TERAPI BEHAVIOR DALAM MENGATASI KEBIASAAN MENONTON PORNOGRAFI: STUDI KASUS SISWA "X" KELAS X DI SMA ASSA'ADAH BUNGAH GRESIK.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh

Moch. Dony Dermawan NIM: A8.22.12.137

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

2005-2014”penulis berusaha untuk mengungkap dan mengupas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan judul tersebut dimulai dari a) Bagaimanasejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya? b) Apa ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy? c) Bagaimanastrategi Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sehingga bisa diterima oleh masyarakatKecamatanKenjeran Kota Surabaya?.

Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam penelitiannya skripsi ini menggunakan metode historisuntuk mengungkap tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang berada di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Selain itu, penulis juga menggunakan pendekatan sosial-keagamaan. Lebih dalam lagi, agar menjadi sebuah penelitian sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan penulis menggunakan sumber-sumber yang benar-benar otientik seperti sumber tertulis dan juga sumber lisan.

Dari hasil penelitian ini bisa diambil kesimpulan sebagai berikut a) Sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dimulai dari dideklarasikannya Jama'ah Al Khidmah di Kota Semarang kemudian dibentuk pula kepengurusan di Kota Surabaya hingga pada tahun 2012 saat Ust. Ali Mastur, M. Pd menjabat sebagai ketua barulah bisa terorganisir dengan baik disetiap koordinator Kecamatan Kota Surabaya. b) Ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy ada yang berupa teori dan juga ada yang diimplementasikan dengan amaliah-amaliah seperti mengabdi kepada Allah Swt, menyontoh Rasul SAW,

meneruskan amaliah ulama salafus salihSedangkan ajaran yang

diimplementasikan dengan amaliah berupa manaqiban, salat tasbih dan juga maulidan c) Strategi yang dipakai oleh Al Khidmah ialah menggunakan irama lagu yang khas, menggunakan sound system yang berkualitas dan juga melakukan pendekatan terhadap para sesepuh masyarakat, para tokoh lintas agama termasuk pada kalangan elite pemerintah.


(6)

KecamatanKenjeran Kota Surabaya PadaTahun 2005-2014”the researcher attempted to reveal and explore various issues related to the title starting from a) How the history of genesis and development of Jama’ah Al Khidmah in Kenjeran Surabaya? b) What are the teachings of KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy? c) What kinds of strategies that usey by Jama’ah Al Khidmah which can be accepted by society of KenjeranSurabaya city?.

Accordingly in this research using historical methods to reveal about the society of Jama’ah Al Khidmah which are located in Kenjeran Surabaya. Beside that, the researcher also uses socio-religious approachment. In order to be a historical research which can be justified, the researcher uses the authentic sources as like written and oral sources.

The results of this research can be concluded as follows a) The history of genesis and development of Jama’ah Al Khidmah starting from declaration of

Jama’ah Al Khidmah in Semarang and formed the management in Surabaya until

2012 when Ust. Ali Mastur, M. Pd was served as chairman then be organized in each sub-district coordinator of Surabaya b) Theteachings of KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy is a theoretical which is implemented with amaliah-amaliah as devoted to Allah Swt, Following to Rasul SAW, continue ulamasalafussaleh pious while teaching implemented with amaliah be manaqiban, pray tasbih and also maulidan c) Strategies that used by Al Khidmah are using the typical of rhythm of the song, using a quality sound system and also approached the elders of society, leaders of interfaith, including the government’s elite.


(7)

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING . ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI . ... iv

MOTTO. ... v

PERSEMBAHAN. ... vi

ABSTRAK. ... vii

KATA PENGANTAR. ... ix

DAFTAR ISI . ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 9

F. Penelitian Terdahulu ... 12

G. Metode Penelitian ... 15

H. Sistematika Pembahasan . ... 21

BAB II : GAMBARAN UMUN MASYARAKAT KECAMATAN KENJERAN A. Keadaan Geografis. ... 23


(8)

BAB III :SEJARAH LAHIR DAN BERKEMBANGNYA PERKUMPULAN JAMA'AH AL KHIDMAH DI KECAMATAN KENJERAN KOTA SURABAYA

A. Sejarah Lahirnya Perkunpulan Jama’ah Al Khidmah

Indonesia ... 39

B. Sejarah Lahir dan Berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya . ... 45

C. Lambang Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah . ... 57

D. Visi dan Misi Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah . ... 60

E. Aktivitas Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah . ... 62

BAB IV : AJARAN-AJARAN KH. AHMAD ASRORI AL-ISHAQY A. Ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy . ... 66

B. Amaliah-amaliah Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah. .... 70

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan . ... 78

B. Saran . ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama dengan jumlah penganut terbanyak di Indonesia

memiliki berbagai macam kelompok. Kelompok-kelompok itu berkembang

pesat pasca jatuhnya rezim orde baru. Kelompok-kelompok itu bagaikan

bunga yang dibiarkan untuk mendapatkan cahaya dan juga air yang turun dari

langit sehingga bisa berkembang dengan bagus dan cepat.

Kelompok-kelompok itu ada yang bergerak di bidang politik, sosial, keagamaan dan

masih banyak lagi. Dari berbagai macam corak kelompok yang telah penulis

sebutkan tadi, penulis tertarik untuk meneliti kelompok yang bergerak di

bidang sosial-keagamaan. Maka, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sebagai

salah satu dari kelompok-kelompok Islam di Indonesia yang bergerak di

bidang sosial-keagamaan menurut penulis sangat menarik untuk diteliti.

Selain itu, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah ini penulis angkat sebagai

judul skripsi agar masyarakat bisa membedakan antara tareqat Qadiriyah wa

Naqsabadiyah dengan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang didirikan oleh KH. Ahmad Asrori

al-Ishaqy merupakan wadah bagi masyarakat Indonesia untuk memenuhi dari

salah satu kebutuhannya, yaitu kebutuhan spiritual yang bisa dipenuhi dengan


(10)

yang memakai jalan dengan metode sufi.1 Selain itu, Perkumpulan Jama'ah

Al Khidmah dibentuk untuk mewadahi masyarakat dalam mengabdi kepada

Allah Swt, mensuri tauladani baginda Rasul SAW dan juga menegakkan

ajaran-ajaran ulama salafus solih.2 Selain daripada itu, Perkumpulan Jama'ah

Al Khidmah didirikan agar bisa mengkoordinir ratusan, ribuan bahkan

ratusan ribu jama'ah yang hadir di dalam setiap majlis-majlis yang diadakan

oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dalam menyatukan detak hati dan desah

nafas.

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang secara resmi dideklarasikan pada 25

Desember 2005 terus berkembang pesat pengikutnya, baik dari dalam dan

juga luar negeri. Hal ini disebabkan oleh konsistennya Perkumpulan Jama'ah

Al Khidmah untuk tidak terjun di dunia politik dan juga pergerakan yang

dilakukan oleh Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan

ajaran-ajaran dari guru tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yaitu KH. Ahmad

Asrori al-Ishaqy untuk menarik hati masyarakat sehingga masyarakat tertarik

dan menerima ajaran-ajaran beliau dan akhirnya masuk di dalam tarekat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang berarti Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

merupakan kaki tangan dari tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang

dibawa oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Selain itu, amaliah-amaliah yang

dicontohkan oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan akhirnya disyiarkan oleh

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah pada awalnya hanya diminati dan diikuti

oleh kalangan orang tua akhirnya bisa disenangi dan diikuti oleh kalangan

1

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 74. 2


(11)

pemuda dan pemudi baik dari kalangan pelajar maupun akademisi.

Tidak hanya itu, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah juga diterima di berbagai

lapisan masyarakat dari tingkat bawah, menengah dan juga kalangan elite.

Bukti keantusiasan para pemuda dan pemudi juga berbagai lapisan

masyarakat bisa dilihat dengan berkembangnya Jamaah Al Khidmah di

Kampus-kampus, di Sekolah-sekolah, di berbagai Masjid, Mushalla dan juga

di perkampungan-perkampungan hampir seluruh Indonesia dan juga

diadakannya majlis dzikir yang merupakan salah satu ajaran dari KH. Ahmad

Asrori al-Ishaqy di tempat-tempat tersebut, bahkan di tahun 2013 tercatat

sudah 14 provinsi 105 kabupaten dan 99 perguruan tinggi yang sudah

mengikuti Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah ini.3

Selain para mahasiswanya, ternyata para pimpinan kampus juga tertarik

untuk mengikuti Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sebut saja mantan rektor

ITS dan juga mantan menteri pendidikan RI Prof. Dr. Muh. Nuh dan juga

rektor maupun dekan dari kampus Unisda maupun Unisla. Tetapi penelitian

penulis ini hanya terbatas di wilayah Kecamatan Kenjeran kota Surabaya

sehingga tidak perlu diperpanjang dengan pembahasan tentang keberadaan

Jama'ah Al Khidmah di wilayah lain yang cakupannya lebih luas. Kini

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sudah membentuk kepengurusan yang

sudah terorganisir dengan baik dan sistematis baik dari tingkat pusat, tingkat

wilayah, tingkat daerah, tingkat daerah istimewa, tingkat cabang dan juga

tingkat ranting. Dari kepengurusan inilah semakin banyak orang yang

3


(12)

mengetahui tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sehingga

ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy semakin banyak diminati dan diikuti.

Studi ini memfokuskan pembahasannya mengenai sejarah lahir dan

berkembangnya Perkumpulann Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan

ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy di Kecamatan Kenjeran kota

Surabaya pada tahun 2005-2014. Kecamatan Kenjeran penulis pilih sebagai

objek penelitian berkembangnya Jama'ah Al Khidmah karena di Kecamatan

inilah KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy sebagai pendiri Perkumpulan Jama'ah Al

Khidmah bertempat tinggal sehingga dengan meneliti Kecamatan Kenjeran

juga akan mengetahui seberapa besar perjuangan Perkumpulan Jama'ah Al

Khidmah ini merintis berbagai gerakannya sehingga bisa diterima oleh

masyarakat.

Lebih daripada itu, Kecamatan Kenjeran dipilih oleh penulis karena

Kecamatan Kenjeran termasuk di dalam wilayah kota Surabaya yang

merupakan kota metropolit kedua setelah Jakarta dan tentu masyarakatnya

mengalami berbagai macam perubahan baik secara cepat maupun lambat.

Perubahan-perubahan itu bisa berupa nilai-nilai sosial, pola perilaku,

interaksi sosial dan juga norma-norma sosial.4 Dengan banyaknya perubahan

yang dialami oleh masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya akan

membuat kehidupan individu maupun kelompok yang akan segera menuju

kepada suatu tatanan masyarakat yang sangat maju dan berperadaban tinggi.

Namun perubahan-perubahan itu bukan berarti suatu kemajuan,

4


(13)

melainkanjuga bisa berupa suatu kemunduran.5 Hal ini bisa terjadi apabila

masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya memaknai kemajuan atau

kesuksesan itu hanya dengan jumlah materi dan penampilan luarnya saja.6

Akan tetapi, meninggalkan sesuatu yang sangat fundamen, yaitu agama

dalam artian tidak melaksanakan apa yang telah diajarkan secara normatif

dan hanya menjadikan agama sebagai identitas belaka. Akhir dari ini semua

adalah terjadinya degradasi moral dan juga bobroknya norma-norma maupun

perilaku sosial pada masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah agaknya akan memberikan suntikan yang

sangat berarti bagi golongan-golongan yang sedang mengalami hal-hal

tersebut. Sebenarnya berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah ini

merupakan sesuatu yang memang dibutuhkan dikalangan masyarakat di

Kecamatan Kenjeran kota Surabaya. Sama halnya dengan pembentukan

sebuah partai politik yang fungsinya untuk menampung harapan-harapan

masyarakat, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah juga menampung

harapan-harapan masyarakat. Namun yang membedakan adalah yang satu bergerak di

bidang politik, sedangkan yang satu bergerak dibidang keagamaan dan

memenuhi harapan itu dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah

Swt. Selain daripada itu, masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya

sebenarnya sudah memiliki berbagai macam kultur maupun ajaran-ajaran

agama yang telah mereka dapatkan ketika mereka berada di tanah

kelahirannya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan

5

Ibid., 283. 6


(14)

urbanisasi ke Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Lantas ketika mereka

sudah pindah ke Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya, mereka dengan penuh

keyakinan menerima berbagai ajaran yang disyiarkan oleh Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah hingga perkumpulan ini tumbuh subur.

Lebih dalam lagi, Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah akan menjadi mungkin

untuk berkembang lebih luas lagi di Kecamatan-kecamatan lain di Kota

Surabaya mengingat di setiap ulang tahun atau hari jadi kota Surabaya

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah selalu mengisi acara tasyakuran di kota

pahlawan. Tidak hanya itu, untuk hari jadi Provinsi Jawa Timur pun

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah mulai mengisi acara tasyakuran yang

diadakan oleh Pemprov Jatim yang bertempat di Tugu Pahlawan. Selain itu,

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah juga mengisi acara pada instansi-instansi

pemerintahan lainnya seperti dalam rangkat HUT PDAM Kota Surabaya.

Inilah yang membuat saya tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mendalam

tentang lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jamaah Al Khidmah

sehingga dapat berkembang dengan cepat dan luas yang menurut Sang guru

akan menjadi oase dunia. Hal ini dibuktikan dengan menyebarnya

kepegurusan di tingkat cabang maupun ranting di kota Surabaya.

Di Surabaya sendiri sebenarnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sudah

dirintis sejak tahun 1987 oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy yang berpusat di

Jl. Kedinding Lor 99 Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kecamatan Kenjeran

Surabaya.7 Namun, baru dibentuk kepengurusan pada tahun 2005 setelah

7


(15)

diadakannya halal bi halal dan juga sarasehan di Semarang yang di dalam

acara tersebut di deklarasikan untuk pertama kali dibentuknya Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah.

Sekarang di Surabaya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sudah memiliki

kepengurusan di tingkat cabang dan juga ranting. Menurut data yang sudah

diterima oleh pengurus daerah Surabaya, sekitar ada 30 kepengurusan yang

sudah dibentuk baik di tingkat cabang maupun ranting.8 Inilah yang membuat

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah semakin berkembang dan banyak dikenal

oleh masyarakat kota Surabaya. Selain daripada itu, Perkumpulan Jama'ah Al

Khidmah ini juga memberikan suntikan yang sangat bagus bagi masyarakat

kota Surabaya. Masyarakat kota yang identik dengan kehidupan yang

heterogen lambat laun mulai meninggalkan stigma semacam itu dan mau

untuk berinteraksi dengan baik sesama tetangga sebelah kanan maupun kiri

rumahnya, bahkan membuka rumahnya untuk mengadakan manaqiban yang

menjadi salah satu dari ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy.

B. Rumusan Masalah

Dari apa yang sudah penulis paparkan dalam latar belakang masalah tadi,

maka permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini terkait dengan sejarah

lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan

Kenjeran kota Surabaya hingga dapat diterima secara luas oleh masyarakat

Kecamatan Kenjeran kota Surabaya. Kajian dalam skripsi ini terfokus pada

8


(16)

bidang sejarah, keagamaan dan juga sosial. Untuk mensistematisasikan

rentetan permasalan ini akan dipandu dengan berbagai pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al

Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya pada tahun 2005-2014?

2. Apa ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy?

3. Bagaimana strategi Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sehingga bisa

diterima oleh masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai pada

penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk merekam jejak sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy.

3. Untuk mengetahui stategi Perkumpulan Jama'ah Al Khdimah sehingga

bisaditerima oleh masyarakat di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian tentang sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori

al-Ishaqy di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya di harapkan nantinya akan


(17)

1. Aspek akademis: Bisa menjadi referensi bagi mahasiswa maupun

mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora khususnya Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam sehingga tidak kesulitan jika mendapatkan tugas untuk

menulis tentang kelompok-kelompok Islam. Selain itu, dengan adanya

tulisan ini akan berguna sebagai tambahan koleksi di perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Aspek praktis: Tulisan ini akan memberikan informasi bagi masyarakat

tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dan juga akan menjadi

khazanah historiografi di Indonesia.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Penelitian yang akan penulis tulis adalah sejarah lahir dan juga

berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran

kota Surabaya. Jika dilihat sekilas oleh seseorang yang bukan ahli sejarah

penelitian ini akan sedikit usang mengingat sejak berakhirnya perang dunia

ke-II banyak penulisan sejarah yang sudah tidak hanya membahas tentang

sebuah proses terjadinya sesuatu secara naratif atau biasa dikenal dengan

sejarah yang disajikan secara deskriptif naratif. Tetapi, sudah mulai

membahas tentang sejarah yang didekati atau memakai ilmu-ilmu sosial

sebagai alat analisa di dalam sebuah peristiwa masa lampau atau yang biasa

dikenal dengan penyajian sejarah secara deskriptif analisis.

Namun ketika dilihat oleh seseorang yang mahir di dalam bidang sejarah, maka


(18)

deskriptif analisis.

Hal ini bisa dilihat dari sejarah lahir hingga berkembangnya Perkumpulan Jama'ah

Al Khidmah yang minoritas dan akhirnya bisa diterima oleh masyarakat

Kecamatan Kenjeran kota Surabaya yang begitu kompleks dan mayoritas.

Maka, untuk memenuhi sebuah penulisan sejarah yang disajikan secara

dekriptif analisis memerlukan sebuah pendekatan dan juga kerangka teori.

Pendekatan di dalam kajian ilmu sejarah dapat dilihat dari segi mana kita

memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan dan juga unsur-unsur apa

yang diungkapkan.9 Tentu di dalam penelitian saya yang berjudul sejarah

lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah akan didekati

oleh ilmu sejarah agar kita bisa melihat bagaimana proses terbentuknya

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah hingga bisa berkembangnya

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya.

Selain didekati oleh ilmu sejarah, sosiologi juga memegang peranan penting

di dalam melihat sebuah fenomena sosial, maka pendekatan sosiologis juga

sangat relevan digunakan pada penelitian yang penulis tulis agar bisa

menjadi sebuah karya ilmiah sejarah yang deskriptif analisis.

Sosiologi sangat penting di dalam mendekati berbagai permasalahan yang

nantinya akan ditemukan pada penelitian ini mengingat akan terjadinya

sebuah interaksi antara Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang minoritas

dengan masyarakat Kecamatan Kenjeran kota Surabaya yang mayoritas.

Dari sini sudah sangat jelas bahwa penelitian yang akan penulis tulis

9

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: PT. Gramedia, 1993), 4.


(19)

menggunakan sebuah pendekatan sosio-historis.

Selain pendekatan, teori juga sangat penting di dalam sebuah penelitian

sosio-historis yang akan penulis lakukan untuk mendapatkan jawaban dari

sebuah pertanyaan bagaimana sebuah peristiwa itu bisa terjadi. Sebuah teori

berfungsi sebagai eksplanasi suatu fenomena sosial yang berarti teori itu

akan menjelaskan peristiwa yang sudah terjadi, memprediksikan sesuatu

yang akan terjadi dan juga akan mengontrol ataupun mempengaruhi

peristiwa yang akan terjadi.10

Di dalam penelitian ini teori yang relevan digunakan untuk menjelaskan

tentang sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya adalah teori challange and response

milik Arnold J.Toynbee. Teori challange (tantangan) dan response

(jawaban) akan menjelaskan terhadap sebuah perkembangan dan

pertumbuhan sebuah kebudayaan yang digerakkan oleh kalangan minoritas

hingga kalangan mayoritas mengikuti kebudayaan tersebut.11 Teori Arnold

J. Toynbee ini akan bisa meneksplanasikan peristiwa yang sudah lalu terkait

sejarah dan perkembangan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah hingga

memprediksikan sesuatu yang akan terjadi dan juga akan bisa

mempengaruhi terhadap peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang

terkait Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.

F. Penelitian Terdahulu

10

Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1992), 5. 11


(20)

Penelitian tentang KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga Jama'ah Al

Khidmah sudah pernah dilakukan oleh generasi sebelum penulis, namun

fokus pembahasannya berbeda. Diantara penelitian-penelitian yang

sudah membahas tentang KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga Jama'ah

Al Khidmah, sebagai berikut:

1. Elok Afrohah, “Istigotsah jama'ah al khidmah(orong-orong) di kota

Gresik”, Surabaya: Skripsi mahasiswi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya, 2002. Isi: Di dalam karya Elok tentang Jama'ah Al

Khidmah fokus pembahasannya adalah terhadap sebuah perkumpulan

anak muda gresik yang dinamakan orong-orong oleh KH. Ahmad Asrori

al-Ishaqy dalam melakukan sebuah ritual istigotsah yang telah beliau

dapat dari ayahnya yaitu KH. Muhammad Usman al-Ishaqy dan KH.

Muhammad Usman al-Ishaqy memperoleh dari gurunya yaitu KH.

Muhammad Romli at-Tamimi. Jadi, sangat jauh sekali dengan apa yang

penulis bahas dikarenakan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah baru

secara legal dibentuk dan dideklarasikan oleh KH. Ahmad Asrori

al-Ishaqy pada tahun 2005, sedangkan Elok membahas pada saat nama

Jama'ah Al Khidmah masih berupa wacana. Elok juga hanya membahas

secara spesifik tentang ritual istigotsah saja yang dilakukan oleh KH.

Ahmad Asrori al-Ishaqy dalam mengajak pemuda Gresik sebelum

menjadi mursyid dari tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.


(21)

al-Ishaqy”, Surabaya: Skripsi mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya, 2011. Isi: Di dalam skripsi Aan fokus

pembahasannya adalah dakwah yang dilakukan oleh KH. Ahmad Asrori

al-Ishaqy. Hal ini terkait dengan dakwah yang disampaikan secara lisan

berupa ceramah-ceramah agama yang dilakukan oleh KH. Ahmad

Asrori al-Ishaqy dan juga dakwah secara tulisan yang disampaikan

melalui karya-karya dari beliau yang berupa kitab-kitab tasawuf yang

salah satu kitabnya paling terkenal adalah al-muntakhabat fi rabitatil

qalbiyah wasilatur ruhiyyah. Selain daripada itu, pada skripsi Aan juga

dijelaskan dakwah KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy melalui tingkah laku

beliau yang sangat sopan dan santun terhadap siapa saja. Tentu fokus

dari skripsi Aan ini berbeda dengan penulis, karena penulis tidak

membahas tentang metode dakwah dari KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy

melainkan membahas tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah. 3. Kusairi, “KH. Ahmad Asrori(studi historis tentang kemursyidan tarekat

qadiriyah wa naqsabandiyah al usmaniyah di pondok pesantren al fitrah kedinding surabaya pada tahun 1985-2005)”, Surabaya: Skripsi mahasiswa jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2012. Isi:

Pada skripsi Kusairi ini fokusnya kepada biografi KH. Ahmad Asrori

al-Ishaqy sampai beliau diangkat sebagai mursyid


(22)

itu pada skripsi ini juga membahas tentang pendidikan di Pondok

Pesantren Assalafi Al Fitrah, sedangkan pada tulisan skripsi ini terfokus

pada Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.

4.Muhamad Amir Yusuf, “Pengaruh Majlis Dzikir Terhadap Keharmonisan Keluarga(Studi Kasus Majlis Dzikir al-Khidmah di Pondok Pesantren

Hidayatul Falah Bantul Yogyakarta)”, Yogyakarta: Skripsi mahasiswa jurusan al-ahwal asy-syakhsiyyah Fakultas Syari'ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014. Isi: Di

dalam skripsi ini Amir Yusuf terfokus terhadap keharmonisan keluarga

yang bisa tercipta dengan berdzikir dan dengan mengikuti majlis dzikir

Al Khidmah diharapkan keluarga bisa harmonis. Tentu tulisan ini

berbeda dengan tulisan penulis yang terfokus terhadap sejarah lahir dan

berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.

Dari keempat penelitian tersebut diatas, maka sudah sangat jelas jikalau

penelitian yang akan penulis teliti jauh berbeda dengan apa yang sudah

pernah diteliti oleh pendahulu-pendahulu penulis di masa silam.

Keempatnya terfokus kepada sebuah ritual istigotsah, yang satunya

terfokus terhadap metode dakwah KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy, ada

yang terfokus kepada biografi KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga

pengaruh majlis dzikir terhadap keharmonisan keluarga, sedangkan

fokus penulis adalah terhadap lahir dan berkembangnya Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya yang dihuni


(23)

G. Metode Penelitian

Metode merupakan sebuah cara atau jalan yang ditempuh untuk

mencapai sebuah tujuan tertentu. Dengan begitu, di dalam penelitian ini

penulis juga membutuhkan jalan ataupun cara agar sesuatu yang

penulis inginkan dari penelitian ini dapat tercapai. Sehubungan denngan

kajian keilmuwan yang penulis tekuni dan juga dari penelitian yang

akan penulis lakukan, maka metode sejarah sangat relevan untuk

mencapai tujuan penulis itu. Metode sejarah adalah sebuah proses yang

meliputi analisis dan juga gagasan pada masa lampau untuk menemukan

sebuah generalisasi yang berguna untuk memahami sebuah

kenyatan-kenyatan sejarah. Lebih dalam lagi, metode sejarah bisa digunakan

untuk memahami situasi sekarang dan meramalkan sebuah

perkembangan di masa mendatang.12Namun, tidak serta merta ilmu

sejarah berdiri sendiri dikarenakan sejarah juga meminjam teori dari

ilmu-ilmu sosial yang lain. Dengan begitu sudah jelas jika penulis akan

menggunakan metode sejarah di dalam penelitian ini.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik merupakan tahapan untuk mencari dan menemukan berbagai

sumber sehingga dapat disusun sebuah karya sejarah. Heuristik berasal

dari kata Yunani Heurishein yang berarti memperoleh. Pada langkah

12


(24)

heuristik ini juga tidak terdapat hukum-hukum yang mengikat, karena

pada tahapan heuristik ini dijadikan sebagai sebuah seni dan juga teknik

untuk mendapatkan sebuah sumber sejarah.13

Di dalam penelitian penulis yang berjudul “Sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dalam menyiarkan ajaran-ajaran KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy di Kecamatan Kenjeran kota Surabaya pada tahun 2005-2014.” Penulis mendapatkan sumber dengan langsung datang ke Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah

menemui Ketua Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah, namun penulis

disuruh untuk datang ke kantor kesekretariatan Perkumpulan Jama'ah

Al Khidmah Surabaya dikarenakan studi yang akan saya kaji adalah

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran yang

merupakan bagian dari kota Surabaya dan untuk kesekretariatan Al

Khidmah pusat juga berada di kota Jakarta bukan di Pondok Pesantren

Assalafi Al Fitrah.

Saat penulis mendatangi kantor kesekretariatan Perkumpulan Jama'ah

Al Khidmah Surabaya penulis diterima dengan hangat oleh ketua dan

juga sekretaris Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Surabaya. Dari

perbincangan penulis itu, maka penulis mendapatkan berbagai sumber

primer yang akan penulis jadikan landasan dalam penyusunan skripsi

ini. Penulis juga disuruh untuk mewawancarai beberapa orang yang

menjadi koordinator di setiap Kelurahan di Kecamatan Knejeran.

13


(25)

Sumber primer itu berupa dokumen-dokumen arsip dan juga

wawancara terhadap ketua, sekretaris dan beberapa orang yang menjadi

koordinator Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di setiap Kelurahan di

Kecamatan Kenjeran Surabaya. Sumber yang berupa arsip termasuk ke

dalam sumber tertulis, sedangkan wawancara termasuk ke dalam

sumber lisan. Agar lebih jelasnya, maka akan penulis paparkan sebagai

berikut:

a. Sumber Tertulis

Sumber tertulis merupakan sumber-sumber yang berupa dokumen ataupun

arsip-arsip yang terkait dengan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

Surabaya. Arsip-arsip itu meliputi AD/ART Perkumpulan Jama'ah Al

Khidmah, hasil munas ke-1 Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah, hasil

munas ke-3 Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah, naskah lima pilar

sebagai wasiat KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy, buku yang disusun oleh

KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy yang berjudul pedoman kepemimpinan

dan kepengurusan dalam kegiatan dan amaliyah tarekat dan al khidmah,

akta notaris dibentuknya Perkumpulan Jama'ah Al khidmah, kitab-kitab

yang disusun oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dan juga foto-foto yang

berkaitan dengan kegiatan-kegiatan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

Surabaya.

Namun, untuk mendapatkan AD/ART Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

penulis harus bertemu dengan sekretaris pusat Perkumpulan Jama'ah Al


(26)

beliau tidak berdomisili di kota Surabaya dan untuk mewawancarai

beberapa koordinator di setiap Kelurahan Kecamatan Kenjeran penulis

juga harus membuat janji dulu agar para koordinator bisa maksimal

untuk dimintai keterangan terkait Jama'ah Al Khidmah di

tempat-tempat yang beliau koordinatori.

b. Sumber Lisan

Sumber lisan adalah sumber yang disampaikan dari mulut ke mulut.

Sumber lisan ada yang disampaikan dari generasi ke generasi sehingga

membentuk sebuah tradisi dan dinamakan sebagai tradisi lisan,

sedangkan ada juga sumber lisan yang disampaikan oleh orang

sezaman, pelaku peristiwa dan juga saksi mata yang sering dikenal

dengan sejarah lisan.14

Dari pengertian diatas, sudah sangat jelas jika yang harus digunakan

dalam merekonstruksi sebuah peristiwa masa lampau adalah sejarah

lisan atau oral history, bukan tradisi lisan atau oral tradision. Maka,

penulis langsung mewawancarai Ust. Ali Mastur, M. Pd. ketua umum

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Surabaya. Penulis juga

mewawancarai sekretaris umum dan juga berbagai koordinator

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah. Wawancara adalah sebuah teknik

pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan lisan

denganberhadapan langsung dengan informan.15 Jadi, sangat tepat jika

penulis langsung mewawancarai ketua umum Perkumpulan Jama'ah Al

14

Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah I (Surabaya: Fakultas Adab UIN Sunan Ampel, 2005), 20. 15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) (Jakarta: Renika Cipta, 1998), 155.


(27)

Khidmah, sekretaris dan juga para koordinator dikarenakan

beliau-beliau merupakan informan inti mengingat penelitian yang penulis kaji

adalah Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran kota

Surabaya.

3. Kritik

Setelah berbagai macam sumber telah didapatkan, maka langkah

selanjutnya yang penulis lakukan adalah verrifikasi atau biasa dikenal

dengan istilah kritik sumber. Hal semacam ini perlu dilakukan oleh

para sejarawan agar karya-karya sejarah tidak menuai kritikan dari para

pembacanya. Bahkan yang sangat dikhawatirkan adalah terjadinya

pemalsuan terhadap sejarah mengingat banyaknya unsur-unsur mitos

yang biasanya disampaikan dalam bentuk tradisi lisan. Selain itu, kritik

sumber juga diperlukan untuk membantah anggapan Napoleon

Bonaparte yang mengatakan jika sejarah merupakan tumpukan dari

sampah-sampah.

Anggapan semacam ini hingga sekarang masih terdengar ramai oleh beberapa orang,

maka untuk membuktikan jika sejarah adalah sebuah peristiwa masa

lampau yang benar-benar terjadi dibutuhkan kritik sumber. Kritik

sumber dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Kritik Ekstern

Pada tahapan ini bisa dipandu dengan berbagai pertanyaan terhadap keotentikan

sumber. Pertanyaan yang penulis ajukan terhadap sumber-sumber yang


(28)

sumber itu dibuat, siapakah yang membuat dan apakah sumber itu dalam

bentuk asli ataukah tidak. Dari berbagai macam pertanyaan itu bisa

disimpulkan bahwa mana saja sumber-sumber yang layak untuk penulis

jadikan rujukan dan juga sumber yang mana yang tidak pantas penulis

jadikan rujukan untuk sebuah penulisan sejarah.

b. Kritik Intern

Kritik intern dilakukan dengan cara meneliti isi dari dokumen-dokumen

yang telah penulis dapatkan dari kantor kesekretariatan Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah Surabaya. Lantas setelah itu penulis bandingkan

dengan wawancara yang penulis dapatkan. Untuk sumber yang berupa

wawancara penulis lebih teliti dengan memilih orang-orang yang akan

penulis wawancarai mengingat banyaknya informasi yang tidak bisa

dipertanggung jawabkan keasliannya. Setelah semuanya dilakukan dan

penulis memperoleh sumber yang benar-benar layak untuk

merekonstruksi sebuah peristiwa masa lampau, maka barulah penulis

menyusun sebuah karya sejarah lahir dan berkembangnya Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran Surabaya.

4. Interpretasi

Saat tiba pada tahap ini yang penulis lakukan adalah mulai

mengimajinasikan sebuah peristiwa masa lampau dari sumber yang telah

melalui beberapa tahapan seperti yang telah penulis sebutkan diatas

sehingga sumber yang berada dihadapan penulis memang sumber yang


(29)

gambaran-gambaran yang sudah matang dan nantinya akan penulis tulis

sebagai sebuah karya sejarah.

5. Historiografi

Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan terakhir pada

suatu proses rekonstruksi peristiwa masa lampau. Pada fase terakhir ini

penulis berusaha menulis sebuah peristiwa masa lampau dengan

sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan penulis juga menulis

dengan memperhatikan aspek kronologis, karena penelitian ini

berkaitan dengan keilmuan sejarah sehingga skripsi ini menjadi sebuah

karya ilmiah yang sistematis dan juga obyektif.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah untuk

meruntutkan berbagai bab agar tersusun secara sistematis. Penelitian ini

terdiri dari lima bab yang akan dijabarkan garis besarnya sebagai

berikut:

Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : Membahas tentang gambaran umum masyarakat Kecamatan


(30)

penduduk, kondisi ekonomi, pendidikan penduduk dan

kondisi keagamaan.

Bab III : Pada bab ini akan membahas tentang Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah yang meliputi sejarah lahir Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah Indonesia, dilanjutkan dengan sejarah lahir dan berkembangnya perkumpulan Jama’ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya, lambang Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah, Visi dan misi Jama’ah Al Khidmah dan aktivitas Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah.

Bab IV : Di dalam bab ini akan dibahas tentang ajaran-ajaran KH.Ahmad

Asrori al-Ishaqy dan juga amaliah-amaliah Perkumpulan Jama’ah Al Khidmah.

Bab V : Bab ini adalah bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan


(31)

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KECAMATAN KENJERAN

A. Keadaan Geografis

Secara geografis kecamatan Kenjeran terletak di wilayah Surabaya Utara.

Kecamatan Kenjeran berbatasan dengan selat Madura di sebelah Utara,

sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bulak, di sebelah Barat

berbatasan dengan Kecamatan Semampir dan di Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Tambaksari.1 Kecamatan Kenjeran terdiri dari empat Kelurahan,

yaitu: Kelurahan Tambak Wedi, Kelurahan Bulak Banteng, Kelurahan Tanah

Kali Kedinding dan Kelurahan Sidotopo Wetan.

Berdasarkan pendataan BPS Surabaya diketahui bahwa kelurahan paling luas

di Kecamatan Kenjeran adalah Kelurahan Bulak Banteng dengan luas 2,67

Km dengan presentase luas sebesar 35% dari seluruh luas wilayah Kecamatan

Kenjeran, sedangkan Kelurahan yang paling sempit wilayahnya adalah

Kelurahan Tambak Wedi dengan luas 0,98 Km dengan presentase 13% dari

seluruh luas wilayah Kecamatan Kenjeran. Seluruh Kelurahan di Kecamatan

Kenjeran memiliki ketinggian yang sama yaitu 2 meter, kecuali dengan

Kelurahan Tambak Wedi yang memiliki ketinggian 1 meter. Berikut tabel luas

wilayah per Kelurahan di Kecamatan Kenjeran2:

1

BPS Surabaya, Statistik Daerah Kecamatan Kenjeran 2013 (Surabaya: BPS Surabaya, 2013), 1. 2


(32)

Kelurahan Tambak Wedi 0.98 (13%)

Kelurahan Bulak Banteng 2.67 (35%)

Kelurahan Tanah Kali Kedinding 2.41 (31%)

Kelurahan Sidotopo Wetan 1.66 (21%)

B. Keadaan Penduduk

Di Kecamatan Kenjeran dihuni oleh orang-orang Jawa dan juga Madura.3 juga

terdapat warga negara asing maupun warga negara Indonesia yang kesemuanya

itu telah didata oleh Badan Pusat Statistik Surabaya. Dapat diketahui jika

jumlah warga negara Indonesia (WNI) tertinggi yaitu berada di Kelurahan

Sidotopo Wetan yang berjumlah 57.919 jiwa, sedangkan jumlah warga negara

Indonesia (WNI) yang paling sedikit berada di Kelurahan Tambak Wedi yang

berjumlah 2.893 jiwa. Maka, total warga negara Indonesia (WNI) yang berada

di Kecamatan Kenjeran berjumlah 151.932 jiwa. Berikut tabel penduduk yang

merupakan warga negara Indonesia (WNI):

Tabel 2.1 Keadaan Penduduk

Kelurahan Laki-laki Perempuan

Kelurahan Tambak Wedi 6,490 6,403

Kelurahan Bulak Banteng 15,166 14,587

3


(33)

Kelurahan Sidotopo Wetan 29,169 28,750

Untuk warga negara asing (WNA) di Kecamatan Kenjeran hanya terdapat

satu warga negara asing (WNA) yang terdapat di Kelurahan Tanah Kali

Kedinding. Beikut tabel warga negara asing per Kelurahan di Kecamatan

Kenjeran:4

Tabel 2.2 Keadaan Penduduk

Kelurahan Laki-laki Perempuan

Kelurahan Tambak Wedi 0 0

Kelurahan Bulak Banteng 0 0

Kelurahan Tanah Kali Kedinding 1 0

Kelurahan Sidotopo Wetan 0 0

Selain warga Negara asing, juga ada penduduk pribumi yang datang di

Kecamatan Kenjeran. Bisa diketahui bahwa jumlah penduduk yang datang

ke Kecamatan kenjeran adalah 4.468 jiwa. Penduduk datang tertinggi yaitu

di Kelurahan Tanah Kali Kedinding sejumlah 1.601 jiwa dengan rincian

774 laki-laki dan 827 perempuan, sedangkan penduduk datang terendah

4


(34)

laki dan 356 perempuan. Jadi, penduduk yang bertempat tinggal di

Kelurahan Tanah Kali Kedinding rata-rata adalah penduduk dari luar kota

Surabaya. Berikut tabel penduduk datang per Kelurahan di Kecamatan

Kenjeran:5

Tabel 2.3 Keadaan Penduduk

Kelurahan Laki-laki Perempuan

Kelurahan Tambak Wedi 351 jiwa 356 jiwa

Kelurahan Bulak Banteng 452 jiwa 479 jiwa

Kelurahan Tanah Kali Kedinding 774 jiwa 827 jiwa

Kelurahan Sidotopo Wetan 631 jiwa 598 jiwa

Selanjutnya untuk mengetahui penambahan jumlah penduduk di Kecamatan

Kenjeran juga diadakan pendataan tersendiri terhadap jumlah kelahiran di

Kecamatan Kenjeran. Berikut tabel kelahiran untuk Kelurahan-kelurahan di

Kecamatan Kenjeran:6

Tabel 2.4 Keadaan Penduduk

Kelurahan Laki-laki Perempuan

5

BPS, Statistik Daerah Kecamatan Kenjeran 2013, 14. 6


(35)

Kelurahan Bulak Banteng 231 jiwa 196 jiwa

Kelurahan Tanah Kali Kedinding 497 jiwa 515 jiwa

Kelurahan Sidotopo Wetan 500 jiwa 445 jiwa

Dari tabel diatas, dapat diketahui jika kelahiran tertinggi berada di

Kelurahan Tanah Kali Kedinding yang berjumlah 1.012 jiwa dengan

rincian 497 laki-laki dan 515 perempuan. Untuk jumlah kelahiran paling

sedikit berada di Kelurahan Bulak Banteng yang jumlahnya 427 jiwa

dengan rincian 231 laki-laki dan 196 perempuan, sedangkan jika dilihat dari

gender, maka penduduk di Kecamatan Kenjeran yang angka kelahirannya

paling banyak adalah laki-laki dengan jumlah 1.368 jiwa.

Selain jumlah kelahiran yang dihitung tersendiri untuk mengetahui

penambahan jumlah penduduk di Kecamatan Kenjeran, juga dilakukan

pendataan tersendiri di Kecamatan Kenjeran terhadap pengurangan

penduduk yang dilihat dari kematiannya. Untuk jumlah kematian tertinggi

yaitu di Kelurahan Sidotopo Wetan yang jumlahnya 362 jiwa dengan

rincian 200 laki-laki dan 162 perempuan. Untuk kematian paling rendah

yaitu di Kelurahan Tambak Wedi yang jumlahnya 85 jiwa dengan rincian


(36)

Tabel 2.5 Keadaan Penduduk

Kelurahan Laki-laki Perempuan

Kelurahan Tambak Wedi 47 jiwa 38 jiwa

Kelurahan Bulak Banteng 96 jiwa 72 jiwa

Kelurahan Tanah Kali Kedinding 177 jiwa 153 jiwa

Kelurahan Sidotopo Wetan 200 jiwa 162 jiwa

C. Kondisi Ekonomi

Di Kecamatan Kenjeran terdapat lima jumlah pasar Pemerintah Daerah dan

1 pasar lainnya. Untuk pedagang di pasar Pemerintah Daerah sebanyak

1.370 dan pasar lainnya 80 orang. Sedangkan, untuk luas lahan pasar

Pemerintah Daerah 21.500 m dan untuk pasar lainnya seluas 1.150 m.

Berikut tabel banyaknya pasar, pedagang dan luas pasar yang dicatat oleh

BPS Surabaya:8

Tabel 2.1 Kondisi Ekonomi

Indikator Jumlah

Pasar

Pasar Pemda 5

7

Ibid., 11. 8


(37)

Pedagang

Pasar Pemda 1.370

Pasar lainnya 80

Luas Pasar

Pasar Pemda 21.500

Pasar lainnya 1.150

Di Kecamatan Kenjeran juga terdapat mini market. Mini market adalah

suatu tempat yang sangat membantu sebagian orang untuk memenuhi

kebutuhan pokok yang segera ingin dipenuhi. Keberadaan mini market

sekarang juga sudah lumayan banyak pada tiap daerah. Bisa diketahui jika

Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan Sidotopo Wetan sama-sama mimiliki

mini market yang sama dan paling banyak yaitu sebanyak enam mini market

pada setiap Kelurahan. Untuk Kelurahan Tambak Wedi dan Bulak Banteng

sama-sama memiliki dua mini market. Berikut tabel untuk banyaknya mini

market per Kelurahan di Kecamatan Kenjeran:9

Tabel 2.2 Kondisi Ekonomi

Kelurahan Tmbak 2

Kelurahan Bulak Banteng 2

9


(38)

Kelurahan Sidotopo Wetan 6

Selain mini market, yang menjadi pilihan bagi penduduk Kecamatan

Kenjeran di dalam sektor ekonomi adalah membuka warnet. Warnet

merupakan tempat orang untuk melakukan browsing baik itu berupa

ttugas-tugas ataupun hanya untuk sebuah hiburan semata.10 Jumlah warnet yang

paling banyak terdapat pada Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan Sidotopo

Wetan sebanyak 6 warnet pada masin-masing Kelurahannya. Sedangkan,

yang paling sedikit terdapat pada Kelurahan Tambak Wedi yang hanya

memiliki 1 warnet. Berikut tabel banyaknya warnet per Kelurahan di

Kecamatan Kenjeran:

Tabel 2.3 Kondisi Ekonomi

Kelurahan Tambak Wedi 1

Kelurahan Bulak Banteng 2

Kelurahan Tanah Kali Kedinding 6

Kelurahan Sidotopo Wetan 6

Di Kecamatan Kenjeran juga ada penduduk yang memajukan ekonomi

dengan cara bercocok tanam ataupun dengan memelihara ikan di tambak. Di

Kecamatan Kenjeran yang paling banyak adalah jenis ladang atau kebun

10


(39)

dan sawah sebesar 10,5 Ha. Berikut tabel luas tanah pertanian yang ada di

Kecamatan Kenjeran:

Tabel 2.4 Kondisi Ekonomi

Jenis Lahan Luas

Sawah pengairan teknis 0

Sawah pengairan setengah teknis 0

Sawah pengairan sederhana 0

Sawah tadah hujan 10.5

Tambak 96

Kebun/ladang/pekarangan 597

Lahan yang tidak diusahakan 0

Untuk hasil dari ikan laut adalah jenis kepiting/rajungan sebanyak 34 ton

dan sedikit untuk jenis udang dan lainnya. Sedangkan, pada jenis ikan darat

yang paling banyak terdapat pada jenis bandeng sebanyak 78,6 ton dan

yang terbanyak kedua ada pada jenis mujair sebanyak 20,3 ton. Untuk

lainnya hanya sedikit seperti udang ataupun tombro. Berikut tabel produksi

ikan laut dan darat di Kecamatan Kenjeran:11

11


(40)

Jenis ikan laut dan darat Produksi(ton)

Ikan laut

Kerang 0

Gulamah 0

Teri 0

Udang 3,6

Kepiting/rajungan 34

Lainnya 2,5

Ikan darat

Bandeng 78,6

Udang 4,2

Tawes 0

Tombro 2

Mujair 20,3

Lainnya 1,6

Selain bertani, penduduk di Kecamatan Kenjeran juga ada yang bekerja

sebagai pegawai. Dari data yang diambil oleh BPS Surabaya dapat


(41)

pegawai daerah yakni 58 pegawai denga rincian 44 pegawai laki-laki dan

14 pegawai perempuan, sedangkan total pegawai honorer yakni 15 pegawai

dengan rincian 10 laki-laki dan 5 perempuan. Jadi, rata-rata pegawai di

Kecamatan Kenjeran berjenis kelamin laki-laki.

D. Pendidikan Penduduk

Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang paling banyak yaitu

pada tingkat pendidikan tamat SD sejumlah 48.156 jiwa, sedangkan

penduduk paling sedikit mengenyam pendidikan Strata III yaitu 5 jiwa.

Berikut tabel penduduk dilihat menurut tingkat pendidikan dan jenis

kelamin:12

Tabel 2.1 Keadaan Penduduk

Pendidikan Laki-laki Perempuan

Belum tamat SD 16,401 16,505

Tamat SD 23,331 24,825

Tamat SLTP 12,840 11,273

Tamat SLTA 20,047 18,812

Akademi 813 718

12


(42)

Strata II 112 73

Strata III 4 1

Pada aspek pendidikan yang ada di Kecamatan Kenjeran bisa dilihat dari

banyaknya sekolah, banyaknya guru beserta murid dan lainnya. Jumlah

sekolah yang paling banyak di Kecamatan Kenjeran adalah TK yaitu 50

sekolah, sedangkan paling sedikit jumlah sekolahnya adalah tsanawiyah

hanya 1 sekolah. Untuk jumlah rombongan belajar yang paling banyak di

Kecamatan Kenjeran adalah siswa SD yaitu 271 rombongan belajar dan

jumlah rombongan paling sedikit yaitu tsanawiyah yaitu 3 rombingan

belajar. Jumlah ruang kelas yang paling banyak adalah SLTP sebanyak 144

ruang kelas dan jumlah ruangan kelas yang paling sedikit adalah

tsanawiyah sebanyak 3 kelas. 13 Berikut tabel banyaknya sekolah,

rombongan belajar dan ruang kelas di Kecamatan Kenjeran:

Tabel 2.2 Pendidikan Penduduk

Jenis sekolah Jumlah sekolah Jumlah rombongan belajar Jumlah ruang kelas

Sekolah TK 50 145 96

SD 23 272 138

Ibtidaiyah 16 111 93

13


(43)

Tsanawiyah 1 3 3

SMA 3 42 42

SMK 2 9 9

Selain jumlah sekolah, jumlah guru juga di data oleh BPS Surabaya. Guru

laki-laki yang paling banyak di Kecamatan Kenjeran adalah guru SLTP

sebanyak 162 orang, sedangkan jumlah guru laki-laki paling sedikit adalah

guru TK sebanyak 4 orang. Untuk guru perempuan yang paling banyak di

Kecamatan Kenjeran adalah guru SD sebanyak 273 orang, sedangkan

jumlah guru perempuan paling sedikit adalah pada tingkat Tsanawiyah

sebanyak 7 orang. Berikut tabel jumlah guru menurut jenis kelamin di

Kecamatan Kenjeran:14

Tabel 2.3Pendidikan Penduduk

Jenis dan status Sekolah Laki-laki Perempuan

Sekolah TK 4 178

SD 127 273

Ibtidaiyah 67 106

SLTP 162 244

Tsanawiyah 13 7

14


(44)

SMK 21 27

Lebih lanjut di Kecamatan Kenjeran juga di data siswa yang menjadi

lulusan SMA. Menurut BPS Surabaya bahwa di Kecamatan Kenjeran hanya

Kelurahan Bulak Banteng dan Tambak Wedi yang tidak memiliki lulusan

SMA. Lulusan Siswa SMA laki-laki paling banyak di Kelurahan Tanah

Kali Kedinding yaitu 161 orang dan yang paling sedikit di Kelurahan

Sidotopo Wetan yaitu 119 orang, sedangkan lulusan siswa SMA perempuan

di Kecamatan Kenjeran paling banyak di Kelurahan Tanah Kali Kedinding

yaitu 182 orang dan jumlah lulusan SMA perempuan yang paling sedikit di

Kelurahan Sidotopo Wetan yaitu 134 orang.

E. Kondisi Keagamaan

Di Kecamatan Kenjeran terdapat beberapa tempat ibadah dari lima agama

yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Penduduk di Kecamatan

Kenjeran paling banyak memeluk agama Islam yang berjumlah 48.479

orang di Kelurahan Tanah Kali Kedinding, 54.534 orang di Kelurahan

Sidotopo Wetan, 28.891 orang di Kelurahan Bulak Banteng dan 12.579

orang di Kelurahan Tambak Wedi.15

Di semua Kelurahan Kecamatan Kenjeran terdapat tempat-tempat ibadah,

namun yang tidak ada di seluruh Kelurahan Kecamatan Kenjeran yaitu

15


(45)

yang jumlahnya 48 langgar, sedangkan untuk tempat ibadah yang paling

sedikit yaitu hanya ada satu Gereja Protestan di Kecamatan Kenjeran. Bisa

diketahui jika mayoritas penduduk di Kecamatan Kenjeran adalah

beragama Islam.

Segi keagamaan di Kecamatan Kenjeran selain bisa dilihat dari jumlah

jamaah hajinya juga bisa dilihat dari jumlah penduduk yang menikah, cerai,

rujuk dan talak. Di Kecamatan Kenjeran tidak ada penduduk yang

melakukan rujuk. Untuk penduduk dengan jumlah pernikahan terbanyak

berada di Kelurahan Sidotopo Wetan dengan jumlah 419 orang dan yang

paling sedikit di Kelurahan Tambak Wedi dengan jumlah 110 orang. Lalu

jumlah talak yang paling banyak di Kelurahan Tanah Kali Kedinding

dengan juumlah 9 orang dan yang paling sedikit di Kelurahan Tambak

Wedi dengan jumlah 5 orang. Selain itu, untuk jumlah cerai paling banyak

berada di Kelurahan Tanah Kali Kedinding dengan jumlah 11 orang dan

paling sedikit di Kelurahan Tambak Wedi dengan jumlah 4 orang.16Berikut

tabel banyaknya nikah, talak, cerai dan juga rujuk di Kecamatan Kenjeran:

Tabel 2.1 Kondisi Keagamaan

Kelurahan Nikah Talak Cerai Rujuk

Tambak Wedi 110 5 4 0

16


(46)

Tanah Kali Kedinding 340 9 11 0


(47)

BAB III

SEJARAH LAHIR DAN BERKEMBANGNYA PERKUMPULAN

JAMA'AH AL KHIDMAH DI KECAMATAN KENJERAN KOTA

SURABAYA

A. Sejarah lahirnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Indonesia

Sebenarnya sebelum mendirikan Jama'ah Al Khidmah KH. Ahmad Asrori

al-Ishaqy telah memiliki sebuah geng dengan sebutan kaca yang dianggotai

oleh para pemuda pemabuk dan juga penjudi di Kabupaten Gresik. KH. Ahmad

Asrori al-Ishaqy sedih dan kasihan melihat para pemuda yang jauh

meninggalkan agama dan juga karir mereka. Kebanyakan pemuda itu

disibukkan dengan kesenangan yang tidak bermanfaat. Maka, KH. Ahmad

Asrori al-Ishaqy mulai mendekati mereka itu dengan perlahan-lahan agar

mereka mau untuk sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan buruknya.

Setelah itu beliau menamai kelompoknya itu dengan sebutan orong-orong.

Dinamai orong-orong karena pada waktu itu para murid tarekat dari ayah beliau

KH. Muhammad Usman al-Ishaqy yang berasal dari Jawa biasa menyebut

murid yang berasal dari Madura dengan sebutan orang-orang, sedangkan para

murid yang berasal dari Madura menyebut para murid yang dari jawa dengan

sebutan oreng-oreng. Jadi, beliau KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy menamai

kelompoknya dengan sebutan orong-orong sebagai pelesetan dari para murid

KH. Muhammad Usman al-Ishaqy yang berasal dari Jawa dan juga Madura.


(48)

hari untuk mengorek-orek tanah dan ini menjadi sebuah filosofi terhadap

pengambilan nama geng beliau yang diartikan geng tersebut agar giat beribadah

di malam hari yang memang para anggotanya itu suka untuk begadang tengah

malam.1 KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy melakukan pendekatan dengan para

pemuda itu dengan mengajak mereka melakukan sebuah ritual istigotsah.

Selain itu, sebelum mendirikan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah KH. Ahmad

Asrori al-Ishaqy juga terlebih dahulu diangkat menjadi Mursid (guru tarekat)

Qadariyah wa Naqsabandiyah menggantikan Ayahnya KH. Muhammad Usman

al-Ishaqy. Beliau KH. Muhammad Usman al-Ishaqy menjadi guru tarekat yang

berpusat di Pondok Pesantren Darul Ubudiah wa Raudatul Muta'alimin

Jatipurwo Surabaya sebagai Khalifah dari KH. Muhammad Romli Rejoso. Pada

masa KH. Muhammad Usman al-Ishaqy murid tarekat rata-rata terdiri dari

orang-orang yang sudah tua dan pengikutnya masih belum seberapa banyak

dibandingkan setelah dipegang oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy.

Sebelum Kyai sepuh (sebutan Kyai Usman) wafat beliau sudah berwasiat agar

kelak tarekatnya diteruskan oleh putranya yaitu KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy,

hal ini beliau sampaikan melalui musyawarah keluarga beliau. Menurut Abdul

Halim ketika diadakan musyawarah KH. Ahmad Asrori tidak ada di tempat.

Abdul Halim mengatakan:

Waktu Kyai Asrori tidak ada di Ndalem Pondok Pesantren Darul Ubudiah wa Raudlatul Muta'alimin Kyai Sepuh mengumpulkan para putra-putranya dan membagi bagian masing-masing agar kelak ketika beliau sudah wafat

1Elok Afrohah, “Istigotsah

Jama'ah Al-Khidmah (orong-orong) Di Kota Gresik”, (Skripsi, UINSunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2002), 37.


(49)

bertarekat. Kyai sepuh memilih Kyai Asrori sebagai Mursid yang akan menggantikannya, karena menurut beliau yang bisa hanya Kyai Asrori dan itu sudah disetujui oleh para guru-guru tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Salah satu dari putra Kyai sepuh bertanya kenapa kok Kyai Asrori yang dipilih sedangkan para kakak-kakak beliau masih ada dan umur Kyai Asrori pada saat itu masih muda dibandingkan dengan putra-putra yang lain. Salah satu putranya itu juga menambahkan di dalam bidang pendidikan pun Kyai Asrori tidak seberapa menekuni ilmu-ilmu agama mengingat Kyai Asrori hanya mondok sebentar dan tidak sampai lulus. Lalu Kyai sepuh menjawab jika beliau tidak berani mengubah apa yang sudah menjadi ketetapan para guru-guru karena para guru-guru memilih Kyai Asrori sebagai Mursid penerus tarekat yang dibawa oleh Kyai sepuh. Lalu salah satu putranya juga bertanya kalau memang Kyai Asrori sebagai penerus kenapa tidak pernah memimpin khususi(wirid rutin tarekat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah) malah yang memimpin adalah

kakaknya?Kyai sepuh menjawab hal itu dilakukan karena untuk saat ini Kyai Asrori masih tidak mau dan jika saatnya tiba Kyai Asrori mau memimpin maka yang berhak adalah Kyai Asrori karena Kyai Asrori

nuwoi(dewasa pemikirannya).2

Di masa mudanya Kyai Asrori memang lebih banyak menghabiskan waktunya

untuk bermain di luar kota Surabaya. Kyai Asrori bergaul dengan

pemuda-pemudi yang sering mabuk-mabukkan dan tidak pernah mengerjakan

salat. Teman-teman beliau berasal dari Gresik, Lamongan dan juga Bangkalan

Madura yang menurut Adbur Rasyid kelak akan menjadi kota pusat dimana Al

Khidmah banyak pengikutnya.

Suatu saat Kyai Usman sedang melakukan perjalanan untuk menghadiri

undangan, di tengah-tengah perjalanan Kyai sepuh memerintahkan supirnya

untuk berhenti di tempat yang masih berupa sawah-sawah dan gelap

dikarenakan tempat itu banyak tukang santet(dukun). Tiba-tiba Kyai sepuh

mengambil sebuah batu dan melemparnya di tengah-tengah sawah sambil

2


(50)

perjuangan sebagai guru Mursid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah.3 Tempat

inilah kelak yang akan menjadi Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah.

Selang waktu beberapa tahun ternyata hal itu menjadi sebuah kenyataan. Ada

sebuah tanah yang dijual di daerah Kedinding hingga Kyai Asrori mendengar

lalu membeli tanah itu. Kyai Asrori memang sengaja membeli tanah di

Kedinding yang memang pada saat itu masyarakat disana telah jauh

meninggalkan ajaran-ajaran agama. Disana Kyai Asrori mendirikan sebuah

rumah yang sederhana dengan dua kamar dan membangun mushalla yang

dijadikan sebagai tempat salat. Kyai Asrori sebagai penerus ayahnya sebagai

mursi tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah mulai mau untuk memimpin

acara-acara yang disselenggarakan oleh para murid tarekat sehingga beliau

semakin dikenal, ditambah dengan sosok beliau yang karismatik dan berakhlaq

mulia membuat beliau dicintai oleh para murid tarekat.

Ketika Kyai sepuh wafat mulailah Kyai Asrori memimpin Jama'ah tarekat

Qadiriyah wa Naqsabandiyah secara penuh. Para teman-teman beliau yang

berasal dari para pemuda-pemudi di kota Gresik, Lamongan dan juga Bangkalan

Madura itu mendengar jika Kyai Asrori menjadi Mursid dan mereka akhirnya

mengikuti beliau.4 Semakin hari pengikut beliau semakin banyak, sedangkan

Pondok Pesantren Darul Ubudiyah wa Raudlatul Muta'alimin sedang direnovasi.

Jadi amaliah khususi yang diadakan rutin setiap hari minggu dipindahkan oleh

KH. Fathul Arifin al-Ishaqy (kakak Kyai Asrori) di Kedinding Ndalem Kyai

3

Husnan, Wawancara, Surabaya, 7 November 2015. 4


(51)

Di Kedinding KH. Asrori al-Ishaqy mulai merintis dibukanya Pondok Pesantren

Assalafi al-Fitrah karena semakin banyaknya orang-orang yang menitipkan

putra-putranya untuk mengaji di KH. Ahmad Asrori.al-Ishaqy. Di Pondok ini

pula Kyai Asrori mengadakan pengajian rutin setiap hari minggu pertama dan

kedua bulan Hijriah. Di sekeliling pondok banyak masyarakat yang tidak suka

dengan kedatangan KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy yang mengadakan acara

pengajian rutin. Hal ini disebabkan para warga Kedinding pada saat itu masih

banyak yang meninggalkan salat, mabuk-mabukan, penikmat barang haram

seperti ganja dan sabu-sabu, para pemain wanita, penjudi dan juga tukang tenun

(santet). Dengan adanya tantangan demikian KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy

semakin guguh untuk melanjutkan warisan ayahnya dalam mengemban amanah

sebagai guru Mursid dan menyebarkan tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

daerah Kedinding sampai pada suatu ketika rumah beliau di datangi oleh

masyarakat sekitar yang tidak suka dengan kehadiran beliau.

Orang-orang itu membawa berbagai senjata tajam dan mengolok-olok beliau agar

beliau segera pindah dari tanah Kedinding tersebut. Oleh para murid-murid

beliau yang pada saat itu masih berjumlah tiga orang mengatakan jika Kyai

Asrori berkenan para murid siap untuk menghadapi masyarakat yang tidak suka

kepada beliau itu, tetapi beliau tidak memperbolehkan hal itu sampai terjadi

malah beliau menyuruh agar mendoakan orang-orang tersebut. Ketika Kyai

Asrori keluar dan menyambut masyarakat Kedinding yang tidak suka kepada


(52)

saja santet pun juga sering dilancarkan oleh warga sekitar kepada Kyai Asrori

tetapi beliau tidak pernah menanggapinya.5

Seiring berjalannya waktu semakin tahun para pengikut Kyai Asrori semakin

banyak, di setiap majlis-majlis beliau banyak orang yang berbondong-bondong

untuk menghadiri majlis tersebut hingga pada tahun 2003 Kyai Asrori

mempunyai inisiatif untuk membuat suatu pedoman bagi penyatuan hati dan

desah nafas diantara para jama'ah yang menghadiri majlis-majlis yang diadakan

oleh beliau dan juga murid tarekat.

Akhirnya beliau dengan didampingi oleh H. Muhammad Mas'ud Abu bakar, H.

Ridoun Nasir, H. Ainul Huri, H. Hasanuddin dan H. Wiyarso membuat suatu

buku pedoman kepemimpinan dan kepengurusan dalam kegiatan dan amaliah at

tarekat dan al khidmah, buku itu dibuat untuk mensistematisasikan seluruh

kegiatan pengikut Kyai Asrori. Tidak berhenti disitu para pengikut semakin

banyak sehingga Kyai Asrori memandang perlu untuk mengukuhkan nama

perkumpulan dari pengikutnya tersebut sehingga pada tanggal 25 Desember

2005 Kyai Asrori mengadakan halal bi halal dan juga sarasehan untuk

mendeklarasikan dibentuknya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.

B. Sejarah Lahir dan Berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Di

5


(53)

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah yang dideklarasikan pada 25 Desember 2005

segera membentuk sebuah kepengurusan. Sesuai dengan apa yang ada pada

buku pedoman kepemimpinan dan kepengurusan dalam kegiatan dan amaliah at

tarekat dan Al Khidmah dibentuklah kepengurusan baik dari tingkat pusat,

tingkat Provinsi, tingkat Kota atau Kabupaten, tingkat Kecamatan dan juga

tingkat Desa atau koordinator.6

Sudah sedikit disinggung oleh penulis jika sebenarnya Jama'ah Al Khidmah

yang berada di Kecamatan Kenjeran sudah lama dirintis langsung oleh KH.

Ahmad Asrori al-Ishaqy yang memang di Kecamatan Kenjeran inilah berdiri

Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah yang diasuh oleh beliau, namun pada saat

itu masih belum bernama Jama'ah Al Khidmah dan pengikutnya masih

murid-murid tarekat. Dalam daripada itu sebelum tahun 2005 nama Al Khidmah

juga sudah dikenalkan oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy melalui buku-buku

atau kitab-kitab yang diterbitkan oleh beliau dengan penerbit Jama'ah Al

Khidmah Surabaya yang pada saat itu di Surabaya sendiri jumlah Jama'ahnya

masih sedikit dan belum ada kepengurusan secara resmi.

Nama Al Khidmah dipakai oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy karena beliau

tidak menginginkan nama Jama'ahnya terlalu tinggi. Al Khidmah sebenarnya

juga merupakan cerminan dari kerendahan hati beliau yang memiliki arti

melayani. Dari kata-kata melayani itu, maka Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

6

Ahmad Asrori al-Ishaqy, Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan Dalam Kegiatan dan Amaliah at Tarekat dan Al Khidmah(Surabaya: Al Khidmah, 2011), 55-56.


(54)

yang dilakukan dengan cara berdhikir.7 Lebih dalam lagi Abdur Rasyid

bercerita:

Suatu hari ketika Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sedang mengisi acara di Grahadi ada salah satu pejabat negara yang salah paham terhadap nama Al Khidmah. Pejabat negara itu mengira nama Al Khidmah yang berarti melayani itu berarti KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy sebagai pendiri jama'ahnya minta dilayani padahal bukan demikian yang dimaksud malah KH. Ahmad Asrori beserta jama'ahnya siap melayani masyarakat.

Tidak hanya itu, menurut KH. Ali Tamim salah satu sesepuh Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah sebenarnya nama ataupun istilah Al Khidmah bukan

sesuatu yang baru. Hal ini bisa ditemukan dari perkataan-perkataan para santri di

berbagai Pondok Pesantren yanag terkenal yaitu “dengan khidmah akan

bermanfaat”. 8 Di dalam bukunya KH. Ahmad Asrori mendefinisikan

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sebagai kumpulan dari orang-orang yang

mengikuti kegiatan yang telah ditetapkan dan juga diamalkan oleh para guru

tarekat, ulama salafus saleh dan juga para pinisepuh pendahulu-pendahulu kita.9

Dari definisi itu, maka Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah berbeda dengan murid

tareqat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

mempunyai tugas untuk mengatur dan menyiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan oleh tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Menurut Abdur Rasyid

KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy pernah meminta daftar jumlah orang yang akan

berbaiat(menjadi murid tarekat) agar KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy bisa

mengetahui seberapa berhasilnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dalam

7

Abdur Rasyid, Wawancara, Surabaya, 4 November 2015. 8

Ali Tamim, Wawancara, Surabaya, 10 November 2015. 9


(55)

Jama'ah Al Khidmah merupakan kaki tangan dari tarekat Qadiriyah wa

Naqsabandiyah yang dibawa oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Bisa dibilang

jika pesatnya perkembangan dari tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah

al-Usmaniyah disebabkan oleh lincahnya pergerakan Perkumpulan Jama'ah Al

Khidmah dalam mengajak orang untuk menyukai dan mengikuti tarekat.

Berbeda dengan tahun 90-an dimana masyarakat Kecamatan Kenjeran masih

percaya terhadap sesuatu yang supranatural seperti tenun dan pesugihan, di abad

ke-21 kususnya tahun 2005 masyarakat Kecamatan Kenjeran sudah banyak

yang meninggalkan hal-hal tesebut dan menuju kepada suatu tatanan masyarakat

yang maju di segala bidang sama dengan masyarakat di kota pada umumnya.

Sesuai dengan definisi kota yang merupakan suatu wilayah yang dihuni oleh

lebih dari 10.000 orang dan untuk wacana masa depan yang disebut kota adalah

suatu desa yang terkena arus globalisasi akibat kondisi mondial.10 Maka,

Kecamatan Kenjeran sebagai salah satu wilayah di Kota Surabaya bisa juga

digolongkan dengan hal tersebut. Ini bisa dilihat dari cara hidup, banyaknya

sekolah-sekolah, warnet dan juga mini market yang ada di Kecamatan Kenjeran.

Walupun toh demikian, bukan berarti penduduk di Kecamatan Kenjeran

semuanya sudah meninggalkan cara hidup lama. Mereka masih memanfaatkan

laut dan juga sawah sebagai sumber mata pencaharian, namun alat-alat yang

digunakan sudah berbeda dengan zaman dahulu.

Pun demikian tetap saja masyarakat di Kecamatan Kenjeran bisa disebut sebagai

10


(56)

bahwa masyarakat sekuler adalah masyarakat yang sedikit melakukan ibadah,

sedikit menggunakan ungkapan-ungkapan keagamaan dan juga sedikit

mendukung organisasi-organisasi keagamaan.11 Selaras dengan hal tersebut,

masyarakat Kecamatan Kenjeran memang sudah banyak yang meninggalkan

salat dan sudah tidak memperdulikan norma-norma agama. Maka, Perkumpulan

Jama'ah Al Khidmah selalu mengajak masyarakat Kecamatan Kenjeran untuk

senang berdhikir tanpa menyuruh masyarakat untuk langsung mengerjakan

salat, puasa dan lain-lain dengan harapan secara perlahan masyarakat

Kecamatan Kenjeran bisa menjadi masyarakat yang agamis.

Pada tahun 2005 kepengurusan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah sifatnya

masih memandang kesenioritasan sehingga KH. Ali Tamim lah yang dipilih

menjadi ketua Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah Surabaya dan juga seluruh

Kecamatan yang ada di dalamnya. Di tahun 2005 acara-acara Jama'ah Al

Khidmah di Kecamatan Kenjeran masih bertumpu di Pondok Pesantren Assalafi

Al Fitrah. Hal ini disebabkan kurang kondusifnya kepengurusan yang ada pada

saat itu. Kepemimpinan KH. Ali tamim ini berlangsung hingga tahun 2006

hingga digantikan Ust. Rohli, SH.12 Di bawah kepemimpinan Ust. Rohli masih

belum secara terinci dibentuk penanggung jawab di setiap Kelurahan dan juga

Kecamatan yang sesuai dengan buku pedoman dan kepengurusan Al Khidmah,

namun kegiatan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kota Surabaya dan

Kecamatan Kenjeran sudah mulai tidak bertumpu di Pondok Pesantren Assalafi

11

Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1995), 37. 12


(57)

terkenal dengan istilah tarikan (bergiliran).

Lebih daripada itu kegiatan majlis dhikir yang sudah mulai terselenggara di

rumah-rumah pengurus di Kota Surabaya dan Kecamatan Kenjeran mulai

sedikit demi sedikit diterima oleh masyarakat dengan adanya sebagian

penduduk yang sudah mulai mengadakan kegiatan yang dilakukan oleh

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah secara pribadi di rumahnya masing-masing.

Namun, pada awalnya penduduk masih merasa aneh dengan majlis dhikir yang

diadakan di rumah-rumah pengurus Al Khidmah mengingat masyarakat masih

asing dengan bacaan manaqib Shaikh Abdul Qadir al-Jilany.

Tapi lama-kelamaan mereka tertarik dan mulai ingin tahu dengan bacaan-bacaan

itu, dari keingintahuan mereka tersebut akhirnya mereka mulai mengikuti dan

sedikit demi sedikit menerimanya. Sesuai dengan hal itu, Koentjaraningrat di

dalam bukunya mengatakan jika suatu budaya yang aneh akan menarik karena

keanehannya.13 Sehingga sudah tidak bisa dipungkiri jika yang awalnya ritual

manaqib adalah sesuatu yang aneh bagi masyarakat Kecamatan Kenjeran

akhirnya menjadi sebuah ritual yang familiar. Kepemimpinan Ust. Rohli ini

berlangsung hingga tahun 2008, karena pada tahun 2008 Ust. Rohli digantikan

oleh Pak Zein.

Saat Pak Zein memimpin, beliau membagi Surabaya kedalam empat wilayah

kepengurusan yaitu Surabaya Utara, Timur, Selatan dan Barat. Dari empat

wilayah ini setiap wilayah bersaing dan berbondong-bondong untuk bisa

13


(58)

majlis-majlis yang diadakan di wilayahnya masing-masing. Namun, kelemahan

dari dibaginya Surabaya kedalam empat kepengurusan ini membuat tidak

adanya kekompakan dari setiap wilayah. Berikut yang disampaikan oleh Ust.

Abdullah:

Dulu waktu Surabaya dibagi kedalam empat wilayah membuat para pengurus tidak mau tahu terhadap kepengurusan di wilayah lain. Jadi ya kalau yang menyelenggarakan majlis Jama'ah dari Surabaya Timur pengurus di Surabaya Barat tidak mau ikut-ikut begitu juga di wilayah Surabaya Selatan dan Utara.14

Kepemimpinan Pak Zein ini berlangsung hingga tahun 2012, namun ketika KH.

Ahmad Asrori al-Ishaqy wafat pada tahun 2009 masyarakat Kecamatan

Kenjeran mulai nampak merindukan sosok KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy dengan

mereka menghadiri tahlil yang diadakan oleh pihak keluarga dan juga Pondok

Pesantren Assalafi Al Fitrah hingga 100 hari kewafatan beliau. Semenjak Kyai

Asrori wafat semakin banyak orang yang mulai mengikuti dan masuk menjadi

anggota Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah hingga di tahun 2012 terjadi suksesi

kepemimpinan dari Pak Zein kepada Ust. Ali Mastur. Di era kepemimpinan Ust.

Ali Mastur ini dibentuk beberapa koordinator di setiap Kecamatan maupun

Kelurahan di Surabaya yang tentu tidak terlewatkan Kecamatan Kenjeran juga

dibentuk koordinator. Sudah dijelaskan oleh penulis pada bagian bab ke-2 jika di

Kecamatan Kenjeran terdapat empat Kelurahan yaitu Kelurahan Tambak Wedi,

Kelurahan Bulak Banteng, Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan juga Kelurahan

14


(59)

Di setiap Kelurahan tersebut terdapat penanggung jawab yang bertugas untuk

menyiarkan kegiatan-kegiatan ataupun ajaran-ajaran Perkumpulan Jama'ah Al

Khidmah yang diajarkan oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Untuk Kelurahan

Tambak Wedi penanggung jawab diemban oleh H. Halim, Kelurahan Bulak

Banteng penanggung jawabnya diemban oleh H. Duraji, Kelurahan Tanah Kali

Kedinding diemban oleh Ust. Hoiruddin dan untuk Kelurahan Sidotopo Wetan

diemban oleh Sujito. Namun, secara keseluruhan penanggung jawab Kecamatan

Kenjeran adalah H. Jabbar, SH.15

Dari beberapa penanggung jawab itu mulailah muncul benih-benih

berkembangnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah di Kecamatan Kenjeran

yang memang pada awalnya masyarakat di Kecamatan Kenjeran lebih banyak

yang apatis terhadap Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah. Hal ini selaras dengan

apa yang disampaikan oleh Ust. Wahdi Alawi ketika penulis mewawancarainya.

Menurut Ust. Wahdi memang KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy pernah mengatakan

jika belum tentu orang-orang yang dekat secara lahir dengan beliau yang dalam

hal ini adalah tetangga mau untuk mengikuti beliau karena semuanya itu

tergantung hidayah dari Allah Swt, contohnya adalah banyaknya orang-orang

dari luar kota Surabaya, luar Provinsi Jawa Timur, luar Pulau Jawa dan juga luar

negeri yang datang saat diselenggarakan majlis-majlis di Pondok Pesantren

Assalafi Al Fitrah malah tetangga-tetangga Pondok Pesantren enggan untuk

15


(60)

Suatu ketika juga ada Kyai sekitar yang menulis sebuah kitab untuk menyerang

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dengan dalil-dalil yang diambil dari Al

Qur'an maupun hadith. Maksud dari Kyai tersebut agar masyarakat sudah tidak

menerima lagi keberadaan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah, namun saat para

ustad Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah ingin menanggapi Kyai tersebut dan

juga berkeinginan untuk membuat kitab tandingan hal tersebut dilarang oleh

ketua tarekat karena akan menyebabkan sebuah permusuhan dan akhirnya

dengan diamnya Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah membuat masyarakat

semakin simpatik.17

Hal semacam itu terus terjadi, namun seiring dengan berjalannya waktu para

masyarakat di Kecamatan Kenjeran mulai mau untuk membuka rumah-rumah

mereka dan menerima keberadaan Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah. Lebih

dalam lagi mereka juga menjadi anggota Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah.

Sujai salah satu masyarakat Kelurahan Tambak Wedi mengatakan:

Pada mulanya saya tidak suka terhadap majlis-majlis yang diadakan oleh Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah dikarenakan selalu memblokir jalan-jalan di sekitar Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah. Bahkan belakangan kalau saya lihat Jama'ah yang datang semakin banyak sehingga jalan yang diblokir juga hampir seluruh Kelurahan Tambak Wedi, Kelurahan Bulak Banteng, Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan juga Kelurahan Sidotopo Wetan. Tidakitu tok mas, jalan-jalan disekitar Kecamatan menjadi macet tidak karuan. Jika saya berangkat bekerja harus pagi petang kalau tidak ya saya telat mas. Bagaimana tidak telat sepanjang jalan tol Suramadu yang dari arah Surabaya semuanya full dengan bus-bus dari Jama'ah yang datang dari luar Surabaya. Kalau saya lewat Kelurahan Bulak Banteng dibuat parkir mobil-mobil dan juga elep. Ditambah kalau sudah keluar dari wilayah Kecamatan Kenjeran macetnya minta ampun

16

Wahdi Alawi, Wawancara, Surabaya, 15 November 2015. 17


(61)

Semampir) jadi kalau mau pulang kerja saya pasti main-main dulu kerumah teman dan jika sudah pukul 12 malam saya baru pulang karena acaranya pada sabtu malam selesai sekitar jam 12-an. Tidak hanya itu, paginya saya tidak bisa beristirahat dengan tenang di rumah soalnya setelah subuh acara sudah dimulai hingga pukul 12 siang jadi suara salon-salon itu bikin saya berisik. Setiap tahun saya mengalami hal ini dan akhirnya saya sudah mulai terbiasa. Sekilas hati saya juga senang ketika mendengar lantunan-lantunan manaqib Shaikh Abdul Qadir al-Jilany bahkan disetiap tahunnya saya sudah mulai untuk mendengarkan dari dalam rumah karena saya masih malu untuk keluar rumah. Di tahun berikutnya saya merasa kasihan kepada Jama'ah yang berasal dari luar Surabaya. Mereka kepanasan di pagi hari dan juga kehujanan di malam hari sehingga saya mulai mengizinkan mereka untuk masuk di dalam rumah saya dan memperbolehkan untuk menggunakan fasilitas kamar mandi dan itu saya lakukan setiap tahun hingga saat Kyai Asrori wafat hati saya terasa terpanggil untuk datang ke Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah. Saat hadir disana hati saya terasa tercabik-cabik dan tiba-tiba air mata saya menetes dengan derasnya dan mulai saat itulah saya rutin datang di tahlilan kewafatan Kyai Asrori hingga 100 hari. Setelah acara tahlil sudah berakhir pada 100 hari saya merasa kecanduan untuk mengikuti acara-acara manaqiban yang diselenggarakan oleh Jama'ah Al Khidmah dan alhamdulillah mas sekarang saya bisa ikut secara rutin acara-acara Al Khidmah.18

Tidak hanya Sujai, Ely salah satu masyarakat Kelurahan Tanah Kali Kedinding

juga menuturkan hal yang hampir sama dengan Sujai. Namun, Ely tidak sampai

menjadi anggota Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah hanya saja dia membuka

rumahnya untuk ditempati oleh Jama'ah Al Khidmah dan setiap dia mempunyai

hajat atau tashakuran dia mengadakan manaqiban (salah satu amaliah

Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah). Saat ditanya kenapa Ely bisa menerima

keberadaan dan juga ajaran ataupun amaliah Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah

Ely menjawab jika dia suka dengan lantunan-lantunan lagu manaqib Shaikh

Abdul Qadir al-Jilany yang disyiarkan oleh Jama'ah Al Khidmah. Lebih lanjut

Ely juga mengatakan jika setelah mengadakan manaqib apa yang dia inginkan

18


(1)

82

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan tahap demi tahap penyusunan skripsi ini, penulis merasa jika skripsi ini tidak sempurna karena kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta Allah Swt sedangkan penulis sebagai hamba hanya berusaha mencari kebenaran. Selain itu, di dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan disana sini sehingga penulis akan merasa senang jika ada sebuah kritik ataupun saran yang membangun bagi penulis.

Sehubungan dengan judul skripsi ini, maka penulis berharap agar generasi selanjutnya yang menginginkan meneliti tentang Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah bisa meneliti ritual manaqib dilihat dari aspek budaya. Lebih daripada itu, bagi Perkumpulan Jama'ah Al Khidmah agar selalu melaksanakan apa yang telah diajarkan oleh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy secara teoritik supaya bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya diimplementasikan dengan amaliah-amaliah agar Jama'ah Al Khidmah semakin diterima bahkan dicari-cari oleh masyarakat dengan keindahan sikap dan sifatnya seperti yang dicontohkan oleh Sang Guru KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999.

Al Khidmah, HasilMunas ke-3 PerkumpulanJama'ah Al Khidmah

Indonesia.Semarang: Al Khidmah, 2014.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: RenikaCipta, 1998.

Asrori, Ahmad. Al Faidurrahmani. Surabaya: Al Khidmah, 2007.

.ApakahManaqibItu?.Surabaya: Al Wafa, 2010.

.FathatunNuriyah. Surabaya: Jama'ah Al Khidmah, 2005.

.Tuntunan dan Bimbingan. Surabaya: Al Khidmah, 2011.

.Majlis al Khushushy al khotmy. Surabaya: Al Wafa, 2004.

BPS Surabaya. Statistik Daerah Kecamatan Kenjeran 2012. Surabaya: BPS Surabaya, 2012.

BPS Surabaya. Statistik Daerah Kecamatan Kenjeran 2013. Surabaya: BPS Surabaya, 2013.

Fattah, Abdul. Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta: PT. LKIS, 2006.

Hafidh,Muhammad. AktaNotarisBerdirinyaPerkumpulanJama’ah Al Khidmah. Semarang: Kementrian Hukum dan Ham RI, 2009.

Halim. Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Hasbullah danSupriyadi, Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.Jakarta: PT. Gramedia, 1993.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Pranoto, Suhartono. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010.

Rifa'i, Mohammad. RisalahTuntunanSalatLengkap. Semarang: CV. Toha Putra, 1987.


(3)

Scharf, Betty. Kajian Sosiologi Agama.Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1995. Sholikhin, Muhammad. Sufi Modern.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013. Sukanto, Suryono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 1987. Zamroni.Pengantar Pengembangan Teori Sosial.Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,

1992.

Zulaicha, Lilik. Metodologi Sejarah I.Surabaya: Fakultas Adab UIN Sunan Ampel, 2005.

Skripsi

Elok Afrohah, “Istigotsah Jama'ah Al-Khidmah (orong-orong) Di Kota Gresik”, Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2002.

Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Kenjeran_Surabaya (30 September 2015 pukul 07.44).


(4)

DAFTAR INFORMAN

Nama : KH. Ali Tamim

Warga : Kecamatan Semampir

Pekerjaan : Mengajar Di Ponpes Darul Ubudiah Nama : Ust. Abdul Halim

Warga : Kecamatan Semampir

Pekerjaan : Mengajar Di Ponpes Darul Ubudiah Nama : Ust. Wahdi Alawi

Warga : Kecamatan Kenjeran

Pekerjaan : Mengajar Di Ponpes Al Fitrah Nama : Ust. Abdur Rasyid

Warga : Kecamatan Kenjeran

Pekerjaan : Mengajar Di Ponpes Al Fitrah Nama : Ust. Hoiruddin

Warga : Kecamatan Kenjeran

Pekerjaan : Mengajar Di Ponpes Al Fitrah Nama : Ust. Ali Mastur

Warga : Kecamatan Kenjeran

Pekerjaan : Mengajar Di Ponpes Al Fitrah Nama : Ust. Ali Usman

Warga : Kecamatan Kenjeran


(5)

Nama : Ust. Anisu Rahman Warga : Kecamatan Semampir

Pekerjaan : Mengajar Di Ponpes Al Fitrah

Nama : Ust. Abdullah

Warga : Kelurahan Semolowaru Pekerjaan : Swasta

Nama : Jabbar

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Swasta

Nama : Halim

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Swasta

Nama : Sujito

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Swasta

Nama : Duraji

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Swasta

Nama : Sujai

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Pegawai

Nama : Husnan

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Swasta


(6)

Nama : Umar Faruk

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Swasta

Nama : Mulyadi

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Swasta

Nama : Ely

Warga : Kecamatan Kenjeran Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga