T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan Memanfaatkan Mailing List (Studi Kasus: SMK Negeri endal) T1 Full text

Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing
dengan Memanfaatkan Mailing List
(Studi Kasus : SMK Negeri 3 Kendal)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh :
Astri Widya Ramadhani
NIM : 702010045

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Januari 2015

i


ii

iii

iv

v

vi

vii

1. Pendahuluan
Guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana
siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Penerapan kurikulum baru
membuat guru mengalami masalah dalam menyesuaikan pembelajaran dengan
materi ajar. Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
[1].
Berdasarkan studi awal di SMK Negeri 3 Kendal memiliki masalah

pembelajaran, yaitu sebagian besar siswa di kelas kurang memperhatikan
penjelasan dari guru dan sering mengobrol dengan teman-teman sebelahnya.
Kurangnya perhatian siswa karena pembelajaran guru dalam menyampaikan materi
kurang bervariatif dan terpusat pada guru, sehingga siswa di kelas merasa cepat
bosan dan kurangnya semangat belajar. Pembelajaran di kelas membuat siswa
menjadi pasif dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi. Keaktifan siswa
dalam pembelajaran harusnya diperlukan untuk mendukung kemampuan mereka
dalam memahami materi.
Guru perlu melakukan strategi pembelajaran aktif di kelas untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam berpartisipasi saat proses pembelajaran di
kelas. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah active
knowledge sharing. Selain itu siswa perlu adanya penambahan jam belajar di luar
sekolah untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi. Guru dapat
memanfaatkan teknologi internet yang dapat diakses siswa dimanapun dan
kapanpun untuk belajar, seperti forum diskusi online mailing list. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari penggunaan
strategi pembelajaran active knowledge sharing dengan memanfaatkan mailing list
Google Groups terhadap efektivitas pembelajaran.
Active knowledge sharing merupakan strategi pembelajaran aktif yang dapat
membawa siswa untuk siap belajar dengan cepat. Pembelajaran ini dapat digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di kelas secara
mandiri maupun kerjasama tim. Strategi ini dapat diterapkan pada hampir semua
mata pelajaran [2].
Mailing list merupakan forum diskusi berbasis email yang biasa disebut
dengan milis [3]. Milis dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk saling
berbagi pengetahuan antara anggota kelompok grup melalui akun email.

2. Kajian Pustaka
Penelitian berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Active Knowledge
Sharing untuk Meningkatkan Keaktifan Bertanya Biologi Siswa Kelas XI IPA 1
SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Berdasarkan hasil
pengamatan langsung ditinjau dari aspek keaktifan bertanya siswa. Keaktifan
bertanya siswa ditunjukkan dengan kesiapan siswa untuk mengikuti dan menerima
pembelajaran yang sedang berlangsung. Keaktifan bertanya siswa dalam proses
pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa [4].
Penelitian berjudul E-Learning sebagai Alternatif Pembelajaran Modern. ELearning berfungsi sebagai pelengkap atau tambahan, dan pada kondisi tertentu

2


bahkan dapat menjadi alternatif lain dari pembelajaran konvensional. Siswa
maupun guru dapat memperoleh manfaat dari penyelenggaraan E-Learning, di
antaranya adalah fleksibilitas kegiatan pembelajaran. Pembelajaran E-Learning
dapat digunakan untuk interaksi siswa dengan materi pembelajaran, maupun
interaksi peserta didik dengan guru, serta interaksi antara sesama siswa untuk
mendiskusikan materi pembelajaran [5].
Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Peneliti
mengkombinasikan penelitian terdahulu dengan menerapkan strategi pembelajaran
active knowledge sharing untuk meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa di
dalam kelas. Sedangkan, pemanfaatan mailing list yang digunakan sebagai media
pembelajaran siswa di luar jam sekolah. Pembelajaran aktif tidak hanya terjadi pada
saat di kelas, namun juga dapat dilakukan di luar kelas. Melalui forum diskusi
mailing list yang anggotanya dapat melakukan kegiatan pembelajaran untuk
membahas materi ajar. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi ajar dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
di manapun dan kapanpun.
Strategi pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang berpusat kepada
siswa. Salah satu kelebihannya dari penelitian yang ditulis oleh Chammot adalah
pemilihan strategi pembelajaran didasarkan pada pandangan bahwa, siswa dapat
belajar dengan lebih efektif jika siswa mengendalikan belajar mereka sendiri.

Pembelajaran aktif akan melatih dan membuat siswa lebih banyak bekerja dan
berbuat dalam proses belajar, baik di dalam maupun di luar kelas [2].
Ketika siswa pasif, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang
mereka terima. Maka perlu seperangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi
yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara mengikat
informasi yang baru saja diterima dan menyimpannya di otak. Salah satu faktor
yang menyebabkan informasi itu cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak
manusia itu sendiri [6]. Karakteristik keaktifan siswa menurut Bonwell antara lain,
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi pengajar,
tetapi pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik
atau permasalahan yang dibahas; 2) Siswa tidak hanya mendengarkan secara pasif
tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran; 3)
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi
pembelajaran; 4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis,
dan melakukan evaluasi; 5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses
pembelajaran [7].
Strategi pembelajaran active knowledge sharing merupakan strategi
pembelajaran yang dapat membawa siswa untuk siap belajar dengan cepat. Strategi
ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dari jawaban yang
mereka ungkapkan disamping membentuk kerjasama tim saling berbagi pendapat

dalam memecahkan masalah. Strategi pembelajaran active knowledge sharing
dapat diterapkan pada hampir semua mata pelajaran [8]. Active knowledge sharing
merupakan suatu strategi yang tepat dalam melibatkan siswa secara langsung dalam
pembelajaran dan mengenalkan siswa kepada materi yang akan diajarkan. Strategi
active knowledge sharing menjadikan pengetahuan siswa lebih luas dan mendalam
karena pengetahuan didapatkan oleh siswa dari berbagai sumber [9]. Active

