STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR'AN - Test Repository

STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR

  FIZHILALIL QUR’AN SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

  JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2 0 0 9

  

D E K L A R A S I

Bismillahirrahmanirraim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, September 2009 Penulis

  HERU MULYANTO N IM : 111 05 036

  D r. H . M u h . S a e r o z i, M .A g D o sen ST A IN S alatiga N O T A P E M B IM B IN G

  Lamp : 3 Eksemplar Hal : Naskah skripsi Kepada Yth.

  Sdr. Heru Mulyanto Ketua STAIN Salatiga di SALATIGA

  Assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Heru Mulyanto NIM : 11105 036

  Program Studi: Pendidikan Agama Islam ( PA I) Judul : STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID QUTHUB

  DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR’AN Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.

  Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu'alaikum Wr. Wb

  Salatiga, 28 Agustus 2009 Pembimbing

  C Dr. H. M uh. S a e r o zi. M .A g

  NEP. 19660215 199103 1 001

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : E-mail: administrasi @stainsalatiga.ac.id

P E N G E S A H A N K E L U L U S A N

  Skripsi saudara HERU M ULYANTO dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 05 036 yang berjudul “ STR A TEG I P E N D ID IK A N TAUH ID SA Y Y ID

  Q U TH B D A L A M TA FSIR FI Z H IL A L IL Q U R 'A N “,

  telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (.STAIN) Salatiga pada tanggal 12 September 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I).

  Salatiga, 12 September 2009 M

  22 Ramadhan 1430 H Dewan Penguji

  Dr. H, M uh. S a e r o z i. M ,A g

  NIP. 19660215 199103 1 001

  

MOTTO

Sekarang Atau tidak Sama Sekali

Aku adalah segalanya, tapi dibalik segalanya

m asih ada Dia pem ilik segalanya

  

Melakukan sesuatu hal yang kita anggap benar

bukan berarti kebenaran itu menjadi hukum

pembenar bagi orang lain. Karena kebenaran itu

adalah sesuatu yang kita yakini dan kita lakukan

sendiri, bukan untuk di kekalkan.

Kesatuan antara dzikir fikir dan amal shaleh

menjadi cerminan seseorang untuk memberikan

tanda pada dirinya sendiri

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu yang selalu menyayangi dan kusayangi.

  Beliau berdua yang telah mengorbankan banyak hal untuk kebutuhan hidupku. Baik perasaan maupun materi. Sampai berakhirnya masa study Strataku. Tidak pernah menghaangiku untuk menemukan hal baru yaitu melakukan proses pencarian pengetahuan di luar study sampai mereka kehilangan jejak prosesku. Namun akan bertemu pada rasa kasih sayang dan perhatian sampai kapanpun.

  2. Kakakku Tri Puji Rahayu dan adikku Dhanik Andri Astuti dan kedua jagoan mungilnya: Zulfa dan Z aky.

  3. Keluarga besar dan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Joko Tingkir, Cabang Kota Salatiga dan Koordinator Cabang Jawa

  Tengah yang selalu menemani proses berpengetahuan dan berelasi untuk memaknai kenyataan.

  4. Lembaga intra kampus; Racana Nagasandhi, Mapala Mitapasa, dan LDK Darul Amal yang pernah kusinggahi untuk menyalurkan kehausan minat berorganisasi

  3. Sahabat-sahabati setiaku yang tanpa kuperhatikan tetap saja memberikan apa yang dimiliki

  6. Semua orang yang pernah aku sakiti dan aku repoti perasaan, tenaga, dan pikiran dalam hal apapun baik disengaja maupun tidak.

  7. Khusus teruntuk istriku tercinta RAPID DARAJATI yang berani membuat keputusan untuk beijuang bersamaku dalam kehidupan ini. Yang memberiku kebahagiaan dengan ketulusan dan kasih sayangnya.

  8. Untuk buah hatiku Najwa Syaakira Balqis yang menjadi penyemangat hidupku.

KATA PENGANTAR

  4 4 1 jvuu

  Assalamu'alaikum wr. wb Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kenikmatan yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul "STRATEGI PENDIDIKAN SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FIZHILALIL QUR’AN".

  Mengingat kemampuan penulis masih belum sempurna, maka di dalam penyusunan skripsi ini mungkin akan ditemui banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan dan saran- saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

  Adapun yang menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam dalam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya skripsi ini perkenankanlah penulis menghanturkan rasa terima kasih terutama kepada yang terhormat:

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Dr. H. M. Saerozi, M.Ag, selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik

  3. Drs. Fathurrahman. M.Pd selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam.

  4. Dr. H. M. Saerozi, M.Ag, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

  5. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  6. Bapak, -vu dan istri terkasih yang selalu mendoakanku

  7. Sahabat-Sahabatku tersayang yang selalu menjadi inspirator dalam setiap langkah k'-a

  8. Kakak adikku tercinta 9. Keluarga besar %$<P yang telah membantu menyelesaikan tulisan skripsi saya.

  Akh^nya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua

  amal baik bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan yan<3 berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta ridho dari-Nya. Amin.

  Wassalamir' alaikum wr. wb Salatiga, September 2009

  Penulis Heru M u Ivan to

  NIM : 111 05 036

  

DAFTAR ISI

H ALAM AN JUD UL ..........................................................................

  

D E K L A R A S I.......................................................................................... i

ii NO TA P E M B IM B IN G ........................................................................

  

P E N G E S A H A N ........................... ................. ........................................ iii

M O T O ___________________________________________________ iv

P E R S E M B A H A N .......................... ............................ .......................... v

K ATA P E N G A N T A R _____________________________________ vii

D A FTA R ISI •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ix

B A B I : PENDA H U LU AN ••••••••••••«••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••a**

  1 A. Latar Belakang M asalah ______________________

  1 B. Fokus P en elitian ______ •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••a

  6 C. Rum usan M a sa la h ____________________________

  6 D. Tuj uan ..........................................._________ ..........

  6 E. Hasil P e n e litia n ..............................................................

  7 F. Telaah Pustaka ........... ..................................................

  7 G. M etode P e n e litia n .........................................................

  8 H. Sistem atika Penulisan S k r ip s i...................................

  10 BA B I I : BIO GRAFI SAYYID Q U T H B .........................................

  11 A. B io g r a fi.............................................................................

  11 B. Setting Sosio K u ltu r a l..................................................

  16 C. Tafsir Fi ZhUalil Qur ’an ..............................................

  22

1. Latar Belakang Penulisan .................................

  23

2. Struktur Tafsir dan C iri-cirin ya......................

  25 BA B III: AY A T-A Y A T STRATEGI PENDIDIKAN TA UH ID

  27 A. Pengertian Strategi Pendidikan T a u h id .................

  27 B. Ayat-ayat Strategi Pendidikan Tauhid.....................

  32

  

  

  C. K arakteristik Strategi Pendidikan Tauhid Sayyid Q uthb.... 60

  

  

  

  

  

   LAMPIRAN-LAMPIRAN

  1 B A B I

  

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Memasuki abad ke-21 ini, umat Islam belum beranjak dari tidur panjangnya. Umat Islam masih menjadi obyek tidak berdaya dari kekuatan global kapitalisme. Umat yang banyak tetapi tidak begitu bermakna dalam dinamika perubahan dunia karena peran sejarah mereka yang kurang diperhitungkan. Sebuah ironi memilukan yang teijadi sejak empat abad silam. Setelah kekuasaan Turki Usmani runtuh pada abad ke-17, Islam dan umatnya benar-benar terpuruk secara sosial, politik, dan militer. Kelumpuhan secara intelektual telah menyebabkan mereka selama waktu yang panjang menjadi tawanan sejarah. Mereka teijajah, hanya satu dua negara muslim saja yang bebas dari penjajahan, itu pun kondisinya sangat terbelakang.1

  Kini umat Islam identik dengan kebodohan, kemunduran, keterbelakangan, dan kemiskinan. Kondisi obyektif tidak memungkiri pendapat ini. Mayoritas negara-negara berkembang yang berpenduduk Islam adalah negara-negara miskin dan terbelakang dengan tingkat kesejahteraan dan income per kapita yang di bawah standar. Belum lagi sebagian besar mereka masih dikuasai oleh penguasa-penguasa otoriter setelah

  2 terbentuknya negara-negara bangsa (nation state). Lembaga-lembaga internasional yang diharapkan menjadi wadah kekuatan negara-negara Islam seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI) masih terlalu lemah untuk menunjukkan taringnya di hadapan dunia Barat. Persaudaraan intern umat menjadi hancur oleh berbagai kepentingan sempit dan permusuhan.

  Selain itu, Islam bahkan menjadi ikon dari kekerasan dan terorisme. Fenomena runtunnya gedung kembar WTC dan penyerangan Amerika ke Afganistan menggambarkan stigma ini. Sayangnya, stigma ini terlanjur diamini oleh banyak kalangan, termasuk dunia Islam sendiri. Dengan demikian, lengkaplah penderitaan sebuah umat yang dilahirkan Muhammad berabad-abad silam.

  Dalam kondisi inilah, kemudian banyak kalangan gerakan dan intelektual Islam yang mencoba membangun kembali semangat yang pernah hilang. Semangat dan cita-cita untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Semangat ini coba digali lagi dari kekuatan tauhid. Doktrin tauhid yang menjadi ruh kekuatan Islam tidak pernah hilang dari perjalanan sejarah, walaupun aktualisasinya dalam dimensi kehidupan tidak selalu menjadi kenyataan. Dengan kata lain, kepercayaan kepada ke-Esa-an Allah belum tentu terkait dengan perilaku umat dalam kiprah kesejarahannya. Padahal, pada zaman Rasulullah (610 - 632 M) tauhid menjadi senjata yang hebat dalam menancapkan pilar-pilar kesejarahan Islam.2

  

‘ Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2003, him. 19

  3 Pendidikan tauhid harus diberikan mendahului pendidikan disiplin ilmu yang lain. Bahkan, pendidikan tauhid seharusnya mendasari pendidikan ilmu pasti, ilmu sosial dan politik, sains dan teknologi, ilmu ekonomi, biologi, olahraga, dan sebagainya. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, dan moral sesuai kemampuan dan martabat manusia.3

  Para pelaku pendidikan semestinya juga bisa menjadikan pendidikan tauhid sebagai dasar untuk menjalankan setiap ragam kurikulum pendidikan.

  Pendidikan tauhid, haruslah menyentuh unsur kognisi (pengetahuan) anak didik untuk mempercayai tentang kesempurnaan dan keesaan Allah SWT.

  Selain itu, pendidikan tauhid juga seharusnya menyentuh aspek afeksi (sikap), sehingga setiap anak didik bisa melakukan pengabdian kepada Allah SWT.4 Pendidikan tauhid seharusnya juga menyentuh unsur keterampilan.

  Keterampilan berbasis tauhid menuntun seorang anak didik menjadi bisa berterima kasih kepada orang tuanya, senang melakukan kebaikan, rajin, serta disiplin mendirikan shalat, dan sebagainya. Singkatnya, keterampilan tersebut akan mengarahkan anak didik untuk menjalankan segala kebaikan dan menjauhi segala keburukan. Agar pendidikan tauhid itu beijalan efektif dan tidak menyimpang, sebaiknya dilakukan dengan metode yang benar lagi tepat.

  

3 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta,

1992, him. 55

4 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, Erlangga, Jakarta, 2005, him. 249

  4 Sayyid Quthb (1960-1966) dikenal sebagai kritikus sastra, novelis, penyair, pemikir Islam, aktivis Mesir paling terkenal pada abad ke-20, dan tokoh gerakan Ikhvvanul Muslimin. Sebagai tokoh pemikir muslim, ia dapat disejajarkan dengan pemikir Turki, Badi’uzzaman Sa’id Nursi (1873-1960); pemikir Pakistan, Abui A’la Maududi (1903-1979); pemikir Iran, Ali Syariati (1933-1977).5 Ia disebut sebagai salah seorang perintis zaman baru Islam dan syuhada kebangkitan Islam.6 7

  Pengaruh Sayyid Quthb menyebar ke seluruh penjuru dunia Islam melalui tulisan-tulisannya, yang banyak mengilhami mantan anggota dan simpatisan Ikhvvanul Muslimin. Pengaruh Sayyid Quthb semakin besar ketika dia mati di tiang gantungan. Hal itu pula yang membuat tulisannya menjadi penting.' Pengaruh Quthb terjadi karena Sayyid Quthb menyerukan agar ada rekonstruksi dan regenerasi spiritual, agar setiap orang memperhatikan keshalihan imannya dan memperhatikan keselarasan antara iman dan perilaku hidup.8

  Menurut Quthb konsep dasar pendidikan Islam yang pertama adalah tauhid beserta pengertian tentang hakikat dan sifat-sifat Allah. Kebiasaan untuk bertauhid perlu ditanamkan agar anak-anak didik dalam langkah ke depan menyadari bahwa Allah maha kuasa, dan karena kemahakuasaan Allah itu,

  5 Muhammad Chirzin, Jihad Menurut Sayyid Quthb Dalam Tafsir Zhilal, Era Intermedia, Solo, 2001, him. 9

  6 Charles Tripp, Para Perintis Zaman Baru Islam, Terj. Ilyas Hasan, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, him. 175

  7 Ibid., him. 176

  8 Ibid, him. 179

  5 hanya Aliahlah yang patut disembah. 9 Dengan kebiaasaan bertauhid akan tumbuh generasi yang sadar sifat ilahiah.

  Menurut Sayyid Outhb. bermacam-macam dan berwarna-warna kemusyrikan di lakukan oleh orang-orang yang mengaku mentauhidkan Allah dan menyerahkan diri kepada-Nya. Manusia saat ini membuat berhala-berhala yang mereka namakan dengan ”uang”, ”atasan”,”budaya” dan sebagainya, yang tidak lebih sebagai berhala-berhala yang tidak bertubuh seperti berhala- berhala tradisional yang dibuat oleh para penyembah berhala.10 Sesungguhnya yang berubah hanyalah patung-patung dan berhalanya saja, sebagaimana syiar-syiar dan upacara-upacaranya mengalami pembaruan. Sedangkan sifat kemusyrikan dan hakikatnya tetap berada di balik bentuk-bentuk dan syiar- syiar yang berubah itu.11

  Berdasarkan hal di atas, dan begitu besarnya perhatian dan usaha yang dicurahkan Sayyid Qutb untuk menampilkan dan mengembalikan ajaran Islam ke Tauhid yang mumi. Maka, penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang berjudul “KONSEP STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID

  QUTHBDALAM TAFSIR FIZHILALIL QUR’A N ” him. 55 9 Op. Cit.

10 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur 'an, Terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Press.

  Jakarta, 2001, jilid V, him. 76 " Ibid., him. 77

  6 B. Fokus Penelitiaan

  Fokus penelitian ini adalah tentang strategi pendidikan Tauhid dalam

  Tafsir F i Zhilalil Qur ’an,

  yaitu strategi Sayyid Quthb membuat masyarakat muslim sadar bahwa Tauhid adalah fondasi bagi kehidupan umat manusia terutama dalam bidang pendidikan.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasar dari latar belakang di atas, maka dapat di ambil beberapa pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut, antara lain :

  1. Bagaimana biografi intelektual dan sosio-kultur Sayyid Quthb ?

  2. Bagaimana konsep strategi pendidikan tauhid Sayyid Quthb dalam tafsir

  F i Zhilalil Qur ’an ?

  3. Bagaimana relevansi konsep strategi pendidikan tauhid tersebut dalam pendidikan Islam ?

  D. Tujuan

  Dengan mengungkapkan uraian diatas, maka tujuan penulisan skripsi ini ad alah :

  1. Mengetahui sosok Sayyid Quthb, mulai dari biografi Intelektual sampai latar belakang sosio-kultumya.

  2. Menegetahui konsep strategi pendidikan tauhid Sayyid Quthb dalam tafsir F i Zhilalil Qur 'an.

  3. Mengetahui implementasi konsep strategi pendidikan tauhid dalam pendidikan Islam

  7

E. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan informasi dan dapat memperkaya cakrawala tentang pemikiran konsep strategi pendidikan tauhid yang relevan demgan derap zaman.

  F. Telaah Pustaka

  Penulis belum menemukan tulisan yang secara khusus membahas dan mengupas secara komperhensip tentang strategi pendidikan Tauhid menurut Sayyid Quthb. Sejauh yang penulis ketahui, kajian tentang pemikiran Sayyid

  Quthb sendiri telah di diangkat sebagai disertasi oleh M. Chirzin12 1 3 tetapi dengan sudut pandang yang lain.

  Hal yang perlu dicatat adalah, penelitian tentang pemikiran Sayyid Quthb yang di paparkan di sini merupakan penelitian yang hanya difokuskan pada “Konsep strategi pendidikan tauhid Sayyid Quthb Dalam Tafsir F i

  Zhilalil Q u r’an".

  G. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Library Reseach, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan.

  8

  Obyek penelitian digali lewat beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen).13

  2. Sumber Data Sumber-sumber yang di pergunakan penulis dalam penelitian ini tidak langsung memakai tulisan asli Sayyid Quthb dengan menggunakan bahasa asli, tetapi mengunakan data berbahasa Indonesia yang diperoleh dari teijemahan pemikiran Sayyid Quthb.

  Adapun sampel ayat yang digunakan penulis adalah Al Baqarah

  ayat 255, surat Ali Imran ayat 6 dan 26, surat Al An ’am ayat IS, 56, 161, 163, 164 dan 165, surat Yunus ayat 32, 104-105, surat An Nahl ayat 51, surat Taha ayat 28, surat AN-Naml ayat 26, surat Ar-Rum ayat 30, surat

Az Zumar ayat 14, surat Ass-Sahffat ayat 4, Az-Zukhruf ayat 82

  dan 84,

  At-Taqabun ayat 13, surat Al Kafirun ayat 1-6, dan A l Ikhlas ayat 1-4.

  Penulis juga mengambil sumber tulisan penunjang yang temanya sama dengan tema yang penulis angkat. Adapun sumber tersebut adalah : a) Sayyid Quthb, Fikih Pergerakan Sayyid Quthb, Aku Wariskan Untuk

  Kalian

  A1

  3

  14

  b) K. Salim Bahnasawi, Butir-Butir Pemikiran Sayyid Quthb ,15

  13 Mestika Zed. Metodologi Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, him. 86

  14 Uswah. Yogyakarta. 2008.

  15 Gema Insani, Jakarta, 2003.

  9

  3. Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis mengunakan analisis isi, Content

  Analysis,

  yaitu analis terhadap makna yang terkandung dalam gagasan Sayyid Quthb, termasuk bagimana ide gagasan itu muncul, dan apa yang melatar belakangi ide itu dimunculkan. Analisis ini juga bertumpu pada metode analisis Deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan masalah yang sedang di bahas secara teratur mengenai seluruh konsepsi pandangan tokoh yang bersangkutan.16 Metode ini digunakan sebagai pendekatan untuk menguraikan dan melukiskan pandangan tokoh tersebut dan untuk menjelaskan suatu fakta (pandangan), yaitu benar atau salah, Analisis ini bertolak pada Hermenuetika, yaitu bagaimana mecari penjelasan, arti, makna teks (nash) dalam rangka memahami jalan pikiran pengarang atau sesuatu yang disebut dalam teks.17

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skrpsi ini, maka di susunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai b erik u t: BAB I : Bab ini merupakan bab pembuka, atau bab pendahuluan.

  Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, telaah pustaka, fokus

  10 BAB n

  penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  : Dalam bab ini membahas tentang riwayat hidup Sayyid Quthb, yang meliputi biografi Sayyid Quthb, setting sosio­ kultural, pendidikan Sayyid Quthb dan karir akademik, karya-karya tulisan sehingga memunculkan pendidikan Tauhid.

BAB III BAB IV BAB V

  : Bab tiga ini membahas pengertian Strategi Pendidikan, Tauhid dan ayat-ayat Al Qur’an tentang Strategi pendidikan tauhid dalam Tafsir Fi Zhilal Qur an.

  : Pada bab ini membahas bagaimana implementasi pemikiran Sayyid Quthb dalam strategi pendidikan tauhid, untuk mengantisipasi budaya jahiliah modem yang ada dalam masyarakat, guna mewujudkan masyarakat yang ideal menurut Islam

  : Bab ini merupakan bab terakhir, yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan penutup

  11 BAB n

  

BIOGRAFI SAYID QUTHB

DAN LATAR BELAKANG SOSIO-KULTURAL

PEMIKIRANNYA

A. Biografi

  Sayyid Quthb (1906-1966) lahir di Musha,Asyut, Mesir. Putra Ibrahim Husain Sadhili. Bentuk tubuhnya kecil, kulitnya hitam, dan bicaranya lembut.

  Oleh teman-teman sezamannya ia dikenal sangat sensitif, serius, dan mengutamakan persoalan, tanpa rasa humor. Kesuraman dan kerumitan yang dihadapinya, menjadi faktor yang membuatnya lebih peka terhadap apa yang dialaminya. Ia seorang tokoh yang mempunyai bakat-bakat intuitif. Ia di nilai oleh Charles Tripp sebagai salah seorang penulis kontemporer yang terus terang, apresiasi alqurannya estetis, ramah dengan masyarakat seputarnya di mesir, serta mempunyai pengalaman langsung atas kerusakan selama dua tahun tinggal di amerika serikat.1

  Sayyid Quthb hidup di Mesir ketika perbedaan pikiran dan debat di lingkungan kerajaan tunduk kepada pemikiran Nasserisme. Ia menyaksikan pergantian gerakan untuk bebas dari kendali Inggris, juga debat dan konflik di kalangan orang Mesir mengenai masa depan negeri mereka sendiri. Pada

  12 sekitar tahun 1930 dan 1940, ia terlibat dalam debat mengenai upaya perbaikan kondisi masyarakat Mesir. Fokus diskusinya banyak berada di seputar pertanyaan : apa yang sebenarnya perlu di ubah untuk mewujudkan perbaikan yang diperlukan? Charles Tripp mengidentifikasikan Quthb sebagai seorang moralis dalam memasuki debat tersebut, la mencela kemorosotan moral orang-orang di seputar dirinya dan berusaha memahami penyebab kemerosotan tersebut, serta mendesak agar lebih menyadari norma akhlak yang dikaitkan dengan kehidupan yang baik.2 *

  Pada saat yang sama ia terpengaruh kecenderungan umum untuk mengkaji ulang tema-tema Islam yang pada waktu itu merupakan tema-tema di kalangan terpelajar Mesir. Kajiannya atas tamsil yang digunakan dalam Al- Qur’an menunjukan suatu upaya untuk kembali kepada warisan Islam secara eksplisit. Pada masa tersebut moralisasi Sayyid Quthb berdasar pada akhlak Islam, pada periode 1960-an, ia mengembangkan gagasan tentang perlunya revolusi total. Seperti di nyatakan Sagiv, Sayyid Quthb memulai kariernya sebagai seorang pengarang dan dan jurnalis sekuler. Selama 1940-an ia mulai berubah arah dan menulis sejumlah buku tentang penafsiran Al-Qur'an.J

  Pada tahun 1929, ia menempuh kuliah di Dar Al-Ulum dan memperoleh gelar sarjana muda pendidikan pada tahun 1933. ialu bekerja sebagai pengawas sekolah pada Departemen Pendidikan. Sayyid Quthb banyak dipengaruhi pemikiran Abbas Mahmud Al-Aqqad yang cenderung

  Ibid., him. 156 J Ibid., him. 30

  13 pada pendekatan Barat. Ia sangat berminat pada sastra Inggris dan segala sesuatu yang dapat diperolehnya dalam bentuk terjemahan.4

  Pada tahun 1949 ia mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat untuk memperdalam pengetahuanya di bidang pendidikan selama 2 tahun, yakni di Wilson’s Teacher’s College di Washington, Grelly College di Colorado dan Stanford University di California. Di sana ia menyaksikan dukungan yang begitu luas pers Amerika untuk Israel. Ini menimbulkan kepahitan pada

  Sayyid Quthb dan tidak dapat disembunyikan untuk selama-lamanya. Selain mengunjungi beberapa kota besar di Amerika Serikat, ia sempat pula berkunjung ke Inggris, Swiss dan Italia. Pengalaman di Amerika serikat memperluas wawasan pemikirannya mengenai problema-problema sosial kemasyarakatan yang di timbulkan oleh paham materialisme yang gersang dari roh ketuhanan. Quthb semakin yakin bahwa hanya Islam yang sanggup menyelamatkan manusia dari paham materialisme, sehingga terlepas dari cengkeraman materi yang tak pernah terpuaskan.5

  Sayyid Quthb kembali dari Amerika Serikat saat berkembang krisis politik di Mesir yang kemudian menyebabkan teijadinya kudeta militer pada Juli 1952. Sayyid Quthb menjadi sangat anti AS dan anti Barat. Ia meniadi salah seorang pendukung pemberontakan Nasser, tetapi akhirnya berbalik menentangnya ketika Nasser mulai menyiksa orang-orang ikhwan. Di bawah pengaruh karya-karya pemikir Islam dari pakistan, Al-Maududi, Sayyid Quthb menjadi lebih ekstrem, sampai pada tingkat mengutuk masyarakat secara

4 Ibid., him. 31

  5 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur'an. Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008, him. 182

  14

  keseluruhan dengan menyebutnya Jahiliah Jadidah atau jahiliah modem. Ia secara terbuka dan jujur menyerukan perlunya perubahan radikal dalam kehidupan Islam. Intisari pemikirannya tercermin dalam bukunya M a’alim

  fith-Thariq yang kemudian tak ubahnya sumpah setia bagi sejumlah organisasi

  Islam militan.6 Pada tahun 1953, Sayyid Quthb mulai bergabung dengan Jama’ah Al- Ikhwan Al-Muslimun, sampai tahun wafatnya di tiang gantungan tahun 1966.

  Rentang masa itu sangat penting baginya karena itu ia pernah mengatakan bahwa tahun 1951 adalah tahun kelahirannya. Sayyid Quthb bergabung bersama Al-Ikhwan Al-Muslmun, dua tahun selah wafatnya Imam Hassan al- Banna yang merupakan pendiri Al-Ikhwan pada tahun 1949. Mereka tidak pernah bertemu muka, meski dilahirkan di tahun yang sama 1906, dan dididik di tempat yang sama, di Darul Ulum.7

  Pada 13 Januari 1954, Revolusi Mesir melarang Al-Ikhwan Al- Muslimun. Para pimpinannya ditangkap karena dituduh sedang kudeta. Tanpa bukti yang jelas, tujuh orang pimpinan tertinggi Al-Ikhwan dijatuhi hukuman mati, termasuk Hasan Hudhaibi, Abdul Qadir Audah dan Syeikh Muhammad Farghaii, ketua sukarelawan Mujahidin Ikhwan al-Muslimin di dalam Perang Suez 1948. Tetapi hukuman terhadap Hasan Hudhaibi dirubah menjadi penjara seumur hidup dan Sayyid Quthb dihukum penjara lima belas tahun dengan kerja berat.8

  6 Ibid., him. 33

  7 K. Salim Bahsanawi, Butir-Butir Pemikiran Sayyid Quthb Menuju Pembaruan Gerakan Islam, Gema Insani, Jakarta, 2003, him. 18-19

  8 Ibid., him. 36

  15

  Pada tahun 1964, Sayyid Quthb telah dibebaskan atas permintaan pribadi Abdul Salam Arif, Presiden Iraq. Tapi Pemerintahan Revolusi Mesir belum menerima pembebasan tersebut. Setelah Presiden Abdul Salam A rif meninggal dalam satu musibah pesawat udara, Quthb ditangkap lagi pada tahun berikutnya. Alasannya adalah karena Quthb dituduh kembali merancang kudeta. Selain itu, Mahkamah Revolusi merujuk pada buku-buku Sayyid Quthb terutama Maalim Fi At Thariiq, yang mendasari pernyataan seruan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang tidak berdasarkan Syari’at Allah.9

  Pagi hari Senin, 29 Agustus 1966, Sayyid Quthb digantung bersama- sama sahabat seperjuangannya, Muhamad Yusuf Hawwash dan Abdul Fatah Ismail. Sejak saat itu Sayyid Quthb dikenal sebagai syuhada bagi kebangkitan

  Islam.10

B. Setting Sosio-Kultural Pemikirannya

  Sejak zaman kuno, 4.000 tahun SM, Mesir telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dengan potensi geografis dan budayanya, ketika masuk ke dalam wilayah Islam, Mesir segera menjadi daerah yang mempunyai peranan penting dalam sejarah perkembangan Islam, baik pada zaman pra modem maupun pada zaman modem. Peranan yang dimainkan Mesir dalam sejarah perkembangan Islam tampak dalam berbagai bidang, misalnya bidang

  16 politik berupa perluasangan daerah Islam, bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan."

  Pada masa pemerintahan Dinasti Fathimiyah (909-11710), Kairo telah menjadi pusat intelektual muslim dan kegiatan ilmiah dunia Islam. Di sana berdiri universitas tertua di dunia, Universitas Al-Azhar pada 22 juni 972. Universitas tersebut mempunyai peranan penting dalam sejarah peradaban Islam. Hingga kini universitas trsebut menjadi pusat pendidikan Islam dan pertemuan puluhan ribu mahasiswa muslim yang dating dari seluruh dunia.1

  1 Islam masuk ke daerah Mesir pada masa khalifah Umar Bin Khatab, dibawah pimpinan Amr Bin Ash yang menjadi gubernur di sana pada 632-669 M. Pada masa selanjutnya Mesir secara berturut-turut diperintah oleh dinasti Ummayah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Tulun (868-905), Dinasti Ikhsyd (935- 969), Dinasti Fathimiyah (909-1171), Dinasti Ayyubiyah (1174-1250) yang ditandai dengan Perang Salib (1096-1273), dan Dinasti Mamluk (1250-1517).

  12

  Pada masa sesudahnya Mesir menjadi bagian dari kerajaan Turki Ustmani (1517-1917).13

  Periode modem Mesir, tahun 1800 dan seterusnya merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Mesir jatuh ketangan Barat dibawah pimpinan Napoleon dari Prancis pada tahun 22 juli 1798. Napoleon datang ke Mesir selain membawa tentara, juga membawa 500 kaum sipil dan 500 wanita.

  Diantara mereka terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan,

  

11 Muhammad Chirzin, Jihad Menurut Sayyid Quthh Dalam Tafsir Zhilal, Era

Intermedia, Solo, 2001, him. 19

  12 Ibid, him. 20

  13 Ibid, him. 21

  17

  dilengkapi dengan seperangkat alat percetakan. Peristiwa itu menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi, yang merupakan ancaman bagi

  Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan kembali mutu dan kekuatan umat Islam. Pada periode modem inilah timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam.14

  Gerakan pembaharuan itu dimulai sejak pemerintahan Muhammad Ali Pasya (1765-1849), mantan perwira keturunan Turki kelahiran Yunani, yang merebut kekuasaan dari kaum Mamluk pada saat kekosongan kekuasan politik sepeninggal Prancis tahun 1801. la mengangkat dirinya sebagai Pasya yang baru pada tahun 1805. Muhammad Ali Pasya mengadakan usaha alih ilmu pengetahuan dan teknologi dari Barat ke Mesir. Untuk itu ia mengirim sejumlah mahasiswa untuk belajar di Prancis. Setelah kembali ke Mesir mereka menjadi guru di berbagai universitas, terutama di Universitas Al-

  Azhar. Dengan demikian, pada masa-masa selanjutnya menyebarlah ilmu-ilmu tersebut keberbagai derah Islam.15 Ia membuka sekolah militer di Mesir pada tahun 1815, sekolah teknik pada tahun 1816, dan sekolah kedokteran pada tahun 1867. Guru-gurunya di datangkan dari Barat. Buku-buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa arab untuk keperluan studi. Untuk itu didirikan sekolah penerjemahan pada tahun

  1836.16 dari penerjemahan buku-buku eropa itu, orang-orang Mesir mulai mengenal negara-negara Barat. Beberapa tahun kemudian sekolah tersebut di

  '4 Ibid., him 21

  15 Ibid, him 22

  16 Ibid., him 21

  18 serahkan kepemimpinannya kepada Rifa’ah At-Tahtawi, seorang ulama Al-

  Azhar yang pernah belajar di Paris, yang di kemudian hari banyak berpengaruh dalam penyebaran ide-ide Barat di Mesir.17 Masuknya napoleon ke Mesir pada 1798 menyadarkan umat Islam akan kebudayaannya. Pada masa selanjutnya kesadaran itu memunculkan gagasan- gagasan besar bagi para pemikir dan pemimpin umat Islam, khususnya di Mesir. Patriotisme Mesir di pelopori oleh At-Tahtawi (1801-1873) yang berpendirian bahwa Mesir dan negara-negara lain akan dapat maju bila berada di bawah penguasa negara sendiri, bukan dibawah tangan orang asing. Mutu patriotisme bukan saja menuntut orang agar berusaha memperoleh haknya yang layak dari tanah airnya, tetapi juga menunut agar ia melaksanakan kewajibannya terhadap tanah airnya itu. Jika seorang putra tanah air tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya berarti ia telah kehilangan hak-haknya sebagai warga negara.18

  Tahtawi pergi ke Paris pada 1826 dan mulai merenungkan apa yang dilihatnya di sana, serta apa yang seharusnya dilakukan untuk”membudayakan” orang-orang Mesir. Ia berusaha sungguh-sungguh untuk menjelaskan dunia baru yang ia saksikan. Ia melihat bahwa organisasi politik dan ekonomi, rasa cinta kepada tanah air, dan kesadaran sebagai anggota masyarakat, serta ilmu pengetahuan adalah kunci kemajuan eropa.19

  Nasionalisme Mesir dipelopori oleh Mustafa Kamil(1874) yang mendirikan Partai Hizb Wathan untuk memperjuangkan kemerdekaan Mesir

  17 Ibid., him 22

  18 Ibid., him 23

  19 Ibid., him 23

  19 dari kekuasaan Inggris. Terbentuknya partai tersebut adalah atas usaha AI- Afghani. Slogan ’’Mesir untuk Mesir” mulai terdengar. Tujuan partai tersebut selanjutnya ialah mempetjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, dan pemasukan unsur Mesir kedalam posisi-posisi militer. Dari Mesir lahirlah nasionalisme arab yang dipelopori oleh Gamal Abdul Nasser.

  Pada tahun 1982, Inggris campur tangan dalam ppemerintahan Mesir. Antara 1914-1922 Mesir menjadi protektorat Inggris. Berkat perjuangan Partai

  Wafd yang dipimpin Sa’ad Zaghlul, Mesir diberi kemerdekaan bersyarat oleh Inggris pada tahun 1922 dengan Fuad I sebagai raja konstitusional yang pertama dan Sa’ad Zaghlul diangkat sebagai perdana menteri.20

  Selama pemerintahan kerajaan Turki Ustmani atas Mesir (1517-1918), kebudayaan di sana mengalami kemunduran, karena penguasa berkeyakinan bahwa menuntut ilmu filsafat, ilmu bumi, ilmu pasti, dan ilmu-ilmu yang bertalian dengan itu menyebabkan kemurtadan. Perubahan kearah kebudayaan dan pendidikan hingga Mesir menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia Islam tidak lepas dari jasa Jamaluddin Al-Afghani (1837-1897) dan muridnya Muhammad Abduh (1849-1905). Al Afgani-lah yang membangkitkan gerakan berpikir di Mesir sehingga negara ini dapat mencapai kemajuan. Gema gagasan beliau beserta murid-muridnya menggetarkan dunia Islam secara keseluruhan. Revolusi ilmu pengetahuan Islam di dunia Islam berlangsung melalui para mahasiswa dari pelosok dunia Isium yang meneruskan studi di Universitas Al-Azhar dan universitas-universitas lainnya. Hal ini di tunjang

20 Ibid ., him 24

  20 oleh media cetak yang menerbitkan buku-buku keagamaan karya ulama dan pemikir-pemikir terkemuka baik klasik maupun modem.21

  Jamaluddin Al Afghani meletakkan titik balik saat ia berkelana dari india ke Mesir dalam usahanya membangkitkan umat Islam dan membela diri dari tindakan-tindakan imperialisme dengan cara menyatukan kekuatan sebagai bangsa-bangsa yang berdiri sendiri, atau sebagai bangsa muslim, dalam rangka memperoleh kembali kekuasaan dan harga diri mereka yang hilang. Jamaluddin al afghani memelopori gerakan untuk kembali kepada Islam, yang langsung menyentuh perasaan kelompok tradisional selama itu. Ia berpendapat, bahwa Islam pernah jaya dan bisa menjadi jaya kembali, jika tidak membiarkan eropa menginjak-injak umat Islam. Karena itu umat Islam harus melawan, sebab mereka sanggup melawan. Cara untuk melawan adalah dengan mengadakan reformasi. Dengan reformasi, setiap negara muslim menjadi kuat dan bersatu dalam konfederasi atau federasi pan-lslam yag merdeka. Jamaluddin layak disebut bapak nasionalisme Islam modem, pencetus gerakan pan-Islamisme dan penganjur utama gerakan pembaharuan Islam. Dia menyebarluaskan hampir seluruh sikap dan tema yang menyangkut kepentingan umat Islam di kalangan para pejuang muslim sejak 1900 hingga kini. Dengan bekal ilmu yang mendalam dan dedikasi yang mantap, ia membacakan kembali sejarah Islam untuk mendapatkan sesuatu yang tersembunyi di masa-masa silam, yang secara rasional telah ditelusuri oleh Barat. Ia mengaku bahwa apa yan dilakukan Barat adalah akibat kontak Barat 21 Ibid., him 23

  21 dengan Islam. Karena itu, tidak ada permasalahan untuk bisa menjadi modern dan sekaligus menjadi muslim.22

  Di bawah seruan murid-murid Al Afghani seperti Muhammad Abduh (1849-1905) dan Rasyi Ridha (1865-1935), serta gerakan salafiyah dengan majalah pembaharunya Al-Manar, mencuatya kembali doktrin-doktrin klasik

  Islam sebagai dasar pembaharuan politik, hukum dan intelektual Islam.23 Dalam rentang waktu antara 1860 sampai dengan 1914, sekurangnya terdapat tiga tipe nasionalisme yang muncul di Mesir. Pertama, nasionalisme yang di dasarkan pada persamaan agama. Kedua nasionalisme yang di dasarkan pada persamaan bangsa dan bahasa. Ketiga nasionalisme yang didasarkan atas persamaan tempat dan teritorial. Tipe nasionalisme terakhir ini yang mula-mula dominan dan mulai tahun 1870 nasionalisme ini dengan upaya memisahkan diri dari kekhalifahan Turki menjadi lebih dominan. Perkembangan lebih lanjut, ketika Mesir jatuh ketangan kolonialisme Inggris pada tahun 1882, nasionalisme keagamaan menjadi lebih dominan lagi, berupa ketaatan Mesir kepada kesultanan Turki untuk mendapatkan perlindungan dari cengkeraman Inggris.24

  Sejak abad kesembilan belas, Mesir telah mengikuti arah sekularisasi yang semakin luas, mulai dari pemerintahan Muhammad Ali (1805-1849) dan berlanjut melalui revolusi perwira bebas 23 juli 1952 yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Mohammad Naquih panglima perang dalam pemerintahan Raja Farouk, yang menyebabkan raja turun tahta. Mesir kemudian menjadi

  22 Ibid., him 26

  23 Ibid., him. 26

  24 Ibid., him. 27

  22

  republik pada 18 juni 1953 dengan Naquib sebagai presiden merangkap perdana menteri sampai november 1954, dan di ganti Nasser. Pada tahun- tahun pertama sesudah revolusi, nasionalisme Mesir kian melaju menempuh jalan sekuler. Sesudah tahun 1955, Nasser berusaha menyatukan rakyat Mesir di belakangnya, sekaligus memperkukuh kedudukannya sebagai juru bicara dunia arab. Untuk itu ia memperluas nasionalisme Mesir menjadi nasionalisme arab, yang berakar pada kesamaan arab atau masa lalu yang Islami. Nasionalisme nasser memberikan pengertian, identitas dan solidaritas bersama yang menjadi titik tolak persatuan arab. Dalam situasi Mesir modem demikianlah Sayyid Quthb hidup dan berjihad menegakkan cita -cita Islam.25

C. Tafsir Fi Zhilalil Quran

  Karya terpenting Sayid Quthb adalah Tafsir Fi Zhilalil Quran dan telah diteijemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul ‘7« the Shade o f The

  Q ur'an”.

  Tafsir ini oleh beberapa ulama dikategorikan ke dalam tafsir yang berorientasi sastra, budaya dan kemasyarakatan. Ciri tafsir yang berorientasi sastra, budaya dan kemyarakatan - yakni satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit- penyakit atau masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat Al- Qur’an dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah di mengerti tapi indah didengar.26

  23 Ditulis dalam rentang waktu antara 1952-1965. Sayyid Quthb sempat