B. Pendidikan Kewarganegaraan - PERAN P EMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN PESERTA DIDIK KELAS VIII DALAM MEMATUHI TATA TERTIB SEKOLAH SMP NEGERI 3 AJIBARANG - repository perpustakaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seseorang melaksanakan ha dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut ;
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat, Soekanto (2009:212-222) B.
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa usia dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkerakter yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas,2003:2).
Sedangkan penjelasan pasal 3 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Pendidikan Kewarganegaraan ini menitikberatkan kepada kemampuan dan keterampilan berpikir aktif sebagai warga Negara dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga Negara yang baik (good citizen) dalam suasana demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Somantri (2001:299) :
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan pada demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua yang kesemuanya diproses guna melatih untuk berikir kritis, analisis, bersikap dan bertindak demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu mata pelajaran yang ditujukan bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk membentuk warga Negara yang peka terhadap lingkungan sehingga melahirkan warga Negara yang cerdas, terampil dan berkerakter sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Winataputra dan Budimansyah (2007:86) berpendapat bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Indonesia melalui karidor value-based education.
” Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran penting untuk membina dan mengembangkan nilai kewarganegaraan yang dianggap baik sehingga terbentuk warga Negara yang berkerakter bagi bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai yang mempunyai tugas menanamkan nilai-nilai moral bangsa, nilai-nilai ideologi nasional sehingga mampu membentuk warga Negara yang berkerakter baik.
Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: a. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengemban potensi individu agar menjadi warga Negara
Indonesia yang berkhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.
b. PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subtansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara. c. PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding
values ) dan pengalaman belajar (learnig experiences) dalam bentuk
berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehiduan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela Negara.
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan yang terkait dengan kedisplinan
Menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006 pengertian pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibanya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Kemudian menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18) menyatakan bahwa PKn ialah media pengajaran yang meng Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negar, serta teori umum yang cocok dengan target tersebut.
Berbeda dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipatif dalam masyaraktnya (Samsuri, 2011 : 28).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu program pendidikan yang didalamnya telah disiapkan wahana pokok dalam membentuk warga negara Indonesia yang baik.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa PKn mempunyai fungsi penting untuk melaksanakan atau melakukan, yaitu menghadap peserta didik pada pengalaman di sekolahnya tentang pandangan yang menyeluruh terhadap fungsi kewarganegaraan sebagai hak dan tanggung jawab dalam suasana demokratis. Pendidikan Kewarganegaraan juga tidak hanya berorientasi pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tetapi lebih ditekankan pada proses untuk mencapai penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat memberikan bekal dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang terkait dengan kedisiplinan
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Nasional Council for the Social
Studies (NCSS) yaitu :a. Pengetahuan serta keterampilan untuk pemecahan masalah yang dihadapi dewasa ini.
b. Kesadaran adanya pengaruh sains dan teknologi terhadap peradaban serta mampu memanfaatkannya untuk memperbaiki nilai kehidupan. c. Kesiapan guna kehidupan ekonomi yang efektif.
d. Kemampuan untuk menyusun berbagai pertimbangan nilai-nilai untuk kehidupan efektif dalam dunia yang selalu mengalami perubahan.
e. Menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang terus berkembang yang membutuhkan kesediaan untuk menerima fakta baru, gagasan baru, serta tata cara hidup baru.
f. Peran serta dalam proses pembuatan keputusan melalui pernyataan pendapat wakil-wakil rakyat, para pakar, dan spesialis.
g. Keyakinan terhadap kebebasan individu serta persamaan hak bagi setiap orang yang dijamin oleh konstitusi.
h. Kebanggaan terhadap prestasi bangsa, penghargaan terhadap sumbangan yang diberikan bangsa lain serta dukungan untuk perdamaian dan kerjasama. i. Menggunakan seni yang kreatif untuk mensensitifkan dirinya sendiri terhadap pengalaman manusia yang universal serta pada keunikan individu. j. Mengasihani serta peka terhadap kebutuhan, perasaan dan cita-cita umat manusia lainnya. k. Pengembangan prinsip-prisip demokrasi serta pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan PKn yang dikemukakan oleh NCSS tersebut, baik civic atau Ilmu Kewarganegaraan maupun Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membentuk warga Negara yang baik, warga Negara yang kreatif, warga Negara yang bertanggungjawab, warga Negara yang cerdas, warga Negara yang kritis, dan warga Negara yang partisipatif.
Merujuk pada pendapat diatas, sebelas dari tujuan PKn tersebut telah mencerminkan tiga kemampuan kewarganegaraan yang harus dimilki oleh seorang warga Negara menurut CCE (Center for Civic Education) dalam Winataputra dan Budimansyah (2007) berpendapat bahwa : Warga negara yang baik harus memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), watak kewarganegaraan (civic disposition).
Hal ini senada dengan tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat dalam
pasal 3 UU N0. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut : “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis yang bertanggungjawab”.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 tujuan pendidikan sebagai berikut : a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam mennggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan betmasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut Soemantri (2001:280) untuk menjabarkan tujuan dalam praktik pendidikan kewarganegaraan, paling tidak tujuan harus diperinci dalam tujuan kurikuler yang meliputi :
a. Ilmu pengetahuan, meliputi: fakta, konsep, dan generalisasi/teori
b. Ketrampilan intelektual 1) Dari ketrampilan yang sederhana sampai ketrampilan yang kompleks seperti mengingat, menafsirkan, mengaplikasikan, menganalisis, mensintetiskan, dan menilai. 2) Dari penyelidikan sampai kesimpulan yang sahih: (a) ketrampilan bertanya dan mengetahui masalah; (b) ketrampilan merumuskan hipotesis; (c) etrampilan mengumpulkan data; (d) ketrampilan menafsirkan dan menganalisis data; (e) ketrampilan menguji hipotesis; (f) ketrampilan merumuskan generalisasi; (g) ketrampilan mengomunikasikan kesimpulan.
3) Dari berfikir kritis keberfikir kreatif
c. Sikap: nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak mengandung soal-soal afektif, karena itu tujuan PKn yang seperti slogan harus dijabarkan. d. Ketrampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa dijabarkan dalam ketrampilan sosial yaitu ketrampilan yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk secara terampil dapat melakukan dan bersikap cerdas serta bersahabat dalam pergaulan sehari-hari. Menurut Dufty dalam bukunya soemantri (2001) menerangkan tujuan PKn dalam tujuan yang udah agak terperinci dimaksudkan agar kita memperoleh bimbingan dalam merumuskan: (a) konsep dasar, generalsisasi, konsep atau topik PKn, (b) tujuan instruksional, (c) konstruksi tes beserta penilaianya.
Berbeda dengan pendapat di atas Ahmad Sanusi ( dalam Cholisin: 2004:15) menyebutkan bahwa konsep pokok yang lazimnya merupakan tujuan Civic Education dari kedisiplinan adalah sebagai berikut: a. Kehidupan kita di dalam jaminan-jaminan konstitusi.
b. Pembinaan bangsa menurut syarat-syarat konstitusi.
c. Kesadaran warga negara melalui pendidikan komunikasi politik.
d. Pendidikan untuk (ke arah) warga yang bertanggung jawab.
e. Latihan –latihan demokrasi.
f. Turut serta aktif dalam urusan-urusan politik.
g. Sekolah sebagai laboratorium demokrasi.
h. Prosedir dalam pengambilan keputusan
i. Latihan –latihan kepemimpinan.
j. Pengawasan demokrasi terhadap lembag-lembaga eksekutif. k. Menumbuhkan pengertian dan kerjasama internasional.
Tujuan yang dikemukakan para ahli di atas, diketahui bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan memuat beberapa hal yang memuat nilai kedisplinan. Untuk mencapai tujuan tersebut Pendidikan Kewarganegaraan memiliki komponen-komponen yaitu pengetahuan kewarganegaraan, ketrampilan kewarganegaraan dan karakter kewarganegaraan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan terkait dengan kepatuhan adalah suatu program pendidikan yang didalamnya telah disiapkan wahana pokok dalam membentuk warga negara Indonesia yang baik, serta dapat diartikan juga sebagai mata pelajaran yang fokus pada pembentukan warga negara yang memilik ketrampilan intelektual, ketrampilan berpartisipasi dalam setiap kegiatan kewarganegaraan dan memiliki karakter kewarganegaraan yang kuat sehingga menjadikan warga negara yang cerdas dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.
C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Ruang Lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam bela negara, sikap positif terhadap kesatuan republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga,sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup bergotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemertintah daerah dan otonomi pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkunganya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi.
Adapun yang terkait dengan pembahasan mengenai tata tertib adalah norma hukum, pengertian norma hukum adalah ketentuan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang mempunyai sifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia dalam pergaulan hidup di masyarakat dan mengatur tata tertib kehidupan bermasyarakat.
D. Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses pembelajaran subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan
- – tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Kokom Komalasari, 2013:3)
Menurut Syaiful Sagala (2012:61) pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penenti utama keberhasilan pendidikan.
Salah satu cara terciptanya proses belajar mengajar yang baik adalah dengan menegakan disiplin. Disiplin adalah peserta didik belajar hdup dengan kebiasaan yang baik, positf, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkunya (Achmad Rohani, 2010:154). Disiplin harus diterapkan kepada anak sejak kecil agar anak yang beranjak dewasa memiliki disiplin diri yang sudah melekat pada disi anak. Siswa yang sudah terbiasa disiplin diri akan lebih mudah dibimbing dan diarahkan dalam membentuk pribadi yang baik.
Disiplin bukan sesuatu yang menakutkan tetapi disiplin merupakan kebiasaan yang positif untuk mengatur diri sendiri di masa depan Dilihat dari pendapat
- – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar guna mengembangkan kreatifitas dan pengetahuan peserta didik. Serta proses pembentukan kebiasaan positif untuk mengatur pribadi peserta didik di masa yang akan datang
Sedangkan pengertian pembelajaran PKn adalah membelajarkan peserta didik untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan (Civc knowledge, Civic
disposition, dan civic skills ) baik intelektual skills maupun participatory agar menjadi warga negara yang baik.
1. Komponen –komponen dalam pembelajaran:
a. Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dan tidak ada ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Oleh sebab itu, guru tidak bisa mengabaikan masalah perumusan tujuan bila ingin memprogramkan pengajaran. b. Bahan pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalah intidalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada peserta didik.
c. Kegiatan belajar mengajar Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan.
Segala yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar. Dan kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya.
Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya menjadi motivator dan fasilitator.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimanapun juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.
d. Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran terakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus berpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar pembelajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian peserta didik.
Dengan demikian kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.
e. Alat Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempnyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr.Ahmad D. Marimba,1989:59)
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa alat tidak bisa diabaikan dalam program pengelolaan pengajaran.
f. Sumber pelajaran Belajar mengajar telah diketahui bukanlah dalam hal kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan yang di dalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu yidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar. Jadi, dari berbagai sumberlah bahan pelajaran itu diambil.
Sumber belajar banyak sekali terdapat di mana-mana: di sekolah, di halaman. Di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebikan lainya. (Drs. Sudirman N. Dkk, 1991:203)
Dengan demikian para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat digunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuanya yang telah ditetapkan. Dengan hal ini guru harus memiliki wawasan yang luas sehingga guru dapat memberikan sumber belajar berkualitas kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
g. Evaluasi Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation.
Dalam buku Essentials of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown. Dikatakan bahwa Evaluation refer to the
act or prosses to determining the value of something. Jadi, menurut
Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Pasaribu dan Simanjuntak dalam bukunya Djamarah dan Zain (2010), menegaskan bahwa tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1) Tujuan umum dari evaluasi adalah:
a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b) Memungkinkan pendidk/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
c) Menilai metode mengajar yang dipergunakan. 2) Tujuan khusus dari evaluasi adalah: a) Merangsang kegiatan siswa.
b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
e) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar.
h. Guru Guru adalah fasilitator, motovator, dan inspirator bagi peserta didik. Maka dari itu seseorang guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya.
2) Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.
3) Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin.
E. Kedispilinan Siswa 1. Pengertian Kedisplinan
Secara etimologis, istilah kedisiplinan berasal dari kata discipline yang artinya pengikut atau penganut, yakni seseorang yang berasal dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin.Dalam kehidupan sehari-hari istilah kedisiplinan biasanya dikaitkan dengan keadaan yang tertib, maksudnya suatu perilaku seseorang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Istilah disiplin dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda, yang kemudian dipengaruhi juga oleh bahasa Inggris. Istilah disiplin menurut ke dua bahasa tersebut berasal dari bahasa Latin “diciplina”.
Dalam bahasa indonesia istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah disiplin kerap kali terkait dan menyatu dengan istilah ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong dan disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya, istilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncuk karena adanya kesadaran dan dorongan dari diri orang itu. Istilah tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kata disiplin perlu diperluas menjadi kepatuhan dan ketaatan kepada hukum dan segala aturan menurut peraturan perundang-undangan, termasuk juga kepatuhan terhadap norma-norma yang ada dalam masyarakat serta kaidah-kaidah moral yang berlaku.
a. Ciri-ciri disiplin sebagai berikut.
1) Mengikuti dan metaati peraturan, nilai,dan hukum yang berlaku. 2) Pengikutan dan ketaan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.
3) Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. 4) Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih dan mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. 5) Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.
b. Fungsi disiplin Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa.
Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seseorang siswa suksesdalam belajar dan kelak ketika bekerja. Berikut ini beberapa fungsi disiplin:
1) Menata kehidupan bersama Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda.
Selain sebagai satu individu, juga sebagai makhluk sosial. Sebagai mahluk sosial, sealalu terkait dan behubungan dengan orang lain.
Maka fungsi disiplin disini adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat.
Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.
2) Membangun kepribadian Kepribadian adalah keseluruhan sifat, dan tingkah laku dan pola hidup sesorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan sehari-hari. Sifat, tingkah laku dan pola hidup sangat unik sehingga membedakan dirinya dengan orang lain.
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingukan masyarakat, lingkungan sekolah. 3) Melatih Kepribadian
Sikap perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur, taat patuh, perlu dibiasakan dan dilatih. Pola hidup seperti ini mustahil dapat terbentuk begitu saja. Hal itu memerlukan waktu dan proses yang memakan waktu. Perlu adanya latuhan, pembiasaan diri, mencoba, berusaha dengan gigih, bahkan dengan gemblengan dan tempaan keras. 4) Pemaksaan
Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan, yang mendapat dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran).
Jadi disiplin dsiplin dapat berungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan itu, memang disiplin seprti ini masih dangkal. Akan tetapi, dengan pendampingan guru-guru, pemaksan, pembiasaan dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya. Dari mula-mula karena paksaan, kini dilakukan karena kesadran diri, menyentuh qolbunya, merasakan sebagai kebutuhan dan kebiasaan. 5) Hukuman
Tata tertib sekolah biasanya berisi tentang hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melangar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhinya. Tapi ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapan diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah.
6) Menciptakan Lingkungan Kondusif Peraturan sekolah yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Tanpa ketertiban, suasana kondusif bagi pembelajaran akan terganggu. Prestasi belajarpun terganggu.
F. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Darwis, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako 2013
” KEMAMPUAN PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI SMPN PARIGI SELATAN ”. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh simpulan bahwa : Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMPN Parigi Selatan sudah memiliki kemampuanyang baik sebab dalam peningkatan kedisiplinan belajar siswa pada pembelajaran guru PKn sudah memiliki kompetensi pedagogik seperti senantiasa memberikan motivasi belajar untuk disiplin dalam belajar, pemberian nasehat dan pemberian sanksi terhadap peserta didik yang kurang disiplin dalam 13 belajar dan kompetensi peribadi seperti senantiasa member teladan yang baik dalam lingkungan sekolah serta senantiasa disiplin waktu dalam pembelajaran. Adapun hambatan yang paling mendasar adalah kurangnya sarana dan prasarana serta masih kurangnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn yang yang dikarenakan mata pelajaran PKn tidak diujian nasionalkan sehingga menyebabkan mata pelajaran PKn kurang diminati dan siswa kurang termotivasi untuk belajar PKn. Ada beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran dalam penelitian ini yang pertama khususnya untuk guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
2. SKRIPSI
’’ PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM
MEMBENTUK KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 1 CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA
TENGAH yang Disusun oleh : Ratih Novitasari Tahun 2012.Berdasarkan
‟‟hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh simpulan bahwa : pertama, peranan guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk kedisiplinan siswa di SMP Negeri 1 Candimulyo, meliputi: (a) memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih berdisiplin, yaitu dengan menjelaskan kepada siswa akan manfaat dan keuntungan yang didapat jika siswa berdisiplin, memberikan hukuman bagi siswa yang tidak berdisiplin, dan memberikan hadiah kepada siswa yang berdisiplin; (b) keteladanan dalam berperilaku, yaitu dengan berperilaku dan bertutur kata yang sopan baik dengan sesama guru atau dengan siswa; (c) penyampaian materi yang berhubungan dengan kedisiplinan yaitu materi tentang norma yang berlaku di masyarakat. Kedua, kendala-kendala yang dihadapi guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk kedisiplinan siswa di SMP Negeri 1 Candimulyo, meliputi: (a) kendala dari faktor siswa yaitu terdapat beberapa siswa yang memang sulit untuk diajak berdisiplin atau memang yang dari bawaannya sulit diatur/bandel; (b) kendala dari faktor guru yaitu kurangnya pengawasan dari guru Pendidikan Kewarganegaraan menyebabkan siswa banyak yang masih melakukan pelanggaran di sekolah. Ketiga, upaya yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengatasi kendala- kendala dalam membentuk kedisiplinan siswa di SMP Negeri 1 Candimulyo, meliputi (a) dari faktor siswa yaitu melakukan pendekatan kepada siswa, menanamkan kesadaran kepada siswa akan pentingnya berdisiplin, membangun kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam membentuk kedisiplinan siswa; (b) dari faktor guru yaitu dengan bekerjasama dengan guru-guru, wali kelas, dan ketua-ketua kelas dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah.
3. Artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Wahyu, MS, dan Dra. Rabiatul
Adawiah, M.Si dengan judul
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh simpulan bahwa : siswa
Kelas VIII MTS Muhammadiyah 1 Banjarmasin masih ada melakukan
pelanggaran kedisiplinan baik yang berkaitan dengan kedisiplinan waktu,
etika berbicara dan berpakaian juga peran guru PKn untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa dalam selama mengikuti pembelajaran sangat diperlukan
dengan tindakan nyata. Saran dalam penelitian ini agar pembelajaran PKn
tidak menitik beratkan pada aspek nilai (kognitif) saja, tapi memperhatikan
aspek afektif (perilaku), perlu kerjasama yang baik antara pihak sekolah
dengan orang tua siswa dan dalam memberikan hukuman kepada siswa
dilakukan dengan cara bersikap yang lebih bersahabat agar menjadi lebih
baik.4. Jurnal FPIPS IKIP Veteran Semarang Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
„‟PENGARUH PEMBELAJARAN PKN TERHADAP PEMBENTUKAN
KARAKTER KEDISIPLINAN SISWA ‟‟ yang ditulis oleh Titik Susiatik.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh simpulan bahwa : 1) Sangat beralasan apabila pendidikan karakter dalam pembelajarannya diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Alasan itu karena pendidikan karakter mampu meningkatkan akhlak luhur siswa, sehingga penanaman karakter menjadi tanggung jawab semua guru. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan yaitu membentuk sosok siswa secara utuh, sehingga pencapaian pendidikan harus mencakup dampak instruksional dan dampak pengiring. 2) Implementasi pendidikan karakter terintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, pengembangannya lebih memadai pada model kurikulum terpadu dan pembelajaran terpadu dengan menentukan center core pada mata pelajaran yang akan dibelajarkan, seperti mata pelajaran PKn dan pendidikan agama. 3) Proses pengembangan pendidikan karakter sebagai pembelajaran terpadu harus diproses seperti kuriklum lain.
5. Skripsi yang berjudul „‟PERAN GURU DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENEGAKKAN KEDISIPLINAN SISWA
KELAS VIII ‟‟ yang disusun oleh yang Disusun oleh : ABDUL FATTAHAPRIYANTO Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh simpulan bahwa : 1. Realitas penegakan kedisiplinan di SMP Negeri 2 Kartasura diberikan melalui peraturan-peraturan yang telah dibuat sekolah, melalui kebiasaan-kebiasaan, dan secara tidak langsung melalui contoh yang diberikan oleh guru terutama guru PKn. Sebagian besar siswa sudah mentaati peraturan yang berlaku dengan mendisiplinkan diri, meskipun masih ada beberapa anak yang belum mentaati peraturan tersebut, namun guru selalu berusaha mendisiplinkan siswa tersebut. 2. Peranan Guru PKn dalam Menegakkan kedisiplinan Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura salah satunya adalah mendisiplinkan diri terlebih dahulu kemudian mengajak anak untuk berdisiplin agar disiplin diri dapat ditegakkan dan menjadikan anak didik dapat mandiri dalam mengatur kehidupannya