3

knowledge sharing adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling berbagi pengetahuan yang mereka punya.
Keunggulan strategi belajar active knowledge sharing adalah siswa dapat
meminta bantuan siswa yang lain untuk membantu menjawab pertanyaan yang
tidak bisa dijawab. Kegiatan pembelajaran dapat divariasikan dengan pemberian
kartu indeks pada tiap siswa untuk menuliskan informasi baru dari materi yang
telah dipelajari [9]. Kendala yang kemungkinan terjadi saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu, aktivitas siswa di dalam kelas menjadi ramai dan menyita
banyak waktu. Kekhawatiran itu bisa ditanggulangi dengan persiapan rencana
pembelajaran yang matang.
Mailing list adalah forum diskusi yang berbasis email yang merupakan

kumpulan dari alamat email yang diwakili oleh sebuah alamat email tunggal, yaitu
alamat list. Mailing list digunakan untuk saling berdiskusi yang memiliki satu topik
pembahasan tertentu. Gambaran cara kerja mailing list, yaitu member mengirim
pesan ke alamat list dan server mailing list secara otomatis mendistribusikannya ke
semua alamat masing-masing member . Bergabung dalam sebuah mailing list bukan
berarti member wajib untuk mengirim dan menanggapi setiap pesan yang masuk
[3].

Gambar 1 Skema mailing list [3]
Google Groups adalah forum diskusi online untuk mengirim pesan ke
sekelompok orang yang ingin dihubungi dalam sebuah grup milis. Grup berisi
alamat email anggota yang dibuat menggunakan account google, sehingga
pengguna dapat mengirim pesan ke semua anggota grup menggunakan satu alamat
untuk grup tersebut sebagai milis. Diskusi antar anggota bisa dilakukan secara
online melalui website milis maupun melalui email. Pengguna dapat menggunakan
grup untuk memudahkan komunikasi dan kolaborasi dengan sekelompok orang.
Misalnya, grup dapat berguna bagi tim proyek, kelas, lokasi kantor, grup dengan
minat khusus. Penggunaan grup juga dapat mengelola akses ke dokumen, situs,
video, dan kalender. Pengguna dapat berbagi konten dengan grup, menambahkan


4

atau menghapus anggota dan perubahan tersebut diterapkan ke semua dokumen,
situs, video, dan kalender google yang dibagikan dengan grup tersebut [10].
Forum diskusi milis dimanfaatkan agar dapat tercipta suasana belajar yang
tidak jauh berbeda dengan keadaan yang ada di kelas meskipun tidak secara
langsung. Terjadinya hubungan komunikasi dan berbagi informasi antar anggota
milis, guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dalam pembahasan seputar materi
ajar. Milis Google Groups dipilih untuk menghindari tampilan iklan yang muncul,
karena kemungkinan dapat mengganggu proses pembelajaran. Ketersediaan
penggunaan aplikasi Google sebagai pendukung proses pembelajaran hanya
membutuhkan satu akun email.
ICT memiliki pengertian, yaitu segala kegiatan yang terkait dengan
pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Kriteria
pemilihan media pembelajaran antara lain, 1) Ketepatan media dengan tujuan
pengajaran. Media dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional seperti, standar
kompetensi, kompetensi dasar, rencana pembelajaran, dan mendukung isi bahan
pengajaran. Bantuan media pembelajaran akan lebih cepat dan mudah dipahami
siswa; 2) Keterampilan guru menggunakannya, yaitu guru mampu menggunakan
media pembelajaran dengan baik; 3) Kemudahan memperolehnya, artinya media

yang diperlukan mudah diperoleh atau mudah dibuat oleh guru; 4) Tersedia waktu
untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa
selama pengajaran berlangsung; 5) Sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga
makna yang terkandung di dalamnya dapat dimengerti oleh siswa [7]. Alasan
peneliti menggunakan milis Google Groups karena pemanfaatan pembelajaran elearning dari satu akun gmail dapat mencakup beberapa aplikasi google untuk
mendukung pembelajaran.
Menurut Reeves (1998) untuk kepentingan pembelajaran di sekolah terdapat
dua pendekatan pokok dalam penggunaan teknologi yaitu, para siswa dapat belajar
‘dari’ dan ‘dengan’ teknologi. Belajar ‘dari’ teknologi dilakukan seperti dalam
penggunaan computer-based instruction (tutorial) atau integrated learning systems.
Belajar ‘dengan’ teknologi adalah menggunakan teknologi sebagai alat bantu
pembelajaran kognitif (cognitive tools) dan menggunakan teknologi dalam
lingkungan pembelajaran konstruktivis (constructivist learning environments) [11].
Sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam
proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning [12].
Perkembangan teknologi informasi (TI) semakin pesat. Kebutuhan dalam
bidang pendidikan untuk belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakkan
lagi. E-learning membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan
konvensional ke dalam bentuk digital. Teknologi informasi dan komunikasi
mutakhir yang telah berkembang sejauh ini sudah sangat memadai untuk dapat

memfasilitasi dan memudahkan beragam pekerjaan siswa. Berbagai macam
pekerjaan seperti, pencatatan, penghitungan atau pengolahan data, penggambaran
visualisasi, dan pengemasan dalam format akhir laporan. John Chambers yang
merupakan CEO dari perusahaan Cisco System mengatakan bahwa untuk era ke
depan, aplikasi dalam dunia pendidikan akan menjadi “killer application” yang
sangat berpengaruh [12].

5

Terjaminnya ketercapaian hasil belajar yang baik dapat tercapai dengan
pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang berada di luar diri siswa, yang
dirancang guna memudahkan proses belajar dalam diri siswa [13]. Guru
memberikan konseling terhadap siswa di luar penyampaian materi ajar untuk
meningkatkan motivasi belajar.
Efektivitas pembelajaran siswa ditunjukkan dengan ketercapaian dari standar
hasil belajar yang telah ditentukan. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai setelah
proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk tingkah laku untuk mencapai
tujuan. Hasil belajar merupakan evaluasi dari proses pembelajaran. Proses belajar
dapat berjalan dan berhasil dengan baik, jika guru dan siswa mampu menjalankan
komunikasi yang harmonis dan keduanya saling mendukung. Keberhasilan proses

belajar mengajar yang ditandai dengan kemampuan guru menumbuh kembangkan
kesadaran siswa untuk belajar, sehingga hasil yang didapat siswa memuaskan.
Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa adalah
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan pengaruh yang
datangnya dari luar diri siswa seperti, metode mengajar guru, suasana belajar,
pemberian beasiswa, fasilitas sekolah, dan perhatian orang tua. Sedangakan faktor
internal merupakan pengaruh yang datangnya dari diri siswa sendiri seperti, minat
belajar, bakat yang dimiliki, dan kondisi kesehatan siswa [14].

3. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah ekperimen semu dengan model
matching only pretest-posttest control group design. Model desain digunakan untuk
mengetahui perbandingan dari hasil belajar siswa sebelum dan sesudah treatment.
Penggunaan eksperimen semu dikarenakan pengontrolan dapat dilakukan pada satu
variabel dengan mencocokkan karakteristiknya. Pengontrolan Desain penelitian
yang digunakan peneliti membutuhkan dua kelas, yaitu sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol sebagai pembanding. Pembelajaran kelas eksperimen
menggunakan strategi pembelajaran active knowledge sharing dan memanfaatkan
milis Google Groups sebagai media pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran kelas
kontrol berlangsung secara konvensional. Treatment dilaksanakan tiga kali ditiap
pertemuan pembelajaran kelas eksperimen. Pertemuan pembelajaran di kelas terjadi
satu kali pada tiap minggunya. Berikut ini merupakan gambaran dari desain
penelitian matching pretest-posttest control group :

Gambar 2Matching pretest-postest control group design [15]
Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua. Pertama,
variabel bebas (independen) merupakan variabel yang menjelaskan dan
mempengaruhi variabel lain. Kedua, variabel terikat (dependen) merupakan

6

variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas
adalah bimbingan belajar, sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar.
SMK Negeri 3 Kendal merupakan salah satu sekolah favorit bagi
masyarakat sekitar dengan keadaan ekonomi menengah keatas, karena dibangun
dengan dukungan dari pemerintah. Luas area sekolah mencakup 30 hektar persegi
dengan jumlah 1.143 siswa yang terdiri dari lima bidang kejuruan, yaitu teknik
kendaraan ringan (TKR), teknik komputer dan jaringan (TKJ), rekayasa perangkat
lunak (RPL), teknik elektronika industri (TEI), dan kimia industri (KI).
Sampel penelitian digunakan untuk mewakili karakteristik dari populasi,
yaitu siswa kejuruan Teknik Elektronika Industri di SMK Negeri 3 Kendal.
Pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak atau nonsampling dengan jenis
convenian sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kecocokannya dengan
tujuan penelitian [15]. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran pada kompetensi kejuruan teknik elektronika industri dalam mata
pelajaran komunikasi data antar peralatan elektronika. Kelompok sampel yang
dipilih dicocokkan dengan berdasarkan kesamaan peran, tugas, dan keahliannya
pada mata pelajaran komunikasi data antar peralatan elektronika. Kelompok
sampel yang dipilih adalah siswa kelas XI TEI yang terdiri dari dua kelas untuk
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel secara
general dengan tidak membedakan gender siswa di kelas XI TEI – 1 yang terdiri
dari 37 siswa dan XI TEI – 2 sejumlah 33 siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu, wawancara untuk
menjawab sejumlah pertanyaan dari sudut pandang responden. Jenis wawancara
yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yaitu, wawancara bebas yang
tidak menggunakan pedoman pertanyaan secara sistematis. Pertanyaan wawancara
ditujukan secara langsung pada inti permasalahan untuk mengetahui tanggapan
responden mengenai masalah pembelajaran dan treatment yang dilakukan.
Tes, dilakukan untuk mengukur kemampuan penguasaan siswa terhadap
materi ajar. Kemampuan siswa dapat dilihat dari hasil analisis hasil belajar yang
telah dikerjakan siswa. Tes diadakan dua kali pengujian yaitu, pretest dan posttest.
Pretest dilaksanakan sebelum treatment dan posttest dilaksanakan setelah tiga kali
treatment. Hasil tes kelas kontrol dan eksperimen akan dibandingkan untuk
mengetahui tingkat signifikansi nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Observasi, dilakukan untuk menilai guru dan siswa di kelas saat
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang dibuat peneliti berdasarkan
indikator penilaian yang akan diamati. Dalam penelitian ini yang diamati adalah 1)
Kemampuan siswa terhadap materi; 2) Aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran; 3) Efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Hasil observasi digunakan untuk menjawab adanya
pengaruh dari treatment yang dilakukan. Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan
peningkatan keaktifan siswa dalam belajar sebagai wujud efektifitas pembelajaran
yang dilakukan guru. Indikator penilaian observasi menggunakan skala penilaian
Guttman berupa pernyataan “ya” dan “tidak”. Keterangan kriteria penilaian
kemampuan dan aktivitas berdasarkan jumlah siswa yang melakukannya,
sedangkan penilaian efektivitas pembelajaran berdasarkan aspek yang dilakukan
guru.

7

Kuesioner, diperlukan untuk menjawab respon siswa dan guru terhadap
pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah menggunakan milis Google Groups.
Kuesioner diberikan pada akhir pelaksanaan treatment untuk mengetahui apakah
memiliki tanggapan yang positif atau negatif menurut responden. Indikator
penilaian kuesioner menggunakan skala penilaian Likert. Keterangan kriteria
interpretasi skor, diantaranya dari 0-20% = sangat lemah, 21-40% = lemah, 4160% = cukup, 61-80% = kuat, 81-100% = sangat kuat [16].
Data hasil penilaian berdasarkan pengamatan peneliti dibuat secara cheklist.
Hasil penilaian observasi dan kuesioner diakumulasi dalam bentuk persentase.
Kemudian, hasil tes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dibandingkan untuk
mendapatkan informasi ketercapaian hasil belajar dengan standar ketentuan nilai
sejumlah 75%. Berikut ini adalah bentuk indikator penilaian pengamatan
pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan pada tiap-tiap anggota kelompok
belajar :
Tabel 1 Penilaian kemampuan siswa [17]
No
Aspek Kecakapan
1
Akademik  Mendeskripsikan konsep komunikasi data
 Mendeskripsikan pengertian DTE & DCE
 Mengidentifikasi topologi jaringan
 Mengidentifikasi berbagai kabel & konektor
 Mengidentifikasi fungsi susunan kabel LAN
 Mempraktikkan krimping kabel UTP dengan RJ45
2
Personal
Kemampuan memecahkan masalah
3
Sosial
Kemampuan bekerja sama
Tabel 1 digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami
materi pelajaran. Aspek akademik merupakan tujuan ketercapaian pembelajaran
yang dibagi untuk tiga kali pertemuan. Aspek personal dilihat dari siswa yang
berkemampuan untuk memecahkan masalah dari guru. Aspek sosial dilihat dari
kegiatan partisipasi siswa dalam bekerja sama di dalam kelompok.
Tabel 2 Penilaian aktivitas siswa menurut Paul B. Diedrich [18]
No

Aktivitas

1

Visual

2

Lisan

3

Mendengarkan

4

Mental

5

Emosional

Aspek yang Diamati
Siswa membaca materi yang disajikan oleh guru
Siswa mengajukan pertanyaan / mengemukakan
pendapat
Siswa mendengarkan dan memperhatikan informasi
yang disampaikan oleh guru dan siswa lain
Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
Siswa bergerak aktif dan bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran

8

Tabel 2 digunakan untuk menilai aktivitas siswa saat pembelajaran
berlangsung. Aktivitas siswa dalam memahami materi dinilai untuk kesesuaian
tingkah laku yang ditunjukkan dengan kemampuan yang dimiliki siswa dari
penilaian tabel 1 tidak mengalami ketimpangan. Aktivitas siswa yang dinilai
meliputi, visual, lisan, mendengarkan, mental, emosional.
Tabel 3 Penilaian efektivitas pembelajaran [7]
No
1
2
3
4
5
6
7

Aspek yang dinilai
Pengorganisasian pembelajaran dengan baik
Komunikasi secara efektif
Penguasaan dan antusiasme
Sikap positif terhadap siswa
Pemberian ujian dan nilai yang adil
Keluwesan dalam pendekatan pengajaran
Hasil belajar siswa yang baik

Tabel 3 diberikan penilaian berdasarkan pengamatan pembelajaran yang
dilakukan guru di kelas. 1) Pengorganisasian pembelajaran dilihat dari bagaimana
guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyususn tujuan
pembelajaran, memilih materi serta strategi pembelajarannya, pengelolaan kelas,
dan penugasan. 2) Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari guru dalam
penyampaian materi dapat didengar, diterima, dan dipahami, selain itu komunikasi
efektif harus terjadi dua arah antara guru dan siswa. 3) Penguasaan dan antusiasme
dilihat dari guru dalam menguasai mata pelajaran yang diajarkan, apakah guru
memiliki sertifikat pendidik sesuai bidang studi, karya ilmiah yang dihasilkan guru,
serta penguasaan materi yang dipahami siswa. 4) Sikap positif guru dapat dilihat
dari sikap yang tidak membeda-bedakan siswa, dan menganggap semua siswa
memiliki potensi atau kecerdasan yang berbeda-beda sehingga semua perlu
dihargai. 5) Adil di dalam ujian dan penilaian dapat dilihat dari kesesuaian
persoalan dengan materi yang diberikan, guru juga harus transparan dan adil dalam
memberikan penilaian. 6) Keluwesan dalam pendekatan pengajaran dapat dilihat
dari bagaimana guru merancang metode, strategi, media yang bervariasi dalam
pembelajaran. 7) Hasil belajar siswa yang baik dapat dilihat dari bertambahnya
pengetahuan, perubahan tingkah laku, dan ketrampilan siswa dalam
mempraktikkan sesuatu yang baru dipelajari [7].
Analisis data kuesioner disusun dalam bentuk penilaian pernyataan positif
yang mengarahkan pada efektivitas pembelajaran dengan memanfaatkan milis
Google Groups. Hasil penilaian diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden,
yaitu siswa dan guru sebagai pengguna dari pemanfaatan Google Groups. Indikator
pembuatan kuesioner tentang penggunaan ICT dalam pendidikan menurut Munir
antara lain, 1) Menghilangkan batasan-batasan, jarak, ruang, dan waktu yang
membatasi dunia pendidikan; 2) Mendukung kegiatan-kegiatan pendidikan seperti,
perolehan informasi dari berbagai sumber, penyebaran informasi pengaksesan,
konsultasi dengan tutor, perpustakaan digital (e-library), dan pembelajaran online;
3) Membantu dalam proses kegiatan belajar-mengajar [7].

9

4. Hasil dan Pembahasan
Hasil wawancara pada beberapa siswa yang memiliki masalah belajar di kelas
maupun di luar jam sekolah. Masalah di dalam kelas yang diungkapkan antara lain,
1) Banyak siswa yang ramai ketika di kelas; 2) Siswa mengantuk dalam
pembelajaran; 3) Penyampaian bahasa guru yang sulit dimengerti; 4) Guru yang
terkadang datang terlambat dan ribut sendiri; 5) Siswa tertinggal materi ajar karena
memiliki banyak kegiatan berorganisasi. Masalah belajar dari beberapa siswa saat
di luar jam sekolah antara lain, 1) Kurangnya fasilitas belajar di rumah; 2)
Kurangnya kekompakan siswa untuk belajar bersama; 3) Kesulitan dalam mengatur
waktu belajar untuk mengejar ketertinggalan pelajaran.
Pembelajaran pada kelas eksperimen dimulai dengan siswa belajar di luar
kelas pada milis Google Groups kurang lebih satu minggu sebelum pembelajaran,
sedangkan di kelas menggunakan strategi pembelajaran active knowledge sharing.
Pembelajaran kelas kontrol dilakukan secara konvensional. Berikut ini merupakan
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan saat di kelas :
Tabel 4 Langkah-langkah pembelajaran di kelas [7]
Langkah-langkah Pembelajaran di Kelas
Active knowledge sharing :
Konvensional :
 Guru menyampaikan tujuan pelajaran  Guru
menyampaikan
tujuan
yang akan dicapai dan menekankan
pelajaran yang akan dicapai dan
pentingnya topik yang akan dipelajari
menekankan pentingnya topik yang
dan memotivasi siswa
akan dipelajari dan memotivasi
siswa.
 Guru membuat pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan materi ajar,  Guru menyajikan informasi atau
jenis pertanyaan yang digunakan
materi kepada siswa dengan jalan
berupa definisi suatu istilah dan
demonstrasi atau melalui bahan
mengidentifikasi sesuatu.
bacaan.
 Siswa dibagi menjadi beberapa  Guru menjelaskan kepada siswa
kelompok dengan jumlah lima sampai
bagaimana caranya membentuk
enam anggota.
kelompok belajar dan membimbing
setiap kelompok agar melakukan
 Setiap kelompok mengerjakan pada
transisi secara efektif dan efisien.
satu lembar kerja untuk menjawab
pertanyaan tentang topik yang akan  Guru membimbing kelompokdipelajari.
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
 Guru meminta siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan sebaik-  Guru mengevaluasi hasil belajar
baiknya dan jawaban ditulis pada
tentang materi yang telah dipelajari.
lembar kerja kelompok.
 Guru meminta siswa untuk bekerja
sama dalam tim, berdiskusi dalam
menjawab pertanyaan yang tidak
diketahui atau diragukan jawabannya.

10

 Guru
membimbing
kelompokkelompok belajar pada saat siswa
mengerjakan tugas.
 Jawaban setiap kelompok pada lembar
kerja diputar searah jarum jam.
 Setiap
kelompok
memberikan
penilaian terhadap jawaban kelompok
lain. Apakah setuju atau tidak setuju
dengan jawaban dari kelompok lain
dan memberikan alasannya mengapa
setuju atau tidak.
 Lembar kerja kelompok diputar
kembali untuk diberikan penilaian
menurut kelompok yang lain lagi
hingga tiga kali.
 Guru mengklarifikasi jawaban setiap
kelompok. Pada pertanyaan yang tidak
dapat dijawab siswa akan dijelaskan
oleh guru sebagai pengantar untuk
mengenalkan topik pembelajaran yang
akan disampaikan dengan cara
demonstrasi atau bahan bacaan.
 Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok.
Penilaian Kemampuan Siswa
Tabel 5 Penilaian kemampuan siswa
No

Aspek
Kecakapan

1
2
3

Akademik
Personal
Sosial

Pertemuan 1
X
K
74,29 72,86
77,14 71,43
80,00 71,43

Persentase (%)
Pertemuan 2
Pertemuan 3
X
K
X
K
77,14 65,71 92,86 74,29
94,29 77,14 97,14 82,86
82,86 65,71 91,43 85,71

Pertemuan 1, kemampuan siswa dalam pembelajaran menunjukkan lebih
dari sebagian siswa di kedua kelas memiliki kemampuan belajar yang baik.
Perbandingan dari seluruh aspek penilaian kemampuan siswa menunjukkan jumlah
persentase kelas eksperimen sudah baik dari treatment pertama yang dilakukan
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pertemuan 2, kemampuan siswa pada pertemuan kedua dalam pembelajaran
menunjukkan kemampuan personal dalam memecahkan masalah pada kelas
eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan hingga 17,14%. Pada kelas
kontrol mengalami peningkatan dari penilaian personal kenaikannya 5,71%.

11

Kemampuan akademik dan sosial pada kelas eksperimen mengalami peningkatan
daripada treatment pertama. Kelas kontrol justru mengalami penurunan yang
terlihat jelas pada kemampuan akademik dan sosialnya. Hal ini dikarenakan
kebiasaan siswa di kelas yang masih suka mengobrol diluar topik materi
pembelajaran dan kurangnya kerja sama kelompok dalam mengerjakan persoalan
dari guru. Perbandingan dari seluruh aspek penilaian kemampuan siswa
menunjukkan jumlah persentase kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol terutama pada kemampuan personal dan sosialnya.
Pertemuan 3, kemampuan siswa kelas eksperimen pada pertemuan ketiga
mengalami peningkatan yang sangat tinggi dengan jumlah 92,86% pada aspek
akademik, 91,43% pada aspek sosial, dan 97,14% pada aspek personal. Kelas
kontrol juga mengalami peningkatan jumlah persentase yang baik dari pertemuan
pertama dan kedua. Pembelajaran secara praktik crimping kabel dengan
konektornya, siswa di dalam kelompok memiliki sikap bekerja sama yang lebih
baik dibandingkan dengan pembelajaran secara material dengan saling membantu
untuk memasang kabel dengan cara yang benar. Perbandingan dari seluruh aspek
penilaian kemampuan siswa memiliki jumlah persentase kelas eksperimen yang
sangat baik dan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Tabel 6 Penilaian aktivitas siswa
No

Aktivitas

1
2
3
4
5

Visual
Lisan
Mendengarkan
Mental
Emosional

Pertemuan 1
X
K
77,14 68,57
68,57 28,57
82,86 74,29
74,29 65,71
88,57 65,71

Persentase (%)
Pertemuan 2
X
K
88,57 71,43
74,29 40,00
68,57 71,43
85,71 80,00
91,43 60,00

Pertemuan 3
X
K
91,43 80,00
88,57 62,86
85,71 77,14
88,57 80,00
94,29 80,00

Pertemuan 1, aktivitas siswa kelas eksperimen menunjukkan sikap
emosional yang sangat baik dalam mengikuti pembelajaran dibandingkan kelas
kontrol. Hal ini dikarenakan siswa kelas eksperimen menunjukkan kesiapan dalam
mengikuti pembelajaran dengan bekal materi yang telah dipelajari di luar jam
pembelajaran sekolah pada Google Groups. Aktivitas siswa kelas kontrol
menunjukkan sikap dalam memperhatikan dan membaca materi yang disajikan
guru lebih tinggi dibandingkan aspek lain. Materi ajar kelas kontrol awalnya
sumber pembelajaran hanya diperoleh dari penyampaian guru di dalam kelas
sehingga pembelajaran terpusat pada guru. Sumber belajar kelas eksperimen dapat
bersumber pada guru dan pengetahuan awal yang dimiliki teman sebelum
dimulainya pembelajaran dalam kelompok diskusi. Perbandingan yang signifikan
cukup jelas terlihat pada jumlah persentase lisan siswa dalam mengikuti
pembelajaran kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aktivitas siswa
menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih aktif dibandingkan dengan kelas
kontrol.

12

Pertemuan 2, aktivitas siswa eksperimen mengalami penurunan perhatian
mendengarkan penjelasan guru dikarenakan waktu siswa lebih banyak digunakan
untuk mengerjakan jobsheet 1 dan mereka lebih fokus mengerjakan tugas yang
diberikan ditunjukkan dengan persentase keaktifan dalam mengikuti pelajaran
siswa sejumlah 91,43%. Kelas eksperimen mengalami penurunan 14,29% pada
aktivitas memperhatikan. Kelas kontrol juga mengalami penurunan jumlah 2,86%
pada aspek memperhatikan dan penurunan 5,71%emosional dalam mengikuti
pelajaran.
Pertemuan 3, aktivitas siswa kelas eksperimen menunjukkan sikap siswa
yang sangat aktif dan bersemangat berdasarkan jumlah persentasenya 94,29% yang
selalu meningkat dari penilaian aktivitas pertemuan pertama dan kedua. Pada kelas
kontrol juga mengalami peningkatan aktivitas siswa yang lebih baik dibandingkan
dengan pertemuan pertama dan kedua. Aspek mental dan emosional pada kelas
kontrol memiliki kesamaan jumlah persentase sebesar 80%. Perbandingan dari
seluruh aspek penilaian mengalami peningkatan jumlah persentase yang sangat baik
pada kelas eksperimen.
Tabel 7 Penilaian efektivitas pembelajaran

Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3

Persentase (%)
X
K
82,86
77,14
91,43
77,14
97,14
80,00

Efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru pada ketiga treatment yang
dilakukan merupakan sangat baik dengan ditunjukkan pada jumlah persentase kelas
eksperimen yang termasuk ke dalam rentang penilaian antara 81-100%. Kelas
kontrol memiliki efektivitas pembelajaran yang baik dengan jumlah rentang
persentase dari ketiga pertemuan yang dilakukan antara 61-80%. Setiap treatment
yang dilakukan pada kelas eksperimen mengalami peningkatan, karena perubahan
yang terjadi dipengaruhi oleh aspek pengorganisasian pembelajaran dengan baik,
komunikasi yang efektif ,dan hasil belajar siswa yang baik. Aspek penilaian lain
merupakan bentuk profesionalisme guru dalam bekerja sudah baik yang dimiliki
guru dan tidak mengalami perubahan saat penelitian dilaksanakan. Aspek yang
dimiliki guru adalah penguasaan materi dan antusiasme mengajar, sikap positif
terhadap siswa, pemberian ujian dan nilai yang adil, dan keluwesan guru dalam
pendekatan pengajaran.
Aktivitas di Google Groups
Aktivitas dalam Google Groups diberikan materi ajar dan persoalan oleh
guru untuk dikerjakan siswa kurang lebih satu minggu sebelum pembelajaran di
kelas. Materi dan persoalan yang diberikan pada Google Groups adalah materi
pembahasan untuk pertemuan pembelajaran berikutnya.

13

Gambar 3 Tampilan beranda Google Groups
Siswa bergabung ke dalam Google Groups dengan menggunakan akun
gmail. Alamat web untuk mencari milis Google Groups yang digunakan adalah
https://groups.google.com/d/forum/aktif-belajar-smkn3kendal dengan alamat
email grup adalah aktif-belajar-smkn3kendal@googlegroups.com. Berikut
merupakan data tentang grup dengan anggota yang paling aktif memberikan
komentar :

Gambar 4 Pengepos paling aktif
Google Groups menyediakan informasi anggota grup yang paling aktif
melakukan posting komentar untuk dapat diamati oleh guru dalam memantau
keaktifan siswa saat belajar di luar kelas. Pada gambar 4 ditunjukan bahwa yang
paling aktif adalah pemilik grup. Pemilik berperan sebagai penyampai informasi
mengenai pembelajaran dan pemberian tugas atau latihan soal. Siswa yang aktif
pada Google Groups lebih semangat dalam menghadapi pembelajaran di kelas,
karena sudah mempelajari materi ajar yang akan disajikan oleh guru. Gambar 4
menunjukkan siswa yang paling aktif mem-posting adalah Sondy Agung Nugroho
yang sebelumnya memiliki peringkat akademik rata-rata di kelas. Peran siswa di
dalam grup kurang memanfaatkan grup ini untuk diskusi antar anggota grup . Siswa

14

secara aktif hanya akan mem-posting jika ada persoalan dari pemilik atau guru yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 5 Pemberian soal pertanyaan untuk dijawab siswa
Gambar 5 menunjukkan adanya pembelajaran dengan pemberian tugas di
Google Groups. Konsep pembelajaran pada Google Groups hampir sama dengan
pembelajaran di kelas menggunakan strategi pembelajaran active knowledge
sharing. Siswa diberikan materi ajar dan diminta untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan dalam grup secara individu. Gambar 5 menunjukkan, terdapat siswa yang
hanya dapat menjawab sebagian dari pertanyaan. Jawaban siswa pada grup dapat
dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan siswa terhadap materi yang akan
disampaikan di kelas.

Gambar 6 Pemberitahuan pengumuman oleh guru
Gambar 6 menunjukkan adanya komunikasi antara guru dengan siswa
melalui Google Groups. Guru dapat memberikan pengumuman kapanpun kepada
siswa untuk sewaktu-waktu ada pemberitahuan yang tidak memungkinkan guru
untuk memberi pengumuman di kelas.

15

Peran Google Groups sebagai Media Pembelajaran
Kuesioner dengan responden guru sebagai bentuk persetujuan efektivitas
penggunaan Google Groups sebagai media pembelajaran di luar kelas. Berikut ini
merupakan hasil tanggapan guru mengenai efektivitas Google Groups sebagai
media pembelajaran :

No
1
2
3

Tabel 8 Hasil respon guru terhadap Google Groups
Persentase (%)
Pernyataan
STS TS
R
S
Menghilangkan batasan0
0
0
80
batasan jarak, ruang, dan waktu
Mendukung kegiatan-kegiatan 0
0
0
50
pendidikan
Proses belajar-mengajar dalam 0
0
0
66,67
penyampaian materi

SS
20
50
33,33

Hasil kuesioner dengan responden salah satu guru mata pelajaran kompetensi
kejuruan teknik elektronika industri sebagai pengguna Google Groups untuk
pembelajaran di luar kelas telah menyatakan persetujuan yang baik. Guru selaku
pengguna, tidak memiliki keraguan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan Google Groups yang dilakukan di luar kelas.
Tabel 9 Hasil respon siswa terhadap Google Groups
Persentase (%)
No
Pernyataan
STS
TS
R
S
SS
1
Menghilangkan batasan0
0
0 0
48,65 51,35
batasan jarak, ruang, dan waktu
2
Mendukung kegiatan-kegiatan 0
0
1,80 33,33 64,86
pendidikan
3
Proses belajar-mengajar dalam 0
0
0
44,32 55,68
penyampaian materi
Hasil kuesioner menunjukkan kebanyakan siswa menjawab setuju dan sangat
setuju jika Google Groups digunakan sebagai media pembelajaran. Jumlah
persentase persetujuan paling besar sejumlah 64,86%, ditunjukkan pada pernyataan
Google Groups untuk mendukung kegiatan-kegiatan pendidikan. Siswa sangat
setuju dengan menggunakan Google Groups untuk membantu siswa dalam
perolehan informasi, penyebaran informasi, komunikasi antar anggota, dan
pembelajaran online.

16

Nilai Pretest
Tabel 10 Hasil penghitungan nilai pretest
Jumlah
Nilai
XI TEI – 1
XI TEI – 2
0–5
34
29
6 – 10
1
2
≥ 75 (tuntas)
0
0
≤ 75 (tidak tuntas)
35
31
Jumlah
35
31
Minimum
1
1
Maximum
6
6
Mean
3,20
3,81
Median
3
4
Mode
4
5
Tabel 10 menunjukkan jumlah nilai rata-rata siswa kelas XI TEI – 1 lebih
rendah dibandingkan dengan kelas XI TEI – 2. Kelas XI TEI – 1 dijadikan sebagai
kelas eksperimen karena memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dan kelas XI
TEI – 2 dijadikan sebagai kelas kontrol.
Nilai Posttest
Tabel 11 Hasil penghitungan nilai posttest
Jumlah
Nilai
XI TEI – 1
XI TEI – 2
0–5
0
1
6 – 10
33
31
≥ 75 (tuntas)
29
22
≤ 75 (tidak tuntas)
4
9
Jumlah
33
32
Minimum
6
5
Maximum
10
10
Mean
8,36
7,97
Median
8
8
Mode
8
8
Tabel 11 menunjukkan jumlah nilai rata-rata siswa kelas XI TEI – 1 lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas XI TEI – 2. Treatment yang dilakukan pada kelas
XI TEI – 1 telah berhasil dalam meningkatkan jumlah rata-rata nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas XI TEI – 2. Jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan hasil belajar pada kelas eksperimen sejumlah 29 siswa dari 33 siswa
yang hadir dan 4 siswa belum mencapai batas ketuntasan hasil belajar. Kelas
kontrol sejumlah 22 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar dari 32 siswa
yang hadir dan 9 siswa belum mencapai batas ketuntasan hasil belajar. Sejumlah
siswa yang belum mencapai batas ketuntasan hasil belajar dikarenakan memiliki
kendala pada partisipasi kehadiran siswa saat proses pembelajaran di kelas.

17

5. Simpulan
Penggunaan media pembelajaran online dapat mendukung kegiatan-kegiatan
pendidikan siswa di luar kelas. Hasil respon pernyataan siswa sangat setuju
sejumlah 64,86% dengan pemanfaatan pembelajaran menggunakan Google Groups
untuk mendukung kegiatan-kegiatan pendidikan. Pemberian materi dan persoalan
kepada siswa sebelum dimulainya kegiatan pembelajaran membuat siswa lebih
aktif dan mandiri dalam mempelajari materi agar terarah pembelajarannya.
Keaktifan siswa ditunjukkan dengan persentase rata-rata kemampuan yang
meningkat hingga 93,81% dan aktivitas siswa 89,71% pada treatment ketiga.
Strategi pembelajaran active knowledge sharing dengan memanfaatkan milis
Google Groups sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Hasil pengamatan dari ketiga treatment
menunjukkan peningkatan secara bertahap hingga 97,14% efektivitas pembelajaran
yang dilakukan guru sangat tinggi dan dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan
dan aktivitas siswa.
Saran peneliti sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan pengkajian yang
lebih rinci tentang karakteristik sampel yang akan diteliti untuk ketepatan solusi
yang diberikan guna menjawab permasalahan yang ada. Pengenalan aplikasi baru
dalam penelitian perlu dilakukan pelatihan penggunaannya sebelum diterapkan
kepada siswa dan guru dibawah pengawasan pakar.

6. Daftar Pustaka
[1] Kemdiknas. (2012). Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, TematikIntegratif. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Diambil:
15
Mei
2014,
dari
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-1.
[2] Zaini, Hisyam. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif, Implementasi dan
Kendalanya di Dalam Kelas. Solo: Universitas Negeri Solo.
[3] Rafiudin, Rahmat. (2005). Membangun Sendiri Server Mailing List.
Yogyakarta: Andi.
[4]Rosilia, Evita Dewi dkk. (2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Active
Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Keaktifan Bertanya Biologi Siswa
Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012 . Solo:
Universitas Negeri Solo.
[5] Fachri, Muhammad. (2006). E-Learning Alternatif Pembelajaran Modern .
Balikpapan: Jurnal Pendidikan Inovatif.
[6] Susilo, A.B. (2012). Strategi Pembelajaran Aktif Modelling The Way Berbasis
Teori Bruner pada Pembelajaran Metematika . Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
[7] Arifin, Zainal dan Adhi Setiyawan. (2012). Pengembangan Pembelajaran Aktif
dengan ICT. Yogyakarta: PT. Skripta Media Creative.
[8] Zaini, Hisyam et al. (2004). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD
(Center for Teaching Staff Development) Institut Agama Islam Negeri Sunan
Kalijaga.

18

[9] Silberman, M. 2009. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Edisi
Revisi. Bandung: Nusamedia
[10] Google support. Tentang Google Groups for Business-Google Apps
Administrator Bantuan. Google. Diambil: 5 Juni 2014, dari
https://support.google.com/a/answer/166147?hl= id.

[11] Suryadi, Ace. (2007). Pemenfaatan ICT dalam Pembelajaran . Jakarta:
Universitas Krisnadwipayana.
[12] Wahono, Romi Satria. (2005). Pengantar e-Learning dan Pengembangannya .
IlmuKomputer.com.
[13] Sumardjono, et al. (2012). Pengantar ke Dalam Belajar Pembelajaran ,
Salatiga : Trisara Grafika dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana.
[14] Fathoni, Abdurrahman. (2011). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Bandung: PT. Remaja Rodakarya.
[15] Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rodakarya.
[16] Riduwan dan Sunarto, (2011). Pengantar Statistika: untuk penelitian
pendidikan, sosial, ekonomi, komunikasi dan bisnis. Bandung: Alfabeta.
[17] Widoyoko, Eko Putro. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
[18] Sadiman, A.S, dkk, 2009, Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Pers.

19

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24