ANALISIS PENGGUNAAN BENTUK IMPERATIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMK KEESATRIAN PURWOKERTO - repository perpustakaan

BAB II LANDASAN TEORI A Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication

  berasal dari kata latin communication dan bersumber dari kata comunis yang berarti sama. Menurut Lasswel (dalam Effendy, 2007: 10) komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek terterntu.

  Menurut Susanto (1997: 1) komunikasi berasal dari perkataan

  “communicare ”, yaitu di dalam bahasa latin mempunyai arti “berpartisipasi” ataupun “memberitahu”.

  Lebih lanjut Kridalaksana (2008: 130) komunikasi adalah penyampaian amanat dari sumber atau pengirim melalui sebuah saluran Dari pengertian para pakar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan atau amanat melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2. Proses Komunikasi

  Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses pemyampaian pikiran/perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Di dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang sangat berperan aktif. Pertama, komunikator yang berdiri dan memainkan model/media komunikasi verbal maupun non-verbal. Kedua, komunikan

  6

  (pribadi atau kelompok) adalah pihak yang menerima hubungann dari komunikator. Ketiga, pesan yaitu unsur terpenting dan inti dalam interaksi antara komunikator dengan kominikan. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi pesan disampaikan sedemikian rupa, kadangkala dengan menciptakan stimulan (rangsangan) sehingga komunikan merasakan

  respect terhadap pesan. komunikasi.html)

  Pesan itu diusahakan dengan memakai bahasa, simbol atau lambang yang sudah dipahami oleh komunikan maupun komunikator itu sendiri, sehingga salah pengertian (miscommunication) dapat dihindari. Selain soal bahasa yang dipergunakan, pesan itu seharusnya “membangkitkan kebutuhan atau keuntungan pihak komunikan”.

   komunikasi.html Begitu juga dalam hal pendidikan, dalam bidang pendidikan diusahakan agar komunikasi berjalan dengan baik agar pencapaian nilai dan tujuan serta interaksi yang ada di dalamnya sehingga implementasi pendidikan berjalan baik. Ditinjau dari prosesnya, pendidikan merupakan komunkasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan komunikasi.html)

  Sehubung dengan proses komunikasi dikenal dengan “komunikator” dan “komunikan”. Komunikator adalah individu atau kelompok yang mengambil prakasa ataupun sedang mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok (sasaran) yang lain.

  Komunikan adalah objek dari kegiatan komunikasi, yaitu hasil dari kegiatan ini adalah bahwa ide ataupun anjuran dan pikiran komunikator, akan di terima oleh komunikan ( Susanto, 1997: 2).

  Menurut Effendy (2007:16) proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. a

  Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. b

  Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Surat kabar, telepon, majalah, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

3. Fungsi Komunikasi

  Komunikasi merupakan sarana yang paling vital bagi setiap manusia untuk mengerti dirinya sendiri, mengerti orang lain dan memahami lingkungannya. komunikasi.html)

  Menurut Effendy (2007 : 31) fungsi komunikasi dibagi menjadi empat yaitu: a. menyampaikan (to inform) b. menghibur (to entertain) c. mempengaruhi (to influence) d. mendidik (to educate)

  Guru sebagai sosok panutan, yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa di dalam maupun di luar kelas, alat pendidikan yang diharapkan akan membentuk kepribadian siswa kelak di masa dewasa. Dalam hal ini guru dipandang sebagai ‘role

  model’ yang akan digugu dan ditiru oleh muridnya (Suparlan, 2006: 32- 33).

  Guru harus banyak menggunakan waktunya untuk berhubungan dengan murid, tidak saja karena jauh dari kondisi komunikasi yang ideal di kebanyakan kelas, tetapi juga karena hakikat mengajar itu sendiri. Ujaran guru dikarakterisasi dengan banyaknya ujaran yang menindakan tindak tutur yaitu, menginformasikan, menjelaskan, mendefinisikan, menanyakan, membenarkan, menarik perhatian, dan memerinta (Ibrahim, 1993: 211- 212)

4. Kompetensi Guru

  Kompetensi pada hakikatnya menggambarkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Hall dan Jones (dalam Sagala, 2009 : 157) mengatakan kompetensi (competence) adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan yang dapat diamati dan diukur.

  Guru memilliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak dapat dipisahkan antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut secara terminologis akademis dapat dibedakan antara satu dengan lain.

  Namun, dalam kenyataan praktik di lapangan, keempat hal tersebut harus menjadi satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan (Suparlan, 2006 : 29).

  Secara terminologis akademis, pengertian mendidik, membimbing, mengajar dan melatih dapat dijelaskan dalam tabel berikut.

  Perbedaan anatara kemampuan mengajar, membimbing, mengajar, dan melatih.

  No. Aspek Mendidik Membimbing Mengajar Melatih

  1. Isi Moral dan kepribadian Norma dan tata tertib

  Bahan ajar berupa ilmu pengetahuan dan tekhnologi

  Keterampilan atau kecakapan hidup (life

  skills)

  2. Proses Memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama.

  Menyampaik an/mentrans- fer bahan ajar yang berupa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan mengguna- kan strategi dan metode mengajar yang sesuai dengan perbedaan individual siswa

  Memberikan contoh kepada siswa atau mempraktikan keterampilan tertentu/mene- rapkan konsep yang telah diberikan kepada siswa menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari

  Menjadi contoh dan teladan dalam hal moral dan kepribadian

  3. Strategi dan metode

  Keteladanan, pembiasaan Motivasi dan pembinaan

  Ekspositori dan inkuiri Praktik kerja, simulasi dan magang Dari keempat keterampilan diatas, penulis akan menjelaskan lebih rinci tentang keterampilan mengajar.

  Keterampilan mengajar (teaching skills) dapat dilatihkan melalui

  

micro-teaching yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh praktikan atau

  calon guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di lembaga pendidikan (Usman, 2006 : 74) Adapun keterampilan mengajar yang akan dibahas ialah: a. keterampilan bertanya (questioning skills), b. keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills), c. keterampilan mengadakan variasi (variation skills), d. keterampilan menjelaskan (explaning skills), e. keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction an

  closure ), f.

  keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, g. keterampilan mengelola kelas, dan h. keterampilan mengajar perseorangan.

  Keterampilan mengajar tersebut di atas akan diuraikan sebagai berikut: a. keterampilan bertanya (questioning skills)

  Bagaimanapun tujuan pendidikan, secara universal guru akan selalu menggunakan keterampilan bertanya kepada siswanya.

  Cara bertanya untuk seluruh kelas, untuk kelompok atau untuk individu, memiliki pengaruh yang sangat berarti tidak hanya pada hasil belajar siswa tetapi juga pada suasana kelas baik sosial maupun emosional (Djamarah, 2005 : 99).

  Menurut Usman (2006 : 77-79) keterampilan bertanya ada dua yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. 1)

  Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar

  a) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

  b) Pemberian acuan

  c) Pemindahan giliran

  d) Penyebaran

  e) Pemberian waktu berfikir

  f) Pemberian tuntutan

  2) Komponen- komponen keterampilan bertanya lanjutan

  a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan b)

  Pengaturan urutan pertanyaan

  c) Penggunaan pertanyaan pelacak

  d) Peningkatan terjadinya interaksi b.

  Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills) Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal ,yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi (Usman, 2006 : 80).

  Pemberian respon dalam proses interaksi educatif disebut “pemberian penguatan”, karena hal tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan hasil belajar siswa (Djamarah, 2005 : 118).

  Usman (2006:81), penguatan mempunyai pengaurh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: 1) meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, 2) merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, 3) meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.

  Dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu:

  1. Penguatan verbal Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa adalah penguatan verbal.

  2. Penguatan gestural Pemberian penguatan gersutal sangat erat sekali dengan pemberian penguatan verbal. Gerakan tubuh merupakan bentuk pemberian penguatan gestural.

  3. Penguatan kegiatan Penguatan dalam bentuk kegiatan ini banyak terjadi bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga dapat memilihnya/menikmati sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya.

  4. Penguatan mendekati Perhatian guru kepada siswa menunjukan bahwa guru tertarik,secara fisik guru mendekati siswa dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati. Penguatan mendekati siswa secara fisik dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda dan penguatan sentuhan.

  5. Penguatan sentuhan Penguatan sentuhan merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, missal menepuk bahu, berjabatangan yang semuanya ditunjukan untuk penghargaan penampilan tingkah laku atau kerja siswa.

  6. Penguatan tanda Bila guru menggunakan berbagai macam simbol, apakah itu benda atau tulisan yang ditujukan kepada siswa untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku, kerja siswa disebut sebagai penguatan tanda (token reinforcemen). c.

  Keterampilan mengadakan variasi (variation skills) Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses intelektual belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar-mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

  Tujuan dan manfaat: 1) untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar-mengajar yang relevan

  2) untuk memberikan kesempatan bagi berkembangya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.

  3) untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah

  4) guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara smenerima pelajaran yang disenangi. Komponen –komponen keterampilan mengadakan variasi: a. variasi dalam cara mengajar guru

  1) penggunaan variasi suara (teacher voice) 2) pemusatan perhatian siswa (focusing) 3) kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence) 4) mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and

  movement)

  5) gerakan badan mimik 6) pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teachers

  movement) b.

  variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran 1) variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids) 2) variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids) 3) variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanupulasi, dan digerakan (inotorik)

  4) variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio visual aids) c. variasi pola interaksi dan kegiatan siswa

  1) pola guru-murid, yaitu komunikasi sebagai aksi satu arah) 2) pola guru-murid-guru, yaitu ada balikan (feedback)bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi)

  3) pola guru-murid-murid, yaitu ada balikan bagi guru, siswa saling belaja satu sama lain

  4) pola guru-murid, murid-guru, murid-murid, yaitu interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah)

  5) pola melingkar, yaitu setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapa giliran. d.

  Keterampilan menjelaskan (explaning skills) Menurut Djamarah (2005:131) menjelaskan adalah pemberian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukan adanya hubungan sebab akibat, antara yang sudah dialami dan yang belum dialami, antara generalisasi dengan konsep antara konsep dengan data atau sebaliknya.

  Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas (Usman, 2006 : 89)

  Menurut Djamarah (2005:131) tujuan memberikan penjelasan adalah: 1) membimbing anak didik untuk mendapat dan memahami hukum, dalil fakta secara benar

  2) melibatkan anak didik untuk berfikir memecahkan masalah atau pertanyaan

  3) untuk mendapatkan balikan dari anak didik 4) membimbing anak didik untuk menghayati.

  e.

  Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction an closure ) (Usman, 2006 : 90-107).

  Yang dimaksud dengan set induction ialah usah atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

  Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yaitu: 1)

  Membuka pelajaran Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:

  a) menarik perhatian siswa b) menimbulkan motivasi c) memberi acuan d) membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

  2) Menutup pelajaran

  Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran adalah: a)

  Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan

b) Mengavaluasi.

  f.

  Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecah masalah.

  Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajar- mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas.

  Komponen keterampilan membimbing diskusi meliputi: 1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi 2) memperluas masalah atau urunan pendapat 3) menganalisis pandangan siswa 4) meningkatkan urunan siswa 5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi 6) menutup diskusi g.

  Keterampilan mengelola kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar- mengajar.

  Komponen keterampilan mengelola kelas yaitu: 1)

  Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).

  a) Memberi perhatian.

  b) Menunjukkan sikap tanggap.

  c) Memusatkan perhatian kelompok.

  d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.

e) Menegur.

  f) Memberi penguatan

  2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal a)

  Modifikasi tingkah laku Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis b)

  Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara: (1)

  Memperlancar tugas-tugas (2)

  Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok

  c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. guru dapat menggunakan separangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasat yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya. h.

  Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

  Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan: 1) keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi 2) keterampilan mengorganisasi 3) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar 4) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar- mengajar

  B Bahasa 1.

  Pengertian Bahasa Chaer (2007:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Alat komunikasi yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia (Chaer, 2007: 58).

  Menurut Dipodjojo (1982:4) bahasa merupakan ungkapan pikiran dan perasaan manusia yang setara dinyatakan dengan memakai tanda berbentuk alat bunyi.

  Lebih lanjut Kridalaksana (2008:24) menyatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri

  Dengan mengetahui pengertian bahasa dari beberapa ahli, penulis menyimpulkan bawa bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk melakukan interaksi dengan manusia lain dan mengidentifikasi diri.

2. Fungsi Bahasa.

  Finocchinario (dalam Lubis, 1991 : 4) membagi bahasa atas lima bagian yaitu personal, interpersonal, direktif, referensial dan imajinatif.

  a.

  Fungsi personal, adalah kemampuan berbicaranya, misalnya : cinta, kesenanagan, kekecewaan, kesusahan, kemarahan, kemasgulan dan sebagainya.

  b.

  Fungsi interpersonal, adalah kemampuan kita untuk membina dan menjalin hubungan kerja dan hubungan sosial dengan orang lain.

  Misalnya : rasa simpati, rasa senang atas keberhasilan orang lain, kekhawatiran dan sebahainya yang dinyatkan dalam bahasa.

  c.

  Fungsi deirektif memungkinkan kita untuk mengajukan permintaan, saran, membujuk, meyakinkan, dan sebagainya.

  d.

  Fungsi referensial, adalah yang berhubungan dengan kemampuan untuk menulis atau membicarakan tentang lingkungan kita yang terdekat dan juga mengenai bahasa itu sendiri e. Fungsi imajinatif adalah kemampuan untuk dapat menyusun irama, sajak, cerita, tertulis maupun lisan. Fungsi ini sukar diajarkan, kecuali kalau siswana memang berbakat

  Menurut Wirjosoedarmao (1984:2-3) fungsi bahasa dibedakan menjadi dua yaitu fungsi umum dan fungsi khusus.

1. Fungsi umum bahasa

  Fungsi umum bahasa adalah fungsi bahasaa yang berlaku bagi semua bangsa di semua Negara dan dapat diperinci sebagai berikut: a

  Fungsi prosduktif Dalam fungsi ini bahasa dipakai oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia yang lain. b

  Fungsi reseptif Dalam fungsi ini bahasa dipakai oleh manusia untuk menerima isi hati manusia yang lain yang disampaikan kepadanya. c

  Fungsi reproduktif Dalam fungsi ini bahasa dipakai oleh manusia untuk menyatakan isi hatinya setelah menerima pernyataan isi hati orang lain.

2. Fungsi khusus bahasa

  Fungsi khusus bahasa adalah fungsi bahasa yang disesuaikan dengan kepentinagan nasional suatu negara dengan kepentingan nasional suatu negara.

  a.

  Sebagai alat untuk menjalankan administrasi negara b. Sebagai pemersatu bangsa Indonesia c. Sebagai wahana (tempat,wadah)untuk menampung kebudayaan baru dalam membina kebudaiyaan nasional.

  C Pragmatik 1.

  Pengertian Pragmatik Kajian bahasa tidak dapat dilakuakan tanpem mempertimbangkan konteks siituasi yang meliputi partisipasi, cir- ciri situasi yang sesuai dengan hal-hal yang sedang berlangsung, serta dampak-dampak tindakan tutur yang diwujudkan dalam bentuk perubahan yang timbul akibat partisipan (Frith dalam Wijana,1996 :5).

  Wijana (1996: 1) menjelaskan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi.

  Pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi dan bagaimana pragmatik menyelidiki makna sebagai konteks, bukan sebagai sesuatu yang abstrak dalam komunikasi (Leech, 1993 : 5)

  Menurut Kridalaksana (2008:198) menyatakan pragmatik adalah: a syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa ddalam komunasi. b aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran

  Jadi, makna yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat konteks (contex dependent) atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur untuk memahami maksud mitra tutur. Penutur dan mitra tutur dapat memanfaatkan pengalaman bersama ( background knowledge) untuk memudahkan pengertian bersama.

  Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa cakupan kajian pragmatik sangat luas sehingga sering dianggap tumpang tindih dengan kajian wacana atau kajian sosiolinguistik. Yang jelas disepakati ialah bahwa satuan kajian pragmatik bukanlah kata atau kalimat, melainkan tindak tutur atau tindak ujaran (speech act).

2. Aspek Pragmatik

  Leech (dalam Rohmadi, 2004 : 23) mengemukakan sejumlah aspek studi pragmatik, meliputi: a. penutur dan lawan tutur, b. konteks tutur, c. tujuan tuturan, d. tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan e. tuturan sebagai produk tindak verbal.

  a.

  Penutur dan mitra tutur Aspek – aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur adalah usia, latar belakang, sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban.

  b.

  Konteks Konteks tuturan peneliitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang sesuai dari tuturan yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada hakekatnya adalah semua latar belakang pengetaguan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur c.

  Tujuan tuturan Bentuk – bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatar belakangi oleh maksud dan tujuan tuturan. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan satu maksud atau sebaliknya satu maksud dapat disampaikan dengan beraneka ragam tuturan.

  d.

  Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas Pragmatik menangani bahasa dan tingkatannya yang lebih konkret, dibanding tata bahasa. Tuturan yang konkret, jelas penutur dan mitra tuuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

  e.

  Tuturan sebagai produk tindak verbal Tuturan yang digunakan dalam pragmatik merupakan wujud dari tindak verbal. Oleh karena itu, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.

