PENGARUH MEDIA TANAM DAN TINGKAT KEMASAKAN BUAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH SIRSAK (Annona muricata L.) - Repository utu

  

I. PENDAHULUAN

  I.1. Latar Belakang

  Sirsak (Annona muricata L.) berasal dari Amerika Utara dan menyebar ke daerah tropis serta berkembang di Suriname Amerika dan Venezuela. Buah sirsak dimakan segar apabila daging (exocarpnya) sudah lunak, warnanya putih dan lembut serta memiliki banyak biji yang berwarna hitam (Doijode 2001). Selain itu, sirsak dapat dijadikan bahan olahan untuk dodol, sirop dan produk kecantikan. Masyarakat Indonesia telah mengenal luas tanaman sirsak, tanaman ini dapat tumbuh di perkarangan. Pada awalnya, sirsak merupakan tanaman liar dan setelah dikembangkan lebih banyak sebagai tanaman pekarangan. Buah sirsak terdiri atas 67% daging buah yang bisa dimakan, 20% kulit, 8,5% biji, dan selebihnya berupa bagian tengah buah (Verheij dan Coronel, 1997). Ditambahkan Radi (1998), biji sirsak berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20 – 70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi.

  Benih sirsak akan kehilangan viabilitasnya setelah 210 hari simpan pada suhu kamarau 30 C (Doijode, 2001). Benih sirsak memiliki kulit yang tebal dan keras sehingga bersifat impermiabel terhadap air dangan sehingga menghambat perkecambahan. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapang yang optimum. Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih (Sadjad, 1993).

  Selama periode waktu tertentu sesudah panen, pada umumnya biji dari kebanyakan tanaman menghendaki beberapa syarat khusus untuk dapat memulai perkecambahan. Biji – biji ini pada umumnya akan berkecambah segera pada keadaan lingkungan yang hampirr bersamaan, akan tetapi biji dari tanaman tertentu terutama biji rumputan menghendaki keadaan lingkungan khusus untuk dapat berkecambah. Dalam dunia pertanian saat ini lekat sekali dengan penggunaan bahan kimia, baik sebagai pupuk maupun pestisida yang digunakan dalam pemupukan tanaman sirsak adalah media tanah dan pupuk anorganik tetapi para petani dilapangan hanya menggunakan petanaman benih secara tidak teratur. Padahal harga pupuk anorganik tidaklah murah selain itu penggunaan bahan kimia dapat menimbulkan dampak negatif seperti gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan. Pemberian pupuk organik telah diakui sebagai salah satu untuk mempertahankan kesuburan tanah karena dapat memperbaiki kondisi tanah.

  Dengan menggunakan bahan organik yang dicampur dengan tanah dan pasir dengan perbandingan tertentu diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan pembenihan sirsak dapat tumbuh dengan baik.

  Menurut Agoes (1994), untuk menghasilkan media tanam yang sesuai dengan perakaran tanaman maka perlu mengkombinasikan beberapa bahan dan disesuaikan dengan jenis tanaman. Penggunaan media tanam yang baik dan sesuai akan mempengaruhi lama waktu dan pertumbuhan tanaman. Untuk itu perlu dilakukan pelestarian dan budidaya tanaman sirsak, salah satu diantaranya melakukan pembibitan. Secara umum pembibitan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penanaman di lapangan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bibit selain faktor internal atau genetik juga faktor eksternal atau lingkungan tumbuh. Lingkungan tumbuh dapat berupa media tumbuh bibit. Media tumbuh yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan bibit. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara dan air yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup (Gardner dan Mitchell, 1991).

  Menurut Kuswanto (1996), penyemaian benih untuk tanaman tertentu harus dipilih media perkecambahan yang cocok agar kemampuan berkecambah benih menunjukkan kondisi benih sesungguhnya. Fungsi utama media perkecambahan adalah untuk memenuhi kebutuhan benih akan air dan unsur hara yang diperlukan selama proses perkecambahan dan pertumbuhan bibit.

  Kemampuan benih untuk menunda perkecambahan sampai waktu dan tempat yang tepat adalah mekanisme pertahanan hidup yang penting dalam tanaman. Dormansi benih diturunkan secara genetik, dan merupakan cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan benih. Lamanya (persistensi) dormansi dan mekanisme dormansi berbeda antar spesies, dan antar varietas. Penyimpanan benih di Indonesia umumnya bergantung pada iklim Indonesia yang tropis sehingga adanya perubahan suhu dan kelembaban. Sifat benih yaitu higrokopis yang berarti bahwa benih selalu berpengaruh kadar air awal benih terhadap benih sirsak 145 melakukan keseimbangan kadar air dengan kelembaban di sekitarnya. Secara fisik biji sirsak mempunyai kulit biji atau cangkang yang rapat tebal sehingga sulit ditembusi air pada proses insibusi, hal ini mangakibatkan lambatnya proses perkecambahan benih. Kamil (1979), menyatakan media tanah dan pasir merupakan media perkecambahan yang sering dipakai karena mudah didapat dan harga yang lebih murah. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang baik yaitu persemaian yang dilakukan pada media yang cocok sehingga diperoleh bibit yang sehat dengan pertumbuhan optimal.

  Penggunaan bahan organik yang dicampur dengan tanah dengan perbandingan tertentu diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit.

  Selain media tanam juga sangat dipengaruhi tingkat kemasakan buah yang sangat mendukung keberhasilan dan peningkatan pembibitan sirsak adalah tersedianya bibit yang berkualitas dan mampu tumbuh baik di lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga nilai viabilitas benih dan vigor kecambah saat penyimpanan dan perkecambahan. Justice dan Bass (2002), mengemukakan tingkat kemasakan buah dapat mempengaruhi viabilitas benih, benih yang berasal dari buah yang terlalu tua atau terlalu muda biasanya memiliki daya vigor rendah.

  Menurut Sadjad (1994) benih yang pasca masak fisiologis ditandai dengan rontoknya buah dari tangkai, daging buahnya lunak dan bijinya ada yang telah berkecambah). Benih yang dipanen sebelum masak fisiologis belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan keadaan embrio belum sempurna. Sedangkan yang masak fisiologis embrio telah terbentuk secara sempurna serta telah memiliki cadangan makanan yang cukup. Waktu panen dan cara pasca panen akan menentukan kualitas benih sebelum benih tersebut disimpan. Benih yang dipanen sebelum masak fisiologis dicapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi, bahkan pada beberapa tanaman benih yang demikian tidak akan berkecambah (Sutopo, 2002).

  Dari permasalahan yang telah diuraikan maka perlu dilakukan penelitian mengenai “ Pengaruh Media Tanam dan Tingkat Kemasakan Buah terhadap Viabilitas dan vigor benih sirsak” diperlukan sebagai solusi dalam permasalahan pengaruh media tanam pada benih sehingga dapat menghasilkan benih dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang dapat mencukupi bagi produksi sirsak di Indonesia.

  I.2. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh media tanam dan t terhadap tingkat kemasakan buah terhadap viabilitas dan vigor benih sirsak, serta nyata tidaknya kedua faktor tersebut.

  I.3. Hipotesis 1. Media tanam berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih sirsak.

  2. Tingkat kemasakan buah berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih sirsak.

  3. Terdapat interaksi antara pengaruh media tanam dan tingkat kemasakan buah terhadap viabilitas dan vigor benih sirsak.

  

II. TINJAUAN PUSTAKA

  II.1. Taksonomi Tanaman Sirsak (Annona muricata. L)

  II.1.1. Sistematika Tanaman

  Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona Spesies : Annona muricata (Haryanto, 2010)

2.1.2. Morfologi Tanaman Tanaman sirsak lebih menyerupai semak atau perdu dengan batang keras.

  Tinggi tanaman ini mencapai 5 m (Haryanto, 2010). sedangkan menurut Ikha (2010) tanaman sirsak bisa mencapai tinggi sampai 9 meter. Batang sirsak berwarna coklat, berkayu, bulat dan bercabang. Daun berbentuk telur atau lanset agak tebal dan agak kaku, pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian bawah mempunyai warna hjau kekuningan, ujung runcing, tepi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip atau tegak pada urat daun, panjang tangkai 5 mm. Panjang 6 – 18 cm, lebar 2 – 6 cm, aroma yang ditimbulkan daun berupa aroma tak sedap (Ikha, 2010).

2.1.3. Habitat Tanaman sirsak

  Tumbuhan ini dapat tumbuh disembarang tempat tetapi untuk memperoleh hasil buah yang banyak dan besar-besar, maka yang paling baik di tanam di tanah yang cukup mengandung air di Indonesia, sirsak tumbuh dengan baik pada daerah ketinggian kurang dari 1000 m dpl (Sunajo, 2006)

  2.1.4. Kandungan Kimia

  Secara umum daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, acetogenin, asimisin dan bulatacin (Annysa, 2010). Flavonoid dan alkaloid yaitu kerjanya sebagai anti bakteri (Robinson, 1995).

  2.1.5. Khasiat dan Kegunaan

  Seluruh bagian dari pohon sirsak dimanfaatkan dalam obat alami di daerah tropis, termasuk kulit, daun, akar, buah, dan biji buah. Sifat yang berbeda dan menggunakan diberikan ke bagian yang berbeda dari pohon. Umumnya, buah dan just buah diambil untuk cacing dan parasit, untuk demam dingin, sebagai

  

lactagogue (untuk meningkatkan ASI setelah melahirkan), dan sebagai zat untuk

  diare dan disentri, dan terutama pada daun sirsak untuk mengobati batuk, rematik, mual, luka dan kanker (Kandaswami & Middleton, 1997).

  Sirsak (Annona muricata L.) dengan nama lain nangka belanda (Jawa) atau durian belanda (Malaysia) yang berasal dari daratan Amerika yang beriklim tropis, pertama kali di introduksikan negara lain setelah Kolumbus menemukan benua Amerika, kemudian oleh orang-orang Spanyol dibawanya ke Pilliphina dan selanjutnya menyebar keseluruh negara yang beriklim tropis. Tanaman sirsak dapat tumbuh dengan baik sampai pada ketinggian 1000 m dari permukaan laut dan mampu berproduksi mulai dari umur kurang dari 1 tahun. Tanaman yang baik dapat menghasilkan buah antara 3040 buah pertahun pada umur sekitar 4 tahun dan produksi buah akan terus bertambah sejalan dengan pertambahan manusia sampai tanaman tidak produktif lagi. Tanaman sirsak dapat diperbanyak dengan biji dari buah yang terpilih dan cukup tua akan menghasilkan tanaman dengan cukup banyak dalam waktu yang singkat. Benih yang berasal dari biji dinilai baik karena memiliki akar tunjang sehingga cukup kuat, namun akan mengalami penyimpangan sifat dari pohon induknya. Syarat pohon induk yang akan diambil buahnya antara lain produktif, berasal dari varietas sunggul, memiliki pertumbuhan yang sehat dan minimal berumur lebih dari tiga tahun, bebas dari hama dan penyakit. Cara penyemain benih sirsak yaitu buah sirsak yang dipetik dari pohon induk dipilih yang besar, sehat dan kualitas bagus dibelah kemudian diam bijinya. Kemudian biji dipisahkan dari daging buahnya dicuci bersih dengan air. Biji yang sudah bersih kemudian dikering – anginkan (Zuhud dan Evrizal, 2011).

2.2. Media Tanam

  Media tumbuh yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan bibit. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara dan air yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup (Gardner at al., 1991).

  Menurut Kuswanto (1996), penyemaian benih untuk tanaman tertentu harus dipilih media perkecambahan yang cocok agar kemampuan berkecambah benih menunjukkan kondisi benih sesungguhnya. Fungsi utama media perkecambahan adalah untuk memenuhi kebutuhan benih akan air dan unsur hara yang diperlukan selama proses perkecambahan dan pertumbuhan bibit.

  Kamil (1979), menyatakan media tanah dan pasir merupakan media perkecambahan yang sering dipakai karena mudah didapat dan harga yang lebih murah. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang baik yaitu persemaian yang dilakukan pada media yang cocok sehingga diperoleh bibit yang sehat dengan pertumbuhan optimal. Penggunaan bahan organik yang dicampur dengan tanah dengan perbandingan tertentu diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan bibit.

  Penambahan bahan organik pada media tanam bibit memiliki peranan cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan bibit. Selain itu bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah, sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam penyediaan hara tanaman.

  Media tumbuh merupakan komponen utama untuk bercocok tanam. Media tumbuh yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tumbuh yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tumbuh harus dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menjamin ketersediaan unsur hara. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya tidak terlalu padat, sehingga dapat membantu pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu, juga mampu menyimpan air dan unsur hara secara baik, mempunyai aerasi yang baik, tidak menjadi sumber penyakit serta mudah didapat dengan harga yang relatif murah. Tanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam kehidupan di bumi ini, baik untuk bidang kehutanan, pertanian, perkebunan maupun bidang-bidang lainnya (Hardjowigeni, 1995).

  Sekam bakar dikenal sebagai campuran media yang cukup baik untuk mengalirkan air, sehingga media tetap terjaga kelembabannya. Namun selain arang, sekam juga punya kemampuan untuk menjernihkan air dan juga menghalang penyakit. Bahkan kandungan nitrogen yang dimilikinya, diyakini bisa meningkatkan kesuburan dari media tanaman. Kotoran ayam merupakan jenis pupuk organik yang berasal dari bahan-bahan organik. Pupuk ini biasanya digunakan sebagai pupuk dasar yaitu dicampurkan ke tanah pada saat masa tanam, meskipun hanya menyediakan unsur-unsur dalam jumlah sedikit tetapi pupuk ini sangat baik untuk memperbaiki sifat tanah menjadi gembur dan dapat ditembus akar dengan mudah serta dapat menyimpan udara atau air yang cukup (Intan, 1983).

  Septiyardi (2010), penggunaan sekam sebagai media tanam memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan abu sekam sebagai madia tanam lain. Tumbuhan tithonia atau dikenal sebagai bunga matahari Meksiko merupakan gulma famili asteraceae mudah tumbuh pada sembarangan tempat dan tanah yang selama ini belum dimanfaatkan. Hal ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan organik yang murah dan mudah didapat.

  Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo 2002). Benih yang telah masak fisiologis telah mencapai berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil 1986).

  Berat kering dan viabilitas benih akan mencapai titik maksimum ketika benih memasuki masak fisiologis, dan pada keadaan masak fisiologis ini benih memiliki vigor yang maksimum. Benih yang dipanen terlalu tua (telah lewat masak fisiologis) akan mengalami kebocoran metabolik yang lebih besar karena kerusakan membran yang terjadi juga lebih besar sehingga menghasilkan viabilitas benih yang rendah, yang pada akhirnya menghasilkan bibit yang kurang baik. Penentuan saat panen buah biasanya ditentukan berdasarkan atas perubahan warna kulit buah sehingga menentukan saat panen buah untuk menghasilkan benih berdasarkan warna buah menjadi penting (Delouche, 1983).

2.4. Vigor Benih

  Menurut Schmidt (2000), vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah sifat yag mengambarkan beberapa karakteristik yang berhubungan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain : a. Kecepatan dan keserempakan daya perkecambah dan pertumbuhan kecambah.

  b. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan c. Kemampuan benih untuk berecambah setelah mengalami penyimpanan Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yan tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatan sebagai “ kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman normal meskipun kekuatan biofisik lapangan kurang menguntungkan (sub optimal). Vigor dapat dibedakan atas : vigor benih, vigor kecambah, vigor bibit dan vigor tanaman (Sadjad, 1993).

2.5. Viabilitas

  Viabilitas benih merupakan kemampuan benih hidup, tumbuh dan berkembang (Justice dan Bass, 2002). Untuk mempertahankan viabilitas benih selama proses penyimpanan maka benih harus dikering anginkan terlebih dahulu sesuai sifat benih tersebut. Untuk jenis benih ortodoks benih dapat disimpan lama pada kadar air (sekitar 5 %) serta suhu dan kelembaban rendah. Akan tetapi ada jenis benih lain yang viabilitasnya menurun apabila disimpan pada kadar air dan suhu rendah. Benih yang mempunyai sifat seperti tersebut diatas tergolong benih rekalsitran (Panggabean, 1981). Jenis benih rekalsitran tidak dapat bertahan hidup pada pengeringan dibawah kadar air relative tinggi (20 – 50 %) dan tidak dapat disimpan untuk periode lama (Willan, 1985). Viabilitas benih atau daya hidup benih dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya berkecambah dan kekuatan tumbuh. Hal ini dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih atau gejala pertumbuhan. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mengukur gejala – gejala metabolisme atau secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh penting dari benih dalam suatu periode tertentu (Sutopo, 2002).

  Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing- masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 2002)

  Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Uji viabilitas dapat melalui indikasi langsung ataupun tidak lansung (Aryunis, 2009) benih mati adalah benih yang pada akhirnya pengujian tidak berkecambah tetapi bukan sebagai benih keras maupun benih segar. Biasanya benih mati lunak, warnanya memudar, dan sering kali bercendawan (Mugnisyah. 1994).

  Sadjad (1993) menyatakan bahwa periode simpan akan berpengaruh terhadap vigor benih, dimana penurunannya berpengaruh kadar air awal benih terhadap benih sirsak 15 dengan pertambahan waktu. Selain itu, dalam proses penyimpanan benih faktor kadar air juga sangat mempengaruhi, kadar air benih yang tinggi dapat meningkatkan laju kemunduran pada tempat penyimpanan.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

  3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Gampong Babah Lueng, Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya. Percobaan ini akan dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan Juli 2016.

  3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan

a. Benih

  Benih yang digunakan adalah benih sirsak varietas lokal (benih baru atau belum mengalami kemunduran) yang di peroleh dari Gampong Babah Lueng, Kecamatan Tripa, Kabupaten Nagan Raya. Jumlah benih yang digunakan setiap unit percobaan yaitu 25 benih per steoform (675 biji) dengan kualitas belum masak fisiologis, masak fisiologisnya dan lewat masak fisiologis.

  b. Media

  Media tanam yang digunakan adalah tanah berpasir, tanah liat serta pupuk kandang dan sekam yang diambil di Gampong Babah Lueng Kecamatan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya.

  c. Air aqua

  Air aqua yang digunakan adalah air aquades untuk perendaman benih sirsak sebelum di tanam pada media tanam yang disediakan.

3.2.2. Alat

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah perkecambahan (steroform) plastik dengan diameter 20 cm dan tinggi 12 cm sebanyak 36 buah,

  15 gelas ukur, kertas label, hand spayer, pengaris, alat tulis menulis, kereta sorong (grek), ayakan pasir, ember, saringan, pinset dan cangkul.

3.3. Rancangan Percobaan

  Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor tersebut terdiri dari 2 faktor meliputi :

  1. Faktor pengaruh media tanam (M) terdiri dari 3 taraf, yaitu : M = Tanah berpasir + pupuk kandang

  1 M 2 = Tanah liat + pupuk kandang

  M

  3 = Tanah liat + sekam padi

  2. Faktor pengaruh tingkat kemasakan buah (T) terdiri dari 3 taraf, yaitu : T = Sebelum masak fisiologis

  1 T 2 = Masak fisiologis

  T = Lewat masak fisiologis

3 Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka

  terdapat 27 unit percobaan.Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Faktor Pengaruh Media Tanam dan Tingkat Kemasakan Buah

  Perlakuan No Perlakuan

  Pengaruh Media Tingkat Kemasakan Buah Tanah berpasir + pupuk kandang

  1 M T Sebelum Masak Fisiologis

  1

  1 Tanah berpasir + pupuk kandang

  2 M T Masak Fisiologis

  1

  2 Tanah berpasir + pupuk kandang

  3 M T Lewat Masak Fisiologis

  1

  3 Tanah liat + Pupuk Kandang

  4 M T Sebelum Masak Fisiologis

  2

  1 Tanah liat + Pupuk Kandang

  5 M T Masak Fisiologis

  2

  2 Tanah liat + Pupuk Kandang

  6 M T Lewat Masak Fisiologis

  2

  3 Tanah liat + sekam

  7 M T Sebelum Masak Fisiologis

  3

  1 Tanah liat + sekam

  8 M T Masak Fisiologis

  3

  2 Tanah liat + sekam

  9 M T Lewat Masak Fisiologis

  3

  3

  • T
  • (MT) ij +

  = pengaruh faktor Media tanam(M) taraf ke-i (I = 1,2 dan 3) T

  

r

  2 KTacak

  √

  Apabila hasil uji F ternyata berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjutan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil), pada tingkat peluang 0,05 % yaitu : BNT (0,05) = ( t ; db acak) x

  ɛ ij = Jumlah percobaan dari faktor M taraf ke- i dan faktor T taraf ke- j ulangan ke- d.

  Tingkat kemasakan benih (T) taraf ke-j

  = Pengaruh faktor Tingkat kemasakan benih(T) taraf ke-j ( j = 1,2 dan 3) (MT) ij = Pengaruh interaksi antara Media (M) taraf ke- i dengan faktor

  j

  i

  16 Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y

  µ = rata-rata umum M

  = hasil pengamatan dari faktor pengaruh media (M) taraf ke - i, faktor lama perendaman (T), taraf ke – j.

  ij

  Ket : Y

  ɛ ij

  j

  i

  = µ + M

  ij

  Ket : KTg = Kuadrat Tengah galat t = diperoleh dari table t 0,05 db galat = derajat bebas galat r = ulangan

  17

3.4. Pelaksanaan Penelitian

  1. Persiapan Benih

  Benih diambil dari buah sirsak yang telah masak fisiologis, mengkal dan lewat masak fisiologis. Daging buah yang telah berubah bentuk sisik buah nya dan sudah agak coklat mengkilat. Benih yang diambil dipilih dari buah yang besar. Benih yang berukuran seragam yang digunakan sebagai benih untuk semai.

  2. Persiapan Media

  Tanah sebagai media dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan ayakan sebanyak satu kali ayak. Lalu tanah dan pupuk kandang dicampur dengan perbandingan 2 : 1. Masing – masing media kecambah dimasukkan kedalam wadah perkecambahan dengan diameter 20 cm dan tingginya 12 cm.

  3. Tingkat Kemasakan Benih

  Benih - benih yang telah dipersiapkan adalah benih yang sebelum masak fisiologis, masak fisiologis dan lewat masak fisiologis benih yang sudah dipisahkan sesuai dengan perlakuan selajutnya direndam dengan menggunakan aquades dengan masing – masing sebanyak unit disediakan benih sebanyak 25 benih sirsak.

  4. Perkecambahan benih

  Benih – benih yang telah diperlakukan kemudian dikecambahkan di dalam wadah dengan media sesuai dengan perlakuan sebanyak 25 benih setiap perlakuan dan diletakkan pada tempat yang telah diberikan naungan (atap).

  5 . Pemeliharaan

  Benih – benih yang telah berkecambahkan selanjutnya dilakukan pemeliharaan dengan membersihkan dari gulama dan Penyiraman dilakukan

  18 setiap hari (bila tidak ada hujan), pagi hari pada jam 07 : 30 WIB, disiram dengan menggunakan handsprayer.

3.5. Pengamatan

  1. Potensi Tumbuh (PT)

  Potensi tumbuh dihitung berdasarkan jumlah benih yang menunjukan gejala tumbuh pada pengamatan hari ke-30 dan dinyatakan dalam persen. Potensi tumbuh ditandai dengan munculnya plumula menembus kulit benih dan dihitung dengan rumus :

  Jumlah Benih yang MenunjukanGejalaTumbuh

  PT =

  X 100 % Jumlah Benih yang Disemai

  2. Daya Berkecambah ( DB)

  Kriteria kecambah, akar panjang dan tegak berserabu, epikotil batang tumbuh baik. Daya kecambah diamati dengan benih-benih yang berkecambah normal dan dilakukan perhitungan pada hari ke 25 (pengamatan I) dan hari ke 30 pengamatan II setelah semai dinyatakan dalam persen. Daya berkecambah dihitung dengan rumus :

  Jumlah KN Pengamatan I +Jumlah KN Pengamatan II

  DB =

  X 100 % JumlahBenihyangDisemai

  3. Kecepatan Tumbuh (KcT)

  Benih yang telah dikecambahkan diamati jumlah benih yang berkecambah normal setiap hari sampai hari ke 30 pengamatan dan dinyatakan dalam persen per etmal. Perhitungan kecepatan tumbuh digunakan rumus :

  N 1 N 1 N n

  • KcT = + ……

  D1 D2 N n

  Ket : N1 – Nn = Persentase Kecambah normal pada hari ke 1,2….n

  19 setelah Semai D1 – Dn = Jumlah hari ke 1, 2.....n setelah semai (etmal)

  4. Keserempakan Tumbuh (KsT)

  Perhitungan keserempakan tumbuh dilakukan terhadap perkecambahan normal kuat dengan rumus sebagai berikut : Data hasil diantara pengamatan I dan pengamatan ke II.

  Kecambah Normal Kuat

  KsT = X 100 %

  Benih yang Ditanam

  5. Vigor Kecambah (VK)

  Uji vigor kecambah digunakan untuk mengetahui kemampuan benih tumbuh normal dengan baik dan memiliki struktur kecambah normal. Uji vigor kecambah dapat dihitung dengan mengunakan rumus :

  Jumlah Kecambah yang Vigor Kuat

  VK = x 100%

  Jumlah Benih yang Disemai