PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILM

PENGARUH PERTUMBUHAN PDB, TINGKAT INFLASI DAN
KURS RUPIAH-DOLAR TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN
ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2015
Tugas ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah metodologi penelitian ekonomi Islam
Dosen pengampu: Zein Muttaqin, S.E.I.,M.A.

Disusun oleh:
Muhammad Imam Baihaqi Aba 13423028

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2016

PENGARUH PERTUMBUHAN PDB, TINGKAT INFLASI DAN KURS
RUPIAH-DOLAR TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN ASET BANK
SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2015
A. Latar Belakang
Sistem Ekonomi Islam di Indonesia mengalami perkembangan cukup
pesat. Berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang menggunakan prinsipprinsip syariah dapat dilihat sebagai proses untuk membangun sistem ekonomi
Islam, baik dalam skala mikro maupun makro. Dilihat dari segi kedudukan dan

perannya, lembaga keuangan syariah di Indonesia memiliki landasan hukum
yang kuat sehingga dapat memberi peran yang maksimal dan memberi daya
tawar positif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.1
Salah satu lembaga keuangan syariah yang memiliki pasar terbesar di
Indonesia adalah bank syariah. Bank syariah atau yang biasa disebut dengan
bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga. Oleh karena itu bank syariah sering juga disebut bank tanpa bunga.
Operasional dan produk bank syariah dikembangkan berdasarkan al-Quran dan
Hadits Nabi S.A.W. Atau dengan kata lain Bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariah Islam.2
Saat ini jumlah bank syariah di Indonesia cukup banyak. Terhitung
hingga saat ini terdapat 12 Bank Umum Syariah, 34 Unit Usaha Syariah serta
163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Jumlah kantor bank
syariah juga telah menjamur di seluruh Indonesia. Berdasarkan laporan
statistik perbankan syariah yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan 2015,
jumlah total kantor bank syariah adalah sebagai berikut3;

1


Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), hal.7.
2
Muhammad, Manjemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hal.13.
3
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2015, (Jakarta: OJK, 2015), hal. 5.

JenisBank

Kantor Pusat

kantor cabang

kantor kas

Syariah

Operasional


pembantu

(KK)

(KPO)

(KCP)

450

1340

200

138

129

44


104

-

179

692

1469

423

Bank Umum
Syariah (BUS)
Unit Usaha
Syariah (UUS)
Bank
Pembiayaan
Rakyat Syariah
(BPRS)

Jumlah
Tabel jumlah kantor bank syariah di Indonesia 2015.

Namun jumlah bank syariah beserta kantor-kantor tersebut tidak lantas
membuat posisi bank syariah kuat. Hingga saat ini pangsa pasar aset bank
syariah tidak lebih dari 5% daripada seluruh aset perbankan nasional. Artinya
aset bank syariah masih sangat kecil padahal potensi pasar bank syariah di
Indonesia sangat besar. Potensi tersebut ditunjukkan oleh data BPS bahwa
jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai 87% (207.176.162 jiwa)4.
Jumlah itu yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penduduk
muslim terbanyak didunia.
Peningkatan aset bank syariah dipengaruhi oleh faktor mikro dan
makro. Dalam penelitian ini saya akan menguji beberapa faktor makro yang
mempengaruhi tingkat pertumbuhan aset bank syariah yaitu pertumbuhan
Product Domestic Bruto (PDB), tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap

dolar. Harapan saya penelitian ini dapat membantu manajemen bank syariah

4


Website Badan Pusat Statistik, Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut, diakses hari
minggu,19 Juni 2016.

dalam menentukan kebijakan sehingga dapat meningkatkan aset bank syariah
di Indonesia serta dapat bermanfaat pada dunia akademis.
B. Rumusan Masalah
Jumlah aset perbankan syariah sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan
asetnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan aset bank
syariah yaitu faktor mikro dan makro. Diantara faktor makro yang berpengaruh
pada bank syariah adalah pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB), tingkat
inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB),
tingkat Inflasi, dan kurs rupiah-dolar berpengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan aset bank syariah?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB), tingkat
Inflasi, dan kurs rupiah-dolar terhadap tingkat pertumbuhan aset bank syariah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada
1. Pemerintah