  Keberhasilan suatu komunikasi, di samping ditentukan oleh persamaan bahasa, juga ditentukan oleh adanya persamaan pengetahuan mengenai konteks yang melingkupi selama komunikasi tersebut berlangsung.

  Kridalaksana (2008:134) berpendapat bahwa konteks adalah: 1) aspek – aspek lingkungan fisik atau social yang kait mengait dengan ujaran tertentu.

  2) pengetahuaan yang sama – sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham akan apa yang disonan dipakai untuk konsep fonemik dan grafemik.

  Dari uraian di atas dapat diketahui bahwasanya dalam melakukan ujaran ada beberapa aspek yang harus diperhatikan.Aspek- aspek tersebut akan berpengaruh pada keberterimaan dan keefektifan ujaran yang dilakukan atau karena tidak dapat dipungkuri bahwa dalam mamaknai suatu ujaran tidak dapat mengabaikan fakor – faktor di luar ujaran itu sendiri.

3. Peristiwa Tutur

  Setiap komunikasi antarindividu pasti saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan maupun emosi secara langsung. Rohmadi (2004:27) menjelasakan bahwa peristiwa tutur (speech act) adalah serangkaian tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan.

  Peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer, 2004 : 47).

  Bertolak pada pendapat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa peristiwa tutur merupakan satu rangkaian tindak tutur dalam satu bentuk ujjaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur daan mitra tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat dan situasi tertentu. Hal ini masih berkaitan dengan aspek – aspek yang melingkupi tuturan dalam suatu komunikasi antar penutur dan mitra tutur.

4. Bentuk Tindak Tutur

  Searle (dalam Rohmadi, 2004:29) menyebut tindak tutur sebagai produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau yang lainnya.

  Tindak tutur (speech ach) adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditenntukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2004 :49).

  Secara pragmatik, ada tiga jenis tindakan yang diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak

  

ilokusi (illocutionary act ), dan tindak perlokusi (perlocutionary act)

  (Austin dalam Chaer, 2004 : 53) a.

  Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindakan mengatakan sesuatu dan makna sesuatu yang anda katakana (Ibrahim, 1993 : 304).

  Searle dalam Wijana (1996 : 17) mengatakan bahwa lokusi adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata frasa, dan kalimat itu. b.

  Tindak Ilokusi Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalaimat performatif yang eksplisit

  (Chaer, 2004 : 53).tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan.

  Menurut Rohmadi (2004:31) menjelaskan tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu.

  Searle (dalam Rahardi, 2005 : 36) menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing- masing memiliki fungsi komunikatif.

  Kelima macam bentuk tuturan itu dapat dirangkum sebagai beriku: a) asertif, b) direktif, c) ekspresif, d) komisif dan e) deklarasi. 1)

  Asertif , yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkpakan.

  2) Ditektif, yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan.

  3) Ekspresif, yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan.

  4) Komisif, yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran.

  5) Deklarasi, yakni bentuk tutur yang menghubungkan bentuk tuturan dengan kenyataan.

  c.

  Tindak Perlokusi Chaer (2004:53) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku non linguistik dari orang lain itu. Misalnya, karena adanya ucapan dokter (kepada pasiennya)” mungkin ibu menderita penyakit jantung koroner”,maka si pasien akan panik atau sedih. Ucapan si dokter itu adalah tindak tutur perlokusi.

  Wijana(1996:20) tindak perlokusi adalah sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force) atau efek bagi yang mendengarkan.

5. Prinsip Kesantunan

  Prinsip kesantunan yang sampai dengan saat ini dianggap paling lengkap, paling mapan dan relatif paling komprehensif telah dirumuskan oleh Leech (1993:206) yang selengkapnya tertuang dalam enam maksim interpersonal adalah sebagai berikut: a

  Maksim kebijaksanaan Kurangi kerugian orang lain, tambahi keuntungan orang lain. b

  Maksim kedermawanan Kurangi keuntungan diri sendiri, tambahi pengorbanan diri sendiri. c

  Maksim penghargaan Kurangi caciaan pada orang lain, tambahi pujian pada orang lain. d

  Maksim kesederhanaan Kurangi pujian pada diri sendiri, tambahi cacian pada diri sendiri. e

  Maksim pemufakatan Kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri denngan orang lain, tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain. f

  Maksim simpati Kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain, perbesar simpati antara diri sendiri deengan orang lain.

  D Bentuk Pragmatik Imperatif

  Bentuk imperatif adalah realisasi meksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabiala dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya (Rahardi, 2000 : 93).

  (Rahardi, 2005 : 93) ada tujuh belas macam makna pragmatik imperatif itu ditemukan baik dalam tuturan imperatif langsung maupun di dalam tuturan imperatif tidak langsung. Pada bagian – bagian ini masing-masing wujud makna pragmatik imperatif tersebut diuraikan secara terperinci.

  a.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Perintah

  Perlu dicatat bahwa untuk membuktikan apakah masing- masing tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik prafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis linguistik struktural.

  Di dalam pemakaian bahasa Indonesia keseharian terdapat beberapa makna pragmatik perintah yang tidak saja diwujudkan dengan tuturan imperatif melainkan dapat diwujudkan dengan tuturan nonimperatif. Impertif yang demikian dapat disebut dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi.

  Dengan demikian konteks situasi tuturlah yang dapat menentukan kapan sebuah tuturan akan ditafsirkan sebagai imperatif perintah dan kapan pula sebuah tuturan akan dapat ditafsirkan dengan makna pragmatik imperatif yang lain.

  b.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Suruhan

  Secara struktural, imperatif yang bermakna sururhan dapa ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan “coba”.

  Makna pragmatik imperatif suruhan itu tidak selalu diungkapkan dengn konstruksi imperatif seperti yang disampaikan di atas. Makna pragmatik imperatif sururhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif,seperti dapat dilihat contoh tuturan berikut.

  (1) “Ah, panas betul ruang sekretaris direktur yang di atas itu.

  c.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Permintaan

  Pada tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat pada ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Makna imperatif pernintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon.

  d.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Permohonan

  Secara struktural, imperatif yang mengandung makna permohonan biasanya ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohan. Selain ditandai dengan hadirnya penanda kesantuna itu, partikel- lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan.

  Sebagaimana didapatkan pada bentuk-bentuk imperatif lainnya, dalam kegiatan bertutur sesungguhnya makna pragmatik imperatif permohonan tidak selalu dituangkaan dalam konstruksi imperatif.

  e.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Desakan

  Imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo, atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu kadang-kadang digunakan juga kata harap atau harus untuk menuturkan imperatif jenis ini lazimnya lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada tuturan imperatif yang lain.

  f.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Bujukan

  Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonessi biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari.

  Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong seperti dilihat pada tuturan di bawah ini.

  (2) “Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus pergi ke Malioboro.

  Seringkali didapatkan bahwa imperatif yang mengandung makna pragmatik bujukan, tidak diwujudkan dalam bentuk tuturan imperatif seperti yang telah disebutkan di depan. Maksud atau makna pragmatik imperatif bujukan dapat diwujudkan dengan tuturan yang berbentuk deklaratif ataupun interogaif seperti dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini.

  (3) “Kalau kamu mau masuk SMK pasti nanti kamu cepat dapat pekerjaan

  g.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Imbauan

  Imperatif yang mengandung makna imbauan lazimnya digunakan bersama partikel- lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon.

  h.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Persilaan

  Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia lazimnya diguanakan dengan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu.

  Makna pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi keseharian dapat ditemukan juga di dalam bentuk tuturan non imperatif.

  i.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan

  Imperatif dengan makna ajakan biasanya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan.

  Secara pragmatik, maksud imperatif ajakan ternyata tidak selalu diwujudkan dengan tuturan-tuturan yang berbentuk imperatif.

  Berkenaan dengan makna pragmatik imperatif ajakan termaksud tuturan (4) berikut.

  (4) ”Pak…! Si Iyan batuknya mengerikan sekali lho. Sore ini bisa to?

  j.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Permintaan Izin

  Imperatif dengan makna permintaan izin biasanya ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh.

  Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna pragmatik permintaan izin dapat diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperatif.

  k.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Mengizinkan

  Imperatif yang bermakna mengizinkan lazimnya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan. Tuturan berikut dapat digunakan sebagai ilustrasi.

  (5) “Silakan merokok di tempat ini!” Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atu makna pragmatik mengizinkan dapat ditemukan dalam komunikasi sehari- hari dan lazimnya diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif.

  l.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Larangan

  Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai oleh pemakaian kata jangan.

  Imperatif yang bermakna larangan dapat diwujudkan secara pragmatik dalam bahasa Indonesia kesharian. Wujud pragmatik itu ternyata dapat berupa tuturan yang bermacam-macam dan tidak selalu berbentuk tuturan imperatif.

  m.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Harapan

  Imperaif yang menyatakan makna harapan biasanya ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua macam penanda kesantunan itu di dalamnya mengandung makna harapan.

  Secara pragmatik, imperatif yang maksud harapan banyak ditemukan dalam komunkasi keseharian. Maksud harapan itu ternyata banyak yang diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif.

  n.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Umpatan

  Imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia pada komunikasi keseharian. Sebagai ilustrasi tentang makna pragmatik impertatif yang demikian perlu dicermati tuturan (6) berikut.

  (6) ”Awas, tunggu pembalasanku!” Secara pragmatik, imperatif yang mengandung makna pragmatik umpatn dapat juga ditemukan dalam komunikasi keseharian. Lazimnya, bentuk tuturan yang demikian bukan berwujud imperatif melainkan nonimperatif.

  o.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Pemberian Ucapan Selamat

  Impertif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia bahwa dalam periistiwa-peristiwa tertentu, biasanya anggota masyarakat bahasa Indonesia saling meyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota masyakat lain.

  p.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

Anjuran

  Secara sturktural, imperatif yang mengandung makna anjuran biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan

  sebaiknya. q.

  

Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif

“Ngelulu"

  Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki maknaa pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Contoh tuturan berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.

  (7) “Makan saja semuanya biar ayahmu senang kalalu nanti pulang kerja!”

  E Belajar – Mengajar 1.

  Pengertian Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkin terjadinya proses belajar (Hasibuan, 2008 : 3).

  Belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan atau pematangan atau yang disebutkan oleh suatu kondisi dari organism (Anwar, 1990 : 98).

  Jadi belajar-mengajar adalah perubahan dari setiap tingkah laku yang disebabkan sistem lingkungan.

2. Peran Guru

  Wrightman(dalam Usman, 2006 : 4) peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

  Peran guru dalam proses belajar-mengajar adalah 1) guru sebagai demonstrator, 2) guru sebagai pengelola kelas, 3) guru sebagai evaluator, dan 4) guru sebagai mediator dan fasillitator (Usman, 2006 : 9-11).

  Damyati dan Mudjiono (2006 : 172-174) peran guru dalam pembelajaran ada dua yaitu: a.

  Peran guru dalam pembelajaran dengan strategi ekspositori (kegiatan mengajar yang terpusat pada guru)

  1) Penyusunan program pembelajaran

  2) Pemberi informasi yang benar

  3) Pemberi fasilitas belajar yang baik

  4) Pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang benar

  5) Penilai pemerolehan informasi b.

  Peran guru dalam pembelajaran dengan strategi inkuiri (pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh keterampilan dan pengetahuan). 1)

  Menciptakan suasana bebas berfikir sehingga siswa berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecah masalah.

  2) Fasilitator dalam penelitian. 3)

  Rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecah masalah 4) Pembimbing penelitian.

  Proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah dari dalamnya terjadi interaksi antara bebagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori utama, yaitu guru, isi/materi pelajaran dan siswa (Ali, 1992 : 4).

3. Langkah Proses Belajar Mengajar

  Dalam satu kali proses belajar-mengajar, yang pertama kali dilakukan adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang akan dicapai. Setelah merumuskan TPK, langkah berikutnya ialah menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut.

  Selanjutnya menentukan metode mengajar yang merupakan wahana pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik siswa. Kemudian menenttukah alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut. Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai-tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan sebagai feedback baagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya maupun kuantitias belajar siswa (Usman, 2006 : 5).

  Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar-mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai kompnen yang saling berkaitan satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan

4. Metode Mengajar

  Menurut Hasibuan (2008:13-30) metode mengajar ada lima,yaitu: a.

  Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.

  b.

  Metode Tanya-Jawab Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan: 1) meningkatkan pertisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar 2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan

  3) mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya

  4) menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik

  5) memusatkan perhatian murud terhadap masalah yang sedang dibahas c. Metode Diskusi

  Diskusi adalah suatu proses penghilangan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar- menukar informasi mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

  Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru member kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbaga alternatif pemecahan atas suatu masalah.

  d.

  Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar-mengajar yang memiliki kadar CBSA. Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah.

  e.

  Simulasi Simulasi adalah tiruan atau perbuaan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau bebuat seolah- olah,dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja).

  Tujuan simulasi adalah: 1) untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari