PENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTU MEDIA CROSS WORD PUZZLE DI KELAS IVA SD NEGERI 1 PRIGI - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri Pendidikan karakter perlu diberikan dan diajarkan pada anak. Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat pada anak hingga

  dewasa. Pendidikan karakter dapat membentuk kepribadian pada anak. Salah satu pendidikan karakter yaitu percaya diri. Anak harus memiliki percaya diri untuk dapat mengembangkan kemampuannya dan menjalankan kehidupan sosialnya. Pernyataan tersebut diperkuat Dariyo (2007: 206) percaya diri ialah

  “kemampuan individu untuk dapat memahami dan menyakini seluruh potensi agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya

  ”. Sedangkan menurut Aunurrahman (2011: 184) memandang percaya diri adalah salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu aktifitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa akan merasa percaya diri apabila melakukan aktifitas tertentu. Ketika melakukan aktifitas pikiran yang ada di dalam diri siswa akan terfokuskan untuk hasil yang akan dicapai. Perkembangan percaya diri akan dipengaruhi adanya faktor mental dan fisik siswa. Dua faktor tersebut dapat diperoleh dari lingkungan rumah yaitu siswa dengan orang tua sedangkan lingkungan di sekolah siswa dengan guru.

  Berbeda dengan pendapat Mustari (2014: 69) bahwa “siswa harus bisa berani menyatakan pendapat, harus bisa tampil dihadapan orang harus yakin dan tidak ragu-ragu akan tindakan yang dipilihnya

  ”. Sedangkan menurut Santrock (2003: 336) percaya diri adalah “dimensi evaluasi yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri

  ”. Pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berani menyatakan pendapat. Siswa yang memiliki percaya diri akan tampil dihadapan orang dengan yakin dan tidak ragu saat bertindak. Pendapat yang diutarakan bisa berupa lisan dan tulisan.

b. Ciri-ciri Percaya Diri

  Ciri-ciri individu yang mempunyai rasa percaya diri menurut Klara (2010:17) sebagai berikut :

  1) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat orang lain

  2) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konforis demi diterima oleh orang lain atau kelompok. 3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.

  4) Punya pengendalian yang baik (tidak moody dan emosinya stabil) 5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain. 6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi diluarnya. 7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud dan tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

  Pendapat yang telah di ungkapkan diatas dapat ditarik kesimpulan ciri-ciri individu yang memiliki rasa percaya diri adalah individu yang senantiasa percaya akan kemampuan diri sendiri. Mampu mengerjakan sesuatu dengan sendiri bukan malah bergantung pada orang lain. Memandang diri sendiri dan orang lain dengan positif. Dengan begitu orang lain akan memandang individu dengan pikiran positif. Dan yang penting menjadikan kegagalan sebagai hal yang positif bukan negatif.

c. Ciri-ciri Tidak Percaya Diri

  Klara (2010:23) mengemukakan bahwa ciri-ciri individu yang tidak mempunyai rasa percaya diri sebagai berikut : 1) Berusaha menunjukan sikap konfiris. Semata mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok. 2) Menyimpan rasa takut atau kekhawatiran terhadap penolakan. 3) Sulit menerima realita diri dan memandang rendah kemampuan diri sendiri namun dilain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri. 4) Pesimis mudah menilai segala sesuatu dari segi negatif 5) Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil.

  6) Cenderung menolak pujian yang ditunjukan secara tulus. 7) Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu.

  8) Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan bantuan orang lain). Ciri percaya diri dapat dimaknai apabila individu yang memiliki rasa tidak percaya diri memiliki dampak negatif dan konsep diri yang buruk. Takut gagal membuat individu tidak mau mencoba. Kurangnya menyakinkan diri sendiri akan kemampuan yang dimiliki. Pasrah akan keadaan membuat individu tidak akan maju. Salah satu contohnya yaitu takut gagal untuk menghadapi tantangan. Hal tersebut akan menjadi penghalang kemampuan seseorang dalam membentuk satu hubungan antar individu agar nyaman untuk dirinya.

  Terdapat cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan percaya diri. Lauster (2006: 15) menjelaskan terdapat sepuluh petunjuk untuk meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri, yaitu: didapatkan cara untuk perbaikan pada kepercayaan diri sendiri. 2) Mengatasi kelemahan dan harus memiliki kemauan yang kuat sehingga dapat memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai keberhasilan. 3) Mengembangkan bakat dan kemampuan lebih baik sehingga kelemahan yang ada menjadi tidak penting lagi. 4) Merasa bahagia dengan keberhasilan yang diperoleh dan jangan ragu untuk bangga dengan keberhasilan tersebut. 5) Jangan berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keberhasilan tersebut. 6) Apabila tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukan tetapi tidak tahu cara untuk memperbaiki diri, maka kembangkan bakat-bakat melalui suatu hobi.

  7) Apabila diminta untuk melakukan pekerjaan yang sulit, maka lakukan pekerjaan tersebut dengan rasa optimis. 8) Jangan terlalu berharap untuk tercapainya itu tidak baik. 9) Tidak terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. 10) Jangan beranggapan bahwa apapun yang dilakukan dengan baik oleh orang lain harus dapat dilakukan juga oleh diri sendiri karena tidak ada hasil yang sama dalam tiap bidang.

  Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cara untuk meningkatkan percaya diri dengan mengetahui kelemahan siswa.

  Siswa dapat mengatasi kelemahan dengan menonjolkan kelebihan yang dimilikinya. Mengembangkan hobi yang dimiliki siswa untuk dijadikan sebagai bakat atau kemampuan siswa. Dan yang terpenting memiliki kemauan yang kuat. Jangan membandingkan orang lain dengan diri kita sendiri karena seseorang mempunyai kelebihan di bidangnya masing-masing.

d. Indikator Percaya Diri

  Indikator dalam sikap percaya diri menurut Santrock (2003: 338) yaitu :

Tabel 2.1 Indikator Percaya Diri

  No Indikator Positif Indikator Negatif

  1. Mengarahkan atau Merendahkan orang lain dengan memerintah orang lain. cara menggoda, memberi nama penggilan dan menggosip

  2. Menggunakan kualitas Menggerakkan tubuh secara suara yang disesuaikan dramatis atau tidak sesuai dengan situasi konteks

  3. Mengeksprsikan Melakukan sentuhan yang tidak pendapat sesuai atau menghindari kontak fisik

  4. Duduk dengan orang lain Memberikan alasan-alasan dalam aktifitas sosial. ketika gagal melakukan sesuatu

  No Indikator Positif Indikator Negatif

  5. Bekerja secara koperatif dalam kelompok.

  Melihat sekeliling untuk memonitor orang lain

  6. Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara.

  Membual secara berlebihan tentang prestasi, keterampilan, penampilan fisik

  7. Menjaga kontak mata selama pembicaraan berlangsung.

  Merendahkan diri sendiri secara verbal

  8. Memulai kontak yang ramah dengan orang lain.

  Berbicara terlalu keras tiba-tiba atau dengan nada suara yang dogmatis

  9. Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain.

  Tidak mengekspresikan pandangan atau pendapat terutama ketika ditanya

  10. Berbicara dengan lancar, hanya mengalami sedikit keraguan.

  Memposisikan diri secara submisif.

  Indikator percaya diri dapat dijabarkan bahwa kepercayaan diri di dalam individu memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positif dari percaya diri mengantarkan seseorang dengan keberhasilan yang ingin dicapai. Berbeda dengan sisi negatif yang membuat sseorang mengalami kegagalan. Kepercayaan diri yang kuat dimiliki oleh seseorang berdasarkan cara mengekspresikan pendapat salah satunya dengan siswa mau mengacungkan tangannya sendiri tanpa ditunjuk oleh guru. Berbicara dengan lantang di depan kelas tanpa rasa malu- malu.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar

  Prestasi belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang dalam meraih perubahan. Perubahan tersebut bisa berupa tingkah laku tersebut akan menghasilkan hasil. Hal ini sejalan dengan belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah "suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

  ”. Rahyubi (2014: 1) berpendapat bahwa “belajar merupakan proses hidup yang-sadar atau tidak-harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Manusia belajar sejak lahir hingga akhir hayatnya

  ”. Menurut Winkel (dalam Hamdani 2011: 138) mengemukakan bahwa “prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah individu yang berusaha mendapatkan sesuatu dengan merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tingkah laku dapat diperoleh di masyarakat. Hasil dari perubahan berupa kompetensi, pegetahuan, keterampilan dan sikap. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses kegiatan belajar.

b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

  Prestasi belajar tidak terlepas dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ahmadi dan Supriyono (2004: 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.

  1) Faktor Internal yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: a) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

  b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi:

  (a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. (b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri, disiplin c) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2) Faktor Eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: a) Faktor sosial yang terdiri atas:

  (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok pengetahuan, teknologi, kesenian.

  c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

  d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal yang berkaitan dengan segala berhubungan dengan diri siswa berupa kondisi fisik dan mental siswa. Sedangkan faktor eksternal berupa sarana dan prasarana, lingkungan masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi sosial siswa tersebut. Dalam proses pembelajaran faktor-faktor tersebut saling berkaitan mempengaruhi satu sama lain, baik langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. IPS menurut Solihatin dan Raharjo (2009: 15) berpendapat bahwa “IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemapuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”. Sedangkan menurut Trianto (2011: 171) berpendapat bahwa IPS adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti, sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Selain itu Sapriya (2009: 7) berpendapat bahwa IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi serta mata

  pelajaran ilmu sosial lainnya. Jadi menurut peneliti IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji ilmu-ilmu sosial seperti, sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS merupakan pembelajaran yang bukan sebatas memberikan sejumlah konsep yang bersifat hafalan saja. Namun, terletak upaya agar siswa mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya menjadi bekal dalam memahami dan ikut serta dalam menjalani kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

  b. Tujuan Pendidikan IPS

  Tujuan pendidikan IPS menurut Solihatin dan Raharjo (2009: 1) berpendapat bahwa

  “tujuan dari pendidikan IPS adalah mampu mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan siswa yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat

  ”. Disimpulkan bahwa tujuan

  IPS memberi bekal kemampuan yang dimiliki siswa. Tidak pula membekali keterampilan dasar untuk mengarahkan anak untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang bertanggung jawab sebagai masyarakat. Serta menjadikan warga dunia yang cinta damai.

  c. Pembelajaran IPS di SD pada Kurikulum 2006

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum di Indonesia yang dijadikan rujukan oleh pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, oleh sebab itu kurikulum ini merupakan penyempurna dari kurikulum sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2010: 128) “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing- masing satuan pendidikan”. Sedangkan menurut

  Depdiknas (dalam Muslich 2007: 17) “KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, walaupun masih tetap mengacu pada rambu-rambu nasional Panduan Penyusunan KTSP yang disusun oleh badan independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)”.

  Disimpulkan bahwa sekolah yang merencanakan dan merancang sendiri sistem pembelajaran sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan sekolah. Hal ini dimungkinkan untuk memandirikan sekolah yang dianggap bahu betul tentang kondisi dan karakteristik siswa, manajemen sekolah dan sarana prasarana pembelajaran. Dengan demikian, kebutuhan dan daya dukung serta kemampuan sekolah dengan sendirinya menjadi acuan dan pertimbangan dan pertimbangan dalam menyusun dan merencanakan pembelajaran.

  Menurut Supriya, dkk (2009) kurikulum IPS tahun 2006 bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahakan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkometensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa diajarkan mengenal konsep yang masih berkaitan antara kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. Siswa diajarkan mampu berpikir secara logis, mempunyai rasa ingin tahu dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Siswa memiliki komitmen terhadap nilai- nilai sosial. Siswa

4. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Model Pembelajaran Langsumg

  Model pembelajaran yang langsung menurut Trianto (2012: 41) model pembelajaran langsung bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Menurut Uno (2011: 117) menyatakan bahwa pembelajaran langsung adalah “salah satu pendekatan mengajarkan yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”. Berbeda dengan pendapat Majid (2013: 73) menyatakan bahwa “pembelajaran langsung tersebut berpusat pada guru, dan harus menjamin tejadinya keterlibatan siswa”.

  Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana guru memberikan informasi dan keterampilan kepada siswa. Informasi dan keterampilan yang diberikan melalui tahap selangkah demi selangkah. Tahapan ini diberikan pada siswa bertujuan agar pemberian materi tidak terlewatkan.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung

  Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Majid (2013: 73) adalah sebagai berikut : 1) Adanya tujuan pembelajaran

  Pembelajaran langsung menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penelitian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan). 2) Sintasks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran langsung terdapat 5 (lima) fase yang sangat penting. Pembelajaran langsung terdapat berbentuk ceramah, demokratis, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditrasnformasikan langsung oleh guru kepada siswa. ada 5 (lima) tahapan pembelajaran langsung, yaitu: Tahap 1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Tahap 2 : Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan Tahap 3 : Membimbing pelatihan Tahap 4 : Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik Tahap 5 : Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep

  3) Sistem pengelolahan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pelajaran Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan demokrasi, yakni atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang mewadai untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru, dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi kusus untuk mengatur aliran keterlibatan siswa, dan untuk menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.

  Dijelaskan bahwa ciri-ciri pembalajaran yaitu memiliki sintaks atau bisa disebut juga alur kegiatan pembelajaran. Di dalam alur kegiatan terdapat 5 fase yang sangat penting. Fase tersebut digunakan untuk menyampaikan materi secara langsung dari guru pada siswa. Tahap yang pertama yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkondiskan siswa untuk belajar. Tahap yang kedua yaitu guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar. Tahap yang ketiga yaitu guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Tahap yang keempat yaitu guru mengecek tugas siswa. Tahap yang terakhir yaitu guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Langsung

  Kelebihan model pembelajaran langsung menurut majid (2013: 74) sebagai berikut :

  1) Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa, sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. 2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. 3) Merupakan cara yang paling terang untuk mengajaran konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit 4) Menekankan kagiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara- cara ini. Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menfsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini. 5) Model pembelajaran direct instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyatan yang terjadi). Dengan hal ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas, bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting, teutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut. 6) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif. Kelebihan di atas dapat disimpulkan ketika guru menjelaskan materi secara urut pada siswa, siswa mampu memperhatikannya dengan fokus. Pembelajaran langsung dapat digunakan di kelas yang memiliki siswa yang sedikit maupun banyak. Model ini merupakan cara yang paling tepat untuk mengajarkan keterampilan pada siswa yang memiliki nilai yang rendah. Model pembelajaran langsung lebih menekankan pada ceramah sehingga membantu siswa yang tidak suka membaca.

  Pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan menurut Majid (2013: 74) yaitu :

  1) Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar atau ketertariakn siswa. terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan interpersonal mereka. 3) Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahaun, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya dan pembelajaran mereka akan terlambat. 4) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula, dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif. 5) Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit, dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan. Kekurangan yang dimilki oleh model pembalajaran langsung yaitu guru sulit menghadapi perbedaan dalam hal kemampuan dan tingkat pemahaman pada siswa. Guru menerangkan dengan ceramah membuat siswa memiliki kemampuan berbicara yang rendah. Model ini membuat guru lebih kreatif dalam menyampaikan informasi, apabila guru menyampaikan informasi dengan biasa saja akan membuat siswa merasa bosan. Model ini hanya berlaku 5-10 menit pada siswa. Setelah lebih dari 10 menit siswa akan kehilangan perhatian.

d. Tahapan Pembelajaran Langsung

  Tahapan pelaksanaan model pembelajaran langsung menurut Majid (2013: 76) adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

  Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan dalam pembelajaran. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahapan- tahapan dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. 2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

  Guru mendemonstrasian keterampilan dengan benar atau menyampaikan informasi tahap demi tahap. Kunci keberhsilan dalam tahap ini adalah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran, baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa:

  a) Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil, sehingga metri yang dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek b) Pemberian contoh-contoh konsep

  c) Permodelan atau peragaan keterampilan degan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas

  d) Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit 3) Membimbing pelatihan

  Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertnyaaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah mendemonstrasikan sesuatu dengan benar, diperlukan latihan yang intensif dan memerhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

  4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Guru memeriksa atau mengecek kemampuan siswa seperti memberikan kuis terkini, dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa. Guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respons siswa yang benar, dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

  5) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep Guru dapat memberikan tugas-tugas mendiri kepada siswa untuk meningkatkan pamahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Guru juga mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus terhadap penerapan pada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari- hari. Tahapan-tahapan pembelajaran langsung tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

  No Fase Peran Guru

  1. Menyampaikan tujuan Menjelaskan tujuan, materi dan mempersiapkan presyarat, memotivasi dan siswa mempersiapkan siswa

  2. Mendemonstrasikan Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan atau keterampilan menyajiakan informasi tahap demi tahap

  3. Membimbing pelatihan Guru memberikan latihan terbimbing

  4. Mengecek pemahaman Mengecek kemampuan dan memberikan umpan siswa dan memberikan balik umpan balik

  5. Memberikan latihan dan Mempersiapkan latihan penerapan konsep untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari

  Tahapan ini dapat disimpulkan bahwa saat guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa sebenarnya guru sedang menarik dan memusatkan perhatian siswa untuk mau berperan aktif dalam pembelajaran berlangsung. Ketika guru menginformasikan pengetahuan dan keterampilan guru memberikannya secara bertahap. Guru membimbing siswa dengan cara mengajukan pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Guru memberikan umpan balik terhadap respon yang di dapatkan dari siswa.

5. Media Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) a. Pengertian Crossword Puzzle

  Crossword Puzzle (teka-teki silang) adalah suatu permainan

  dimana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya biasa dibagi ke dalam ketegori mendatar dan menurun tergantung posisi kata-kata yang harus diisi.

  (https://id.wikipedia.org/wiki/Teka-teki_silang). Sedangkan menurut Said dan Andi (2015: 101) Crossword Puzzle (teka-teki silang) merupakan

  “permainan mengisi kolom-kolom kosong di awali pertanyaan- pertanyaan secara mendatar dan menurun”.

  Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teka-teki silang merupakan permainan mengisi kolom-kolom yang kosong.

  Pertanyaan-pertanyaaan tersebut dapat diawali secara mendatar dan menurun sesuai kata yang tepat. Jumlah pertanyaan mendatar dan menurun harus sama. Jawaban yang disediakan harus sesuai dengan jawaban berikutnya.

b. Langkah-langkah Crossword Puzzle

  Media pembelajaran Crossword Puzzle dapat diterapkan sesuai langkah-langkah yang sudah ditentukan. Sillberman.M L.

  (2007: 246) dalam bukunya Active Learning menerangkan bahwa langkah-langkah Crossword Puzzle antara lain: 1) Langkah pertama adalah mencurahkan gagasan

  (brainstorming) beberapa istilah atau nama-nama kunci yang berkaitan dengan pelajaran.

  2) Susunlah teka-teki silang sederhana, yang mencakup sebanyak yang anda dapat. Hitamkan kotak-

  item-item

  kotak yang tidak anda perlukan. (catatan: jika terlalu sulit untuk membuat teka-teki silang, diselingi dengan item- item yang menyenangkan, yang tidak berkaitan dengan pelajaran). 3) Buatlah contoh-contoh item-item silang, gunakan diantara macam-macam berikut ini: a) Definisi pendek

  b) Kategori yang sesuai dengan item

  c) Contoh

  d) Lawan kata 4) Bagaikan teka-teki kepada peserta didik, baik secara individual maupun secara tim.

  5) Tentukan batasan waktu. Serahkan hadiah kepada individu atau tim dengan benda yang paling konkret. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media teka-teki silang merupakan salah satu bentuk media dimana kita mengisi ruang-ruang kosong yang merupakan jawaban dari pertanyaan. Keistimewaan dari media ini adanya unsur-unsur kegembiraan dan melatih kemampuan berpikir dalam menanyakan tiap-tiap kata yang dibentuk baik itu vertikal dan horizontal yang saling berhubungan.

  Crossword Puzzle dapat digunakan pada proses pembelajaran

  individu atau kelompok. Siswa diberikan batasan waktu saat mengerjakannya.

  Langkah-langkah tersebut sama dengan langkah-langkah

  Crossword Puzzle menurut Zaini, dkk (2008: 71) yaitu:

  1) Tulislah kata-kata kunci, terminologi atau nama-nama yang berhubungan dengan materi pelajaran. 2) Buatlah kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah dipilih (seperti dalam teka-teki silang). Hitamkan bagian yang tidak diperlukan. 3) Buat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah dibuat atau dapat juga hanya membuat pernyataan-pernyataan mengarah kepada kata- kata tersebut. 4) Bagikan teka-teki ini kepada peserta didik baik individu atau kelompok. 5) Beri hadiah kepada kelompok atau individu yang mengerjakan paling cepat dan benar.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat dirangkum bahwa media

  Crossword Puzzle merupakan salah satu bentuk media pembelajaran

  aktif yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan. Siswa diberi tugas oleh guru lalu dikerjakan dengan batasan waktu yang sudah ditentukan media Crossword Puzzle juga dapat dimainkan secara individu maupun kelompok. Guru dapat membuat kisi-kisi dengan pemilihan kata yang sudah ditentukan. Memberikan hadiah berupa tepuk tangan pada kelompok atau individu yang mengerjakan dengan waktu cepat dan jawaban tepat.

c. Kelebihan dan Kekurangan media Crossword Puzzle

  Kelebihan media Crossword Puzzle (teka teki silang) menurut Haryono dalam jurnal (Rantika dan Faizal Abdullah 2015: 15) diantaranya yaitu:

  1) Kelebihan media teka teki silang dengan menggunakan TTS sebagai pembelajaran kosakata, maka selain siswa termotivasi untuk belajar,juga memberi pemahaman terhadap kosakata yang mudah dan mendalam. 2) Dalam penggunaan TTS, terdapat unsur permainan yang belajar tanpa harus berhadapan dengan situasi yang menjemukan. 3) Yang paling menarik adalah dapat mengembangkan instuisi peserta didik untuk berupaya memahami lebih banyak kosakata karena adanya unsur tantangan yang menimbulkan rasa penasaran.

  Kelebihan media Crossword Puzzle menurut pendapat di atas dapat dijabarkan sebagai berikut bahwa media ini dapat memacu diri siswa untuk lebih menggali konsep-konsep materi. Strategi ini dapat menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi dan memotivasi siswa untuk belajar. Crossword Puzzle digunakan untuk menghasilkan rasa bosan ketika proses pembelajaran yang monoton.

  Kekurangan media Crossword Puzzle (teka-teki silang) yaitu: 1) Susah digunakan untuk pelajaran misalnya matematika, fisika, kimia yang mungkin terdapat banyak kesulitan dalam pembuatannya. 2) Membutuhkan waktu yang tidak sedikit sebab pembuatannya rumit harus disesuaikan pertanyaan dengan kolom jawaban yang dibutuhkan

  3) Materi-materi yang butuh pemaparan dan penjelasan tidak bisa menggunakan teka teki silang. 4) Dalam teka teki silang hanya belajar kata-kata singkat tidak mampu menjelaskan atau menjabarkan materi secara rinci.

  Crossword Puzzle juga mampunyai kekurangan yang harus

  diketehui guru. Kelemahan media Crossword Puzzle yaitu tidak bisa di gunakan dengan mata pelajaran matematika, fisika, kimia.

  Biasanya Crossword Puzzle digunakan untuk materi yang sukar seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan materi lainnya. Kelemahan yang lain yaitu pembuatan media Crossword Puzzle yang rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Di karenakan guru memilih kata-kata singkat untuk jawabannya.

d. Penerapan Media Crossword Puzzle

  Prosedur penerapan teka-teki silang yang digunakan guru menurut Said dan Andi (2015: 102) yaitu : 1) Penggunaan teka-teki silang sebaiknya digunakan setelah materi diajarkan/siswa sudah mempelajari materi.