2. Stake Holder bank syariah
3. Dunia akademis

TELAAH PUSTAKA
Penelitian Friska Julianti dengan judul Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar
dan BI Rate Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah 5. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tabungan mudharabah. Variabel nilai tukar (kurs) tidak mempunyai pengaruh
terhadap tabungan mudharabah. Sedangkan variable BI Rate berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tabungan mudharabah.
Dalam penelitian Abida Muttaqiena dengan judul Analisis Pengaruh PDB,
Inflasi, Tingkat Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan
Syariah di Indonesia 2008-20126. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa PDB
Harga Konstan berpengaruh signifikan negatif terhadap DPK Perbankan Syariah,
Inflasi IHK berpengaruh signifikan negatif terhadap DPK Perbankan Syariah, Suku
Bunga Deposito 1 Bulan Bank Umum berpengaruh signifikan positif terhadap DPK
Perbankan Syariah, sedangkan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan negatif
terhadap DPK Perbankan Syariah.
Berdasarkan penelitian Ari Setiyowati dengan judul Pengaruh Karakteristik
Rasio Finansial Bank dan Faktor Makroekonomi Terhadap Return On Assets Bank

Komersial (Setiyowati, 2014: vii). Hasil analisis penelitiannya menunjukkan bahwa
hanya variabel net interest margin dan nonperforming loans menujukkan adanya
pengaruh signifikan terhadap return on assets, sedangkan kelima variabel yaitu
depossits to assets ratio, capital adequacy ratio, inflasi, produk domestic bruto dan
industry production growth menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan.
Dalam penelitian Ayu Yanita Sahara (Sahara, 2013: 155), hasil analisis
penelitiannya menunjukkan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA.
Namun pada pengujian inflasi dan produk domestik bruto menunjukkan hasil bahwa
5

Friska Julianti, Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI Rate Terhadap Tabungan Mudharabah
Pada Perbankan Syariah, Skripsi, Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatulloh, 2013.
Hal. iii.
6
Abida Muttaqiena, Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Dana
Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia 2008-2012, Skripsi, Yogyakarta, Universitas Negeri
Yogyakarta, 2013. Hal. Viii.

terdapat pengaruh positif terhadap ROA. Dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga
BI, dan produk domestik bruto (GDP) berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Dalam penelitian Amirus Sodiq dengan judul Analisis Pengaruh Inflasi,
Produk Domestic Bruto dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Return On Asset Bank
Syariah (Sodiq, 2013: 39) Penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji F
secara simultan variable inflasi, produk domestic bruto dan jumlah uang beredar
berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset. Adapun hasil uji T
menunjukkan bahwa secara parsial inflasi tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap return on asset, sedangkan produk domestic bruto menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset dan jumlah uang beredar
menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap return of aset.
Penelitian Silvia Eka Febrianti dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan
GDP, Inflasi, Bi Rate dan Nilai Tukar Terhadap Kredit Bermasalah Pada Bank
Konvensional dan Bank Syariah (Febrianti, 2015: 15). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa:
1. Pertumbuhan GDP, Inflasi (IHK), BI Rate, dan Nilai tukar rupiah terhadap
dollar secara bersama-sama berpengaruh pada NPL bank konvensional.
Variabel yang berpengaruh signifikan pada NPL bank konvensional dalam
jangka panjang adalah pertumbuhan GDP, Inflasi (IHK), BI Rate, dan Nilai
tukar rupiah terhadap dollar. Sedangkan dalam jangka pendek hanya nilai tukar
yang berpengaruh signifikan terhadap NPL.
2. Sedangkan pada NPF bank Syariah menunjukkan hasil bahwa Pertumbuhan

