BAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 7afb6ba8fe BAB VIIIBAB 8 ASPEK TEKNIS KOTA MOKER

  BAB

VIII ASPEK TEKNIS PER

  

SEKTOR

  Pada bab 8 (delapan) tentang aspek teknis per sektor di Kota Mojokerto akan menjelaskan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup 4 (empat) sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

8.1. Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Arahan Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain : a. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  b. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  c. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  d. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut :

  A.Tugas

1.Pemerintah Pusat

  a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

  c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman. d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

  e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

  2.Pemerintah Provinsi

  a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

  b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

  c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

  e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

  f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR. h.Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

  3.Pemerintah Kabupaten/Kota

  a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

  b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang- undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

  f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

  h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

  B.Wewenang

1.Pemerintah Pusat

  a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

  b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

  c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturanperundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategipenyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

2.Pemerintah Provinsi

  a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang- undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

  g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

  h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3.Pemerintah Kabupaten/Kota

  a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasanpermukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidangperumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dankawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang- undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

  f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

  g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

  h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

  Lingkup Kegiatan

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsiDirektorat Pengembangan Permukiman adalah:

  Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau- pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

  Penanganan Prasarana dan Sarana bidang keciptakaryaan di Kota Mojokerto dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 18 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto. Adapun tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto seperti berikut : Tugas : Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dibidang Pekerjaan

  Umum Fungsi :  Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum ;

   Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum ;

   Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum ; dan  Pelaksanaan tugas dinas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

  a.Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini antara lain :  Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim ;

   Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan ;  Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI ;  Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan ;

   Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin ;  Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh ;

   Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun ;  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman ;

   Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

  Kemudian untuk isu strategis Kota Mojokerto yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8.1. Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Mojokerto No Sektor/Kawasan Isu Strategis Pengembangan Loka si Pengembangan

1 Permukiman Pengembangan perumahan

  PerumnasSurodinawan, Perumnas Pulorejo Pengembangan kualitas permukiman

  Kelurahan Miji,Kelurahan Sumber : RTRW Kota Mojokerto 2012 - 2032

  b.Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

   Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau

   Sistem informasi perkotaan secara Nomor Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan (KSNP- Kota) Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan

   Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam pembangunan perkotaan

   Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah

   Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam pengelolaan pembangunan perkotaan

  3

   Pengembangan ekonomi yang berdaya saing global  Penciptaan iklim kehidupan sosial Nomor Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan (KSNP- Kota) Pengembangan Permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial

   Pengembangan pendanaan dan penyediaan tanah bagi pembangunan permukiman secara partisipatif

   Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan berkeadilan

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian Kota Mojokerto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni, terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di Kota Mojokerto (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota, maupun peraturan lainnya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

  2

  Strategi Nasional Perkotaan (KSNP- Kota) Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional

  9 Pengembangan kota-kota khusus berkembang cepat dan kawasan Nomor Kebijakan dan

  8 Pengembangan kota-kota berfungsi nasional/intenasional

  7 Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah

  6 Penyiapan Prasarana dan sarana perkotaan nasional

  1

Tabel 8.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman terkait Pengembangan Permukiman di Kota Mojokerto No Perda/Pergub/Perwa/Perbub/Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal

  Sebagai salah satu elemen yang mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kota, maka perkembangan perumahan dan permukiman menjadi salah satu indikatornya. Secara keseluruhan jumlah rumah yang ada di Kota Mojokerto berjumlah ± 32.567 unit. Dari jumlah tersebut rumah

yang terbanyak di Kecamatan Magersari sejumlah 16.902 unit, dengan distribusi tertinggi berada di Kelurahan Wates sebanyak 4.556 unit. Untuk Kecamatan Prajurit Kulon jumlah rumahnya adalah sebanyak 15.665, dengan distribusi terbanyak jumlah rumah ada di Kelurahan Kranggan sebanyak 4.311 unit. Lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  

Tabel 8.3.

Data Kawasan Kumuh di Kota Mojokerto

  1 Balongkrai I Prajurit Kulon Pulorejo

  1.18

  2 Kradenan Prajurit Kulon Kauman

  0.56

  3 Gg. Tanggul Prajurit Kulon Mentikan

  1.30

  4 Ngaglik Prajurit Kulon Kranggan

  0.21

  5 Sentanan Selatan Magersari Sentanan

  2.19

  6 Sentanan Utara Magersari Sentanan

  0.30

  7 Sumolepen Magersari Balongsari

  11.66

  8 Balongrawe Magersari Kedundung

  6.83 LUAS TOTAL KABUPATEN (Ha) : Sedangkan untuk tipe atau pola permukiman yang terdapat di Kota Mojokerto adalah berupa Permukiman Informal. Permukiman informal adalah permukiman yang menempati tanah legal milik pemerintah yang dibangun atas hasil swadaya warga kota atau biasa disebut permukiman kampung (perumahan lama) yang merupakan permukiman yang sudah ada sejak zaman dahulu. Pengertian permukiman informal lainnya adalah perumahan yang dibangun tidak pada lahan yang diperuntukkan untuk membangun perumahan atau tidak mendapatkan izin pemilikan tanah dari pemerintah contohnya adalah huniar liar yang berada di stren sungai maupun disepanjang rel kereta api yang merupakan lahan milik PT. KAI. Kondisi permukiman informal dan marginal tersebut akan cenderung kumuh. Berdasarkan atas Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan (Dirjen Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah), suatu kawasan dapat dikatakan kumuh jika aspek - aspek lingkungan permukiman secara jelas menunjuk kepada keadaan tidak layak, kondisi kesehatan tidak memenuhi syarat, secara fisik bangunan kurang nyaman dan tidak aman, kepadatan bangunan tinggi, rawan terjangkit berbagai penyakit, tingkat pelayanan prasarana dan sarana lingkungan tidak memadai, serta membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuni.

  Permukiman formal adalah permukiman yang diberi izin oleh pemerintah dalam skala luas dan biasanya dibangun oleh developer swasta ataupun pemerintah yang bekerjasama dengan developer untuk membantu warga kota dalam mendapatkan rumah. Permukiman formal ini juga dapat disebut sebagai perumahan massal meliputi perumahan yang biasanya berbentuk real estate atau kompleks yang dikembangkan oleh pengembang secara komersial.

  Perkembangan hunian massal di Kota Mojokerto cukup pesat, kondisi tersebut dapat dilihat di lapangan beberapa hunian massal yang mulai berkembang di Kota Mojokerto diantaranya adalah Perumahan Griya Ijen, Perumahan Wates di Kelurahan Wates, Perumahan Magersari Indah di Kelurahan Magersari, Griya Permata Meri (GPM) di Kelurahan Meri, Perumahan Kedundung Indah di Kelurahan Kedundung, Perum Kranggan Permai di Kelurahan Kranggan. Kemudian mengenai jumlah rumah sederhana sehat (RSH) di Kota Mojokerto dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 8.4. Data Jumlah Rumah Sederhana Sehat (RSH) Tiap Kelurahan di Kota Mojokerto

  Kondisi Tahun Jumla No Lokasi RSH Pengelola Prasarana Pembangun h CK yang an Penghu Kecamatan Prajurit Kulon

Tabel 8.1 Data Program Perdesaan Kota Mojokerto

  Program Rincian Kegiatan LOKASI Volum SATUAN e

  Pengembangan SPAM di Desa

  Rawan Pelaksanaan Kegiatan DAK bidang sanitasi

  Pelaksanaan Kegiatan DAK

  Kecamatan Prajurit Kulon

  Kecamatan Prajurit Kulon mempunyai luas sebesar 775,8 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 7.838 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Mentikan sebesar 39.621 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada di Kelurahan Blooto sebesar 3.267 jiwa/km², kesenjangan ini jika dibiarkan maka dapat berdampak pada rawan akan menurunnya kondisi lingkungan di kelurahan yang memiliki kepadatan hunian tinggi. Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon lebih banyak menunjukkan permasalahan kualitas, terutama dalam hal permasalahan kualitas fisik. Prosentase cakupan rumah layak huni pada Kecamatan Prajurit Kulon adalah 95,5% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4,5%. Sehingga dalam upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh. Permasalahan lain yang terkait perumahan dan permukiman di Kecamatan Prajurit Kulon adalah permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta api. Dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penertiban sedini mungkin di kawasan tersebut agar jangan sampai proses ini menjadi semakin komplek.

  Kecamatan Magersari

  Kecamatan Magersari merupakan kecamatan yang paling luas yaitu sebesar 870,3 Ha, dengan kepadatan penduduk sebesar 8.437 jiwa/km². Kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Jagalan sebesar 20.881 jiwa/km², kemudian untuk kepadatan terendah berada di Kelurahan Gunung Gedangan sebesar 3.952 jiwa/km². Secara umum bahwa permasalahan perumahan dan permukiman di Kecamatan Magersari terdiri dari permasalahan kualitas fisik, permasalahan yang tidak sesuai dengan tata ruang seperti permasalahan di daerah genangan, permasalahan di sempadan sungai serta permasalahan di bantaran rel kereta api.

  Prosentase cakupan rumah layak huni di Kecamatan Magersari adalah 96% dan rumah tidak layak huni sebanyak 4%. Sehingga dalam upaya meningkatkan cakupan rumah layak huni sebesar 100%, dibutuhkan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, khususnya kawasan kumuh.

  Melihat kondisi permukiman yang ada di Kecamatan Magersari maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan penanganan permukiman kumuh yang ada. Sedangkan tantangan terkait dengan perkembangan perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto adalah :

  Memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman terutama

   bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Mojokerto ; Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar

   tingkat golongan masyarakat di Kota Mojokerto ; Menyediakan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang

   serasi dan berkelanjutan ; serta Mengelola pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan

   efisien di Kota Mojokerto.

Tabel 8.2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan

  

Permukiman Kota Mojokerto

Permasalahan Tantangan No

  Alternatif Solusi Pengembagan Pengemban

  1 Aspek Teknis

  2 Aspek Kelembagaan

  3 Aspek Pembiayaan

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta

  5 Aspek Lingkungan Permukiman

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Analisa kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisa kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap kecamatan memiliki permasalahan yang terkait dengan perumahan dan permukiman. Permasalahan tersebut ada yang bersifat fisik dan non fisik. Permasalahan yang bersifat fisik misalnya kondisi bangunan rumah yang tidak permanen, kondisi lantai bangunan rumah yang masih tanah, fasilitas MCK keluarga yang minim sementara hunian berdekatan dengan saluran air sehingga digunakan sebagai alternatif MCK, lingkungan kumuh, dan sebagainya. Sementara permasalahan non fisik adalah adanya keluargakeluarga yang secara ekonomi kurang mampu, sehingga hunian yang dimilikinya relative kurang layak untuk ditempati.

  Dalam menyikapi permasalahan yang beragam terkait pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Mojokerto ada beberapa latar belakang pemikiran yang menjadi paradigma dalam konsep nantinya, yaitu :

  1. Penanganan permasalahan diupayakan untuk dilakukan secara komprehensif atau menyeluruh. Misalnya dalam program perbaikan kampung kumuh tidak hanya bangunan saja yang mendapat program tetapi lingkungan sekitarnya juga perlu mendapatkan program ;

  2. Pemberdayaan masyarakat setempat dalam setiap program bantuan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan perawatan ;

  3. Bantuan diupayakan dalam bentuk prgram kegiatan yang pelaksanaannya mengikut sertakan masyarakat lokal, tetapi jika hal tersebut masih terlalu komplek dan mengalami banyak kendala dapat diubah dalam bentuk bantuan non tunai ;

  4. Perlu diupayakan menjajaki program kemitraan dengan pihak swasta yang memiliki perhatian terhadap pembangunan perumahan dan permukiman khususnya bagi keluarga miskin ;

  5. Untuk semakin dapat memberikan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman terutama di kawasan yang padat penduduknya, perlu dirintis konsep pembangunan rumah susun dengan pendekatan peremajaan kota. Program penyediaan rumah susun tersebut dapat diintegrasikan dengan Program Perbaikan Kampung (Kampung

  Improvement Program/KIP), sehingga tidak hanya diperoleh permukiman yang

  layak huni tapi juga lingkungan pendukung yang baik. Adapun elemen yang ditata dari konsep penyediaan perumahan dan permukiman dengan pola ini adalah perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan, perbaikan saluran air hujan, saluran air limbah, sarana mandi cuci kakus (MCK), pengadaan air bersih, serta penanganan persampahan ;

  6. Bagi kawasan yang masih memiliki lahan relatif luas maka dapat dikembangkan konsep kapling siap bangun untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Kemudian konsep Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang dilaksanakan dengan subsidi pemerintah, usaha koperasi dalam pengadaan rumah, dan kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat ;

  7. Pada kawasan yang dinilai merupakan kawasan cepat tumbuh maka diperlukan konsep penataan kawasan terintegrasi dalam bentuk RTBL

  (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) diperdetail sehingga dihasilkan desain tapak sebagai panduan perwujudan fisik bangunan dan lingkungan serta panduan bagi pengendalian pelaksanaan. RTBL juga memuat rencana keserasian antar bangunan dan estetika lingkungan, di samping rencana fisik bangunan ;

  8. Sebagai kegiatan turunan dari setiap pengembangan perumahan dan permukiman, perlu dikembangkan konsep progran penyehatan lingkungan perumahan dan permukiman yang meliputi pengelolaan persampahan, pengelolaan dainase dan pengelolaan air limbah yaitu : a) Di dalam pengelolaan persampahan antara lain dikembangkan sistm modul dalam pelayanan dan pengelolaan sampah. Pengumpulan sampah dari rumah tangga sampai dengan tempat pembuangan sementara dilakukan oleh RT/ RW setempat atau dengan cara pemilahan sampah, sedangkan pengangkutan sampah selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA) dilakukan oleh Pemerintah Daerah/Perusahaan Daerah.

  b) Penanganan drainase diutamakan untuk mengatasi kawasan di perkotaan yang rawan genangan. Secara bertahap dimulai pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan yang lebih luas. Pengelolaan drainase masih terbatas pada penanganan genangan- genangan pada kawasan perkotaan dengan merahabilitasi dan menyempurnakan jaringan saluran drainase perkotaan, termasuk pompa dan bangunan drainase lainnya.

  c) Dalam pengelolaan air limbah dikembangkan konsep pelayanan dan pengelolaan dengan cara sanitasi setempat menggunakan teknologi murah dan tepat guna. Konsep pelayanan menggunakan jamban keluarga, MCK dan sebagainya diterapkan pada kawasan berkepadatan rendah dan memiliki muka air tanah rendah. Dalam hal penanganan dengan cara sanitasi setempat sudah tidak memadai, mulai dikembangkan sistem pengelolaan terpusat dengan menggunakan perpipaan, terutama pada kawasan berkepadatan tinggi.

  d) Penyediaan dan pengelolaan air bersih konsepnya ditekankan pada peningkatan kapasitas produksi serta penambahan jumlah sambungan rumah. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, khususnya untuk meluaskan pelayanan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, terpencil dan sulit air. Salah satu konsep yang dapat dikembangkan adalah dengan pembangunan kran umum dan terminal air yang dilanjutkan pemasangan sambungan ke rumah-rumah sesuai perkembangan kemampuan masyarakat.

8.1.4. Program-program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari : 1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa, serta

  2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

  Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial

  (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil ; 2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE) ; 3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan. Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar berikut.

  Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 6.1. Alur Program Pengembangan Permukiman

  Untuk Kota Mojokerto program yang akan diterapkan dalam sector pengembangan permukiman antara lain :

1. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perumahan dan /Permukiman

  Program ini bertujuan untuk mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman dan terjangkau. Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah : a) Pembangunan rumah secara efektif : rumah susun, rumah mewah dan menengah, RSS dan RSH serta kasiba/lisiba ;

b)Pembangunan rumah swadaya ;

  c) Pembuatan regulasi yang memuat tata cara mendirikan bangunan di pusat kota ; dan d)Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman

2. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

  Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang berkemampuan mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan. Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah : a) Peningkatan kualitas lingkungan secara umum pada kawasan kumuh perkotaan, serta daerah genangan ; b)Fasilitasi dan bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh dan perkotaan ;

  c) Fasilitasi dan pemberian stimulan pembangunan perumahan swadaya yang berbasis pemberdayaan rakyat ; d)Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perumahan ; dan e)Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan tanggap bencana.

  3.Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

  Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan permukiman sesuai dengan standar paradigma sehat. Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan program tersebut adalah : a)Peningkatan pengelolaan limbah padat, cair dan udara ; b)Peningkatan pengelolaan sanitasi lingkungan ;

  c) Pemantapan manajemen perkotaan ; d)Peningkatan sarana dan prasarana TPA ; dan e)Optimalisasi dan penyediaan sarana 3R.

  4.Program Pengelolaan Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

  Program ini bertujuan untuk meningkatkan kebersihan, kesehatan dan kerapian lingkungan permukiman dan perkotaan serta pemakaman menuju terwujudnya lingkungan Kota Mojokerto yang BERSERI.

8.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

  Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, setiap kecamatan di Kota

  Mojokerto memiliki permasalahan yang terkait dengan perumahan dan permukiman. Permasalahan tersebut ada yang bersifat fisik dan non fisik, oleh karena itu perlu ada program dan kegiatan yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Adapun rincian dan kegiatan program perumahan dan permukiman dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM ) BIDANG PU CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA DISETIAP ENTITAS PROVINSI : JAWA TIMUR KOTA: MOJOKERTO SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- NO

LOKASI KSK SEKTOR

  VOLUME SATUAN TAHUN APBN APBD KAB / BUMD KPS/SWAS MASYARAK CSR Sektor/Program Rincian DAK APBD PROV. Kegiatan Rp. MURNI PLN

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  12

  13

  14

  15

  16 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawsan

  11 Pengembangan Kawasan Permukiman Kota Mojokerto BANGKIM 2015 900,000

  12 Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Kota Mojokerto BANGKIM 2015 3,225,000 570,000 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kecamatan Magersari(Kedundung-

  16 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN BANGKIM 2015 2,500,000

  PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prajurit Kecamatan Prajurit

  32 BANGKIM 2015 2,500,000 Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawsan

  11 Pengembangan Kawasan Permukiman Kota Mojokerto BANGKIM 2015 900,000 Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan

  12 Kota Mojokerto BANGKIM 2015 3,225,000 570,000 Kecamatan Magersari(Kedundung-

  16 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh BANGKIM 2015 2,500,000 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Prajurit Kecamatan Prajurit

  32 PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN BANGKIM 2015 2,500,000

  65

  VIII-18

8.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain :

1)UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

  Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2)UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

  Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah: a.Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b.Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung. Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh

  Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah

  3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

  

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

  Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

  5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidangPekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh

setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

6. Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)

  Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

  Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi :

  a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara ; b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan ;

  c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

  d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial ;

  e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan ; dan f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat. Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar dibawah ini. Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi : a.Kegiatan penataan lingkungan permukiman

  • Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ;
  • Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ;
  • Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan ; • Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  b.Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

  • Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan ;
  • Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung ;
  • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur ; • Pelatihan teknis.

  c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

  • Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan ; • Paket dan replikasi.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan a.Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Isu strategis untuk penataan bangunan dan lingkungan (PBL) Kota Mojokerto dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1)Penataan Lingkungan Permukiman

   Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL ;  PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan ;  Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan ;  Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal  Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal ;  Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

  2)Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

   Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan) ;

   Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di Kota Mojokerto ;

   Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan ;  Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara ;  Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3)Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

   Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan. Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, scenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi

  a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

  b.Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan