Penerapan teknik Dictogloss untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik.

(1)

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS V MI NURUL HUDA 1 KEPATIHAN GRESIK

SKRIPSI Oleh : Suci Anita NIM. D77213103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA April 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii

Indonesia Siswa Kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik Kata Kunci: PTK, TeknikDictogloss, Keterampilan Menyimak Cerita

Penelitian ini dilatar belakangi keterampilan menyimak cerita siswa rendah pada mata pelajaran bahasa Indonesia dikarenakan siswa kurang terbiasa dalam menyimak cerita dan pembelajaran menyimak dilakukan secara monoton, tidak mengaktifkan siswa. Dari 27 siswa hanya 12 (44,44%) siswa yang tuntas dan 15 (55,56%) siswa belum tuntas. Untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita tersebut, peneliti mengambil tindakan dengan menerapkan teknik

dictogloss.

Rumusan masalah: 1) Bagaimana keterampilan menyimak cerita siswa sebelum diterapkan teknik dictogloss? 2) Bagaimana penerapan teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita? 3) Bagaimana peningkatan keterampilan menyimak cerita setelah menerapkan teknik dictogloss?. Sedangkan tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui keterampilan menyimak cerita sebelum diterapkan teknik dictogloss. 2) Untuk mengetahui penerapan teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita. 3) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak cerita setelah diterapkan teknikdictogloss.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kurt Lewin. Subjek penelitian ini terdiri dari 27 siswa kelas 5. Tindakan ini menggunakan 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, penilaian tes dan non tes, serta dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Keterampilan menyimak cerita siswa sebelum diterapkan teknikdictoglosstergolong masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yaitu 67 dan prosentase ketuntasan siswa masih 44,44%. 2) Penerapan teknik dictogloss dilaksanakan melalui 2 siklus, dikarenakan aktivitas siswa pada siklus I belum tercapai 78,33 (C), meskipun aktivitas guru pada siklus I sudah tercapai 81,25 (B). Pada siklus II hasil aktivitas siswa meningkat menjadi 86,6 (B) dan aktivitas guru meningkat menjadi 90,62 (SB). 3) Peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa siklus I diperoleh prosentase 70,37% dengan nilai rata-rata kelas 73,74 dan pada siklus II meningkat menjadi 85,18% dengan nilai rata-rata kelas 81.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN MOTTO iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI v

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR RUMUS xvi

DAFTAR DIAGRAM xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tindakan yang Dipilih 6

D. Tujuan Penelitian 8

E. Lingkup Penelitian 8

F. Manfaat Penelitian 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Menyimak Cerita 11

1. Pengertian Keterampilan Menyimak 11

2. Tujuan Menyimak 13

3. Tahap-Tahap Menyimak 14


(8)

1. Pengertian Cerita 18

2. Unsur-Unsur Cerita 20

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 22 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 22 2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 24

D. Teknik Dictogloss 25

1. Pengertian Teknik 25

2. Pengertian Teknik Dictogloss 26

3. Tahap-Tahap Teknik Dictogloss 27

4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Dictogloss 28 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian 30

B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian 32

C. Variabel yang Diteliti 33

D. Rencana Tindakan 34

E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulannya 38

1. Sumber Data 38

2. Teknik Pengumpulan Data 39

F. Teknik Analisis Data 44

G. Indikator Kinerja 47

H. Tim Peneliti dan Tugasnya 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 51

1. Pra Siklus 52

2. Siklus I 56

3. Siklus II 74


(9)

1. Keterampilan menyimak cerita mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum diterapkan teknik dictogloss 94

2. Penerapan teknik dictogloss 94

3. Peningkatan keterampilan menyimak cerita 97 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 99

B. Saran 100

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP


(10)

3.1 Gambar Siklus PTK Model Kurt Lewin 31 4.1 Gambar siswa mendengarkan cerita dan menatat pokok penting 60 4.2 Gambar siswa melengkapi catatannya dan mengerjakan lembar kerja 79


(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Prosedur Siklus I 36

3.2 Kriteria Penilaian Menceritakan Kembali Isi Cerita yang didengar dalam

Bentuk Tulisan 43

3.3 Kriteria Ketuntasan Nilai Observasi Guru dan Siswa 45 3.4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Menyimak Cerita 47 3.5 Kriteria Ketuntasan/Kelulusan Belajar Siswa 48

4.1 Hasil wawanvara dengan guru kelas V 53

4.2 Nilai Pra Siklus Siswa 55

4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I 60 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 63 4.5 Daftar Nilai Non Tes Keterampilan Menyimak Siswa Siklus I 67

4.6 Rekapitulasi Nilai Non Tes Siklus I 68

4.7 Daftar Nilai Tes Keterampilan Menyimak Siswa Siklus I 69 4.8 Rekapitulasi Nilai Tes Keterampilan Menyimak Siklus I 70 4.9 Rekapitulasi Nilai Akhir Keterampilan Menyimak Siswa Siklus I 70 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II 80 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 83 4.12 Daftar Nilai Non Tes Keterampilan Menyimak Siswa Siklus II 86 4.13 Rekapitulasi Nilai Non Tes Siklus II 87 4.14 Daftar Nilai Tes Keterampilan Menyimak Siswa Siklus II 88 4.15 Rekapitulasi Nilai Tes Keterampilan Menyimak Siklus II 89 4.16 Rekapitulasi Nilai Akhir Keterampilan Menyimak Siswa Siklus II 90


(12)

3.1 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa 45

3.2 Penilaian Hasil Menyimak Cerita 46

3.3 Menghitung Nilai Rata-Rata 46


(13)

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru 96

4.2 Nilai Rata-Rata Kelas 97


(14)

Lampiran 1 : Surat Tugas

Lampiran 2 : Kartu Konsultasi Skripsi Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 5 : Identitas dan Profil Sekolah

Lampiran 6 : Pedoman Wawancara Pra Siklus

Lampiran 7 : Silabus Mata Pelajaran Bahsa Indonesia kelas V Lampiran 8 : RPP Siklus I dan Instrumen Validasi

Lampiran 9 : Lembar Cerita Siklus I Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa Siklus I

Lampiran 11 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siklus I Lampiran 12 : RPP Siklus II

Lampiran 13 : Lembar Cerita Siklus II Lampiran 14 : Lembar Kerja Siklus II

Lampiran 15 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siklus II

Lampiran 16 : Instrumen Validasi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Lampiran 17 : Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I Lampiran 18 : Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu karena bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan Negara Indonesia yang memiliki fungsi penting dan dominan dalam segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu fungsi penting bahasa Indonesia adalah sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan untuk berkomunikasi antar sesama rakyat Indonesia.

Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilan-keterampilan yang perlu ditekankan pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Pengajaran berbahasa diawali dengan pengajaran keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap selanjutnya.1

1

Ngalimun, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), 5


(16)

Pembelajaran bahasa Indonesia ditingkat sekolah dasar tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan.2

Mengingat fungsi penting pembelajaran bahasa Indonesia seperti tersebut di atas, selayaknya pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Pembelajaran bahasa haruslah diorientasikan pada 4 aspek keterampilan berbahasa yang meliputi 1. Menyimak, 2. Berbicara, 3. Membaca, 4. Menulis.

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif dan apresiatif. Reseptif berarti bahwa dalam menyimak pendengar harus mampu memahami apa yang ada didalam bahan simakan. Apresiatif artinya dalam menyimak, pendengar tidak hanya mampu memahami pesan yang terkandung melainkan juga memeberi respon atas bahan simakan.3 Dengan demikian dapat diartikan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan aktif yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk memahami pesan yang terkandung dalam bahan simakan yang diperdengarkan.

Pembelajaran menyimak dilakukan untuk mencapai berbagai tujuan, diantaranya yaitu adalah 1. Untuk melatih daya konsentrasi siswa, 2. Melatih daya paham siswa, dan 3. Melatih daya kreatif siswa. Ketiga tujuan ini

2

Zulela, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 4.

3

Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: Refika Aditama, 2013), 93.


(17)

bersifat hirarki sehingga untuk melatih daya kreatif siswa, pembelajaran menyimak harus dilakukan agar mencapai pula tujuan melatih daya konsentrasi siswa dan daya paham siswa.4

Namun, kondisi pembelajaran menyimak saat ini masih belum maksimal. Hal ini juga terjadi di sekolah dasar yakni di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik. Masalah yang terjadi di kelas V pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah rendahnya kemampuan menyimak siswa, terutama dalam hal menyimak cerita. Hal tersebut ditandai oleh rendahnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan unsur-unsur instrinsik yang ada didalam cerita tersebut dan menceritakan kembali isi cerita.5

Melalui penelitian pada kelas V di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik, hasil tes pembelajaran menyimak cerita pada kegiatan pra tindakan oleh peneliti, ditemukan bahwa penguasaan siswa pada keterampilan menyimak cerita tergolong rendah. Dari hasil observasi diketahui bahwa dari jumlah keseluruhan siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik yang berjumlah 27 siswa, 15 siswa (55,56%) memperoleh nilai dibawah KKM yang ditentukan dan 12 siswa (44,44%) yang memenuhi kriteria. Dengan demikian berdasarkan jumlah prosentase yang diperoleh siswa, pembelajaran

4

Ibid, 95.

5

Siswanto, Guru bidang studi bahasa Indonesia kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan, Wawancara, Gresik, 18 Oktober 2016


(18)

menyimak di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik dikatakan kurang berhasil. Karena siswa yang tidak mencapai KKM lebih dari 50%.6

Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya kemampuan menyimak cerita siswa kelas V adalah 1) Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa. 2) Siswa kurang terbiasa dalam menyimak cerita. 3) Pembelajaran menyimak dilakukan secara monoton, tidak mengaktifkan siswa dan berpacu pada buku teks siswa. 4) Media pembelajaran yang kurang memadai. 5) Sebagian pendidikan orang tua siswa rendah dan disibukkan dengan pekerjaan, sehingga siswa kurang terarah dalam pendidikan.

Berdasarkan masalah di atas maka peneliti mengambil tindakan untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita yang dapat mendorong keterlibatan guru dan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Untuk mempermudah proses pembelajaran peneliti menggunakan salah satu teknik pembelajaran komunikatif yaitu teknik Dictogloss.

Dictogloss merupakan teknik pengajaran dalam menyimak yang

tergolong komunikatif.7 Dalam teknik ini guru membacakan sebuah wacana singkat kepada siswa dengan kecepatan normal dan siswa diminta untuk menuliskan kata sebanyak yang mereka mampu. Kemudian mereka bekerja

6

Hasil observasi awal di kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik, pada tanggal 19 Oktober 2016

7

Azies dan Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remja Rosdakarya, 1996), 85.


(19)

sama dengan kelompok-kelompok kecil untuk mengkonstruksi wacana dengan mendasarkan kepada serpihan-serpihan yang telah mereka tulis.

Sebagaimana hasil penelitian terdahulu mengenai keterampilan menyimak cerita melalui teknik Dictogloss yang didapat antara lain: Rinni Pratiwi Astuti8, Muhammad Alex Wahyu Wibowo9, dan Ela Suryani10. Adapun untuk perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan para peneliti terdahulu yaitu, Rini Pratiwi Astuti melakukan penelitian efektivitas teknik dictogloss dalam pembelajaran menyimak informasi. Muhammad Alex Wahyu Wibowo melakukan penelitian keterampilan menyimak bahasa Arab menggunakan teknik dictogloss. Sedangkan Ela Suryani menggunakan teknik dictogloss untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita.

Rini Pratiwi Astuti, Muhammad Alex Wahyu Wibowo dan Ela Suryani sama-sama menggunakan teknik dictogloss untuk meningkatkan keterampilan menyimak, hanya saja yang bidang studi yang dikaji berbeda. Rini Pratiwi Astuti mengkaji dalam keterampilan menyimak informasi, Muhammad Alex Wahyu Wibowo mengkaji pada bidang studi bahasa Arab sedangkan Ela Suryani pada bahasa Indonesia.

8

Rini Pratiwi Astuti, Evektivitas Teknik Dictogloss dalam Pembelajaran menyimak Informasi (Penelitian Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung, Skripsi, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2012)

9

Muhammad Alex Wahyu Wibowo, Penerapan Teknik Dictogloss untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Negeri, Skripsi, (Semarang : Bahasa Asing Universitas Negeri Semarang, 2012)

10

Ela Suryani, Penggunaan Teknik Dictogloss untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Karangtalu, Skripsi, (Surakarta: PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014)


(20)

Oleh karena itu ada upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa dengan judul penelitian yaitu: Penerapan Teknik Dictogloss untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik sebelum diterapkan teknik Dictogloss?

2. Bagaimana penerapan teknik Dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik ?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik sesudah menggunkan teknik Dictogloss? C. Tindakan yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang dipilih untuk mengatasi permasalahan rendahnya keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik adalah dengan menggunakan teknik dictogloss. Penerapan teknik dictogloss ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa. Karena teknik ini merupakan teknik menyimak yang bersifat komunikatif, artinya siswa tidak hanya pasif saat mendengarkan melainkan siswa bersikap aktif


(21)

yakni dengan mencatat pokok-pokok penting dari cerita yang didengar, kemudian siswa berkelompok kecil untuk menyatukan (melengkapi) catatan mereka yang kemudian bisa digunakan untuk panduan saat mengerjakan lembar kerja dari guru.

Adapun langkah-langkah teknik dictogloss adalah:

1. Persiapan. Guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi teks yang akan siswa dengar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan gambar stimulus, dengan membahas kosakata, dengan meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan dengan meyakinkan siswa ada pada kelompok yang sesuai.

2. Dikte. Siswa mendengarkan selama dua kali. Pertama mereka hanya mendengar dan mendapatkan gambaran umum teks tersebut. Kedua, siswa membuat catatan, dengan dimotivasi hanya untuk mencatat kata-kata isi yang nantinya akan membantu siswa merekonstruksi teks.

3. Rekonstruksi. Pada akhir dikte, siswa mengumpulkan catatan-catatan dan menyusun kembali teks versi mereka. Selama tahap ini guru tidak memberikan masukan bahasa pada siswa.

4. Analisis dan Koreksi. Ada beberapa cara untuk menangani tahap ini. Pertama, setiap teks versi siswa bisa ditulis pada papan tulis atau ditayangkan melalui proyektor. Kedua, teks bisa diperbanyak dan dibagi-bagikan kepada semua siswa. Ketiga, siswa bisa membandingkan versi mereka dengan teks asli, kalimat demi kalimat.


(22)

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul

Huda 1 Kepatihan Gresik sebelum diterapkan teknik Dictogloss.

2. Untuk mengetahui penerapan teknik Dictogloss keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik.

3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik sesudah menggunkan teknik

Dictogloss.

E. Lingkup Penelitian

Agar lingkup penelitian mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka dari latar belakang masalah di atas dibuat lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik

2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V materi menyimak cerita menggunakan teknik Dictogloss.

3. Standar Kompetensi:

5 Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan

Kompetensi Dasar:


(23)

Indikator:

5.2.1 Siswa dapat menyebutkan unsur cerita yang meliputi tokoh, watak tokoh, tema, latar, dan amanat.

5.2.2 Siswa dapat menceritakan kembali dalam bentuk tulisan isi cerita yang didengar

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Menjadikan siswa aktif sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah dan terarah.

b. Siswa mendapatkan suasana baru daalam proses pembelajaran sehingga lebih bersemangat.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan sehingga guru dapat mengetahui masalah-masalah yang terdapat di kelas. b. Mendapat ilmu pengetahuan baru dari hasil penelitian dan dapat

langsung diterapkan di sekolah terutama dalam proses pembelajaran. 3. Bagi Peneliti

a. Dengan adanya penelitian tindakan kelas akan memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti. Karena secara langsung peneliti dapat belajar bersama di dalam kelas.


(24)

b. Menambah ilmu serta wawasan tentang salah satu teknik pengajaran menyimak yaitu teknik dictogloss.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Menyimak

1. Pengertian Keterampilan Menyimak

Keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.1

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran.2

Menyimak (mendengarkan) bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana. Mendengarkan merupakan kegiatan yang kompleks yang mencakup komponen-komponen persepsi dan pengetahuan linguistik untuk membantu memahami wacana yang disajikan. Mendengar

1

Guru Keterampilan online, (Keterampilan Menyimak, 5 November 2016) http://guruketerampilan.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-keterampilan.html

2

Henry Guntur Tarigan, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1986). 31


(26)

merupakan proses dinamis yang menggunakan informasi dari pembicara, pendengar, latar, dan interaksi untuk membentuk makna.

Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dan telah diperoleh seorang anak bahkan sejak dalam kandungan ibu. Menurut Akhadiah menyimak mencakup mendengar dan mendengarkan. Kegiatan menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan dan diakhiri dengan pemahaman apa yang disimaknya. Jadi menyimak lebih dari hanya sekedar mendengar sebuah bahasan, namun mencakup mendengarkan secara cermat dengan memahami betul bahan simakan yang didengarkannya.

Keterampilan menyimak merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif, yang berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya.3

Banyak pihak menganggap bahwa menyimak merupakan keterampilan yang paling penting diantara keterampilan lain melalui akivitas ini siswa bisa memperoleh kosakata dan gramatika, disamping tentunya pengucapan yang baik. Pentingnya menyimak dalam interaksi komunikatif memang sangat nyata. Untuk dapat terlibat dalam suatu komunikasi, seseorang harus mampu memahami dan mereaksi apa yang

3

Iskndarwassid dan Dandang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) 118


(27)

harus dikatakan. Konsekuensinya, selain terlibat dalam aktivitas-aktivitas interaksional, pembelajar perlu melatih keterampilan menyimak.4

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt, yaitu: (a) sikap, (b) motivasi, (c) pribadi, (d) situasi kehidupan, dan (e) peranan dalam masyarakat. Sedangkan menurut Logan hal-hal yang mempengaruhi dalam menyimak yaitu; (a) faktor lingkungan yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial, (b) faktor fisik, (c) faktor psikologis, dan (d) faktor pengalaman.5

2. Tujuan Menyimak

Tujuan menyimak secara umum adalah sebagai berikut:6

a. Mengingat rincian-rincian penting secara tepat mengenai ilmu pengetahuan khusus.

b. Mengingat ururtan-urutan sederhana atau kata-kata dan gagasan. c. Mengikuti pengarahan-pengarahan lisan.

d. Memparafrase suatu pesan lisan sebagai suatu pemahaman melalui penerjemahan.

e. Mengikuti suatu urutan dalam (1) pengembangan plot, (2) pengembangan watak/pelaku cerita, dan (3) argumentasi pembicara. f. Memahami makna denotatif dan konotatif kata-kata.

4

Aziez dan Alwasilah, Pengajaran Bahasa komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 81

5

Henry Guntur Tarigan,, Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1986), 104

6


(28)

g. Mendengarkan untuk mencatat rincian-rincian penting. h. Menengarkan untuk mencatat gagasan utama.

i. Mengidentifikasi gagasan utama dan meringkas dalam pengertian, mengkombinasikan dan mensintesiskan tentang siapa, apa, kapan, dimana, dan mengapa.

j. Menghubungkan materi yang diucapkan secara lisan dengan pengalam sebelumnya.

3. Tahap-tahap Menyimak

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para siswa di sekolah dasar, Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak sebagai berikut:

a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal diluar pembicaraan.

c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati.

d. Menyimak serapan karena anak keasyikan menyerap atau mengabsorbsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.


(29)

e. Menyimak sekali-sekali menyimpan sebentar apa yang disimak, perhatian secara seksama berganti dengan hal lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja. f. Menyimak asosiatif hanya mengingat pengalaman-pengalaman

pribadi secara konstan yang mengakibatkan penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.

g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan.

h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran pembaca.

i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan pembicara.7

4. Proses Menyimak

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:

a. Tahap mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing.

b. Tahap memahami, setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang

7


(30)

disampaikan oleh pembicara. Dengan demikian sampailah pada tahap understanding.

c. Tahap menginterpretasi, penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran pembicara, dengan demikian penyimak telah tiba pada tahap interpreting.

d. Tahap mengevaluasi, setelah memahami atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan pembicara, dengan demikian sudah sampai pada tahap evaluating. e. Tahap menanggapi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam

kegiatan menyimak. Penyimak menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.8

5. Indikator Keterampilan Menyimak

Adapun macam tes untuk keterampilan menyimak, antara lain:9 1. Melafalkan ulang kata yang diperdengarkan

2. Mengidentifikasi bunyi

3. Membedakan bunyi yang mirip

4. Menentukan makna kata melalui gambar

8

Ibid, 63

9

M. Ainin, dkk, Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYKAT, 2006), 156-162


(31)

5. Menentukan makna kalimat melalui gambar 6. Merespon ujaran berupa kalimat melalui gerak 7. Memahami teks sederhana dalam bentuk dialog 8. Memahami teks sederhana dalam bentuk narasi

Nurgiyantoro menyatakan bahwa tes menyimak adalah kemampuan menangkap dan memahami atau sekaligus menanggapi informasi yang disampaikan pihak lain lewat sarana suara.

Dari beberapa macam tes keterampilan di atas, menyimak cerita termasuk dalam tes memahami teks sederhana dalam bentuk narasi. Jadi dapat dikatakan siswa terampil menyimak cerita jika siswa memahami isi yang ada dalam cerita. Adapun indikator dari memahami isi cerita, terdiri dari:10

1. Menjawab pertanyaan dengan tepat sesuai dengan cerita 2. Menceritakan kembali cerita dengan tepat

Untuk mengukur hal tersebut, peneliti menggunakan instrumen berupa tes dan non tes yaitu menceritakan kembali isi cerita yang didengar dalam bentuk tulisan yang berupa produk.

Menurut Iskandarwassid dan Danang Suhendar dalam menilai tulisan terdapat beberapa kriteria yang digunakan, antara lain:

a. Kualitas dan ruang lingkup isi

10

Ellen Upheksa, Peningkatan Keterampilan Menymak Melalui Metode Bercerita pada Anak Kelompok B2 TK Islam Darul Muttaqin Kecamatan Purworejo Kabupupaten Purworejo. Skripsi. (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), 59


(32)

b. Organisasi dan penyajian isi c. Komposisi

d. Kohesi dan koherensi e. Gaya dan bentuk bahasa f. Mekanik

g. Kerapian tulisan h. Kebersihan

i. Respon afektif pengajar terhadap karya tulis.11

Dari sembilan kriteria yang telah dikemukakan oleh peneliti di atas, kriteria yang ada pada penelitian ini ialah kohesi dan konherensi dan kerapian tulisan.

B. Cerita Pendek Anak 1. Pengertian Cerita

Cerita adalah salah satu sastra yang dapat dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Dalam silabus dinyatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra disajikan secara seimbang dan terpadu dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut KBBI cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian dan sebagainya).

11

Iskandarwassid dan Danang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 250.


(33)

Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri yang bisa dibaca ataupun didengar.12

Dalam cerita, ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan, yaitu karangan, pengarang, penceritaan, pecerita atau pendongeng, dan penyimakan serta penyimak.13 Karangan adalah pembuatan cerita dan penyusunannya. Pengarang adalah penulis cerita, karena ia yang mengarang cerita, baik idenya berdasarkan imajinasi sendiri maupun berasal dari tema yang sengaja dipilihnya. Penceritaan yaitu orang yang menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakannya bagi pendengar. Penyimakan yaitu proses mendengarkan cerita. Sedangkan penyimak yaitu orang yang menyimak atau mendengarkan cerita.

Cerita pendek anak merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif maupun kisah nyata, yang dirangkai menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan ciri khas pesan moral yang terkandung dalam cerita mengajarkan kepada anak tentang makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk hidup lain ataupun mengajarkan sebab akibat dari suatu tindakan yang menunjukkan pebuatan baik akan berakibat baik dan sebaliknya.

12

Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 8

13


(34)

Cerita anak memiliki ciri: 1) berbahasa sederhana, 2) konflik tidak terlalu rumit, 3) memiliki satu macam alur (maju atau mundur), 4) sarat akan pesan moral, dan 5) familiar dengan kehidupan anak.

Seperti cerita pada umumnya, tidak semua cerita anak memiliki pesan moral secara implisit, sehingga dalam menyampaikannya terhadap anak perlu diberitahukan dan ditekankan pesan-pesan moral, baik yang sudah tertuang secara implisit maupun yang tertuang secara eksplisit dalam cerita anak.14

2. Unsur-unsur Cerita

Di dalam cerita ada beberapa unsur-unsur yang membangun didalamnya, antara lain:

1. Tema, merupakan unsur pertama yang harus ada dalam sebuah cerita karena tema dalam sebuah cerita ibarat pondasi pada sebuah bangunan. Tema adalah suatu ide pokok, gagasan, atau pikiran utama yang mendasari sebuah cerita.15

2. Tokoh, tokoh adalah para pemain atau pelaku cerita. Berdasarkan fungsinya tokoh dibedakan menjadi empat jenis yaitu (1) tokoh sentral atau tokoh protagonis, (2) tokoh antagonis, (3) tokoh birawan, dan (4) tokoh bawahan. Sedangkan Nurgiyantoro menyebutkan bahwa

14

Wikipedia, (Cerita Pendek, 5 November 2016). https://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek

15

Yusi Rosdiana dkk, Bahasa dan Sastra Indonesia di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), 17.


(35)

berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya tokoh terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan.16

3. Penokohan, penokohan atau karakteristik atau perwatakan adalah penggambaran sikap, dan sifat para tokoh cerita atau dapat diartikan sebagai pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Jadi karakteristik adalah cara seseorang pengarang dalam menggambarkan dan melukiskan secara jelas karakter tokoh-tokoh dalam cerita yang dibuatnya.

4. Latar atau setting, diartikan juga sebagai landas tumpu sebuah cerita. Latar merupakan tempat kejadian suatu peristiwa atau ruang dan waktu yang tergambar dalam sebuah cerita. Secara terperinci latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian pelengkapan sebuah ruangan, waktu berlakunya kejadian, dan masa sejarahnya.

5. Alur, adalah cerita yang berisi urutan kejadian. KBBI memberi makna kata alur yang berhubungan dengan sastra sebagai rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian; jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.17

16

Mudlofar, Bahasa dan Sastra Indonesia, (Surabaya: Pustaka Gama, 2010), 152.

17


(36)

6. Amanat, merupakan pesan yang ingin disampaikan dari pengarang kepada pembaca. Amanat dalam sebuah cerita dapat disampaikan secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu tersirat didalam tingkah laku tokoh. Eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, anjuran, larangan, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu.

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan dengan bersumber dari hakikat pembelajaran bahasa Indonesia yakni belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan peserta didik dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis..18

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah yang wajib dipelajari. Karena bahasa Indonesia memiliki fungsi penting yaitu sebagai bahasa persatuan. Dimana bahasa Indonesia dapat membantu siswa untuk mengenali budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasannya dan berkomunikasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut.

18

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 8.


(37)

Adapun ruang lingkup mata pelajaan bahasa Indonesia di sekolah dasar mencakup dalam empat keterampilan berbahasa sebagai berikur:

a. Mendengarkan, mendengarkan bunyi, suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan ceramah, narasumber, dialog/percakapan, perintah, pengumuman, mendengarkan hasil karya sastra (dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagu, pantun dan menonton drama), berita, petunjuk, pengumuman. b. Berbicara; mengungkapkan perasaan, gagasan, menyampaiakan

sambutan, dialog, pesan, pengalaman, bercerita tentang berbagai topik, menceritaka gambar, pengalaman, peristiwa, tokoh, kegemaran, tata tertib, petunjuk, laporan, berekspresi tentang sastra, mendongeng puisi, syair lagu, berpantun, drama anak.

c. Membaca; membaca permulaan; membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, berbagai teks bacaan sederhana. Membaca lanjut; membaca denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, berbagai teks ipek, cerita rakyat, dongen, drama dll. Diarahkan pada kegemaran/menumbuhkembangkan budaya membaca.

d. Menulis; menulis perulaan; sejalan dengan materi bacaan permulaan. Menulis lanjut; menulis karangan naratif, non naratif, dengan


(38)

menggunakan penggunaan ejaan dan tanda baca. Dalam menulis diarahkan agar menumbuhkembangkan kompetensi menulis.19

2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Adapun tujuan dari mata pelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah yaitu20:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampun intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan kemampuan berbahasa

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

19

Zulela, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 100.

20

Peraturan Menteri Agama RI nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi bahasa Indonesia


(39)

D. Teknik Dictogloss

1. Pengertian Teknik

Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Sehingga dapat dikatakan teknik adalah cara sistematis untuk mengajarkan sesuatu / cara yang dilakukan dalam rangka mengimplementasikan metode pembelajaran.

Brown, Richard dan Rodgers mengemukakan karakteristik teknik pembelajaran sebagai berikut21:

a. Bersifat implementasional yakni cara langsung yang dipakai guru dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas

b. Hanya diajukan pada satu tahapan pembelajaran yakni pada tahap inti pembelajaran

c. Jenis teknik yang digunakan guru di dalam kelas dapat langsung diamati

d. Dalam satu kali proses pembelajaran dapat digunakan beragam teknik pembelajaran

e. Teknik pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus.

21

Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: Refika Aditama, 2013), 29.


(40)

2. Pengertian Teknik Dictogloss

Kata dictogloss berasal dari bahasa Inggris dan terdiri dari dua kata yaitu dicto atau dictate yang artinya dikte atau imla’ dan kata gloss yang artinya tafsir. Teknik dictogloss merupakan teknik pengajaran menyimak yang komunikatif. Dictogloss adalah kegiatan pembelajaran dengan teknik dikte, siswa mendengarkan wacana lisan, mengidentifikasi kata kunci dan berkelompok untuk merekronstruksi kembali wacana yang ditekankan. Teknik ini diperkenalkan pertama kali oleh Ruth Wajnryb (1990).22

Dalam teknik ini guru membacakan sebuah wacana singkat kepada siswa dengan kecepatan normal dan siswa diminta untuk menuliskan kata sebanyak yang mereka mampu. Kemudian mereka bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil untuk mengkonstruksi wacana dengan mendasarkan kepada serpihan-serpihan yang telah mereka tulis.23

Dalam penelitian ini, sebelum guru memperdengarkan cerita, guru menunjukkan gambar tentang alur cerita yang akan didengarkan oleh siswa. Hal ini berfungsi untuk membawa siswa ke dalam suasana cerita yang akan didengar dan siswa bisa memprediksi isi cerita yang akan didengar. Kemudian siswa menyimak cerita dari rekaman dan mencatat

22

Iwik Pratiwi, Penggunaan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Pembelajaran Bahasa Inggris, (Malang: Dinas Pendidikan kota Malang SMK N 2 Malang, 2011) 7

23

Azies dan Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remja Rosdakarya, 1996), 85.


(41)

pokok-pokok penting dari cerita yang didengar, kemudian siswa berkelompok kecil untuk menyatukan (melengkapi) catatan mereka yang kemudian bisa digunakan untuk panduan saat mengerjakan lembar kerja dari guru.

3. Tahap-tahap Teknik Dictogloss

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam teknik dictogloss:24

1. Persiapan. Guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi teks yang akan siswa dengar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan gambar stimulus, dengan membahas kosakata, dengan meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan dengan meyakinkan siswa ada pada kelompok yang sesuai.

2. Dikte. Siswa mendengarkan selama dua kali. Pertama mereka hanya mendengar dan mendapatkan gambaran umum teks tersebut. Kedua, siswa membuat catatan, dengan dimotivasi hanya untuk mencatat kata-kata isi yang nantinya akan membantu siswa merekonstruksi teks.

3. Rekonstruksi. Pada akhir dikte, siswa mengumpulkan catatan-catatan dan menyusun kembali teks versi mereka. Selama tahap ini guru tidak memberikan masukan bahasa pada siswa.

4. Analisis dan Koreksi. Ada beberapa cara untuk menangani tahap ini. Pertama, setiap teks versi siswa bis ditulis pada papan tulis atau

24


(42)

ditayangkan melalui proyektor. Kedua, teks bisa diperbanyak dan dibagi-bagikan kepada semua siswa. Ketiga, siswa bisa membandingkan versi mereka dengan teks asli, kalimat demi kalimat. 4. Kelebihan dan Kekurangan teknik Dictogloss25

Teknik dictogloss bisa menjadi jembatan yang berguna antara menyimak bottom up dan top down. Pertama, siswa mengetahui bagaimana mengenali unsur-unsur individual dalam teks (strategi bottom up). Kedua, selama diskusi kelompok kecil, beberapa atau semua strategi

top down mungkin disertakan. Pada strategi ini, siswa akan

mengintergrasikan pengetahuan “dalam kepala” atau background

knowledge mereka. Dengan teknik dictogloss siswa mampu:

1) Membuat prediksi-prediksi

2) Membuat interferensi-interferensi hal-hal yang tidak ada dalam teks 3) Akan mengenali topik teks

4) Akan mengenali jenis teks (apakah naratif, deskriptif, anekdot, dan sebagainya)

5) Akan mengenali berbagai jenis hubungan semantik di dalam kelas Dengan demikian, teknik dictogloss mampu memanfaatkan prinsip bahwa dua kepala selalu lebih baik daripada satu kepala. Siswa mampu

25

Azies dan Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remja Rosdakarya, 1996), 85.


(43)

mengumpulkan dan memanfaatkan sumber-sumber, bahkan siswa akan mampu melakukan sesuatu di atas kompetensi mereka yang sebenarnya.

Adapun kekurangan dari teknik dictogloss yaitu:

a. Cenderung verbalisme, karena semua informasi yang disajikan melalui suara, sehingga sulit untuk menyajikan materi yang bersifat teknis, praktek dan eksak.

b. Kurangnya pengadaan media, karena dalam teknik dictogloss ini memerlukan media yang baik dan tepat

c. Kurangnya waktu yang tersedia, karena dalam teknik ini memerlukan waktu yang cukup lama.


(44)

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi diri melalui tindakan nyata dalam situasi yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperbaiki proses dan pemahaman tentang praktik-praktik pendidikan secara utuh, mengembangkan kemampuan profesional, dan meningkatkan hasil kegiatan.1

Penggunaan jenis penelitian tindakan kelas dimaksudkan agar masalah yang telah ditemukan di dalam kelas yaitu rendahnya keterampilan menyimak cerita siswa kelas V dari KKM yang telah ditetetapkan dapat dipecahkan dengan menggunakan teknik Dictogloss sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model Kurt Lewin. Penelitian tindakan kelas ini terbagi atas empat langkah yang terdiri dari (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) aksi atau tindakan (acting), observasi (observing). Hubungan keempat tahapan

1

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 34.


(45)

tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan dalam bentuk spiral sebagai berikut:

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kurt Lewin

Berdasarkan gambar di atas, adapun penjelasan alur penelitian sebagai berikut:

Identifikasi Masalah

Observasi

(Observing)

Perencanaan (Planning)

Refleksi (Reflecting) Tindakan

(Acting)

Perencanaan Ulang

Siklus I


(46)

1. Menyusun perencanaan (Planning). Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2) mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, (3) mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (Acting). Pada tahap ini yaitu melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Melaksanakan pengamatan (Observing). Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah (1) mengamati perilaku peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar peserta didkk dalam kelompok, (3) mengamati pemhaman setiap peserta didik terhadap penguasaan materi pelajaran yanng telah dirancang sesuai tujuan PTK.

4. Melakukan refleksi (Reflecting). Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah (1) mencatat hasil observasi, (2) mengevaluasi hsil observasi, (3) menganalisis hasil pembelajaran, (4) mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian


(47)

Nama sekolah yang dilakukan penelitian yaitu MI Nurul Huda 1 Kepatihan, yang terletak di Desa Kepatihan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pembelajaran 2016/2017. Penentuan waktu penelitian disesuaikan dengan kalender pendidikan sekolah.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 27 siswa. Laki-laki berjumlah 11 siswa dan perempuan berjumlah 16 siswa. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, subjek penelitian memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda.

Mata pelajaran yang menjadi objek penelitian adalah mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V dengan materi menyimak cerita rakyat.

C. Variabel yang diteliti

Variabel merupakan segala sesuatu yang dijadikan objek dalam penelitian.2 Variabel-variabel yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diadapi yaitu:

1. Variabel input : Siswa kelas V MI Nurul Huda 1Kepatihan

2


(48)

2. Variabel proses : Yaitu pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik dictogloss

3. Variabel output : Peningkatan keterampilan menyimak cerita. D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklusnya terdiri atas beberapa rangkaian kegiatan utama, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaannya dimulai dari siklus pertama terdiri dari empat kegiatan tersebut. Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, maka peneliti menentukan rancangan siklus berikutnya untuk menguatkan hasil.

1. Pra Siklus

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu mengidentifikasi masalah dengan melakukan pengamatan/observasi pada pembelajaran menyimak cerita sebelum adanya teknik dictogloss dan melakukan wawancara terhadap guru bahasa Indonesia kelas V yaitu bapak Siswanto, S.Pd.

2. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut:


(49)

Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan teknik dictogloss pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menyimak cerita.

2) Menyiapkan media dan sumber belajar

Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar tentang materi menyimak cerita. Sumber belajar dari buku paket siswa dan lembar kerja siswa.

3) Merancang instrumen penelitian

Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan aktivitas guru.

4) Merancang alat evaluasi

Alat evaluasi berupa tes dan non tes merupakan lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa sesuai tugas yang tercantum.

b. Aksi atau Tindakan (acting)

Tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini belangsung di dalam kelas. Hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan adalah harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirancang pada RPP. Hal ini dilakukan agar kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan tingkat keberhasilan dapat diketahui.


(50)

Pada siklus I kegiatan dilaksanakan dengan durasi waktu 2x35 menit. Jika pada siklus I sudah diketahui keberhasilan dan hambatannya maka akan dilanjutkan pada siklus II untuk menguatkan hasil dan jika semua indikator keberhasilan sudah tercapai, maka siklus akan diakhiri.

Adapun rincian rencana pelaksanaan pembelajarannya meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Tabel 3.1 Prosedur Siklus I

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Pendahuluan

 Guru mengucapkan salam

 Guru bersama siswa berdoa sebelum belajar

 Guru menanyakan kabar siswa  Guru mengecek kehadiran siswa  Guru melakukan apersepsi dengan

bercerita singkat tentang pengalamannya kemarin

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

10 menit

Inti

Eksplorasi:

Guru memberi penjelasan tentang materi cerita rakyat dan unsur-unsur instinsiknya

Guru menunjukkan gambar tentang alur cerita yang akan didengar siswa (siswa bisa memprediksi isi cerita)

Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil (1 kelompok 4 siswa)

Guru membacakan / memutarkan rekaman cerita

Guru melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran


(51)

dengan mencatatan pokok-pokok kata yang penting dalam cerita Elaborasi:

 Setiap siswa menunjukkan hasil catatannya masing-masing pada kelompoknya

Siswa melengkapi cacatan mereka yang kurang dari temannya

Guru membagikan lembar kerja kepada siswa

Siswa menjawab lembar kerja secara individu dengan bantuan catatan siswa masing-masing Konfirmasi:

Guru menunjuk perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasilnya Guru meminta siswa lain untuk

menanggapi siswa yang presentasi  Guru memberi penguatan dari hasil

presentasi siswa

Penutup

 Guru mengecek pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan tentang materi yang sudah dibahas  Guru memberi penguatan dengan

menyimpulkan materi apa yang telah

 Guru dan siswa berdo’a untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

10 menit

c. Observasi (observing)

Peneliti melakukan pengamatan atau merekam data mengenai sikap dan perilaku siswa saat proses kegiatan belajar, kegiatan diskusi dalam kelompok dan mengamati proses keterampilan siswa dalam menyimak cerita dengan menggunakan teknik dictogloss.


(52)

d. Refleksi (reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa pada siklus I. Keberhasilan pada siklus I dipertahankan sedangkan kekurangan pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Hasil analisis digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya. 3. Siklus II

a. Perencanaan (planning)

Membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

b. Aksi atau Tindakan (acting)

Melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia materi menyimak cerita dengan menggunakan teknik dictogloss sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I.

c. Observasi (observing)

Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II, memantau kegiatan diskusi siswa dalam menerangkan materi antar sesama teman dan mengamati tingkat kesukaran pemahaman masing-masing anak terhadap penugasan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK pada siklus II.


(53)

d. Refleksi (reflecting)

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II serta diskusi dengan guru yang lain untuk mengevaluasi dan membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita rakyat dengan menggunakan teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak setelah dilaksanakannya rangkaian kegiatan mulai dari siklus I sampai siklus II.

E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulannya 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh.3 Sumber dalam penelitian tindakan kelas ini, yakni:

a. Guru

Dari sumber data guru, untuk melihat tingkat keberhasilan, kegagalan, implementasi dari teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita.

b. Siswa

Dari sumber data siswa, untuk mendapatkan data mengenai hasil penerapan teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita.

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 107.


(54)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, tes dan non tes.

a) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara.4 Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dikelas.

Dalam penelitian ini, narasumber adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V yakni bapak Siswanto, S.Pd, sedangkan pewawancaranya adalah peneliti. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang masalah yang terjadi di kelas, berupa teknik, metode, strategi, dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

b) Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.5 Observasi digunakan untuk mendapatkan keterangan mengenai situasi dengan melihat

4

Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group, 2012), 71.

5


(55)

dan mendengar apa yang terjadi, kemudian semuanya dicatat dengan cermat. Arikunto menyatakan bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudaian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat.6

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran. Lembar observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang situasi kelas pada saat pembelajaran. Pada lembar observasi ini terdapat poin-poin aktivitas guru dan aktivitas siswa.

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar mupun elektronik.7 Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh dokumen yang dibutuhkan berupa keterangan dan hal-hal yang membuktikan adanya suatu kegiatan yang didokumentasikan.

6

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), 229

7


(56)

d) Tes dan Non Tes

Tes adalah alat/prosedur yang digunakan untuk mengetahui/mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok.8 Tes dilakukan terhadap siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik. Tes ini dilakukan untuk memperoleh data tentang keterampilan menyimak cerita siswa.

Non tes adalah penilaian hasil belajar melalui alat atau instrumen pengukuran bukan tes. Bentuk penilaian yang digunakan pada penelitian ini berupa penilaian produk dari hasil kerja/menulis cerita siswa (product assessment). Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut.

Penilaian non tes didapat dari hasil kerja siswa dalam menceritakan kembali isi cerita yang didengar sesuai dengan bahasa siswa dalam bentuk tulisan yang berupa produk.

Adapun kriteria dalam menuliskan kembali cerita yang didengar sebagai berikut:

8


(57)

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Menceritakan Kembali Isi Cerita yang didengar dalam Bentuk Tulisan

No. Aspek Kriteria Skor Keterangan 1. Kesesuaian isi

dengan cerita asli

Isi cerita yang ditulis sesuai dengan cerita asli

4 Sangat Baik:

Jika tulisan sesuai dengan isi cerita asli 3 Baik:

Jika terdapat 1-3 hal yang tidak sesuai dengan isi cerita asli

2 Cukup:

Jika terdapat 4-6 hal yang tidak sesuai dengan isi cerita asli

1 Kurang:

Jika terdapat >6 hal yang tidak sesuai dengan isi cerita asli

2. Kelengkapan dalam menuliskan Cerita Lengkap dalam menuliskan cerita

4 Sangat Baik:

J Jika cerita yang ditulis memunculkan semua point yang ada pada unsur instrinsik cerita (tema, tokoh/watak, latar, alur, dan amanat) 3 Baik:

Jika cerita yang ditulis memunculkan 4 point unsur instrinsik cerita. 2 Cukup:

Jika cerita yang ditulis memunculkan 3 point unsur instrinsik cerita. 1 Kurang:

Jika materi yang ditulis memunculkan 1-2 point unsur instrinsik cerita. 3. Ketepatan

penggunaan EYD

Menggunakan EYD dengan baik dan

4 Sangat Baik:

Jika dalam cerita yang ditulis tidak terdapat


(58)

benar kesalahan dalam penggunaan EYD .

3 Baik:

Jika dalam cerita yang ditulis memunculkan 1-5 kesalahan dalam penggunaan EYD.

2 Cukup:

Jika dalam cerita yang ditulis memunculkan 6-10 kesalahan dalam penggunaan EYD.

1 Kurang:

Jika dalam cerita yang ditulis memunculkan >10 kesalahan dalam penggunaan EYD.

Skor maksimal = 12 F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses menyusun, mengelola dan menganalisis data dari hasil penelitian dengan tujuan untuk menyederhanakan data menjadi bentuk yang lebih mudah dibaca dan berhasil tidaknya suatu penelitian.

Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus kegiatan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar yang didapat oleh siswa dalam melakukan


(59)

proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi menyimak cerita dengan menggunakan teknik dictogloss.

Pada setiap akhir siklus, penghitungan analisis dilakukan dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut:

a. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Analisis observasi guru dan siswa dihitung dengan menggunakan rumus:9

Nilai Akhir = � �� �ℎ�

� � � � x 100 ... (Rumus 3.1) Adapun tingkat keberhasilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dikategorikan sebagai berikut :10

Tabel 3.3

Kriteria Ketuntasan Nilai Observasi Guru dan Siswa Taraf Penguasaan Kualifikasi Nilai Huruf

90-100 Sangat Baik A

80-89 Baik B

65-79 Cukup C

55-64 Kurang D

< 55 Gagal E

b. Penilaian tes dan non tes

Untuk penilaian ketrampilan menyimak ini diperoleh dari hasil tes berupa soal uraian dan non tes berupa tulisan siswa dalam menceritakan kembali isi cerita tersebut. Adapun kriteria dalam

9

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 236.

10

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 82


(60)

menceritakan kembali cerita dalam bentuk tulisan yaitu kesesuaian isi, kelengkapan cerita dan penggunaan EYD. Setelah didapatkan kriteria dalam menilai hasil tulisan siswa dan untuk menganalisis hasil tes siswa dihitung dengan menggunakan rumus:11

Nilai = ∑ � �� �ℎ�

∑ � � � � x 100 ... (Rumus 3.2) Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa lalu dibagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Sudjana mengatakan bahwa untuk menghitung nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus:12

M = ∑�

∑ ... (Rumus 3.3) Keterangan:

M = Mean (Rata-rata hasil menyimak cerita) ∑x = Jumlah semua skor

∑N = Jumlah siswa

Selanjutnya, skor rata-rata yang diperoleh tersebut diklasifikasikan dalam sebuah predikat. Adapun kriteria tingkat keberhasilan nilai rata-rata kelas sebagi berikut:13

11

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2012), 238

12

Chabib Thoha, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo,2009), 94

13

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 82.


(61)

Tabel 3.4

Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Menyimak Cerita

Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-Rata Kriteria

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Sedang

21-40 Tidak Baik

≤20 Sangat Tidak Baik

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, seorang siswa dikatakan mencapai ketuntasan atau berhasil apabila telah mencapai nilai 75.

c. Persentase Ketuntasan

Persentase ketuntasan belajar siswa dalam mengukur keterampilan menyimak cerita siswa pada mata pelajaan bahasa Indonesia bisa dihitung dengan menggunkan rumus:14

P = � x 100% ... (Rumus 3.4)

Keterangan:

P = Presentase ketuntasan menyimak cerita F = Jumlah siswa yang tuntas

N = Jumlah seluruh siswa

Adapun kriteria ketuntasan ketuntasan/kelulusan belajar siswa secara keseluruhan dinyatakan sebagai berikut:15

14

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2010), 241.

15


(62)

Tabel 3.5

Kriteria Ketuntasan/Kelulusan Belajar Siswa Taraf Penguasaan Kualifikasi

91-100% Sangat Baik

81-90% Baik

71-80% Cukup

61-70% Kurang

< 60% Gagal

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas. Pembelajaran menyimak cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik telah ditetapkan KKM sebesar 75. Sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah siswa yang nilainya mencapai KKM dan nilai ketuntasan siswa mencapai 80%. Jika hasil belum memuaskan akan dilakukan siklus II begitu seterusnya. Siklus akan berhenti jika hasil siswa sudah memenuhi KKM dan presentase ketuntasan yaitu 80%.

Penelitian tindakan kelas dengan menerapkan teknik Dictoglloss untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik ini dinyatakan berhasil apabila telah mencapai indikator sebagai berikut:


(63)

1. Penelitian dipandang selesai apabila keterampilan menyimak siswa kelas V pada mata pelajaran bahasa Indonesia mencapai KKM 75. 2. Rata-rata keterampilan menyimak cerita siswa kelas V pada mata

pelajaran bahasa Indonesia mencapai ≥ 80 (Baik)

3. Persentase keberhasilan siswa yang mencapai KKM sebesar ≥ 80%.

H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan antara guru kelas sebagai guru pendamping dan mahasiswa sebagai peneliti. Tugas guru mendampingi peneliti dalam menerapkan teknik Dictogloss untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita. Adapun rincian tugas guru dan mahasiswa adalah sebagai berikut:

Guru bertugas

Nama : Siswanto, S.Pd

Jabatan : Guru kelas V (Guru bahasa Indonesia)

Tugas : Bertanggungjawab mengamati pelaksanaan penelitian, terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan kegiaan pembelajaran observasi, dan merefleksi pada tiap-tiap siklus.

Peneliti

Nama : Suci Anita NIM : D77213103


(64)

Tugas : Menyusun perencanaan pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, membuat lembar observasi, menilai instrumen penilaian siswa, menilai hasil tugas dan evaluasi akhir materi, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, melakukan diskusi dengan guru, dan menyusun laporan hasil penelitian.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan judul “Penerapan Teknik

Dictogloss untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik” ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun peajaran 2016/2017. Pada bab ini akan dipaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang telah didapatkan di lapangan.1

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam tiap siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari penelitian yang dilakukan, data yang diperoleh meliputi data hasil observasi aktivitas guru, data hasil observasi aktivitas siswa selama proses belajar mengajar, data hasil wawancara, penilaian tes dan non tes serta dokumentasi pada setiap siklus.

Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data hasil wawancara, data hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses belajar mengajar yang digunakan untuk mengetahui penerapan teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Sementara hasil penilaian tes dan non tes digunakan

1


(66)

untuk mengetahui hasil peningkatan keterampilan menyimak cerita setelah diterapkan teknik Dictogloss pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II.

1. Pra Siklus

Tahap pra siklus ini merupakan tahapan yang dilakukan penelti sebelum melakukan penelitian proses pembelajaran. Kegiatan pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang terjadi pada proses pembelajaran, baik itu kondisi kelas maupun daftar nilai hasil pembelajaran. Kegiatan pra siklus ini juga dilakukan untuk mengetahui hasil belajar sebelum dilakukan tindakan siklus I dalam proses pembelajaran.

Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 19 Oktober 2016 dengan mengadakan wawancara dan observasi. Setelah peneliti meminta izin dan dizinkan oleh Kepala Sekolah untuk mengadakan penelitian di MI Nurul Huda 1 kepatihan Gresik, peneliti melakukan wawancara dan observasi yang merujuk pada kelas V mata pelajaran bahasa Indonesia. Berikut hasil wawancara dengan bapak Siswanto, S.Pd selaku guru kelas sekaligus guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V.


(67)

Tabel 4.1

Hasil wawancara dengan guru kelas V2

No. Pertayaan Jawaban

1 Bagaimana minat dan motivasi siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?

Minat dan motivasi belajar siswa kelas V cukup baik.

2 Kendala apa yang dihadapi siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?

Untuk pembelajaran bahasa Indonesia, ada kendala yaitu

rendahnya keterampilan menyimak cerita.

3 Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

kendala-kendala tersebut?

Karena siswa kurang terbiasa, media pembelajaran yang kurang memadai, motivasi belajar siswa rendah dan dari latar belakang orang tua juga, yang pendidikannya rendah dan disbukkan dengan pekerjaan.

4 Apa yang dilakukan guru dalam mengatasi masalah tersebut?

Melakukan metode tanya jawab dengan menunjuk siswa agar tidak didominasi siswa tertentu saja.

5 Teknik apa yang biasanya digunakan guru dalam mengajar keterampilan menyimak cerita mata

pelajaran Bahasa Indonesia ?

Dalam menyimak cerita biasanya yang pertama saya lakukan yaitu menjelaskan kepada siswa tentang pengertian cerita dan unsur-unsur cerita, lalu saya bercerita kepada siswa. Kemudian saya menunjuk beberapa siswa dan saya beri pertanyaan. Dan yang terkhir siswa saya suruh untuk mengerjakan soal yang ada di

2

Siswanto, Guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V, wawancara, Kepatihan Gresik, 18 Oktober 2016


(68)

buku paket.

6 Bagaimana kriteria

keberhasilan keterampilan menyimak yang ingin dicapai?

Nilai siswa harus mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75.

7 Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran keterampilan menyimak cerita?

Cukup antusias

8 Apakah ada strategi atau metode khusus yang dugunakan untuk meningkatkan

keterampilan menyimak cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia? Apabila ada, bagaimana hasil dari strategi atau metode tersebut?

Selama ini saya menggunakan metode tanya jawab saja. Kemudian siswa saya suruh mengerjakan soal yang ada di buku paket

9 Buku atau sumber belajar apa yang digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran

keterampilan menyimak cerita mata pelajaran Bahasa Indonesia?

Buku paket Bahasa Indonesia untuk SD Kelas V

10 Apakah teknik pembelajaran Dictogloss

sesuai dengan pembelajaran Bahasa

Indonesia materi menyimak cerita?

Menurut saya cukup sesuai. Karena dengan teknik

Dictogloss siswa dapat aktif saat

menyimak cerita. Karena siswa didekte dan mencatat pokok-pokok penting. Menurut saya hal itu dapat memudahkan siswa untuk menjawab pertannyaan dan memahami isi cerita.

Selain dari hasil wawancara tersebut, peneliti juga melihat nilai hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V pra siklus dari data observasi.


(69)

Tabel 4.2 Nilai Pra Siklus Siswa

No Nama Siswa Nilai KKM Ket

1 AL 60 75 TT

2 ASZ 75 75 T

3 AI 80 75 T

4 ASF 75 75 T

5 BS 50 75 TT

6 ABF 50 75 TT

7 BSN 80 75 T

8 DA 60 75 TT

9 ER 75 75 T

10 HN 70 75 TT

11 HS 65 75 TT

12 ITR 80 75 T

13 KRA 75 75 T

14 LEA 60 75 TT

15 MRA 65 75 TT

16 MAS 50 75 TT

17 MDSR 50 75 TT

18 NAP 80 75 T

19 RAA 80 75 T

20 RA 75 75 T

21 SA 75 75 T

22 SFW 55 75 TT

23 TK 65 75 TT

24 TH 50 75 TT

25 ZAP 60 75 TT

26 RBP 70 75 TT

27 NS 80 75 T

Jumlah 1810

Rata-rata kelas 67

Presentase ketuntasan belajar

∑ Siswa yang tuntas belajar x 100 ∑ Jumlah siswa

x 100% = 44,44 %

Tabel 4.2 hasil pra siklus dapat disimpulkan masih mencapai hasil yang maksimal. Terbukti dari hasil nilai rata-rata pra siklus siswa


(70)

pada pelajaran Bahasa Indonesia masih 67, nilai ini masih dibawah standar ketuntasan yang ditetapkan oleh MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik yaitu 75. Siswa yang tuntas hanya 12 siswa sedangkan siswa yang tidak tuntas 15 sehingga dapat dihitung prosentase ketuntasan belajar adalah 44,44%. Dengan hasil tersebut dapat dijadikan pertimbangan siklus I.

2. Siklus I

Siklus pertama pada penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu 07 Januari 2017 dalam satu kali pertemuan dengan waktu 2 x 35 menit. Siklus I terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi

(reflecting) yang diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti berdiskusi dengan guru terkait dengan permasalahan yang muncul dan menyepakati penerapan teknik Dictogloss sebagai alternatif pemecahan masalah pada pembelajaran siklus I, hal ini dikarenakan hasil belajar siswa pada pembelajaran sebelumnya belum maksimal karena nilai siswa masih belum mencapai KKM.

Adapun persiapan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:


(71)

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia materi cerita

2) Menyiapkan media dan sumber belajar yang akan digunakan, seperti buku ataupun lembar kerja siswa.

3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa 4) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru. b. Pelaksanaan (Acting)

Siklus I dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 07 Januari 2017 di kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik.

Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengajar dan memberikan treatment pada siswa kelas V berupa teknik Dictogloss. Sementara guru kelas V bertugas sebagai observer, untuk mengobservasi kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dan siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Keputusan ini merupakan kebijakan dari sekolah bahwa peneliti yang bertindak sebagai guru dalam melaksanakan siklus I dan II.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengacu pada RPP yang sudah dirancang sebelumnya dengan menerapkan teknik


(72)

Dictogloss. Adapun rincian kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Kegiatan awal berjalan selama 10 menit. Sebelum melakukan kegiatan awal, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan ruang pembelajaran dan mempersiapkan siswa sehingga siap untuk mengikuti pembeljaran, kegiatan ini termasuk dalam pra pembelajaran. Setelah peserta didik siap, maka guru mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Setelah itu guru melanjutkan dengan menanyakan kabar siswa lalu melakukan apersepsi dengan bercerita singkat tentang pengalaman yang pernah dialami oleh guru. Pembelajaran diawali dengan pokok bahasan mengenai apersepsi yang sudah dilakukan oleh guru dengan pertanyaan sebagai berikut; “Apa yang dilakukan bu guru tadi?” Salah satu siswa menjawab; “Bercerita tentang pengalaman ibu kemarin”. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan inti berlangsung selama 50 menit, diawali dengan guru menjelaskan tentang materi cerita dengan cara menyimak, guru menjelaskan pengertian cerita, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan seputar unsur-unsur instrinsik. Apabila siswa kurang menguasai materi, maka guru menjelaskan kembali bahawa dalam cerita


(73)

terdapat lima unsur instrinsik yang membangun sebuah cerita antara lain: tema, penokohan, alur, latar, dan amanat.

Selanjutnya guru mendemonstrasikan tentang teknik

Dictogloss. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil, satu

kelompok terdiri dari empat siswa. Setelah itu guru bersama siswa menyimak cerita yang diperdengarkan oleh guru. Saat menyimak cerita, masing-masing siswa mencatat pokok-pokok penting yang didengar dalam cerita. Setelah selesai menyimak dan setiap siswa sudah mempunyai catatannya masing-masing, siswa menunjukkan hasil catatannya tersebut pada kelompoknya untuk mengoreksi ataupun melengkapi catatan mereka yang dirasa masih kurang lengkap agar untuk dilengkapi kembali. Setelah selesai, guru membagikan lembar kerja siswa secra individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang cerita yang telah didengar dengan bantuan catatan siswa masing-masing. Kemudian guru menunjuk perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. Lalu, guru menunjuk siswa yang lain untuk memberi tanggapan pada siswa yang presentasi serta guru memberikan penguatan terhadap hasil presentasi siswa. Setelah itu guru memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa dengan memberikan hadiah pada siswa yang presentasi dan memberikan tepuk tangan.


(74)

Kegiatan akhir berlangsung selama 10 menit. Sebagai penutup guru melakukan refleksi dengan bertanya jawab kepada siswa tentang pembelajaran hari ini. Selain itu guru juga meminta salah satu siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Selanjutnya guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa bersama-sama dan mengucapkan salam sebagai penutup.

Gambar 4.1

Siswa mendengarkan cerita dan mencatat pokok penting

c. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan pada siklus I selama proses pembelajaran menyimak cerita dengan menerapkan teknik Dictogloss dilakukan oleh bapak Siswanto, S.Pd selaku guru kelas V sekaligus guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V MI Nurul Huda 1 kepatihan Gresik.


(75)

Berikut ini akan dibahas tentang hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan teknik Dictogloss.

1) Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Indikator / Aspek Yang Diamati Skor 1 2 3 4 Kegiatan Pendahuluan

1. Guru memberi salam √

2. Guru menanya kabar siswa

3. Guru memberikan apersepsi

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

√ Kegiatan Inti

5. Guru menjelaskan materi tentang cerita dan unsur instriksinya

√ 6. Guru membentuk kelompok kecil (1

kelompok 4 siswa)

√ 7. Guru bercerita (memutarkan cerita)

8. Guru membagikan lembar kerja √

9. Guru meminta siswa mengerjakan lembar kerja

√ 10. Guru menunjuk perwakilan siswa

untuk membacakan hasil kerjanya

√ 11. Guru menjelaskan dan memberikan

penguatan pada hasil jawaban siswa √ 12. Guru memberikan apresiasi terhadap

hasil kerja siswa dengan memberikan tepuk tangan

√ Kegiatan Penutup

13. Guru menunjuk siswa menyimpulkan


(76)

Adapun hasil observasi aktivitas guru akan dijelaskan penilaiannya terhadap masing-masing aspek yang diamati pada pelaksanaan siklus I, diantaranya sebagai berikut:

a) Aspek pengamatan yang mendapat skor 4 karena dapat dilakukan sesuai perencanaan, efektif dan tepat waktu, meliputi guru dan siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai, guru membagikan lembar kerja siswa, dan guru mengajak siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran serta guru mengucapkan salam untuk menutup pembelajaran.

b) Aspek pengamatan yang mendapat skor 3 karena dapat dilakukan sesuai perencanaan, namun kurang efektif, dan tidak tepat waktu, meliputi guru menanyakan kabar siswa dan memberi apersepsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan materi tentang cerita dan unsur instrinsiknya, guru membentuk kelompok kecil terhadap siswa dan memutarkan cerita, guru meminta siswa mengerjakan lembar 14. Guru memberikan penguatan

15. Guru mengajak siswa berdo’a

16. Guru mengucapkan salam penutup

Jumlah Skor 52

Nilai Akhir = S Pe e a


(1)

Sedangkan peningkatan ketuntasan keterampilan menyimak cerita siswa dapat dilihat pada data berikut ini:

Diagram 4.3

Hasil Ketuntasan Keterampilan Menyimak

Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan keterampilan menyimak cerita siswa meningkat pada setiap siklusnya. Pada pra siklus prosentase ketuntasan yang diperoleh sebanyak 44,44%, pada siklus I prosentase ketuntasan meningkat menjadi 70,37% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 85,18%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik dictogloss dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V MI Nurul Huda 1 kepatihan Gresik, dan penelitian yang dilakukan telah berhasil karena mencapai indikator yang telah ditentukan, sehingga penelitian dirasa cukup sampai dengan siiklus II.

44,44%

70,37%

85,18%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penilitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan menyimak cerita mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum diterapkan teknik dictogloss pada siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik masih tergolong rendah. Terbukti dari hasil nilai rata-rata siswa menyimak siswa masih 67, nilai ini masih dibawah standar ketuntasan yang ditetapkan oleh MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik yaitu 75. Siswa yang tuntas hanya 12 siswa sedangkan siswa yang tidak tuntas 15 sehingga dapat dihitung prosentase ketuntasan belajar adalah 44,44%. Adapun faktor yang menyebabkan rendahnya nilai siswa antara lain yaitu rendahnya minat dan motivasi belajar siswa, siswa kurang terbiasa dalam menyimak cerita dan pembelajaran menyimak dilakukan secara monoton, tidak mengaktifkan siswa hanya berpacu pada buku teks siswa.

2. Penerapan teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus I penerapan masih belum maksimal dikarenakan hasil observasi aktivitas siswa masih dalam kategori cukup (C) dengan nilai 78,33 meskipun aktivitas guru sudah dalam kategori baik


(3)

(B) dengan nilai 81,25. Kekurangan yang ada pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Hasil observasi aktivitas siswa meningkat menjadi kategori baik (B) dengan nilai 86,66 dan hasil aktivitas guru juga meningkat menjadi kategori sangat baik (SB) dengan nilai 90,62.

3. Peningkatan keterampilan menyimak cerita siswa pada mata pelajaran bahasa Indensia dengan meneraapkatn teknik dictogloss pada siswa kelas V MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik dapat dilihat dari nilai rata-rata dan prosentase pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebanyak 73,74 (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi 81 (sangat baik). Sedangkan untuk prosentase ketuntasan belajar siswa, pada siklus I diperoleh 70,37% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85,18%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan teknik dictogloss dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru hendaknya memberikan motivasi belajar kepada siswa dan menggunakan teknik dan metode pembelajaran yang bervariatif, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Salah satunya dengan teknik dictogloss bisa menjadi referensi dalam pembelajaran menyimak cerita, karena teknik tersebut bisa membuat siswa aktif dan tidak hanya


(4)

101

pasif saat mendengarkan cerita. Selain itu guru hendaknya memahami karakteristik setiap siswa, agar dalam kegiatan pembelajaran guru dapat membimbing siswa untuk selalu disiplin dalam mengerjakan tugasnya. 2. Bagi Sekolah

Lembaga pendidikan atau sekolah hendaknya mendukung para guru dalam mengembangkan metode pembelajaran yang diterapkan. Salah satunya yaitu dengan memberikan fasilitas pembelajaran yang diperlukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus . 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: Refika Aditama)

Ainin, M. Dkk. 2006. Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: MISYKAT)

Arifin, Zainal. 2012 Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta)

Azies dan Alwasilah. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remja Rosdakarya)

Aziz, Abdul dan Abdul Majid. 2013. Mendidik dengan Cerita, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Ela Suryani. 2014. Penggunaan Teknik Dictogloss untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Karangtalu, Skripsi, (Surakarta: PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Henry Guntur Tarigan. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa)

Hermawan, Acep. 2008. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

http://guruketerampilan.blogspot.co.id/2013/05/pengertianketerampilan.htmml, https://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek

Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group)

Iskndarwassid dan Dandang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)


(6)

Muhammad Alex Wahyu Wibowo. 2012. Penerapan Teknik Dictogloss untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Negeri, Skripsi, (Semarang : Bahasa Asing Universitas Negeri Semarang) Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan, (Semarang: Pustaka Pelajar)

Ngalimun. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo)

Peraturan Menteri Agama RI nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi bahasa Indonesia

Pratiwi, Iwik. 2011. Penggunaan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada Pembelajaran Bahasa Inggris, (Malang: Dinas Pendidikan kota Malang SMK N 2 Malang)

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Rini Pratiwi Astuti. 2012. Evektivitas Teknik Dictogloss dalam Pembelajaran menyimak Informasi (Penelitian Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Bandung, Skripsi, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia) Rosdiana, Yusi dkk. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD, (Jakarta:

Universitas Terbuka)

Syaodih S, Nana. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Thoha, Chabib. 2009. Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo)

Upheksa, Ellen. 2013. Peningkatan Keterampilan Menymak Melalui Metode Bercerita pada Anak Kelompok B2 TK Islam Darul Muttaqin Kecamatan Purworejo Kabupupaten Purworejo, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta)

Zulela. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN TEKNIK DICTOGLOSS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA MATA Penggunaan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD N 2 Karangtalun Tahun 2013

0 2 18

PENDAHULUAN Penggunaan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD N 2 Karangtalun Tahun 2013/2014.

0 1 8

PENGGUNAAN TEKNIK DICTOGLOSS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA MATA Penggunaan Teknik Dictogloss Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD N 2 Karangtalun Tahun 2013

0 1 13

PENERAPAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA Penerapan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bagi Peserta Didik Kelas V Mi Sudirman Kaliboto

0 3 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Melalui Teknik Paired Storytelling Dengan Media Audiovisual Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V S

0 0 16

Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat dengan Teknik Skimming Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V MI Asasul Huda Randegan Tanggulangin Sidoarjo.

0 1 99

Penerapan Media Pop-up dan Wayang-wayangan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Kisah Tsa’labah MI Nurul Huda 1 Kepatihan Gresik.

1 2 120

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DEBAT PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL AKHLAQ GRESIK.

0 0 128

PENGGUNAAN MEDIA KANTONG PINTAR BAHASA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI DARUS SALAM GRESIK.

3 7 135