PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

Oleh

Dwi Septi Anggraini

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo, ditunjukkan hanya 9 siswa (42,85%) dari 21 siswa yang tuntas dengan KKM ≥ 66. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, dilaksanakan sebanyak dua siklus. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar siswa. Teknik analisis data dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 56,66% dengan kategori “cukup aktif” meningkat sebesar (18,57%) menjadi 75,23% dengan kategori “aktif” pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 68,33 dengan kategori “tinggi” meningkat sebesar (8,05) menjadi 76,38 dengan kategori

“tinggi” pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I 57,14% dengan kategori “sedang” meningkat pada siklus II sebesar (23,82%) menjadi 80,96% dengan kategori “sangat tinggi”.


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

Oleh :

DWI SEPTI ANGGRAINI

Skripsi

Sebagai Salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 8 September 1992. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Wartoyo dan Ibu Susi Wati. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 3 Metro Pusat, Kota Metro tahun 2006. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Muhammadiyah 1 Metro pada tahun 2009. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA N 1 Metro pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.


(7)

i PERSEMBAHAN

Bissmillahhirahmannirrahim, puji syukur kehadirat Allah SWT karena ridho dan rahmat serta nikmat-Nya akan ku persembahkan karya sederhana ini untuk:

 Ayahanda Wartoyo dan ibunda Susi Wati tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil demi keberhasilan studi penulis.

 Kakakku Agung Saputra dan adikku Nevi Meina Sari tercinta yang selalu memberikan doa, semangat dan keceriaan selama ini.

 Bapak dan ibu dosen yang tercinta selalu memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagiku terutama dosen pembimbing dan pembahas yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan yang luar biasa.

 Seseorang yang selalu bersabar menghadapiku, menemani dalam suka dan duka, serta tak henti memberikan semangat untukku.

 Untuk teman dan sahabat-sahabatku yang telah melalui masa-masa susah, senang, sedih, duka, lara, serta suka cita bersama.


(8)

MOTTO

“Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada umatnya

melebihi batas kemampuan manusia itu sendiri” (Q.S Al-Baqarah: 286)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah

untuk mencoba karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan

untuk berhasil dalam meraih kemenangan

dan cita-cita”


(9)

i SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IVB SD Negeri 2

Bumiharjo”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M. S., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan studi di Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung memberikan kemudahan dalam meyelesaikan skripsi.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., ketua Program Studi S1 PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi. 5. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., Koordinator kampus B FKIP Universitas

Lampung dan sebagai pembahas yang telah membirikan masukan, kritik dan saran dalam proses penyempurnaan skripsi ini.


(10)

ii 6. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., Dosen Pembimbing Akademik sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan ilmu, saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis sampai skripsi ini terwujud.

7. Bapak Dr. Alben Ambartita, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan ilmu, saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis sampai skripsi ini terwujud.

8. Bapak/ibu dosen dan Staf Karyawan Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Metro, yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini. 9. Ibu Sri Hartati, S. Pd., Kepala Sekolah SD Negeri 2 Bumiharjo yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 2 Bumiharjo. 10. Ibu Endang Pinasti, S. Pd., guru kelas IVB dan teman sejawat dalam

melaksanakan penelitian ini yang telah membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh guru dan Staf SD Negeri 2 Bumiharjo yang telah memberikan kemudahan dan masukan kepada penulis.

12. Seluruh siswa Kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

13. Terimakasih untuk kedua orang tua dan keluarga besar tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang demi keberhasilan studi penulis.

14. Teman-teman terdekatku Nanda Pratiwi, Riyani Cahyanti, Fitri Handayani Deni Wahyu Prasetio dan Ellingga Sofiya Natasari terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini semoga kita semua menjadi guru yang prefesional. 15. Rekan-rekan S1 PGSD angakatan 2011 khususnya kelas B, yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah dan terimakasih atas kebersamaan serta dukungan yang diberikan selama ini.


(11)

iii Penulis menyadari bahwa skripsi ini kemungkinan masih terdapat kesalahan baik dari isi maupun penulisan, akan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Metro, Mei 2015 Penulis


(12)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Model Pembelajaran ... 8

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 8

2. Macam-macam Model Pembelajaran ... 9

B. Model Cooperative Learning ... 10

1. Pengertian Cooperative Learning ... 10

2. Tipe-tipe Model Cooperative Learning ... 11

C.Model Cooperative Learning Tipe Make A Match ... 12

1. Pengertian Cooperative Learning Tipe Make A Match ... 12

2. Tujuan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match ... 13

3. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Make A Match ... 15

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Make A Mach ... 17

D.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD ... 18

1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD ... 18

2. Karakteristik IPS SD ... 19

3. Tujuan IPS SD ... 20

E. Belajar ... 21

F. Teori Belajar ... 22

G.Kinerja Guru ... 24

H.Aktifitas Belajar ... 24


(13)

v

J. Penelitian Relevan ... 26

K. Kerangka Pikir ... 28

L. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 31

B.Setting Penelitian... 32

1. Subjek Penelitian ... 32

2. Lokasi Penelitian ... 32

3. Waktu Penelitian ... 33

C.Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Teknik Nontes ... 33

2. Teknik Tes ... 33

D.Alat Pengumpul Data ... 34

1. Lembar Observasi ... 34

2. Soal Tes ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 39

1. Analisis Data Kualitatif ... 39

2. Analisis Data Kuantitatif ... 41

F. Prosedur Penilaian Tindakan Kelas... 42

a. Siklus I ... 43

G.Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 49

1. Profil Sekolah ... 49

2. Deskripsi Awal ... 50

3. Refleksi Awal ... 51

4. Persiapan Awal ... 52

5. Temuan Pembelajaran Siklus I ... 52

a. Perencanaan ... 52

b. Pelaksanaan ... 53

c. Pengamatan ... 59

1. Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I ... 59

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 61

3. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 64

d. Refleksi pada Siklus I ... 65

e. Saran Perbaikan/ Tindakan Kelas pada Siklus II ... 68

6. Temuan Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 71

a. Perencanaan ... 71

b. Pelaksanaan ... 72

c. Pengamatan ... 79

1. Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II ... 79

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 81

3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 83


(14)

vi

B.Pembahasan ... 86

a. Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 86

b. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 88

c. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 95

B.Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Peresentase Hasil Belajar Siswa Semester Ganjil ... 3

3.1 Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe make a match ... 34

3.2 Rubrik Penilaian Kinerja Guru ... 36

3.3 Kualifikasi Penilaian Kinerja Guru ... 36

3.4 Indikator Aktivitas Siswa ... 36

3.5 Rubrik penilaian aktivitas siswa ... 37

3.6 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 37

3.7 Kriteria Skor Kinerja Guru dalam Pembelajaran... 39

3.8 Kriteria Penilaian Kinerja Guru Secara Klasikal dalam Pembelajaran ... 40

3.9 Kriteria Skor Penilaian Aktivitas dalam Pembelajaran ... 40

3.10 Kriteria Penilaian Aktivitas Secara Klasikal dalam Pembelajaran ... 41

3.11 Ketuntasan Belajar ... 42

3.12 Kriteria Hasil Belajar ... 42

4.1 Hasil Observasi Kinerja Guru ... 60

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 62

4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 64

4.4 Ketuntasan Belajar ... 65

4.5 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II ... 80

4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 82

4.7 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 84

4.8 Ketuntasan Belajar ... 84

4.9 Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 87


(16)

viii 4.11 Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 91 4.12 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam


(17)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pikir ... 29 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 32


(18)

x DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 88

4.2 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 90

4.3 Hasil Belajar dalam Proses Pembelajaran ... 93


(19)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Dari Unila ... 101

2. Surat Penelitian Pendahuluan... 102

3. Surat Izin Penelitian Dari Unila ... 103

4. Surat Keterangan Penelitian Dari Sekolah ... 104

5. Surat Izin Penelitian Dari Sekolah ... 105

6. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 106

7. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 107

8. Pemetaan SK-KD ... 108

9. Silabus ... 111

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 115

11. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 126

12. Pemetaan SK-KD ... 129

13. Silabus ... 133

14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 137

15. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 149

16. Rekapan Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I( IPKG) ... 152

17. Rekapan Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II( IPKG) ... 154

18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ...156

19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ...159

20. Rekap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ...162

21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ...163 22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II


(20)

xii

Pertemuan 2 ...166

23. Rekap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ...169

24. Rekap dan Analisis Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ...170

25. Rekap dan Analisis Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II ...173

26. Rekap dan Analisis Secara Klasikal Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa ...176


(21)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Peresentase Hasil Belajar Siswa Semester Ganjil ... 3

3.1 Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe make a match ... 34

3.2 Rubrik Penilaian Kinerja Guru ... 36

3.3 Kualifikasi Penilaian Kinerja Guru ... 36

3.4 Indikator Aktivitas Siswa ... 36

3.5 Rubrik penilaian aktivitas siswa ... 37

3.6 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 37

3.7 Kriteria Skor Kinerja Guru dalam Pembelajaran... 39

3.8 Kriteria Penilaian Kinerja Guru Secara Klasikal dalam Pembelajaran ... 40

3.9 Kriteria Skor Penilaian Aktivitas dalam Pembelajaran ... 40

3.10 Kriteria Penilaian Aktivitas Secara Klasikal dalam Pembelajaran ... 41

3.11 Ketuntasan Belajar ... 42

3.12 Kriteria Hasil Belajar ... 42

4.1 Hasil Observasi Kinerja Guru ... 60

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 62

4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 64

4.4 Ketuntasan Belajar ... 65

4.5 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II ... 80

4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 82

4.7 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 84

4.8 Ketuntasan Belajar ... 84

4.9 Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 87


(22)

viii 4.11 Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 91 4.12 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam


(23)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Surat Keterangan Dari Unila ... 101 2. Surat Penelitian Pendahuluan... 102 3. Surat Izin Penelitian Dari Unila ... 103 4. Surat Keterangan Penelitian Dari Sekolah ... 104 5. Surat Izin Penelitian Dari Sekolah ... 105 6. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 106 7. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 107 8. Pemetaan SK-KD ... 108 9. Silabus ... 111 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 115 11. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 126 12. Pemetaan SK-KD ... 129 13. Silabus ... 133 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 137 15. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 149 16. Rekapan Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I( IPKG) ... 152 17. Rekapan Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II( IPKG) ... 154 18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

Pertemuan 1 ...156 19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I

Pertemuan 2 ...159 20. Rekap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ...162 21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II

Pertemuan 1 ...163 22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II


(24)

xii Pertemuan 2 ...166 23. Rekap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ...169 24. Rekap dan Analisis Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ...170 25. Rekap dan Analisis Nilai Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II ...173 26. Rekap dan Analisis Secara Klasikal Nilai Hasil Belajar Kognitif

Siswa ...176 27. Dokumen ...177


(25)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pikir ... 29 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 32


(26)

x DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 4.1 Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 88 4.2 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 90 4.3 Hasil Belajar dalam Proses Pembelajaran ... 93 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 88


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhanya termasuk mengenyam pendidikan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara Indonesia, pendidikan dianggap sebagai suatu faktor yang penting dalam pembangunan Nasional di Indonesia. Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang terampil dan berkualitas.

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Mengingat faktor pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi negara untuk pembangunan nasional, maka lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar serta dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pendidikannya. Salah satu pihak yang terkait dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah tenaga pendidik atau guru.

Peningkatan mutu pendidikan juga harus didukung dengan pemilihan dan penerapan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan tenaga pendidik, siswa serta lingkungan. Kurikulum yang digunakan pada saat ini yaitu KTSP. Dalam standar nasional pendidikan dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh


(28)

2

masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kopetensi serta kopetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum diterapkan pada seluruh pembelajaran diantaranya yaitu pada pembelajaran IPS.

Dalam KTSP dipaparkan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran IPS tidak hanya bersifat hafalan dan pemahaman konsep saja, tetapi pembelajaran itu harus bermakna sehingga bisa membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Keberhasilan kurikulum ini dipengaruhi oleh kinerja guru dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Peran guru sangatlah penting, guru tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga harus mampu memberikan keterampilan kepada siswa serta memberikan bimbingan untuk membentuk kualitas siswa yang berakhlak mulia kreatif, aktif dan inovatif. Semua bisa terwujud jika guru mempunyai kompetensi dan kinerja yang baik sebagai bentuk profesionalitas dalam melaksanakan tugasnya. Menurut hanafiyah (2010: 103) pembelajaran yang unggul memerlukan para guru yang profesional sebagai produk dari profionalisasi. Secara berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus sehingga melahirkan guru yang memiliki profesionalitas yaitu sikap mental merasa bangga dan komitmen terhadap pekerjaanya, serta profesionalisme berupa sikap mental untuk komitmen


(29)

3

terhadap kinerja bermutu sesuai dengan standar yang diharapkan baik dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain guru, siswa juga memiliki keterlibatan dalam pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri 2 Bumiharjo tanggal 19 Desember 2014 pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 di kelas IVB, diketahui nilai rata-ratanya sebesar 68,19. Hal ini belum sesuai dengan nilai yang diharapkan yaitu 75. Sementara itu KKM yang telah tetapkan ≥ 66. Dari 21 siswa hanya terdapat 9 siswa atau 42,85% yang tuntas, dan masih terdapat 12 siswa atau 57,14% yang memperoleh nilai < 66 yang berarti belum mencapai KKM. Data tersebut menunjukan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa masih rendah dapat dilihat tabel sebagai berikut:

Tabel: 1.1 Persentase Hasil Belajar Siswa Semester Ganjil

No Tahun

pelajaran Juml ah siswa Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Rata-rata kelas Presenta se ketuntas an Presenta se ketidak tuntasan

1 2014/2015 21 9 12 68,19 42,85% 57,14%

Berdasarkan tabel di atas menyatakan hasil observasi pembelajaran IPS pada semester ganjil kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo tahun pelajaran 2014/2015 aktivitas dan hasil belajar yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor (1) pembelajaran masih terpusat pada guru dan menggunakan metode yang masih monoton (ceramah, tanya jawab), sehingga dalam pembelajaran siswa siswa merasa jenuh, cenderung pasif dan kurang memperhatikan


(30)

4

penjelasan guru, (2) selain itu guru juga belum maksimal dalam menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan menarik, (3) guru belum menggunakan variasi model pembelajaran yang membangkitakan minat siswa dalam belajar.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran siswa dapat meningkat. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Menurut Isjoni (2011: 49) agar guru dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembealajaran harus menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain menggunakan model pembelajaran yang tepat, gurupun hendaknya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga berjalan dengan kondusif. Salah satu model pembelajaran yang efektif serta menyenangkan adalah model cooperative learning tipe make a match.

Menurut Rusman (2013: 223) model cooperative learning tipe make a match merupakan model pembelajaran siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model cooperatif learning tipe make a match melatih pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, karena ada unsur permainan sehingga siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran, selain itu melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar karena adanya pembatasan waktu dalam penerapan model cooperative learning tipe make a match.


(31)

5

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan perbaiakn pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas dengan

judul “Penerapan Model Cooperative Learning tipe Make A Match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Guru masih menerapkan motede yang monoton seperti: ceramah, tanya jawab, sehingga siswa masih merasa jenuh.

2. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai.

3. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi salah satunya adalah cooperative learning tipe make a match.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo?

2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo?


(32)

6

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo melalui penerapan cooperative learning tipe make a match.

2. Meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo melalui penerapan cooperative learning tipe make a match.

E. Manfaat Penelitian

Penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian diantaranya bagi siswa, guru, sekolah, maupun peneliti.

1. Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match di kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match di kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo.

2. Guru

Dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model cooperative learning tipe make a


(33)

7

match, pada pembelajaran IPS sehingga menjadi guru yang profesional.

3. Sekolah

Dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match.

4. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas, menggunakan model cooperative learning tipe make a match pada pembelajaran IPS, guna mutu pendidikan di Indonesia.


(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang direncanakan oleh guru untuk membantu siswa mempelajari informasi yang akan diberikan. Pembelajaran akan efektif jika menggunakan sebuah inovasi-inovasi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu inovasi dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model yang tepat dalam pembelajaran. Arends (dalam Suprijono 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pembelajaran yang digunakan pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Menurut Trianto (2012: 51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Sedangkan Joy & Weil (dalam Rusman, 2012: 133) model pembelajaran adalah pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan


(35)

9

untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang direncanakan secara sistematis oleh guru dalam pembelajaran agar siswa dapat berpkir kritis dalam menyerap materi yang diajarkan sehingga siswa mendapat pengetahuan yang bermakna dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Model pembelajaran dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar guna mencapai pembelajaran yang diharapkan.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki beberapa macam, seorang guru dituntut dapat memiliki keterampilan yang memadai dalam memilih model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan yang sesuai dengan kondisi nyata agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang diajarkan. Suprijono (2013: 76) model pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu:

a) Model pembelajaran langsung (direct instruction) dikenal dengan sebutan active teching,

b) Model pembejaran kooperative (cooperative learning), c) Model pembelajaran berbasis masalah.

Menurut Taniredja (2012: 5-87) model pembelajaran terdiri dari lima jenis yaitu: model pembelajaran berbasis portofolio, model


(36)

10

pembelajaran simulasi, model pembelajaran kontekstual, model cooperative learning, dan model pembelajaran VCT.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru dapat memilih model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini peneliti memilih model pembelajaran cooperative learning, model pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi ataupun keterampilan proses kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Model Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Model cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran kelompok atau tim yang mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar. Cooperative Learning terdiri dari dua kata

yaitu “cooperative” yang berarti kerja sama dan “learning” yang berati pembelajaran. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai satu kelompok atau satu tim yang mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainya sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar. Menurut Isjoni (2011: 9) cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran berkelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, kearah mencari atau mengkaji


(37)

11

sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif.

Komalasari (2011: 62) menyatakan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2-5 orang, dengan struktur kelompok yang relatif heterogen. Rusman (2013: 202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa cooperative learning merupakan pembelajaran pada setiap individu saling memiliki ketergantungan dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan yang utuh sehingga dibutuhkan sebuah kerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam belajar, dan setiap kelompok bekerja untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya dengan penuh rasa tanggung jawab.

2. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning

Pada saat ini model pembelajaran sudah banyak berkembang dan mempunyai banyak tipe, salah satunya cooperative learning. Suprijono (2013: 89-103) membagi model cooperative learning menjadi dua belas tipe diantaranya:


(38)

12

a) jigsaw,

b) think pair share,

c) numbered heads together, d) group investigation, e) two stay two stray, f) make a match, g) inside-outside circle, h) bamboo dancing, i) poin-counter-point, j) the power of two, dan k) listening team.

Berdasarkan tipe-tipe cooperative learning diatas, peneliti memilih untuk menggunakan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran IPS. Dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match ini siswa dituntut untuk mengingat konsep yang telah dipelajari dan teliti dalam mencocokan antara soal dan jawaban, sehingga mampu menguasai materi yang dipelajari.

C. Model Cooperative learning Tipe Make A Match

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa. Cooperative learning tipe make a match di


(39)

13

kembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Cooperative learning tipe make a match terdiri dari dua kata yaitu “make” yang berarti membuat

dan “match” yang berarti mencocokan atau sesuai. Menurut Aqib (2013: 23) model Cooperative Learning tipe Make a Match (Mencari Pasangan) merupakan model yang diperkenalkan oleh Lena Curran, pada tahun 1994. Pada model ini siswa meminta mencari pasangan dari kartu. Huda (2012: 135) make a match merupakan teknik mencari pasangan sambil mempelajari konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Selanjutnya Rusman (2013: 223) model cooperative learning tipe make a match merupakan model pembelajaran siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa cooperative learning tipe make a match adalah suatu pembelajaran untuk mendapatkan suatu konsep diperlukan kerja sama antara teman, dengan cara mencari pasangan kartu jawaban dengan kartu soal secara tepat, melalui batas waktu tertentu dan dalam situasi yang menyenangkan. Ciri utama dari cooperative learning tipe make a match adalah kartu (soal ataupun jawaban).

2. Tujuan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

Seperti halnya model-model pembelajaran lainya, model make a match memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penerapanya. Menurut Amin (2011: 45) tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran


(40)

14

dalam penerapan model cooperative learning tipe make a match ada tiga yaitu: (1) pendalaman materi, (2) menggali materi, (3) untuk selingan. 1. Pendalaman materi

Tujuan pendalaman materi bertujuan untuk melatih penguasaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Pada prinsipnya untuk tujuan pendalaman materi siswa harus mempunyai pengetahuan tentang materi yang akan dilatihkan terlebih dahulu. Guru menjelaskan materi serta memberi tugas pada siswa untuk membaca materi terlebih dahulu sebelum diterapkan teknik make a match.

2. Menggali materi

Tujuan menggali materi bertujuan agar siswa sendiri yang akan membekali dirinya untuk mendapatkan pengetahuan. Guru hanya sebagai fasilitator yaitu dengan cara guru menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas kemudian membagikan potongan kertas itu pada siswa secara acak. Siswa diminta untuk mencocokan atau memasangkan potongan kertas tersebut menjadi satu materi utuh. Siswa yang sudah menemukan pasanganya, secara otomatis menjadi satu kelompok. Setelah kelompok selesai menyusun materi menjadi satu kesatuan utuh, setiap kelompok diminta untuk melakukan presentasi. 3. Selingan

Tujuan selingan merupakan suatu tujuan yang digunakan agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran. Teknik yang dipakai sama dengan teknik mencari pasangan untuk mendalami materi.


(41)

15

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan cooperative learning tipe make a match adalah untuk menjadikan siswa mampu memahami materi pembelajaran yang berkaitan dengan konsep, baik pendalaman materi, menggali materi, maupun selingan agar pembelajaran menjadi tidak membosankan.

3. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning tipe Make A match Guru dalam menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match harus mengikuti dan dapat mengembangkan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas, agar pembelajaran yang diterapkan menjadi maksimal.

Menurut Huda (2012: 135) langkah-langkah cooperative learning tipe make a match adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin cocok untuk sesi review;

2. Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu;

3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya;

4. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lain yang memegang kartu yang berhubungan.

Sedangkan menurut Hanafiah & Cucu (2009: 46) langkah-langkah cooperative learning tipe make a match adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu berisi konsep atau kartu yang cocok untuk sesi review. Sebaliknya kartu sebagaian soal dan kartu sebagai jawaban;

2. Setiap siswa mendapat sebuah kartu;

3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban);

4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin;


(42)

16

5. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya;

6. Kesimpulan

Penelitian tersebut sejalan dengan pendapat menurut Rusman (2013: 223) model cooperative learning tipe make a match merupakan model pembelajaran siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Berdasarkan teori diatas peneliti menyimpulkan langkah-langkah model cooperative learning tipe make a match adalah:

1) Membagi siswa menjadi 2 kelompok,

2) Menyiapkan beberapa kartu berisi konsep atau kartu yang cocok untuk sesi review.

3) Membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa,

4) Memberikan kesempatan untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,

5) Meminta siswa untuk presentasi,

6) Membimbing siswa memberikan tanggapan apakah kartu soal dan kartu jawaban benar atau tidak,

7) Memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mampu menemukan jawaban dengan benar,

8) Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin tertinggi,


(43)

17

9) Mengevauasi hasil kerja siswa yang dibuat secara individu maupun kelompok.

4. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Make A Match Setiap model pembelajran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu pula deangan model cooperative learning tipe make a match. Rusman (2013: 223) salah satu kelebihan model cooperative learning tipe make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam situasi yang menyenangkan. Menurut Huda (2013: 253) kelebihan dan kekurangan cooperative learning tipe make a match yaitu:

Kelebihan cooperative learning tipe make a match

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;

2. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan;

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;

4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi;

5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Adapun kekurangan cooperative learning tipe make a match

1. Jika strategi ini tidak disiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang;

2. Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;

3. Jika guru tidak mengarahkan siswa denagn baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan;

4. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; 5. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan

kebosanan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe make a match


(44)

18

selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai model ini sehingga dalam penerapannya dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif.

D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD

1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD

Mata pelajaran IPS adalah suatu mata pelajaran yang bisa mengetahui sejarah-sejarah masa lalu yang belum diketahui oleh siswa SD, siswa diajarkan IPS dari dasar agar kejadian-kejadian masa lampau bisa dijadikan suatu pembelajaran untuk menuju masa depapan yang lebih baik. Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, 2006: 7) mengungkapkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Menurut Somantri (dalam Sapriya, 2009: 11) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Rosdijati, dkk (2010: 58) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Berdasarkan pndapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS memadukan sejumlah konsep


(45)

19

pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD

Mata pelajaran IPS yang mengkaji tentang kehidupan sosial masyarakat memiliki karakteristik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Kosasih Djahiri (Sapriya, 2006: 8) mengungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS yaitu:

a. Menautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya. b. Penelaahan pembelajaran IPS bersifat komprehensif.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri. d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau

menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainya dengan kehidupan nyata atau di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil,

f. IPS menghayati hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran tidak mengutamakan pengetahuan semata.

h. Berusaha untuk memuaskan siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajaranya.

i. Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar), dan pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainya dengan kehidupan nyata di masyarakat. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, melainkan


(46)

20

mampu membentuk karakter dan keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tujuan IPS SD

Sebagai mata pelajaran yang penting pada semua jenjang pendidikan, mata pelajaran IPS SD memiliki tujuan yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sedangkan menurut Alma, dkk. (2010: 6) mengemukakan bahwa tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat.

Berdasarkan para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahawa pembelajaran IPS mengembangkan potensi siswa kepada peserta didik


(47)

21

peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan mengatasi masalah yang terjadi pada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

E. Belajar

Pembelajaran setiap individu di mulai dari lahir sampai sepanjang hayat. Belajar pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu secara sadar sehingga menghasilkan perubahan, belajar juga merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita, karena belajar adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia. Menurut Suprihatiningrum (2013: 15-34) teori tentang belajar dikelompokan menjadi empat aliran, yaitu aliran behavioristik, konstruktifistik, humanistik, dan sibernetik. Aliran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran saat ini adalah aliran konstruktifistik, hal ini dipertegas oleh Suprijono (2013: 29-39) seiring upaya perbaikan kualitas pembelajaran organis, filsafat konstruktivistik kian populer dibidang pendidikan pada dekade ini, pada pembelajaran konstruktifistik lebih menekankan pada belajar operatif, autentik, belajar kolaboratif, dan kooperatif.

Menurut Rusman (2012: 134) belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai individu sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Trianto (2010: 16) belajar umnya dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Dalam proses belajar, siswa tidak hanya


(48)

22

sekedar menghafal, melainkan mengalami sendiri sehingga pengetahuan dapat terbentuk dan tertanam dalam benak siswa dan pada akhirnya terbentuk pola-pola bermakna dari pengetahuan yang telah didapatnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus berdasarkan pengamalaman yang tertanam pada individu dalam rangka perubahan perilaku yang lebih baik lagi yang mereka dapatkan dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah sehinga menghasilkan perubahan.

F. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Ada beberapa Teori-teori belajar yang melandasi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual yaitu teori belajar konstruktivisme, teori belajar perkembangan kognitif Piaget, teori penemuan Jerome Bruner, dan teori pembelajaran perilaku Trianto, (2013: 28-39). Salah satu teori yang melandasi pembelajaran. Menurut Hanafiah (2010: 62) teori konstruktivisme diprakarsai oleh Piaget dan Vigotsky. Pada dasarnya teori konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran.

Trianto (2013: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekadar memberikan


(49)

23

pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Menurut Winataputra, dkk (2007: 6.7) perspektif konstruktivisme pada pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses

„konstruksi‟ pengetahuan oleh siswa. Perspektif ini mengharuskan

siswa bersikap aktif. Dalam proses ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini.

Sejalan dengan pendapat Winataputra, Piaget (dalam Rusman, 2011: 202) mengemukakan bahwa belajar merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa di dalam pikirannya, ini sesuai dengan karateristik teori konstruktivisme.

Teori belajar konstruktivisme merupakan teori yang tepat untuk melandasi penelitian ini. Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, menekankan pada belajar autentik, dan proses sosial. Belajar operatif merupakan prinsip belajar yang tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang apa), namun pengetahuan struktural (pengetahuan tentang mengapa), serta pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran ini. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa dalam belajar siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator, Sehingga guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa melainkan juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.


(50)

24

G. Kinerja Guru

Guru adalah seorang yang dituntut untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Rusman (2012: 50) menyatakan kinerja guru adalah wujud perilaku guru dengan prestasi, yang mana wujud perilaku itu meliputi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil. Menurut Mulyasa (2013: 103) bahwa kinerja guru dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru dalam merencanakan melaksanakan dan menilai pembelajaran, baik yang berkaitan dengan proses maupun hasil.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdapat 4 kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan, bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan yang dilandasi oleh 4 kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

H. Aktvitas Belajar

Setiap orang selalu melakukan aktivitas, termasuk ketika seseorang belajarpun melakukan sebuah aktivitas. Kunandar (2011: 277) bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses


(51)

25

belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Menurut Kunandar (2011: 277) indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran, kedua aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, ketiga mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam LKS. Sedangkan menurut Hamalik (2008: 170) siswa adalah suatu organisme yang hidup beraneka ragam, di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri

Berdasarkan para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala bentuk kegiatan siswa baik mental maupun emosional siswa dalam proses belajar guna menunjang keberhasilan proses mengajar sehingga siswa mendapatkan suatu pengalaman yang telah dilakukan tersebut, serta tercipta pengetahuan pada diri siswa. Adapun aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhatian, partisipasi, ketepatan, kerjasama, kedisiplinan dalam proses pembelajaran. Dari indikator tersebut dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah (1) perhatian siswa pada proses pembelajaran, (2) partisipasi siswa dalam mencari kartu soal dan kartu jawaban, (3) ketepatan siswa dalam mencari kartu soal dan kartu jawaban, (4) kerjasama dalam kelompok, (5) kedisiplinan siswa terhadap waktu.

I. Hasil Belajar

Kegiatan yang dilakukan akan menghasilkan sesuatu, begitu pula dengan kegiatan belajar, tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui


(52)

26

sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi pembelajran. Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari proses pembelajaran dimana guru dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan siswa. Kunandar (2011: 277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa kuantitatif maupun kualitatif. Suprijono (2011: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, pembelajaran dikategorikan oleh para pakar pendidik sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat sescara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif, sehingga hasil belajar meliputi berbagai aspek perkembangan.

Bloom et al (dalam Kurniawan, 2011: 13-15) menggolongkan hasil belajar menjadi: (a) hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berfikir atau intelektual, (b) hasil belajar ranah afektif yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi, (c) hasil belajar psikomotorik yaitu berupa kemampuan gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara reflek hingga gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan hasil belajar merupakan segala sesuatu yang diperoleh dari aktivitas belajar yang berdampak pada perubahan aspek kognitif, afektif, psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran. Indikator hasil belajar yang ingin dicapai pada ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman dan penerapan.

J. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Anggi Serliana (2012) mahasiswa Universitas Jember dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match dalam materi “Kegiatan Ekonomi dalam memanfaatkan sumber


(53)

27

daya alam” pada siswa kelas IV SD 08 Kaligondo Banyuwangi. Terjadi peningkatan aktivitas dari 68,80% pada siklus I menjadi 76,00% pada siklus II mencapai kriteria aktivitas belajar tinggi. Sedangkan hasil tes firmatif siswa dari 70,00% dari siklus I menjadi 90,00% pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II 20,00%.

Penelitian juga dilakukan oleh Elyzabet Tri Sulistyowati (2013) mahasiswa Universitas Lampung dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match dalam materi “Memahami Organisasi” pada siswa kelas V SD Negeri 4 Metro Selatan. Terjadi peningkatan aktivitas dari 57,77% pada siklus I menjadi 69,46% pada sisklus II menjadi 77,92% pada siklus III mencapai kriteria aktivitas belajar tinggi. Sedangkan hasil tes formatif rata-rata kelas 68,46 pada siklus I menjadi 73,08 pada siklus II menjadi 81,15 pada siklus III, kemudian ketutasan belajar klasikal 53,85% pada siklus I menjadi 65,38% pada siklus II menjadi 80,77% pada siklus III.

Persamaan dari kedua peneliti tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian pertama menggunakan cooperative learning tipe make a match keduanya memiliki kesamaan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Sedangakan perbedaan adalah jenjang kelas, siklus, waktu dan tempat penelitian, mata pelajaran atau materi yang diteliti, dan hasil yang diperoleh.


(54)

28

K. Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi peneliti memperoleh data nilai yang menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran IPS siswa kelas IVB semua itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1) Guru masih menerapkan metode yang monoton seperti: ceramah, tanya jawab, sehingga siswa masih merasa jenuh.

2) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai.

3) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi salah satunya adalah cooperative learning tipe make a match.

4) Rendahnya aktivitas siswa dalam belajar.

5) Rendahnya hasil belajar siswa hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum mencapai KKM yang ditentukan, dari 21 siswa hanya 9 siswa

atau 42,85% yang memenuhi standar KKM ≥ 66.

Aktivitas dan hasil belajar siswa yang rendah ini dapat diperbaiki melalui penelitian dengan menerapkan model cooperative learning tipe make a match. Peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran make a match menurut Hanafiyah & Cucu. Selain itu peneliti menambahkan beberapa langkah pembelajaran yang mendukung pelaksanaan model make a match yaitu:

1) Membagi siswa menjadi 2 kelompok. 2) Meminta siswa presentasi.

3) Membimbing siswa memberikan tanggapan apakah kartu soal dan kartu jawaban benar atau tidak.


(55)

29

4) Memberikan hukuman dan penghargaan agar pembelajaran lebih menarik.

5) Mengevaluasi hasil kerja siswa yang di buat secara individu maupun kelompok.

Setelah melaksanakan langkah-langkah model make a match dengan benar pada penelitian ini maka aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi

meningkat dan ketuntasan siswa secara klasikal mencapai ≥ 75% dari jumlah

siswa pada kelas IVB yang diteliti yaitu 21 siswa. Maka, dalam penelitian ini peneliti membuat kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Keluaran (Output)

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa

2. Meningkatnya hasil belajar kognitif dengan ketuntasan siswa berdasarkan KKM mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa pada kelas yang diteliti.

Tindakan

Penerapan model cooperative learning tipe make a match 1. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok.

2. Menyiapkan beberapa kartu berisi konsep atau kartu yang cocok untuk sesi review.

3. Membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa.

4. Memberikan kesempatan untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.

5. Meminta siswa untuk presentasi.

6. Membimbing siswa memberikan tanggapan apakah kartu soal dan kartu jawaban benar atau tidak.

7. Memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mampu menemukan jawaban dengan benar.

8. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin tertinggi.

9. Mengevauasi hasil kerja siswa yang dibuat secara individu maupun kelompok.

Masukan (Input) 1. Rendahnya aktvitas belajar 2. Rendahnya hasil belajar siswa


(56)

30

L. Hipotesis

Berdasarkan kajiaan pustaka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran menggunakan model

cooperative learning tipe make a match dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran IPS siswa kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo”.


(57)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitaian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research Arikunto, dkk (2011: 4) adalah sebuah kegiatan penelian yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah peneliatian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, dkk, 2007: 1.3). Peneliti bekerja sama dengan guru kelas IVB SD Negri 2 Bumiharjo dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe make a match. Pada penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan lazim dilalui, yaiu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.


(58)

32

Siklus tindakan dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Tahapan PTK (Adopsi dari Arikunto, 2011: 16) B.Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipan antara peneliti dengan guru kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo. Subjek penelitian yaitu seorang guru dan siswa kelas IVB SD Negri 2 Bumiharjo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, dengan jumlah siswa 21 orang dengan rincian 11 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.

2. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas IVB SD Negeri 2 Bumiharjo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

Pelaksanaan IIiiiII Pelaksanaan I

Refleksi II Refleksi I

SIKLUS II

Pengamatan II Perencanaan II Pengamatan I

SIKLUS I Perencanaan I


(59)

33

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai laporan hasil penelitian (bulan Desember 2014 sampai Maret 2015)

C.Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperlukan dalam penelitian berdasarkan instrumen penelitian yaitu dengan teknis non tes dan tes.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif, dalam teknik ini data diambil dengan menggunakan lembar observasi, kinerja guru dan aktivitas siswa.

2. Teknik Tes

Teknik tes merupakan teknis yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif, dalam teknik ini data diambil nilai kognitif dengan menggunakan soal.


(60)

34

D. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dipergunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif berupa kinerja guru dan aktivitas selama penelitian tindakan kelas.

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian Kinerja Guru dalam pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe make a match

Aspek yang Diamati Skor Pra Pembelajaran

1 Kesiapan ruang, alat dan media pembelajran 1 2 3 4 5

2 Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 4 5

Kegiatan Pendahuluan

1 Melakukan apersepsi 1 2 3 4 5

2 Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam

pembelajaran 1 2 3 4 5

Kegiatan Inti

A. Penguasaan Materi Pembelajaran

1 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan

tepat. 1 2 3 4 5

2 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan

pembelajaran 1 2 3 4 5

3 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari

konkrit ke abstrak) 1 2 3 4 5

B. Penerapan Model Pembelajaran Cooprative Learning tipe make a match

1 Membagi siswa menjadi 2 kelompok 1 2 3 4 5

2 Menyiapkan beberapa kartu berisi konsep atau kartu

yang cocok untuk sesi review 1 2 3 4 5

3 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa 1 2 3 4 5 4

Memberikan kesempatan untuk mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) sesuai dengan batas waktu yang ditentukan

1 2 3 4 5

5 Meminta siswa untuk presentasi 1 2 3 4 5


(61)

35

Aspek yang Diamati Skor soal dan kartu jawaban benar atau tidak

7 Memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mampu

menemukan jawaban dengan benar 1 2 3 4 5

8 Memberikan penghargaan kepada kelompok yang

memperoleh poin tertinggi 1 2 3 4 5

9 Mengevaluasi hasil kerja siswa yang dibuat secara

individu maupun kelompok. 1 2 3 4 5

C. Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran 1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media

pembelajaran. 1 2 3 4 5

2 Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4 5

3 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.

1 2 3 4 5 D. Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4 5 2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4 5 Kegiatan Penutup

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan peserta didik. 1 2 3 4 5

2 Memberikan tes lisan atau tertulis . 1 2 3 4 5

3 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan

kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan. 1 2 3 4 5

Jumlah Skor Skor Maksimal Nilai %

Kategori Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang Baik 3 = Cukup Baik 4 = Baik


(62)

36

Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Kinerja Guru

Skor Nilai Mutu Keterangan aspek yang diamati 5 Sangat baik

Dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru, melakukan dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

4 Baik

Dilaksanakan dengan baik oleh guru, melakukan tanpa kesalahan, dan guru terlihat menguasai.

3 Cukup baik

Dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru, melakukan dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai.

2 Kurang baik

Tidak dilaksanakan oleh guru, melakukan dengan banyak kesalahan, dan guru tampak tidak menguasai.

1 Sangat

kurang

Tidak dilaksanakan oleh guru, melakukan dengan sangat banyak kesalahan, dan guru tampak sangat tidak menguasai.

Tabel 3.3 Kualifikasi Penilaian Kinerja Guru No Tingkat keberhasilan Kategori

1 ≥80% Sangat baik

2 60-79% Baik

3 40-59% Cukup Baik

4 20-39% Kurang Baik

5 <20% Sangat Kurang

(Adaptasi dari Aqib, dkk, 2010: 41) Tabel 3.4 Indikator Aktivitas Siswa

No Aspek yang diamati

1 Perhatian siswa pada proses pembelajaran 2 Partisipasi dalam mencari kartu soal dan kartu

Jawaban

3 Ketepatan dalam mencari kartu soal dan kartu Jawaban

4 Kerjasama dalam kelompok 5 Kedisiplinan siswa terhadap waktu (Modifikasi dari Kunandar 2011: 277)


(63)

37

Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa

2. Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai kognitif siswa guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Tes hasil belajar siswa bisa berupa tes formatif yang diberikan pada akhir pokok bahasan.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar IPS Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Pokok

Bahasan Indikator

Ranah

Kognitif Uraian Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkat kan kesejahtera an masyara kat 2.3 Mengenal Perkemban gan teknologi produksi,ko munikasi, 1.Pengertian, manfaat, tujuan koprasi modal koperasi dan kelengkapan dan kegiatan koperasi. 2.Perkembang an Teknologi Produksi dan Komunikasi 1. Menjelask an perkemba ngan teknologip roduksi, komunikas i dengan tepat. 2. Membeda kan teknologi produksi, komunikas i masa lalu

C1 C2 Soal no: 1,7,10 Soal no: 2, 4,5,6 Nilai Angka Nilai

Mutu Indikator

5 Sangat aktif

Dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sempurna, dan siswa terlihat sangat aktif.

4 Aktif

Dilaksanakan dengan baik oleh siswa, siswa melakukannya tanpa kesalahan, dan siswa terlihat aktif.

3 Cukup

aktif

Dilaksanakan dengan cukup baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan siswa terlihat cukup aktif.

2 Kurang

aktif

Dilaksanakan dengan kurang baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan banyak kesalahan, dan siswa terlihat kurang aktif.


(64)

38 dan transportasi serta pengalaman menggunak annya

. dan masa kini dengan benar. 3. Menentuk an jenis-jenis teknologi produksi, komunikas i dengan kreatif. 4. Menjelask an pengertian koperasi dengan tepat 5. Menguraik an lambang koperasi dan tujuan koperasi dengan bahasa sendiri. 6. Membeda kan modal koperasi dengan rasa ingin tahu. 7. Mengemu kakan manfaat koperasi melalui media gambar dengan teliti. 8. Mengemu kakan kelengkap an dan kegiatan koperasi dengan pantang menyerah C3 C2 C2 C2 C3 C3 Soal no: 3.8.9 Soal no: 1 Soal no: 2,3,4 Soal no:6,7, Soal no: 5 Soal no: 8,9,10


(65)

39

E. Teknik Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.

1. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data nontes, data itu akan diperoleh dengan melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru pada saat penerapan pembelajaran IPS dengan menggunaka model cooperative learning tipe make a match. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

a. Nilai kinerja guru diperoleh dengan menggunakan rumus: NP =

× 100% Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor Mentah yang diperoleh siswa SM = Skor Maksimal ideal yang diamati 100% = Bilangan Tetap

Sumber: Adaptasi dari Purwanto (2009: 102)

Tabel 3.7 Kriteria Skor Penilaian Kinerja Guru Secara Klasikal dalam Pembelajaran

No Skor Kategori

1 5 Sangat baik

2 4 Baik

3 3 Cukup Baik

4 2 Kurang Baik

5 1 Sangat Kurang


(66)

40

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Kinerja Guru Secara Klasikal dalam Pembelajaran

No Tingkat keberhasilan Kategori

1 ≥80% Sangat baik

2 60-79% Baik

3 40-59% Cukup Baik

4 20-39% Kurang Baik

5 <20% Sangat Kurang

(Adaptasi dari Aqib, dkk, 2010: 41)

b. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan rumus: NP =

× 100% Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R =Skor Mentah yang diperoleh siswa SM = Skor Maksimal ideal yang diamati 100% = Bilangan Tetap

Sumber: Adaptasi dari Purwanto (2009: 102)

Hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja guru dapat dikategorikan sesuai dengan melihat kriteria sebagai berikut: Tabel 3.9 Kriteria Skor Penilaian Aktivitas Siswa dalam

Pembelajaran

No Skor Kategori

1 5 Sangat Aktif

2 4 Aktif

3 3 Cukup Aktif

4 2 Kurang Aktif

5 1 Pasif


(67)

41

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa Secara Klasikal dalam Pembelajaran

No Tingkat keberhasilan Kategori

1 ≥80% Sangat Aktif

2 60-79% Aktif

3 40-59% Cukup Aktif

4 20-39% Kurang Aktif

5 <20% Pasif

(Adaptasi dari Aqib, dkk, 2010: 41) 2. Analisi Data Kuantitaif

Data kuantitatif diperoleh dari data tes, data itu akan diperoleh dengan memberikan soal tes kepada siswa pada saat akhir pembelajaran.

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkanya pembelajaran dengan menggunakan model cooperative tipe make a match

a. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa X=

Keterangan:

X = niali rata-rat kelas

∑X = jumlah semua nilai Siswa ∑N = Julmah Siswa

Sumber: Adopsi dari Aqib, dkk (2011: 40)

b. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual menggunakan rumus:

NP =

× 100% Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R =Skor Mentah yang diperoleh siswa SM = Skor Maksimal ideal yang diamati 100% = Bilangan Tetap


(68)

42

c. Presentase ketuntasan Belajar

Ketuntasan klasikal =

x 100%

Sumber: adopsi dari Aqib, dkk ( 2011: 40)

Hasil belajar siswa dan ketuntasan dapat dikatagorikan sesuai dengan melihat kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.11 Ketuntasan Belajar

No Skor Ketuntasan

1. ≥ 66 Tuntas

2. < 66 Belum Tuntas

Tabel diatas dipergunakan penulis untuk menghitung ketuntasan

belajar siswa berdasarkan KKM yang ditetepkan yaitu ≥ 66. Nilai siswa

dapat dilihat dari hasil belajar siswa (tes formatif).

Tabel 3.12 Kriteria Hasil Belajar Kognitif Siswa

Presentase Kriteria

>80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

< 20% Sangat Rendah

Sumber: Adopsi dari Aqib, dkk ( 2013: 137)

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur yang akan digunakan pada penelitian tindakan kelas, terdiri dari II siklus, masing-masing siklus memiliki empat tahapan kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.


(69)

43

a. Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti bersama dengan guru membuat perencanaan penelitian yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diiinginkan. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus I. Langkah-langkah ini antara lain:

1) Menganalisis standar kopetensi dan kompetensi dasar untuk mengetahui materi pembelajaran, dengan berpedoman pada Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

2) Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus, RPP, dan instrumen penilaian) yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan pembelajaran, dengan berpedoman pada permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses.

3) Membuat lembar instrumen penilaian, berupa lembar observasi kinerja guru, aktivitas siswa, hasil belajar berupa tes formatif.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap siklus I pada pembelajaran IPS materi “arti, manfaat, tujuan koperasi, modal koperasi dan kelengkapan dan kegiatan koperasi”. Pelaksanaan rencana pembelajaran yang dirancang untuk dilaksanakan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.


(70)

44

2) Guru menyampaikan apersepsi dengan mengaitkan koperasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya apakah anak-anak pernah membeli barang dikoperasi sekolah?

3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari dan yang akan dipelajari yaitu arti, manfaat dan tujuan koperasi.

4) Mengarahkan peserta didik dalam suatu permasalahan nyata yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

5) Mengemukakan tujuan pembelajaran, garis besar cakupan materi, dan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran;

2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang diajarkan.

3) Guru membagikan LKS kepada siswa yang harus dikerjakan secara berkelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang. 4) Setelah siswa menyelesaikan LKS yang dikerjakan, guru meminta

siswa untuk mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.

5) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, kelompok A dan kelompok B, kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan;

6) Guru menyiapkan beberapa kartu berisi konsep atau kartu yang cocok untuk sesi review. Sebaliknya kartu sebagaian


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti di SD Negeri 2 Bumiharjo di kelas IVB pada pembelajaran IPS dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai aktivitas belajar siswa setiap siklus. Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 56,66% mengalami peningkat sebesar 18,57% menjadi 75,23% pada siklus II.

b. Pembelajaran IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 68,33 mengalami peningkatan sebesar 8,05 menjadi 76,38 pada siklus II. Selain rata-rata hasil belajar siswa di peroleh juga persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 57,14% mengalami peningkatan sebesar 23,82% menjadi 80,96% pada siklus II. Pada akhir penelitian siswa dinyatakan tuntas karena ketuntasan belajar siswa kelas IVB mencapai ≥ 75%.


(2)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa saran di bawah ini dapat dipertimbangkan oleh guru maupun pihak sekolah dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS, khususnya di SD Negeri 2 Bumiharjo.

a. Siswa

Siswa harus mempersiapkan bahan materi terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Berani untuk tampil presentasi dan dapat disiplin terhadap waktu, aktif dalam diskusi kelompok dan menjalin hubungan yang baik dengan anggota kelompok dengan saling membantu dan menghargai teman sekelompok maupun kelompok lain.

b. Guru

Guru sebaiknya melengkapi perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP, penilaian, LKS dan media pembelajaran serta tindak lanjut yang tepat kepada siswa. Guru mempersiapkan strategi dengan baik, agar pembelajaran dapat memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif.

c. Sekolah

Diharapkan agar pihak sekolah memfasilitasi kebutuhan guru dalam pembelajaran agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan memberikan arahan bahwa banyak model pembelajaran khususnya model cooperative learning tipe make a match yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(3)

97

d. Peneliti

Penelti berikutnya dapat dijadikan acuan serta model yang digunakan dapat diterapkan dengan materi atau kelas yang berbeda. Selain itu, dapat mengembangkan atau mengkolaborasikan model cooperative learning tipe make a match dengan model pelajaran lain yang sesuai sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Alfabeta. Bandung.

Amin, Syaiful. 2011. Memajukan Pendidikan Melalui Pembelajaran Bermutu dan Bermakna. http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html. diunduh pada 05 Mei 2014@21:29

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas . PT Bumi Aksara. Jakarta.

Fathurohman, Pupuh. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. PT Refika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanifiyah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika ADITAMA.bandung.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning: Metode.Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

.2013.Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Pustaka Pembelajaran. Yogyakarta

Isjoni. 2011. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Alfabeta. Bandung

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. PT Refika Aditama. Bandung

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penilaian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.


(5)

99

Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu Teori Praktik dan Penilaian. Pustaka Cendikia Utama. Bandung.

Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDIKNAS) Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI).

Permendiknas No. 22 dan No.23 Tahun 2006 tentang SI dan SKL. Sinar Grafika. Jakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif. Diva Press. Yogyakarta.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2011. Model-Model Pembelajaran. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Rajagrafindo Persada. Bandung.

. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Rajawali Pers. Jakarta

Rosdijati, Nana, dkk. 2010. Panduan PAKEM IPS SD. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI Press. Bandung.

. 2009. Pendidikan IPS. PT Remaja Rosadakarya. Bandung.

Serliana anggi. 2012. Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD 08 Kaligondo Banyuwangi. Universitas Jember

Suprijono. 2011. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sulistyowati Elyzabet Tri. 2013. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro selatan Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Lampung

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta


(6)

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. AR-Ruzz Media. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan dan Implementasinya pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Persada Media Group. Jakarta.

. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

. . 2013. Model PembelajaranTerpadu. PT. BumiAksara. Jakarta. Winataputra, Udin S. 2008. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT DI SD.

0 3 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Make a Match Berbantuan Media Komik Interaktif untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SD Ne

0 0 7

Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa

0 0 9

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH IPS DI KELAS V SD

0 0 13