  2) List daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan ditampilkan dalam teka-teki silang. 3) Buat jawaban dari semua pertanyaan untuk memudahkan menyusun susunan kotak teka-teki silang. 4) Kategorisasikan pertanyaan dalam kelompok pertanyaan mendarat dan pertanyaan menurun, di mana jumlah pertanyaan menurun dan mendatar sama. 5) Koneksikan setiap jawaban-jawaban mendarat dan menurun. 6) Perhatikan jawaban mendarat dan jawaban menurun yang beririsan dan saling mengisi. 7) Agar lebih mudah terlebih dahulu buatlah skema susunan kotak sejumlah pertanyaan mendarat dan menurun. 8) Mualailah memilih pertanyaan nomor satu sampai seterusnya. 9) Membuat lembar teka-teki silang dalam bentuk pertanyaan mendarat dan pertanyaan menurun.

  Crossword Puzzle yaitu proses pembelajaran berlangsung

  materi pembelajaran harus di sampaikan semuanya. Saat membuat pertanyaan Crossword Puzzle terbatasi hanya untuk kosakata. Setiap jawaban mendarat dan menurun harus berhubungan. Pertanyaan menurun dan mendatar harus sama jumlahnya.

B. Penelitian yang Relevan

  Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh :

  1. Penelitian relevan oleh Indriani, Linda pada tahun 2012, dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran

  Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) pada Siswa Kelas IV SD Negeri

  Sawahan Juwirin Klaten Tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan penggunaan permainan Crossword Puzzle pada siklus I hingga siklus 3 hasil belajar yang dicapai kelas IV SD

  Negeri 1 Sawahan mengalami peningkatan. Sebelum penggunaan permainan Crossword Puzzle diarahkan, tingkat ketuntasan sebanyak 43,24 %. Siklus I dengan permainan Crossword Puzzle yang sudah diarahkan 61,11%, dan siklus ke 2 terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan dengan nilai ketuntasan belajar 83,78 % atau 31 siswa. Dengan demikian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pemebalajaran Crossword Puzzle dalam pembelajaran IPA dapat meningkat hasil belajar.

  2. Penelitian relevan oleh Khasanah, Faridhatul pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Penerapan Strategi Aktif Tipe Teka-Teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa SD”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengaruh strategi pemebalajaran aktif tipe teka-teki silang terhasil hasil belajar siswa lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Sebelum menggunakan strategi pembelajaran tipe teka-teki silang, tingkat ketuntasan sebanyak 60,71 %. Pertemuan I dengan strategi pembelajaran tipe teka-teki silang diarahkan 71,43 %, dan pertemuan ke 2 terjadi peningkatan hasil belajar dengan ketuntasan belajar 78, 58 % atau 27 siswa. Dengan demikian penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pemebalajaran tipe teka-teki silang dapat meningkatkan hasil belajar.

  3. Penelitian oleh Shane T.Mueller pada tahun 2013 dengan judul “A Model

  

of Constrained Knowledge Accessin Crossword Puzzle Players”. Dalam

  penelitiannya menunjukkan bahwa Solving crossword puzzles involves a

  

memory-based decision process using two simultaneous cue types:

semantic and orthographic. To understand this type of constrained

decision process, we have developed a cognitive model of these processes

that we demonstrate can be trained to solve puzzle questions as well or

better than most humans. The model enables us to test how humans

perform the search process, by examining alternative accounts of

knowledge access”. Dapat disimpulkan bahwa memecahkan teka-teki

  silang melibatkan proses pengambilan keputusan berbasis memori menggunakan dua jenis isyarat simultan: semantik dan ortografi. Untuk memahami jenis proses keputusan dibatasi, kami telah mengembangkan sebuah model kognitif dari proses-proses yang kita menunjukkan dapat dilatih untuk memecahkan pertanyaan teka-teki sebagai baik atau lebih baik dari pada kebanyakan manusia. Model ini memungkinkan kita untuk menguji bagaimana manusia melakukan proses pencarian, dengan memeriksa rekening alternatif akses pengetahuan.

  4. Pene litian oleh Sailaja pada tahun 2014 dengan judul “ A Comparative

  

Study of Achievement in Grammar and Performance on a Crossword

Puzzle in English Grammar”. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

  murid diberikan tes dalam bentuk permainan pembelajaran seperti teka- teki, itu menciptakan minat dalam pikiran siswa. Teka-teki silang yang menyenangkan untuk semua dan mereka menyenangkan seperti dan fungsional. Tindakan memecahkan teka-teki adalah mendidik bermanfaat dan diri memuaskan. Teka-teki ini akan meningkatkan kebiasaan belajar mereka.

  Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, memiliki perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Penelitian-penelitian relevan tersebut merupakan penelitian pengaruh penerapan strategi aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar siswa SD. Penelitian yang saya lakukan merupakan penelitian untuk meningkatkan percaya diri dan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran langsung berbantu media Crossword Puzzle.

C. Kerangka Pikir

  Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai maka presatasi belajar dan sikap percaya diri siswa dalam belajar akan turun dan siswa tidak belajar dengan maksimal. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kurang tertarik belajarnya dalam mengikuti pelajaran IPS. Hal ini juga dapat berakibat pada nilai akademik siswa yang menurun.

  Kondisi awal guru sebelum menggunakan model pembelajaran langsung berbantu media Crossword Puzzle pada mata pelajaran IPS kelas

  IVA meteri masalah sosial di daerahnya, siswa masih belum aktif dalam pembelajaran, sehingga pada saat guru memberikan evaluasi nilai yang diperoleh siswa masih dibawah standart KKM, maka peneliti melakukan perubahan dengan mencari pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dan materi pembelajaran yang akan dibahas dengan Crossword Puzzle, dengan model pembelajaran langsung berbantu ini diharapkan siswa dapat memiliki prestasi belajar dan sikap percaya diri siswa dengan kriteria tinggi bahkan dapat sangat tinggi saat pembelajaran sehingga keberanian siswa dalam bertanya dan pemahaman terhadap materi masalah sosial di daerahnya dapat meningkat. Kerangka pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

  KONDISI AKHIR TINDAKAN KONDISI AWAL Sikap percaya diri yang rendah Prestasi belajar masih rendah

  

Menggunakan

  model pembelajaran langsung berbantu

  Crossword

Puzzle untuk

meningkatkan

sikap percaya

diri dan prestasi

belajar siswa

kelas IVA SD

  SIKLUS 1 SIKLUS 2 Melalui model pembelajaran langsung berbantu

  Crossword Puzzle

  dapat meningkatkan sikap percaya diri dan prestasi belajar siswa

D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan pada perumusan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pembe lajaran IPS pada materi “Masalah Sosial di Lingkungan Setempat” melalui model pembelajaran langsung berbantu media Crossword Puzzle di kelas IVA SD Negeri 1 Prigi dapat meningkatkan sikap percaya diri belajar siswa.

  2. Pembelajaran IPS pada meteri “Masalah Sosial di Lingkungan Setempat” melalui model pembelajaran langsung berbantu media Crossword Puzzle di kelas IVA SD Negeri 1 Prigi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 11 48

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TERPADU KELAS 1 SD NEGERI 2 SUKOHARJO II SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 8 40

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG

0 11 49

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SD N 2 JAGABAYA 1 BANDAR LAMPUNG

1 9 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJA BASA JAYA BANDAR LAMPUNG

0 8 115

UPAYA PENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE BERBANTU MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS 5 SEMESTER II SD NEGERI 1 DANYANG KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 17

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE BERBANTU MEDIA PUZZLE PADA MATA PELAJARAN IPS SD

0 3 7

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE BERBANTU MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS IV SD 4 GETASSRABI GEBOG KUDUS

0 0 21

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTU MEDIA CROSSWORD PUZZLE PADA SISWA KELAS V SDN KAYEN 03 KAYEN PATI

0 0 21

PENGARUH METODE PEMILAHAN KARTU BERBANTU MEDIA POWERPOINT HIPERLINK TERHADAP SIKAP PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYIMAK KELAS V SD NEGERI PASIR WETAN

0 0 16