ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA SAWAHLUNTO

ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA SAWAHLUNTO

7.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Mengacu pada peraturan walikota Nomor 5 Tahun 2013 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kota Sawahlunto Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Susunan d. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian serta bimbingan dibidang perumahan dan permukiman e. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penelitian/kajian dibidang perumahan dan permukiman f. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian terhadap sarana dan prasarana dibidang perumahan dan permukiman g. Pemeliharaan, peningkatan dan mengevaluasi kemampuan/prestasi dan disiplin pegawai yang berada dibawahnya h. Pembagian tugas kepada bawahannya dalam pelaksanaan tugas sesuai ketentuan yang berlaku dengan memberi arahan sesuai bidang tugasnya.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :

  1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

  2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

  3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

  4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

  5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  Adapaun isu strategis Kota Sawahlunto yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :

Tabel 7.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kota Sawahlunto

  NO

ISU STRATEGIS KETERANGAN

  1 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

  2 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  3 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

  4 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  5 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan

  6 Lahan untuk pengembangan permukiman yang kurang produktif dikarenakan kondisi daerah yang berbukit - bukit

B. Kondisi Eksisting

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya. Adapun Kondisi eksisting pengembangan permukiman Kota Sawahlunto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/ peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Jenis No./tahun Perihal Daerah Produk NO pengawasan.

  2. Perda No. 2 Tahun Penataan Kawasan Deliniasi / batas 2010 Kota Lama kawasan Kota Lama Sawahlunto dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota Lama dan pengaturannya dengan sistem pemintakatan / zonasi, yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pengembang.

  3. Perda No. 6 Tahun Pengelolaan Cagar Pengelolaan Benda 2007 Budaya Cagar Budaya dimaksudkan untuk melestarikan nilai – nilai sejarah dari Benda Cagar Budaya yang merupakan identitas Daerah sebagai Kota Tambang.

  4. Perda No. 6 Tahun RTRW 2012

  5. Perwako No. 1 tahun Izin Mendirikan Izin Mendirikan 2010 Bangunan Bangunan yang ( IMB ) selanjutnya disingkat

  IMB adalah izin untuk mendirikan, merombak, memperbaiki, meliputi kegiatan pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan.

  2. Perda No. 2 Tahun Penataan Kawasan Deliniasi / batas 2010 Kota Lama kawasan Kota Lama Sawahlunto dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota Lama dan pengaturannya dengan sistem pemintakatan / zonasi, yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pengembang.

Tabel 7.3. Data Kawasan Kumuh Kota Sawahlunto Jumlah Jumlah Jumlah Rumah Luas Rumah Semi Penduduk NO Lokasi Kawasan Kumuh Kawasan Permanen Permanen (HA) (Jiwa) (Unit) (Unit)

  1 Sawah Talang, Sawah 4,08 63 252 1.323 Tambang (Kec.

  Silungkang)

  2 Pasar Mudik (Desa 5,21 38 150 789 Lumindai Kec. Barangin)

Tabel 7.4. Data Kondisi RSH di Kota Sawahlunto NO Lokasi

  RSH Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni (Jiwa) Kondisi Prasarana CK yang Ada

  1 Perumahan Lembah Santur I Desa Santur 2000 CV. Multi

  Mitra Serasi 630 Jalan; drainase; bak sampah; pipa PDAM; listrik; telekomunikasi;

  2 Perumahan Lembah Santur II Desa Santur 2008 CV. Multi

  Mitra Serasi 210 Pipa PDAM; listrik; jalan; telekomunikasi;

  3 Perumahan Bukit Mutiara Desa Santur 2012 PT.

  Rapindo Mutiara

  Abadi 227 Jalan; drainase; bak sampah; pipa PDAM; listrik; telekomunikasi;

  4 Perumahan Cempaka Mas Desa Santur 2012 CV.

  Mangku

  63 Pipa PDAM; listrik; jalan; telekomunikasi;

  5 Perumahan Mitra Bangun Selaras Desa Kolok Nan Tuo 2007 PT. Mitra

  Bangun Selaras 420 Jalan; drainase; bak sampah; pipa PDAM; listrik; telekomunikasi;

Tabel 7.5. Data Kondisi Rusunawa di Kota Sawahlunto NO Lokasi Rusunawa Tahun PembangunanTabel 7.6. Data Program Pedesaan di Kota Sawahlunto Tahun 2014 N O Program Kegiatan Lokasi Volume / Satuan Status Kondisi Insfrastruktur

  Desa Batu Tanjung

  1. Unit MCK Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  Desa Muaro Kelaban

  1. Unit MCK Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  Desa Taratak bancah

  1 Pembagunan Infastruktur Sanitasi Permukiman (DAK)

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  4. Tempat Sampah

  

Pengelola Jumlah

Penghuni Kondisi Kondisi Prasarana CK yang Ada

  3. Drainase Lingkun gan

  2. Lampu Jalan

  1. Jalan Lingkun gan

  Umum ± 500 Org Kondisi Saat bangunan dalam keadaan terawat dan adanya penambahan fasilitas pendudkung lainnya.

  1 Kelurahan Durian II 2012 Dinas Pekerjaan

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  1. Unit MCK Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  N O Program Kegiatan Lokasi Volume /

Satuan

Status Kondisi

  Desa talago Gunuang

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  Desa Kumbayau

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  Desa Bukit Gadang

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  Desa Talawi Mudiak

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  Desa sikalang

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  Insfrastruktur

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  Desa Kubang Tangah

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  Desa silungkang Duo

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  1. Unit Pengolahan air Pamsimas

  2 Pamsimas Desa silungkang Tigo

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Pemberdayaa n Masyarakat Proses Pembangunan

  

N Program Lokasi Volume / Satuan Status Kondisi

O Kegiatan Insfrastruktur

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  2 SANIMAS IDB Kelurahan

  1. Unit Pemberdaya Proses Kubang

  IPAL an Pembangunan Sirakuk KOMUNAL Masyarakat Utara Desa

  1. Unit Pemberdaya Proses Sikalang

  IPAL an Pembangunan KOMUNAL Masyarakat

C. Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain adalah: Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya: 1. Masih luasnya 1. kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial. Adapun Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman yang ada di Kota Sawahlunto adalah :

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Kota

Tabel 7.7. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Di Kota Sawahlunto N Permasalahan Tantangan Alternatif Solusi O Pengembangan Pengembangan Permukiman

  1

  2

  3

  4

  1 Aspek Teknis

  1. Kondisi Kota Membutuhkan Keahlian Mendesain bangunan sesuai Sawahlunto dan dalam Merencanakan dengan standar bangunan.

  Kondisi Lahan Yang pengembangan kawasan berbukit Bukit Permukiman

  2. Terbatasnya lahan Perubahan alih fungsi Membuat aturan tentang untuk kawasan lahan perubahan alih fungsi. Permukiman

  Secara berkala

  3. Status lahan yang Lahan masih dikuasai membebaskan lahan dari tidak jelas oleh pihak 3 pihak ke 3

  2 Aspek Kelembagaan Perlu adanya rencana detail

  Belum adanya Aturan Perlu dibuat aturan yang dalam Pengembangan detail dalam detail tentang regulasi

  Permukiman Bagi Kota Pengembangan Pengembangan Permukiman Bagi Kota permukiman.

  4 Aspek Peran swasta dan Masyarakat Pihak swasta dan masyarakat belum berperan dalam pengembangan sarana prasarana umum permukiman

  Membentuk pelaksanaan program pengembangan sarana prasarana umum permukiman melibatkan pihak swasta dalam program CSR

7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman yang ada dikota Sawahlunto berdasarkan Tabel diberikut :

Tabel 7.8. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto N O Uraian Satuan Tahun I 2014 Tahun II 2015 Tahun III 2016 Tahun IV 2017 Tahun V 2018 Ket

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  1 Jumlah Penduduk 58.972 59.342 60.102 60.873 61.657 62.453

  3. Barangin 226 475 463 452 440 429

  4. Talawi 107 223 213 212 207 186

  2 Sasaran Penurunan

  24.73

  16.48

  12.40

  7.19

  3.90

  0.41 Kawasan Kumuh(Ha)

  3 Kebutuhan rusunawa

  1

  1

  1

  1

  2

  3 (Twinblock)

  

4 Kebutuhan RSH 3305 3305 2606 2208 1904 1701

(unit)

  5 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru

  1.5

  3.0

  4.5

  6.5

  8.2

  10 (ha)

Tabel 7.9. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto N Uraian Satuan Tahun I Tahun Tahun Tahun Tahun Ket O

  2014

  II 2015

  III 2016

  IV V 2018 2017

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  1 Jumlah Penduduk 58.972 59.342 60.10 60.873 61.65 62.453 jiwa jiwa 2 jiwa jiwa 7 jiwa jiwa Kepadatan Penduduk 216 217 220 223 225 228 jiwa/km jiwa/km jiwa/k jiwa/km jiwa/k jiwa/km

  2 2 m2 2 m2

  2 Proyeksi Sebaran Penduduk (Per Kecamatan/Jiwa)

  1. Silungkang

  2. Lb. Segar

  3. Barangin 10.488 10.663 10.84 11.020 11.20 11.389

  4. Talawi 12.148 12.161 12.187 3 12.213 17.607 17.928 12.17 18.589 12.20 19.274 18.352 18.591 4 19.078 19.577

  18.25

  18.92

  5

  8

  18.83

  19.32

  3

  6 Proyeksi Sebaran Penduduk Miskin(Per Kecamatan/KK)

  1. Silungkang

  2. Lb. Segar

  3. Barangin 104 349 234 224 214 205

  4. Talawi 91 186 178 170 163 155 226 475 463 452 440 429

  107 223 213 212 207 186

  2 Desa Potensial untuk Agropolitan (ha) 1.237 1.237 1.237 1.237 1.237 1.237

  3 Desa Potensial untuk Minapolitan Desa Rantih (ha)

  6.22

  6.22

  6.22

  6.22

  6.22

  6.22

  4 Kawasan Rawan Bencana (ha) 241 241 241 241 241 241

  5 Kawasan Perbatasan

  6 Kawasan Permukiman Pulau-Pulau Kecil

  7 Desa Kategori Miskin

  8 Kawasan dengan Komoditas Unggulan

  1. Kampung tenun silungkang oso 6,57 6,57 6,57 6,57 6,57 6,57

  2. Minyak serai wangi Desa Balai Batu Sandaran 12,95 12,95 12,95 12,95 12,95 12,95

  3. Kampung sate Desa Muaro kelaban

  8.58

  8.58

  8.58

  8.58

  8.58

  8.58

  4. Desa Wisata Rantih

  6.22

  6.22

  6.22

  6.22

  6.22

  6.22

  5. Peternakan Sapi Desa Kolok Nan Tuo

  16.76

  16.76

  16.76

  16.76

  16.76

  16.76 Sumber : Satgas Randal Kota Sawahlunto

7.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari : 1) Pengembangan lingkungan permukiman baru dalam bentuk pembangunan RSH, Rusunawa dan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni. 2) Pembangunan perumahan swadaya masyarakat. 3) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh. 4) Revitalisasi kawasan permukiman. 5) Revitalisasi kawasan kota lama. 6) Relokasi kawasan padat kumuh dan miskin. 7) Pembangunan Kawasan strategis dan cepat tumbuh. 8) Infrastruktur kawasan permukiman perkotaan 9) Infrastruktur kawasan permukiman kumuh 10) Infrastruktur permukiman RSH 11) Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :

  1. Pengembangan kawasan permukiman baru untuk pembangunan RSH, dan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni.

  Pengembangan kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan 2. bencana.

  3. Pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh perdesaan.

7.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

  10 Paket 2.135.705.000 Tersebar di Kota Sawahlunto

  6 Paket 1.320.000.000 Desa Pembebasan

  4 Pamsimas

  Pembebasan Lahan DED

  2 Unit 850.000.000 Desa Sikalang Kel. Kubang Sirakuk Utara

  IPAL Komunal Program Sanimas IDB

  3 Pembagunan

  Pembebasan Lahan DED

  Usulan program dan kegiatan yang ada dikota sawahlunto setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

Tabel 7.10. Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Sawahlunto N O Program Kegiatan Volume / Satuan Biaya Lokasi Kriteria Kesiapan

  1 Paket 1.235.000.000 Saringan Pembebasan Lahan DED

  1 Peningkatan Sarana Air Minum (DAK)

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  2 Pembagunan Sarana Prasarana Sanitasi Permukiman (DAK)

72. Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang undang dan peraturan antara lain: 1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). 2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah: keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

  3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No.

  36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan. 4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati. 5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan. Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

  a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

  c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

  d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat. Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2. Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

  • Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
  • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
  • Pelatihan teknis.

  c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

  • Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
  • Paket dan Replikasi.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

A. Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

  Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga

7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

  Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

  Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Penataan Lingkungan Permukiman a.

  Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

  b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c.

  Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

  e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal; f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in- cash sesuai MoU PAKET; c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah

Tabel 7.11 Isu Strategis Sektor PBL di Kota Sawahlunto

  

No Kegiatan sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL di Kab/Kota

  1

  2

  3

  1. Penataan Lingkungan Permukiman

  a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL; b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH)

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, dan Rumah Negara kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)

  b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung

  c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

  e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

  3. Pemberdayaan Komunitas dalam

  a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun Penanggulangan Kemiskinan 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk

  Indonesia;

  b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah

  2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama. Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.

Tabel 7.12 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan No Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Amanat Jenis Produk Nomor Tentang Pengaturan & Tahun

  1

  2

  3

  4

  5

  1. Perda No. 1 tahun Penyelengaraan Peraturan Daerah ini 2010 Bangunan Gedung mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi persyaratan administrasi dan teknis penyelenggaraan bangunan gedung serta dimaksudkan untuk

  • – memberikan batas batas Kawasan Kota Lama dan pengaturannya dengan sistem pemintakatan / zonasi, yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pengembang.

  3. Perda No. 6 Tahun Pengelolaan Cagar Pengelolaan Benda 2007 Budaya Cagar Budaya dimaksudkan untuk melestarikan nilai – nilai sejarah dari Benda Cagar Budaya yang merupakan identitas Daerah sebagai Kota Tambang.

  4. Perda No. 6 Tahun RTRW 2012

  5. Perwako No. 1 tahun Izin Mendirikan Izin Mendirikan 2010 Bangunan Bangunan yang

Tabel 7.13 Penataan Lingkungan Permukiman N o Kawasan Tradisional Bersejarah RTH PEMENUHIN SPM PENANGGANAN KEBAKARAN Nama Kawasa n Dukungan Infrastruktur CK Lokasi/ Nama RTH

  

KETE

RSE

DIAAN

INSTA NSI PRASARA NA KEBAKAR AN

  IM B HSBGN %

  5000 M2

  2. Taman Kandi 5000 M2

  Jalan, Drainase, Lampu Jalan, Telekomunikasi, istrik, Air Bersih

  2. Kawasa n Kandih

  4.Kecamatan Talawi ADA ADA

  3.Kecamatan Barangin

  2.Kecamatan Lembah Segar

  1.Kecamatan Silungkang

  1. Taman Ombilin Sawahunto

  IM B HSB GN

  

IMB

%

  1. Kawasa n Kota Lama

  5

  4

  3

  2

  1

  Jalan, Drainase, Lampu Jalan, Telekomunikasi, istrik, Air Bersih

Tabel 7.14 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  

N Kawasan Jumlah Status Kondisi Ketersediaan Utilitas

o Kecamatan Bangunan Kepemilikan Bangunan Bangunan Negara Berdasarka n Fungsi

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  1. Kecamatan Fungsi Silungkang Hunian

  Fungsi Keagamaan Fungsi Usaha Fungsi Sosial Budaya Fungsi Khusus

  2. Kecamatan Fungsi Lembah Segar Hunian

  Fungsi Keagamaan Fungsi Usaha Fungsi Sosial Budaya

  4. Kecamatan Talawi Fungsi Hunian Fungsi Keagamaan Fungsi Usaha Fungsi Sosial Budaya

  Ket : Data belum tersedia di Kota Sawahlunto

Tabel 7.15 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  

N Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan Kegiatan Pemberdayaan

o (P2KP) lainnya

  1

  2

  3

  4

  N Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan Kegiatan Pemberdayaan o (P2KP) lainnya

  1

  2

  

3

  4 Fungsi Usaha

  Fungsi Sosial Budaya Fungsi Khusus

C. Permasalahan dan tantangan Pengembangan Penataan Bangunan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :

  Penataan Lingkungan Permukiman :

  1. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

  2. Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalampenyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

  3. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

  4. Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

  5. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

  6. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;

  7. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

  8. Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

  9. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;

  10. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau :

  • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah :

  • Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
  • Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
  • Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

  

N Aspek PBL Masalah yang Tantangan Alternatif

O Dihadapi Pengembangan Solusi

  1

  2

  3

  4

  5

  1 Aspek Teknis Membutuhkan

  1 Paket Keahlian dalam

  4. Kondisi Kota Merencanakan dan

  Sawahlunto dan Pembangunan

  Kondisi Lahan Yang Permukiman berbukit Bukit

  5. Terbatasnya lahan untuk kawasan Permukiman

  2 Aspek Kelembagaan Perlu dibuat aturan yang jelas

  1. Belum adanya Aturan Yang Jelas dalam Pengembangan Permukiman Bagi Kota

  2. Belum adanya patung hukum yang jelas bagi yang mengelola kegiatan

  

N Aspek PBL Masalah yang Tantangan Alternatif

O Dihadapi Pengembangan Solusi

  1

  2

  3

  4

  5

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat

  3. Pembiayaan yang mahal dalam pengembangan permukiman

  5 Aspek Lingkungan Perumahan

  4. Pembiayaan yang mahal dalam pengembangan permukiman

  Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1 Aspek Teknis Membutuhkan

  1 Paket Keahlian dalam

  1. Kondisi Kota Merencanakan dan

  Sawahlunto dan Pembangunan

  

N Aspek PBL Masalah yang Tantangan Alternatif

O Dihadapi Pengembangan Solusi

  1

  2

  3

  4

  5 dalam Pengembangan Permukiman Bagi Kota

  2. Belum adanya patung hukum yang jelas bagi yang mengelola kegiatan tersebut

  3 Aspek Pembiayaan

  1. Pembiayaan yang mahal dalam pengembangan permukiman

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat

  1. Pembiayaan yang mahal dalam

  

N Aspek PBL Masalah yang Tantangan Alternatif

O Dihadapi Pengembangan Solusi

  1

  2

  3

  4

  5 Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  1 Aspek Teknis Membutuhkan

  1 Paket Keahlian dalam

  1. Kondisi Kota Merencanakan dan

  Sawahlunto dan Pembangunan

  Kondisi Lahan Yang Permukiman berbukit Bukit

  2. Terbatasnya lahan untuk kawasan Permukiman

  2 Aspek Kelembagaan Perlu dibuat aturan yang jelas

  1. Belum adanya Aturan Yang Jelas dalam Pengembangan Permukiman Bagi Kota

  2. Belum adanya

  N Aspek PBL Masalah yang Tantangan Alternatif O Dihadapi Pengembangan Solusi

  1

  2

  3

  4

  5 permukiman

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat

  1. Pembiayaan yang mahal dalam pengembangan permukiman

  5 Aspek Lingkungan Perumahan

  1. Pembiayaan yang mahal dalam pengembangan permukiman

D. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

  RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

  RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :

  1. Program Bangunan dan Lingkungan;

  2. Rencana Umum dan Panduan Rancangan;

  3. Rencana Investasi;

  4. Ketentuan Pengendalian Rencana; 5. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

  • - RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

  RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

  RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

  • Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :

  1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

  2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

  3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;

  4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

  • - Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Tabel 6.17 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  

N Standar Pelayanan Waktu Keteranga

Jenis Dasar Pelayanan O Minimal Pencapaian n

  

Indikator Nilai

  1

  2

  3

  4

  5 Kegiatan Penataan Lingkungan

  Permukiman

  1 Penataan Izin Terlayaniny 100 % 2014 Dinas yang Bangunan Mendirik a Membidan dan an masyarakat ggi Lingkungan Banguna dalam Perijinan n (IMB) pengurusan

  IMB di kabupaten/ kota. Harga Tersediany 100 % 2014 Dinas yang Standar a pedoman Membidan Banguna Harga ggi n Standar Perijinan Gedung Bangunan Negara Gedung (HSBGN) Negara di kabupaten/

  N O Jenis Dasar Pelayanan Standar Pelayanan Minimal Waktu Pencapaian Keteranga n Indikator Nilai

  1

  2

  3

  4

  5 kawasan perkotaan.

  b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah

  Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi :

  1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

  2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan. Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

  c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Tabel 6.18. Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto N Uraian Kebutuhan O Satuan Tahun I Tahun Tahun Tahun Tahun Ket

II III

  IV V 2014 2014 2016 2017 2018

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

1 Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  1 Ruang M2 Terbuka Hijau (RTH)

  2 Ruang M2 Terbuka

  3 PSD Unit

  4 PS Unit Lingkungan

  5 HSBGN Laporan

  1

  1

  1

  1

  1

  6 Pelatihan Laporan

  1

  1

  1

  1

  1 Teknis

  N Uraian Kebutuhan O Ket Satuan Tahun I Tahun Tahun Tahun Tahun

II III

  IV V 2014 2014 2016 2017 2018

  1

  2

  3

  4

  5

  6