Penerapan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Dan Satisfaction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Mi Unwaanunnajah

(1)

Skripsi

Skripsi ini diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Isti Saras Swati

NIM. 1111018300050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA,


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Oktober 2015.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji, 1) Peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model pembelajaran ARIAS, 2) Penerapan model pembelajaranARIASdalam pembelajaran Persiapan Kemerdekaan dan Perumusan Dasar Negara. Penelitian ini dilakukan di MI Unwaanunnajah. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V MI Unwaanunnajah sebanyak 37 orang siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, lembar Observasi ARIAS, dan wawancara. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari tiap siklusnya. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata hasil belajar siswa tiap siklusnya yaitu: pada siklus I rata-rata hasilpretestsebesar 35,81 dan nilaipostest sebesar 76,75. Ini berarti ada peningkatan sebesar 40,94. Pada siklus II, hasil prestasi belajar semakin mengalami peningkatan , yaitu nilaipretesrsebesar 40,40 dan nilai postest sebesar 82,56. Pada siklus II ini prestasi belajar mengalami peningkatan sebesar 42,16. Kesimpulan penelitian bahwa penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Unwaanunnajah.

Kata Kunci : Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Dan Satisfaction)Hasil Belajar IPS Siswa.


(6)

ii

ABSTRACT

Isti Saras Swati (1111018300050), "Application of Learning Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) To Improve Student Learning Outcomes IPS Class V MI Unwaanunnaja". Thesis Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, October 2015.

The purpose of this study was to examine, 1) Improved IPS student learning outcomes through the application of learning models ARIAS, 2) Implementation of the learning model in teaching ARIAS Independence Preparation and Formulation of the State. This research was conducted in MI Unwaanunnajah. The method used in this research is the Classroom Action Research (CAR), which consists of four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of this study were students of class V MI Unwaanunnajah as many as 37 students. The research instrument used is the achievement test, sheet ARIAS observation, and interviews. Technical analysis of the data used is descriptive analysis.

Results from this study showed an increase learning outcomes of each cycle. This is evident from the average value of each cycle of student learning outcomes, namely: the first cycle average yield of 35.81 pretest and posttest score of 76.75. This means that there is an increase of 40.94. In the second cycle, the result of learning achievement is getting increased, the value pretesr at 40.40 and posttest value of 82.56. At this second cycle of learning achievement increased by 42.16. Research conclusion that the application of learning models ARIAS can improve learning outcomes IPS MI Unwaanunnajah fifth grade students.

Keywords: Learning Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) IPS Student Learning Outcomes.


(7)

iii

Maha Melihat dan Mendengar atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesikan karya tulis berbentuk skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada baginda Nabi besar Muhammad Saw beserta seluruh keluarga, sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam. Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Berkat kerja keras, doa dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil untuk menyelesaikan skripsi ini semua dapat teratasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sangat ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghormatan yang tiada hingganya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Khalimi, M.Ag, Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd, Sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Dr. Rozak, M.Si, dosen pembimbing yang telah memberi masukan, ilmu, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis selama melaksanakan penyususnan skripsi ini.

5. Ibu Nafia Wafiqni, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang penuh keikhlasan membimbing dan memberi arahan selama masa perkuliahan.

6. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta


(8)

iv

telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.

7. Ibu Sanijah, S.Pd.I, kepala sekolah MI Unwaanunnajah yang dengan ramah dan baik hati memberikan penulis tempat untuk melakukan penelitian skripsi. 8. Ibu Siti Jubaidah, S.Pd, guru bidang studi IPS khusus kelas V yang selalu

membantu, memberikan masukan yang sangat bermanfaat, memberikan arahan yang positive dan memberikan ruang gerak yang luas bagi peneliti saat melakukan penelitian.

Ucapan Terimakasih

1. Kedua orang tua tercintaku, orang tua yang sangat saya sayangi melebihi apapun di dunia ini, Ibu Sujiati dan Bapak Tarmudin atas kasih sayang yang tak pernah berhenti mengalir dan selalu aku banggakan. Terima kasih doa yang tiada hentinya, dan berbagai dukungan kepada anakmu ini. Hanya Allah Swt yang dapat membalasnya, dan semoga penulis dapat memberikan yang terbaik. (terima kasih mama dan bapak, engkau memiliki kekuatan besar yang mampu memberikan semangat dan bergairah dalam menjalani hari-hariku, termasuk dalam menyelesaikan skripsi ini, semangat hidup dikala aku sedih, kaulah permata hatiku).

2. Kakak dan Adikku tersayang Eko dan Elis yang selalu menjadi penyemangatku untuk cepet menyelesaikan tugas akhir ini serta sebagai pemberi supportyang sangat handal.

3. Wan wan tercintaku, Yulia Kurnia Dewi, Febriani, Arrum Nisa, dan Eva Fauziah yang tak pernah bosan menemaniku di kampus kurang lebih 4 tahun. Susah senang kenyang lapar kaya miskin selalu bersama. Terima kasih untuk kalian yang tercinta. Hanya Allah yang dapat membalas kebaikan dan ketulusan kalian semua. Semoga ilmu yang kita miliki bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Jadi guru professional ya wan.I love you so much.. 4. Sahabat-sahabat terbaikku Anis Finalisa, Fina Syarifah, Siti Fatimah, Riana,

Vira, Sifa Fauziah Hasanah, Anisa, Nunu, Aprilia Balqis Putri, dan Melda qanita yang selalu mendukung dan memberikan semangat yang tidak pernah


(9)

v

penuh atas terselesaikannya skripsi ini.I love yousayang.

6. Azizah, Rifa, dan Fitri Oniy teman-teman seperjuangan yang selalu mengingatkan dan memberi semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Husnul Maab, Siti Saadah, Fahmi, Aab, Ayu, Igeul, Dini, Maul, Kusen, Anjay, Akbar, Nayu, Haluk, Elis, Zi, Muti, Cece, Jo, Hana, Nisa, Barqu, Nana, Evi, Amoy, Wiwin, Nadia, Mona, Banu Ummu, Desy andall crewPGMI A. Terima kasih untuk semua pengalaman yang berharga selama kurang lebih 4 tahun bersama. Terima kasih untuksupportdan doa kalian semua. (Kita adalah orang sukses di masa depan, Aamiin..)

8. Semua teman dan sahabat yang telah membantu baik moril maupun materil sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebut satu persatu.

Semoga Allah Swt membalas amal kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini.

Jakarta, 28 September 2015 Penulis


(10)

vi

Abstrak…………..…..………... i

Abstract………...………... ii

Kata Pengantar………... iii

DaftarIsi…...………..……… vi

Daftar Tabel……….... ix

Daftar Gambar………... x

Daftar Lampiran………. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Perumusan Masalah... 8

E. TujuanPenelitian……….. 8

F. Kegunaan Penelitian……… 8

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan teori area dan fokus yang diteliti 1. Model Pembelajaran ARIAS a. Pengertian Pendekatan, Mode, Strategi, Metode, dan Teknik... 10

b. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS………... c. Ciri-ciri Model Pembelajaran ARIAS... d. Komponen Model Pembelajaran ARIAS...……..……… e. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran ARIAS... f. Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS……….. g. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ARIAS... 13 15 16 20 21 25 2. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar…...….……….……….. 25


(11)

vii

b. Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara……. 33

B. Hasil Penelitian yang Relevan…..……… 33

C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan...

D. Hipotesis Tindakan..……….

34 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...……. 36 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian...……….………

1. Perencanaan... 2. Tindakan... 3. Pengamatan... 4. Refleksi... 36 38 38 39 39

C. Subyek Penelitian..………. 40

D. Peran dan Posisi dalam Penelitian....………. 40

E. Tahap IntervensiPendidikan...………..……… 41

F. Hasil intervensi Tindakan yang diharapkan……… G. Data dan Sumber Data... H. Instrumen Pengumpulan Data... I. Teknik Pengumpulan Data... J. Teknik Pemeriksaan kepercayaan...

1. Uju Validitas…...………

2. Uji Reliabilitas………...……….

3. Taraf Kesukaran………..

4. DayaPembeda………

K. Analisis Data dan Interpretasi Data... 47 47 48 49 49 50 40 50 51 52


(12)

viii

A. Deskripsi Data……….. 54

1. Gambaran Umum Madrasah…………...……….………..………. 54

2. Kegiatan Pra Penelitian………...………...………..…. B. Pemeriksaan Keabsahan Data………. C. AnalisaData………. 1. Hasil Observasi……….. 2. Hasil Wawancara……… D. Interpretasi Hasil Analisis……… 59 60 61 61 62 63 1. Pelaksanaan Penelitian SiklusI...……… 2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II…... E. Pembahasan Hasil Penelitian……... 63 71 80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………... 83

B. Saran………. 83

DAFTAR PUSTAKA... 85


(13)

ix

Tabel 2. Tahap Penelitian Siklus I………...….. 38

Tabel 3. Tahap Penelitian Siklus II………...……. 40

Tabel 4. DataGuru Kependidikan MI Unwaanunnajah…………..….. 50

Tabel 5. Data Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015…………..………… 52

Tabel 6. Data Fasilitas Madrasah………..……… 52

Tabel 7. Data Ekskul Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015……..……... 53

Tabel 8. Jadwal PelajaranIPS………..……. 54

Tabel 9. Hasil Tes Belajar Materi Persiapan Kemerdekaan dan

Perumusan Dasar Negara……….... 55

Tabel 10. Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus I………... 63 Tabel 11. Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I danII……….… 70 Tabel 12. Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran ARIAS

Siklus I………... 72

Tabel 13. Hasil Observasi Penerapan Model Pembelajaran ARIAS


(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Desain Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

ARIAS………...…….………..………….... 22

Gambar 2. keterpaduan cabang Ilmu Pengetahuan Sosial...……… 27

Gambar 3. Desain Penelitian Tindakan Kelas ……….………... 34

Gambar 4. Aktivitas Siswa pada saat mengerjakan tugas kelompok di

siklus I……….……….……… 59

Gambar 5. Aktivitas siswa pada tahap Assessment siklus I……...……... 60 Gambar 6. Aktivitas siswa pada tahap Satisfaction pada siklus I……….. 61 Gambar 7. Aktivitas siswa saat mengerjakanpostest siklus I………...… 62 Gambar 8. Aktivitas siswa saat tahap Assurance siklus II…………...…. 66 Gambar 9. Aktivitas Siswa dalam tahap Interest pada siklus II……...…. 68 Gambar10. Aktivitas Siswa Mempersentasikan Hasil Kerja Individu


(15)

xi

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……….. 102

Lampiran 3 : Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I……….. 118

Lampiran 4 : Soal Pretest Siklus I……….. 119

Lampiran 5 : Kunci Jawaban Pretest Siklus I……… 123

Lampiran 6 : Soal Postest Siklus I………. 124

Lampiran 7 : Kunci Jawaban Postest Siklus I……… 128

Lampiran 8 : Lembar Observasi ARIAS Siklus I………. 129

Lampiran 9 : LKS 1 dan LKS 2………. 130

Lampiran 10 : Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II………. 133

Lampiran 11 : Soal Pretest Siklus II………. 134

Lampiran 12 : Kunci Jawaban Pretest Siklus II………... 138

Lampiran 13 : Soal Postest Siklus II……… 139

Lampiran 14 : Kunci Jawaban Postest Siklus II………... 143

Lampiran 15 : Lembar Observasi ARIAS Siklus II……… 144

Lampiran 16 : LKS 3 dan LKS 4………. 145

Lampiran 17 : Soal Uji Coba Instrumen Siklus I ……… 146

Lampiran 18 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Siklus I…... 153

Lampiran 19 : Soal Uji Coba Instrumen Siklus II……… 154

Lampiran 20 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Siklus II….. 160

Lampiran 21 : Tabel Skor N Gain Siklus I dan II……… 161

Lampiran 22 : Perhitungan Skor N Gain……….. 162

Lampiran 23 : Lembar Wawancara Guru………. 163

Lampiran 24 : Lembar Wawancara Siswa………... 166

Lampiran 25 : Daftar Nama siswa kelas V……….. 169

Lampiran 26 : Lembar Uji Referensi………... 170

Lampiran 27 : Surat Bimbingan Skripsi………... 175


(16)

xii


(17)

1

Pendidikan merupakan suatu sistem menyeluruh dan terpadu yang meliputi jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang saling berkaitan satu sama lain. Sistem tersebut meliputi komponen-komponen yang saling mempengaruhi dan menentukan yaitu tujuan, peserta didik, alat dan lingkungan.1 Jika salah satu komponen tersebut tidak ada maka pendidikan tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan dan prioritas secara baik karena masa depan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan komitmen politik dan upaya nyata bangsa dalam membangun pendidikan untuk generasai muda. Sesuai Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang fungsi pendidikan nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Fungsi tersebut merupaka salah satu usaha untuk memberikan sepirit dan komitmen pada semua elemen masyarakat, khususnya para penyelenggara negara untuk menyatukan visi dan tekad dalam membangun mutu pendidikan nasional. Kemudian untuk mengembangkan bakat dan pribadi warga negara secara optimal ke arah yang positif. Namun pada kenyataannya ilmu pendidikan sering kurang dipahami esensinya karena pendidikan bersifat ganda, yaitu bentuk pengalaman pendidikan dan objektivitasnya yang bersifat multi-referensial, yang berakar dari cabang psikologi, sosiologi, filsafat, dan

1

Abdul, Kadir, dkk,Dasar-dasar pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2014), Cet. Ke-2, h. 75 2

Abd. Rozak, Fauzan dan Ali Nurdin,Kompilasi Undang-Undang dan peraturan bidang pendidikan,(Jakarta: FITK Press, 2010), Cet. Ke-1, h. 6.


(18)

antropologi.3 Bagi berbagai pihak yang bersifat konservatif4 memandang sekolah merupakan lembaga sosial dan transmisi kebudayaan dari nilai-nilai luhur bangsa, bukan untuk mengubah masyarakat, melainkan untuk mempertahankan berbagai tradisi dan nilai kebudayaan.5 Namun pada kenyataannya sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dengan menjalankan tugasnya yakni memberikan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Proses tersebut meliputi bentuk pengoprasian ilmu normatif, yaitu memberikan warna kehidupan sosial anak pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas penanaman moral di sekolah adalah kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan.

Adapun upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan saat ini adalah pergantian kurikulum,6 tunjangan sertifikasi pada guru,7 memberi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan lain sebagainya. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan dituntut maksimal dan berkualitas. Pada hakikatnya kualitas tersebut ditentukan melalui proses belajar mengajar di kelas yakni dengan cara mengajarkan muatan-muatan materi seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya

3

Conny R, Semiawan,Belajar dan pembelajaran prasekolah dan sekolah dasar,(Jakarta: PT. Indeks, 2008), Cet. III, h. 111-112.

4

Konservatif adalah kolot, bersikap mempertahankaan keadaan, kebiasaan dan tradisi yang berlaku. Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. IV, h. 726

5

Conny R, Semiawan ,op, cit., h. 115. 6

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisiskan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan direncanakan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Lihat Dakir,Perencanaan dan pengembangan kurikulum,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. Ke-2, h. 3.

7

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada sesuatu objek tertentu yang menandakan bahwa objek tersebut layak menurut kriteria, atau standar tertentu. Lihat Marselus, R. Payong,Sertifikasi profesi guru konsep dasar, problematika, dan implementasinya,(Jakarta: PT. Indaks, 2011), Cet. 1, h. 68.


(19)

dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.8 yang dipelajari peserta didik di kelas Semua muatan tersebut diajarkan guru pada peserta didik di kelas.

Pada umumnya pelajaran yang lebih banyak mendapat perhatian dari kalangan masyarakat adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yakni ilmu yang berhubungan dengan aspek kehidupan, khususnya yang diselenggarakan melalui sistem persekolahan. Adapun tujuan dari pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat dan kemampuannya. Namun dapat diuraikan lebih spesifik tentang tujuan IPS adalah sebagai berikut (1) mengembangkan konsep-konsep dari sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologi. (2) mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social, (3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.9

Pokok bahasan yang diajarkan dalam IPS di MI/SD meliputi cara memenuhi kebutuhan manusia, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya dan kewajibannya; memanfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Muatan tersebut diajarkan guru di kelas guna mempersiapkan peserta didik agar dapat berfikir sesuai struktur sosial. Karena pada dasarnya peserta didik membutuhkan bimbingan individu dan perlakuan manusiawi yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.10

8

Bambang, Soehendro, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h. 12.

9

Nadlir, dkk,Ilmu Pengetahuan Sosial 1,(Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 1-11 10

Desmita, Psikologi perkembangan peserta didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-3, h. 40.


(20)

Namun dalam pelaksanaannya di kelas peserta didik kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir, melainkan hanya sebatas pada kemampuan menghafal suatu informasi yang ada pada isi materi, otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami isi dari informasi tersebut bahkan mereka tidak mengerti bagaimana cara menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya peserta didik hanya pintar secara teoritis namun miskin dalam aplikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut guru dituntut untuk tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga guru berfungsi untuk menanamkan nilai (value) serta membangun karakter (Character building) peserta didik secara berkelanjutan.11

Kualifikasi dan kompetensi menjadi seorang guru menjadi satu syarat penting untuk menunjukkan bahwa pekerjaan profesional memiliki basis keilmuan dan teori tertentu yaitu melalui proses pendidikan dan persiapan yang cukup lama yang dilakukan melalui seleksi secara terus menerus.12 Adapun yang terjadi saat ini di lapangan banyak guru yang masih mengajar menggunakan model pembelajaran klasik atau pembelajaran yang terpusat pada guru. Hal tersebut menimbulkan kurangnya interaksi aktif antara peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik. Peserta didik kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Peserta didik kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh peserta didik atas dasar pemahaman sendiri. Karena peserta didik jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Berdasarkan fenomena diatas guru dituntut menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Menurut T. Raka Joni yang dikutif oleh Marselus R. Payong dalam bukunya Sertifikasi Profesi Guru bahwa Pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang tidak hanya berupa penerusan informasi,

11

Asrorun, Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru analisis kronologi atas lahirnya UU Guru dan Dosen,(Jakarta: Elsas Jakarta, 2006), Cet. 1, h. 3.

12


(21)

melaikan pembelajaran yang lebih banyak memberikan peluang bagi peserta didik untuk membentuk kecerdasan, pemerolehan pengetahuan dan keterampilan.13 Ini berarti guru harus lebih mengedepankan peran peserta didik sebagai subjek aktif. Pembelajaran yang mendidik juga bisa diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan pengalaman-pengalaman bermakna yang tidak hanya berguna untuk kepentingan sesaat (seperti untuk menyelesaikan soal tes agar bisa lulus), tetapi pembelajaran yang memberikan kemampuan bagi peserta didik untuk bisa belajar sepanjang hayat (learning how to learn).14

Guru dituntut memiliki kemampuan hard skill dan soft skill yaitu kemampuan menguasai pengetahuan dan kemampuan melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Dalam penyampaian materi guru diutamakan hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik dengan bahan ajar dan memanfaatkan media, strategi dan metode pembebelajaran. Dalam proses pemilihannya pun tidak mudah karena banyak pertimbangan yang harus dilakukan agar proses berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan sayarat mutlak bagi guru agar dapat berhasil dalam pembelajarannya.15

Keberhasilan tersebut sangat sulit di capai jika guru hanya mengajar dengan model klasik seperti ceramah. Melihat peserta didik16 yang dilayani guru adalah individu-individu yang unik. Mereka bukan sekelompok manusia yang dapat dengan mudah diatur, didikte, diarahkan atau diperintah menurut kemauan guru. Mereka adalah subyek yang memiliki latar belakang karakteristik, keunikan, potensi/kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pelaksanaannya guru mengemban tugas yang sangat berat yaitu mengidentifikasi berbagai macam karakter idividualis dan cara belajar peserta

13

Ibid,h. 33. 14

Ibid.

15

Ibid,h.30.

16

Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikisyang khas (unik) yang sedang berkembang dan membutuhkan bimbingan serta memiliki kemampuan untuk mandiri. Lihat Desmita,Psikologi Perkembangan Peserta Didik,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2011), Cet.ke-3, h. 40.


(22)

didik di kelas. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan tersebut dan hanya didasari pada keinginan guru, maka akan sulit untuk mengantarkan peserta didik pada tujuan pembelajaran sebenarnya.

Kondisi ini dapat mengakibatkan ketidak tuntasan belajar bahkan menajdi terabaikan. Hal tersebutlah yang menjadi penyebab persfektif buruk peserta didik terhadap materi pembelajaran yang disajikan pada saat proses belajar di kelas khususnya pada mata pelajaran IPS yang berhubungan dengan sejarah, peserta didik menjadi enggan untuk belajar dan memandang pembelajaran terkesan membosankan dan kurang menarik. Setiap anak memiliki kemampuan dan cara belajar yang berbeda-beda. Maka anak harus dibimbing secara berhati-hati dan diberi pelajaran sesuai dengan perkembangan mentalnya, dengan kata lain apa yang diberikan kepada anak didik harus disesuaikan dengan perkembangan kognitifnya.17

Maka dari itu model pembelajaran dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penentuannya pun harus melewati beberapa tahap seperti penentuan strategi dalam upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran, kemudian diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Kemudian secara implementatif dilaksanakan sebagai teknik. Maka dari itu model pembelajaran memiliki peranan penting yakni sebagai alat perangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga terjadi proses belajar mengajar yang dinamis. Perekayasaan proses pembelajaran dapat didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya kegiatan peserta didik pandai berbeda dengan kegiatan untuk peserta didik sedang dan kurang, walaupun untuk memahami satu jenis konsep yang sama karena setiap peserta didik mempunyai keunikan masing-masing.

Untuk memecahkan permasalahan di atas, maka berdasarkan pengamatan peneliti di kelas V MI Unwaanunnajah, maka akan diterapkan model

17

Syafruddin, Nurdin,Guru profesional dan implementasi kurikulum,(Jakarta: Pt. Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, h. 39.


(23)

pembelajaran ARIAS18 (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS. Dalam model pembelajaran ARIAS ini guru percaya bahwa akan terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik melalui pengembangan sikap percaya diri, belajar secara nyata, peserta didik merasa tertarik (minat), melakukan evaluasi dan penilaian hasil belajar maka peserta didik akan merasa puas dengan hasil belajar yang dicapainya di kelas.

Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti ingin menerapkan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction) khususnya mata pelajaran IPS. Adapun penelitian ini penulis batasi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Peserta didik Kelas V MI Unwaanunnajah”.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian dilaksanakan di MI Unwaanunnajah, penelitian tindakan kelas ini adalah kelas V tahun ajaran 2014/2015. Dan identifikasi masalah adalah sebagi berikut:

1. Materi pelajaran IPS masih dianggap sulit, karena materi bersifat teks dan ditekankan pada aspek menghafal daripada penguasaan konsep.

2. Model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru

3. Model pembelajaran yang digunakan kurang memberi peluang dan kebebasan kepada peserta didik untuk memahami konsep melalui kegiatan yang memacu kepercayaan diri peserta didik, sesuai dengan kehidupan nyata, membuat peserta didik tertarik, memberikan evaluasi dan membuat peserta didik puas.

18

Model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari model ARCS (Attention,Relevance,

Confidence,Satisfaction) yang dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Lihat Iif Khoiru Ahmad, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu,(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011), Cet. 1, h. 68.


(24)

4. Kesiapan penguasaan keterampilan kognitif peserta didik dalam proses pembelajaran rendah.

5. Minimnya motivasi dan minat belajar peserta didik.

6. Kurangnya variasi dalam penggunaan model-model pembelajaran di kelas. 7. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Unwaanunnajah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar negara kelas V MI Unwaanunnajah?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Mengetahui peningkatan hasil belajar IPS peserta didik pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar negara melalui penerapan model pembelajaran ARIAS kelas V MI Unwaanunnajah.”

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta didik

Penelitian ini diharapkan mampu meminimalisasikan kelemahan yang selama ini dihadapi guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pemahaman konsep yang berkaitan dengan sejarah, dan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar IPS.


(25)

2. Bagi guru

Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, serta dapat mengembangkan kreativitas guru dalam merancang model pembelajaran yang tepat dan bervariasi untuk digunakan saat mengajar di dalam kelas. 3. Bagi Sekolah

Dapat memberi masukan pada kepala sekolah untuk memotivasi guru-guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang baru, serta memfasilitasi atau menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang bagi pelaksanaan proses pembelajaran dalam upaya peningkatan kualitas dan prestasi sekolah. 4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai berbagai hal khususnya mengenai penerapan model pembelajaran ARIAS yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik. 5. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran ARIAS dan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPS.


(26)

10

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Model Pembelajaran ARIAS

a. Pengertian Pendekatan, Model, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran

Sebelum membahas tentang model pembelajaran ARIA, terlebih dahulu akan membahas tentang pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik dan model pembelajaran.

Menurut Gladene Robertson dan Hellmut Lang Pendekatan pembelajaran memiliki dua pengertian, yaitu sebagai dokumen tetap dan sebagai bahan kajian yang terus berkembang.1 pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Hanzah Pendekatan pembelajaran adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, diantaranya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

Selanjutnya model pembelajaran, menurut Joyce & Weil adalah suatu rancangan atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panajang), merancang bahan pelajaran, dan

1

Pendekatan sebagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu kerangka umum dalam praktek profesional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian kurikulum. Hal tersebut berguna untuk : 1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; 2) membantu para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembelajaran dikelas; 3) sebagai panduan bagi guru dalam mengahadapi perubahan kurikulum; dan 4) sebagai bahan masukan bagi para penyususn untuk mendesain kurikulum dan pembelajaran yang terintegrasi. Sedangkan pendekatan sebagai bahan kajian yang terus berkembang dimaknai sebagai studi komprehensif tentang praktik pembelajaran maupun petujuk pelaksanaannnya., lihat Abdul, Majid,Strategi Pembelajaran,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 19.


(27)

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.2 Model juga dapat diartikan sebgai pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yakni para guru dapat memilih model yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Model pembelajaran juga biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip dan teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori lain yang mendukung.3

Apabila antar pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model adalah bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.4

Selanjutnya strategi pembelajaran adalah suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan motede dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.5 Hai ini dapat diartikan bahwa di dalam penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar, semua diarahkan pada upaya pencapaian tujuan. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami mata pelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan

2

Rusman,Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta: Rajawali pers, 2012), Cet. 5, h. 133.

3

Ibid.,h. 132. 4

Abdul, Majid,op. cit.,h. 25. 5


(28)

belajar.6 Strategi pembelajaran memiliki arti yang lebih luas yakni metode dan teknik merupakan bagian dari strategi pembelajaran.

Menurut Iif Khoiru Ahmadi dkk dalam bukunya strategi pembelajaran berorientasi KTSP metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.7 Metode adalah cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ini lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu.

Sedangkan teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.8 Menurut Gerlach dan Ely Teknik adalah jalan, alat atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai atau bisa dikatakan teknik adalah cara yang bersifat implementatif9 Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan tekhnik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang siswanya terbatas. Demikian pula dengan penggunaan metode diskusi perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dengan kata lain metode yang dipilih oleh masing-masing guru sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. Dalam hal ini,guru pun dapat berganti-ganti menggunakan teknik, meskipun dalam koridor metode yang sama.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan beberapa perbedaan dari masing-masing pengertian di atas bahwa pendekatan adalah kerangka umum tentang skenario pembelajaran sedangkan model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola. Selanjutnya strategi adalah suatu rencana tindakan

6

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang kreatif dan efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 2.

7

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2011), Cet. I, h. 101

8

Abdul, Majid,op. cit.,h. 24 9


(29)

(rangkaian kegiatan) sedangkan metode pembelajaran ini lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu dan terakhir teknik yakni cara yang dilakukan dalam mengimplementasikan metode. Keterkaitan antara semua komponen dapat dijelaskan seperti suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjelakan strategi itu dapat ditetapkan melalui berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dapat dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain.

b. Pengertian Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajran ini berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar.10 Model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) yang dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan tersebut. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan

10

Iif Khoiru Ahmad, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu,(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2011), Cet. 1, h. 68.


(30)

menjadi empat komponen. Keempat komponen tersebut adalah attention, relevance, confidence, satisfactiondengan akronim ARCS.11

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur. Namun pada model ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evalusi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan tidak hanya pada kahir kegiatan tetapi dilaksanakan selama proses kegaitan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui samapi sejauh mana kemajuan yang dicapai atas hasil belajar yang diperoleh siswa. Sedangkan evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, mak model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.12

Dengan modifikasi tersebut model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu:Assurance(minat/perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (percaya/yakin), Satisfaction (Kepuasan/bangga) dan Assessment (Evaluasi). Model ini juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian namaconfidence(percaya diri) menjadiassurance, karena kata assurancesinonim dengan kataself-confidence.13

Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melaikan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil demikian juga penggantian kataattentionmenjadiinterest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interesttidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang baik

11

Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 71.

12

Iif Khoiru Ahmad, Sofan Amri, dan Tatik Elisah,op. cit.,h. 70. 13


(31)

dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi Assurance, Relevance, Interest, Assessment,danSatisfaction.14

Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim yang telah dimodifikasi.15

Menurut beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction (ARIAS) merupakan sebuah model pembelajaran hasil perkembangan dari model ARCS yang terdiri dari beberapa komponen yang memudahkan siswa untuk mengetahui hasil kegiatan siswa yang telah dilakukan serta dapat menumbuhkan minat siswa karena dalam proses pembelajaran guru dapat mengintegrasikan model ini dengan strategi pembelajaran lain.

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran ARIAS

Setiap model pembelajaran pasti memiliki ciri-ciri tersendiri, karena ciri-ciri tersebut merupakan identitas dari keunikan model pembelajaran. Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran ARIAS adalah :

1. Guru sebagai mediator hanya memberi stimulus terhadap siswa.

2. Siswa ikut serta dalam proses penentuan topik dalam materi pelajaran yang akan dibahas

3. Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.

4. Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya pembelajaran.

14

Nurochim,op. cit.,h. 71-72. 15


(32)

5. Siswa diberi kesempatan mengevaluasi diri sendiri dan mengevaluasi temannya.

6. Penghargaan diberikan kepada individu siswa baik secara verbal maupun non-verbal

d. Komponen Model Pembelajaran ARIAS

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut adalah satu kesatuan yang dibutuhkan dalam proses kegiatan pembelajaran. Berikut penjelasan dari masing-masing komponen tersebut antara lain:16

1.Assurance

Yaitu salah satu komponen yang berhubungan dengan sikap percaya diri, yakni akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut bandura, seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap dimana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan dan mendorong untuk mencapai suatu keberhasilan. Siswa yang percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Beberapa cara yang dapat memenuhi sikap percaya diri:

a. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal pada satu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa.

16


(33)

b. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan dibawah ini tanpa melihat buku).

c. Memberikan tugas yang sukar, tetapi cukup realistis untuk diselesaikan sesuai dengan kemampuan siswa.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.17

2. Relevance(Relevansi/kegunaan)

Yaitu salah satu komponen yang berhubungan dengan kehidupan siswa, baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karier sekarang atau yang akan datang. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas. Seuatu yang memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang jelas mereka akan miliki dan pengalaman yang akan didapat. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pemeblajaran adalah: a. Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai

b. Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang atau untuk berbagai aktivitas dimasa mendatang.

c. Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa.

d. Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk mencapai tujuan.

3. Interest(Minat/Perhatian)

yaitu yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff, sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian.18

17

Ibid. 18


(34)

Beberapa cara yang digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain:

a. Menggunakan cerita, analog, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/ aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak berdiskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

c. Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat kelambat, dari suara keras ke suara sedang, dan mengubah gaya mengajar.

d. Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

4. Assessment(Evaluasi)

Yaitu salah satu komponen yang berhubungan dengan evaluasi siswa. Evaluasi merupakan suatu bagain pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan siswa19. Pada intinya evaluasi dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Bebrapa cara yang dapat digunakan dalam melaksanakn evaluasi antara lain:

a. Mengadakan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap kinerja siswa.

b. Memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera meng-informasikan hasil evaluasi kepada siswa.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

19


(35)

5. Satisfaction(Kepuasan)

Yaitu komponen akhi yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas ke-berhasilannya. Keberhasilan dan kebanggaan tersebut menjadi penguat untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Kebanggaan dan rasa puas juga dapt timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik.20 Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menimbulkan kepuasan dalam diri siswa, antara lain:

1. Memberikan penguatan (Reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan atau bahkan kalau mungkin pemberian hadiah.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi. 3. Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka

merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentu teman mereka yang mengalami kesulitan atau memerlukan bantuan.

Dengan menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran ARIAS tersebut diharapkan guru mampu menyusun rencana pembelajaran yang dapat menumbuhkan, mengembangkan, serta menjaga motivasi para siswa. Tujuannya agar proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal, efektif dan efisien sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.

d. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran ARIAS

Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran ARIAS tergambar pada pengertian dari kelima komponen ARIAS, yaitu:

1. Tahap assurance

Membantu siswa menentukan kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan video ataupun gambar

20


(36)

seseorang yang telah berhasil. Dengan adanya ini, maka siswa akan bisa menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri.

2. Tahap relevance

a. Guru menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan

b. pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Pengalaman nyata dapat menjembatani siswa ke hal-hal yang baru.

3. Tahap interest

a. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya siswa diajak berdiskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

b. Guru juga dapat mengadapat variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.

4. Tahap assessment

Guru mengadakan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap kinerja siswa, memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.

5. Tahap satisfaction

Guru memberikan reinforcement atau penguatan, penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun nonverbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya.

e. Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS

Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa,


(37)

sehingga pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran sudah menggambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa.

Guru sudah merancang urutan semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan bagaimana cara penilaian yang akan dilaksanakan. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya dengan satuan pelajaransebagai bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosakata, kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan/materi dapat membankitkan minat/ perhatian siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka.

Guru sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, kata-kata yang jelas dan kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan mudah ditangkap dan dicermati siswa. Bahan/materi agar lengkap dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari. Bahan/materi yang disusun sesuai urutan dan tahap kesukarannya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan keinginan dan memungkinkan siswa dapat mengadakan evaluasi sendiri.


(38)

1. Tahap-tahap pembelajaran yang diterapkan guru dengan model pembelajaran ARIAS dalam materi persiapan kemerdekaan Indonesia ddan perumusan dasar negara:

a. TahapAssurance

 Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.

 Pada tahap ini sebelum pelajaran dimulai guru memberikan ilustrasi tentang permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia ddan perumusan dasar negara. Sehingga siswa yakin dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

b. TahapRelevance

 Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan dan mafaat yang akan didapat siswa setelah mempelajari materi sejarah.sehingga siswa dapat mengetahui relevansinya dengan kehidupan mereka. Misalnya siswa dapat memberikan contoh perilaku yang ada disekitar siswa sehingga dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.

 Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang dimengerti oleh siswa.


(39)

 Pada tahap ini guru menggunakan media gambar untuk mendukung proses pembelajaran sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.

d. TahapAssessment

 Pada tahap ini guru memberikan evaluasi dan umpan balik terhadap kinerja siswa dengan cara membahas soal latihan dan langsung mengembalikan hasil pekerjaan siswa agar siswa langsung mengetahi kesalahannya.

e. TahapSatisfaction

 Pada tahap ini guru memberikan rewerd berupa nilai tambahan kepada siswa yang dapat menjawab latihan dengan benar. Dengan pemberian rewerd menjadi penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan berikutnya.

 Memberikan penguatan (Reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucap guru: “Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali!”. Menganggukan kepala sambil tersenyum sebagi tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan senyum guru yang simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan lebih baik lagi. Dan memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.


(40)

Adapun secara garis besar prosedur dalam pembelajaran ARIAS dapat dilihat pada bagan dibawah in

Gambar 2.1

Desain Pembelajaran dengan Model Pembelajaran ARIAS21

21

Kiranawati,Desain Pembelajaran ARIAS,2015, (www.gurupkn.wordpress.com)

Guru Merancang Kegiatan Pembelajaran dalam Bentuk Satuan Pelajaran

Satuan Pelajaran Sebagai Pegangan (Pedoman) Guru

Satuan Pelajaran sebagai Bahan/ Materi bagi Siswa Assurance

Guru melakukan usaha/kegiatan untuk menanamkan rasa percaya diri pada

siswa

Relevance

Guru menyampaikan/menjelaskan kepada siswa manfaat dari materi

pembelajaran

Interest

Guru membangkitkan minat/perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung

Assurance

Siswa percaya bahwa ia mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari sesuatu guna

mencapai keberhasilan yang optimal

Relevance

Siswa mengetahui bahwa apa yang dipelajari ada relevannya dengan kehidupan mereka

Interest

Siswa termotivasi bahwa apa yang dipelajari bermanfaat dalam mencapai keberhasilan

Assessment

Guru mengevaluasi siswa untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam

pembelajaran

Assessment

Siswa melakukan evaluasi diri mereka sendiri dan teman mereka untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang mereka capai

Satisfaction

Guru menumbuhkan rasa bangga/puas pada siswa atas hasil yang dicapai

Satisfaction

Siswa merasa dihargai sehingga menjadi penguat bagi siswa untuk mencapai keberhasilan

berikutnya


(41)

f. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ARIAS

Menurut Adiartanti (2011) menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran ARIAS adalah:

1. Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka

2. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu yang akan dipelajari dan memiliki tujuan yang jelas

3. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut.

Sementara itu, model pembelajaran ARIAS juga memiliki kekurangan, diataranya:

1. Untuk siswa yang kurang pintar akan susah mengikuti 2. Siswa terkadang susah untuk mengingat

3. Siswa yang malas susah untuk belajar mandiri.

Jadi, kelebihan dari model pembelajaran ARIAS adalah model pembelajaran yang menyenangkan,dapat menumbuhkan rasa percaya diri, minat dan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa merasa materi yang akan siswa pelajari memiliki makna dan nilai guna baik bagi kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Jika ada kelebihan, pasti ada kekurangan, dan kekurangan dari model pembelajaran ARIAS adalah sulitnya menumbuhkan sifat mandiri pada siswa, terutama pada siswa yang malas belajar, sehingga akibatnya siswa akan terlambat dalam mengikuti materi ajar yang diberikan.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan


(42)

mengokohkan kepribadian.22 Dalam hal ini konteks menjadi tahu menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (eksperiance). Pengalaman berulang akan melahirkan pengetahuan (Knowledge) ataua body of knowledg.Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat dan upaya yang timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegitan belajar,kegitan tersebut adalah menyesuaikan tingkah laku dengan kemampuan dirinya dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupannya.

Sedangkan menurut Morgan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.23 Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahaun sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan dan menerimanya.

Menurut Suparjono dalam buku belajar pembelajaran karya Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:24

1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan merespon secara sefesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengorganisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan

22

Suyono dan Hariyanto,Belajar dan Pembelajara,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-2, h. 9.

23

Muhammad, Thobroni dan Arif, Mustofa,Belajar dan Pembelajaran pengembangan wacana dan praktik pembelajaran dalam pembangunan nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet I, h. 20.

24


(43)

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyeluruh dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Selain itu menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengetahuan dan sikap.25 Maka dap disimpulkan hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif.

b. Unsur-unsur Belajar

Unsur-unsur belajar adalah faktor-faktor yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar. Adapaun unsur utama dalam proses belajar menurut Sukmadinata dalam buku belajar dan pembelajaran karya suyono dan hariyanto adalah:26

(1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul karena adanya sesuatu kebutuhan. Pengalaman belajar akan efektif bila diarahkan pada tujuan yang jelas dan bermakna bagi individu.

(2) Kesiapan. Agar mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, anak perlu memiliki kesiapan, baik fisik, psikis, maupun kesiapan

25

Ibid,h. 24. 26


(44)

yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman belajar.

(3) Situasi. Situasi belajar adalah tempat atau lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi dan seluruh warga sekolah yang lain.

(4) Interpretasi yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar , melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

(5) Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam mencapai tujuan belajar, maka anak akan membut respon. Respon ini dapat berupa usaha terencana dan sistematis, baik berupa usaha coba-coba. (Trial and Error)

(6) Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun hasil negatif (kegagalan) sebagai konsekuensi respon yang dipilih siswa.

Reaksi terhadap kegagalan. Kegagalan dapat menurunkan semangat motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya. Namun dapat juga membangkitkan siswa untuk belajar dari kegagalannya.

c. Kejadian Belajar

Gagn mengmukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase tersebut merupakan kejadian-keadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa (yang belajar) atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran peserta didik. Adapun kejadian-kejadian belajar itu sebagai berikt:27

1. Fase Motivasi

Dalam fase ini peserta didik harus diberi motivasu untuk belajar dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya peserta didik dapat mengharapkan bahwa informasi tentang suatu pokok bahasan akan

27

Ratna, Wilis Dahar,Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 124-126.


(45)

memenuhi keingintahuan mereka dan akan berguna bagi mereka untuk memperoleh nilai yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan

Dalam fase ini perserta didik harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial pada saat belajar terjadi. Misalnya peserta didik memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang gagasan utama dalam pelajaran.

3. Fase Pemerolehan

Dalam fase ini peserta didik memperoleh informasi baru yang relevan kemudian dihubungkan dengan informasi yang telah ada pada peserta didik. Seperti yang telah diketahui bahwa informasi tidak langsung disimpan dalam memori, namun informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada. Misalnya dengan guru membiarkan peserta didik melihat atau memanipulasi benda-benda, dengan menunjukkan hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya.

4. Fase Retensi

Dalam fase ini peserta didik memindahkan memori jangka pendek ke memori jangka panjang, seperti dilakukannya pengulangan kembali, praktik, elaborasi dan lain sebagainya.

5. Fase Pemanggilan

Dalam fase ini peserta didik mampu belajar dan menghubungkannya dengan apa yang telah dipelajari, untuk mempermudah pemangglan informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

6. Fase Generalisasi

Dalam fase ini peserta didik dapat menerapkan di luar konteks yakni dalam dunia nyata. Misalnya setelah peserta didik mempelajari pemuaian zat, maka mereka dapat menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup menjadi retak dalam lemari es.


(46)

Dalam fase ini peserta didik dapat memperlihatkan hasil yang telah dipelajari. Misalnya peserta didik mempelajari struktur kalimat dalam bahasa, maka mereka dapat menyusun kalimat yang benar.

8. Fase Umpan Balik

Dalam fase ini peserta didik menerima umpan balik terkait hasil pembelajaran yang telah dipelajari.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka member wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.28 Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial. Adapun keterpaduan cabang Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Gambar 2.2

Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial29

28

Susanto, Ahmad,Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar,(Jakarta : PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2014) cet. 2, h. 137.

29

Trianto,Model Pembelajaran Terpadu,(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-2, h. 172

Ilmu Pengetahuan

Sosial

Sejarah Ilmu Politik

Geografi Ekonomi

Psikologi Sosial Sosiologi


(47)

Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial meliputi proses, faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, dan permasalahan-permasalahan dipelajari dalam ilmu ekonomi. Aspek budaya dengan segala perkembangan dan permasalahan-permasalahannya dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah. Begitu juga aspek geografi yang memberikan karakter ruang terhadap kehidupan di masyarakat dipelajari dalam ilmu geografi.

Adapun tujuan pembelajaran IPS di sekolah adalah sebagai berikut:30 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar maupun menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu social yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah social.

3. Mampu menggunakan model=model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah social, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Faktor-faktor dalam pemilihan metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran social:31

30

Ibid,145-146 31


(48)

1. Metode hendaknya sesuai dengan tujuan. Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Metode hendaknya disesuaikan dengan bahan pengajaran.

3. Metode hendaknya diadaptasi dengan kemampuan siswa. Metode dalam mengajarkan perkembangan untuk siswa sekolah dasar akan berbeda dengan siswa seklah menengah. Selain itu juga, penyesuaian metode mengajar itu menyangkut pemilihan media yang dimanfaatkan.

Adapun tema-tema yang ada pada pendidikan IPS di sekolah dasar dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yang masing-masing memiliki tujuan yang berbeda, wait :32

1. Pendidikan IPS sebagai pendidikan nilai (value education) yakni:

a. Pendidikan nilai yang baik-baik, yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat.

b. Memberikan klasifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa, dan

c. Nilai-nilai inti atau nilai utama (core value) seperti menghormati hak-hak perorangan , kesetaraan, etos kerja dan martabat manusia (the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.

2. Pendidikan IPS sebagai pendidikan multicultural (multicultural education), yakni:

a. Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar.

b. Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa, dan

c. Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.

3. Pendidikan IPS sebagai pendidikan global (global education), yakni:

a. Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya dan perbedaan di dunia.

b. Menanamkan kesadaran ketergantungan antarbangsa.

c. Menanamkan kesadaran semakin terbentuknya komunikasi dan transportasi antarbangsa di dunia, dan

32


(49)

d. Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.

b. Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Perumusan Dasar Negara

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di kelas V MI Unwaanunnajah maka peneliti memutuskan materi ini yang menjadi fokus penelitian karena materi ini memiliki tingkat relevansi untuk meningkatkan dan mengembangkan model-model pembelajaran yakni materi IPS semester genap persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar negara. peneliti menilai siswa kurang tertarik dengan materi yang berkaitan dengan sejarah, dimana siswa kurang tertarik pada hal yang bersifat teks. Diharapkan penerapan model ARIAS ini dapat berhasil meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Adapun sedikit ringkasan materi yang akan diajarkan pada penelitian ini sebagai berikut:

Kemerdekaan merupakan dambaan setiap negara, demikian juga bangsa Indonesia. Sejak penjajahan bercokol di Indonesia, bangsa Indonesia telah berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Perjuanag telah menelan banyak korban baik jiwa maupun harta benda. Menjelang kemerdekaan, Indonesia berada di bawah pendudukan Jepang. Di masa pendudukan Jepang inilah, dilakukan beberapa usaha persiapan kemerdekaan. Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut anatara lain:33

a. Pembentukan BPUPKI b. Pembentukan PPKI c. Perumusan dasar negara d. Perumusan naskah proklamasi e. Proklamasi kemerdekaan

33

Dwi, Ari istiyani, dkk,Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V, (Jakarta : Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009) h. 90-107.


(50)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah:

Prahesti Sthyawati, dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di MTs. Sa’aadatul Mahabbah pondok cabe.” Dalam penelitian ini juga sama-sama menggunakan model pembelajaran ARIAS, berbedaanya terletak pada fokus yang diteliti yaitu meningkatkan aktivitas belajar matematika yakni fokus pada proses pembelajaran di kelas sedangkan peneliti berfokus pada peningkatan hasil belajar IPS yakni pada hasil akhir dari pemahaman siswa pada proses yang telah dilakukan dengan model ARIAS.34

Agus Salim dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa.” Dalam penelitian ini juga menggunakan model pembelajaran ARIAS, perbedaannya adalah dalam fokus penelitian yakni pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sedangkan peneliti pada mata pelajaran IPS.35

Adi Nurcahyo dan Sri Sutarni dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Terintegrasi pada Pembelajaran Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika.” Dalam penelitian ini juga menggunakan model pembelajaran ARIAS, namun dalam jurnal ini model pembelajaran diintegrasikan pada pembelajaran kooperatif, kemudian fokusnya pun berbeda pada jurnal ini untuk meningkatkan motivasi belajar sedangkan peneliti berfokus pada hasil belajar siswa.36

34

Prahesti Sthyawati, dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) untuk Meningkatkan

Aktivitas Belajar Matematika Siswa di MTs. Sa’aadatul Mahabbah pondok cabe.” Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

35

Agus Salim, Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa”,Skripsipada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

36

Adi Nurcahyo dan Sri Sutarni, Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Terintegrasi pada Pembelajaran Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika, dari Jurnal pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika pada 09 Mei 2012 diakses pada 29 Maret 2015 pukul 11.11 WIB.


(51)

C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Adanya peningkatan hasil belajar IPS, hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan masih bersifat konvensional seperti metode ceramah dan metode penugasan sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, hal ini juga mengakibatkan siswa kurang mengerti makna dan tujuan dari pembelajaran sehingga IPS selalu dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, rumit, gampang-gampang susah, kurang menarik dan terkesan membosankan.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Solusi yang diambil adalah dengan penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Dan Satisfaction). Dengan penggunaan model ARIAS siswa akan lebih tertarik dan antusisa dalam mengikuti pelajaran IPS. Setelah menggunakan model ARIAS maka hasil belajar siswa menjadi meningkat.

D. Asumsi Dasar

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka dapat diketahui asumsi dasar penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,dan Satisfaction) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Unwaanunnajah?.


(52)

36

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di MI Unwaanunnajah yang beralamat di Komplek Pondok Pucung Indah Tahap II No. 45 Pondok Pucung, Pondok Aren kota Tangerang Selatan khususnya kelas V semester genap tahun ajaran 2014/2015.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaannya dilaksanakan dari bulan Maret 2015 sampai bulan Mei 2015. Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan instrumen penelitian dan dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian.

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Dengan ini peneliti akan mengkaji dan merefleksi penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Proses belajar adalah proses konstruksi makna yang berlangsung terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.1 Proses ini meliputi interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, keadaan kelas dan materi sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus. Siklus ini dapat berhenti jika telah tercapai tujuan pembelajaran dengan nilai hasil belajar siswa mencapai≥85% dari jumlah siswa yang ada di kelas.

1

Suyono dan Hariyanto,Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet ke-2, h. 127.


(1)

LEMBAR WAWANCARA GURU 3

Wawancara dengan Guru IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) kelas V MI Unwaanunnajah dilakukan pada akhir siklus II. Selasa, 05 Mei 2015. Berikut ini petikan wawancaranya:

Peneliti : “Bagaimana menurut Ibu mengenai model pembelajaran ARIAS yang dilaksanakan pada siklus II ini?”

Guru : “Sudah sangat baik, model ini sangat memberi motivasi dan relevan pada kehidupan siswa. Siswa pun sangat antusias dalam belajar. Peneliti : “Bagaimana dengan hasil belajar siswa selama model pembelajaran

ARIAS diterapkan pada siklus II ini?”

Guru : “Hasil belajar siswa jauh meningkat, model ini bisa saya gunakan pada pembelajaran selanjutnya.”

Peneliti : “Apakah adayang kurang dengan model pembelajaran ARIAS ini bu?” Guru : “Menurut saya sudah cukup baik. Tinggal ada perbaikan sedikit pada

tahap yang belum tercapai sepenuhnya.”

Peneliti : “Terimakasih bu atas bimbingan yang diberikan selama ini, saya ucupkan banyak terimakasih.”


(2)

Wawancara kepada siswa dilaksanakan pada akhir siklus I, pada hari Selasa, 14 April 2015. Wawancara dilakukan dengan tiga orang siswa yang merupakan perwakilan dari siswa yang kemampuannya tinggi (S1), sedang (S2) dan rendah (S3). Berikut ini adalah hasil kutipan wawancara peneliti dengan tiga siswa:

P : “Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran dengan model pembelajaran ARIAS?”

S1 : “Pelajarannya mudah dimengerti dan istirahatnya cepat bu.”

S2 : “Menyenangkan, gurunya baik, pelajaranya gampang dan tim perempuan menang.”

S3 : “Seru, enak belajarnya karenaada proses bermainnya.”

P : “Bagaimana dengan permainan yang dilakukan pada pembelajaran?

S1 : “Rame dan seru ka!”

S2 : “Menyenangkan.”

S3 : “Seru ka!”

P : “Apakah ada peningkatan kepercayaan diri kamu setelah mendapatkan pengajaran model pembelajaran ARIAS?

S1 : “Ya ka, karena pelajarannya mudah dimengerti.”

S2 : “Ya, karena kelompok perempuan menang ka.”


(3)

Menurutmu apakah model pembelajaran ARIAS ini dapat mempermudah kalaian dalammemahami pelajaran?”

P : “

S1 : “Ya, karena pelajaran menjadi mudah dimengerti ka.”

S2 : “Ya, karena permainannya unik dan menyenangkan.”

S3 : “Iya ka jadi mudah belajarnya, tapi kadang saya masih bingung dengan pelajarannya.”


(4)

Wawancara kepada siswa dilaksanakan pada akhir siklus II, pada hari Selasa, 5 Mei 2015. Wawancara dilakukan dengan tiga orang siswa yang merupakan perwakilan dari siswa yang kemampuannya tinggi (S1), sedang (S2) dan rendah (S3). Berikut ini adalah hasil kutipan wawancara peneliti dengan tiga siswa:

P : “Bagaimana menurut kamu tentang pembelajaran pembelajaran ARIAS pada siklus II ini?”

S1 : “Menyenangkan, karena pelajarannya gampang.”

S2 : “Pelajarannya unik-unik ka, jadi kami senang.”

S3 : “Enak pelajarannya ka.”

P : “Menurut kalian apakah pembelajaran seperti ini perlu diteruskan?

S1 : “Iya ka, kami menjadi tidak bosan dalam belajar.”

S2 : “Iya ka, karena bisa belajar bersama-sama dengan kelompok.”

S3 : “Iya ka, karena membuat semangat belajar.”

P : “Hal-hal apa saja yang harus diperbaiki dari pembelajaran ARIAS yang kalian ikuti selama ini?

S1 : “Sudah cukup ka.”

S2 : “Kk besok ngajar lagi ka.”


(5)

DAFTAR SISWA KELAS V

MI UNWAANUNNAJAH PONDOK AREN

NO NAMA

1 Abdul Jabar

2 Abdul Kafi

3 Adam Januar syahputra

4 Ahmad Sayidul Hajani

5 Alfin Khafila Fadli

6 Alifa Nurul Fajri P.M

7 Alya Kemuning

8 Aulia Agustin

9 Elisah Damayanti

10 Eneng Rohmatul Ummah

11 Haidar Ali

12 Hanifah

13 Kumala Khairunisya

14 Mahfudin Hasyim

15 Mila Oktavia

16 Muhammad Dimas A.S

17 Muhammad fadli F

18 Muhammad Nur Arifin

19 Muhammad Rifky. H

20 Muhammad Sultan A

21 Nadhila Nur Shadrina

22 Nadhira nur Shadrina

23 Nazar Nur hidayat

24 Novi Nur Cahyani

25 Pardiva Prianka. S

26 Ratu Ratna Jelita

27 Rezal Maheru Asna. P

28 Selma Oktaviani

29 Shodriyah Khoirunnisa

30 Siswanto Setiawan

31 Suhendi

32 Tri Wahyudi

33 Wandira

34 Yuda Kurniawan

35 Yusuf Khidmat Ali

36 Indra Maulana

37 Danu Rizki


(6)

Jln. Mushallah No. 26 RT 005/02 Kec. Pd. Aren Kel. Pd. Pucung Kota Tangsel- Banten

Nama : Isti Saras Swati

TTL : Tangerang, 24 April 93 Alamat :

No. Hp : +6283871985406

Email : Izty_pgriku@yahoo.co.id

Cit a-cit a :Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain

Hobi : Tidur, Jalan-jalan dll Kesan :

Selama kurang lebih 4 tahun penulis belajar di kampus nan megah ini banyak sekali pengalaman yg penulis dapatkan, terutama ilmu yang bermanfaat yang didapat dari para dosen pengajar yang sangat lua biasa semoga ilmu yang beliau berikan selalu bermanfaat dan menjadi amal ibadan yang terus mengalir dan berkah (Amin). Ketika penulis memulai perkuliahan tahun 2011, penulis bertemu dengan teman-teman yang memiliki background yang berbeda-beda. Seiring berjalannya waktu dengan banyaknya ilmu dan pengalaman yang di dapat membuat cara berfikir penulis berubah menjadi lebih baik. Kesimpulannya bahwa kesan penulis adalah sebuah pengalaman yang sangat mendidik mampu membuat suatu perubahan yang positif.

Pesan :

BERMIMPILAH SETINGGI LANGIT siapapun anda, dimana pun anda berada, berasal dari mana pun anda, kaya miskin muda tua sehat sakit tinggi pendek gendut kurus.. semangatttt karna tidak ada yang tidak mungkin “Man jadda wa jadda..!”Berdoa, usaha, dan tawaqal


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI TEORI KONSTRUKTIVISMEUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-1 MTS NEGERI TUNGKOB

0 10 1

peranan model pembelajaran arias (Assurance, relavance, interest, assessment dan satisfaction untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa; penelitian tindakan kelas di MTs. Sa'aadatul mahabbah Pondok Cabe

0 6 202

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION) DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 KISARAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 31

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction).

0 0 8

Penerapan model pembelajaran arias (assurance, relevance, interest, assessment, satisfaction) ditinjau dari minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan pada materi kubus dan balok.

0 1 254

PENERAPAN METODE ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT NIAGA ipi143058

0 0 6

82297055 Penerapan Model Arias Assurance Relevance Interest Assesment and Satisfaction

0 0 5

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction)

0 0 6

1 PENERAPAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DAN MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA DI SMA

0 0 13

2 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI 2KALIBAGOR TAHUN PELAJARAN 20132014

0 2 16