Kedudukan Nota Kesepahaman (MoU Helsinki) Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka Dalam Hukum Tata Negara di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abduh, Muhammad, Perilaku Hukum dan Moral di Indonesia , USU Press, Medan,
2004.
Abdussalam, Politik Hukum, PTIK, Jakarta, 2011.
__________, Filsafat Hukum Perspektif Historis, PTIK, Jakarta, 2011.
Adan, Hasanuddin Yusuf, Aceh dan Inisiatif NKRI, Adnin Foundation Publisher,
Banda Aceh, 2010.
Adji, Oemar Seno, Peradilan Bebas Negara Hukum, Airlangga, Jakarta, 1980.
Adolf, Huala, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Keni Media,
Bandung, 2011.
Agusman, Damos Dumoli, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan
Praktek di Indonesia , Aditama, Bandung, 2010.
Alfian, Teuku Ibrahim, Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah , Pusat Dokumentasi
dan Informasi Aceh, Banda Aceh, 1999.
Ali, Fachry, Kalla dan Perdamaian Aceh, LSPEU Indonesia, Jakarta, 2008.
Amin, S.M, Memahami Sejarah Konflik Aceh, Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Jakarta, 2014.
Amirin, Tatang M, Pokok-Pokok Teori Sistem, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta,
1996.
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali

Press, Jakarta, 2006.
Aning, Floriberta, Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI, Media
Pressindo, Yogyakarta, 2006.
Anwar, Chairul, Konstitusi dan Kelembagaan Negara , Novindo Pustaka Mandiri,
Jakarta, 1999.
Apeldoorn, L.J Van, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2011.
5

416

Arbas, Cakra, Jalan Terjal Calon Independen Pada Pemilukada di Provinsi Aceh,
PT. Sofmedia, Jakarta, 2012.
Ashofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992.
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara , RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2012.
______________, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Sinar Grafika,
Jakarta, 2011.
_______________, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia , Sinar Grafika,
Jakarta, 2010.
_______________, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia , Bhuana Ilmu

Populer, Jakarta, 2008.
_______________, Perihal Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta, 2006.
Asshiddiqie, Jimly dan M. Ali Safa‟at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Konstitusi Press, Jakarta, 2012.
Atmosudirjo, Prajudi, Hukum Administrasi Negara , Ghalia Indonesia, Jakarta,
1994.
Azhary, Muhammad Tahir, Negara Hukum: suatu studi tentang prinsipprinsipnya, dilihat dari segi hukum Islam, implementasinya pada periode
negara Madinah dan masa kini, Bulan Bintang, Jakarta, 1993.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abada XVII dan XVIII Melacak Akar-akar Pembaharuan Pemikiran
Islam di Indonesia , Mizan, Bandung, 1998.
Basyar, M. Hamdan, Aceh Baru: Tantangan Perdamaian dan Reintegrasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2008.
Bhakti, Ikrar Nusa, Beranda Perdamaian Aceh Tiga Tahun Pasca MoU Helsinki,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.
Baldan, Ferry Mursyidan, Pondasi Menuju Perdamaian Abadi, Suara Bebas,
Jakarta, 2007.

417


Bardan, Tgk Ibrahim, Resolusi Konflik Dalam Islam, Aceh Istitute Press, Banda
Aceh, 2008.
Bruggink, J.J.H, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2008.
Chaidar, Al, Gerakan Aceh Merdeka , Madani Press, Jakarta, 1999.
_________, Aceh Bersimbah Darah, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1998.
Chand, Hari, Modern Jurisprudence, International Law Book Service, SelangorMalaysia, 2001.
Darmodiharjo, Darji dan Sidharta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2008
Dekker, Nyoman, Hukum Tata Negara Republik Indonesia Suatu Pengantar , IKIP
Malang, Malang, 1993.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an
Terjemahannya , CV. Toha Putra, Semarang, 1996.

Al-Karim

dan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Provinsi Daerah

Istimewa Aceh, Depdikbud, Jakarta, 1977.
Diponolo, G.S, Ilmu Negara , Balai Pustaka, Jakarta, 1975.
Djalil, Munawar A, Hasan Tiro Berontak Antara Alasan Historis-Yuridis-dan
Realitas Sosial, Adnin Foundation Publisher, Banda Aceh, 2009.
Djokosoetono, Kuliah Hukum Tata Negara , Ind-Hill-Co, Jakarta, 2006.
Djumala, Darmansyah, Soft Power Untuk Aceh Resolusi Konflik dan Politik
Desentralisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013.
Effendy, Fenty, Ombak Perdamaian Inisiatif dan Peran JK Mendamaikan Aceh ,
Kompas, 2015.

418

El-Ibrahimy, M. Nur, Tgk M. Daud Beure’euh Peranannya Dalam Pergolakan di
Aceh, Gunung Agung, Jakarta, 1986.
Friedman W, Legal Theory, Columbia University Press, New York, 1967.
Friedman, Lawrence M, Hukum Amerika Sebuah Pengantar , Tata Nusa, Jakarta,
2001.
__________________, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Nusa Media,
Bandung, 2011.
Fuady, Munir, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana,

Jakarta, 2013.
Gadjong, Agussalim Andi, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2007.
Gani, Yusra Habib Abdul, Self Government: Studi Perbandingan tentang Desain
Administrasi Negara , Paramedia Press, Jakarta, 2009.
Gie, The Liang, Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik
Indonesia , Liberty, Yogyakarta, 1967.
Ginting, Budiman, Kenangan Purnabakti Prof. Dr. M. Solly Lubis, SH – Refleksi
Hukum dan Konstitusi di Era Reformasi, Pustaka Bangsa Press, Medan,
2002.
Gunawan, Restu, Indonesia Dalam Arus Sejarah Masa Pergerakan Kebangsaan ,
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2012.
Hadikusuma, Hilman, Bahasa Hukum Indonesia , Alumni, Bandung, 2010.
Hadjon, Philipus M, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Suatu Studi
Tentang Prinsip-prinsip, Penanganannya Oleh Pengadilan Dalam
Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi
Negara , Bina Ilmu, Surabaya, 1987.
HAM, Komnas, Buku I Komnas, Laporan Tim Ad HOC Aceh, 2004.
Hamid, Ahmad Farhan, Jalan Damai Nanggroe Endatu Catatan Seorang Wakil
Rakyat Aceh, Suara Bebas, Jakarta, 2006.


419

Hamzah, Murizal, Hasan Tiro Jalan Panjang Menuju Damai Aceh , Bandar
Publishing, Banda Aceh, 2014.
Hardi, Api Nasionalisme Cuplikan Pengalaman , Gunung Agung, Jakarta, 1983.
Hardjosoediro, Soejitno, Kronologi Pergerakan Kemerdekaan Indonesia , Pradnya
Paramita, Jakarta, 1979.
Hartono, C.F.G Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke 20 ,
Alumni, Bandung, 2006.
Hartono, M. Dimyati, Problematik dan Solusi Amandemen Undang-Undang
Dasar 1945, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009.
Hasan, Husaini, Hasan Tiro The Unfinished Story Of Aceh, Bandar Publishing,
Banda Aceh, 2010.
____________, Dari Rimba Aceh Ke Stockholm, Batavia Publishing, Jakarta,
2015.
Hasan, Teuku Moehammad, Gubernur Sumatera Dari Aceh Ke Pemersatu
Bangsa , Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 1999.
Hatta, Mohammad, Menuju Gerbang Kemerdekaan , Kompas Media Nusantara,
Jakarta, 2011.

_______________, Demokrasi Kita-Bebas Aktif-Ekonomi Masa Depan, UI Press,
Jakarta, 2002.
HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.
Husain, Farid, To See The Unseen-Kisah Dibalik Damai Aceh, Health & Hospital
Indonesia, Jakarta, 2007.
___________, To See The Unseen Scenes Behind The Aceh Peace Treaty, Health
& Hospital Indonesia, Jakarta, 2007.
Hidayat, Syarif dan Bhenyamin Hoessein, Desentralisasi dan Otonomi Daerah
dalam Paradigma Baru Otonomi Daerah, P2P-LIPI, Jakarta, 2001.

420

Ibrahim, Jhonny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing, Malang, 2007.
Indra, Muhammad Ridhwan, Undang-Undang Dasar 1945 Sebagai Karya
Manusia , Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1990.
Indrayana, Denny, Amandemen UUD 1945 Antara Mitos dan Pembongkaran ,
Mizan, Jakarta, 2008.
Indrati, Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan 1, Kanisius, Yogyakarta, 2007.

_________________, Ilmu Perundang-Undangan 2, Kanisius, Yogyakarta, 2007.
Insider, Aceh Sepintas Lalu, Archapada, Jakarta, 1950.
Ishak, Otto Syamsuddin, Aceh Paska Konflik Kontestasi 3 Varian Nasionalisme ,
Bandar Publishing, Banda Aceh, 2013.
Iwaichi, Fujiwara, Kikan Operasi Intelijen Tentara Jepang di Asia Tenggara
Selama Perang Dunia ke II, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988.
Jakobi, Tgk. A.K, Aceh Daerah Modal, Pelita Persatuan, Jakarta, 1992.
______________, Aceh Dalam Perang Mempertahankan Proklamasi
Kemerdekaan 1945-1949 , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998.
Jalil, Husni, Hukum Pemerintahan Daerah, Syiah Kuala University Press, Banda
Aceh, 2008.
Jessup, Philip C, Pengantar Hukum Modern Antar Bangsa , Nuansa Cendekia,
Bandung, 2012.
Jihad, Abu, Hasan Tiro dan Pergolakan Aceh, Aksara Centra, Jakarta, 2000.
Joeniarto, Selayang Pandang Tentang Sumber-Sumber Hukum Tata Negara di
Indonesia , Liberty, Yogyakarta, 1991.
Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, 2008.
Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila , Paradigma, Yogyakarta, 2013.
Kaho, Josef Riwu, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia ,
Rajawali Press, Jakarta, 1991.


421

Kaloh, J, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Kamelo, Tan, Pemikiran Guru Besar Universitas Sumatera Utara Dalam
pembangunan Nasional, Dewan Guru Besar USU, Medan, 2012.
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta, 2002.
___________, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , Balai Pustaka,
Jakarta, 1989.
Kansil, C.S.T dan Christine S.T. Kansil, Pemerintahan Daerah di Indonesia , Sinar
Grafika, Jakarta, 2002.
Kartasapoetra, R.G, Sistematika Hukum Tata Negara , PT. Bina Aksara, Jakarta,
1987.
Kawilarang, Harry, Aceh Dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki, Bandar
Publishing, Banda Aceh, 2010.
Kelsen, Hans, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara , Nusa Media, Bandung,
2011.
___________, Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, Bandung, 2012.
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1997.

Koesoemahatmaja, RDH, Pengantar ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah di
Indonesia , Bina Cipta, Bandung, 1979.
Koswara, E, Otonomi Daerah: Untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat,
Yayasan PARIBA, Jakarta, 2001.
Kranenburg, R, dan B. Sabaroedin, Ilmu Negara Umum, Pradnya Paramita,
Jakarta, 1975.
Kusnardi, Moh dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia ,
Pusat Studi Ilmu Hukum UI, Jakarta, 1988.
Kusumaatmaja, Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Binacipta, 1990.

422

Kusumo, Sardono W, Aceh Kembali Ke Masa Depan, IKJ Press, Jakarta, 2005.
Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, PT. Sofmedia, Jakarta, 2012.
____________, Manajemen Strategis Pembangunan Hukum, Mandar Maju,
Bandung, 2011.
____________, Serba-serbi Politik dan Hukum, PT. Sofmedia, Medan, 2011.
____________, Paradigma Kebijakan Hukum Pasca Reformasi, PT. Sofmedia,
Jakarta, 2010.
____________, Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Mandar Maju, Bandung,

2009.
____________, Hukum Tata Negara , Mandar Maju, Bandung, 2008.
____________, Kebijakan Publik, Mandar Maju, Bandung, 2007.
____________, Ilmu Negara , Mandar Maju, Bandung, 2007.
____________, Pergeseran Garis Politik dan Perundang-undangan Mengenai
Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, 1983.
____________, Asas-Asas Hukum Tata Negara , Alumni, Bandung, 1978.
Mahfud M.D, Moh, Politik Hukum di Indonesia , Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
_______________, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi, Rajawali
Press, Jakarta, 2011.
_______________, Konstitusi Dan Hukum Dalam Kontroversi Isu , PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Manan, Bagir, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas
Hukum UII, Yogyakarta, 2001.
___________, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945, Unsika, Karawang, 1993.
Mangesti, Yovita A dan Bernard L Tanya, Moralitas Hukum, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2014.

423

Mansoer, Moh. Tolchah, Sumber Hukum dan Urutan Tertib Hukum Menurut
Undang-Undang Dasar RI ’45, Binacipta, Bandung, 1979.
Marzuki, M. Laica, Berjalan-jalan di Ranah Hukum, Sekretariat Jenderal &
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006.
Mauna, Boer, Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2005.
Mertokusumo, Sudikno, Teori Hukum, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2012.
___________________, Penemuan Hukum, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta,
2010.
Mill, John Stuart, On Liberty-Perihal Kebebasan, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 1996.
Missbach, Antje, Politik Jarak Jauh Diaspora Aceh, Ombak, Yogyakarta, 2012.
Muslimin, Amrah, Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 1982.
Nasroen, M, Masalah-masalah Sekitar Otonomi Daerah, Wolters, Jakarta, 1951.
Nietzsche, Friedrich, Sabda Zarathustra , Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014.
Nonet, Philippe dan Philip Selznick, Hukum Responsif, Nusa Media, Bandung,
2011.
Nurdin, Abidin, Idealisme Politik Islam di Aceh, Lembaga Kajian Agama dan
Sosial (LKAS), Banda Aceh, 2011.
Pane, Neta S, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka – Solusi, Harapan,
dan Impian, PT. Gramedia, Jakarta, 2001.
Panjaitan, Merphin, Logika Demokrasi Rakyat Mengendalikan Negara , Permata
Aksara, Jakarta, 2011.
Pathiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung,
1990.
________________, Beberapa Masalah Dalam Hukum Internasional dan Hukum
Nasional Indonesia , Binacipta, Bandung, 1987.

424

________________, Hukum Perjanjian Internasional Bagian I, Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Pemerintah Republik Indonesia Daerah Atjeh, Revolusi Desember ’45 di Atjeh
Atau Pembasmian Pengkhianat Tanah Air , Ttt.
Permanasari, Arlina, Pengantar Hukum Humaniter , ICRC, Jakarta, 1999.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara , Sekretariat Jenderal MPR RI,
Jakarta, 2012.
Polim, Teuku Mohammad Ali Panglima, Sumbangsih Aceh Bagi Republik, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1996.
Ponto, Soleman B, TNI dan Perdamaian di Aceh, Rayyana Komunikasindo,
Jakarta, 2013.
Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Prawiranegara, Syafruddin, Pemimpin Bangsa Dalam Pusaran Sejarah , Harian
Republika, Jakarta, 2011.
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Tata Negara di Indonesia , PT. Dian
Rakyat, Jakarta, 1977.
Purbacaraka, Purnadi dan M. Chidir Ali, Disiplin Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1990.
Putra, Lamkaruna, Perjalanan Panjang Aceh Menuju Islam Kaffah , Titian Ilmu
Insani, Bekasi, 2001.
Radjab, Dasril, Hukum Tata Negara Indonesia , Rhineka Cipta, Jakarta, 1994.
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1982.
Rahmany, Dyah, Matinya Bantaqiah Menguak Tragedi Beutong Ateuh , LSPP &
Cordova, Jakarta, 2001.
Ranggawidjaja, Rosjidi, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia , Mandar
Maju, Bandung, 1998.

425

Rasjidi, Lili, Monograf Filsafat Ilmu Hukum, Bandung, 2005.
Rawls, John, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011.
Reid, Anthony, Sumatera Revolusi dan Elite Tradisional, Komunitas Bambu,
Jakarta, 2012.
Rhiti, Hyronimus, Filsafat Hukum, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2011.
Riyanto, Astim, Teori Konstitusi, Yapemdo, Bandung, 2000.
Runawijaya, Usep, Hukum Tata Negara Indonesia; Dasar-dasarnya , Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1983.
Saleh, Hasan, Mengapa Aceh Bergolak, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1992.
Salim HS, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding/MoU , Sinar
Grafika, Jakarta, 2007.
Salman, Otje dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, PT Refika Aditama, Bandung,
2010.
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1999.
Sefriani, Hukum Internasional, Rajawali Press, Jakarta, 2011.
Siahaan, Pataniari, Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca
Amandemen UUD 1945, Konstitusi Press, Jakarta, 2012.
Sidharta, Bernard Arief, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,
Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2009.
__________________, Ilmu Hukum Indonesia , Genta Publishing, Yogyakarta,
2013.
__________________, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju,
Bandung, 2000.
Sjamsuddin, Nazaruddin, Pemberontakan Kaum Republik Kasus Darul Islam
Aceh, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1990.

426

_____________________, Revolusi di Serambi Mekkah, UI-Press, Jakarta, 1998.
_____________________, Integrasi Politik di Indonesia , Gramedia, Jakarta, 1989.
Soehino, Bunga Rampai Hukum Tata Negara , BPFE, Yogyakarta, 2011.
_______, Politik Hukum di Indonesia , BPFE, Yogyakarta, 2010.
_______, Hukum Tata Negara Perkembangan Sistem Demokrasi di Indonesia ,
BPFE, Yogyakarta, 2010.
_______, Hukum Tata Negara Teknik Perundang-undangan, Liberty, Yogyakarta,
2008.
_______, Perkembangan Pemerintahan di Daerah, Liberty, Yogyakarta, 1980.
Soejito, Irawan, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah , Rineka
Cipta, Jakarta, 1990.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994.
Strong, CF, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Nusa Media, Bandung, 2011.
Suhaidi, dkk, Spirit Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.
Sulaiman AB, Aceh Bakal Lepas, Yayasan Taman Iskandar Muda, Jakarta, 2005.
Sulaiman, M. Isa, Sejarah Aceh, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997.
______________, Aceh Merdeka – Ideologi, Kepemimpinan dan Gerakan,
Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2000.
Sumardjono, Maria S.W, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Sebuah
Panduan Dasar , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Sumantri, Sri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung,
2006.
Sumantri, Sri dan Sumbodo Tikok, Hukum Tata Negara , Eresco, Bandung.

427

Suny, Ismail, Bungai Rampai Tentang Aceh, Bhratara Karya Aksara, Jakarta,
1980.
Suradinata, Ermaya, Kebijaksanaan Pembangunan dalam Pelaksanaan Otonomi
Daerah, Ramadan, Bandung, 1993.
Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta, 1992.
Suryokusumo, Sumaryo, Studi Kasus Hukum Internasional, PT. Tatanusa, Jakarta,
2007.
___________________, Hukum Organisasi Internasional, UI-Press, Jakarta,
2010.
Suseno, Franz Magnis, Etika Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994.
Syarifin, Pipin dan Dedah Jubaedah, Ilmu Perundang-Undangan, Pustaka Setia,
Bandung, 2012.
Syaukani, HR, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan , Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2002.
Syueb, Sudono, Dinamika Hukum Pemerintahan Daerah , Laksbang Mediatama,
Surabaya, 2008.
Tanya, Bernard L, dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2013.
___________________, Politik Hukum Agenda Kepentingan Bersama , Genta
Publishing, Yogyakarta, 2011.
Tasrif, S, Hukum Internasional Tentang Pengakuan Dalam Teori dan Praktik,
Abardin, Jakarta, 1987.
Tempo, Daud Beureueh Pejuang Kemerdekaan Yang Berontak, Gramedia, Jakarta,
2011.
Thaib, Dahlan, Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 , Liberty,
Yogyakarta, 1993.
Tippe, Syarifudin, Aceh di Persimpangan Jalan, Pustaka Cidesindo, Jakarta, 2000.

428

Tiro, Hasan, Aceh Dimata Dunia , Bandar Publishing, Banda Aceh, 2013.
_________, Demokrasi Untuk Indonesia , Teplok Press, Jakarta, 1999.
Tresna, Bertamasya ke Taman Ketatanegaraan , Dibya, Bandung.
Usman, Abdullah Sani, Krisis Legitimasi Politik Dalam Sejarah Pemerintahan di
Aceh, Puslitbang Lektur Keagamaan, Jakarta.
Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia , Ichtiar Baru, Jakarta,
1990.
Veer, Paul Van „T, Perang Aceh Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje, Grafiti
Press, Jakarta, 1985.
Vlies, I.C. Van Der, Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-Undangan,
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2005.
Wheare, K.C, Modern Constitution, Pustaka Eureka, Surabaya, 2003.
__________, Konstitusi-Konstitusi Modern, Nusa Media, Bandung, 2011.
Widagdo, Setyo, Masalah-Masalah Hukum Internasional Publik, Bayumedia
Publishing, Malang, 2008.
Widjanarko, Tulus dan Asep S. Sambodja, Aceh Merdeka Dalam Perdebatan ,
Citra Putra Bangsa, Jakarta, 1999.
Wignjosoebroto, Soetandyo, Pergeseran Paradigma Dalam Kajian-Kajian Sosial
dan Hukum, Setara Press, Malang, 2013.
Wijaya, I. G. Ray Merancang Suatu Kontrak (Contract Drafting) Teori dan
Praktik, Kasaint Blanc, Jakarta, 2003.
Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia , Djambatan, Jakarta, 1960.
Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009.

429

B. Disertasi
Hamidi, Jazim, Makna Dan Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus
1945 Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia , Disertasi,
Universitas Padjajaran, Bandung, 2005.
Hoessein, Bhenyamin, Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Otonomi
Daerah Tingkat II, Disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Jalil, Husni, Eksistensi Otonomi Khusus Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan UndangUndang Dasar 1945, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung, 2004.
Saidin, Transplantasi Hukum Asing Ke Dalam Undang-Undang Hak Cipta
Nasional Dan Penerapannya Terhadap Perlindungan Karya
Sinematografi, Disertasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013.

C. Jurnal
Arbas, Cakra, dkk, Independent Candidates of Regional-head election in Aceh,
IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), January
2015, Volume 20, Issue 1, Ver. II.
Gusman, Delfina, Kedudukan TAP MPR Berdasarkan Undang-Undang No. 12
Tahun 2011 tentang Pemebentukan Peraturan Perundang-undangan,
Jurnal Dinamika Hukum Vol. 12 No. 3, September 2012.
Indrayana, Denny, Negara Hukum Pasca-Soeharto: Transisi Menuju Demokrasi
vs Korupsi, Jurnal Konstitusi, Mahkamah Konstitusi RI Vol. 1 No. 1, Juli
2004.
Jaweng, Robert Endi, Kritik Terhadap Desentralisasi Asimetris di Indonesia ,
Jurnal Analisis CSIS, Vol. 40, No. 2, Juni 2011.
Manan, Bagir, Penelitian di Bidang Hukum, Jurnal Pusat Penenlitian
Perkembangan Hukum No. 1, Universitas Padjajaran, Bandung, 1999.
Sidharta, B. Arief, Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, dalam Jenterajurnal hukum, Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, edisi 3 Tahun
II, November 2004.

430

Suharizal, Kewenangan Pemerintah Aceh Berdasarkan Undang-Undang No. 11
Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh-Potensi Sengketa Hubungan Pusat
Daerah, Seumike-Jurnal Kajian Aceh, Volume 3, No.1, Banda Aceh,
November 2007.

D. Seminar / Makalah
Djohan, Djohermansyah, Desentralisasi Asimetris dan Masa Depannya di
Indonesia: Kasus Aceh dan Papua , Makalah dalam Seminar Nasional
AIPI di Manado, 15 Agustus 2007.
Hoessein, Bhenyamin, Otonomi Daerah: Review Implementasi dan Prospek ke
Depan, Makalah dalam Temu Refleksi Politik dan Pemerintahan Dalam
Negeri Tahun 2003 dan Proyeksi Tahun 2004, diselenggarakan oleh
Departemen Dalam Negeri, di Sasana Bhakti Praja Departemen Dalam
Negeri, Jakarta, tanggal 15 Januari 2004.
Kalla, Jusuf, Implementasi Model Aceh Sebagai Posibilitas Alternatif Terhadap
Konflik di Sri Langka , Makalah, Sekretariat Wakil Presiden dan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Yogyakarta, 10 Maret 2007.
Nasution, Faisal Akbar, Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum,
Makalah, dilaksanakan dalam Seminar Kajian Sistem Ketatanegaraan,
diselenggarakan oleh MPR dan USU pada tanggal 6 Mei 2013.
Rahardjo, Satjipto, Mengejar Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan
(Teaching Order Finding Disorder), Universitas Diponegoro Semarang,
15 Desember 2000.
Syafruddin, Ateng, Pasang Surut Otonomi Daerah, Bandung: UNPAR-Orasi
Diesnatalis, 1983.
Suny, Ismail, Kedudukan MPR, DPR dan DPD Pasca Amandemen UUD 1945 ,
Seminar tentang Sistem Pemerintahan Indonesia Pasca Amandemen UUD
1945 diselenggarakan oleh Badan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman dan HAM Republik Indonesia bekerja sama dengan FH
Universitas Airlangga dan Kanwil Departemen Kehakiman dan HAM
Republik Indonesia Provinsi Jawa Timur di Surabaya, 9-10 Juni 2004.

431

E. Media Elektronik
Cakra Arbas, “Aceh dan MoU Helsinki”, http://cakraarbas. blogspot.com
/2013/08/aceh-dan-mou-helsinki.html, diakses pada tanggal 9 Februari
2014.
___________, “Bendera dan Lambang Aceh (Perkembangan Politik Hukum)”,
http://cakraarbas. blogspot.com/ 013/04/ bendera –dan –lambang –aceh perkembangan_208.html, diakses pada tanggal 9 Februari 2014.
Direktur SEFAS DESAK, “Komparasi Pemikiran David Easton dan Gabriel
Almond Tentang Sistem Politik”, http://sefasdesak.wordpress.com/teoripolitik/komparasi- pemikiran- david- easton- dan- gabriel- almond.html,
diakses pada tanggal 19 Desember 2013.
Faisal

A.
Rani,
“Non
Muslim
Bisa
Tunduk
Pada
Qanun”,
http://hukumonline.com/berita/baca/lt54893fea1712d/prof-faisal-a-rany-brnon-muslim-bisa-tunduk-pada-qanun, diakses pada tanggal 31 Maret
2015.

Gubernur Aceh, “Poin Penting MoU Belum Terwujud”, http:// jdih.acehprov.
go.id/berita/artikel/262-gubernur- poin- penting- mou- belum- terwujud.
html, diakses pada tanggal 22 Maret 2014.
Holan, “Gerakan Aceh Merdeka”, http://holan-hukum. blogspot.com /p/gerakanaceh-merdeka-gam.html, diakses pada tanggal 11 Juli 2012.
Iqrak Sulhin, “MoU Helsinki dan Masa Depan Aceh”, http ://kriminologi1
.wordpress.
com
/2007/08/31/mou-helsinki-dan-masa-depan-aceh/,
diakses pada tanggal 13 Maret 2012.
TNI, “Sejarah TNI”, http://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html, diakses pada
tanggal 19 Februari 2014.
Winnie Angie Utami, “Peran Henry Dunant Centre (HDC) Dalam Upaya
Penyelesaian
Konflik
Antara
Pemerintah
RIGAM”,
http://diplomasisenin1245.blogspot.com/2010/06/henry-dunant-centrehdc-dan-peranannya.html, diakses pada tanggal 13 Juli 2012.

432

Wikipedia, “Abdurrahman Wahid”, http://id.wikipedia.org /wiki/Abdurrahman
_Wahid, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.
________, “B.J Habibie”, http://id.wikipedia.org/wiki/B.J_Habibie, diakses pada
tanggal 19 Februari 2014.
________,“Konferensi Meja Bundar”, http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi
_Meja_Bundar, diakses pada tanggal 19 Februari 2014.
________,“Konflik”, http://id.m.wikipedia.org/wiki/konflik, diakses pada tanggal
1 Agustus 2014.
________,“KNIL”, http://id.m.wikipedia.org/wiki/KNIL, diakses pada tanggal 19
Februari 2014.
________,“Sejarah TNI”, http://id.m.wikipedia. org/wiki /Sejarah_ Tentara_
Nasional_Indonesia , diakses pada tanggal 19 Februari 2014.
________, “Seni”, http: //id. Wikipedia .org/wiki/Seni, diakses pada tanggal 9
Maret 2014.
http://lontar.ui.ac.id/opac/ui, diakses pada tanggal 17 Februari 2013.
http://etd.ugm.ac.id/index, diakses pada tanggal 17 Februari 2013.
http://pustaka.unpad.ac.id/archives, diakses pada tanggal 16 Januari 2014.

F. Media Cetak
Abdullah Saleh, “SBY Ingkar Janji”, (Serambi Indonesia, Selasa 1 Juli 2014).
Analisa, “Piliphina-MILF Tandatangani Perjanjian Damai”, (Analisa, Jumat 28
Maret 2014).
Cakra Arbas, “Apa Kabar Janji Untuk Aceh?”, (Waspada, Rabu 4 Februari 2015).
Dibalik Proses Perdamaian Aceh, (Kompas, 16 Agustus 2005).
Dirjen Otonomi Daerah, “Kita Tunduk Pada MoU Helsinki”, (Waspada, Senin 16
Juni 2014).

433

Hamid Awaluddin, “soal perundingan itu: itu urusan Indonesia dengan Aceh”,
(Media Indonesia, 23 Mei 2005).
Jusuf Kalla, “Wapres: Perundingan RI-GAM Amanat MPR”, (Kompas, 5 Juni
2005).
_________, “JK Janji Selesaikan RPP Turunan UUPA Akhir Tahun Ini”, (Serambi
Indonesia, Senin 24 November 2014).
Ketua KPA Wilayah Pase, “Memperingati MoU Untuk Mengingat Jasa
Perjuangan”, (Analisa, Selasa 19 Agustus 2014).
Kontra-Gerilya Cara Jusuf Kalla, (Gatra, 28 Januari 2005).
Maria Farida Indrati, “Apa Beda Keppres-Perpres-Inpres ?”, (Kompas, Kamis 14
Juli 2005).
Menteri Dalam Negeri, “Mendagri Sampaikan 13 Poin Klarifikasi Bendera Aceh”,
(Serambi Indonesia, Kamis 4 April 2013).
_________________, “Inti Koreksian Mendagri Atas Qanun Wali Nanggroe”,
(Serambi Indonesia, Senin 10 Juni 2013).
PBB Sambut Gembira Perjanjian Damai Aceh, (KCM, 19 Juli 2005).
Pemulihan Keamanan Tetap Dilakukan di Aceh, (Media Indonesia, 3 Maret 2005).
Penyelesaian GAM Tak Akan Diinternasionalkan, (Kompas, 7 Februari 2005).
Pimpinan Parpol, “Parpol Sepakat Akomodasi Mantan GAM Jadi Kepala Daerah
di NAD”, (Suara Pembaruan, 7 Juli 2005).
Presiden Republik Indonesia, “Penyelesaian GAM Tak Akan Diinternasionalkan”,
(Kompas, 7 Februari 2005).
_______________________, “Presiden: Jangan Khawatir Aceh Lepas”, (Kompas,
10 Agustus 2005).
Robert B. Baowollo, “Dialog Dengan GAM distop, Alternatifnya ?”, (Sinar
Harapan, 9 Juni 2005).

434

Ryaas Rasyid, “Mestinya Legislator Aceh Yang Kawal Turunan UUPA”,
(Serambi Indonesia, Kamis 3 Juli 2014).
Soal Perundingan: Itu Urusan Indonesia Dengan Aceh, (Media Indonesia, 23 Mei
2005).
Tjahyo Kumolo, “Tiga Menteri Diutus Antar Turunan UUPA ke Aceh”, (Serambi
Indonesia, Sabtu 31 Januari 2015).
Zaini Abdullah, “Aceh Segera Terima Tiga Aturan Turunan UU-PA”, (Analisa,
Senin 2 Februari 2015).
____________, “Aceh Akan Terima Perpres dan PP Pelaksana UUPA”,
(Waspada, Senin 2 Februari 2015).

G. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
TAP MPR No. VI/MPR/2002 tentang Hasil Pembahasan MPR RI terhadap
Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK,
MA, pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2002.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan
Komite Nasional Daerah.
Undang-Undang No. 10 Tahun 1948 tentang Pembagian Sumatera Dalam Tiga
Provinsi.
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia No. 16 Tahun 1955 tentang
Pengubahan peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Otonom Provinsi di Sumatera.
Undang-Undang No. 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera
Utara.
Undang-Undang No. 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keisitimewaan
Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

435

Undang-Undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
Papua.
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
Undang-Undang No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan.
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Provinsi.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 1950.
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2007 tentang Partai Politik Lokal di Aceh.
Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2007 tentang Lambang Daerah
Inpres No. 15 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Nota Kesepahaman Antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka.
Peraturan Wakil-Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah
No.8/Des/WKPM Tahun 1949 tentang Pembentukan Provinsi Aceh
Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia No. 1/Missi/1959 tentang
Penetapan Daerah Swatantra Tingkat I Aceh Sebagai Daerah Istimewa
Aceh.

436

Qanun Aceh No. 3 Tahun 2013 tentang Bendera dan Lambang Daerah di Provinsi
Aceh.
Qanun Aceh No. 8 Tahun 2012 tentang Wali Nanggroe
Keputusan KIP Aceh No. 1 Tahun 2003 tentang Penetapan Partai Politik Lokal
Sebagai Peserta Pemilu Anggota DPRA dan DPRK Tahun 2014.
Nota Kesepahaman (MoU Helsinki) antara Pemerintah Republik Indonesia dan
Gerakan Aceh Merdeka, Finlandia, 2005.

H. Kamus
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2012.
Echols, John M dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia , PT. Gramedia,
Jakarta, 2000.
Garner, Bryan A, Black’s Law Dictionary – Ninth Edition, Thomson Business,
USA, 2009.
Puspa, Yan Pradnya, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 2008.
Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1982.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pengembangan Bahasa
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka, Jakarta,
1991.
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer , Gitamedia Press, Surabaya, 2006.
Wojowasito, S, Kamus Umum Belanda Indonesia , Ichtiar Baru, Jakarta, 1978.

Nota Kesepahaman
antara
Pemerintah Republik Indonesia
dan
Gerakan Aceh Merdeka
Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan
komitmen mereka untuk penyelesaian konflik Aceh secara damai, menyeluruh,
berkelanjutan dan bermartabat bagi semua.
Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga pemerintahan rakyat Aceh
dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam negara
kesatuan dan konstitusi Republik Indonesia.
Para pihak sangat yakin bahwa hanya dengan penyelesaian damai atas konflik
tersebut yang akan memungkinkan pembangunan kembali Aceh pasca Tsunami
tanggal 26 Desember 2005 dapat mencapai kemajuan dan keberhasilan.
Para pihak yang terlibat dalam konflik bertekad untuk membangun rasa saling
percaya.
Nota Kesepahaman ini memerinci isi persetujuan yang dicapai dan prinsip-prinsip
yang akan memandu proses transformasi.
Untuk maksud ini Pemerintah RI dan GAM menyepakati hal-hal berikut:
1.
1.1.

Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh
Undang-undang tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh

1.1.1. Undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh akan
diundangkan dan akan mulai berlaku sesegera mungkin dan selambatlambatnya tanggal 31 Maret 2006.
1.1.2. Undang-undang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh akan
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Aceh akan melaksanakan kewenangan dalam semua sektor publik, yang
akan diselenggarakan bersamaan dengan administrasi sipil dan peradilan,
kecuali dalam bidang hubungan luar negeri, pertahanan luar, keamanan
nasional, hal ikhwal moneter dan fiskal, kekuasaan kehakiman dan
kebebasan beragama, dimana kebijakan tersebut merupakan kewenangan
Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan Konstitusi.

438

b) Persetujuan-persetujuan internasional yang diberlakukan oleh Pemerintah
Indonesia yang terkait dengan hal ikhwal kepentingan khusus Aceh akan
berlaku dengan konsultasi dan persetujuan legislatif Aceh.
c) Keputusan-keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang
terkait dengan Aceh akan dilakukan dengan konsultasi dan persetujuan
legislatif Aceh.
d) Kebijakan-kebijakan administratif yang diambil oleh Pemerintah Indonesia
berkaitan dengan Aceh akan dilaksanakan dengan konsultasi dan
persetujuan Kepala Pemerintah Aceh.
1.1.3. Nama Aceh dan gelar pejabat senior yang dipilih akan ditentukan oleh
legislatif Aceh setelah pemilihan umum yang akan datang.
1.1.4. Perbatasan Aceh merujuk pada perbatasan 1 Juli 1956.
1.1.5. Aceh memiliki hak untuk menggunakan simbol-simbol wilayah termasuk
bendera, lambang dan himne.
1.1.6. Kanun Aceh akan disusun kembali untuk Aceh dengan menghormati tradisi
sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh serta mencerminkan kebutuhan hukum
terkini Aceh.
1.1.7. Lembaga Wali Nanggroe akan dibentuk dengan segala perangkat upacara dan
gelarnya.
1.2.

Partisipasi Politik

1.2.1

Sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak penandatanganan
Nota Kesepahaman ini, Pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi
pembentukan partai-partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi
persyaratan nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai
politik lokal, Pemerintah RI, dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18
bulan sejak penandatanganan Nota Kesepahaman ini, akan menciptakan
kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan
berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Pelaksanaan Nota
Kesepahaman ini yang tepat waktu akan memberi sumbangan positif bagi
maksud tersebut.

1.2.2

Dengan penandatanganan Nota Kesepahaman ini, rakyat Aceh akan memiliki
hak menentukan calon-calon untuk posisi semua pejabat yang dipilih untuk
mengikuti pemilihan di Aceh pada bulan April 2006 dan selanjutnya.

1.2.3

Pemilihan lokal yang bebas dan adil akan diselenggarakan di bawah undangundang baru tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Aceh untuk memilih

439

Kepala Pemerintah Aceh dan pejabat terpilih lainnya pada bulan April 2006
serta untuk memilih anggota legislatif Aceh pada tahun 2009.
1.2.4

Sampai tahun 2009 legislatif (DPRD) Aceh tidak berkewenangan untuk
mengesahkan peraturan perundang-undangan apapun tanpa persetujuan
Kepala Pemerintah Aceh.

1.2.5

Semua penduduk Aceh akan diberikan kartu identitas baru yang biasa
sebelum pemilihan pada bulan April 2006.

1.2.6

Partisipasi penuh semua orang Aceh dalam pemilihan lokal dan nasional, akan
dijamin sesuai dengan Konstitusi Republik Indonesia.

1.2.7

Pemantau dari luar akan diundang untuk memantau pemilihan di Aceh.
Pemilihan lokal bisa diselenggarakan dengan bantuan teknis dari luar.

1.2.8

Akan adanya transparansi penuh dalam dana kampanye.

1.3.

Ekonomi

1.3.1. Aceh berhak memperoleh dana melalui hutang luar negeri. Aceh berhak untuk
menetapkan tingkat suku bunga berbeda dengan yang ditetapkan oleh Bank
Sentral Republik Indonesia (Bank Indonesia).
1.3.2. Aceh berhak menetapkan dan memungut pajak daerah untuk membiayai
kegiatan-kegiatan internal yang resmi. Aceh berhak melakukan perdagangan
dan bisnis secara internal dan internasional serta menarik investasi dan
wisatawan asing secara langsung ke Aceh.
1.3.3. Aceh akan memiliki kewenangan atas sumber daya alam yang hidup di laut
teritorial di sekitar Aceh.
1.3.4. Aceh berhak menguasai 70% hasil dari semua cadangan hidrokarbon dan
sumber daya alam lainnya yang ada saat ini dan di masa mendatang di
wilayah Aceh maupun laut teritorial sekitar Aceh.
1.3.5. Aceh melaksanakan pembangunan dan pengelolaan semua pelabuhan laut dan
pelabuhan udara dalam wilayah Aceh.
1.3.6. Aceh akan menikmati perdagangan bebas dengan semua bagian Republik
Indonesia tanpa hambatan pajak, tarif ataupun hambatan lainnya.

440

1.3.7. Aceh akan menikmati akses langsung dan tanpa hambatan ke negara-negara
asing, melalui laut dan udara.
1.3.8. Pemerintah RI bertekad untuk menciptakan transparansi dalam pengumpulan
dan pengalokasian pendapatan antara Pemerintah Pusat dan Aceh dengan
menyetujui auditor luar melakukan verifikasi atas kegiatan tersebut dan
menyampaikan hasil-hasilnya kepada Kepala Pemerintah Aceh.
1.3.9. GAM akan mencalonkan wakil-wakilnya untuk berpartisipasi secara penuh
pada semua tingkatan dalam komisi yang dibentuk untuk melaksanakan
rekonstruksi pasca-Tsunami (BRR).
1.4.

Peraturan Perundang-undangan

1.4.1. Pemisahan kekuasaan antara badan-badan legislatif, eksekutif dan yudikatif
akan diakui.
1.4.2. Legislatif Aceh akan merumuskan kembali ketentuan hukum bagi Aceh
berdasarkan prinsip-prinsip universal hak asasi manusia sebagaimana
tercantum dalam Kovenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa
mengenai Hak-hak Sipil dan Politik dan mengenai Hak-hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya.
1.4.3. Suatu sistem peradilan yang tidak memihak dan independen, termasuk
pengadilan tinggi, dibentuk di Aceh di dalam sistem peradilan Republik
Indonesia.
1.4.4. Pengangkatan Kepala Kepolisian Aceh dan Kepala Kejaksaan Tinggi harus
mendapatkan persetujuan Kepala Pemerintah Aceh. Penerimaan (rekruitmen)
dan pelatihan anggota kepolisian organik dan penuntut umum akan dilakukan
dengan berkonsultasi dan atas persetujuan Kepala Pemerintahan Aceh, sesuai
dengan standar nasional yang berlaku.
1.4.5. Semua kejahatan sipil yang dilakukan oleh aparat militer di Aceh akan diadili
pada pengadilan sipil di Aceh.
2.

Hak Asasi Manusia

2.1.

Pemerintah RI akan mematuhi Kovenan Internasional Perserikatan Bangsabangsa mengenai Hak-hak Sipil dan Politik dan mengenai Hak-hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya.

2.2.

Sebuah Pengadilan Hak Asasi Manusia akan dibentuk untuk Aceh.

441

2.3.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi akan dibentuk di Aceh oleh Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi Indonesia dengan tugas merumuskan dan
menentukan upaya rekonsiliasi.

3.

Amnesti dan reintegrasi ke dalam masyarakat

3.1.

Amnesti

3.1.1. Pemerintah RI, sesuai dengan prosedur konstitusional, akan memberikan
amnesti kepada semua orang yang telah terlibat dalam kegiatan GAM
sesegera mungkin dan tidak lewat dari 15 hari sejak penandatanganan Nota
Kesepahaman ini.
3.1.2. Narapidana dan tahanan politik yang ditahan akibat konflik akan dibebaskan
tanpa syarat secepat mungkin dan selambat-lambatnya 15 hari sejak
penandatanganan Nota Kesepahaman ini.
3.1.3. Kepala Misi Monitoring akan memutuskan kasus-kasus yang
dipersengketakan sesuai dengan nasihat dari penasihat hukum Misi
Monitoring.
3.1.4. Penggunaan senjata oleh personil GAM setelah penandatanganan Nota
Kesepahaman ini akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap Nota
Kesepahaman dan hal itu akan membatalkan yang bersangkutan memperoleh
amnesti.
3.2.

Reintegrasi kedalam masyarakat

3.2.1. Sebagai warga negara Republik Indonesia, semua orang yang telah diberikan
amnesti atau dibebaskan dari Lembaga Permasyarakatan atau tempat
penahanan lainnya akan memperoleh semua hak-hak politik, ekonomi dan
sosial serta hak untuk berpartisipasi secara bebas dalam proses politik baik di
Aceh maupun pada tingkat nasional.
3.2.2. Orang-orang yang selama konflik telah menanggalkan kewarganegaraan
Republik Indonesia berhak untuk mendapatkan kembali kewarganegaraan
mereka.
3.2.3. Pemerintah RI dan Pemerintah Aceh akan melakukan upaya untuk membantu
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan GAM guna memperlancar
reintegrasi mereka ke dalam masyarakat. Langkah-langkah tersebut mencakup
pemberian kemudahan ekonomi bagi mantan pasukan GAM, tahanan politik

442

yang telah memperoleh amnesti dan masyarakat yang terkena dampak. Suatu
Dana Reintegrasi di bawah kewenangan Pemerintah Aceh akan dibentuk.
3.2.4. Pemerintah RI akan mengalokasikan dana bagi rehabilitasi harta benda publik
dan perorangan yang hancur atau rusak akibat konflik untuk dikelola oleh
Pemerintah Aceh.
3.2.5. Pemerintah RI akan mengalokasikan tanah pertanian dan dana yang memadai
kepada Pemerintah Aceh dengan tujuan untuk memperlancar reintegrasi
mantan pasukan GAM ke dalam masyarakat dan kompensasi bagi tahanan
politik dan kalangan sipil yang terkena dampak. Pemerintah Aceh akan
memanfaatkan tanah dan dana sebagai berikut:
a) Semua mantan pasukan GAM akan menerima alokasi tanah pertanian yang
pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh
apabila mereka tidak mampu bekerja.
b) Semua tahanan politik yang memperoleh amnesti akan menerima alokasi
tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau jaminan sosial yang layak dari
Pemerintah Aceh apabila tidak mampu bekerja.
c) Semua rakyat sipil yang dapat menunjukkan kerugian yang jelas akibat
konflik akan menerima alokasi tanah pertanian yang pantas, pekerjaan, atau
jaminan sosial yang layak dari Pemerintah Aceh apabila tidak mampu
bekerja.
3.2.6. Pemerintah Aceh dan Pemerintah RI akan membentuk Komisi Bersama
Penyelesaian Klaim untuk menangani klaim-klaim yang tidak terselesaikan.
3.2.7. Pasukan GAM akan memiliki hak untuk memperoleh pekerjaan sebagai polisi
dan tentara organik di Aceh tanpa diskriminasi dan sesuai dengan standar
nasional.
4.

Pengaturan Keamanan

4.1.

Semua aksi kekerasan antara pihak-pihak akan berakhir selambat-lambatnya
pada saat penandatanganan Nota Kesepahaman ini.

4.2.

GAM melakukan demobilisasi atas semua 3000 pasukan militernya. Anggota
GAM tidak akan memakai seragam maupun menunjukkan emblem atau
simbol militer setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini.

4.3.

GAM melakukan decommissioning semua senjata, amunisi dan alat peledak
yang dimiliki oleh para anggota dalam kegiatan GAM dengan bantuan Misi
Monitoring Aceh (AMM). GAM sepakat untuk menyerahkan 840 buah
senjata.

443

4.4.

Penyerahan persenjataan GAM akan dimulai pada tanggal 15 September
2005, yang akan dilaksanakan dalam empat tahap, dan diselesaikan pada
tanggal 31 Desember 2005.

4.5.

Pemerintah RI akan menarik semua elemen tentara dan polisi non-organik
dari Aceh.

4.6.

Relokasi tentara dan polisi non-organik akan dimulai pada tanggal 15
September 2005, dan akan dilaksanakan dalam empat tahap sejalan dengan
penyerahan senjata GAM, segera setelah setiap tahap diperiksa oleh AMM,
dan selesai pada tanggal 31 Desember 2005.

4.7.

Jumlah tentara organik yang tetap berada di Aceh setelah relokasi adalah
14.700 orang. Jumlah kekuatan polisi organik yang tetap berada di Aceh
setelah relokasi adalah 9.100 orang.

4.8.

Tidak akan ada pergerakan besar-besaran tentara setelah penandatanganan
Nota Kesepahaman ini. Semua pergerakan lebih dari sejumlah satu peleton
perlu diberitahukan sebelumnya kepada Kepala Misi Monitoring.

4.9.

Pemerintah RI melakukan pengumpulan semua senjata illegal, amunisi dan
alat peledak yang dimiliki oleh setiap kelompok dan pihak-pihak illegal
manapun.

4.10.

Polisi organik akan bertanggung jawab untuk menjaga hukum dan ketertiban
di Aceh.

4.11.

Tentara akan bertanggung jawab menjaga pertahanan eksternal Aceh. Dalam
keadaan waktu damai yang normal, hanya tentara organik yang akan berada di
Aceh.

4.12.

Anggota polisi organik Aceh akan memperoleh pelatihan khusus di Aceh dan
di luar negeri dengan penekanan pada penghormatan terhadap hak asasi
manusia.

5.

Pembentukan Misi Monitoring Aceh

5.1.

Misi Monitoring Aceh (AMM) akan dibentuk oleh Uni Eropa dan negaranegara ASEAN yang ikut serta dengan mandat memantau pelaksanaan
komitmen para pihak dalam Nota Kesepahaman ini.

5.2.

Tugas AMM adalah untuk:

444

a) memantau demobilisasi GAM dan decomissioning persenjataannya.
b) memantau relokasi tentara dan polisi non-organik.
c) memantau reintegrasi anggota-anggota GAM yang aktif ke dalam
masyarakat.
d) memantau situasi hak asasi manusia dan memberikan bantuan dalam
bidang ini.
e) memantau proses perubahan peraturan perundang-undangan.
f) memutuskan kasus-kasus amnesti yang disengketakan.
g) menyelidiki dan memutuskan pengaduan dan tuduhan pelanggaran
terhadap Nota Kesepahaman ini.
h) membentuk dan memelihara hubungan dan kerjasama yang baik dengan
para pihak.
5.3.

Status Persetujuan Misi (SoMA) antara Pemerintah RI dan Uni Eropa akan
ditandatangani setelah Nota Kesepahaman ini ditandatangani. SoMA
mendefinisikan status, hak-hak istimewa, dan kekebalan AMM dan anggotaanggotanya. Negara-negara ASEAN yang ikut serta yang telah diundang oleh
Pemerintah RI akan menegaskan secara tertulis penerimaan dan kepatuhan
mereka terhadap SoMA dimaksud.

5.4.

Pemerintah RI akan memberikan semua dukungannya bagi pelaksanaan
mandat AMM. Dalam kaitan ini, Pemerintah RI akan menulis surat kepada
Uni Eropa dan negara-negara ASEAN yang ikut serta dan menyatakan
komitmen dan dukungannya kepada AMM.

5.5.

GAM akan memberikan semua dukungannya bagi pelaksanaan mandat AMM.
Dalam kaitan ini, GAM akan menulis surat kepada Uni Eropa dan negaranegara ASEAN yang ikut serta menyatakan komitmen dan dukungannya
kepada AMM.

5.6.

Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi kerja yang aman, terjaga dan
stabil bagi AMM dan menyatakan kerjasamanya secara penuh dengan AMM.

5.7.

Tim monitoring memiliki kebebasan bergerak yang tidak terbatas di Aceh.
Hanya tugas-tugas yang tercantum dalam rumusan Nota Kesepahaman ini
yang akan diterima oleh AMM. Para pihak tidak memiliki veto atas tindakan
atau kontrol terhadap kegiatan operasional AMM.

5.8.

Pemerintah RI bertanggung jawab atas keamanan semua personil AMM di
Indonesia. Personil AMM tidak membawa senjata. Bagaimanapun juga
Kepala Misi Monitoring dapat memutuskan perkecualian bahwa patroli tidak
akan didampingi oleh pasukan bersenjata Pemerintah RI. Dalam hal ini,

445

Pemerintah RI akan diberitahukan dan Pemerintah RI tidak akan bertanggung
jawab atas keamanan patroli tersebut.
5.9.

Pemerintah RI akan menyediakan tempat-tempat pengumpulan senjata dan
mendukung tim-tim pengumpul senjata bergerak (mobile team) bekerjasama
dengan GAM.

5.10.

Penghancuran segera akan dilaksanakan setelah pengumpulan senjata dan
amunisi. Proses ini akan sepenuhnya didokumentasikan dan dipublikasikan
sebagaimana mestinya.

5.11.

AMM melapor kepada Kepala Misi Monitoring yang akan memberikan
laporan rutin kepada para pihak dan kepada pihak lainnya sebagaimana
diperlukan, maupun kepada orang atau kantor yang ditunjuk di Uni Eropa dan
negara-negara ASEAN yang ikut serta.

5.12.

Setelah penandatanganan Nota Kesepahaman ini setiap pihak akan menunjuk
seorang wakil senior untuk menangani semua hal ihwal yang terkait dengan
pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dengan Kepala Misi Monitoring.

5.13.

Para pihak bersepakat atas suatu pemberitahuan prosedur tanggungjawab
kepada AMM, termasuk isu-isu militer dan rekonstruksi.

5.14.

Pemerintah RI akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan berkaitan
dengan pelayanan medis darurat dan perawatan di rumah sakit bagi personil
AMM.

5.15.

Untuk mendukung transparansi, Pemerintah RI akan mengizinkan akses
penuh bagi perwakilan media nasional dan internasional ke Aceh.

6.

Penyelesaian perselisihan

6.1.

Jika terjadi perselisihan berkaitan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini,
maka akan segera diselesaikan dengan cara berikut:
a) Sebagai suatu aturan, perselisihan yang terjadi atas pelaksanaan Nota
Kesepahaman ini akan diselesaikan oleh Kepala Misi Monitoring, melalui
musyawarah dengan para pihak dan semua pihak memberikan informasi
yang dibutuhkan secepatnya. Kepala Misi Monitoring akan mengambil
keputusan yang akan mengikat para pihak.
b) Jika Kepala Misi Monitoring menyimpulkan bahwa perselisihan tidak
dapat diselesaikan dengan cara sebagaimana tersebut di atas, maka
perselisihan akan dibahas bersama oleh Kepala Misi Monitoring dengan