GDP, Inflasi (IHK), BI Rate, dan Nilai tukar rupiah terhadap dollar secara
bersama-sama berpengaruh pada NPF bank syariah. Variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap NPF dalam jangka panjang adalah BI Rate
dan nilai tukar. Dalam jangka pendek, keempat variabel independent yang
digunakan dalam penelitian ini tidak signifikan berpengaruh pada NPF.
Terlihat bahwa dalam jangka panjangpun hanya dua variabel dari empat
variabel yang

berpengaruh signifikan pada NPF. Hal ini seperti halnya beberapa penelitian
terdahulu bahwa bank syariah lebih tahan terhadap goncangan krisis, sebab
saat krisis determinan makroekonomi akan mengalami perubahan, dan bank
syariah tidak merespon atas shock yang terjadi pada makroekonomi.
Penelitian oleh Dessy Widya Rosvitasary dengan judul Analisis Pengaruh
Variabel Makroekonomi Terhadap Dana Deposito pada Bank Umum Konvensional di
Indonesia (Rosvitasary, 2015: 15). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa:
1. Produk Domestik Bruto (PDB) mampu mempengaruhi penghimpunan dana
deposito pada bank umum konvensional di Indonesia. Peningkatan pendapatan
cenderung akan meningkatkan kemampuan dan minat masyarakat untuk
menginvestasikan dananya dalam bentuk deposito. Sehingga semakin tinggi
pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi pula dana deposito yang dapat

dihimpun oleh bank umum.
2. Suku bungan SBI berpengaruh terhadap penghimpunan dana deposito pada
bank umum konvensional di Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor perbankan
merespon positif perubahan pada suku bunga SBI. Sehingga ketika terjadi
peningkatan suku bunga SBI, maka suku bunga perbankan termasuk suku
bunga deposito juga akan mengalami peningkatan. Hal ini merupakan daya
tarik bagi deposan dalam mendepositokan uangnya.
3. Inflasi tidak berpengaruh terhadap penghimpunan dana deposito pada bank
umum konvensional di Indonesia. Hal ini diduga karena ketika terjadi inflasi
sektor perbankan akan meresponya dengan meningkatkan suku bunga.
Sehingga jika inflasi diimbangi dengan meningkatnya suku bunga maka tidak
berdampak pada penghimpunan dana deposito.
4. Nilai tukar tidak mampu mempengaruhi penghimpunan dana deposito pada
bank umum konvensional di Indonesia. Hal ini karena pergerakan dari nilai
tukar senantiasa berubah dalam waktu yang singkat, sedangkan simpanan
deposito merupakan simpanan yang penyetoran dan penarikanya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan jatuh tempo yang telah
ditentukan. Pergerakan nilai tukar yang bersifat sementara ini diduga

menyebabkan deposan kurang merespon perubahan yang terjadi dalam nilai
tukar.
Penelitian oleh Anas Tinton Saputra dengan judul Pengaruh Variabel
Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 20102013. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan inflasi, suku bunga
BI, produk domestik bruto, jumlah uang beredar, dan kurs berpengaruh signifikan
terhadap Return on Assets (ROA) bank syariah di Indonesia. Sedangkan secara parsial
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga Bank Indonesia berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA bank syariah. Kurs berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA bank syariah. Sedangkan inflasi, Produk Domestik Bruto,
dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap ROA bank syariah di Indonesia.
Dari berbagai telaah pustaka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian yang dilakukan penulis belum pernah diteliti sebelumnya. Penulis berupaya
menyempurnakan penelitian sebelumnya dengan variabel dependen dan variabel
independen yang berbeda. Selain itu penulis menggunakan periode berbeda.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian bank syariah
Menurut Gilarso (1992, 251) pengertian bank secara umum adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam
lalulintas pembayaran dan peredaran uang. Sedangkan pengertian bank
syariah secara umum adalah bank yang menjalankan usaha sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan pengertian bank syariah menurut ketentuan yang tercantum
dalam Peraturan Bank Indonesia 2/8/PBI, Pasal 1, Bank Syariah adalah
bank umum sebagaima yang dimaksud dalam undang-undang nomor 7
tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan undang-undang
nomor 10 tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah Islam termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bang asing
yang melaukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah Islam. (Rivai,
Arviyan; 2010)
2. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional
a) Akad dan legalitas
Akad yang dipraktikan dalam bank syariah memiliki konsekuensi
duniawi dan ukhrawi, dunia dan akhirat, karena akad harus sesuai
dengan syariat Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dan bank,
maka bank syariah dapat merujuk pada Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia (BAMUI) yang penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
hokum Islam.
b) Struktur dan organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, namun unsur yang membedakannya adalah bahwa bank
syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas
mengawasi operasional dan produk-produk bank agar sesuai dengan

ketentuan syariat Islam. Eksistensi dewan syariah dalam struktur
organisasi bank syariah adalah wajib, bahkan bagi setiap bank yang
berskala kecil sekalipun, seperti Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) atau Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) harus memiliki DPS.
c) Pembiayaan
Pembiayaan produktif bank syariah harus pada bisnis yang dibolehkan
dalam Islam. Kehalalan bisnis merupakan syarat mutlak agar bisnis itu
dapat dibiayai bank syariah. Oleh karena itu ban syariah bukan sematamata hanya merupakan institusi ekonomi tetapi juga sebagai institusi
yang ikut bertanggungjawab menjaga moral dan akhlak masyarakat.
d) Corporate Culture

Dalam hal etik bank syariah harus menerapkan 4 sifat islami yaitu
shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (komunikatif,

ramah, terbuka) dan fathanah (cerdas) disetiap lini operasinya. Dalam
hal reward and punishment yang berlaku dalam organisasi bank syariah
juga harus berlandaskan pada keadilan.
B. Produk Domestik Bruto (PDB)
1. Pengertian PDB
Menurut Sadono Sukirno Produk Domestik Bruto (PDB) atau dalam istilah
inggrisnya Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai barang dan jasa
dalam suatu negara yang diproduksikan oleh factor-faktor produksi milik
warga negara tersebut dan warga negara asing. (Sukirno, 2013; 35)
2. Pengaruh PDB pada laba tahunan bank syariah
Menurut Gilarso (1992, 350) PDB menunjukkan total pendapatan nasional
dari 11 sektor, yaitu:
1) Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan Perikanan
2) Pertambangan
3) Industri
4) Listrik, Gas, dan Air
5) Bangunan
6) Pengangkutan
7) Perdagangan

8) Perbankan
9) Persewaan
10) Pemerintahan
11) Jasa-jasa
Perubahan pendapatan sektor-sektor tersebut mempengaruhi perubahan
pendapatan dan konsumsi masyarakat, baik perseorangan maupun
korporasi. Perubahan itu akan mempengaruhi besaran investasi masyarakat
dan pembiayaan yang diajukan masyarakat, sehingga akan mempengaruhi
tingkat laba tahunan bank syariah.
C. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Menurut Boediono inflasi adalah kecenderunagn dari harga-harga
untuk menaikkan secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu
yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikkan) sebagian besar dari harga barng-barang lain.
(Boediono, 1987; 161)
Menurut Insukindro inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga
secara umum dan terus menerus. (Insukindro, 1995;136).
Menurut Guritno (1998, 163) pengertian inflasi adalah tingkat perubahan
harga-harga secara umum.
2. Jenis Inflasi
Menurut Sukirno (2013; 333) Berdasarkan penyebab, inflasi dibedakan
menjadi tiga bentuk:
a) Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi dimasa perekonomian berkembang dengan
pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan
yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
b) Inflasi desakan biaya
Inflasi ini terjadi juga pada masa perekonomian berkembang dengan
pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan-

perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka
akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan
upah yang lebih tinggi pada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat yang akhirnya menyebabkan
kenaikan harga-harga barang.
c) Inflasi diimpor
Inflasi juga dapat timbul karena kenaikan harga barang-barang impor.
Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami
kenaikan harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan
perusahaan.
Sedangkan berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dibagi menjadi 4
yaitu:
a) Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada dibawah 10 %
dalam setahun.
b) Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada diantara 10-30 %
dalam setahun.
c) Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berkisar antara 30-100 %
dalam setahun.
d) Inflasi tinggi (Hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang berkisar
lebih dari 100 % dalam setahun.
3. Pengaruh Inflasi Terhadap Bank Syariah
Pada masa inflasi, terdapat kecenderungan pemilik modal menggunakan
uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan
tanah dan menyimpan barang berharga akan lebih menguntungkan
daripada melakukan investasi yang produktif. Apalagi nilai riil tabungan
masyarakat akan merosot sebagai akibat dari inflasi. Laju inflasi
merupakan gambaran harga-harga.
Harga yang membubung tinggi tergambar dalam inflasi yang tinggi.
Sementara harga yang relatif stabil tergambar dalam angka inflasi yang
rendah. Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali
dapat mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat.

Karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil
bank konvensional menjadi menurun. Fenomena yang seperti itu akan
mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan
dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun‖ (Pohan,
2008b:52).
Akan tetapi, teori tersebut didasarkan pada asumsi bahwa penetapan
imbalan adalah berupa bunga, bukan bonus Wadiah maupun bagi hasil
Mudharabah, sehingga pengaruh inflasi terhadap DPK Perbankan Syariah
belum tentu sama dengan pengaruh inflasi terhadap DPK Perbankan
Konvensional. Karena berdasarkan prinsip Syariah, tak akan ada perbedaan
nilai uang walau seseorang telah meminjamkannya atau menyimpannya
untuk diri sendiri, sebab peran uang sebagai medium pertukaran dan unit
nilai tidak berubah (Ayub, 2009:664-665).
D. Kurs Rupiah
1. Pengertian Kurs Rupiah
Kurs adalah perbandingan antara dua mata uang yang berbeda. Penelitian
ini membahas kurs rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar didasari dua
konsep, pertama, konsep nominal, merupakan konsep untuk mengukur
perbedaan harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang
suatu negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari
negara lain. Kedua, konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur daya
saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional (Halwani,
2005).
Permintaan dan penawaran akan valuta asing akan membentuk tingkat nilai
tukar suatu mata uang domestik terhadap mata uang negara lain. Penawaran
dan permintaan valuta asing timbul karena adanya hubungan internasional
dalam perdagangan barang, jasa, maupun modal, sehingga untuk
menyelesaikan transaksi perlu menukarkan suatu mata uang domestik
dengan valuta asing, dan sebaliknya.
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan
hitung dalam transaksi keuangan internasional disebut hard currency, yaitu
mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami

apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya. Mata
uang hard currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara industri
maju seperti dollar Amerika Serikat (USD). Sedangkan Soft currency
adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran
dan satuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami
depresiasi 28 atau penurunan nilai dibandingkan dengan mata uang
lainnya. Soft currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara
sedang berkembang seperti Rupiah
2. Pengaruh kurs rupiah-dolar terhadap tingkat laba tahunan bank syariah.
Dari sudut pandang golongan nasabah individu, kenaikan nilai tukar Dollar
Amerika Serikat terhadap Rupiah dapat menyebabkan capital Outflow atau
pelarian modal masyarakat keluar negeri karena jika dibandingkan dengan
mata uang negara lain maka nilai tukar Rupiah terlalu rendah. Semakin
meningkat nilai tukar Dollar akan menaikan permintaan Dollar. Sebaliknya
permintaan uang domestik akan turun sehingga permintaan deposito dalam
negeri dapat turun pula, karena masyarakat akan lebih memilih menyimpan
dananya dalam bentuk Dollar.
Sedangkan dari sudut pandang golongan nasabah korporasi, depresiasi
Rupiah terhadap mata uang hard currencies akan meningkatkan biaya
produksi akibat kenaikan harga bahan mentah dan barang modal yang
berasal dari impor. Akibatnya, perusahaan akan cenderung menarik dana
likuid dengan return rendah untuk mengatasi masalah permodalannya.
Karenanya, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS akan berpengaruh pada
proses funding, pembiayaan dan liquiditas bank syariah. Hal ini akan
mempengaruhi laba bersih tahunan bank syariah.
E. Pertumbuhan Aset (Aktiva)
Aset adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat
kepada perusahaan di masa depan (Horgren, 2007). Aset adalah semua
kekayaan yang dimiliki perusahaan dan memberikan manfaat ekonomis di
masa yang akan datang (Kusmuriyanto, 2005). Aset dalam kegiatan
perusahaan untuk keperluan analisis dirinci menjadi beberapa kategori,
diantaranya adalah:

1. Aset lancar
Merupakan sumber-sumber ekonomi yang dapat dicairkan menjadi kas,
dijual habis atau habis dipakai dalam rentang satu tahun (Kusmuriyanto,
2005). Dalam akuntansi adalah jenis aset yang dapat digunakan dalam
jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Aset lancar antara lain adalah kas,
surat berharga, piutang wesel, piutang dagang, perlengkapan, persediaan,
beban dibayar di muka dan pendapatan yang masih harus diterima.
2. Investasi jangka panjang
Investasi Jangka Panjang adalah penyertaan pada perusahaan lain dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun dengan tujuan memperoleh pendapatan
tetap, pendapatan tidak tetap, dan menguasai perusahaan lain. Investasi
Jangka Panjang bisa juga disebut investasi kepada piha luar perusahaan
dimana harapan akan mendapat keuntungan ekonomi di masa yang akan
datang dengan jangka waktu pengambilan keuntungan minimal 1 tahun
dapat diperoleh. Contoh investasi jangka panjang antara lain investasi
dalam saham dan investasi dalam obligasi.
3. Aset tetap berwujud
Aset tetap menurut PSAK Revisi 2011 adalah:
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif.
b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aset tetap
berwujud adalah sumber ekonomi yang memiliki wujud fisik yang
digunakan perusahaan dalam kegiatan operasinya, dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka untuk memperoleh
pendapatan (Kusmuriyanto, 2005). Namun dalam prakteknya aset
berwujud yang dimiliki biasanya selain digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, juga untuk direntalkan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administratif. Contoh aset tetap berwujud adalah
peralatan, mesin, tanah, dan gedung.
4. Aset tetap tak berwujud

Aset tetap tak berwujud adalah hak-hak istimewa atau kondisi, dan posisi
yang dimiliki perusahaan yang memberikan nilai lebih bagi perusahaan
dalam memperoleh pendapatan (Kusmuriyanto, 2005). aset tetap tak
berwujud atau aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik, seperti
hak-hak istimewa, atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan
pendapatan. Contoh dari aset tetap tak berwujud adalah hak cipta, hak
eksplorasi dan eksploatasi, waralaba, paten, merek dagang, rahasia dagang,
dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari satu tahun dan
dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak
lebih dari 40 tahun.
5. Aset lain-lain
Aset lain-lain adalah aset yang dari berbagai hal tidak dapat
digolongkan ke dalam kategori aset lancar, investasi, dan aset tetap. Contoh
dari aset ini adalah bangunan yang dalam proses penyelesaian. Aset bisa
dibilang adalah sebagai kekayaan yang dimiliki perusahaan yang memiliki
nilai ekonomis. Melihat aset yang dimiliki suatu perusahaan bisa diketahui
apakah perusahaan tersebut bisa dibilang memiliki nilai yang tinggi. Proses
ekonomi yang dijalani perusahaan dari periode ke periode mempengaruhi
jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Perusahaan yang dari periode ke periode mangalami peningkatan
jumlah aset yang dimilikinya bisa dibilang perusahaan tersebut
berkembang ke arah ekonomi yang lebih baik dari waktu sebelumnya,
begitu juga sebaliknya. Perusahaan yang memiliki jumlah aset yang besar
secara otomatis akan disebut sebagai perusahaan yang besar, perusahaan
kecil akan disebut sebagai perusahaan yang kecil. Aset perusahaan yang
dari satu periode ke periode berikutnya menunjukkan peningkatan secara
otomatis akan dianggap memiliki kinerja yang bagus.
Perusahaan dengan kinerja ekonomi yang bagus dari satu periode ke
periode berikutnya asetnya akan bertambah karena pemasukanpemasukan
yang diperoleh dari kinerja ekonomi dari perusahaan tersebut. Perolehan
pemasukan bisa dari banyak hal, bisa dari penambahan modal dari luar
maupun dari dalam. Aset yang meningkat maka kondisi capital perusahaan

