Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana
2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas
melalui promosi,perlindungan,dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi
serta penyelenggaraan pelayanan,pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal ; mengatur jumlah,jarak dan usia
ideal melahirkan anak yaitu pengaturan kehamilan dan melahirkan anak, pengaturan
kehamilan serta membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga (BKKBN,2011).
2.1.2. Manfaat ber-KB
Menurut Arum (2009) Manfaat ber-KB terdiri dari empat yaitu :
1.

Bagi Ibu,antara lain:
a. Mencegah anemia (kurang darah)
b. Mencegah perdarahan yang terlalu banyak setelah persalinan
c. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)
d. Mendekatkan ibu terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan.
e. Meningkatkan keharmonisan keluarga


2.

Bagi Anak,antara lain :
a. Mencegah kurang gizi
b. Tumbuh kembang anak terjamin

`

c. Kebutuhan Asi eklusif 6 bulan terpenuhi
3.

Ekonomi,antara lain :
a. Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga
b. Meningkatkan/menambah pendapatan ekonomi keluarga

4.

Sosial Budaya,antara lain :
a. Meningkatkan kesempatan bermasyarakat

b. Meningkatkan peran ibu dalam pengambilan keputusan keluarga

2.2. Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah/ menghalangi
dan “Konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma
(Saifuddin, 2005).
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan
cara kontrasepsi modern,yaitu
1. Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi
dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama
terputus, pantang berkala, metode suhu badan basal, dan metode kalender. Sedangkan
kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma,
kap serviks, dan spermisid.

`

2. Kontrasepsi Modern

Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal, yang
terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit).2) IUD/AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi
tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Saifuddin,
2005).
Hal penting dalam pelayanan keluarga berencana yang perlu diperhatikan
adalah prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada PUS yang isterinya
mempunyai keadaan 4T, yaitu:
a. Terlalu Muda
Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami kematian karena
persalinan dan tubuh belum cukup matang untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka
lebih sering meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun.
b. Terlalu Tua
Wanita usia subur yang sudah tua akan mengalami bahaya, terutama bila mereka
mempunyai masalah kesehatan lain atau sudah terlalu banyak melahirkan.
c. Terlalu Dekat
Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan kekuatan
diantara kehamilan.
d. Terlalu Banyak
Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering mengalami kematian

karena perdarahan setelah persalinan dan penyebab lain (BKKBN, 2010).

`

2.3. Intra Uterine Devices (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
2.3.1. Pengertian
IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah suatu alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang fleksibel dalam rahim melalui
vagina,dengan menghalangi kedua saluran tuba yang menghasilkan telur sehingga
tidak terjadi pembuahan (KemenKes, 2012).
2.3.2. Jenis IUD
Adapun jenis-jenis dari IUD yaitu:
1. Cooper-T
Berbentuk T terbuat dari bahan polyetheleb dimana bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek anti fertilasi (anti
pembuahan) yang cukup baik.
2. Cooper-7
Berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran diameter batang vertical 32 mm, ditambahkan gulungan
tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga halus pada jenis Cooper-T.

3. Multi Load
Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan kanan
terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga untuk
menambah efektifitas.

`

4. Lippes Loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk
memudahkan kontrol benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah (KemenKes, 2012).

Gambar 2.1. Jenis-jenis IUD
2.3.3. Efektifitas IUD
AKDR/IUD efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir
100%, yang bergantung pada alatnya. AKDR terbaru, seperti T 380A, memiliki angka
kegagalan yang jauh lebih rendah pada semua tahap pemakaian tanpa ada kehamilan
setelah 8 tahun pemakaian (Saifuddin, 2005).
Cupper T-380 A primadona BKKBN. Pertimbangan mengapa BKKBN memilih
Cupper T-380 sebagai primadona:

1. Teknik pemasangan mudah, tidak sakit
2. Efektifitas tinggi
3. Kejadian ekspulsi rendah
4. Tidak mudah menimbulkan perforasi

`

5. Tidak banyak menimbulkan komplikasi
6. Tidak banyak menimbulkan trauma
7. Kembalinya kesuburan berjalan lancar
2.3.4. Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme kerja IUD yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan.
Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga
menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali. IUD yang mengeluarkan
hormon juga menebalkan lendir sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo,
2005).
Lebih lanjut Saifuddin (2004) menjelaskan mekanisme Kerja IUD adalah
sebagai berikut:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

`

Gambar 2.2. Mekanisme Kerja
2.3.5. Jangka Waktu Pemakaian Kontrasepsi IUD
Badan Pengawasan obat Federal Amerika (USFDA) baru-baru ini telah
menyetujui pemakaian IUD Copper T-380A secara efektif sebagai kontrasepsi selama
maksimum 8 tahun (Saifuddin, 2004). Tiap kemasan IUD Copper T-380A
mempunyai jangka waktu penyimpanan selama 7 tahun. Hal ini berarti bahwa setiap
kemasan yang masih utuh (tidak robek) dijamin akan tetap steril sampai tanggal
kadaluwarsa sebagaimana tercantum pada label kemasan. Setelah lewat tanggal
kadaluwarsa, IUD dalam kemasan yang belum terpakai harus dibuang/dimusnahkan
(Speroff, 2005).
2.3.6. Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
1. Keuntungan IUD
Menurut Saifuddin (2005), keuntungan IUD Non hormonal (Cu T-380A)

adalah:
1.

Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi

`

2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
8. Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
2. Kerugian Penggunaan IUD

Menurut Saifuddin (2005), kerugian IUD (Cu T-380A) Non hormonal:
1. Efek samping yang umum terjadi:
a. Perubahan pada siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
d. Saat haid lebih sakit
2. Komplikasi lain:
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.

`

b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan.
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR,
Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas

6. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
7. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
8. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi setelah pemasangan AKDR
2.3.7. Persyaratan Pemakaian Kontrasepsi IUD
Menurut Saifuddin (2005) persyaratan pemakaian alat kontrasepsi IUD, yaitu:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Risiko rendah dari IMS
7. Tidak menghendaki metode hormonal
8. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

`

Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:
1. Perokok

2. Sedang menyusui
3. Gemuk ataupun yang kurus
4. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
5. Sedang memakai antibiotika atau anti kejang begitu juga Ibu dalam keadaan seperti
dibawah ini dapat menggunakan AKDR :
a. Penderita tumor jinak payudara, kanker payudara
b. Tekanan darah tinggi
c. Pusing-pusing, sakit kepala
d. Varises di tungkai atau di vulva
e. Penderita penyakit jantung
f. Pernah menderita stroke
g. Penderita diabetes dan penyakit hati atau empedu
h. Epilepsi
i. Setelah pembedahan pelvic
j. Penyakit tiroid
k. Setelah kehamilan ektopik
Sedangkan keadaan ibu yang tidak diperkenankan menggunakan IUD atau
progestasert antara lain: diketahui atau dicurigai adanya kehamilan, infeksi panggul
(pelvis) yang terus menerus, lecet (erosi) atau peradangan di leher rahim, dicurigai

`

adanya kanker rahim, perdarahan yang tidak normal yang belum diketahui
penyebabnya, perdarahan haid yang hebat, alergi terhadap logam, kelainan rahim
(misalnya rahim kecil, endometriosis, polipendometrium) dan kelainan jaringan perut
yang menyulitkan pemasangan dan pernah mempunyai riwayat kehamilan di luar
kandungan (Prawirohardjo, 2005).
2.3.8. Kontra Indikasi IUD
Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara mutlak, apabila:
1. Kehamilan
2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab didiagnosis
dan diobati, AKDR dapat dipasang.
3. Kelainan pada uterus missal uterus bikornu
4. Alergi terhadap komponen AKDR mis, tembaga.
5. HIV/AIDS karena penurunan sistem imun dan peningkatan risiko infeksi
6. Infeksi panggul atau vagina; bila telah diobati, AKDR dapat dipasng.
Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara relatif, apabila:
1. Riwayat infeksi panggul
2. Dismenorea dan/atau menoragi
3. Fibroid dan endometriosis
4. Terapi penisilamin dapat mengurangi keefektivan tembaga (BKKBN, 2011)
2.3.9. Waktu Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD
1. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
2. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil

`

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amonorea
laktasi (MAL).
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejala infeksi
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (BKKBN, 2011).
2.3.10. Pemeriksaan Ulang IUD
Setelah pemasangan IUD perlu dilakukan control medis dengan jadwal:
a. Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis.
b. Jadwal pemeriksaan ulang:
1. Dua minggu setelah pemasangan
2. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama
3. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua
4. Enam bulan sampai satu tahun apabila ada keluhan
5. Periksalah benang AKDR/IUD secara rutin selama bulan pertama pemasangan
bila mengalamai nyeri perut bagian bawah
6. periksalah ke klinik apabila siklus haid terganggu pengeluaran cairan dari vagina
dan adanya infeksi (BKKBN, 2011).

`

2.4. Konseling
2.4.1. Pengertian
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaktif positif antara
klien dengan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi (KemenKes RI, 2012).
Konseling adalah upaya membantu orang lain untuk dapat mengenali dirinya,
memahami masalahnya, menetapkan alternatif pemecahan masalahnya dan
mengambil keputusan untuk mengatasi masalahnya sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa atau terbujuk (Depkes,
2007).
Konseling

merupakan

suatu

bentuk

komunikasi

interpersonal

yang

khusus,yaitu suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta,harapan,kebutuhan dan perasaanperasaan klien. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien
dengan cara meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.
Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan akan meningkatkan keberhasilan program dalam
pelayanan KB (BKKBN, 2011).

`

Konseling sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor)
bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien),agar dapat
menghadapi persoalan konflik yang dihadapi dengan lebih baik (Lubis,2013).
Konseling merupakan upaya untuk klien membuang respon-respon yang lama
yang merusak diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat..
Konseling ditandai dengan pendekatan:
1. Fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik.
2. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan).
3. Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus.
4. Penilaian objektif mengenai hasil konseling (Willis, 2009).
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan
pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan tehnik konseling yang
baik, dan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan pada klien
dalam memutuskan untuk memilih metode kontrasepsi (informed choise) yang akan
digunakan (BKKBN, 2006).
Konseling Keluarga Berencana merupakan aspek yang sangat penting dalam
pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan
melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan
memutuskan Jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya.
Konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi yang
lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi

`

interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan
kepercayaan yang sudah ada (BKKBN,2013).
2.4.2. Tujuan Konseling
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
b. Memilih metode KB yang diyakini.
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman danefektif.
d. Memulai dan melanjutkan KB.
e. Mempelajari tujuan, ketidak jelasan informasi tentang metode KB yang tersedia
(Artikel Widyaswara,2014).
Proses konseling yang baik mempunyai empat unsur kegiatan :
1.

Pembinaan hubungan yang baik

2.

Penggalian dan dan pemberian informasi

3.

Pengambilan keputusan,pemecahan masalah dan perencanaan

4.

Menindaklanjuti pertemuan (KemenKes RI, 2012).

2.4.3. Manfaat Konseling
Manfaat dalam memberikan konseling terdiri dari :
1.

Membina hubungan baik dan membangun rasa saling percaya

2.

Memberi informasi yang lengkap,jelas dan benar.

3.

Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhannya

4.

Memberika rasa puas kepada klien terhadap pilihannya (KemenKes RI,2012).

`

2.4.4. Tempat Pelayanan Konseling
Menurut Saifuddin (2005) ada Dua jenis tempat pelayanan konseling ,yaitu :
1. Konseling KB di lapangan (non klinik)
Petugas pelaksana KB lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, Sub
PPKBD dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas
utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun
secara perseorangan.Adapun informasi yang diberikan mencakup:
a. Pengertian manfaat perencanaan keluarga.
b. Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat.
c. Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat,
Kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikasi, tempat
kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan serta biaya).
2. Konseling KB di klinik dilaksanakan oleh petugas medis dan para medis terlatih di
klinik diupayakan agar diberikan

secara perseorangan di ruangan khusus.

Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai
pemantapan hasil konseling di lapangan, mencakup hal-hal berikut:
a. Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi
kesehatannya.
c. Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak
sesuai dengan kondisi kesehatannya.

`

d. Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau
jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan
ditemui masalah kesehatan lain.
e. Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien
tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.
2.4.5. Langkah-langkah dalam Konseling KB
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulangulang karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci
SATU TUJU adalah sebagai berikut:
SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta
terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta
jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh.
T

: Tanyakan pada klien informasi entang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan Kontrasepsi yang
diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.

U

: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan
kontrasepsi. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang di ingini.

`

TU : Ban TUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien
untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.
J

: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.

U

: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan
konterasepsi jika dibutuhkan (Wulandari, 2009).
Aspek-aspek konseling KB dalam memberikan pesan kepada calon akseptor

KB, antara lain:
1. Materi Konseling
Materi konseling KB berisikan pesan penjelasan spesifik tentang alat-alat
kontrasepsi yang diinginkan calon atau akseptor KB. Materi konseling biasanya
bersifat mudah dipahami, ringkas, padat atau memiliki muatan pesan.
2. Media Konseling
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002). Media merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat seseorang sedemikian rupa
sehingga terjadi proses belajar (Purnamawati dan Eldarni, 2001).
Media konseling dapat berupa gambar-gambar yang disampaikan oleh konselor
untuk mempermudah pemahaman calon/akseptor KB (BKKBN, 2001).

`

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001), ada beberapa prinsip media yang
perlu diperhatikan dalam memberikan pesan antara lain:
a. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi
yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih
Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara.
Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kesehatan).
b. Karakteristik media pembelajaran. Setiap media mempunyai karakteristik
tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara
penggunaannya. Memahami karakteristik media merupakan kemampuan dasar
yang harus dimiliki konselor dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran.
Disamping itu memberikan kemungkinan pada konselor untuk menggunakan
berbagai media secara bervariasi.
c. Alternatif pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian konselor bisa menentukan pilihan media mana
yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
3. Pola Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi antara satu individu
dengan individu yang lain, untuk itu dari masing-masing individu diharapkan
memiliki kamampuan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam proses komunikasi
(Rakhmat, 2000).

`

Terdapat dua pola komunikasi dalam proses konseling yaitu komunikasi
bentuk ritual dan bentuk responsif atau interaktif. Pola komunikasi bentuk ritual
ditunjukan dengan perilaku rutin yang ditunjukan oleh konselor atau klien.
Sedangkan pola komunikasi responsif ditunjukan dengan negosiasi antara konselor
dengan klien, dengan maksud menyelesaikan beberapa permasalahan (Nurihsan,
2005).
Menurut Effendy (2007), variabel-variabel yang berpengaruh pada kualitas
hubungan (komunikasi) antara dua adalah:
a. Penyingkapan diri (self disclosure) adalah membeberkan informasi tentang diri
sendiri. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan memasuki
hubungan sosial seseorang dan berkaitan dengan kesehatan mental dan dengan
pengembangan konsep diri.
b. Kepercayaan dan keberbalasan.
c. Keakraban.
d. Kebersamaan.
e. Saling bergantungan yang berkaitan dengan rasa percaya, komitmen dan
perhatian/kepedulian.
f. Afiliasi yang berkaitan dengan sikap bersahabat, suka berkumpul/bersama dengan
orang lain serta ramah.
Ciri-ciri perilaku berafiliasi tinggi adalah memberi nasehat, mengkoordinasikan,
mengarahkan, memulai dan memimpin.

`

4. Sikap petugas
Untuk mencapai tujuan konseling, perilaku atau sikap konselor merupakan
faktor yang menentukan apakah pesan yang disampaikan berhasil atau tidak.
2.4.6. Faktor Pelaksanaan Konseling
Menurut Wulandari (2009), ada dua faktor pelaksanaan konseling yaitu :
1. Faktor utama
A. Menyampaikan informasi yang jelas,tepat dan benar. Pada penerapan
konseling KB,bidan sebagai konselor akan memberikan informasi mengenai
bermacam-macam alat kontrasepsi yang mungkin merupakan hal baru bagi
klien. Maka,dalam membekali berbagai pengetahuan tentang kontrasepsi,
bidan harus memperhatikan hal sebagai berikut:
a). Singkat, memilih informasi yang paling penting dan menekankan halhal yang perlu diingat.
b). Terorganisasi, informasi dikelompokkan dengan kategori tertentu agar
mudah diingat pasien.
c). Sederhana,menggunakan kata-kata yang mudah dipahami klien.
d). Pengulangan, ulangi informasi yang paling penting, dan kata terakhir
yang diucapkan oleh bidan akan mudah diingat klien.
e). Spesifik, informasi harus bersifat konkret spesifik,tidak abstrak atau
kabur, sehingga klien akan merasa jelas.
B. Menunjukkan bahwa bidan memberikan perhatian dan respek.

`

Bidan memperlihatkan kepada kliennya cara memberikan perhatian berupa
pemahaman dan menerima pendapat, perasaan dan kebutuhan dari klien,
menghormati perasaan klien, dan jujur dalam menanggapi kecemasan klien
dengan tidak menyembunyikan informasi yang ingin diketahui klien.
2. Faktor penunjang konseling
a. Ruang konseling merupakan ruangan khusus yang dapat memberikan rasa
aman dan nyaman,sehingga klien lebih bisa terbuka.
b. Alat komunikais, informasi dan edukasi (KIE) sehingga klien akan mendapat
gambaran lebih jelas.
c. Suasana konseling
d. Hubungan rapport adalah konselor dan klien tercipta hubungan yang dilandasi
saling percaya. Konselor percaya bahwa klien mampu untuk memutuskan
alat kontrasepsi yang akan dipakainya dan klien percaya bahwa konselor
memang menghargainya sebagai pribadi.
e. Sikap konselor
f. Penampilan konselor
Mampu menempatkan dan menampilkan diri sesuai dengan keadaan
yang dihadapinya.
2.4.7. Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.

`

2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
4. Membangun rasa saling percaya.
5. Mengormati hak klien dan petugas.
6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
7. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
2.4.8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Konseling
a. Faktor individual
Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan faktor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari:
1. Faktor fisik
Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan sangat
mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan
konselor.
2. Sudut pandang
Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap
budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya tentang materi
yang dikonselingkan.
3. Kondisi sosial
Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam
memahami materi.

`

4. Bahasa
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga akan
mempengaruhi pemahaman pasien.
b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi
Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan
diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta
sejarah hubungan antara konselor dan klien akan mempengaruhi kesuksesan
proses konseling.
c. Faktor situasional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan
antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi
dengan pelanggar lalu lintas.
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua
pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :
1. Kegagalan menyampaikan informasi penting.
2. Perpindahan topik bicara yang tidak lancar.
3. Salah pengertian (BkkbN, 2013).
2.3.9. Upaya Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Masalah Pemilihan
Kontrasepsi
Menurut Sukardi (2008) efektivitas konseling petugas kesehatan akan
menimbulkan kepercayaan ibu terhadap kontrasepsi yang akan dipergunakan. Dalam

`

memberikan konseling, petugas kesehatan harus memperhatikan hal-hal antara lain:
perlakuan terhadap akseptor KB secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan,
pemahaman akseptor KB secara empatik, penghargaan terhadap martabat akseptor
KB sebagai individu, penerimaan akseptor KB secara apa adanya dan kepekaan
terhadap perasaan yang dinyatakan oleh akseptor KB.

2.5. Karakteristik
Karakteristik Individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan
mempengaruhi prilaku. Setiap individu memiliki karakteristik bawaan (heredity) dan
lingkungan (environment). Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan
yang dibawa sejak lahir baik yang berkaitan dengan faktor biologis maupun sosial
psikologis, kepribadian, prilaku, apa yang diperbuat, dipikirkan dan dirasakan oleh
seorang/individu (Hurlock,2005).
a. Umur menurut Nursalam (2008), adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun dan semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum
tinggi kedewasaannya. Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur
waktu keberadaan suatu benda atau makhluk,baik yang hidup maupun yang mati,
umur diukur dari tarikh dianya lahir sehingga semasa sekarang.
b. Jumlah anak adalah jumlah anak hidup yang dimiliki oleh responden saat ini.

`

c. Pendidikan adalah pembelajaran, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang
yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan atau penelitian.
d. Agama
Menurut kamus bahasa Indonesia agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
KB dalam agama islam adalah istilah resmi yang dipakai di Negara kita untuk
menghindari dan mengatur kelahiran dengan tidak melawan hukum agama, adat
dan hukum negara dalam upaya meningkatkan keluarga sakinah/ sejahtera
mawaddah dan warahmah (BKKBN,2013).
e. Budaya
Dalam Buku Herimanto,dkk (2010) budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta; buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata budhi atau budi dan akal.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan

pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

`

Menurut para ahli Sidi Gazalba Budaya merupakan cara berpikir dan merasa
untuk kemudian dinyatakan dalam seluruh kehidupan sekelompok manusia yang
membentuk masyarakat dalam suatu ruang dan waktu tertentu.Sedangkan menurut
Edward Burnett Tylor kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan- kemampuan dan
kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah bendabenda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.6. Pengetahuan dan Tindakan PUS (Pasangan Usia Subur)
2.6.1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Menurut tim kerja dari WHO, Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain. Pengetahuan sebagai kombinasi dari kerangka

`

pengalaman, informasi,kontekstual, nilai-nilai dan pandangan ahli yang memberikan
kerangka kerja untuk mengevaluasi dan memadukan pengalaman dan informasi.
Dengan kata lain, pengetahuan adalah kombinasi dari informasi dan pengalaman.
Achterbergh & Vriens (2002) lebih jauh menuliskan bahwa pengetahuan
memiliki 2 fungsi yakni: pertama, berfungsi sebagai latar belakang untuk pengkajian
gejala, yang sebaliknya akan memungkinkan pelaksanaan tindakan. Fungsi kedua
adalah untuk menilai apakah bentuk tindakan akan memberikan hasil yang
diharapkan

dan

untuk

menggunakan

penilaian

dalam

memutuskan

cara

mengimplementasikan tindakan-tindakan tersebut.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overbehaviour). Berdasarkan pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar, 2003).
Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo 2012 mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yakni:
1.

Awareness (Kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.
2.

Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

`

3.

Evalution (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4.

Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5.

Adoption, subjek telah berperilaku baru selesai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya atau mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari/rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara
benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.

`

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan Kriteria-kriteria yang telah ada
(Notoadmodjo, 2012).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
2.6.2. Tindakan
Tindakan merupakan seseorang yang mengetahui stimulus atau objek
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui,proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa
yang diketahui atau disikapinya lebih baik (Notoatmodjo,2012).
Praktek otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior ). Untuk
mewujudkan praktek menjadi nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor
pendukung (support) dari pihak lain.

`

Tindakan atau praktek menurut Notoatmodjo (2010) ada 3 tingkatan menurut
kualitasnya,yaitu :
1. Tindakan atau praktik Terpimpin (guided respon). Apabila Subjek atau seseorang
telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau
menggunakan panduan.
2. Tindakan atau praktik secara Mekanisme (Mechanism). Apabila seseorang telah
melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis.
3. Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu tindakan atau

praktek yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja,tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan perilaku yang
berkualitas.
Menurut Notoatmodjo (2012) dalam tindakan kesehatan mencakup tiga
indikator, yakni :
a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit. Tindakan ini mencakup antara
lain: pencegahan penyakit misalnya memberikan imunisasi pada balita.
b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. tindakan atau
perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
melakukan olah raga secara teratur, dan praktek perawatan kesehatan sebagainya.
c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.Perilaku ini mencakup buang air besar
dijamban, membuang sampah pada tempatnya.

`

Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein dalam buku Azwar (2012)
mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) penyebab prilaku
seseorang didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia melakukan sesuatu dengan
cara-cara yang masuk akal,umumnya manusia mempertimbangkan semua informasi
yang ada dan secara eksplisit maupun inplisit untuk memperhitungkan implikasi
tindakan mereka.
Teori tindakan beralasan sikap mempengaruhi prilaku lewat suatu proses
pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan.

2.7. Landasan Teori
Hosland,et al. (1953) dalam Notoatmodjo 2012, mengatakan bahwa
perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri
dari stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak dapat diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu,dan berhenti disini,apabila
stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus
tersebut efektif. Stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah
organisme mengolah stimulus teresbut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya (sikap). Akhirnya dengan dukungan fasilitas

`

serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku).
Organisme

Stimulus

- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan
- Pengetahuan

Reaksi
Perubahan sikap

Reaksi
Perubahan
Tindakan /
praktik
Gambar 2.3. Skema Teori Stimulus Organisme Respon (SOR) dalam
Notoatmodjo, 2012

`

2.8. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori di atas maka yang menjadi kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Konseling KB

Pengetahuan

Tindakan

Variabel Confounding
Karakteristik:
-Umur
-Jumlah anak
-Pendidikan
-Agama
-Budaya
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Pada skema diatas dapat dijelaskan bahwa yang menjadi variabel independen
adalah konseling KB dan menjadi variabel dependen yaitu pengetahuan dan tindakan
Pasangan Usia Subur (PUS) dalam pemakaian Kontrasepsi IUD, serta variabel
confounding yaitu berdasarkan karakteristik (umur, jumlah anak, pendidikan,agama

dan budaya).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Niat Pasangan Usia Subur tentang Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Mancung Kabupaten Aceh Tengah

3 81 103

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Respon Pasangan Usia Subur Terhadap Program Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

1 30 90

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

0 1 17

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

0 0 9

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

0 1 4

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

0 0 36