Gambaran layanan dan dinamika di Tempat Penitipan Anak (TPA) yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta - USD Repository

  GAMBARAN LAYANAN DAN DINAMIKA DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) YANG DIKELOLA OLEH PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Oleh Odilia Kunthi Wulandari NIM : 079114019 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

  

Belajarlah ilmu kehidupan

sebanyak mungkin sebab ilmu

yang melekat pada diri adalah

alat nafkah untuk kehidupan

  

GAMBARAN LAYANAN DAN DINAMIKA DI TEMPAT PENITIPAN

ANAK (TPA) YANG DIKELOLA OLEH PEMERINTAH KOTA

YOGYAKARTA

  Studi Pada Layanan dan Dinamika di

  

Belajarlah ilmu kehidupan

sebanyak mungkin sebab ilmu

yang melekat pada diri adalah

alat nafkah untuk kehidupan

  

GAMBARAN LAYANAN DAN DINAMIKA DI TEMPAT PENITIPAN

ANAK (TPA) YANG DIKELOLA OLEH PEMERINTAH KOTA

YOGYAKARTA

  

Odilia Kunthi Wulandari

ABSTRAK

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk melihat gambaran layanan yang dimiliki

oleh Tempat Penitipan Anak (TPA) Beringharjo dan Balaikota yang dikelola oleh Pemerintah

Kota Yogyakarta. Kebutuhan tumbuh kembang sangat penting terutama di usia awal anak. Tempat

Penitipan Anak muncul sebagai alternatif tempat untuk menitipkan anak selama orang tua bekerja,

agar anak aman berada di tempat yang terpercaya dan kebutuhan tumbuh kembang tetap terpenuhi.

Fasilitas yang dimiliki TPA harus memiliki standar tertentu agar muncul rasa nyaman dari anak

dan proses menuju tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan baik. Beberapa acuan mengenai

standar TPA diambil dari standar TPA menurut Berk (2009). Subjek penelitian adalah seluruh

tenaga pendidik dan pengasuh serta anak-anak yang dititipkan di TPA Beringharjo dan Balaikota.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dan wawancara. Metode observasi

rating scale digunakan untuk mengetahui tentang setting fisik bangunan TPA, sedangkan tehnik

event sampling digunakan untuk melihat interaksi pengasuh dengan anak dan beberapa kegiatan

keseharian di kedua TPA tersebut. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui adakah

pelatihan untuk para pendidik dan pengasuh agar terampil dalam mengasuh anak-anak selama di

TPA dan untuk mengetahui bagaimana cara pendidik dan pengasuh untuk menjalin relasi dengan

orangtua anak. Hasil penelitian menunjukkan bangunan Tempat Penitipan Anak (TPA)

Beringharjo adalah kurang dan TPA Balaikota sangat baik dan layak untuk digunakan. Interaksi

yang baik terlihat dari pengasuh dengan anak. Pengasuh cukup cekatan dalam menangani anak,

terlihat ketika anak menangis, pengasuh dengan cepat tanggap menenangkan anak. Pengabaian

pengasuh terhadap anak sangat jarang terlihat. Hal tersebut menggambarkan bahwa pengawasan

dan perhatian dari para pengasuh di kedua TPA adalah baik. Pemenuhan kebutuhan dari segi

agama, fisik, kognitif, sosioemosi dan bahasa dapat dicapai melalui kegiatan sehari-hari yang

dilakukan anak-anak selama di TPA. Kebutuhan agama dan moral terpenuhi melalui pelajaran

agama yang diajarkan berdasarkan agama yang dianut oleh masing-masing anak, serta anak diajak

untuk selalu berdoa sebelum dan setelah makan dan berkegiatan. Kebutuhan fisik dapat terpenuhi

melalui pemenuhan gizi dan olahraga. Kebutuhan kognitif dipenuhi lewat beberapa cara seperti

membaca, bernyanyi, dan melalui beberapa jenis permainan baik permainan indoor maupun

outdoor . Kebutuhan sosioemosi dipenuhi melalui kegiatan sehari-hari seperti anak untuk diajarkan

peduli dengan teman sebayanya, seperti berbagi dengan teman, peduli ketika teman menangis

untuk bisa mengambilkan tissue, dll. Pemenuhan kebutuhan bahasa diberikan kepada anak agar

anak mampu berkomunikasi dengan baik.

  Kata kunci : interaksi, perkembangan anak, Tempat Penitipan Anak (TPA) Beringharjo dan Balaikota

  

DESCRIPTION OF SERVICE AND DINAMICS AT CHILDREN

DAYCARE MANAGED BY THE CITY GOVERNMENT OF

YOGYAKARTA

Odilia Kunthi Wulandari

ABSTRACT

  The study is a descriptive study in order to observe the description of service at a

Children Daycare of Beringharjo and of City Hall which are managed by the City Government of

Yogyakarta. The needs of growth and development are highly important, especially at the early

age of a child. Children Daycare comes out as an alternative place to look after children while the

parents are working, so children are safe in a trusted place and their needs of growth are fullfilled

at once. Facilities indaycare should meet a certain standard in order to enable children feel

comfort and the process of children’s growth can run well. Some reference regarding standard for

daycare are taken from Berk’s standard for daycare (2009). Subjects of the study are all

educators, caregivers, and also children who are entrusted in daycare of Beringharjo and of City

Hall. The research methods employed are observation and interviews. Rating scale observation

method is employed to determine the physical setting of the daycare’s building; meanwhile, the

event sampling technique is employed to see interaction between caregivers and the children and

to see some daily activities at the two daycares. The interview method is employed to find out

whether trainings for educators and caregivers to make them skillful in taking care for children

while they are in daycare and also to find out how educators and caregivers establish

relationships with parents. The research results show that building for Children Daycare of

Beringharjo is need improvement and Daycare of City Hall is very good and meets operational

properness. There is good interaction among caregivers and children. Caregivers are skillful

enough to take care of children; it is proofed when the child was crying and the caregiver

responded quickly to calm the child. The caregivers’ ignorance rarely occurs. It shows that

caregivers in the two daycares provide good control and attention. The needs of religion, physical,

cognitive, socio-emotion, and language are fulfilled through daily activities that children do

during their time at the daycare. The needs for religious and moral are fulfilled through religious

lessons which is taught based on religion the children believe in, and children are encouraged to

always pray before and after having meals and doing activities. Physical needs are fulfilled

through nutrition compliance and physical exercise. The cognitive needs are fulfilled through

several ways such as reading, singing, and several kinds of game, both indoor and outdoor games.

The socio-emotion needs are fulfilled through daily activities such as children are trained to take

care of others, such as sharing with friends, showing empathy when a friend is crying by getting

him/her a tissue, etc.. Fulfilling the needs of the language for children is also provided to enable

the children communicate properly.

  

Keywords: interaction, stages of child development, Children Daycare of Beringharjo and of City

Hall .

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmat-Nya, yang telah membimbing saya, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Skripsi ini disusun sebagai syarat mendapatkan gelar kesarjanaan program studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  Berbagai bentuk kesulitan beberapa kali sempat menghambat kelancaran skripsi ini, namun berkat orang-orang yang telah membantu saya dalam menghadapi kesulitan tersebut, saya dapat menyelesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani sebagai Dekan Fakultas Psikologi yang telah mendukung pembuatan skripsi ini.

  2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah membantu membimbing dan memberikan arahan dalam mengerjakan skripsi ini, beserta dengan koreksinya.

  3. Bpk. Victorius Didik sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saya gambaran sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu dan telah membantu memberikan sudut pandang mengenai metodologi.

  4. Mbak Nanik dan Mas Gandung di sekretariat Fakultas Psikologi yang telah membantu dalam administrasi skripsi, dll.

  5. Ibu Ari Nunik Kurniawati sebagai ketua kurikulum TPA Beringharjo dan Balaikota yang telah memberikan kemudahan dalam mendapatkan

  6. Mbak Laila Qodriyah, SE. tenaga administrasi TPA Balaikota, yang sudah membantu dalam mencarikan dokumen-dokumen yang menjadi lampiran di skripsi saya dan melayani dengan sabar dan cekatan.

  7. Bu Yustina Suyantini, selaku tenaga pendidik di TPA Beringharjo yang membantu dalam memberikan informasi yang cukup lengkap mengenai TPA Beringharjo.

  8. Para tenaga pendidik dan pengasuh TPA Beringharjo dan Balaikota yang dengan keramahannya menyambut dan mendampingi saya selama pengambilan data.

  9. Orang tuaku Paulus Wahyu Susanto dan Yovita Shendy, yang selalu mendukung saya dalam mengerjakan skirpsi dan sudah membiayai kuliah saya selama ini...terimakasih.

  10. Kakaku Maria Endah Perwitasari, yang sudah mendukung bahkan kadang memaharahi tapi demi kebaikan dan kelangsungan skripsi, terimakasih.

  11. Calon kakak ipar yang sudah membantu dalam memberikan semangat dan selalu menanyakan kapan ujian, terimakasih sudah jadi motivasi untukku.

  12. Kekasihku Matheus Nastiti Nurcahyo, terimakasih semangatnya dan terimakasih pendampingannya saat aku sedang tidak bersemangat atau sedang down. Jadi bisa bersemangat lagi karena ada kamu.

  13. Untuk teman-teman Psikologi 2007, Ditra, Anggun, Ateng, Damar, Usy, Susan (teman seperjuangan skripsi), Ayu Noningtyas, Ina, Lili, Avi, Ayu Sutijab, Reno, Wahyu dan semua teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik dalam hal tenaga dan sandaran ketika tidak bersemangat, makasih banget yaaa.

