya dalam melayani tamu dan menjalankan alat-alat permainan Pantai.

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap Isse Tampubolon, dapat diketahui bahwa partisipasinya menjadi seorang Fhotografer. Dapat diketahui informasi dengan mengabadikan atau memfoto momen wisatawan yang berkunjung dapat menjadi sebuah nilai lebih dan menjadi promosi tersendiri untuk mengembangkan Pantai Pasri Putih Parbaba.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa partispasi masyarakat desa Hutabolon dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat atau kegiatan masyarakat di dalam bidang pariwisata. Partisipasi masyarakat khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dibidang pariwisata. Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat dalam hal usaha pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu masyarakat


(32)

berpartisipasi dalam melaksanakan kebersihan. Keterlibatan lainnya yaitu dalam penyediaan makanan dan minuman, penyediaan tikar dan tenda/payung pantai, tempat penginapan, penyediaan jasa permainan air seperti Banana Boat, Donat Boat, Ufo Boat, Bebek, Cano-cano, sepeda air. Dari keterangan informan keterlibatan masyarakat dalam hal usaha pemberian jasa Fotografi langsung cetak yang merupakan masih usaha baru.

4.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata Prinsip pariwisata berbasis masyarakat adalah partisipasi masyarakat lokal dalam perencanann pembangunan pariwisata dan pengambilan keputusan. Disini masyarakat dapat membemberikan saran dan inisiatif mereka terhadap pengembangan pariwisata. Saran dan inisiatif dapat disampaikan melaui pertemuan dan musyawarah, sehingga dalam partisipasi terdapat komunikasi yang dapat memeberikan informasi antara pemerintah dan masyrakat lokal. Komunikasi yang baik akan memberikan sebuah ide dan gagasan sehingga pembangunan akan tetap berjalan.

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan terutama dalam pengambilan kebijakan. Untuk itu peneliti melakukan wawancara terkait dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Dapat diketahui informasi dari Ibu Paskah Simbolon dan Ibu Melda bahwa dalam pengambilan kebijakan masyrakat sudah terlibat dan terlaksana melalaui musyawarah yang dilakukan Pemerintah yaitu Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir. Musyawarah dilakukan 2 bulan sekali, dan dalam Musyawarah tersebut merupakan wadah diskusi bagaimana memajukan Pantai Pasir Putih. Dalam musyawah


(33)

ini masyarakat bisa mengusulkan pendapatnya dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba.

Penenliti juga melakukan wawancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon terkait pengambilan kebijakan. Dapat diketahui informasi bahwa dalam pengambillan kebijakan, saran masyrakat diterima namun tidak selalu dilaksanakan. Pemerintah kerap sekali hanya bersifat penentraman saja yang dialkukan terhadap masyarakat..

Peneliti juga melakukan wawancara kepada Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, Bapak Ombang Siboro. Terkait pengambilaan kebijakan dapat diketahui informasi bahwa Kebijakan diambil melalui MusrembangDes dan akan disamapaikan kepada Dinas Pariwisata. Dalam pengambilan kebijakan Masyarakat dan Pemerintah kerjasamanya bersifat Kemitraan yaitu terdapat Timbal balik antara masyarakat dan pemerintah dan setiap kebijakan dinegoisasikan.

Minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan disebakan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Contohnya pada saat perumusan kebijakan, tidak semua anggota masyarakat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan usulan atau gagasannya sehingga dalam pelaksanaan kebijakan tidak akan terlaksana dengan baik dan tidak sesuai dengan harapan. Sedangkan faktor eksternal yang memepengaruhi minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan dikarenakan belum diberikannya kepada masyarakat kesempatan untuk memberikan gagasan sehingga dalam pelaksanaan kebijakan belum menyentuh kepentingan masyarakat secara langsung.


(34)

Dalam penelitian ini yang mengambil teori Pembangunan, dengan model pembangunan Alternatif yang didalamnya ada public sphere yaitu masyarakat dengan semangat kolektivitas yang didampingi oleh pemerintah, akademika dan civil society organization membentuk suatu tatanan etika dengan meletakkan sentralitas masyrakat sebagai subjek yang dinamis dan mengenali kebutuhannya sendiri.

Penelitian ini menemukan bahwa tingkat partispasi masyarakat pada tingkat penentraman (placation) yang merupakan saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan yaitu dalam kategori Tokenisme yaitu sekdear justifikasi agar mengiyakan. Untuk mewujudkan kebijakan yang representatif maka partisipasi masyarakat secara aktif diperlukan. Partisipasi masyrakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui berbagai forum yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi langsung dalam proses pengambilan keputusan terhadap program pembangunan. Sehingga keputusan yang telah disepakati dapat dilaksanakan dan berdampak pada perbaikan kondisi daerah. Karena partisipasi masyarakat merupakan salah satu pilar pembangunan mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

4.5 Persepsi Masyarakat terhadap Usaha Pariwisata

Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan perjalanan wisata. Industri pariwisata meliputi; akomodasi untuk pengunjung, kegiatan layanan makanan dan minuman, angkutan penumpang, agen perjalanan wisata dan kegiatan reservasi lainnya, kegiatan budaya, kegiatan olahraga dan hiburan. Dalam mengembangkan partisipasi masyarakat melalui usaha kepariwisataan, baik yang


(35)

berskala kecil, menengah maupun besar dapat mengembangkan keterkaitan berbagai usaha pariwisata dengan berbagai sektor yang lain agar kegiatan ekonomi masyarakat dapat lebih meningkat lagi

Berdasarkan hasil wawancara dari masyarakat desa Hutabolon, mereka mengalami perubahan hidup setelah adanya kegiatan pariwisata. Adanya kegiatan pariwisata mendatangkan pekerjaan baru bagi masyarakat. Menurut Sonny Daniel Simarmata pegawai UD. Sollo dapat diketahui informasi bahwa dengan terlibatnya dalam sektor pariwisata memperoleh keuntungan yang terutama dengan meningkatkanya perekonomian dan pemuda-pemudi disini tidak pengangguran lagi. Informan mulai bekerja d UD. Sollo semenjak SMP berusia 12 dan sampai sekarang disaat menduduki SMA berusia 17 tahun. Dengan menjadi pegawai di UD.Sollo yang menyediakan tempat penginapan dan menyediakan permainan air tentu mendapat pengalaman kerja dan bisa berbahasa Inggris

Terkait dnegan usaha pariwisata, peneliti juga melakukan wawancara kepada Niko Napitupulu sebagai P3 (Petugas Peneranagan Pariwisata). Dapat diketahui informasi bahwa melalui usaha di bidang Pariwisata dapat membantu wisatwan juga dalam memenuhi kebutuhannya dan dengan terlibat dalam bidang pariwisata tata cara bahasa berubah dan pemikiran akan lebih maju. Melalui usaha di bidang pariwisata juga akan mengurangi pengangguran. Perekonomian masyrakat juga akan meningkat, bukan hanya masyarakat yang terlibat langsung yang meningkat tetapi juga masyrakat lain secara tidak langsung. Contohnya penjual makan dan minuman yang berada di Pantai Pasir Putih ini, jika belanja akan pergi ke Pangururan, otomatis perekonomian masyarakat di sekitar Pangururan juga akan meningkat.


(36)

Peneliti juga melakukan wawancara kepada Ibu Paskah Simbolon dan Ibu Monang, dapat diketahui bahwa melalui usaha pariwisata ini adanya timbal balik antara wisatwan dan masyrakat. Lewat usaha pariwsata ini juga Desa Hutabolon ini juga akan semakin maju karena pemerintah akan lebih peduli, keuntungan yang lebih besar adalah meningkatkan Devisa Negara.

Dari wawancara di atas, pariwisata memiliki dampak peningkatan aspek ekonomi dalam perkembnagan kepariwisataan akan memeberi dampak positif bagi pendapatan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata karena dengan meningkatnya kunjungan wisatwan, masyarakat disekitar objek wisata dapat memanfaatkan pembangunan ini untuk membuka usaha yang dibutuhkan oleh wisatwan. Dampak positif dapat dirasakan oleh pengusaha akomodasi, dan pemberi jasa seperti fotografi, jasa permaianan, penjual makan-minuman, penjual kerajinan tangan (souvenir shop), dan penginapan. Dan rata-rata tenaga kerja yang ada di samosir masih didominasi oleh tenaga kerja yang berasal dari daerah ini. Jadi dampak pariwisata ini mempunyai arti penting dalam rangka peningkatan kesempatan kerja untuk laki-laki dan perempuan sehingga mengatasi pengangguran karena sangat banyak jasa di bidang pariwisata dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pendapatan daerah setempat bertambah, dengan adanya perolehan masukan kas daerah dari pemungutan pajak dan retribusi, dan akan memberikan dampak positif meningkatnya permintaan hasil daerah setempat, meningkatnya permintaan barang-barang kerajinan, souvenir serta barang-barang khas daerah.


(37)

4.6 Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat 1.5 Kurangnya dukungan pemerintah

Hambatan-hambatan intrinsik berkaitan dengan ciri pemerintahan. Pemerintah mencakup beberapa aturan dan peraturan dari suatu organisasi, pemerintahan yang cenderung kaku sehingga masyrakat merasa terintimidasi dan mengasingkan masyarakat sehingga tujuan pemerintah dan tujuan masyarakat tidak terlaksana dengan baik.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilokasi penelitian dengan informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari informan. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Tomy Sihaloho. Dapat diketahui informaisi bahwa dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini kurang diperhatian oleh pemerintah, semua yang dari pemerintah hanya buah bibir saja. Jika hanya musyawarah saja tetapi pelaksanaanya tidak ada, maka pengembangan Pantai Pasir Putih akan begini saja seterusnya. Seharusnya dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan kerjasama antara Dinas Pariwsata dan Dinas Perhubungan dalam menetapkan suatu kebijakan.

Penulis juga melakukan wawancara kepada Ibu Melda, dan dapat diketahui bahwa Pemerintah memang melakukan musywarah antara Masyarakat dan Dinas Pariwisata. Namun terkait dengan kebijakan yang dilakukan, pemerintah gencarnya membuat kebijakan setelah Kabupaten Samosir ini masuk dalam bagian Otorita . Selama ini pemerintah kurang memeperhatikan Pantai Pasir Putih Parbaba, dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini peran masyarakat sendiri yang lebih besar dalam memajukannya.

Peneliti juga melakukan Waancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon. Dapat diketahui informasi bahwa jika keadaan pemerintah


(38)

yang seperti ini yang kurang peduli terhadap Pantai Pasir Putih ini, objek wisata ini akan bertahan hanya 10 tahun saja.

2. Kurangnya sinergitas Antara Pemerintah dan Masyrakat

Partisipasi masyarakat merupakan sebuah kekuatam dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Melalui pendekatan tersebut, terdapat masalah bahwa pemerintah terlalu memaksakan program yang telah direncanakan tanpa melakukan konsultasi dengan masyarakat yang akan menjadi sasaran program. Atau masyarakat diberikat sebuah wadah untuk berpartisipasi dalam pembangunan, hanya masayarakat tidak menggunakan itu.

Penulis melakukan wawancara kepada Ibu Melda Turnip dan Niko Napitupulu, sehingga dapat diketahui bahwa. Masyarakat belum efektif dalam berperan serta dalam pengembangan Pantai Pasir Putih. Sebagian masyarakat kurang mendukung terhadap kebijkakan pemerintah. Dalam pembuatan jalan setapak, masyarakat ada yang tidak imgin melakukan pembangunannya bahkan sampai memanggil polisi. Namun dapat kita lihat dengan adanya jalan setapak ini Pantai Pasir Putih semakin bagus. Bukan hanya itu saja, pemerintah menetapkan batas meletakkan tenda, jika Dinas Pariwisata seminngu atau dua minggu tidak datang ke Pasir Putih ini masyarakat langsung dimajukannya tenda-tendanya.

Kurangnya sinergitas antaa masyrakat dan pemerintah disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia. Pada saat perumusan kebijakan, masyrakat tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan gagasannya sehingga dalam pelaksanaan kebijakan akan memepengaruhi tidak erjalannya sesuai dengan harapan.


(39)

Contohnya pemerataan pasir yang dilakukan pemerintah, namun terhenti dikarena masyrakatnya ada yang menolak.

Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, keterlibatan masyrakat sangat diprioritaskan dengan baik sebagai pelaku usaha kecil menengah di kawasan wisata. Tingkat kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan terutama terkait dengan sapta pesona. Pelaksananan kegiatan sapta pesona dan sadar wisata belum dilaksanakan secara kreatif. Pokdarwis yang sudah berdiri di bulan November 2016, hanya sebatas nama saja. Ketua Pokdarwis sendiri tinggal di Medan, sehngga akan sangat sulit memajukan Pantai Pasir Putih ini karena tidak secara terus menerus melihat perkembangan objek wisata ini.

3. Kondisi Masyrakat

Kondisi masyarakat yang ramah tamah sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan daerah tujuan wisata. Aspek ini menjadi sangat penting karena pada umumnya wisatawan yang datang ingin merasakan suasana yang nyaman yang salah satunya didapatkan melalui interaksi yang menyenangkan antara masyarakat setempat dengan wisatawan itu sendiri.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Drs.Ombang Siboro sebagai kepala Dinas terkait kondisi masyarakat dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Kondisi masyarakat menjadi hambatan dalam pengembangan objek wisata. Kapasitas masyarakat yang kurang terutama kemampuan hospitality terkait dengan keramah-tamahan, ilmu melayani, dan rendahnya inovasi tentang kreativitas melayani dan membuat ketertarikan wisatawan. Hal ini disebabkan adalah masyarakat itu


(40)

sebelumnya adalah petani dan pedagang sehingga butuh waktu untuk berubah menjadi pemberi jasa. Bermacam-macam profesi dan latar belakang yang tidak berbasis usaha jasa dan sekarang beralih menjadi pemberi jasa. Kemudian rata-rata mereka usia tua , kemudian faktor bahasa dan perilaku hidup bersih dan higenis yang masiah kurang.

Dalam pengembangan pariwisata, kondisi masyrakat Batak Toba menjadi sebuah hambatan dan tantangan dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Dari bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon dapat diketahui bahwa masyarakat belum sadar bahwa pariwisata lebih menjanjikan. Kemampuan berbicara masyarakat juga belum, seperti yang kita ketahui bahwa temperamental masyarakat Batak Toba yang kasar, mereka yang senang dengan keterbukaan dan berbicara apa adanya. Kadang-kadang tidak peduli lawan bicarnya tersinggung atau tidak.

Pernyataan tersebut diakui oleh masyrakat di sekitar Pantai Pasir Putih Parbaba, bahwa melayani wisatwan masih kurang terutama dalam kemampuan berbicara yang susah untuk berbicara lembut, padahal keindahan pariwisata bukan hanya dilihat dari objek wistata itu sendiri tetapi juga interaksi antara masyarakat dan wisatwan.

4. Sarana dan Prasarana kurang memadai

Infrastruktur sebagai salah satu faktor penting pada pengembangan pariwisata (pembuangan sampah, fasilitas kesehatn, dan monyechanger). Dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memenuhi kebutuhan pengunjung tentunya akan meningkatkan jumlah pengunjung yang berkunjung pada kawasan wisata tersebut. Penyediaan infrastruktur yang baik perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing


(41)

kawasan wisata tersebut. Untuk itu pada pengembangan pariwisata perlu adanya perencanaan penyediaan infrastruktur yang memadai untuk kawasan wisata.

Aksesbilitas menuju kawasan wisata masih belum baik dan transportasi belum memadai. Lokasi Pantai Pasir Putih ini strategis di simpang pasar terus ditengah-tengah Samosir, baik dari Tomok maupun dari Tele. Tetapi terkait pengangkutan umum masih kurang. Angkutan umum dari Pangururan dan Pantai Pasir Putih ke Tomok hanya sampai sore saja. Letak wilayah Samosir harus menyebrangi danau juga membuat wisatwan harus terburu-buru karena Kapal mempunyai batas waktu. Di kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba ini masih banyak yang harus dilengkapi dan dibenahi misalnya tempat solat belum ada, Polisi air seharusnya ada dikarenankan objek wisata merupakan kawasan pantai jadi sangat dibutuhkan. ATM di daerah objek wsisata juga belum ada, jangkauan yang paling dekat harus ke Pangururan yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Kondisi jalan kurang baik menuju objek wisata kurang terawat. Kebersihan daerah tujuan wisata masih kurang karena masih ditemukan sampah disekitar objek wiata. Ternak yang masih berkeliaran di kawasan objek wisata seperti Kambing dan Babi


(42)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uaraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari bab I sampai dengan bab IV, banyak hal yang telah ditemukan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan wawancara terhadap Kepala Desa Hutabolon, masyarakat, kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir maka diperoleh kesimpulan yaitu :

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba di desa Hutabolon sudah ada. Keterlibatan masyarakat dalam hal usaha pengembangan pantai pasir Putih Parbaba yaitu masyarakat berpartisipasi dalam melaksanakan kebersihan. Keterlibatan lainnya yaitu dalam penyediaan makanan dan minuman, penyediaan tikar dan tenda/\payung pantai, tempat penginapan, penyediaan jasa permainan air seperti Banana Boat, Donat Boat, Ufo Boat, Bebek, Cano-cano, sepeda air dan juga usaha pemberian jasa Fotografi langsung cetak yang merupakan masih usaha baru.

Dalam pengambilan Keputusan Pemerintah melalui Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir sudah melibatkan masyarakat yaitu dengan mengadakan musyawarah dalam pengambilan kebijakan. Peneliti menemukan adanya Pembangunan Alternatif dalam penegembangan Pantai Pasir Putih Parbaba dengan model public


(43)

sphere. Hanya belum terlaksana dengan sepenuhnya karena saran masyarakat diterima tadi tidak selalu dilaksanakan yang masuk dalam katekori Tokenism.

Masalah atau kendala yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata Pantai Psir Putih Parbaba yaitu: Pemerintah dan masyarakat kurangnya sinergitas antara pemerintah dn masyrakat. Kondisi masyrakat desa Hutabolon terutama dalam SDM dan Mindset mereka, juga Masyrakat yang berubah mata pencariannya dari petani dan pedagang menjadi pemberi jasa pariwisata. Hambatan yang lain yaitu Infrastruktur yang kurang memadai.


(44)

5.2. Saran

Adapun yang menjadi saran penulis dalam hal ini berdasarkan judul yang diteliti mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu :

1. Masyarakat menjaga kebersihan daerah Pantai Pasir Putih Parbaba.

2. Penertiban ternak agar tidak berkeliaran di daerah tujuan wisaata (Babi dan Kambing)

3. Masyarakat supaya tetap menjaga budaya 3S ( Senyum, Sapa dan Salam) agar wisatawan senang dan nyaman berada diPantai Pasir Putih Parbaba.

4. Penataan tenda/payung Pantai agar lebih ditata rapi

5. Pemerintah secara rutin membuat acara/event di Pantai Pasir Putih Parbaba dengan tujuan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.


(45)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

23

23 Lexy Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya, Bandung. 2007, hlm 4.

Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang – orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Adapun alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan penelitian ini menggambarkan fakta – fakta dan menjelaskan keadaan yang terejadi dilapangan dan melakukan analisis data untuk memberikan kebenaran dan kejadian – kejadian, fakta – fakta dari data yang diperoleh sehingga peneliti dapat memberikan gambaran dengan jelas mengenai Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba.


(46)

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Hutabolon, kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi latar belakang penelitian. Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang diteliti.

Menurut Hendrarso, informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu:24

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Adapun informan kunci penelitian ini adalah Kepala Desa Hutabolon. 2. Informan utama, yaitu mereka terlibat langsung dalam interaksi sosial yang

diteliti. Adapun informan kunci penelitian ini adalah masyarakat Desa Hutabolon.


(47)

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. Adapun informan kunci penelitian ini adalah Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Samosir

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive yaitu: penentuan informan tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :

a.Wawancara mendalam yaitu dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak terkait yang didasarkan pada percakapan intensif dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan.


(48)

b.Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala- gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan- bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan- catatan tertulis yang ada dilokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Menurut Bogdan dan Bilken, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,


(49)

memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, menarik dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain25

Dalam melakukan analisis data, menurut Miles dan Huberman terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data yaitu

.

26

1. Reduksi Data

:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersususun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila didukung oleh data maka akan dapat menja diteori.

25 Lexy Moleong, op. cit. hlm 248


(50)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang menjadi potensi dan peluang dalam pembangunan pariwisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Keunggulan kompetetif kepariwisataan Indonesia terletak pada kekayaan budaya Indonesia, keindahan alam di posisikan sebagai penguat dalam kepariwsataan. Kebudayaan Indonesia merupakan hasil karya masyarakat Indonesia, penghasil dan pemilik budaya Indonesia adalah masyarakat Indonesia, dan bagian terkecil penghasil budaya Indonesia adalah masyarakat di desa.

Nawa Cita sebagai program prioritas pembangunan Kabinet Kerja 2015-2019. Sektor Prioritas pembangununan 2017 ada 5 yaitu pangan, energi, maritim, pariwisata, dan Kawasan Industri dan KEK. Pada kabinet kerja, sektor kepariwisataan tumbuh menjadi sektor unggulan dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan menjadi lokomotif untuk penerimaan devisa negara, pengembangan usaha, pembangunan infrastruktur serta penyerapan tenaga kerja. Sektor ini telah memberi kontribusi sebesar 9,5% pada PDB global.

Pariwisata menjadi salah satu sektor pembangunan dan pariwisata menjadi penggerak ekonomi nasional. Pariwisata menjadi salah satu sektor yang berperan dalam penyumbang devisa terbesar keempat setelah minyak dan gas, batubara serta kelapa sawit. Dengan demikian kepariwisataan mempunyai peranan dalam meningkatkan ekonomi termasuk dalam terbukanya lapangan pekerjaan sehingga akan tercapai tujuan


(51)

akhir Pembangunan Kepariwisataan Indonesia adalah Meningkatnya Kesejahteraan Rakyat.

Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusasha, Pemerintah dan pemerintah Pusat. Pariwisata menjadi bisnis, dan bisnis yang murah dan dapat dimulai dari skala kecil dari diri sendiri sehingga kita bisa menciptakan bisnis dari diri sendiri. Masyarakat dari segala lapisan menjadi subjek dalam pembangunan pariwisata, masyarakat menjadi pelaku ataupun penggerak yang akan menciptakan pengalaman terbaik bagi wisatawan sehingga akan tercipta kenangan terhadap objek pariwisata tersebut. Dengan begitu wisatawan akan kembali lagi bahkan akan bercerita kepada yang lain sehingga akan mendatangkan wisatawan lain untuk berkunjung kembali.

Otonomi daerah memberikan kewenangan bagi daerah untuk melakukan perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan pariwisata di daerah. Proses dan mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih sederhana dan cepat. Maka dalam rangka percepatan proses pembangunan daerah Kabupaten Samosir, Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya harus benar-benar menangkap pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagai salah satu peluang yang menjadi andalan dalam memajukan masyarakat di daerah.

Pembangunan sering tak memperhatikan masyarakat dan lingkungan sehingga pembangunan menjadi tak terkendali, dengan mengeksploitasi sumber daya dan


(52)

mengabaikan moral dan etika. Sehingga akan terjadi kerusakan alam ini dikarenakan masyarakat dijadikan objek.

Pembangunan pariwisata hendaknya mengetengahkan soft tourism, bukan hard tourism, dalam kerangka pariwisata yang berkelanjutan, berkeadilan dan menjunjung tinggi martabat manusia. Soft tourism merupakan pariwisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam semesta dan juga mementingkan kebutuhan lokal masyarakat setempat. Sedangkan hard toursim adalah aktivitas pariwisata yang tidak sensitif terhadap alam, berorientasi jangka pendek dan tidak memberdayakan masyarakat setempat. Sehingga pengembangan pariwsata melalui model soft tourism dapat dibangun dan ditumbuhkembangkan di lingkungan masyarakat dengan tidak merusak lingkungan hidupserta memastikan kehidupan sosial yang mengintegrasikan keadilan sosial, pengembangan ekonomi dna integritas lingkungan. Dalam pengembangan soft tourism dapat dilakukan melalui pembangunan pariwisata berbasis masyarakat

(Community Based Tourism)

Destinasi Unggulan Sumatera Utara adalah Danau Toba dengan resources yang luar biasa dengan keindahan alamnya, kekayaan sosial budaya yang tinggal di sekitarnya, sejarah geologi, peninggalan sejarah. Danau Toba adalah danau Kaldera terbesar di dunia, merupakan danau terluas di Indonesia. Dengan potensi itu menjadikan Danau Toba menjadi salah satu dari 10 daerah tujuan wisata yang dikembangkan pemerintah. Untuk menenmpuh Danau Toba maka ada dua akses yaitu akses Lintas Penyebrangan menuju Kab. Samosir: Ajibata-Tomok, Tigaras-Simanindo, Balige-Onanrunggu, Muara-Nainggolan, Bakkara-Naiggolan dan yang ke dua yaitu akses pintu masuk jalur darat dari Tele.


(53)

Tabel 1.1

Objek Wisata di Kabupaten Samosir No Lokasi Obyek

Wisata Per Kecamatan Obyek Wisata/Tourist Object Jenis Obyek Wisata/Tourist Object Type

1 Pangururan Terusan Tano

Ponggol

Wisata Sejarah Pemandian Air

Panas Di Aek Rangat Wisata Air/Rekreasi Monumen Perjuangan Liberty Malau Wisata Sejarah Komunitas Tenun Ulos Batak Huta Raja Lumban Suhisuhi

Wisata Budaya

Open Stage Pasar Pangururan

Wisata Budaya Pasanggrahan

Pangururan

Wisata Sejarah Obyek Wisata Boru

Sinaetang

Wisata Budaya Pantai Pasir Putih

Huta Bolon Parbaba

Wisata

Air/Olahraga/Rekreasi Pantai Pasir Putih

Lumban Manik

Wisata

Air/Olahraga/Rekreasi 2 Simanindo Makam Tua Raja

Sidabutar

Wisata Sejarah Kawasan Tuk-Tuk

Siadong

Wisata Alam Museum Tomok Wisata Sejarah

Tuk-Tuk Siasu Wisata Sejarah/Budaya Museum Huta

Bolon

Wisata Budaya Pulo Malau Wisata Alam Museum Gok Asi

Simanindo Wisata Budaya Areal Lomba Paralayang Siulak Hosa Wisata Rekreasi


(54)

Kawasan

Arboretum Aek Natonang

Wisata Alam

Gua Lontung Wisata Gua Sipokki Wisata Alam Tanjungan Wisata Alam Raut Bosi Wisata Alam Simanindo Parbaba Wisata Sejarah Gua Alam Sangkal Wisata Gua Pertunjukan

Sigale-Gale

Wisata Sejarah Perumahan Batak Wisata Budaya Batu Kursi

Parsidangan Huta Siallagan

Wisata Alam

Bukit Beta Kite Internasional

Wisata Alam Batu Marhosa Wisata Alam Gedung Kesenian

Tuk-Tuk Siadong

Wisata Budaya

Situs Pagar Batu (Liang Marlangkup, Botean, Parit Debata, Losung

Simarlage-Lage

Sitolu Mata / Losung Marante

Wisata Sejarah Budaya

Open Stage Tuk-Tuk Siadong

Wisata Budaya

3. Sianjur Mula-Mula Gunung Pusuk Buhit Wisata Sejarah/Budaya Pemandian Aek Sipitu Dai Wisata Air/Budaya Perkampungan Asli Huta Wisata Budaya Siraja Batak Wisata Budaya Perkampungan

Sigulatti

Wisata Air/Budaya Aek Si Boru Pareme Wisata Alam/Budaya Batu Hobon Wisata Alam/Budaya Batu Holbung Wisata Rekreasi Pulau Tulas Wisata Alam Dan Air


(55)

Air Terjun Hadabuan Nasogo

Wisata Air Aek Boras Wisata Budaya Batu Pargasipan Wisata Budaya Batu Parhusipan Wisata Budaya Batu Nanggar Wisata Alam/Budaya Batu Sawan Wisata Budaya Rumah Parsaktian

Guru Tatea Bulan

Wisata Budaya 4 Ronggur Nihuta Aek Liang Wisata Air

Gua Sidam-Dam Wisata Gua Batu Simalliting Wisata Alam Danau Sidihoni Wisata Rekreasi Batu Hitam Wisata Alam Jea Ni Tano Wisata Air/Alam Aek Sipale Onggang Wisata Air Kawasan Wisata

Tirta Pea Porogan

Wisata Air 5. Harian Boho Menara Pandang

Tele

Wisata Panorama Partuko Naginjang Wisata Alam Janji Martahan Wisata Alam Air Terjun Sampuran Efrata

Wisata Alam

Mata Air Dan Pohon Pokki

Wisata Alam Gua Parmonangan Wisata Gua Kampung Harimau

Situmeang

Wisata Sejarah Ulu Darat Wisata Alam Janji Matogu Wisata Alam Hutan Flora Anggrek

Wisata Alam Rumah Adat Wisata Budaya Hutan Limbong Wisata Alam Rumah Adat Sagala Wisata Budaya 6. Sitio-Tio Mata Air/Mual

Datu

Parngongo

Wisata Air/Budaya


(56)

Parngongo

Permandian Boru Saroding Di Sabulan

Wisata Air/Budaya

Patung Raja Si Lontung

Wisata Sejarah/Budaya 7. Palipi Goa Bunda Maria Wisata Rohani

Piso Somalim Wisata Sejarah Batu Rantai Wisata Alam Pemandian Air

Panas Simbolon

Wisata Air Martua Limang Wisata Sejarah 8. Nainggolan Pantai Pasir Putih Wisata Air,Rekreasi

Batu Guru Air,Rekreasi Rumah Parsaktian Wisata Alam Hotel Golat Wisata Sejarah Atraksi Budaya Dan

Agama

Wisata Budaya Pananggangan Wisata Sejarah Polhang Wisata Alam Boru

Simenak-Menak

Wisata Alam Sidabasa Wisata Sejarah 9. Onan Runggu Kawasan Wisata

Remaja Lagundi Sitamiang

Wisata Alam/ Air/Rekreasi

Pantai Pasir Putih Sukkean

Wisata Air, Rekreasi Hariara

Nabolon/Pohon Besar Sukkean

Wisata Alam

Tambun Surlau Wisata Sejarah Mual Siraja

Sonang Di Pakpahan

Wisata Budaya

Catatan : Objek Wisata Yang Huruf Tebal Adalah Objek Wisata Unggulan


(57)

Banyak objek wisata di Kabupaten Samosir salah satunya Pantai Pasir Putih Parbaba yang memiliki kekayaan alam dan memiliki adat dan budaya batak toba yang unik sehingga menjadi potensi wisata yang luar biasa untuk di kembangkan. Pantai ini juga memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang pegunungan pusuk buhit dan bukit –bukit di Pulau Sumatera. Pantai Pasir Putih terletak di Desa Huta Bolon Parbaba Kecamatan Pangururan dengan jarak tempuh ± 10 Km dari pusat kota Pangururan. Pantai ini merupakan penghasil Pendapatan Asli Daerah Terbesar Kedua dibidang Pariwisata. Pantai ini sering dikunjungi baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Pantai ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan olah raga antara lain : Volly pantai, Foatsal, Cano, Palo air, Jet ski, Water boom.

Pariwisata dapat merusak nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat setempat dan akan mencipatakan individualis, maka diperlukan penguatan moral dan budaya yang melindungi nilai dan budaya Batak sebagai kebudayaan masyarakat setempat. Maka disinilah Community Based Tourism di perkenalkan yakni dengan memberdayakan masyarakat setempat. Konsep Community Based Tourism merupakan konsep pariwisata oleh rakyat, dikelola oleh rakyat, untuk kemajuan rakyat dan dimanfaatkan oleh rakyat

Pengembangan pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba diharapkan masyarakat lokal dapat diberdayakan dan diikut sertakan dalam aktivitas kegiatan pariwisata itu sendiri dalam rangka memperoleh kemanfaatan dari kegiatan pariwisata dengan mementingkan keberlanjutan pariwisata itu. Pengembangan Pariwisita tentunya tidak dapat hanya masyarakat dijadikan objek yang hanya hanya menerima keputusan dari atas tetapi masyarakat harus dijadikan subjek dalam pengembangan pariwisata dengan


(58)

begitu masyarakat merasa memiliki dan akan ikut memelihara potensi pariwisata yang ada didaerah Pantai Pasir Putih Parbaba. Sehingga berbagai permasalahan dalam pengembangan pariwisata dapat diatasi dan wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba khususnya Pantai Pasir Putih Parbaba akan meningkat dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengembagan melaui konsep Community Based Tourism sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu menjadikan sektor Pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba (Studi Pada Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya kabupaen Samosir)”.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis menentukan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba?”.


(59)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemapuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Samosir, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata berbasis masyarakat.

3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara


(60)

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Pembangunan

1.5.1.1 Indikator Keberhasilan Pembangunan

Pembangunan adalah upaya manusia untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya bagi pemenuhan dan peningkatan kesejahteraanya. Dalam kaitan ini, pmbangunan selalu diikuti oleh perubahan, baik ke arah yang diinginkan berupa tersedianya barang dan jasa maupun ke arah sebaliknya berupa penurunan penyeediaan sumber daya, terutama sumber daya alam untuk memungkinkan terjadinya pertumbuhan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diinginkan akan semakin besar pula jumlah pasokan sumber daya alam yang dialokasikan di sektor pembangunan. Dalam pengalokasian sumberdaya inilah terkait maslah perencanaan dilihat dari laju pemanfaatannya dan pengendalian ketersediaannya, sehingga tidak melemahkan fungsi lingkungan hidup sebagai penunjang kehidupan. Ini berartoi sumber daya harus dikelola secara efektif dan efisien. 1

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan ada 5 indikator yang diperlukan yaitu

2

1. Kekayaan rata-rata

Pembangunan mulanya dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi. Sebuah masyarakat dinilai berhasil melaksanakn pembangunan, bila pertumbuhan masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang diukur adalah produktivitas masyarakat 1

Azhari, Samlawi, Etika Lingungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 1997, hlm 21.


(61)

atau produktivitas negara tersebut setiap tahunnya. Dalam bahasa teknis ekonominya, produktivitas ini diukur oleh Produk nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) dan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). PNB atau PDB merupakan mengukur hasil keselurah dari sleuruh negara, dimana sebuah negara (jumlah penduduk) yang berlainan, untuk bisa membandingkan dapat diukr dengan PNB/Kapita atau PDB/Kapita. Dengan begitu dapat dilihat berapa produksi rata-rata setiap orang dari negara yang bersangkutan. Dengan begitu dapat dibandingkan negara satu dengan negara lainnya.

2. Pemerataan

Kekayaan keseluruhan yang dimiliki atau yang di produksikan oleh sebuah bangsa, tidak berarti bahwa kekayaaan itu merata dimiliki oleh semua penduduknya. Bisa terjadi, sebgaian kecil orang di dalam negara tersebut memiliki kekayaan yang berlimpah, sedangkan sebagian besar hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itu timbuk keinginan memasukkan aspek pemerataan dalam ukuran pembangunan, bukan lagi hanya PNB/kapita saja. Pemertaan ini secara sederhana diukur dengan melihat berapa prosen dari PNB diraih oleh 40% penduduk termiskin, berapa prosen oleh 40% penduduk golongan menegah dan berapa prosen oleh 20% penduduk terkaya. Dengan demikian bangsa atau negara yang berhasil melakukan pembangunan adlah mereka yang disamping tinggi produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secara relatif merata.


(62)

3. Kualitas Kehidupan

Salah satu cara lain untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara adalah dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physuical Quality of Life Indeks). Tolok ukur PQLI yang diperkenalkan oleh Moris yang mengukur tiga indikator yakni

• Rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun • Rata-rata jumlah kematian bayi

• Rata-rata prosentasi buta dan melek huruf 4. Kerusakan Lingkungan

Sebuah negara yang tinggi produktivitasnya, dan merata pendapatan penduduknya, bisa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin miskin. Hal ini misalnya, karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas yng tinggi itu tidak mempedulikan dampak terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, seringkali terjadi bahwa pembangunan yang dianggap berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai. Akibatnya pembangunan ini tidak bisa berkelanjutan atau tidak

sustainable.

5. Keadilan sosial dan Kesinambungan

Faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan erat. Yang pertama keadilan sosial, bukanlah faktor yang dimasukkan atas dasar pertimbangan moral yaitu demi keadilan saja. Tetapai juga berkaitan dengan kelestarian pembangunan juga. Bila terjadi kesenjangan yang mencolok atara orang kaya dan miskin maka masyarakat yang bersangkutan menjadi rawan secara poitik. Orang miskin itu


(63)

cenderung untuk menolak status quo yang ada. Mereka ingin memperbaiki diri dengan mengubah keadaan. Oleh karena itu bila konfigurasi kekuatan-kekuatan sosial memungkinkan akan terjadi gejolak politik yang bisa menghancurkan hasil pembangunan yang sudan dicapai. Begitu juga dengan kerusakan alam yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan, faktor keadilan sosial juga merupakan semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang sama. Konsep pembangunan menjadi semakin kompleks, tidak hanya terbatas pada masalah pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meliputi maslah sosial dan lingkungan.

1.5.1.2 Teori Pembangunan 1.5.1.2.1Teori Modernisasi

Teori pembagian Kerja secara Internasinal yang di dasarkan pada terori Keuntungan Komparatif, yang dimiliki oleh setiap negara, mengakibatkan terjadinya spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang mereka miliki. Oleh karena iitu secara umum, di dunia terdapat dua kelompok negara yaitu Negara yang memproduksi hasil pertanian dan negara yang memproduksi barang industri. Tapi yang terjadi negara Industri menjadi semakin kaya dan Negara pertanian tertinggal. Terhadap kenyataan ini, secara umum terdapat dua kelompok teori. Pertama, teori yang menjelaskan kemiskinan ini terutama disebabkkan oleh faktor-faktor intenal atau faktor yang terdapat didalam negara yang bersangkutan yang di kenla dengan Teori Modernisasi. Kedua, teori yang lebih banyak mempersoalkan faktor-faktor eksternal sebagai penyebab terjadinya kemiskinan.3

3


(1)

Penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi panduan belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa Ilmu Administrasi Negara secara khusus dan masyarakat secara umum. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2016


(2)

DAFTAR ISI

Absrack ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I Pendahuluan 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penilitian ... 10

1.4 ManfaatPenilitan ... 10

1.5 Kerangka Teori ... 11

1.5.1 Pembangunan ... 11

1.5.1.1 Indikator Keberhasilan Pembangunan ... 11

1.5.1.2 Teori Pembangunan ... 14

1.5.1.2.1 Teori Modernisasi ... 14

1.5.1.2.2 Teori Dependensi ... 17

1.5.1.2.3 Teori Sistem Dunia ... 20

1.5.1.2.4 Teori Alternatif ... 22

1..5.2 Pariwisata ... 25

1.5.2.1 Definisi Pariwisata ... 25

1.5.2.2Ragam Pariwisata ... 29


(3)

1.5.3 Pariwisatadan Pembangunan Partisipasi ... 34

1.5.3.1 Prinsip Pembangunan Partisipatif ... 34

1.5.3.2 Partispasi Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata ... 36

1.5.3.3 Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat ... 38

1.6 Defenisi Konsep ... 40

1.7 Sistematika Penulisan ... 41

BAB II MetodePenelitian 2.1 Bentuk Penelitian ... 42

2.2 Lokasi Penelitian ... 43

2.3 Informan Penelitian ... 43

2.4 TeknikPengumpulan Data ... 44

2.5 TeknikAnalisa Data ... 45

BAB III Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1 GambaranUmumKabupatenSamosir ... 47

3.2 GambaranUmumDesaHutabolon ... 49

3.2.1 Letak Geografi ... 49

3.2.2 Sejarah Desa ... 50

3.2.3 Keadaan Sosial ... 52

3.2.4 Keadaan Ekonomi ... 57

3.2.5 Potensi Desa Hutabolon ... 59

3.2.6 Kondisi Pemerintah Desa ... 61

3.2.6.1Pembagian Wilayah Desa ... 61


(4)

BAB IV Penyajian Data Dan Analisis Data

4.1 Pembangunan Pariwisata Samosir ... 64

4.2 Pariwisata Pantai Pasir Putih Parbaba ... 66

4.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata ... 74

4.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Kebijakan Pariwisata ... 77

4.5 Persepsi Masyarakat terhadap Usaha Pariwisata ... 80

4.6 Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat ... 82

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 86

5.2Saran ... 88


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ObjekWisata di KabupatenSamosir ... 4

Tabel 1.2 Tingkatan Partisipasi ... 37

Tabel 3.1 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Jumlah Desa, Kelurahan ... 48

Tabel 3.2 Luas Wilayah Desa Hutabolon per Dusun ... 50

Tabel 3.3 Nama Kepala Desa dan Lama Jabatan ... 51

Tabel 3.4 Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Agama ... 52

Tabel 3.5 Data Penduduk Desa Hutabolon berdasarkan Pekerjaan... 55

Tabel3.6 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011 ... 56

Tabel 3.7 SaranaPrasaranaSekolah di desa Hutabolon Kec.Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010/2011 ... 57

Tabel 3.8 Potensi Urusan Wajib ... 60

Tabel 3.9 Potensi Urusan Pilihan ... 61

Tabel 3.10 Nama Kampung di Desa Hutabolon ... 62

Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ... 70

Tabel 4.2 Jumlah Kunjungan Wisatwan Nusantara ... 71


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Perangkat Desa Hutabolon ... 63