PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS

(

ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,

SATISFACTION

) DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelr Magister Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Iffa Arfiyanah

NIM. F03214017

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

 

ABSTRAK

Penulis : Iffa Arfiyanah

Judul : Pengembangan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pendidikan agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya

Kata Kunci : Model Pembelajaran ARIAS, hasil belajar materi pendidikan agama islam,

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VB di SD Darul Ulum Surabaya, yang menjadi salah satu masalah dalam pembelajaran PAI di sekolah adalah masih kurang memuaskannya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap siswa SD Darul Ulum Surabaya terutama kelas Vb menunjukkan hasil belajar siswa yangkurang rendah. Rendahnya hasil belajar PAI ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih bersifat monoton yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centre) sehingga situasi belajarnya terpusat pada pengajar, selain itu metode yang digunakan kurang adanya inovasi-inovasi baru yang menyenangkan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan model pembelajarannya yang masih konvensional dan dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berlangsung kaku, sehingga kurang mendukung dalam pengembangan pengetahuan, sikap, moral dan keterampilan siswa, hal ini menyebabkan siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran atau tergolong siswa yang pasif dan hanya sebagai pendengar.

Untuk mengatasi masalah tersebutdiperlukan adanya model pembelajaran baru yang dapat mengaktifkan seluruh siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian iniadalah model pembelajaran ARIAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajarsiswa kelas VbSD Darul Ulum Surabaya terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelahmenggunakan model pembelajaran ARIAS.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R & D). Penelitian dilaksanakan di SD Darul Ulum Surabaya pada tanggal 7 Maret 2016 sampai dengan 29 Juni 2016. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas Vb di SD Darul Ulum Surabaya yang berjumlah 33 siswa. Metodepengumpulan data menggunakan lembar wawancara dan tes hasil belajar pada setiap akhir siklus.

Hasil penelitian menunjukkan, pada siklus 1 siswa yang tuntas secara individu ada 17 siswa dengan ketuntasan kl asikal sebesar 58.3% dengan rata-rata nilai 62.5. Pada siklus 2 siswa yang tuntas secara individu mengalami peningkatanmenjadi 27 siswa dengan ketuntasan klasikal 83.3% dengan rata-rata nilai 76.67.Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan modelpembelajaran ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar kelas Vb di SD Darul Ulum Surabaya


(7)

 

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... .. i

PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... … iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... … iv

HALAMAN MOTTO ... … v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... … vi

ABSTRAK ... … vii

KATA PENGANTAR ... … viii

DAFTAR ISI ... … ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ………... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... … 14

C. Rumusan Masalah ... … 15

D. Tujuan Penelitian ... … 16

E. Manfaat Penelitian ... … 16

F. Definisi Konsep ... … 18


(8)

 

H. Sistematika Pembahasan ... … 25

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran ARIAS ……… 27

1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS ……… 27

2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS ……… 31

a. Assurance ………. 31

b. Relevance ………. 34

c. Interest ………. 36

d. Assessment ……… 39

e. Satisfaction ……… 41

B. Hasil Belajar ………..……….. 43

1. Pengertian Hasil Belajar………. 43

2. Indikator Hasil Belajar ……….. 46

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa……. 47

4. Penilaian Hasil Belajar ………..……… 50

5. Ruang Lingkup Penialaian Hasil Belajar ……….…… 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 55

C. Subjek Penelitian ... 56

D. Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 56


(9)

 

F. Teknik Pengumpulan Data ... 61

G. Instrumen Penelitian ... ……. 64

H. Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Proses Pengembangan Pembelajaran ... 78

B. Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 105

C. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran ... 109

D. Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 111

F. Pembahasan ... 115

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ….. 123

B. Saran ... ….. 124

DAFTAR PUSTAKA ... ….. 126


(10)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan

martabat manusia Indonesia.1

Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan penting yang menentukan terhadap eksistensi serta perkembangan masyarakatnya. Hal ini karena pendidikan merupakan proses usaha melestarikan, mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek kepada generasi penerus bangsa. Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, pendidikan islam memerlukan landasan guna memberi arah bagi program yang akan dilakukan. Landasan tersebut terutama berasal dari Al-Qur’an dan

As-Sunnah.2

Pendidikan juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh dan terpadu yang meliputi jenjang, jalur, dan jenis pendidikan yang berkaitan antara yang       

1 Nurhadi, dkk.

Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. (Malang:

Universitas Negeri Malang, 2002), 1.


(11)

 

satu dengan yang lain untuk mengupayakan tercapainya tujuan penelitian.Karena pendidikan selalu berinteraksi dengan manusia dan selalu hangat dalam perbincangan.Untuk mempersiapkan generasi muda yang berdaya saing di dunia global, salah satu yang diupayakan pemerintah yaitu selalu melakukan inovasi dalam bidang pendidikan. Inovasi yang dilakukan baik dalam perubahan kurikulum, intregasi pendidikan karakter, dan berbagai seminar bagi pendidik. Pendidikan yang direncanakan masing-masing sekolah diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh. Pendidikan tidak hanya dirancang untuk penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan kecakapan diri, kemandiriran, keyakinan diri, terhadap kompetensi dan daya saing, serta akhlak mulia. Pendidikan berintikan interaksi antar pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan

keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. 3

Pada abad ke 20 ini terjadi perubahan besar mengenai konsep pendidikan dan pengajaran. Perubahan tersebut membawa pula perubahan dalam cara mengajar dan belajar di sekolah. dari pengajaran lama dimana peserta didik harus diajar dengan diberi pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam berbagai mata pelajaran, situasi pengajaran di sekolah lebih menonjolkan peranan pendidik dengan tujuan penguasaan materi pelajaran yang direncanakan oleh pendidik, peserta didik lebih bersifat pasif dan hanya       

3 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung:


(12)

 

tinggal menerima apa yang disuguhkan oleh peserta didik, hal ini berangsur-angsur beralih menjadi pendidikan yang lebih memprioritaskan kepentingan peserta didik, pendidik hanya sebagai fasilitator bagi peserta didik dan yang

aktif dalam proses belajar mengajar adalah peserta didik itu sendiri.4

Keberhasilan pendidikan untuk menghantarkan kehidupan masyarakat yang lebih maju dan kompetitif ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, pendidik, peserta didik, model pembelajaran, sarana dan prasarana serta situasi kelas pada saat pembelajaran. Belajar pada hakikatnya merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,

mengamati dan memahami sesuatu.5 Dan salah satu hal penting yang

berpengaruh terhadap proses belajar yaitu pemilihan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Berkaitan dengan hal tersebut dalam pembelajaran diperlukan model yang matang secara konseptual yang siap diimplementasikan. Yang patut dipertimbangkan dalam pemilihan model pembelajaran agar matang secara konseptual yang siap diimplementasikan adalah keberpihakan kepada peserta didik, artinya jelas pembagian aktivitas peserta didik dan pendidik serta dalam kegiatan belajar harus dilakukan secara

      

4 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 1.


(13)

 

mandiri oleh peserta didik, sehingga memberikan pengalaman yang bermakna

bagi peserta didik.6

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Para ahli meyusun model pembalajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai

dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. 7

Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasi; belajar yang berkualitas. Menurut Nurhadi menyatakan bahwa “belajar akan lebih. Pembelajaran konstektual ini merupakan model pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola piker mereka sendiri. Penerapan model pembelajaran konstektual ini juga berdampak terhadap situasi dan kondisi pada saat terjadinya proses belajar mengajar yaitu dapat

      

6 Nurani Soyomukti,

Pendidikan Berspektif Globalisasi (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2008), 12.

7 Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:


(14)

 

“menghidupkan” suasana lingkungan kelas, karena pembelajaran bersifata

student oriented.8

Dengan kata lain guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan,

menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide peserta didik sendiri.9

Nilai tertinggi diberikan kepada pendidik yang lebih suka membimbing daripada menggurui peserta didiknya. Dan pada pendidik yang mampu merancang pengalaman-pengalaman yang mendorong pemikiran yang kreatif dengan berbagai masalah yang relevan untuk dipecahkan. Dan dalam belajar ada peserta didik yang cepat mencerna bahan, ada yang sedang dan ada yang lamban. Ketiga tipe belajar ini menghendaki agar setiap pendidik mampu mengatur strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan kemempuan

belajar mereka.10

Saat ini muncul suatu konsep belajar yang menawarkan model belajar

yang lebih efektif, yang dikenal dengan konsep ARIAS (Assurance,

Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction), dalam pembahasan

selanjutnya, nama model pembeljaran ini akan kami singkat dengan nama ARIAS saja. Model pembelajaran baru ini diharapkan bisa membantu peserta didik belajar lebih cepat daripada sebelumnya dan peserta didik dapat menginngat materi yang disampaikan oleh pendidik dengan lebih efektif.       

8 A. G. Nurhadi, Pembelajaran Konstektual dan Penerapan dalam KBK (Malang:

Universitas Malang), 13.

9 Nuryadi Abbas,

Penerapan Model Pembelajaran Bermasalah, Jurnal Pendidikan Kebudayaan (No. 51 tahun ke 10, November 2004), 10.

10 Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif)


(15)

 

Model pembelajaran ARIAS ini merupakan model pembelajaran yang

terdiri dari lima komponen, yaitu:11

1. Assurance (Percaya diri)

2. Relevance (Sesuai dengan kehidupan peserta didik) 3. Interest (Minat dan perhatian peserta didik)

4. Assessement (evaluasi) 5. Satisfaction (Penguatan)

Model Pembelajaran ARIAS merupakan sebuah model pembelajaran

yang dimodifikasi dari model pembeljaran ARCS (Attention, Relevance,

Convidence, Satisfction) yang dikembangkan oleh John M. Keller dengan

menambahkan komponen Assessment pada keempat kompenen model

pembelajaran tersebut. Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,

Convidence, Satisfction) ini dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model Of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah Center Of Teaching, Learning & Faculty Development di Florida State University. Model

Pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berpestasi dan

hasil belajar. 12

Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum pendidik melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak pendidik atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran, misalnya. Satuan       

11 Muhammat Rahman dan Sofan Amir, Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif

(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014), 2.


(16)

 

pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi peseta didik. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi pendidik disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah digambarkan usaha/kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada peserta didik, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/ perhatian peserta didik, melakukan evaluasi

dari menumbuhkan rasa dihargai / bangga pada siswa.13

Salah satu materi pelajaran di sekolah yang juga penting adalah materi Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini materi Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang sangat penting karena pada materi Pendidikan Agama Islam sangat berpengaruh terhadap akhlak, perilaku serta karakter peserta didiki di masa yang akan datang. Maka akan sangat bermanfaat kalau peserta didik mampu mengingat materi Pendidikan Agama Islam sepanjang hidupnya, agar dijadikan pedoman baik saat di bangku sekolah ataupun di masa yang akan datang.

Menurut Zakiyah Daradjat dalam buku Peranan Agama dalam Kesehatan Mental yang dikutip oleh Abdul Madjid dan Dian Andayani, menyatakan bahwa Pendidkan Agama Islam merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat

      


(17)

 

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.14 Di sinilah

letak pentingnya Pendidikan Agama Islam, sesungguhnya pertumbuhan moral pada anak yang berdasarkan Pendidikan Agama Islam menyebabkan anak mendapat pencerahan baru sehingga menambah perhatiannya terhadap nasehat-nasehat agama, dan kitab suci tidak lagi merupakan kumpulan undang-undang, yang dengan itu Allah menghukum dan mengatur dunia guna menunjukkan kita kepada kebaikan. Jadi Pendidikan Agama Islam menjadi begitu penting karena Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.15

Akan tetapi kebanyakan siswa di sekolah tidak menyukai pelajaran Pendidikan Agama Islam. Bermacam-macam alasan yang menyebabkan siswa tidak menyukai materi Pendidikan Agama Islam. Siswa menganggap mata pelajaran Agama Islam adalah pelajaran yang sulit dan tidak mudah dipahami karena di dalamnya terdapat banyak hal yang perlu dipahami lebih mendalam di pecahkan, hingga menghafal atau mengartikan dalam bahasa Pendidikan Agama Islam, sebenarnya bukan hanya karena mereka malas belajar atau tidak memperhatikan saat pendidik menerangkan, tetapi bisa jadi karena materi yang disampaikan pendidik kurang menarik bagi mereka atau strategi pembelajaran guru yang kurang tepat dan monoton yang membuat mereka       

14 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 130.


(18)

 

merasa bosan. SD Darul Ulum Surabaya juga tidak terlepas dari permasalahan mengenai proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kelas VB SD Darul Ulum Surabaya. Saat berlangsungnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dari indikator: 1) siswa dalam bertanya hanya sebesar (13,333%), 2) hasil mengerjakan soal-soal latihan hanya sebesar (20%), dan 3) siswa dalam berdiskusi hanya sebesar (13,333%). Rendahnya hasil belajar siswa salah satunya identifikasikan model pembelajaran yang dilakukan guru yang bersifat konvensional. Siswa lebih bersikap pasif selalu menunggu instruksi dari guru untuk mendengarkan dan mencatat saja, sedangkan pembelajaran akan kurang maksimal jika hanya instruksi yang dilakukan, sehingga perlu sebuah model pembelajaran yang menumbuhkan sikap aktif siswa, terutama dari segi motivasi siswa. Model pembelajaran sangat penting bagi siswa, karena model pembelajaran yng diterapkan guru dapat meningkatkan perhatian dan interaksi siswa dengan guru.

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama periode tertentu sesuai dengan

rencana pengajaran.16 Menurut Gagne, hasil belajar dapat diperoleh dari

informasi yang terbaik, kemampuan intelektual, strategi kognitif, sikap dan

ketrampilan motorik.17 Berkaitan dengan hasil belajar, Sudjana menyatakan

hasil belajar yang di capai peserta didik banyak diperoleh dari kemampuan peserta didik dan lingkungan belajar terutama kualitas mengajar. Jadi dalam       

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1993), 20.


(19)

10 

 

setiap proses belajar mengajar selalu ditekankan pada keaktifan peserta didik dalam berpikir dan bekerja, sehingga materi pelajaran yang diterima dapat tertanam lebih lama pada diri peserta didik dan akan diwujudkan dalam

perubahan tingkah laku.18sedangkan hasil belajar dalam hal ini adalah niala

hasil akhir siswa dan juga nila hasil setelah penerapan materi yang menerapkan model pembelajaraqn ARIAS.

Hasil belajar peserta didik bisa diketahui dengan menggunakan evaluasi. Alat yang paling efektif untuk mengadakan pengukuran adalah

dengan tes dan non tes.19 Karena dari hal itu dapat diketahui kemajuan yang

di capai peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan guru. Demikian juga dengan mata pelajaran Pendidika Agama Islam, untuk dapat mengetahui hasil belajarnya bisa di nilai dengan tes dan non tes.

Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. ARIAS adalah salah satu dari beberapa model pembelajaran. ARIAS merupakan satu kesatuan dari lima

komponen teori-teori belajar yaitu assurance (percaya diri), relevance

(relevansi), interest (minat atau perhatian), assessment (evaluasi), dan

satisfaction (kepuasan). Dengan diterapkannya model pembelajaran ARIAS

ini, siswa akan lebih percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. Materi yang disampaikan pun mudah untuk dipahami dan diterapkan karena dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari yang tak jauh dari sekitar mereka. Minat atau perhatian siswa pun dapat ditingkatkan dengan diterapkannya model ini dalam       

18Ibid, 43.


(20)

11 

 

pembelajaran karena pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu siswa juga dapat melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah mereka pelajari selama proses pembelajaran. Di samping itu upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran dilakukan dengan mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat membuat siswa termotivasi.

Maka untuk mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dan agar peserta didik lebih cepat dalam memahami materi-materi yang disampaikan oleh pendidik dan peserta didik juga dapat mengingatnya dengan baik sehingga dapat dijadikan pedoman sepanjang hayatnya bahkan dapat membentuk karakter peserta didik yang islami, maka salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik yaitu model pembelajaran ARIAS. Karena di dalam model pembelajaran ARIAS ini terdapat beberapa teknik yang mempermudah cara belajar peserta didik. Karena lima komponen yang terdapat dalam model pembelajaran ARIAS, maka sangat tepat jika model pembelajaran ini digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar sehingga guru mampu meningkatkan daya ketertarikan pada suatu mata pelajaran yang diajarkan. Disamping itu model pembelajaran ARIAS ini sangat mampu meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model pembelajaran ini banyak sekali unsur yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan


(21)

12 

 

hasil belajar siswa. Karena hasil belajar merupakan faktor yang penting dari

individu, dan bisa mempengaruhi proses dari hasil belajar.20

Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs, dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois, evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuansiswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentangkelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga

oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau

evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil belajar yang       

20Benjamin S Bloom.

Human characteristics and school learning. (New York:


(22)

13 

 

maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman merekasendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri.Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior, bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Salah satu sekolah yang akan menerapkan model pembelajaran ARIAS adalah SD Darul Ulum Surabaya. Di sekolah tersebut pendidik selalu berusaha untuk membuat inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran agar para peserta didik dapat menguasai materi dengan baik. Diharapkan di sini setelah setelah pendidiknya menerapkan model pembelajaran ARIAS, akan ada peningkatan hasil belajar pada siswa terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. SD Darul Ulum ini merupakan sekolah yang menekankan pembelajaran yang agamis kepada para siswanya, diantaranya terdapat kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah tersebut, diantaranya adalah sebelm pembelajaran dimulai para siswa selalu mebaca doa bersama-sama mulai kelas I sampai kels VI dengan dipimpin oleh beberapa siswa dengan


(23)

14 

 

menggunakan pengeras suara, tidak hanya itu, setelah selesai proses pembelajaran para siswa juga di didik untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di masjid. Hal ini bertujuan agar para siswa terbiasa untuk menerapkan kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada sekolah tersebut agar dapat menemukan dan mengungkapkan berbagai upaya yang dilakukan oleh para pendidik, dengan mengangkat judul tesis yaitu,

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance,

Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD DARUL ULUM SURABAYA.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalah-fahaman dalam memahami hasil penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan batasan penelitian diantaranya:

Penelitian pertama, yaitu tentang penerapan model pembelajaran ARIAS dalam proses pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Darul Ulum Surabaya, yang meliputi: bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya, metode-metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya, usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya dalam mengefektifkan metode-metode tersebut, dan bagaimana penerapan model pembelajaran


(24)

15 

 

ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dalam

proses pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya.

Penelitian kedua, mengenai hasil belajar peserta didik dalam memahami materi Pendidikan Agama Islam yang disampaikan oleh peserta didik di SD Darul Ulum Surabaya. Dan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didiknya mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan lebih baik pada materi-materi Pendidikan agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya.

Penelitian yang ketiga, adalah sejauh mana pendidik dalam mengembangkan model pembelajaran ARIAS, di saat menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam dapat membantu para peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar siswa daripada sebelum pendidik menerapkan model pembelajaran ARIAS pada materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran Pendidikan

Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Bagaimana kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa?


(25)

16 

 

3. Bagaimana kepraktisan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS dengan untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Untuk mengetahui kevalidan hasil pengembangan perangkat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa

3. Untuk mengetahui kepraktisan hasil pengembangan perangkat

pembelajaran Pendidikan Agama Islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran pendidikan agama islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Darul Ulum Surabaya ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan secara teoritis baik kepada guru, siswa maupun kepada peneliti sendiri tentang proses pengembangan perangkat pembelajaran


(26)

17 

 

pendidikan agama islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Bagi Guru

Sebagai alternatif dalam proses pembelajaran agar tidak menggunakan model pembelajaran konvensional saja tetapi bisa dengan pembelajaran pendidikan agama islam model ARIAS. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pedoman empiris dalam menyiapkan berbagai model pembelajaran pendidikan agama islam yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Manfaat Bagi Siswa

Penggunaan perangkat pembelajaran matematika yang disusun dalam penelitian ini diharapkan mampu membuat siswa:

a. belajar secara mandiri dengan cara menggali sendiri pengetahuannya

dan dapat melatih kemampuan penalarannya.

b. menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan

pengetahuan baru. Dengan demikian siswalah yang menemukan pengetahuannya sendiri atau dapat dikatakan sebagai pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered learning).

c. meningkatkan minat siswa untuk belajar pendidikan agama islam


(27)

18 

 

4. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan materi pendidikan agama islam model ARIAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan terhadap judul

tesis ”Pengembangan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,

Interest, Assessement, Satisfaction) dalam meningkatkan hasil belajar siswa

pada Materi Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum Surabaya”, maka penulis akan memaparkan sebagai berikut:

1. Pengembangan Model pembelajaran adalah serangkaian proses atau

kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada sehingga proses belajar menjadi lebih menyanangkan.

2. Model Pembelajaran ARIAS adalah suatu pola atau contoh proses belajar

seseorang sehingga menghasilkan suatu pembelajaran yang efektif dan pola tersebut terangkum dalam akronim ARIAS yaitu kepanjangan dari

Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction. Adapun

maksud dari masing-masing kata akronim dari ARIAS adalah sebagai berikut:

a. Assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya,


(28)

19 

 

berhasil. Guru memotivasi siswa dengan memberikan kata-kata yang mebangun.

b. Relevance yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa

pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang.

c. Interest adalah yang berhubungan dengan minat dan perhatian siswa.

Menurut woodruff bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat dan perhatian. Guru menggunakan metode yang menyenagkan.

d. Assassement yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa.

Bisa langsung Tanya jawab atau member nilai.

e. Satisfaction yaitu yang berhubungan rasa bangga, puas atas hasil yang

dicapai.memberi penguatan seperti memberikan Pekerkaan Rumah 21

Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dan yang

mendorong siswa untuk melakukan sesuatu usaha, 22 dalam hal ini yang

penulis maksud dengan hasil belajar adalah nilai siswa pada saat setelah penerapan pengembangan model pembelajaran ARIAS dan juga ada sebagaian nilai akhir semester siswa.

      

21 Muhammat Rahman dan Sofan Amir, Model, 3

22 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,


(29)

20 

 

4. Materi Pendidikan Agama Islam adalah materi bidang study Pendidikan

Agama Islam yang dipelajari para siswa. Dalam hal ini materi Pendidikan Agama Islam yang dimaksud yaitu untuk siswa kelas V sekolah dasar.

Jadi secara keseluruhan yang penulis maksud dalam tesis ini adalah pengembangan pola pembelajaran yang menggunakan akronim ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) dan model

pembelajaran ARIAS ini dapat membantu para peserta didik untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan baik pada materi Pendidikan Agama Islam. Dan adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam di sini adalah materi-materi Pendidikan Agama Islam yang disampaikan pendidik kepada para peserta didik SD Darul Ulum kelas V tahun ajaran 2015-2016.

G. Penelitian Terdahulu

Saat penulis mengadakan pelacakan literatur yang membahas mengenai model pembelajaran ARIAS, maka telah ada beberapa hasil karya ilmiah yang telah membahas tentang model pembelajaran tersebut, ada beberapa karya ilmiah yang menerapkan model pembelajarn ini antara lain:

1. Artikel yang ditulis oleh Persaoran Siahaan, Wawan Setiawan, dan

Sa’adah, mahasiswa Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI dengan

judul “Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,

Assesement and Satisfaction) dalam Pembelajaran TIK (Teknologi

Informasi dan Komunikasi)”.23

      

23 Parsaoran Siahaan, Wawan Setiawan dan Sa’adah, “Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) Dalam Pembelajaran TIK (Teknologi


(30)

21 

 

Artikel ini membahas tentang adanya perbedaan dan peningkatan pada kualitas hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan ARIAS dengan kelompk siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Data penelitian dikumpulkan melalui instrument tes yang berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan analisis pada keselurhan tahap penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada kelompok siswa yang menggunakan ARIAS lebih baik dibandingkan metd konvensional. Para siswa juga lebih semangat dalam memberikan pendapat, bertanya serta antusias dalam memperhatikan penjelasan dari guru.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent

control group design. Pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas

eksperimen dan kelas control. Kelas eksperimen diberikan perlakuan ARIAS dalam proses pembelajarannya. Sedangkan kelas control menggunakan pembeljaran konvensinal. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung. Responden yang diambil sebagai sampel data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-6 sebanyak 40 siswa sebaga kelas eksperimen dan kelas X-9 sebanyak 40 siswa sebagai kelas control. Instrument digunkan untuk mengukur sejauh mana penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan        

Informasi dan Komunikasi)” Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komuniksi (PTIK), Vol.


(31)

22 

 

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berupa tes awal (pretest) dan tes akhir

(posttest) dengan teknik pilihan ganda (multiple choice), serta lembar

observasi.

Hasil dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih baik bila dibandingkan dengan yang menggunakan metode konvensional. Berdasarkan rata-rata skor gain, peningkatan hasil belajar kelas dengan model pembelajran ARIAS lebih baik daripada peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kesimpulannya adalah pembelajaran dengan model ARIAS pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih unggul daripada model konvensional.

2. Artikel yang ditulis oleh Maharani Akbar Sancoko, Aunillah, Lambang

Kurniawan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo. Dengan judul, “Studi Komparatif Strategi Belajar ARIAS dan Strategi Belajar VAK (A Comparative Study Of ARIAS Learning

Strategies And VAK Learning Strategies)”..24

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan subjek penelitian siswa SMP kelas VII yang bertujuan membandingkan hasil belajar antara siswa yang menggunakan strategi

belajar ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction)

      

24 Maharani Akbar Sancoko, Aunillah, Lambang Kurniawan,

Studi Komparatif Strategi Belajar ARIAS dan Strategi Belajar VAK (A Comparative Study Of ARIAS Learning Strategies And VAK Learning Strategies), Jurnal Pendidikan Matematika STIKIP PGRI Sidoarjo. Vol. 1, No.


(32)

23 

 

dan siswa yang menggunakan strategi belajar VAK (Visual, Auditory,

Kinesthetic). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design yang diadaptasi dari rancangan

penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Dimana dalam

rancangan penelitian ini terdapat dua kelompok yag dipilih secara acak,

kemudian diberi perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan penelitian. Hasil dari perlakuan tersebut kemudian dibandingkan apakah terdapat

perbedaan yangsignifikan atau tidak berbeda signifikan (relatif sama).

Hasil penelitian studi komparatif startegi belajar ARIAS dan

strategi belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) terhadap hail belajar

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Buduran pada pokok bahasan aljabar, Aktivitas siswa yang menggunakan strategi belajar ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction) pada tiap–tiap

pertemuan bisa dikatakan mengalami peningkatan dengan rata–rata peningkatan 4,9%. Meskipun pada pertemuan kedua mengalami penurunan 2% dari pertemuan sebelumnya, tetapi hal ini tidak mengganggu aktivitas siswa secara keseluruhan. Pada kelompok kelas

yang menggunakan strategi belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic)

aktivitasnya juga dapat dikatakan mengalami peningkatan pada tiap pertemuan dengan rata–rata peningkatan sebesar 4,2%. Walaupun pada pertemuan kedua mengalami penurunan 1,7% dari pertemuan sebelumnya, tetapi tidak mengganggu aktivitas secara keseluruhan. Secara umum respon yang diberikan siswa terhadap strategi belajar yang digunakan


(33)

24 

 

adalah baik, yaitu 3,17 (masuk kategori baik) untuk kelas dengan strategi

belajar ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement, Satisfaction)

dan 2,9 (masuk kategori baik) untuk kelas dengan strategi belajar VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic).

3. Artikel dengan judul “Pengaruh Integrasi Model Pembelajaran ARIAS

dengan Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geogarfi SMA Negeri 10 Malang” karya Widiya Sholichah (Mahasiswa Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang), Sudarno Herlambang (Pembimbing 1 selaku Dosen Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri Malang), Purwanto3 (Pembimbing 2 selaku Dosen Pendidikan Geografi FIS

Universitas Negeri Malang).25

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh integrasi model

pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,

Satisfaction) dengan Team Assisted Individualization terhadap hasil

belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran geogarfi SMA Negeri 10

Malang. Metode penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperiment.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pretest dan

post-test. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t (t-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh integrasi model

pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,

Satisfaction) dengan Team Assisted Individualization terhadap hasil       

25 Widiya Sholichah, Sudarno Herlambang, Purwanto, Pengaruh Integrasi Model Pembelajaran ARIAS dengan Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geogarfi SMA Negeri 10 Malang,


(34)

25 

 

belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 10

Malang. Hal ini dibuktikan dengan nilai gain score antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen yang diperoleh masing-masing 16,388 dan 25, 903.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan tesis ini, secara umum penulis sajikan sistematika pembahasan yang meliputi lima bab, yaitu:

Bab pertama adalah Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori, meliputi model pembelajaran ARIAS

yaitu pengertian model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,

Assessement, Satisfaction), komponen model pembelajaran ARIAS yaitu

penjabaran dari masing-masing tahapan Assurance, Relevance, Interest,

Assessement, Satisfaction. Tinjauan tentang hasil belajar meliputi Pengertian

Hasil belajar, Indikator Hasil Belajar, Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hasil Belajar, Penilaian Hasil Belajar, Ruang Lingkup Penilaian Hasil Belajar. Sedangkan materi Pendidikan Agama Islam adalah materi bidang study pendidikan Agama Islam yang dipelajari siswa di sekolah. dalam hal ini adalah materi pendidikan Agama kelas V SD.

Bab ketiga adalah metode penelitian yang membahas tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, obyek penelitian, prosedur


(35)

26 

 

pengembangan perangkat pemebelajaran, desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisa data.

Bab ke empat adalah analisis data mengenai pelaksanaan model

pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessement,

Satisfaction) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Darul Ulum

Surabaya, yang mencakup deskripsi proses pengembangan pembelajaran, kevalidan perangkat pembelajaran, kepraktisan perangkat pembelajaran, pembahasan.


(36)

   

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,

Satisfaction)

1. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin atau percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat atau perhatian siswa. Model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen yaitu: Assurance (Percaya diri), Relevance (Sesuai dengan kehidupan siswa), Interest (Minat dan Perhatian siswa), Assessment (Evaluasi), Satisfaction (Penguatan).27 Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunukan sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan atau materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha atau kegiatan yanga akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada diri siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat atau perhatian

      

27  Muhammat Rahman dan Sofan Amri,

Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif (Jakarta:


(37)

28   

siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai atau bangga pada siswa.28 Jadi dalam model pembelajaran ARIAS itu sudah tergambarkan mulai

awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dan guru tidak hanya mementingkan kepada domain kognitif siswa saja tapi juaga afektif dan psikomotorik. Siswa juga dikondisikan seperti mancari membangun pengetahuan itu sendiri dalam artian mereka tidak hanya menerima dengan pasif segala informasi yang diberikan. Jadi di sisni guru berperan sebagai fasilitator saja yang menghantarkan siswa menuju kepada pengetahuan itu.

Model pembelajaran ARIAS merupakan sebuah model pembelajaran yang dimodifikasi dari model pembelajaran ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh John M. Keller dan Kopp, dengan menambahkan komponen assessment pada keempat komponen model pembelajaran tersebut. Model ARCS ini dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model Of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah Centre for Teaching, Learning & Faculty Development di Florida State University. Model pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar.29 Model pembelajaran ini

dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory)yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu.30 Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance,       

28 Ibid., 3-4.

29 John. M Keller, Development and Use of ARCS Model Of Instructional Design, (Journal Of

Instructional Development,Vol 10, 1987), 2-9.

30 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah,

Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Bandung: PT Refika Aditama,2009), 122.


(38)

29   

confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS, 31 dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Attention

Yaitu cara yang dipakai untuk meningkatkan dan memelihara rasa ingin tahu dan minat

b. Relevance

Yaitu cara yang dipakai untuk menghubungkan atas motif siswa (yang sedang dipelajari dengan kenya taan hidup sekitar siswa)

c. Confidence

Yaitu cara yang dipakai utnuk membantu siswa membangkitkan harapan yang positif agar berhsil dalam mencapai tujuan pembelajaran d. Satisfaction

Yaitu cara yang dipakai untuk memberikan penguatan berupa reward kepada siswa baik itu yang bersifat intrinsic maupun yang bersifatekstrinsik.32

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur.33 Namun demikian,

pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang

      

31 John M Keller dan Thomas W Kopp, An Application of The ARCS Model Of Motivation

Design, dalam Charles M. Reiguleth, Instructional Theories in Action (Hilsdale, NJ: Lawrence

Erlbarum Asociates, Publisher: 1987), 289-319.

32  http://ihashimi.aurasolution. com/model_motivasi_arcs.htm diambil pada tanggal 17 Maret 2016.

33 Roy M. Bohlin,

Motivation in Instructional Design: Comparison of An American and a Soviet Model, (Journal of Instructional Development Vol 10), 11-14.


(39)

30   

dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa.34 Evaluasi yang dilaksanakan

selama proses pembelajaran menurut Saunders, seperti yang dikutip Beard dan Senior, dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.35 Pada teori ini,

evaluasi dianggap penting, karena dengan adanya evaluasi itu guru menjadi mengerti dimana kekurangan dan kelebihan guru selama proses belajar mengajar. Baik dari segi model pembelajaran yang digunakan oleh guru atau materi yang akan disampaikan kepada siswa

Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence.36 Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara

      

34 John P. DeCecco,

The Psychology Of Learning and Instructions: Educational Psychology

(New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1968), 610. 35 Ruth M. Beard dan Isabel J. Senior,

Motivating Student (London: Routladge and Kegan

Paul Ltd, 1980), 72.

36  William Morris,

The American Heritage Dictionary of English Language (Boston:


(40)

31   

minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.

2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Assurance

Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (kepercayaan diri). Dalam kamus bahasa Inggris assurance memiliki


(41)

32   

makna tanggungan, kepercayaan dan kepastian.37 Hal ini berhubungan

dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll, seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja.38

Sikap percaya diri pada siswa itu sangatlah penting, karena siswa yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi maka dia akan mudah bergau;l dan akan mudah menerima informasi yang baru dengan begitu guru akan lebih mudah menyampaikan informasi kepada siswa tersebut. Guru juga harus selalu menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan selalu memmotivasi siswa dalam keadaan apapun. Jadi siswa itu selalu bersemangat untuk menjalani proses belajar mengajar. Hal ini penting terutama bagi siswa sekolah dasar, guru harus selalu berusaha memotivasi siswa, menumbuhkan harapan-harapan yang besar dalam menuntut ilmu.

Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan. Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai

      

37 Martina Susilowati, Kamus Jenius Bahasa Inggris-Indoesia, (Tangerang: Scientific

Press,2007), 25.

38 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,


(42)

33   

keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:39

1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Menurut Martin dan Briggs penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah. 2) Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat

mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku). 3) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk

diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan

       39 Ibid., 14-15.


(43)

34   

urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.

4) Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.

b. Relevance

Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Arti dari relevansi sendiri dalam pendidikan adalah kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat.40 Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang

mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur

       40 Subandijah,

Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996),


(44)

35   

relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:41

1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut

2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang. 3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada

hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan.42

4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.

Pada tahapan ini guru akan dituntut untuk lebih jauh memahami siswanya baik kebiasaan sehari-hari, keadaan lingkungannya maupun sifat-sifatnya, karena jika guru lebih mengtahui keadaan siswa yang sebenarnya guru akan lebih mengerti bagaimana harus bersikap menghadapi para

      

41 Muhammat Rahman dan Sofan Amri,

Model Pembelajaran ARIAS, 16.

42 Wasty Soemanto,


(45)

36   

siswanya yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Dan dampak positifnya kepada siswa adalah, siswa akan merasa nyama n di sekolah karena guru sudah mengerti keadaan siswa sebenarnya. Siswa akan merasa nyaman seperti dengan orang tua mereka sendiri. Jika siswa sudah merasa nyaman di sekolah maka proses belajar mengajar akan jauh lebiha menyenagkan baik untuk siswa maupun gurunya.

c. Interest

Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon, menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.43

      

43  Muhammat Rahman dan Sofan Amri,


(46)

37   

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:44

1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll, variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.

4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs, dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

Suasana yang membuat siswa antusias terhadap persoalan perlu diciptakan, sehingga mereka mau memecahkan persoalannya. Hal ini dilakukan oleh guru dengan membantu siswa untuk berpikir.

Adapun cara lain yang dapat dilakukan guru untuk menabrik minat para siswa agar mereka antusias dan semangat dalam menjalankan proses belajar mengajar adalah, hendakanya guru menggunakan beberapa metode-metode yang bervariasi dalam setiap KBM. Diantara metode yang bisa di gunakan oleh guru ketika menerapkan model pembelajara ARIAS ini adalah metode kooperatif, contoh tipe jig saw. Guru dapat membagi

       44 Ibid., 16.


(47)

38   

siswa menjadi beberapa kelompok untuk membahas suatu materi tertentu. Dalam setiap kelompok di situ diberikan suatu topic yang mengandung sub topic yang berbeda antar tiap anggota. Setelah para siswa selesai dengan kelampok utama maka siswa dibagi lagi menjadi kelompok ahli yaitgu siswa berkumpul dengan siswa lain yang pembahasan sub topiknya sama. Di kelompok itu mereka akan salaing berbagi informasi dengan tema yang sama. Setelah selesai maka sisiwa bisa kembali ke kelompok utama, di kelompok utama itulah siswa diharuskan untuk membagi informasi yang dia dapatkan di kelompok ahli dengan siswa yang lain. Setelah itu siswa diminta untuk memmpresentasikan hasil diskusinya masing-masing.

Pada metode pembelajaraan kooperatif tipe jig saw disitu siswa akan diminta untuk mencari informasi sebanyak mungkin dari kelompok ahli agar bisa dibagi dengan kelompok utamnya, dan setiap siswa akan dituntut untuk aktif dalam setiap diskusi karena dia mempunya misi tersendiri dari kelompok yang berbeda-beda. Jika siswa itu masih pasif maka dia akan mendapatkan hukuman social dari teman sekelompoknya karena dianggap tidak mampu untuk bertanggung jawab dalam mencari informasi dari kelompok ahli.

Metode kooperatif tipe jig saw ini bisa dipergunakan oleh guru ketika menerapkan model pembelajaran ARIAS dengan tujuan untuk menarik minat siswa supaya lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa pun akan merasa lebih nyaman karena dalam mencari suatu informasi htidak dibebannkan pada dirinya sendiri akan tetapi permasalahan itu dipecahkan bersam-sama dengan siswa yang lain. Para guru pun bbisa


(48)

39   

menggunakan metode lainnya yang dirasa guru mampu mnunjang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.

Metode kooperatif ini lebih menekankan proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Jadi guru di sini hanya sebagai fasilitator. Siswa yang akan berusaha membangun sendiri ;pengetahuan yang ada dalam dirinya. Jika siswa sendiri yang menemukan atau membangun pengetahuan itu sendiri, maka akan berdampak pada daya ingat siswa jangka panjang. Jadi meskipun hal itu sudah berjalan selama beberapa tahun, siswa akan masih mengingat informasi itu karena dirinyalah yang berusaha menemukan atau mebangun pengetahuan itu sendiri.

d. Assessment

Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Assessment merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid. Bagi guru, assessment merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam apa yang telah dicapai dan untuk membantu siswa dalam belajar.45evaluasi dalam hal ini juga

termasuk mengevaluasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan suatu materi tertentu. Tidak semua model pembelajaran bisa cocok untuk semua materi dan untuk semua siswa ataupun guru. Jadi disinilah letak pentingnya dalam mengevaluasi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Evaluasi tidak hanya dilakukan

       45 Suharsimi Arikunto,

Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),


(49)

40   

oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior, bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:46

1) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.

2) Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.

3) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.

4) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

      

46   Muhammat Rahman dan Sofan Amri,


(50)

41   

Evaluasi itu tidak harus dengan cara memberikan nilai yang konkrit kepada siswa dengan cara yang formal contoh seperti raport. Tapi guru juga bisa ;langsung mengevaluasi siswa setelah selesai proses pembelajaran, bisa dengan Tanya jawab atau memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Intinya meskipun tujuannya untuk mengevaluasi tapi tetap harus menyenangkan bagi siswa.

e. Satisfaction

f.Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu segala hal yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.47 Menurut Keller berdasarkan

teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun

       47  Ibid., 19.


(51)

42   

nonverbal dari orang lain atau lingkungan.48 Memberikan penghargaan

(reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs, merupakan suatu penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa.49

Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :50

1) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru : “Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali!”. Menganggukkan kepala sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan/atau senyuman guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan/keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi.

3) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.

       48 E. Mulyasa,

Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2015), 23.

49  Wasty Soemanto,

Psikologi Pendidikan, 205. 

50   Muhammat Rahman dan Sofan Amri,

Model Pembelajaran ARIAS, 20. 


(52)

43   

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan.

B. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Hasil belajar

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, hasil belajar memegang peranan penting. Dimana hasil belajar merupakan gambaran keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam kaitan ini Sudjana, mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.51. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom dalam

Hudoyo bahwa hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yag diterapkan.52

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa belajar adalah sutu proses hasil belajar yaitu berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam prilaku nyata atau masih tersembunyi, atau mungkin hanya berupa penyempurnaan terhadap hal-hal yang pernah dipelajari. Pengertian tersebut dapat terlihat pada diri individu.

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.53

       51 Nana Sudjana,

Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1996), 36.

52

 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 37.

53 Ace Suryadi,

Pendidikan Indonesia Menuju 2025, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),


(1)

125 

 

2. Saran Bagi Guru

Agar pembelajaran lebih bermakna, sebaiknya guru menggunakan berbagai metode pengajaran dan pengelolaan kelas, dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Guru juga harus mempertimbangkan terutama media pembelajaran, dan soal tes ujian hendaknya menggunakan bahasa atau istilah yang mudah dimengerti oleh siswa atau bahasa yang tidak menimbulkan penafsiran ganda oleh siswa, dan menyajikan contoh-contoh yang memadai yang sudah dikenali dan sering ditemui peserta didik dari lingkungan hidupnya, sehingga peserta didik bisa menerapkan pelajaran yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Saran Bagi Instansi Pendidikan

Sebaiknya menerapkan berbagai metode maupun model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan supaya peserta didik tidak merasa bosan dengan metode pembelajaran yang hanya monoton.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kualitas strategi pembelajaran yang digunakan guru yaitu ARIAS tergolong baik. Perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya bahwa penelitian ini memerlukan waktu lebih agar diperoleh hasil penelitian lebih maksimal lagi, karena membentuk dan menilai aspek afektif yaitu perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri itu tidak mudah.


(2)

 

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nuryadi, Penerapan Model Pembelajaran Bermasalah, Jurnal Pendidikan Kebudayaan (No. 51 tahun ke 10, November 2004)

Ace Suryadi, Pendidikan Indonesia Menuju 2025, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014)

Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Bandung: PT Refika

Aditama,2009)

Aqib, Zainal, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif) (Bandung: Yrama Widya, 2014)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktis,

(Jakarta: Bina Angkasa, 2006)

Barry, M. Dahlan Y. Al dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual (Surabaya: Target Press, 2003)

Beard, Ruth M. dan Senior, Isabel J. 1980. Motivating students. London:

Routledge and Kegan Paul Ltd.

Bloom, Benjamin S.1982. Human characteristics and school learning. New

York: McGraw-Hill Book Company.

Bohlin, Roy M. 1987. Motivation in instructional design: Comparison of an American and a Soviet model, Journal of Instructional Development

vol. 10 (2)

Callahan, Sterling G. 1966. Successful teaching in secondary schools.

Chicago: Scott, Foreman and Company.

Davies, Ivor K. 1981. Instructional technique. New York: McGraw Hill Book

Company.

DeCecco, John P. 1968. The psychology of learning and instructions: Educational psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Laporan EBTANAS SD.

Palembang: Depdikbud Kodya Palembang.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 2005)

Dick, Walter dan Reiser, Robert A. 1989. Planning effective instruction.


(3)

127   

E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2015)

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2001)

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), 37

Gagne, Robert M, dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of instructional design. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Gagne, Robert M. dan Driscoll, Marcy P. 1988. Essentials of learning for instruction. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc.

Hendorn, James N. 1987. Learner interests, achievement, and continuing motivation in instruction, Journal of Instructional Development, Vol.

10 (3), 11-14.

Hilgard, Ernest R. dan Bower, Gordon H. 1975. Theories of learning.

Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.

Hopkins, Charles D. dan Antes, Richard L. 1990. Classroom measurement and evaluation. Itasca, Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc.

John M Keller dan Thomas W Kopp, An Application of The ARCS Model Of Motivation Design, dalam Charles M. Reiguleth, Instructional Theories in Action (Hilsdale, NJ: Lawrence Erlbarum Asociates,

Publisher: 1987)

John P. DeCecco, The Psychology Of Learning and Instructions: Educational Psychology (New Jersey: Prentice Hall, Inc, 1968)

John. M Keller, Development and Use of ARCS Model Of Instructional Design, (Journal Of Instructional Development,Vol 10, 1987)

Keller, John M. 1983. Motivational design instruction dalam Charles M Reigeluth (ed.), Instructional design theories and models, 383-430.

Hillsdale, NJ.: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Keller, John M. dan Thomas W. Kopp. 1987. An application of the ARCS model of motivational design, dalam Charles M. Reigeluth (ed),

Instructional theories in action, 289-319. Hillsdale, NJ: Lawrence

Erlbaum Associates, Publishers.

Lastri, M.T.F. 1993. Kemampuan murid SD memprihatinkan, Kompas, 14


(4)

128   

Lefrancois, Guy R. 1982. Psychology for teaching. Belmont, CA: Wadsworth

Publishing Company.

Madjid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005)

Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposional (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995)

Marimba,Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Al-Ma’arif,

1989)

Markowitz, Karen dan Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte: Buku Pintar Membangun Ingatan Super (Bandung: Kaifa, 2002)

Martina Susilowati, Kamus Jenius Bahasa Inggris-Indoesia, (Tangerang: Scientific Press, 2007)

McClelland, David C. 1987. Memacu masyarakat berprestasi. Terjemahan

Siswo Suyanto dan W.W. Bakowatun. Jakarta: CV. Intermedia.

Moloeng, Laxy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Reja

Rosdakarya, 2002)

Morris, William (ed) 1981. The American heritage dictionary of English language. Boston: Houghton Miflin Company.

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin,

1989)

Muhammat Rahman dan Sofan Amri, Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014)

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru,

1996)

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)

Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK.

(Malang: Universitas Negeri Malang, 2002)

Pasaribu, Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar. (Bandung : Tarsito, 1983)

Pedoman Penulisan Skripsi Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UINSA

Petri, Herbert L. 1986. Motivation: Theory and research. Belmont, CA:


(5)

129   

Prayitno, Elida 1989. Motivasi dalam belajar. Jakarta: PPPLPTK.

Rahman, Muhammat dan Sofan Amir, Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014)

Reigeluth, Charles M. dan Curtis Ruth V. 1987. Learning situations and instructinal models, dalam Robert M. Gagne (ed.), Instructional technology foundations, 175-206. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum

Associates, Publishers.

Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Penerbit SIC,

2001)

Rose, Colin, KUASAI Lebih Cepat: Buku Pintar Accelerated Learning (Bandung: Kaifa, 2003)

Roy M. Bohlin, Motivation in Instructional Design: Comparison of An American and a Soviet Model, (Journal of Instructional Development

Vol 10)

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Press, 2013)

Ruth M. Beard dan Isabel J. Senior, Motivating Student (London: Routladge

and Kegan Paul Ltd, 1980)

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi belajar dan Mengajar,(CV Rajawali.

Jakarta. 1992)

Semiawan, Conny R. 1991. Strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dalam Conny R. Semiawan dan Soedijarto (ed.), Mencari strategi pengembangan pendidikan nasional menjelang abad XXI, 165-175.

Jakarta: Grasindo.

Siahaan, Parsaoran dkk. 2010. “Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment and Satisfaction) Dalam Pembelajaran

TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Vol. 3 No.1/ Juni 2013,ISSN 1979-9462 

Soekamto, Toeti 1994. Evaluasi diri demi peningkatan mutu pendidikan. Pidato pengukuhan guru besar tetap Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta, 30 Juli. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian


(6)

130   

Soyomukti, Nurani, Pendidikan Berspektif Globalisasi (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2008)

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada,1996)

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru,

1996)

Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,

1991)

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012)

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)

Sunarti dan Selly Rahmawaty, Penilaian dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta:

Andi, 2013)

Surahman, Winarno, Pengantar Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung:

Tarsito, 1982)

Suryabrata, Sumadi 1982. Psikologi pendidikan: Materi pendidikan program bimbingan konseling di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Depdikbud

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (2002)

Tim Penyusun BPPS Fakultas Tarbiyah, Pedoman Penulisan Skripsi

(Surabaya: IAIN Surabaya, 2004)

Uhbuyah, Nur, Ilmu Pendidikan Islam ( Bandung: Pustaka Setia, 1998)

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

William Morris, The American Heritage Dictionary of English Language

(Boston: Houghton Miflin Company, 1981)

Winarno Surakhmad, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980),


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI TEORI KONSTRUKTIVISMEUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-1 MTS NEGERI TUNGKOB

0 10 1

Penerapan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Dan Satisfaction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Mi Unwaanunnajah

1 9 186

peranan model pembelajaran arias (Assurance, relavance, interest, assessment dan satisfaction untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa; penelitian tindakan kelas di MTs. Sa'aadatul mahabbah Pondok Cabe

0 6 202

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS DI SMA

4 51 179

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction).

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DI SEKOLAH DASAR.

0 0 49

PENERAPAN METODE ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT NIAGA ipi143058

0 0 6

82297055 Penerapan Model Arias Assurance Relevance Interest Assesment and Satisfaction

0 0 5

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction)

0 0 6

1 PENERAPAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DAN MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA DI SMA

0 0 13