  14. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih sekali bantuannya. Tuhan memberkati. Jika dalam skripsi ini masih ada kesalahan dan kekurangan, saya mohon maaf. Untuk itu terbuka bagi siapapun untuk berkenan memberikan saran maupun kritik yang membangun demi keberlangsungan penelitian yang selanjutnya.

  Yogyakarta, 12 April 2012 Odilia Kunthi Wulandari

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................ v ABSTRAK ............................................................................................... vi ABSTRACT ............................................................................................. vii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................... viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. ......... .

  1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ...............................................

  1 B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................

  5 C. TUJUAN PENELITIAN ...............................................................

  5 D. MANFAAT PENELITIAN ...........................................................

  6 BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................

  7 A. USIA ANAK .................................................................................

  7 B. PERKEMBANGAN ANAK .........................................................

  7

  2. Perkembangan Kognitif ...........................................................

  12 3. Perkembangan Sosio Emosi .....................................................

  15 C. TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) ...........................................

  18

  1. Gambaran Umum Tempat Penitipan Anak (TPA) .............................................................................

  19 2. Tempat Penitipan Anak (TPA) Beringharjo dan Balaikota ........

  21 3. Tempat Penitipan Anak (TPA) menurut Berk (2009) ...............

  23 D. GAMBARAN LAYANAN DAN DINAMIKA DI TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA) YANG DIKELOLA OLEH PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ......................................

  28 E. SKEMA PEMIKIRAN ...................................................................

  31 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................

  32 A. JENIS PENELITIAN ....................................................................

  32 B. BATASAN ISTILAH ....................................................................

  33 C. SUBJEK PENELITIAN ................................................................

  35 D. METODE PENGUMPULAN DATA ............................................

  35 E. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA .........................................

  45 1. Observasi ................................................................................

  45 2. Wawancara ..............................................................................

  47 F. METODE ANALISIS DATA .......................................................

  47 G. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ......................................

  48 H. HASIL DATA ...............................................................................

  50

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

  51 A. ORIENTASI KANCAH PENELITIAN ........................................

  51 B. PERSIAPAN PENELITIAN .........................................................

  51 C. PELAKSANAAN PENELITIAN ..................................................

  52 D. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ..............................................

  55 1. Data Hasil Observasi ...............................................................

  55 2. Data Hasil Wawancara ............................................................

  73 E. PEMBAHASAN ...........................................................................

  77 BAB V PENUTUP ....................................................................................

  88 A. KESIMPULAN .............................................................................

  88 B. SARAN .........................................................................................

  88 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

  90 LAMPIRAN .............................................................................................

  92

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel Metode Pengumpulan Data ...............................................

  35 Tabel 2 : Tabel Indikator Penelitian ..........................................................

  38 Tabel 3 : Tabel Persiapan Penelitian .........................................................

  51 Tabel 4 : Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..........................................

  53 Tabel 5 : Tabel Hasil Data Setting Fisik Observasi Beringharjo ................

  55 Tabel 6: Tabel Data Interaksi Pengasuh dengan anak dan Kegiatan Sehari- hari TPA Beringharjo .................................................................

  57 Tabel 7 : Tabel Rangkuman Data Beringharjo ...........................................

  60 Tabel 8 : Tabel Hasil Data Setting Fisik Observasi Balaikota ....................

  61 Tabel 9: Tabel Data Interaksi Pengasuh dengan anak dan Kegiatan Sehari- hari di TPA Balaikota .................................................................

  62 Tabel 10 : Tabel Rangkuman Data Balaikota ............................................

  66 Tabel 11: Tabel Data Kebutuhan dari Segi Agama, Fisik, Kognitif, Bahasa dan Sosio Emosional ..................................................................

  67

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehadiran anak adalah harapan setiap pasangan suami istri. Berbagai cara akan dilakukan orang tua agar dapat membahagiakan anak dan membentuk anak menjadi pribadi yang membanggakan. Terdapat fase saat anak tergantung sepenuhnya kepada orang lain,

  misalnya pada masa bayi. Orang tua bertanggung jawab penuh atas anak untuk mengembangkan keseluruhan eksistensi dan memenuhi kebutuhan anak. Masa perkembangan merupakan jangka waktu yang panjang sebelum anak sampai pada taraf dapat berdiri sendiri. Menurut Rahman (2005), masa kanak-kanak adalah masa paling penting sepanjang masa hidupnya, sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya.

  Tugas orang tua adalah menjaga, mengawasi dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak. Di satu sisi, orang tua juga harus memenuhi kebutuhan baik dari segi psikologis maupun ekonomi. Hal tersebut menimbulkan peran ganda, terutama ibu yang memiliki tanggung jawab besar terhadap perkembangan anak, namun juga membantu meningkatkan pendapatan keluarga untuk keperluan hidup. Fenomena tersebut menunjukkan meningkatnya jumlah ibu yang bekerja di luar tua yang meskipun masih memiliki anak balita. Hal tersebut mengurangi waktu untuk bersama anak. Seperti yang terlihat dari contoh kasus berikut “Saat ini situasi saya dan suami mempunyai rumah di Bekasi. Kami berdua kerja dan tidak ada yang mengawasi putrid kami (usia 2 tahun), sehingga mengatasi hal ini kami melakukan cara yaitu pagi-pagi buta putrid kami (walau sedang tertidur) kami “angkut” lalu melakukan perjalanan Bekasi – Jakarta untuk mendrop anak kami di rumah mertua saya yang berada di Jakarta. Begitu pun malamnya, di malam gelap kami melakukan perjalanan kembali bersepeda motor dengan membawa anak kami pulang, kami lakukan hal ini setiap hari. Saat ini hanya mertua yang bisa kami harapkan untuk mengasuh, selain mertua tidak bekerja (ibu mertua juga ibu RT dari dulu), dan orang tua saya (hanya ibu saja) masih bekerja untuk membiayai adik saya di luar kota. Kami tidak bisa tinggal di rumah mertua, karena di rumah mertua pun sudah terdapat 2 keluarga saudara suami saya (ponakan saya juga sekalian diasuh oleh mertua saya sehingga tidak hanya putri kami saja yang diasuh, masih ada 2 cucu lain), dan situasi ekonomi yang tidak bisa mengambil kontrakan dekat rumah mertua”. (http://mamakinay.blogspot.com, 17 Mei 2012). Anak sebagai sumber daya manusia dan sebagai generasi penerus bangsa, perlu mendapat perlindungan dan perhatian khusus pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mentanya, agar kelak menjadi generasi penerus yang berkualitas. Melihat permasalahan tersebut, muncul sebuah alternatif bagi orang tua dalam pemenuhan kebutuhan fisik, kognitif dan sosioemosi anak. Meningkatnya tuntutan pengasuhan muncul alternatif tempat mengasuh anak atau sering disebut tempat penitipan anak (TPA). TPA diciptakan dengan situasi dan kondisi yang sehat, aman, dengan harapan anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Dalam hal ini, TPA menggantikan untuk sementara waktu peran ibu untuk mengasuh

  TPA adalah lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan pengganti berupa asuhan, perawatan dan pendidikan bagi anak balita selama anak ditinggal bekerja oleh orang tuanya (Rahman, 2005). Berk (2009) memiliki teori tentang standar TPA yang baik. Hal ini membuat penulis ingin mengadaptasi teori tersebut untuk mendukung penelitian ini. Alasan pemilihan teori Berk adalah karena mengacu pada setting fisik bangunan, interaksi yang terjadi antara pengasuh dengan anak dan orang tua anak, serta kegiatan sehari-hari yang seharusnya dilakukan di TPA. Setting fisik bangunan diperlukan untuk menambah kenyamanan bagi anak ketika mereka beraktivitas. Anak dengan umur 2-5 tahun membutuhkan tempat yang nyaman untuk membantu proses perkembangan. Ruangan yang nyaman akan membuat anak betah. Selain itu, ruangan yang nyaman membuat anak terhindar dari penularan penyakit. Interaksi yang terjadi baik antara anak dengan pengasuh juga pengasuh dengan orang tua anak sangat penting terjadi. Hal tersebut akan membuat anak tidak merasa kekurangan perhatian dari orang yang lebih dewasa. Bentuk perhatian yang diberikan seperti anak dirawat dan diberikan asupan gizi lewat makanan, dijaga selama anak berada di TPA, diperhatikan ketika sedang beraktivitas, dan lain sebagainya. Bagi orang tua, interaksi antara orang tua dengan pengasuh dibutuhkan agar orang tua juga mengetahui perkembangan anak-anak mereka dan saling bertukar informasi dengan pengasuh tentang anak.

  Pendirian TPA saat ini sudah semakin banyak, namun penulis memilih TPA di Yogyakarta sebagai tempat penelitian. Di Yogyakarta, Pemerintah Kota mendirikan TPA karena melihat adanya kebutuhan akan pengasuhan pada masyarakat. Pemerintah Kota mencoba untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Alasan pemilihan TPA ini adalah karena dapat dijangkau oleh kalangan menengah. TPA mencoba memberikan fasilitas bagi karena masyarakat menengah yang tetap ingin merasa aman menitipkan anak mereka selama bekerja, tanpa menghilangkan keinginan agar anak mereka tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan sebagaimana mestinya. Di TPA, selain anak dititipkan, anak juga diberikan pengajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan fisik, kognitif, dan sosioemosi maka selama di TPA, anak bisa sekaligus belajar dan berinteraksi baik dengan pengasuh maupun dengan teman sebaya. Hal tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan bersosialisasi pada anak.

  Standar Pendidikan Anak Usia Dini melalui Peraturan Mendikas, No. 58/2009 memuat : Standar tingkat pencapaian perkembangan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, proses dan penilaian, dan standar sarana dan prasarana pengelolaan dan pembiayaan (Pedoman Teknis Penyelenggaraan TPA, 2010). Undang-Undang No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak yang berisi : Kesejahteraan anak adalah

  suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin

  rohani, jasmani, maupun sosial. Sesuai dengan UU tersebut, sudah layak

  dan sepantasnya apabila anak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya baik dari orang tua dan lingkungan tempat anak tersebut hidup.

  Berdasarkan permasalahan di atas, ini penulis ingin melihat bagaimana layanan TPA yang dikelola Pemerintah Kota Yogyakarta, mengingat ini adalah fasilitas untuk masyarakat untuk membantu tumbuh kembang anak melalui berbagai bentuk kegiatan.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasar latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan, rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana gambaran fasilitas dan pengasuhan pada TPA yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta yang mengacu pada teori Berk?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pengelolaan layanan dan pengasuhan dari TPA yang dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta .

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini dapat dijadikan tambahan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai gambaran layanan TPA dan standar sebuah TPA yang baik.

2. Manfaat Praktis

  a) Melalui penelitian ini, penulis mendapat tambahan pengetahuan dan informasi mengenai cara melakukan sebuah penelitian khususnya tentang perkembangan anak.

  b) Melalui penelitian ini, diharapkan TPA mengetahui beberapa layanan yang masih harus diperbaiki dan layanan mana yang dapat dipertahankan.

BAB II LANDASAN TEORI A. USIA ANAK Menurut Santrock (1995), masa akhir bayi adalah pada usia 2 tahun. Usia awal anak-anak adalah usia akhir masa bayi sampai kira-kira umur 5

  tahun. Menurut Hurlock (1990), masa perkembangan awal anak adalah usia 2-6 tahun, sedangkan masa akhir anak adalah periode akhir 6 tahun sampai anak matang secara seksual. Jadi, dapat disimpulkan bahwa usia awal anak-anak adalah mulai umur 2 tahun sampai umur 6 tahun.

B. PERKEMBANGAN ANAK

  Perkembangan menurut Santrock (1995), dibedakan menjadi 3, yaitu fisik, kognitif dan sosioemosi, yaitu sebagai berikut :

1. Perkembangan Fisik

  a. Tinggi dan berat badan Anak perempuan biasanya memiliki berat badan yang lebih ringan daripada anak laki-laki. Anak perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak daripada laki-laki. Anak laki-laki memiliki jaringan otot lebih banyak daripada anak perempuan. Masa prasekolah, baik anak laki-laki maupun perempuan makin langsing dan batang tubuh semakin panjang (bertambah tinggi). b. Otak Otak adalah salah satu bagian fisik yang sangat penting dalam masa awal anak-anak. Dalam masa awal anak-anak, otak akan tetap tumbuh dan berkembang, namun tidak bertumbuh sepesat pada masa bayi. Anak usia tisa tahun, ukuran otaknya adalah tiga per empat otak orang dewasa. Otak dan kepala bertumbuh lebih pesat daripada bagian tubuh yang lain. Ukuran otak bertambah karena adanya pertumbuhan jumlah dan ukuran urat syataf yang di dalam dan di antara daerah-daerah otak.

  Santrock (1995), pertambahan otak juga disebabkan oleh pertumbuhan myelination. Myelination adalah suatu proses dimana sel urat syaraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini memiliki dampak meningkatkan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf.

  c. Perkembangan Motorik 1) Keterampilan Motorik Kasar

  Umur 3 tahun, anak senang berjingkrak, melompat dan berlari kesana kemari. Anak juga dapat bermain dengan bola, menangkap dan melempar. Selain itu, anak umur 3 tahun juga bisa melakukan gerakan senam sederhana dengan mengikuti irama lagu dan menirukan gerakan melalui senam fantasi sesuai dan prestasi. Anak usia 3 tahun memiliki tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Berdasar tingkat aktivitas anak yang tinggi dan aktivitas perkembangan otot, maka anak-anak memerlukan olahraga setiap hari (Santrock, 1995).

  Umur 4 tahun, anak-anak masih senang dengan kegiatan yang serupa di umur tiga tahun. Akan tetapi, anak-anak lebih berani dalam mengambil risiko. Sebagai contoh, anak memanjat tangga menggunakan satu kaki pada setiap anak tangga. (Santrock, 1995). Umur 5 tahun, lebih suka melakukan kegiatan yang lebih berisiko melebihi saat umur 4 tahun, dan senang melakukan perlombaan dengan teman sebayanya (Santrock, 1995).

  2) Keterampilan Motorik Halus Menurut Yuliani dan Bambang Sujiono (2010), umur 3-4 tahun anak mampu memegang benda berukuran kecil, meskipun masih agak kikuk. Indikator motorik halus pada anak umur 3-4 tahun adalah : a) Dapat meremas kertas untuk membuat suatu karya

  b) Dapat mengoles mentega pada roti

  c) Dapat menggunakan benda dengan benar sesuai dengan

  Umur 4 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat dan menjadi lebih tepat. Mereka memiliki kecenderungan untuk kesulitan dalam membangun sebuah menara dengan balok. Hal ini disebabkan, anak umur 4 tahun ingin menempatkan balok dalam posisi yang sempurna. Ada ketidakpuasan terhadap balok-balok yang telah mereka susun (Santrock, 1995).

  Umur 5 tahun, koordinasi motorik halus semakin meningkat. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando yang lebih menarik. Sebagai contoh, anak mulai belajar membangun bentuk gereja lengkap dengan menara menggunakan balok. (Santrock, 1995).

  d. Gizi Kebutuhan energi anak dapat dipenuhi melalui makan. Makan adalah aspek perkembangan penting selama masa awal anak-anak.

  Hal ini dikarenakan apa yang dimakan oleh anak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan rangka, bentuk tubuh, dan kerentanan terhadap penyakit. Kebutuhan energi anak secara individual ditentukan oleh Basal Metabolism Rate (BMR). Basal Metabolism

  Rate (BMR) adalah jumlah energi minimum yang digunakan oleh

  seseorang dalam keadaan istirahat. Setiap anak memiliki perbedaan dalam aktivitas fisik, metabolisme basal, dan efisiensi penggunaan energi anak (Santrock, 1995).

  Jadi, perkembangan fisik anak terdiri dari pertambahan tinggi dan berat badan, gizi, perkembangan otak dan perkembangan motorik. Tinggi dan berat badan anak pada perempuan dan laki- terjadi dengan pesat pada tahap perkembangan ini. Otak pada anak juga terjadi perkembangan dengan bantuan myelination .

  Myelination membantu dalam penyerapan informasi pada anak.

  Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu perkembangan motorik kasar dan halus. Kemampuan motorik kasar anak usia 3 tahun, meliputi senang berjingkrak, melompat dan berlari kesana kemari. Anak juga dapat bermain dengan bola, menangkap dan melempar. Kemampuan motorik kasar anak umur 4 dan 5 tahun hampir sama dengan umur 3 tahun, namun umur 4 tahun anak bisa lebih berani dalam mengambil resiko. Perkembangan motorik halus anak usia 3 tahun ,adalah dapat memegang benda berukuran kecil, meskipun masih agak kikuk.

  Terjadi peningkatan kemampuan motorik halus, pada tahun berikutnya.

2. Perkembangan Kognitif

  Menurut Teori Piaget, anak usia 2-7 tahun masuk dalam tahap praoperasional. Pada tahap tersebut, anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata-kata dan gambar. Pada tahap ini egosentrisme mulai kuat dan kemudian lemah. Tahap praoperasional mencakup penggunaan simbol dari yang primitif ke hal yang lebih canggih. Pemikiran praoperasional dapat dibagi menjadi dalam dua subtahap, yaitu:

a. Sub tahap fungsi simbolis (Symbolic function stage)

  Sub tahap pemikiran operasional yang terjadi kira-kira usia 2–4 tahun. Anak mulai mengembangkan kemampuan untuk Sub membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada.

  Contoh: menggambarkan mobil atau rumah menggunakan coretan–coretan yang hanya bisa mereka pahami sendiri.

  Pemikiran egosentris muncul pada tahap ini. Egosentris adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain. Contoh: seorang anak yang sedang menerima telepon dari ayahnya.

  Ketika ayahnya bertanya, apakah ibu berada dirumah, si anak hanya mengangguk sambil memegang gagang telepon tanpa mengatakan bahwa ibu berada dirumah. (Santrock, 1995).

b. Sub tahap pemikiran intuitif (Intuitive thought substage)

  Subtahap pemikiran intuitif berkembang pada tahap pemikiran operasional anak dengan usia 4 – 7 tahun. Anak mulai menggunakan penalaran intuitif untuk menjawab semua bentuk pertanyaan. Piaget menyebut tahap intuitif, karena pada masa ini anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun mereka belum begitu sadar tentang apa yang mereka ketahui itu. Mereka belum menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjawab dan mengatakan bahwa mereka mengetahui sesuatu. Contoh: anak sudah bisa mulai membagi kelompok anak laki-laki dan perempuan, tapi anak belum bisa membagi kelompok anak laki-laki yang jahat dan yang baik, perempuan yang cantik dan perempuan yang nakal (Santrock, 1995).