pun meningkat, aset yang menurun maka kondisi capital perusahaan pun
ikut mengalami penurunan.
Peningkatan dan penurunan aset berpengaruh pada kondisi capital
perusahaan. Peningkatan aset yang disebabkan karena hasil kinerja
perusahaan bisa berupa keuntungan dari usaha perusahaan, dari hal ini
maka modal sendiri akan meningkat, dan perbandingan modal antara
modal dan hutang akan berubah. Perusahaan ingin meningkatkan tingkat
produksi dengan penambahan aset tetap, sedang aktiva lancar perusahaan
menunjukkan jumlah yang kurang memadai untuk keberlangsungan
produksi, maka langkah yang dilakukan adalah dengan mendapatkan
tambahan dana dari luar, bisa berupa hutang terhadap bank, atau
menerbitkan obligasi. Perolehan dana dari luar ini akan menjadikan
perbandingan antara modal dan hutang berubah.
Aset yang berubah-ubah setiap periodenya memberikan pandangan
yang unik untuk didalami. Penyajian data yang jelas dengan asumsi
perusahaan menerbitkan data yang sesungguhnya, menjadikan pengamatan
terhadap aset menjadi lebih fokus. Angka aset dari periode ke periode
berubah-ubah sesuai dengan kinerja perusahaan juga keputusan-keputusan
yang diambil manajemen. Trend pertumbuhan aset akan memberikan efek
pada

keputusuan

manajemen

dalam

menentukan

pengembangan

perusahaan. Rumus menghitung tingkat pertumbuhan aset adalah:

Keterangan:
Asset t

: Total

aset tahun tertentu

Asset t-1

: Total

aktiva tahun sebelumnya

F. Kerangka Berpikir
Masalah utama bank syariah di Indonesia adalah pangsa pasar aset yang kecil.
Pangsa pasar yang kecil ini dikarenakan tingkat pertumbuhan aset bank syariah
yang lemah. Tingkat pertumbuhan aset bank syariah dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu antara lain faktor internal maupun eksternal. Dari sisi eksternal,
kondisi makroekonomi yang tercermin dalam pendapatan nasional, tingkat
inflasi, dan nilai tukar Rupiah diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat
pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia. Pengaruh inflasi yang tercermin
dalam angka Inflasi IHK, Pendapatan Nasional yang dapat dilihat dari angka
PDB Harga Konstan, serta nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, terhadap
tingkat pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia.

Product Domestic Bruto
Inflasi
(PDB)

Kurs Rupiah Terhadap
Dolar

Tingkat Pertumbuhan
Aset Bank Syariah di
Indonesia

G. Hipotesis
1. HO: PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS tidak
berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Pertumbuhan Aset Bank Syariah
di Indonesia 2010-2015.
2. H1: PDB, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS berpengaruh
signifikan terhadap Tingkat Pertumbuhan Aset Bank Syariah di Indonesia
2010-2015.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data time series. Kuantitatif
adalah data-data yang dipergunakan dinyatakan dalam bentuk angka.
Sedangkan time series adalah data tersebut dikumpulkan dari waktu ke waktu.
(Supranto, 2000:10). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data-data tersebut sudah dikumpulkan atau
sudah tersedia pada suatu instansi. Observasi penelitian ini dimulai dari 2010
sampai dengan Agustus 2015 dengan skala bulanan.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro,
2009:118). Sampel penelitian ini adalah:
1. Data Inflasi
Inflasi merupakan perubahan harga yang terjadi. Data Inflasi merupakan
laju inflasi di Indonesia per triwulan berdasarkan presentase perubahan
Indeks Harga Konsumen (IHK) dari setiap bulannya yang dilaporkan
secara triwulan dan dinyatakan dalam satuan persen. Data inflasi yang
digunakan adalah data inflasi triwulanan pada periode 2010 sampai 2015.
Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut:

2. PDB
Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu
negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam
penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Data PDB Riil adalah dalam

bentuk triwulan dan dinyatakan dalam jutaan rupiah. Data PDB Riil yang
digunakan dalam penelitian adalah data mulai periode 2010 sampai 2015.
Rumus yang digunakan untuk mencari PDB adalah sebagai berikut:

3. Kurs rupiah-dolar
Kurs rupiah-dolar adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kami
mengambil sampel data laporan triwulan kurs rupiah-dolar dari bank
Indonesia tahun 2010 hingga 2015.
4. Tingkat Pertumbuhan asset bank syariah di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan dari Otoritas
Jasa Keuangan dan Bank Indonesia tahun 2010-2015. Data itu diolah
menggunakan rumus:

C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data runtun waktu
(time series) dengan skala tahunan (yearly) yang diambil dari data tahunan
historis Inflasi, Kurs rupiah-dolar, kurs rupiah-dolar dan asset bank syariah
yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan.
2. Library Research

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan
dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang
valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam di
perpustakaan tetinggal selama beberapa waktu, karena ilmu yang selalu
berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data
yang sesua.
D. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda dengan bantuan software SPSS.

Y= a + X1PDB + X2INF + X3KURS+e
Keterangan:
Y

: Tingkat Pertumbuhan Aset Bank Syariah Indonesia

a

: Konstanta

X1

: Koefisien regresi PDB

X2

: Koefisien regresi Inflasi IHK

X3

: Koefisien regresi Kurs Tengah Dollar AS terhadap Rupiah

e

: Error (kesalahan residual)

D.1. Uji Asumsi Klasik
Masalah yang muncul dalam analisis dapat disebabkan pelanggaran
asumsi dasar metode OLS (Ordinary Least Square) dalam melakukan estimasi
sebuah model sehingga parameter yang diperoleh menjadi bias, tidak konsisten
dan tidak efisien. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil analisis data yang
konsisten dan efisien perlu diadakan uji asumsi klasik yang meliputi uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
otokorelasi.

D.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara beberapa atau semua variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
dapat dilakukan dengan menjalankan regresi auxiliary, yaitu dengan
menjalankan regresi dimana secara bergantian semua variabelnya dijadikan
variabel dependen. Ketika R2 persamaan 1 (hipotesis yang diuji) lebih besar
daripada R2 persamaan 2, R2 persamaan 3, R2 persamaan 4, maka dapat
disimpulkan bahwa model tidak terkena multikolinieritas.
D.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Kebanyakan data cross section mengandung situasi heterokedastisitas karena
data ini menghimpun berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) (Ghozali,
2007:105).
Model terkena heteroskedastisitas apabila varians dari kesalahan/error
atau residual dari model tidak konstan dari pengamatan/observasi satu ke
pengamatan/observasi lainnya. Ketika terdapat heteroskedastisitas, estimasi
kuadrat-terkecil (OLS) memberikan bobot lebih berat pada observasi dengan
varians error yang lebih besar daripada observasi yang memiliki varians error
yang lebih kecil, sehingga varians menjadi tidak efisien, karena varians dari
parameter yang diestimasi bukanlah varians minimum.
Adapun cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan uji White. Misal asumsi α = 5%. Jika
nilai probabilitas Obs*R-squared < α = 5%, maka model terkena
heterokedastisitas. Sebaliknya jika Obs*R-squared > α = 5%, maka model
terbebas dari heterokedastisitas.

D.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika ada korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
(time series) karena gangguan pada seseorang individu atau kelompok
cenderung mempengaruhi gangguan pada individu atau kelompok yang sama
pada periode berikutnya.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM Test). Misal asumsi α = 5%. Jika
nilai probabilitas Obs*R-squared < α = 5%, maka model terkena autokorelasi.
Sebaliknya jika Obs*R-squared > α = 5%, maka model terbebas dari
autokorelasi.
D.5. R2 (Koefisien Determinasi Berganda)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KONSENTRASI GEOGRAFIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SITUBONDO

8 229 19

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22