Majas perbandingan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu - USD Repository

MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Paulina Sukmana Puti

  

091224056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

  Disusun oleh:

  Paulina Sukmana Puti NIM: 09 1224 056

  Telah disetujui oleh: Tanggal, 23 Juli 2013

  Pembimbing Prof. Dr. Pranowo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

  Oleh:

  Paulina Sukmana Puti NIM: 09 1224 056

  Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 14 Agustus 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap

  Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.

  Anggota : Prof. Dr. Pranowo Anggota : Dr. Y. Karmin, M.Pd.

  Anggota : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus

Kristus, kedua orang tuaku, kedua kakakku, dan Antonius

yang selalu menyertai perjalanan hidup saya sejak awal

hingga saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

MOTTO

Teruslah berjuang meskipun banyak orang yang meremehkanmu

karena Tuhan selalu mendampingi walau terkadang jalan yang Dia

berikan tidak mulus.

  

(Paulina S.P)

Keluarga adalah kompas yang memandu (arah) kita. Ia adalah

inspirasi untuk mencapai puncak, yang menghibur saat kita

goyah.

(Brad Henry)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Paulina Sukmana Puti NIM : 09 1224 056

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU.

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya .

  Yogyakarta, 14 Agustus 2013 Penulis

  , Paulina Sukmana Puti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 14 Agustus 2013 Penulis,

  Paulina Sukmana Puti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  Puti, Paulina Sukmana. 2013. Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Skripsi.

  Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penelitian ini menganalisis majas perbandingan dalam kumpulan cerpen

  

Mereka Bilang, Saya Monyet!. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan

  yang bertujuan menjawab majas perbandingan yang digunakan dan maknanya dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu teknik baca-catat.

  Analisis data dilakukan dengan tahapan: (1) peneliti menginventarisasi data yang sudah berhasil dikumpulkan, (2) peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kriteria tertentu, (3) peneliti mengidentifikasi data berdasarkan ciri khas yang ditemukan dari data yang sudah terkumpul, dan (4) peneliti menginterpretasi atau memaknai hasil analisis data, dan (5) peneliti mendeskripsikan hasil analisis data tersebut

  Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, majas perbandingan terdiri atas empat jenis, yakni gaya bahasa metafora, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa personifikasi, dan gaya bahasa alegori. Jumlah gaya bahasa secara keseluruhan ada 36. Jumlah masing-masing keempat macam gaya bahasa tersebut terdapat empat gaya bahasa metafora, 11 gaya bahasa perumpamaan, 20 gaya bahasa personifikasi, dan satu gaya bahasa alegori. Kedua, makna yang n disampaikan melalui majas perbandingan sangat beragam karena tergantung konteksnya. Namun, pengarang menggunakan gaya bahasa personifikasi agar ceritanya lebih hidup dan berwarna sehingga pembaca lebih tertarik membaca ceritanya.

  Penggunaan gaya bahasa perumpamaan merupakan upaya pengarang untuk memberikan kesan yang kuat antara dua hal yang dibandingkan agar pembaca dapat menangkap apa yang ingin digambarkan oleh pengarangnya. Penggunaan majas metafora merupakan upaya pengarang untuk menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar orang-orang yang dimaksud tidak merasa tersinggung, tidak merasa dipermalukan atau direndahkan di depan umum. Penggunaan gaya bahasa alegori berujuan agar tidak menimbulkan kesan monoton bagi cerpen itu sendiri karena pembaca diajak untuk berimajinasi dan mengaitkan satu sama lain dari metafora-metafora yang berkelanjutan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Puti, Paulina Sukmana. 2013. Comparison Figur of Speech in Short story

  

collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet! by Djenar Maesa Ayu. A

  thesis. Language Education Study Program, Indonesian and Local Letters, Faculty of Education and Teacher Training, Sanata Dharma University Yogyakarta.

  This research analyzes comparison figure of speech in the short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet!. The research is a library research in nature with the aim to describe the comparison figure of speech and its meanings in the short story collection entitled Mereka Bilang, Saya Monyet!. Write reading is techniques used in collecting the data.

  There are some steps which are applied by the researcher in analyzing the data: (1) the data collected are listed by the researcher, (2) the data are classified based on certain criteria by the researcher, (3) the data are identified based on specific characteristics found from the collection of data, and (4) the result of the analyzed data is interpreted by the researcher, and (5) the result of the analyzed data is described by the researcher.

  Based on the result of data and the interpretation done the researcher, there are two conclusions which are found: First, comparison figure of speech in “Mereka Bilang, Saya Monyet!” consists of four types: the metaphor figurative language, parable figurative language, personification figurative language, and allegory figurative language. The total amount of figurative languages as a whole is 36. In addition, the total amount for each figurative language is four metaphor figurative language, 11 parable figurative language, 20 personification figurative language, and one allegory. Second, the messages conveyed by the author by using comparison figure of speech are various depending on the contexts. However, the author used mostly the personification figurative language in order to make the story alive so that the readers will be willing to read the stories.

  The use of parable is the author’s effort to create strong affection between two things compared in order to make the readers can be able to catch the intended meanings of the author. Next, the use of metaphor figurative language is the author’s effort to disguise the purpose of consideration for that person - the person in question did not feel offended, do not feel embarrassed or humiliated in public.The use of allegory is aimed to make the story more dynamics because the readers are guided to use their imaginations and to correlate each other based on the sustained metaphors.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya

  

Monyet Karya Djenar Maesa Ayu dengan lancar. Penyusunan skripsi ini

  bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa selama penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

  Sehubungan dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

  3. Prof. Dr. Pranowo selaku dosen pembimbing yang banyak membantu, mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama membimbing penulis.

  4. Seluruh dosen PBSID yang sudah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama menuntut ilmu di PBSID.

  5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku- buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.

  6. Orang tuaku tersayang Agustinus Andang dan Agustina Sri, terima kasih atas segala doa, motivasi dan dukungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8. Antonius Afrianto Budi Purnomo yang telah memberi motivasi, perhatian, dan doa.

  9. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

  Yogyakarta, 23 Juli 2013 Penulis,

  Paulina Sukmana Puti

  

DAFTAR ISI

  5 C. Tujuan Penelitian............................................................................

  10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8 B. Kajian Pustaka ................................................................................

  8 A. Penelitian Terdahulu .......................................................................

  7 BAB II LANDASAN TEORI.................................................................

  7 F. Sistematika Penyajian .....................................................................

  6 E. Batasan Istilah ................................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian ..........................................................................

  1 B. Rumusan Masalah...........................................................................

  Halaman

  1 A. Latar Belakang ...............................................................................

  

DAFTAR ISI .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

  x

  ABSTRACT............................................................................................. ix KATA PENGANTAR............................................................................

  viii

  

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vii

ABSTRAK..............................................................................................

  vi

  HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv MOTTO ................................................................................................. v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Interpretasi ..............................................................................

  44

  48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................

  A. Jenis Penelitian ...............................................................................

  48 B. Sumber Data dan Data ....................................................................

  48 C. Teknik Pengumpulan Data..............................................................

  48 D. Teknik Analisis Data ......................................................................

  49 BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................

  50 A. Deskripsi Data ................................................................................

  50 B. Hasil Analisis Data ........................................................................

  53 1. Gaya Bahasa Metafora ............................................................

  54 2. Gaya Bahasa Perumpamaan ....................................................

  56 3. Gaya Bahasa Personifikasi .......................................................

  59 4. Gaya Bahasa Alegori ..............................................................

  61 C. Pembahasan ....................................................................................

  62 1. Gaya Bahasa Personifikasi .......................................................

  63 2. Gaya Bahasa Perumpamaan .....................................................

  64 3. Gaya Bahasa Metafora .............................................................

  65 4. Gaya Bahasa Alegori ...............................................................

  66 BAB V PENUTUP ..............................................................................

  70 A. Kesimpulan.....................................................................................

  70 B. Saran ..............................................................................................

  71 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

  72 LAMPIRAN ...........................................................................................

  75

  91 BIODATA PENULIS.............................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Pengkodean Jenis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan .

  49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Analisis Jenis Gaya Bahasa dan Analisis Maknanya.............

  76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari kehidupan

  manusia. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulis.

  Dalam karya sastra, manusia mewariskan, menerima, dan menyampaikan segala pengalaman dan pengetahuan lahir batin kepada sesamanya. Dalam karya sastra, hubungan antara pengarang dan pembaca harus dipahami sebagai hubungan yang bermakna. Pengarang menciptakan bentuk-bentuk yang memungkinkan untuk mengadakan komunikasi timbal balik. Karya sastra merupakan hasil dialog kontemplasi dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan (Nurgiyantoro, 1998:4).

  Secara sederhana karya sastra dapat dikatakan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Karya sastra berisi makna dan nilai-nilai bahkan pendapat- pendapat yang dikemukakan oleh pengarang, dan berisi suatu misi tertentu. Misi ini menjadi sebuah nyawa dalam karya sastra yang membuat karya sastra terasa hidup setelah dibaca dan dinikmati ceritanya. Nilai-nilai ini akan memberi pencerahan kepada pembaca dan suatu pemahaman baru tentang konflik yang ada dalam karya sastra. Dari situ pembaca akan menentukan sikap sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kemungkinan, baik itu sosial, politik, hukum-hukum, ekonomi, agama, filsafat dan sebagainya (Sunardi, 2004:14).

  Sastra mempunyai fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi (Zulfahnur, dkk, 1996:9). Bagi banyak orang, karya sastra menjadi saran untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan buruk. Ada pesan yang sangat jelas disampaikan, ada pula yang bersifat tersirat secara halus (Budianta, 2002). Dengan demikian, pemahaman tentang teks sastra sebagai proses komunikasi massa mengarah pada proses penyampaian ide dan gagasan sastrawan melalui media yang berupa karya sastra.

  Cerita pendek dan atau kumpulan cerita pendek menjadi sarana yang dipakai oleh pengarang untuk menyampaikan fungsi dari karya sastra dalam menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai mediumnya. Untuk menyampaikan makna tersebut, pengarang sering menggunakan gaya bahasa atau majas untuk memberikan efek tertentu bagi pembacanya.

  Secara teoretis, gaya bahasa atau disebut juga dengan majas merupakan pemanfaatan dari kekayaan bahasa, terutama bahasa yang dipakai pada umumnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  merupakan ciri khas dari sekelompok sastrawan saat menuliskan ide atau gagasan serta perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, akhirnya menjadi identitas penting dari sastrawan tersebut dilihat dari karya yang dihasilkannya.

  Gaya bahasa merupakan salah satu unsur estetis yang memperindah sebuah bacaan. Setiap penulis cerpen mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang dihasilkan nantinya mempunyai gaya penulisan yang dipengaruhi oleh penulisnya, sehingga dapat dikatakan bahwa, watak seorang penulis sangat mempengaruhi sebuah karya yang ditulisnya.

  Kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet! adalah salah satu karya terbaik dari seorang penulis muda berbakat di Indonesia, Djenar Maesa Ayu, yang karyanya sudah diangkat ke layar lebar. Cerpen-cerpennya telah tersebar di berbagai media massa Indonesia seperti Kompas, The Jakarta Post, Republika, Koran Tempo, Majalah Cosmopolitan, Lampung Post, dan majalah Djakarta. Yang menarik dari Djenar Maesa Ayu adalah kemampuannya yang luar biasa dalam mengungkapkan pesan-pesan kehidupan di setiap karyanya melalui gaya bahasa atau majas.

  Tema yang berani dan cara bercerita yang lugas serta eksploratif membuat karya ini menuai banyak pujian serta kritik ketika awal diluncurkan. Di cerpen “SMS”, Djenar menggunakan format SMS untuk bercerita. Sementara cerpen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  terbaik Kompas 2003. Dalam perjalanannya, dua dari cerpen dalam buku ini pun menjadi inspirasi bagi Djenar untuk pembuatan film Mereka Bilang, Saya

  

Monyet! yang disutradarainya sendiri. Film ini menyabet beberapa penghargaan

  pada festival bergengsi di dunia. Sutardji menyatakan bahwa dalam berbahasa, Djenar menunjukkan kepiawaiannya yang kuat pada kelugasan berucap.

  Bahasanya kuat dan padat. Itulah kecenderungannya. Ia tidak menyia-nyiakan kata-kata untuk segera secara jitu menyampaikan ikhwal yang ingin ditampilkan.

  Kumpulan cerita pendek yang juga diangkat ke layar lebar ini menceritakan tentang realitas yang memprihatinkan mengenai tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, disertai minimnya edukasi masyarakat terhadap hak asasi manusia yang sebenarnya dimiliki secara individu.

  Dalam menyampaikan pesan itu, Djenar Maesa Ayu menggunakan gaya bahasa yang indah dan memikat pembaca. Penggunaan gaya bahasa dalam buku itu nyaris muncul di setiap halamannya dan membuat kumpulan cerpen ini sangat menarik untuk dinikmati.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!. Dalam analisis terhadap kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!, peneliti membatasi pada segi penggunaan gaya bahasa. Berdasarkan segi gaya bahasa karena setelah membaca kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet!, peneliti menemukan ada banyak gaya yang digunakan pengarang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mengambil judul penelitian Majas Perbandingan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk mengarahkan penelitian kepada sasaran yang ingin dicapai, peneliti menetapkan rumusan masalah sebagai berikut.

  1. Majas perbandingan apa saja yang digunakan dalam kumpulan cerpen Mereka

  Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu?

  2. Makna apa sajakah yang ingin disampaikan melalui majas perbandingan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

  

1. Mendeskripsikan majas perbandingan yang digunakan dalam kumpulan

cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.

  

2. Mendeskripsikan makna yang disampaikan melalui majas perbandingan dalam

kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra, khususnya tentang gaya bahasa perbandingan dan pembelajaran sastra.

  2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain.

  a. Bagi Guru Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru untuk dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran sastra untuk mendorong dan menumbuhkan budaya membaca pada anak didiknya.

  b. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan.

  Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan.

  c. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet! dan mengambil manfaat darinya.

  d. Bagi Peneliti yang Lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  E. Batasan Istilah

  1. Cerpen adalah cerita rekaan atau cerita yang berbentuk prosa yang di dalamnya terdapat gejolak jiwa penulis yang dituangkan dalam karyanya.

  2. Majas merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada pembacanya.

  3. Majas perbandingan adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

  F. Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian skripsi dijabarkan menjadi 5 (lima) hal, yaitu pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup.

  Bab I adalah pendahuluan, yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II adalah landasan teori yang terdiri atas penelitian terdahulu dan kajian pustaka. Bab III adalah metodologi penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV adalah hasil dan pembahasan yang meliputi: deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Bab V adalah penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga referensi penelitian. Penelitian pertama dilakukan oleh Suryadi pada tahun 2005 dengan judul Struktur dan Gaya Bahasa dalam Wacana Personality Feature pada harian Kompas terbitan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan 20 gaya bahasa yang

  dikelompokkan menjadi empat yaitu (1) gaya bahasa perbandingan yang meliputi perumpamaan atau simile, personifikasi, antithesis, periphrasis, dan koreksio, (2) gaya bahasa pertentangan meliputi hiperbola, litotes, klimaks, dan anti klimaks, (3) gaya bahasa pertautan meliputi sinekdoke, alusio, eufemisme, antonomasio, ellipsis, dan asindenton, (4) gaya bahasa perulangan yang meliputi epizuksis, tautotes, anaphora, epistrofa, epistroto, dan anadilopsis.

  Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitri Dwi Jayanti pada tahun 2009 dengan judul Diksi dan Gaya Bahasa pada Wacana Iklan

  

Majalah Kawanku Edisi Januari-Maret 2009. Tujuan penelitian ini adalah

  mendeskripsikan pemakaian diksi dan bentuk pemakaian gaya bahasa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yang pertama, pemakaian kata tutur; pemakaian indra peraba, indra penglihatan, dan indra penciuman; pemakaian istilah asing; dan pemakaian makna kata berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dan repetisi yang terdiri atas repetisi epizeuksis, epistrofa, dan mesodiplosis; berdasarkan langsung tidaknya makna berupa gaya retoris dengan jenis hiperbola.

  Penelitian ketiga dilakukan oleh Repinus pada tahun 2010 dengan judul

  

Gaya Bahasa dalam Iklan Obat-obatan di Televisi. Tujuan dari penelitian ini

  adalah mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan dalam iklan obat-obatan di televisi dan mengetahui tujuan penggunaan gaya bahasa yang digunakan dalam iklan obat-obatan di televisi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif- kualitatif. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan teknik simak dan catat, sedangkan analisisnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap inventarisasi, identifikasi, klasifikasi, dan pemaparan. Hasil penelitian ini menemukan dua hal. Pertama, ada 10 tipe gaya bahasa yang terdapat dalam iklan obat-obatan di televisi. Kedua, peneliti mengetahui tujuan dari penggunaan gaya- gaya bahasa tersebut untuk menarik perhatian dan minat penonton untuk mengenal produk yang diiklankan serta mempersuasi agar membeli dan menggunakan produk yang diiklankan.

  Peneliti memiliki anggapan bahwa penelitian ini relevan dengan ketiga penelitian tersebut karena memiliki kesamaan yaitu sama-sama meneliti gaya bahasa. Perbedaannya, penelitian yang terdahulu membahas gaya bahasa pada iklan baik di surat kabar maupun di televisi, sedangkan penelitian ini membahas tentang gaya bahasa yang terdapat dalam majas perbandingan pada kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Kajian Pustaka

1. Definisi Cerpen

  Cerita pendek atau sering disingkat menjadi cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.

  Cerpen adalah kependekan dari cerita pendek. Kependekan sebuah cerita pendek bukan hanya karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, tetapi karena aspek masalahnya yang sangat dibatasi. Pada cerpen aspek masalah yang diceritakan sangat dibatasi. Dengan adanya pembatasan ini, masalah yang diceritakan akan tergambar lebih jelas dan mengesankan bagi pembaca. Oleh karena itu, sebuah cerita prosa yang disebut dengan cerita pendek memang pengembangan plotnya sangat dibatasi.

  Cerpen adalah cerita yang pendek. Namun ukuran berapa pendeknya tidak ada aturan yang pasti dan tidak ada kesepakatan diantara pengarang dan para ahli (Nurgiyantoro, 1998: 10). Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang habis dibaca sekali duduk. Menurut Soeharianto (1982), cerpen adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang. Sementara itu Panuti Sudjiman (1990: 15-16) dalam bukunya Kamus Istilah Sastra mendefinisikan cerpen sebagai berikut: cerpen adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kesan tunggal yang dominan; cerpen memusatkan diri pada suatu tokoh dalam satu situasi pada suatu ketika.

  Sedwick (dalam Tarigan, 1984:176) menyatakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang menyajikan suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca. Notosusanto (dalam Tarigan, 1984:176) menyatakan bahwa “cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang berpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

  Wijaya (dalam Efendi, 1999:73), menyatakan bahwa sebuah cerita pendek adalah bagaikan mimpi baik dan mimpi buruk, tidak terlalu penting urutan jalinan karena kadang-kadang ada dan kadang tidak, yang utamanya adalah pekabaran yang diperbarunya, daya pukau magis, tamsil, ibarat, tikaman jiwa, firasat dan berbagai efek yang diberi analoginya menyerang siapa yang secara mendetail dan persis melukiskan apa yang akan terjadi, tetapi ia juga bisa kebalikan atau buram sama sekali sebagai sebuah ramalan yang memerlukan tafsir. Cerita pendek adalah teror mental kepada pembaca.

  Suharso (2009:703) mengemukakan cerpen sebagai semacam cerita rekaan yang sering kita jumpai pada media cetak. Dalam novel kritis (pergolakan) jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tapi dalam cerpen tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya. Edgar (dalam Suryanto, 2007:175) menyatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Sumardjo (1999:19) mengemukakan bahwa cerpen adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fisiknya dalam obyek terkecil. Untuk menggambarkan suatu masalah secara jelas dan memberikan kesan yang kuat kepada pembaca, seorang penulis mesti selektif.

  Suryanto (2007:161) mengemukakan bahwa cerpen dapat mengungkapkan realitas sosial, budaya, sekaligus menjadi sarana merefleksikan kehidupan manusia, sebagai bahan renungan. Sementara Sumardjo (1994:132) mengemukakan bahwa semua bagian dari sebuah cerpen harus terikat pada kesatuan jiwa: pendek, padat, lengkap, tak ada bagian- bagian yang boleh dikatakan lebih dan bisa dibuang. Dalam bukunya yang berjudul Anatomi Sastra (1993: 34), Semi mengemukakan cerpen ialah karya sastra yang memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok saja. Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok.

  Masih menurut Semi, dalam kesingkatannya itu cerpen akan dapat menampakkan pertumbuhan psikologis para tokoh ceritanya. Hal ini berkat perkembangan alur ceritanya sendiri. Ini berarti cerpen merupakan bentuk ekspresi yang dipilih dengan sadar oleh para sastrawan penulisnya.

  Esten (2002: 12) berpendapat bahwa cerpen adalah pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia. Di dalamnya tidak dituntut terjadinya perubahan nasib dari pelaku-pelakunya. Hanya suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Poe (dalam Nurgiyantoro, 2007: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira antara setengah jam sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Sumardjo (2007: 202) mengatakan bahwa cerpen adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek mempunyai satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk pembacanya.

  Merujuk beberapa definisi di atas, peneliti mendefinisikan cerpen adalah cerita rekaan atau cerita yang berbentuk prosa yang di dalamnya terdapat gejolak jiwa penulis yang dituangkan dalam karyanya.

2. Definisi Gaya Bahasa atau Majas

  Sebelum menjelaskan gaya bahasa, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian istilah gaya. Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikal “alat untuk menulis” (Aminuddin, 2009: 72). Aminuddin juga menjelaskan bahwa dalam karya sastra, gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Sejalan dengan pengertian tersebut Scharbach (dalam Aminuddin 2009:72) menyebut gaya sebagai hiasan, sebagai sesuatu yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dalam kreasi cipta sastra, dengan demikian akan menunjukkan adanya perbedaan meskipun dua pengarang itu berangkat dari satu ide yang sama.

  Tarigan (1989: 179-197) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Kosakata menyatakan gaya bahasa sebagai bahasa kias atau majas. Majas, kiasan, atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa yang indah dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum.

  Tarigan (1985: 8-203) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya Bahasa menyatakan gaya bahasa yaitu bahasa yang indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah penggunaan bahasa tertentu yang dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.

  Keraf (2004: 113) dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa menyatakan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Menurut Keraf, gaya bahasa dapat dibatasi dengan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

  Menurut Kridalaksana (1983: 49), gaya bahasa adalah suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bahasa yang digunakan untuk menciptakan efek tertentu. Menurut Wiyanto (dalam Komara, 2010) mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara menyampaikan pikiran dan perasaan.

  Merujuk dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya adalah tatanan yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur gaya bahasa yang mengandung makna konotatif. Sedangkan pengarang dalam karya sastra justru akan menggunakan pilihan kata yang mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat konotatif. Selain itu, tatanan kalimat- kalimatnya juga menunjukkkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu menuansakan keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja. Oleh sebab itulah masalah gaya dalam sastra akhirnya juga berkaitan erat dengan masalah gaya dalam bahasa itu sendiri.

  Sudjiman (1998: 13) menyatakan bahwa sesungguhnya gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa baik ragam lisan, tulis, nonsastra, dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi, secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

  Pradopo (dalan Endraswara, 2003: 72) menyatakan bahwa nilai seni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bahasa sangat luas, tidak hanya menyangkut masalah kata tetapi juga rangkaian dari kata-kata tersebut yang meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana secara keseluruhan (Keraf, 2004: 112) termasuk kemahiran pengarang dalam memilih ungkapan yang menentukan keberhasilan, keindahan, dan kemasuk akalan suatu karya yang merupakan hasil ekspresi diri (Sayuti, 2000: 110). Sejalan dengan Sayuti, Endraswara (2003: 73) juga menyatakan bahwa gaya bahasa merupakan seni yang dipengaruhi oleh nurani. Melalui gaya bahasa sastrawan menuangkan idenya. Bagaimanapun perasaan saat menulis, jika menggunakan gaya bahasa, karya yang dihasilkan akan semakin indah.

  Jadi, dapat dikatakan gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan menghaluskan teks sastra.

  Gaya bahasa atau majas adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1990:112, sebagaimana dalam Dale,dkk (1971: 220). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yg lain atau kiasan. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya tarik akan bertambah (Sumarjo dan Saini, 1984:127).

  Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan kemampuan seorang pengarang dalam menggunakan ragam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Jenis-jenis Gaya Bahasa

  Gaya bahasa merupakan kemampuan pengarang dalam menggunakan ragam bahasa tertentu dalam karyanya sehingga memberi kesan pada pembacanya. Pemilihan dan penggunaan berbentuk kiasan bisa saja berhubungan dengan selera, kebiasaan, kebutuhan dan kreativitas pengarang.

  Penelitian gaya bahasa terutama dalam karya sastra yang diteliti adalah wujud (bagaimana bentuk) gaya bahasa itu dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunaannya atau apa fungsi penggunaan gaya bahasa tersebut dalam karya sastra.

  Hendy (1985:100) membagi gaya bahasa dalam empat kelompok, antara lain: a. Gaya Bahasa Penegasan

  Gaya bahasa penegasan ini ada 16 macam, antara lain : 1) Pleonasme , yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang sama maksud dengan kata mendahuluinya. Misalnya: a) Majulah ke depan (ke depan sudah berarti maju)

  b) Mundur segera ke belakang (mundur sudah berarti ke belakang)

  c) Capek mulut saya berbicara (yang digunakan untuk

  berbicara memang mulut, bukan yang lain)

  2) Repetisi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata yang dipakai dalam pidato atau karangan prosa. Misalnya:

a) Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang dan terus berjuang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3) Tautologi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Misalnya: a) Kejar, kejarlah impianmu.

  

b) Lepas, lepaskanlah semua kegelisahanmu.

  c) Biar, biarkan semuanya berjalan seperti air mengalir. 4) Paralelisme, yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi.

  Paralelisme dibagi 2 macam, yaitu:

  a) Anafora, pengulangan awal baris kalimat:

  Kucari kau dalam toko-toko Kucari kau karena cemas karena sayang Kucari kau karena sayang karena bimbang Kucari kau karena kaya mesti di ganyang.

  b) Epifora, pengulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan. Misalnya: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur Aku mencercah daging ketika kau tidur

  5) Klimaks, melukiskan keadaan yang menaik. Misalnya:

  a) Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil berjajer di halaman.

  b) Baik itu RT, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, maupun Presiden memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan.

  6) Antiklimaks, melukiskan keadaan yang makin menurun.

  Misalnya: Orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak

semuanya hadir dalam kegiatan bakti sosial itu.

7) Retorik, pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban,karena telah sama-sama dimaklumi jawabannya. Biasanya dipakai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  a) Menegaskan: Siapa yang tidak ingin hidup bahagia dunia akhirat? b) Mengejek: Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun?

  8) Inversi, susunan kalimat yang predikatnya mendahului subjek, untuk menghidupkan pernyataan. Misalnya:

  a) Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.

  

b) Merantaulah mereka ke negeri seberang.

  9) Elipsis, pemakaian kalimat elipsis, yaitu menyebutkan salah satu bagian kalimat saja,mungkin subjeknya saja, atau objeknya saja, karena sudah dalam suasana yang sama-sama dimaklumi. Misalnya:

  a) Dia dan ibunya ke Tasikmalaya (penghilangan predikat pergi).

  b) Lari! (penghilangan predikat kamu).

  10)Koreksio, penggunaan kata lain yang lebih tepat sebagi koreksi terhadap kata yang dipakai terdahulu. Misalnya:

  a) Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

  b) Tadi malam… oh bukan, tadi pagi maksud saya, tetangga sebelah mencuri mangga tetangga sebelahnya.

  11)Interupsi, yaitu penyisipan kata atau kelompok kata pada kalimat. Misalnya: a) Pak Karto, lurah desaku, orangnya sangat baik.

  b) Yogyakarta, kota pelajar itu, mulai hari ini menjadi tuan rumah AFTA. 12)Asindenton, yaitu menyebutkan sesuatu berturut-berturut tanpa