  Pemikiran praoperasional cenderung memusat (centralized). Artinya anak akan memusatkan perhatiannya pada satu dimensi saja. Pada akhirnya anak mengabaikan dimensi-dimensi lainnya dan mengabaikan hubungan antar dimensi-dimensi. Contoh : ketika seorang anak dihadapkan dengan dua gelas yang satu tinggi ramping dan yang satu pendek. Gelas tersebut diisi dengan volume air yang sama banyak. Dalam tugas konservasi Piaget, anak diberi pertanyaan anak akan menjawab gelas tinggi ramping yang dapat menampung air lebih banyak. Hal ini terjadi karena anak belum melihat dimensi-dimensi lain. (Santrock, 1995).

  Karakteristik praoperasional lainnya adalah anak menanyakan serentetan pertanyaan. Biasanya anak umur 3 – 5 tahun mulai banyak bertanya dengan orang-orang dewasa. Hal tersebut mencerminkan rasa ingin tahu dan menandai munculnya minat anak-anak akan penalaran dan penggambaran tentang mengapa sesuatu dapat terjadi. (Santrock, 1995).

  Jadi, dapat disimpulkan, bahwa perkembangan kognitif anak usia 2-7 tahun, masuk dalam tahap pra operasional. Pada tahap tersebut anak telah mampu menerangkan dunia melalui kata-kata dan gambar. Tahap praoperasional terbagi menjadi dua bagian, yaitu sub tahap fungsi simbolis dan sub tahap pemikiran intuitif. Pada tahap simolis, anak mulai mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada. Sub tahap intuitif, anak mulai yakin dengan pengetahuan dan pemahaman yang mereka miliki.

3. Perkembangan Sosio Emosi

  Pada masa awal anak terjadi ketidakseimbangan emosi, karena anak-anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit untuk dibimbing dan diarahkan. Hal tersebut tampak mencolok pada usia 2,5 - 3,5 tahun (Hurlock, 1990).

  Emosi (emotion), perasaan / afeksi yang melibatkan suatu campuran antara gejolak fisiologis (misal : denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (misal : senyuman/ ringisan), (Santrock, 1995). Emosi selalu berkaitan dengan ekspresi. Emosi diklasifikasikan menjadi emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif seperti antusiasme, rasa senang, dan cinta. Emosi negatif, seperti cemas, marah, rasa bersalah dan rasa sedih. Emosi dipengaruhi oleh dasar biologis dan pengalaman masa lalu. Carles Darwin dalam bukunya berjudul “The Expression of Emotion in Man and Animals”, menyebutkan bahwa ekspresi manusia merupakan sesuatu yang bersifat bawaan dan bukan hasil pembelajaran (dalam Santrock, 2007).

  Ekspresi wajah dari emosi, memiliki dasar biologis yang kuat (Goldsmith, 2002; Goldsmith & Davidson, 2004). Hal ini ingin mengatakan bahwa faktor biologis hanya sebagian dari emosi (Santrock, 2007).

  Dua konsep yang menunjukkan aspek terpenting perkembangan emosi adalah pengaturan emosi (emotional emosi (emotional kemampuan mengatur rangsangan (arousal) untuk bisa beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif. Dimensi penting dalam perkembangan emosi adalah kemampuan untuk mengontrol emosi (Santrock, 2007). Anak mulai usia 2,5 tahun, telah merasakan emosi yang disadari. Hal itu juga berarti anak telah mulai memahami norma sosial untuk menilai perilaku mereka (Santrock, 2007). Menurut Lewis 2002, (dalam, Santrock 2007), emosi yang disadari meliputi bangga, malu, dan rasa bersalah. Rasa bangga, muncul ketika anak merasa senang dan sukses dalam melakukan perilaku tertentu. Rasa malu muncul ketika anak merasa dirinya tidak mampu memenuhi target tertentu. Rasa bersalah muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan. Anak usia 4-5 tahun menunjukkan peningkatan dalam merefleksi emosi. Anak telah memahami bahwa kejadian yang sama menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda (Santrock, 2007).

  Emosi juga memiliki gaya yang berbeda. Gaya perilaku dan karakteristik respon dari seseorang dinamakan temperamen.

  Temperamen bayi atau anak akan mengarahkan bayi / anak terhadap gaya emosi dan reaksi tertentu, sehingga akan membentuk kepribadian tertentu pula (Santrock, 2007). Klasifikasi temperamen menurut Chess dan Thomas (1977), (dalam Santrock, 2007) dibedakan menjadi tiga tipe dasar atau kluster, yaitu :

  a.

   Easy child : anak dengan temperamen ini, biasanya memiliki

  mood yang positif, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.

  b.

   Difficult child : anak yang memiliki reaksi negatif, biasanya sering menangis dan lamban dalam menerima perubahan.

  c.

   Slow-to-warm-up child : anak dengan tingkat aktivitas rendah dan menunjukkan intensitas mood yang rendah.

  Emosi adalah inti dari hubungan kita dengan orang lain. Bentuk paling awal dari hubungan adalah kelekatan (attachment). Pandangan ketiga ahli teori seperti Freud, Erikson, dan Bowlby mengenai

  attachment berbeda-beda. Menurut Freud, bayi akan mudah

  membangun sebuah attachment ketika bayi diberikan kepuasan oral oleh individu lain. Menurut Erikson, kenyamanan fisik adalah kunci utama dalam perkembangan bayi/anak. Kenyamanan fisik menjadi dasar attachment yang akan membangun trust yang akan membuat persepsi bahwa dunia adalah tempat yang baik dan menyenangkan. John Bowlby (1969, 1989), (dalam Santrock, 2007), menekankan perspektif etologis, pentingnya attachment dan pentingnya respon pengasuh dalam tahun pertama kehidupan. Bowlby berpendapat bahwa bayi baru lahir secara biologis sudah dilengkapi untuk merangsang perilaku attachment. Bayi akan menangis, merengek, dan merangkak untuk membuat pengasuh selalu berada di dekat mereka dan akan dapat meningkatkan peluang bagi bayi untuk bertahan hidup.

C. TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA)

  Menurut Patmonodewo (2003), TPA adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja.

  Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) 1990, (dalam, Patmonodewo, 2003), TPA adalah sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orangtua. Menurut rapat koordinasi Usaha Kesejahteraan Sosial RI, tujuan dari diadakannya TPA adalah agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat baik jasmani, rohani maupun sosial (http://www.docstoc.com, diunduh 5 Agustus 2011). Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2010), tujuan layanan program TPA adalah memberikan layanan untuk anak usia 0-6 tahun yang terpaksa ditinggal orangtua karena pekerjaan atau halangan lainnya dan memberikan layanan terkait tumbuh kembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak berpartisipasi dalam lingkungan sosial.

  Wardoyo dan Sugiyatma, (dalam, Media Informasi Penelitian, Maret 2006). mengatakan, dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, no.

  23 tahun 2002 : 4 - 8, pasal 8 ditegaskan bahwa anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. Standar Pendidikan Usia Dini melalui perkembangan, Standar Pendidik dan tenaga kependidikan, Standar Isi, Proses, dan penilaian, dan Standar dan Prasarana Pengelolaan dan pembiayaan. (Pedoman Teknis Penyelenggaraan TPA, 2010).

  1. Gambaran Umum Tempat Penitipan Anak (TPA)

  Gambaran layanan TPA menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2010): 1) Kurikulum TPA digunakan untuk mencapai aspek perkembangan: a) Nilai agama dan moral.

  b) Fisik : motorik kasar dan halus, dan kesehatan fisik.

  c) Kognitif: Pengetahuan Umum dan Sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola. Konsep Bilangan, lambang bilangan dan huruf.

  d) Bahasa : bahasa yang diterima/didengar, bahasa untuk mengungkapkan hasil pikiran/perasaan, dan keaksaraan.

  e) Sosial emosional. 2) Acuan kurikulum berdasar Kurikulum Menu Generik atau acuan lainnya yang sesuai.

  a) Nilai agama dan moral.

  Kemampuan melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama.

  b) Fisik : motorik kasar dan halus, dan kesehatan fisik.

  Kemampuan mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan- gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (pancaindera).

  c) Kognitif: Pengetahuan Umum dan Sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola. Konsep Bilangan, lambang bilangan dan huruf. Kemampuan berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.

  d) Bahasa : bahasa yang diterima/didengar, bahasa untuk mengungkapkan hasil pikiran/perasaan, dan keaksaraan.

  Kemampuan menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar.

  e) Sosial emosional.

  Kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya. Mampu mengembangkan konsep diri, ikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.

  3) Rasio Guru/Guru Pendamping dengan anak :

  a) Kelompok usia 0- <1 tahun 1 guru : 4 anak

  b) Kelompok usia 1- <2 tahun 1 guru : 6 anak d) Kelompok usia 3- <4 tahun 1 guru : 10 anak

  e) Kelompok usia 4- <5 tahun 1 guru : 12 anak

  f) Kelompok usia 5- ≤6 tahun 1 guru : 15 anak

  Jika, kelompok usia tertentu melebihi rasio tersebut, maka jumlah guru dilipatkan.

  Jika, kelompok usia tertentu melebihi rasio tersebut, maka jumlah guru dilipatkan.

2. Tempat Penitipan Anak (TPA) Beringharjo dan Balaikota

  TPA Beringharjo berdiri sejak tahun 1994, sedangkan TPA Balaikota berdiri pada tahun 2009. Latar belakang berdirinya TPA ini adalah ingin mendidik dan mengasuh anak yang kedua orangtuanya bekerja, khususnya ibu. Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan TPA (2010), TPA bertujuan untuk memberikan layanan terkait hak- hak anak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya.