Tuturan yang bermaksud merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu : bentuk dan referen - USD Repository

TUTURAN YANG BERMAKSUD MERENDAHKAN PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN

  JANGAN MAIN-MAIN ( DENGAN KELAMINMU ) KARYA DJENAR MAESA AYU : BENTUK DAN REFEREN Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Oleh Yohana Vica Raimandasari NIM : 054114016 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

TUTURAN YANG BERMAKSUD MERENDAHKAN PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN

  JANGAN MAIN-MAIN ( DENGAN KELAMINMU ) KARYA DJENAR MAESA AYU : BENTUK DAN REFEREN Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Oleh Yohana Vica Raimandasari NIM : 054114016 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 12 Juli 2011 Yohana Vica Raimandasari

  054114016

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yohana Vica Raimandasari

  Nomor Mahasiswa : 054114016 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

TUTURAN YANG BERMAKSUD MERENDAHKAN PEREMPUAN DALAM

KUMPULAN CERPEN

JANGAN MAIN-MAIN ( DENGAN KELAMINMU )

  

KARYA DJENAR MAESA AYU

: BENTUK DAN REFEREN

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 12 September 2011 Yang menyatakan Yohana Vica Raimandasari

KATA PENGANTAR

  Pertama-tama peneliti mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih-Nya, tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas akhir yang berjudul “Tuturan yang Bermaksud Merendahkan Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Jangan Main-main (Dengan Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu : Bentuk dan Referen” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Prodi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala hormat, peneliti hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan sabar menerima keluh kesah peneliti dan menjadi pemberi solusi yang baik bagi peneliti.

  2. Dr. I. Praptomo Brayadi, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar memberi masukan dan motivasi bagi peneliti.

  3. Bapak dan Ibu dosen Prodi Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., S.E, Peni Adji, S.S., Dra. F. Tjandrasih, M.Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs.

  FX. Santosa, M.S., dan Drs. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., yang telah memberikan ilmu dan pengalamanya selama peneliti menjalani studi di Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. selalu membantu proses kelancaran perkuliahan.

  5. Segenap karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah melayani dengan ramah dan menyediakan buku yang diperlukan sebagian dari sumber pustaka.

  6. Keluarga tercinta, Bapak Yohanes Marsugi, Ibu Theresia Yuli Astuti, S.Pd., dan Stefanus Kendra Dwi Nugraha, yang selalu memberi semangat peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

  7. Yohanes Didik Rudy Indratno, S.S, yang bersedia membagi ilmu dan pengalamannya kepada peneliti.

  8. FX. Tito Pratama, sahabat terbaik yang tak henti-hentinya membagi kasih dan memotivasi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini

  9. Teman-teman Prodi Sastra Indonesia angkatan 2005.

  10. Semua pihak yang belum dapat disebutkan satu persatu.

  Akhirnya dengan penuh kesadaran, peneliti menyadari segala kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Untuk itu, demi perbaikan tugas akhir ini, kritik dan saran yang membangun akan peneliti tampung dengan senang hati.

  Penulis

  DAFTAR SINGKATAN Singkatan judul cerpen JMDK : Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) PNN : Payudara Nai Nai SDMSO : Saya di Mata Sebagian Orang MA : Menyusu Ayah MSM : Mandi Sabun Mandi

  

ABSTRAK

Raimandasari, Yohana Vica, 2011. “Tuturan yang Bermaksud Merendahkan

Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Jangan Main-main (Dengan Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu : Bentuk dan Referen”, Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Tugas akhir yang berjudul “Tuturan yang Bermaksud Merendahkan Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Jangan Main-main (Dengan Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu”, bertujuan mendeskripsikan bentuk dan referen tuturan yang merendahkan perempuan. Penelitian ini mencakup dua hal, yakni bentuk-bentuk tuturan yang merendahkan perempuan dan referennya.

  Ada dua masalah yang dijawab dalam penelitian ini, (1) satuan lingual apa sajakah yang digunakan untuk yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu), selanjutnya disingkat JMDK, (2) apa saja referen tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen

  JMDK ?

  Dalam penelitian ini, data diperoleh dari kumpulan cerpen JMDK karya Djenar Maesa Ayu. Data diperoleh dengan metode simak dan teknik catat yang mencakup penggunaan bahasa secara tertulis. Peneliti menyimak naskah JMDK agar diperoleh tuturan-tuturan yang merendahkan perempuan. Selanjutnya dengan teknik catat, peneliti mencatat hasil penyimakan pada kartu data.

  Analisis dilakukan menggunakan dua metode, yakni metode padan referensial dan metode agih. Metode padan yang digunakan adalah metode padan referensial digunakan untuk menggolongkan referen dari tuturan yang merendahkan perempuan. Penerapan metode agih dalam penelitian ini melalui teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar metode agih adalah teknik bagi unsur langsung (BUL), digunakan untuk membagi satuan lingual menjadi beberapa unsur. Teknik lanjutan yang imbuhan, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata.

  Melalui penelitian ini diperoleh tuturan-tuturan yang merendahkan perempuan. Berupa kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Studi tentang referen, memperoleh berbagai referen tuturan yang merendahkan perempuan, yakni sifat, bosan, profesi, nilai, ukuran, pengandaian, keadaan, aktivitas, benda, binatang, dan bagian tubuh.

  

ABSTRACT

Raimandasari, Yohana Vica, 2011. “The Speech That Was Demeaning of

Women In A Collection of Short Stories Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) Written by Djenar Maesa Ayu: Form and Reference”, A Thesis. Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program. Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

  The thesis entitled “The Speech That Was Demeaning of Women In A

Collection of Short Stories Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) written by

Djenar Maesa Ayu, is aimed to describe the form and reference of speech that

demean of women. There were to problem examined in this research: the forms of

speech that is demeaning of women and the reference”.

  There were two problems answered in this research, (1) to describe the

lingual measurement that was demeaning of women in a collection of short stories

JMdK that showed the men’s domination, (2) to describe the speech reference that

was demeaning of women in a collection of short stories JMdK.

  In this research, the data were collected from the collection of short stories

JMdK written by Djenar Maesa Ayu. The data were collected by reading and

taking a note including the use of written language. The researcher read the book

of JMdK so that the speech demeaning of women could be obtained. And then, the

note taking method was used to record the result on the data card.

  The data were analyzed using two methods, reference matching method

and apportioning method. The reference matching method was used to classify the

reference of the speech demeaning of women. The apportioning method was

applied using basic technique and advanced technique. The basic technique of

apportioning method was a technique for direct substance (BUL) used to divide

the lingual measurement into several substances. While advanced technique used

was punctuation reading technique, used to mark the connectors, suffixes,

prefixes, and articles that showed the characteristics of grammar or the functions

of words.

  The result of this research showed that there were sixty kinds of speech

demeaning of women, forms and references. The study on the forms showed the

speech of words, phrases, sentences, and paragraphs. The study on the references

showed various speech references demeaning of women. They were about the

characters, boredom, professions, values, sizes, conditionals, situations, activities,

things, animals, and parts of body.

  

Daftar Isi

  

6.Landasan Teori ………………………………………………. 8

   13

   12

   11 6.5 Referen…………………………………………………..

   6.3 Kontekstual……………………………………………… 10 6.4 Kata, Frasa, Kalimat, dan Paragraf…………………...

   10

  

5.Tinjauan Pustaka ……………………………………………. 6

  Halaman

  

4.Manfaat Penelitian …………………………………………... 5

  

3.Tujuan Penelitian ……………………………………………. 5

  

2.Rumusan Masalah …………………………………………… 5

  

1.Latar Belakang ………………………………………………. 5

   1

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………….. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……………………………… iii PERNYTAAN KEASLIAN KARYA ……………………………….. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………... v KATA PENGANTAR…...…………………………………………… vi DAFTAR SINGKATAN……………………………………………… viii ABSTRAK …………………………………………………………….. ix ABSTRACT ……………………………………………………………. xi DAFTAR ISI ………………………………………………………….. xii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………… xv BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………..

6.1 Tuturan………………………………………………….. 8 6.2 Konteks…………………………………………………..

7.Metode Penelitian ……………………………………………

BAB 11 SATUAN LINGUAL YANG BERMAKSUD MERENDAHKAN PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN JANGAN MAIN-MAIN

  (DENGAN KELAMINMU) KARYA DJENAR MAESA AYU.. 16

  2.1 Tuturan Berbentuk Kata …………………………………… 16

  2.2 Tuturan Berbentuk Frasa …………………………………... 21

  2.3 Tuturan Berbentuk Kalimat ………………………………... 26

  2.4 Tuturan Berbentuk Paragraf ………………………………. 43

BAB 111 REFEREN TUTURAN YANG BERMAKSUD MERENDAHKAN JANGAN MAIN-MAIN PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN

  (DENGAN KELAMINMU) KARYA DJENAR MAESA AYU ……… 49

  3.1 Sifat Berbentuk Kata……………………………………….. 51

  3.2 Nilai Berbentuk Kata……………………………………….. 51

  3.3 Ukuran Berbentuk Kata……………………………………. 52

  3.4 Sifat Berbentuk Frasa………………………………………. 52

  3.5 Binatang Berbentuk Frasa…………………………………. 55

  3.6 Keadaan Berbentuk Frasa………………………………….. 56

  3.7 Benda Berbentuk Frasa…………………………………….. 57

  3.8 Keadaan Berbentuk Kalimat……………………………….. 58

  3.9 Aktivitas Berbentuk Kalimat………………………………. 61

  3.10 Bagian Tubuh Berbentuk Kalimat………………………... 63

  3.11 Pengandaian Berbentuk Kalimat…………………………. 64

  3.12 Profesi Berbentuk Kalimat………………………………... 64

  3.13 Sifat Berbentuk Kalimat…………………………………… 65

  3.14 Nilai Berbentuk Kalimat…………………………………… 67

  3.15 Ukuran Berbentuk Kalimat……………………………….. 71

  3.16 Profesi Berbentuk Paragraf……………………………….. 72

  3.17 Bosan Berbentuk Paragraf………………………………… 73

3.19 Keadaan Berbentuk Paragraf……………………………… 77

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 78

  4.1 Kesimpulan …………………………………………………… 78

  4.2 Saran ………………………………………………………….. 78

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 80

  Tulisan ini kupersembahkan kepada Ibuku Theresia Yuli Astusi, S.Pd, Bapakku Yohanes Marsugi, Adikku Tercinta Stefanus Kendra Dwi Nugraha, dan Jasmine Malaikat Kecilku di surga.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) selanjutnya disingkat JMDK karya Djenar Maesa Ayu terdiri atas sebelas cerpen, yaitu “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)”,“Mandi sabun Mandi”, “Moral”, “Menyusu Ayah”, “Cermin”, “Saya adalah seorang Alkhoholik”, “Staccato”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, “Ting!”, “Penthouse 2601” dan “Payudara Nai Nai”. Dalam kumpulan cerpen JMDK, Djenar menggambarkan berbagai permasalahan sosial yang sering terjadi dalam masyaraka, antara lain dari permasalahan perselingkuhan dalam cerpen “Mandi Sabun Mandi” dan permasalahan moral manusia yang dianggap murah dalam cerpen “Moral” hingga permasalahan mental seorang pelacur dalam cerpen “Ting!”.

  Penulis tertarik meneliti kumpulan cerpen tersebut karena beberapa alasan. Pertama dalam kumpulan cerpen JMDK terdapat tuturan-tuturan yang merendahkan perempuan. Tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK merupakan gambaran berbagai dinamika permasalahan sosial menyangkut perempuan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang ditampilkan melalui bahasa. Bahasa adalah sarana verbal yang lazim digunakan untuk mengungkapkan emosi. Kedua, peneliti memandang satuan lingual yang ditampilkan dalam kumpulan cerpen JMDK digunakan untuk merendahkan perempuan. Tuturan yang merendahkan perempuan yang dihadapi. Ketiga, peneliti menemukan beberapa tuturan tidak lazim yang digunakan untuk merendahkan perempuan. Keempat, sepanjang pengamatan peneliti, tuturan yang merendahkan perempuan digunakan penutur untuk mengekspresikan rasa tidak senang serta untuk menyatakan rasa ketidakpuasan terhadap situasi yang sedang dihadapi. Keempat alasan tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK.

  Tuturan-tuturan yang merendahkan perempuan dianalisis berdasarkan satuan lingualnya. Contoh tuturan yang merendahkan perempuan yang berbentuk kata adalah:

  (1) Sebagian orang menganggap saya munafik. Sebagian lagi menganggap

  saya pembual. Sebagian lagi menganggap saya sok gagah. Menganggap saya sakit jiwa, sebagian lagi menganggap saya murahan! Padahal saya tidak pernah merasa munafik. Tidak pernah merasa membual. Tidak pernah merasa sok gagah. Tidak pernah merasa sakit jiwa. Tidak pernah merasa murahan!

  (“SDMSO” halaman 73) Tututran pembual bermaksud merendahkan karena sebagian orang menilai bahwa hubungan yang sedang dijalani tokoh saya bukanlah hubungan pertemanan biasa, melainkan hubungan berpacaran. Sebagian orang menganggap tokoh saya adalah pembual karena perkataanya bersifat omong kosong. Terbukti pada teks bahwa yang dikatakan tokoh saya adalah omong kosong: “ Kepada merekalah saya sering menumpahkan apa yang saya rasakan.

  Kepada merekalah saya meminta bantuan. Tidak hanya sebatas perhatian dan waktu tapi juga dari segi financial. Kalau saya butuh uang, saya bilang. Kalau saya mau ganti ponsel model terbaru, saya beritahu. Kalau saya bosan mobil van dan ingin ganti sedan, saya mobil jarang sekali saya gunakan. Kalau saya dapat undangan pesta dan perlu gaun malam lengkap dengan perhiasan, saya utarakan.” (“SDMSO” halaman 76)

  “ Saya menikmati kebersamaan kami. Menikmati setiap detail manis yang kami alami. Makan malam dibawah kucuran sinar rembulan dan kerdap lilin di atas meja. Percakapan yang mengasyikkan penuh canda tawa. Sentuhan halus di rambut saya. Kecupan mesra di kedua mata, hidung, pipi, dan bibir yang berlanjut dengan ciuman panas membara lantas berakhir dengan rapat tubuh kamiyang basah berkeringat di atas tempat tidur kamar hotel, di taman hotel, di dalam mobil, di toilet umum, di dalam elevator, di atas meja kantor, atau di dalam kamar karaoke. Saat-saat yang begitu melelahkan sekaligus menyenangkan.”

  (“SDMSO” halaman 77) Tokoh saya beranggapan, hubungan yang sedang ia jalani bersama teman laki-lakinya hanyalah hubungan pertemanan biasa. Terbukti pada pernyataan tokoh

  saya

  di bawah ini: “Sebagian lagi menganggap saya pembual setiap kali mengatakan kalau saya bilang hubungan kami hanya sebatas pertemanan.”

  (“SdMSO”halaman 78) Contoh tuturan yang merendahkan perempuan yang berbentuk kalimat adalah:

  (2)Saya heran. Bisa juga seonggok daging itu hamil. Padahal saya hanya

menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun karena

  kasihan. Juga dengan ritual, terlebih dahulu minum ginseng supaya ereksi. Juga dengan catatan, lampu harus mati dan mata terpejam. Karena saya sudah terbiasa melihat dan menikmati keindahan. Tubuh tinggi semampai. Kaki belalang. Rambut panjang. Leher panjang. Pinggang bak gitar. Dan buah dada besar. Ah...seperti apakah bentuknya nanti setelah melahirkan?

  (“JMDK” halaman 8) Tuturan ini bernilai rasa merendahkan, dituturkan oleh tokoh suami yang menganggap istrinya sebagai onggokan daging. Seonggok daging yang dimaksud yang ditujukan pada seorang perempuan yang memiliki kondisi fisik buruk. Tuturan tersebut muncul karena rasa tidak puas si suami terhadap kondisi fisik istrinya yang semakin tua dan tidak menarik lagi, tetapi masih bisa hamil padahal ia merasa jarang sekali berhubungan seks dengan istrinya. Tokoh suami menganggap istrinya sebagai

  

onggokan daging karena terbiasa melihat dan menikmati perempuan dengan kondisi

tubuh yang memuaskan dibandingkan dengan istrinya.

  Contoh tuturan yang merendahkan perempuan dianalisis berdasarkan referennya. Contoh tuturan yang merendahkan perempuan yang memiliki referen binatang adalah:

   (3)Anjing Kusta

  ”Mungkin jika bukan karena saya tergeletak tak berdaya dan diperlakukan bagai anjing kusta, saya hampir beralih dari apa yang selama ini saya percayai dan nikmati dengan hati lapang.”

  ( “Saya Di Mata Sebagian Orang” halaman 83 ) Tuturan di atas memiliki referen binatang yang dipandang tidak baik baik fisik maupun sifatnya. Secara rinci yakni binatang yang dipandang najis, haram, dan menjijikan yakni tuturan anjing kusta. Referen anjing kusta adalah seorang perempuan yang sedang mengidap penyakit HIV.

  Masyarakat mempunyai peranan dalam membentuk pandangan bahwa dalam keluarga suami atau laki-laki kedudukannya selalu di atas. Apabila terjadi kesalahan- kesalahan tertentu, pihak perempuan patut disalahkan. Peranan masyarakat tersebut nampak jelas pada tuturan-tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan pergi. Kalau tidak, aura mesum ibumu bisa mempengaruhimu.” Kutipan cerpen “Menyusu Ayah” tersebut menggambarkan posisi laki-laki yang dominan dalam keluarga, akibatnya selalu perempuan yang menjadi korban. Tuturan tersebut menyudutkan perempuan karena memposisikan perempuan (Ibu) sebagai pembawa pengaruh buruk bagi anak walaupun tuduhan tersebut belum tentu benar. Tuturan tersebut memiliki referen profesi yang mengacu pada jasa pelayanan seksual yang dapat dijadikan sebagai tuturan yang merendahkan perempuan.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

  1.2.1 Satuan lingual apa sajakah yang digunakan untuk merendahkan perempuan

  dalam kumpulan cerpen JMDK ?

  1.2.2 Apa saja referen tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan

  cerpen JMDK ?

1.3 Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

  1.3.1 Mendeskripsikan satuan lingual yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK .

  1.3.2 Mendeskripsikan referen tuturan yang merendahkan perempuan dalam

1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang bentuk-bentuk tuturan dan referen tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK. Dalam skripsi ini, dikemukakan, (1) empat bentuk satuan lingual, yakni tuturan yang merendahkan permpuan berbentuk kata, tuturan yang merendahkan perempuan berbentuk frasa, tuturan yang merendahkan permpuan berbentuk kalimat, tuturan yang merendahkan perempuan berbentuk paragraf, (2) ditemukan sebelas referen tuturan yang merendahkan perempuan, yakni sifat, bosan, profesi, nilai, benda, binatang, ukuran, pengandaian, keadaan, aktivitas, bagian tubuh.

  Dari uraian hasil penelitian di atas, bentuk tuturan yang merendahkan perempuan dan referennya saling berhubungan dalam menentukan makna tuturan yang merendahkan perempuan. Penelitian ini memberi tiga manfaat teoritis bagi perkembangan kajian sosiolinguistik, pragmatik, dan studi gaya bahasa. Bagi perkembangan kajian sosiolinguistik, dalam masyarakat ada tuturan-tuturan yang merendahkan perempuan yang berbentuk kata, farsa, kalimat, dan paragraf. Bagi perkembangan kajian pragmatik, dalam masyarakat disetiap tuturan yang ada dalam kumpulan cerpen JMDK mempunyai maksud-maksud yang merendahkan perempuan.

  Bagi perkembangan gaya bahasa, penelitian ini memperluas khazanah gaya bahasa yang dapat digunakan untuk merendahkan perempuan. Manfaat praktis yang ada dalam hasil penelitian ini adalah memberikan pandangan baru kepada masyarakat, khususnya secara psikologis orang menjadi takut, tertekan, merasa tidak percaya diri karena tuturan-tuturan tertentu yang dirasa merendahkan.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Laporan penelitiannya yang berjudul “Deferensiasi Linguistik Berdasarkan Gender dalam Teks Sastra Inggris”, karya Sunardi (2007) membahas dua teks cerpen, “ The Yellow Wallpaper” dan “ Rose For Emily” mengungkapkan bahwa dalam keseluruhan karya sastra yang diteliti mengangkat persoalan-persoalan gender baik berupa kekerasan, dominasi, kontrol, subordinasi, diskriminasi dan represi ataupun kesenjangan peran yang dialami oleh tokoh wanita. Dalam artikelnya Sunardi membahas tiga hal, yaitu (1) representasi gender dalam cerpen, (2) pola-pola penggunaan bahasa laki-laki dan perempuan, dan (3) perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan.

  Skripsi yang berjudul “ Makian dalam Bahasa Melayu Palembang : Studi tentang Bentuk, Referen, dan Konteks Sosiokulturalnya” , karya Purnama (2008) membahas bentuk-bentuk makian, referen makian, dan konteks sosiokultural makian. Dalam skripsinya Purnama berhasil mengumpulkan (1) empat bentuk makian, yakni makian bentuk kata, frase, klausa, dan kalimat minor, (2) sembilan makian referen yakni keadaan, sifat, etnis, binatang, makhluk halus, benda, bagian tubuh, aktifitas, dan profesi, dan (3) konteks sosio kultural, yakni agama, adat, staus sosial, dan kondisi sosial.

  Prianto (1999), dalam skripsinya yang berjudul “ Jenis-jenis Kalimat dalam Tuturan Langsung Cerita Pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang” mendeskripsikan (1) tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat, (2) penggolongan tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari

  Hitam karya Iwan Simatupang.

  Sejauh yang peneliti cermati, topik tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK karya Djenar Maesa Ayu belum pernah diteliti, khususnya yang mengkaji deskripsi satuan lingual yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK yang menunjukan dominasi laki-laki dan deskripsi makna satuan lingual yang digunakan untuk merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK. Penelitian ini juga berkaitan dengan, nilai rasa tuturan yang berupa satuan lingual tertentu. Di samping itu, penelitian ini juga mengungkap referen yang diacu oleh tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK. Sejauh pengamatan peneliti, publikasi penelitian tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK belum pernah dijumpai dan bisa dibuktikan keasliannya.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Tuturan

  Tuturan adalah berlangsungnya atau terjadinya interaksi linguistik dalam satu ujaran atau lebih, yang melibatkan dua pihak, yakni penutur dan mitra tutur (pembicara dan pendengar) dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer, 1995:61). Tuturan adalah wacana yang menonjolkan rangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu (Kridalaksana,2009:248).

  Tuturan yang bermaksud merendahkan perempuan biasanya muncul akibat manusia tidak mau berterus terang terhadap situasi yang sedang dihadapinya. Dalam situasi inilah para pemakai bahasa memakai barbagai tuturan-tuturan berupa kata- kata kasar atau sindiran halus, untuk mengekspresikan berbagai bentuk ketidaksenangan, kebencian, ketidakpuasan terhadap situasi yang tengah dihadapinya. Bagi orang yang mengucapkannya hal ini merupakan bentuk ekspresi alat pembebasan dari segala bentuk situasi yang tidak mengenakkan tersebut, tetapi bagi orang yang terkena ucapan-ucapan tersebuthal itu dirasakan menyerang.

  Studi tentang tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulam cerpen

  

JMdK dalam ilmu makna erat kaitannya dengan masalah tabu. Kata ini memiliki

  makna ‘sesuatu yang dilarang’. Kata-kata tabu muncul sekurang-kurangnnya karena tiga hal, yakni adanya sesuatu yang menakutkan (taboo of fear), sesuatu yang tidak mengenakkan perasaan (taboo of delicacy), sesuatu yang tidak santun dan tidak

  Kutipan di atas menjadi landasan penulis dalam memahami tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK. Esensinya, peneliti memperoleh informasi perihal suatu maksud yang sebenarnya dibalik arti kiasan, misalnya tuturan anjing kusta memilki arti seorang perempuan yang mengidap penyakit HIV.

  Wijana dan Rohmadi (2006 : 9) mengutarakan, sehubungan dengan peristiwa tutur dan tindak tutur dalam sebuah wacana, maka penutur akan dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar bahasa, sebagaimana Dell Hymnes (1968) menandai terjadinya peristiwa tutur antara penutur dangan mitra tutur dipengaruhu oleh faktor-faktor berikut atau terkenal dengan SPEAKING. Kedelapan unsur tersebut antara lain, yaitu S (setting/scane) yaitu tempat bicara dan suasana pembicaraan, P (participant) yaitu pembicara, mitra bicara, dan pendengar, E (end) yaitu tujuan atau maksud pembicaraan, A (act) yaitu suatu peristiwa seorang penutur sedang melakukan pembicaraan (action), K (key) yaitu nada suara atau ragam bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan tuturannya, I (instrument) yaitu alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturannya, dan G (genre) yaitu jenis kegiatan dalam bentuk apa atau bagaimana.

1.6.2 Konteks

  Konteks adalah, (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait- pembicaran dan pendengar sehingga pendengar paham akan apa saja yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 2008:134).

  1.6.3 Kontekstual

  Makna konteksual (= contextual meaning, situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi. Misalnya pada situasi kedukaan akan digunakan leksem-leksem yang bermaksun ikut berdukacita, leksem-leksem yang menggambarkan rasa ikut belasungkawa. Makna leksem /lapar/ dalam kalimat, /waktu itu saya lapar/ , akan berbeda dengan makna leksem /lapar/ dalam kalimat / saya lapar bu, minta nasi /. Pada kalimat kedua, leksem /lapar/ ditambah dengan situasi yakni betul-betul lapar dan menginginkan nasi (Pateda, 1986:64).

  Wijana dan Rohmadi meyatakan, kontekstual dalam sosioslinguistik adalah sosiolingiustik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungnnya dengan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, karena di dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial. Oleh kerena itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu dipenaruhi oleh situasi dan kondisi di sekitarnya.

  1.6.4 Kata, Frasa, Kalimat dan Paragraf

  Kata adalah , (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas, (2)

  

rumah, datang, dsb.) atau gabungan morfem (mis. Pejuang, mengikuti, mahakuasa,

  dsb.) Dalam beberapa bahasa, a.l dalam B.Inggris, pola tekanan juga menandai kata, (3) satuan terkecil dalam sitaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dapat renggang; mis. gunung tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi nonpredikatif; konstruksi ini berbeda dengan gunung

  

itu tinggi yang bukan frase karena bersifat predikatif. Kalimat adalah, 1. satuan

  bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi finaldan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa, 2. klausa bebas yang menjadi bagian kongnitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan satu klausa atau merupakan gabungan klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal, seruan salam, dsb., 3. Sedangkan paragraf adalah, 1. satuan bahasa yang mengandung satu tema dan perkembangannya, 2. bagian wacana yang mengungkapkan pikiran atau hal tertentu yang lengkap tetapi masih berkaitan dangan isi seluruh wacana; dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan (Kamus Linguistik Edisi Keempat).

1.6.5 Referen

  Referen berarti unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa (misalnya benda yang kita sebut ’rumah’ adalah referen dari kata rumah).

  (Kridalaksana,2009:208). Dijelaskan oleh Chaer (1990:31), ”...dalam pembicaraan makna dari kata tersebut, serta benda atau hal yang dirujuk oleh makna yang berada di luar bahasa. Hubungan ketiganya tersebut disebut hubungan referensial.” Untuk memberi kejelasan tentang hubungan antara kata dengan konsep atau maknanya dan hal yang dirujuk, digambarkan pula oleh Chaer dalam bagan berikut.

  (b) konsep/ makna (referens)

  (a) kata/ leksem - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (c) sesuatu yang dirujuk ( referen )

  Bardasarkan kutipan di atas, penelitian ini juga akan membahas referen tuturan yang terdapat dalam kumpulan cerpen JMDK karya Djenar Maesa Ayu.

  Dalam konteks ini, penulis akan menggolongkan tuturan yang merendahkan perempuan berdasarakan satuan lingualnya – sesuatu yang berada di luar bahasa.

1.7 Metode Penelitian

  Data dikumpulkan lewat penyimakan naskah kumpulan cerpen JMDK karya Djenar Maesa Ayu tahun 2004, yang merupakan terbitan Gramedia pustaka Utama.

  Data yang diperoleh dari kumpulan cerpen tersebut berupa tuturan yang bermaksud merendahkan perempuan yang tidak lazim digunakan.

  Pada tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu mempelajari kumpulan cerpen JMDK. Data-data yang diperoleh dituliskan dalam kartu data yang kemudian diklasifikasikan menurut satuan lingual dan referennya.

  Data yang dicatat dalam kartu data adalah berbagai macam bentuk tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK.

  Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:13), metode padan adalah metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial. Metode padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan tuturan-tuturan yang bermaksud merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK. Metode padan referensial dilaksanakan dengan alat penentunya berupa referen. Referen bahasa adalah segala sesuatu di luar bahasa, seperti tindakan, peristiwa dan keadaan di luar bahasa. Penerapan metode padan referensial ada pada bab III, berisi tentang penggolongan tuturan sesuai referennya, yakni: sifat, bosan, profesi, nilai, ukuran, pengandaian, keadaan, aktivitas, benda, binatang, dan bagian tubuh. Selain itu, penulis juga melakukan analisis data dengan metode agih, yaitu metode penelitian yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya (Sudaryanto,1993;15). Teknik yang digunakan dari metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung atau yang sering disebut dengan teknik BUL. Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian Penerapan teknik BUL ada dalam bab II membagi satuan lingual tuturan yang merendahkan perempuan menjadi empat yakni, tuturan berbentuk kata, tuturan yang berbebtuk frasa, tuturan yang berbentuk kalimat, dan tuturan yang berbentuk paragraf. Teknik lanjutan dari penelitian ini menggunakan teknik baca markah yakni teknik analisis dengan cara ”membaca pemarkah” dalam suatu konstruksi. Istilah lain pemarkahan adalah penanda. Pemarkahan itu adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata atau konstruksi (lih. Kridalaksana, 2001:161).

  Hasil penelitian akan disajikan dengan metode penyajian informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993 : 145). Dalam penyajian ini, kaidah-kaidah yang disampaikan menggunakan kata-kata biasa sehingga dengan serta merta langsung dapat dipahami.

1.8 Sistematika Penyajian

  Hasil penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I adalah bab yang berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

  Bab dua berisi tentang uraian satuan lingual tuturan yang merendahkan perempuan berbentuk satuan lingual dalam kumpulan cerpen JMDK karya Djenar Maesa Ayu. Tuturan-tuturan tersebut selalu disertai konteks.

  Bab tiga berisi uraian referen tuturan yang merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK karya Djenar Maesa Ayu. Pada bab ini ditemukan sebelas referen tuturan yang merendahkan perempuan, yakni sifat, bosan, profesi, benda, binatang,ss nilai, ukuran, pengandaian, keadaan, aktivitas, dan bagian tubuh

  Bab empat berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan mengenai tuturan yang bermaksud merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK : mencakup studi bentuk dan referen. Dalam tahap bab ini, apa yang telah dideskripsikan pada bab-bab sebelumnya akan disimpulkan. Tujuannya agar terbentuk suatu kesimpulan yang mewakili seluruh isi penelitian. Saran berisi permasalahan sekitar tuturan yang bermaksud merendahkan perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK yang belum dipecahkan untuk dapat dijadikan objek penelitian selanjutnya.

BAB II SATUAN LINGUAL TUTURAN YANG BERMAKSUD MERENDAHKAN PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN KELAMINMU) KARYA DJENAR MAESA AYU Pada bab ini dibahas bentuk satuan lingual tuturan yang merendahkan

  perempuan dalam kumpulan cerpen JMDK. Tuturan , dalam kumpulan cerpen JMDK dibedakan menjadi empat satuan lingual, yaitu tuturan yang merendahkan perempuan berbentuk kata, tuturan yang merendahkan perempuan berbentuk frasa, tuturan yang merendahkan perempuan berbentuk kalimat, dan tuturan yang merendahkan perempuan berbentuk pragraf.

2.1 Tuturan yang Merendahkan Perempuan Berbentuk Kata

1. Tuturan Berbentuk Kata, “Munafik” “ Sebagian orang menganggap saya munafik.”

  (“SDMSO” halaman 73) Terdapat pula tuturan seperti berikut dalam cerpen (SMSO:78),

  “Sebagian orang menganggap saya munafik karena tidak mengakui kalau saya tidak punya pacar.” Kata munafik merupakan tuturan yang bermaksud merendahkan perempuan dapat dibuktikan melalui pernyataan-pernyataan yang diutarakan oleh tokoh saya. Seperti pernyataan tokoh saya dalam cerpen (SDMSO:74),

  “Saya katakan ke banyak orang kalau saya tidak punya pacar.” Pernyataan tokoh saya di atas sangat bertolak belakang dengan pernyataan yang kembali dilontarkan oleh tokoh saya sendiri dalam kutipan cerpen SDMSO halaman

  “ Kepada merekalah saya sering menumpahkan apa yang saya rasakan. Kepada merekalah saya meminta bantuan. Tidak hanya sebatas perhatian dan waktu tapi juga dari segi financial. Kalau saya butuh uang, saya bilang. Kalau saya mau ganti ponsel model terbaru, saya beritahu. Kalau saya bosan mobil van dan ingin ganti sedan, saya pesan. Padahal karena banyak yang setia menjemput dan mengantar, mobil jarang sekali saya gunakan. Kalau saya dapat undangan pesta dan perlu gaun malam lengkap dengan perhiasan, saya utarakan.”

  (“SDMSO” halaman 76) “ Saya menikmati kebersamaan kami. Menikmati setiap detail manis yang kami alami. Makan malam dibawah kucuran sinar rembulan dan kerdap lilin di atas meja. Percakapan yang mengasyikkan penuh canda tawa. Sentuhan halus di rambut saya. Kecupan mesra di kedua mata, hidung, pipi, dan bibir yang berlanjut dengan ciuman panas membara lantas berakhir dengan rapat tubuh kamiyang basah berkeringat di atas tempat tidur kamar hotel, di taman hotel, di dalam mobil, di toilet umum, di dalam elevator, di atas meja kantor, atau di dalam kamar karaoke. Saat-saat yang begitu melelahkan sekaligus menyenangkan.”

  (“SDMSO” halaman 77) Dari data-data yang diperoleh terlihat bahwa tuturan munafik bermaksud merendahkan perempuan yaitu tokoh saya. Kata munafik dipakai oleh sebagian

  

orang untuk mengungkapkan rasa tidak percaya mereka kepada tokoh saya karena

  perbuatan dan perkataanya bertolak belakang. Kata munafik digunakan oleh sebagian

  

orang untuk merendahkan tokoh saya yang selalu menyangkal anggapan sebagian

orang , bahwa tokoh saya tidak mempunyai pacar. Padahal, dalam kenyataannya

  tokoh saya adalah seorang perempuan yang memiliki banyak teman laki-laki. Tokoh

Dokumen yang terkait

REALITAS BUDAYA PEREMPUAN METROPOLITAN DALAM CERPEN (Analisis Semiotik Cerpen Karya Djenar Maesa Ayu Dengan Judul Jangan Mainmain(Dengan Kelaminmu), Moral, dan Staccato)

0 7 2

Kajian id, ego, dan superego dalam diri tokoh Nayla dan tokoh ibu dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu : sebuah kajian psikoanalisis.

6 23 77

Majas perbandingan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu.

1 35 108

Perempuan Dalam Kumpulan Cerpen Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu: Sebuah Pendekatan Kritik Sastra Feminis.

2 11 9

POLITIK TUBUH PEREMPUAN DALAM CERPEN (Analisis Wacana Sara Mills tentang Politik Tubuh Perempuan dalam Cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu Karya Djenar Maesa Ayu - UNS Institutional Repository

0 5 141

Penyebab dan tipe kenakalan tokoh nayla dalam novel nayla karya Djenar Maesa Ayu tinjauan psikologi sastra - USD Repository

0 0 85

Modernisasi pikiran dan tindakan perempuan dalam novel Maria dan Mariam karya Farahdiba : pendekatan kritik sastra feminis - USD Repository

0 2 79

Unsur intrinsik cerpen `monumen` karya NH. Dini dan implementasinya dalam pembelajaran cerpen di SMP kelas IX semester 1 - USD Repository

1 5 117

Analisis struktural kumpulan cerpen Meutia Sudah Henti Bertanya karya T.I. Thamrin dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA - USD Repository

0 8 415

Feminisme tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu - USD Repository

0 0 125