SYARIAT AGAMA ISLAM ITU MUDAH (KAJIAN HADIS DALAM SUNAN AL-NASA’I NO INDEKS: 5034).

SYARIAT AGAMA ISLAM ITU MUDAH
(Kajian Hadis dalam Sunan al-Nasa>’i> No Indeks: 5034)

Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:
TAKWALLO
NIM: E83212115

JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Nama: Takwallo
Nim: E83212115
Judul: SYARIAT AGAMA ISLAM ITU MUDAH (Kajian Hadis dalam Sunan

al-Nasa>’i> No Indeks: 5034)
Kata kunci : Syariat agama Islam itu mudah.
Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena bahwa
adanya keberagaman umat Islam di Indonesia dalam memahami syariat Islam
sehingga muncul kelompok Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan
lainnya. Dari keberagaman pemahaman yang tidak diiringi sifat toleransi
seringkali mengakibatkan timbulnya konflik antar umat beragama. Sehingga
penulis merasa perlu untuk mengangkat hadis riwayat al-Nasa>’i tentang syariat
agama Islam itu mudah. Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah 1.
Bagaimana kualitas hadis? 2. Bagaimana kehujjahan hadis? 3. Bagaimana
pemaknaan hadis?. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui kualitas hadis, kehujjahan hadis dan pemaknaan hadis.
Dalam kajian ini mengunakan metode takhrij al-h}adi>th, ma‘a>n al-h}adi>th,
naqd al-sanad, naqd al-matn, dan i‘tiba>r. Takhri>j al-h}adi>th digunakan untuk
mengetahui letak hadis dalam kitab-kitab hadis. Ma’anil al-h}adi>th digunakan
untuk mengetahui makna atau kandungan dari hadis. Naqd al-sanad dan matn
digunakan untuk mengetaui kualitas sanad dan matan hadis. Sedangkan i‘tiba>r
digunakan untuk mengetahui adanya sha>hid dan muttabi‘.
Setelah penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan beberapa
metode di atas, akhirnya dapat disimpulan bahwa: 1). Kualitas hadis tentang

syariat agama Islam itu mudah dalam kitab al-Nasa>’i> adalah hasan li dha>t}ih dan
karena memperoleh dukungan dari jalur lain yakni jalur Imam Bukhari maka
setatus hadis Imam al-Nasa>’i> terangkat menjadi s}ahi>h li ghairih dan ma‘mu>l bih
dan hadis tersebut bisa dijadikan rujukan atau hujjah. 2) Hadis ini menjelaskan
bahwa syariat agama Islam itu memang syariat agama yang mudah difahami dan
mudah diamalkan.

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ..................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
BABI: PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah ................................................6
C. Rumusan Masalah ........................................................................................7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7
E. Kegunaan Penelitian ....................................................................................8
F. Penegasan Judul ...........................................................................................8
Xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiv

G. Kajian Pustaka .............................................................................................9
H. Metodologi Penelitian .................................................................................11
I. Sistematika Pembahasan .............................................................................13
BAB II: PENGERTIAN SYARIAT ISLAM DAN METODOLOGI PENELITIAN

HADIS..................................................................................................... 15
A. Definisi Syariat, Islam danYusra> (Mudah).................................................15
B. Pengertian Hadis dan Klasifikasinya ...........................................................19
C. Kritik Hadis .................................................................................................29
D. Metode al-Jarhu Wa al-Ta’dil .....................................................................37
E. Kehujahan Hadis .........................................................................................40
F. Pemaknaan Hadis .........................................................................................42
BAB III: IMAM AL-NASA’i> ..............................................................................45
B. Kitab Sunan al-Nasa>’i>..................................................................................49
C. Komentar Ulama terhadap al-Nasa>’i> dan kitab sunannya ..........................51
D. Hadis Tentang Syariat Agama Islam itu Mudah........................................ 53
E. Takhrij Hadis Tentang Syariat Islam itu Mudah ........................................55
F. I‘tibar dan Biografi Rawi Hadis .................................................................56
BAB IV: ANALISIS DAN PEMAKNAAN HADIS........................................... 73
A. Kualitas Hadis tentang Syariat Islam Itu Mudah ...................................74
B. Kehujjahan Hadis ....................................................................................90

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xv


C. Pemaknaan Hadis ....................................................................................90
BAB V: PENUTUP............................................................................................. 94
A. Kesimpulan ............................................................................................94
B. Saran-Saran .............................................................................................95
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 100

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena agama dalam kehidupan manusia merupakan unsur yang
sangat urgen. Sejak awal kebudanyaan manusia, agama dan kehidupan beragama
telah menjelajah dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari
semua perilakunya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang
dari adanya rasa ketergantungan manusia itu sendiri kepada kekuatan gaib
yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan. Akan tetapai ‚apa‛ dan ‚siapa‛

kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan dan bagaimana
cara berkomunikasi serta memohon perlindungan itu, mereka tidak tahu. Mereka
hanya merasakan adanya dan kebutuhan akan bantuan dan perlindungan dari
kekuatan gaib itu. Hal itu sanghatlah wajar dirasakan oleh setiap manusia karena
sudah merupakan fitrah manusia, yang nantinya akan mendorong akan
timbulnya perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan
pembawaan dari kehidupan manusia atau dengan istilah lain merupakan fitrah
manusia.1
Kembali pada pengertian agama, yang mana agama berasal dari bahasa
sanskerta yang berarti ‚tidak pergi, tetap ditempat, atau diwarisi turun-temurun,
adapun

kata

din (dalam bahasa arab) mengandung arti menguasai,

1

Muhaimin dkk, Studi Islam dalam Ragam Demensi dan Pendekatan (Jakarta: Kencana,
2012) 25.


1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

menundukkan, patuh, utang, balasan, atau kebiasaan. Sedangkan dalam segi
istilah agama merupakan hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap suci,
kudus, atau ilahi, disebut agama. Biasanya agama dikaitkan dengan hubungan
manusia dengan Tuhan, dewa atau roh.2
Dalam sebuah agama tentu ada atuan-atuan yang harus dipatuhi, dalam
Islam itu lebih dikenal dengan sebutan ‚Syariat‛ dan syariat sendiri memiliki
arti segala hal yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-Qur’an dan sunnah. Semula kata syariat
ini memiliki arti jalan menuju kesumber air, yakni jalan kearah sumber pokok
kehidupan. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 48:
‚…Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang…‛ penggunaan kata syariat sendiri Allah telah menyebutkan dalam surat
ke-45 ayat 18:

3

ٔٛ ‫ُِ َج َ ْلَا َ ََى َ ِ َ ٍ ِّم َي ْاا َْم ِ فَاتِِ ْ َ ا َوَ تَِِْ ْ أَ ْ َاء ااِ ِذ َي َ َْ ْ َ ُ َو‬

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Ayat ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud syariat adalah segala
tuntunan yang diberikan Allah SWT dan Rasul-nya melalui perkataan,
perbuatan, dan taqrir (ketetapannya). Tuntunan itu menyangkut baik hubungan
yang terkait masalah akidah, maupun hukum perseorangan, hubungan manusia

2

Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, Vol. 1 (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,
2005)88.
3
al-Qur’an dan Terjemah, 45:18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


3

dengan khalik, hubungan manusia dengan sesamanya.4
Syariat agama Islam sudah menjadi keniscaian tersendiri bagi
pemeluknya, ajarannya yang mudah dijalankan, hal itu terbukti ketika
menbandingkan syariat agama-agama sebelumnya, dimana Allah telah
menghilangkan kesulitan-kesulitan, seperti yang telah dibebankan pada umatumat terdahulu. Sebagai contoh: cara bertaubat umat terdahulu adalah dengan
cara bunuh diri atau minta dibunuh5. Berbeda sekakali dengan syariat agama
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ini, cara bertaubatnya hanya dengan
cara meninggalkan perbuatan tersebut dan menyesalinya serta bertekat untuk
tidak mengulanginya, dan juga ketika membersikan pakaian yang terkena najis
hanya dengan cara menbersikan benda najisnya dari pakaian tersebut dengan
mengilangkan bentuk, rasa, dan bau dari najis tersebut.
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar terlibat secara
aktif dalam memecahkan berbagai persoalan ummat manusia. Agama tidak
boleh hanya sekedar menjadi lambang keshalehan (kesucian) atau berhenti
sekedar disampaikan dalam ceramah-ceramah orasi dimembar yang tidak
bertanggung jawab, melainkan agama harus secara konsepsional menunjukkan
cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah sehingga keyakinan

terhadap agama (Islam) sebagai agama yang Ro>hmatal Li al-Alifah Fi> al-Ard atau pemimpin
dibumi, yang mana seorang pemimpin ini harus mampu mensejahterakan apa
yang dipimpin, bukan cuma sok-hebat atau sok-gagah tetapi seorang pemimpin
memang harus betul-betul mampu membingbing apa yang dipimpin kearah yang
lebih baik dan dibenarkan oleh agama. Oleh karena itu perlu adanya
pengetahuan (ilmu) yang cukup luas yang mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk atau mana yang kha>q (benar) dan mana yang batil (salah)
Karena sejatinya hal itu sudah menjadi tugas manusia sebagai Kha>lifah Fi al-

Ard, dan setelah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
maka tidak boleh dicampu adukkan kembali dan juga tidak boleh
menyembunyikan kebenaran karena itu sudah perintah Allah Swt dalam
fimannya:

ٕٗ ‫ااَ ِ َوأَنُ ْ تَْ ْ َ ُ َو‬
ْ ْ‫َو َ تَْ ِْ ُ ا‬
ْ ْ‫ااَ ِ ِااَْا ِ ِ َوتَ ْ ُ ُ ا‬
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.6


Begitu juga dengan sabdah Nabi Saw yang diriwayatkan dari Nu’am
ibn Basyar dan dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan No.18284 sebagai berikut:

ْ ‫م َو‬
ْ ‫ااُ ََْ ِي َو َ ِ َ َْ ُ ُو إِ ِو‬
ِ ‫ااِ َ ِى‬
ِ ‫َ ُ َو‬
َ ‫اا‬
ٌ َ َِ‫م َوَْْْلَْ ُ َ ا ُم ْل‬
ٌ َِّْ ‫ااََ َاا‬
ٌ َِّْ ‫ااَ َ َو‬
ِ ْ ‫ِاا فَ ي اتِْ َ ى اا ُل‬
ِ ِ
‫ااََ َاا‬
ْ َ َ ‫اا ا ْ ََْْأَ فِ ِي اِ ِد لِ ِي َو ِ ْ ِض ِي َوَم ْي َوا َْ َ َ ا َوا‬
َُ
ْ َ ِ ‫َا ٌ م ْي اال‬
ْ ‫َْ ْ َى َ ْ َو‬
ِ ‫ااِ َ ى ُ ِ ُ أَ ْو َْ ْتَ َ فِ ِي أََ َوإِ ِو اِ ُ ِّ َمِ ٍ ِ ًى َوإِ ِو ِ َى‬
ََ‫ااِ َما َ ِ َا أ‬

6

ِ
ُ ْ َ ‫َو‬
‫َْ ْ َ ُ َ ا‬
ِ ‫َاااِا‬

al-Qur’a>n dan Terjemah 02:42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

ِ
ِ ْ‫اان‬
ُ
ِ ِ ِ
‫ب‬
ْ ‫او ُم ْ َ ً إِذَا َ ُ َ ْ َ ُ َح ا َْ َ ُد ُاُيُ َوإِذَا فَ َ َد‬
ُ ْ َ ْ‫ا فَ َ َد ا َْ َ ُد ُا يُ أََ َو َ اا‬
َ ْ ‫َوإ ِو‬
7
Dan aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang halal itu
jelas dan yang haram itu jelas, sedangkan di antara keduanya adalah hal-hal syubhat
yang tidak diketahui banyak orang. Siapa saja yang dapat memelihara dirinya dari
perkara-perkara syubhat, berarti dia telah menjaga kehormatan dan agamanya,
sedangkan siapa yang terjerumus dalam syubhat, berarti dia telah terjerumus dalam
perbuatan haram, layaknya seorang penggembala yang mengembala di sekitar daerah
terlarang, kemudian dia nyaris masuk ke dalamnya. Sesungguhnya setiap raja itu
memiliki daerah terlarang, dan sesungguhnya daerah larangan Allah adalah hal-hal
yang diharamkannya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad manusia itu terdapat
segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasadnya akan baik pula, jika ia rusak
maka seluruh jasadnya pun akan rusak. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati.

Ayat dan hadis diatas mengajarkan kepada umat beragama bagaimana
berperilaku didunia untuk bisa membedakan mana yang benar (haq) dan harus
dikerjakan dan mana yang salah (batil) yang harus ditinggalkan, serta nabi Saw.
Menegaskan bahwasanya yang halal sudah jelas dan yang haram sudah jelas,
namun seringkali manusia mencondongkan diri kepada perkara yang syubhad
atau yang tidak jelas mana yang halal dan mana yang haram, hal itu
disebabkan kurangnya nilai moral agama dalam dirinya, sehingga tidak jarang
di temui dilingkungan sekitar umat beragama yang melakukan hal yang tidak
dibenarkan oleh agama itu sendiri seperti perbuatan korupsi, manipulasi,
penipuan, kekerasan, pembunuhan dan lain sebagainya, dan mereka tidak sadar
kalau perbuatan itu bisa menudai terhadap citra agama sehingga agama mulai
dijahui.
Sedangkan Nabi Muhammad Saw sendiri telah bersabda, kalau syariat
agama Islam itu mudah namun tidak untuk dipermudah (mempermainkan

7

Imam Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Al-Musna>d, vol, 14 (al-Qa>hirah: Dar alH}adi>th,1416H/1995M) 154.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

hukum) sebagamana sabdah Nabi Saw. yang diriwayatkan Imam al-Nasa>’i dari
Abu> Hura>irah:

‫او‬
َ َ ٍ ِ‫أَ ْ ََْنَا أَُ َ ْ ِ ْ ُي نَاف‬
َ َ ََْْ َ ُ َِ‫او َ ِد َْلَا ُ َ ُ ْ ُي َِ ٍّ َ ْي َم ْ ِي ْ ِي َُ ِ ٍد َ ْي َ ِ ٍد َ ْي أ‬
‫ااُ ََْ ِي َو َ ِ َ إِ ِو َ َذا اا ِّد َي ُ ْ ٌ َواَ ْي ُ َلا ِا اا ِّد َي أَ َ ٌد إِِ َاََيُ فَ َ ِّد ُاوا‬
ِ ‫ااِ َ ِى‬
ِ ‫او َ ُ ُو‬
َ َ,

ِ ِ ِ
ٍِ
ِ
ِ
ِ
َْ ‫َوَا ُِ ا َوأَْل ُوا َوَ ّ ُوا َوا ْ َ لُ ا ااْ َ ْد َو َوااِ ْو َ َو َ ْ ء م ْي اا ِد‬
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakar ibn Nafi', dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Umar ibn Ali> dari Ma'n ibn Muhammad dari Sa'id dari
Abu> Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya agama ini mudah dan tidak ada seorangpun yang bersikap keras
terhadap agama melainkan dia akan terkalahkan, maka bersikaplah lurus, dan
bersikaplah sederhana, berilah kabar gembira, berilah kemudahan, dan mintalah
pertolongan pada saat pagi hari dan sore hari dan sedikit dari waktu malam.

Berkacamata pada hadis diatas, dirasa akan sangat perlunya untuk
memahami makna dan kehujahan hadis, sehingga tidak mudah berbuat semenamena dalam bertindak dan berprilaku lurus (jujur pada kebenaran) dalam
mengamalkan ajaran agama, dalam skripsi ini akan mencoba menjelaskan
kembali tentang ajaran- ajaran agama Islam yang saat ini mulai dijaukan
lantaran diyakini sudah tidak bisa lagi memberikan solusi bagi problematika
manusia.
B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, maka dapat diketahui identifikasi
masalah, yakni sebagai berikut:
1. Para perawi yang meriwayatkan hadis tersebut, selain Nasa>’i
2. Kondisi ke-tersambungan sanad dari hadis tersebut.
3. Kualitas dan kritik para perawi hadis (jarh} wa ta‘di>l).
8

Abu> Abd al-Rahma>n Ahmad ibn Shu‘a>yb ibn ‘Ali> al-shahairy al-Nasa>’i>, Sunan al-

Nasa>’i> (Ar-Riya>d: Makta>bah al-Mua>ri>f, t.th) 764.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

4. Perbedaan redaksi matn dari hadis tersebut.
5. Pemaknaan hadis dengan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam hadis tersebut.
Penelitian ini difokuskan pada kajian hadis tentang syariat agama Islam
itu mudah. Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
permasalahan:
1. Kualitas hadis tentang syariat agama Islam itu mudah.
2. kehujjahan hadis tentang syariat agama Islam itu mudah.
3. Pemaknaan hadis tentang syariat agama Islam itu mudah.
C. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kualitas dan kehujjahan hadis tentang syariat agama Islam itu
mudah dalam Sunan al-Nasa>’i> no indeks 5034?
b. Bagaimana pemaknaan hadis tentang syariat agama Islam itu mudah
dalam Sunan al-Nasa>’i> no indeks 5034?
D. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui kualitas dan kehujjahan hadis tentang syariat agama
Islam itu mudah dalam Sunan al-Nasa>’i> no indeks 5034.
b. Untuk memahami pemaknaan hadis tentang syariat agama Islam itu mudah
dalam Sunan al-Nasa>’i> no indeks 5034.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. Secara teoritis penelitian ini akan menambah khazanah keilmuan dalam
bidang hadis dan ‘Ulu>m al-H}adi>th serta memperkaya terhadap
pengetahuan kajian hadis tentang syariat agama Islam itu mudah dalam

Sunan al-Nasa>’i> no indeks:5034.
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman
yang benar di masyarakat tentang syariat Islam.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan penelitian yang sejenis.
F. Penegasan Judul
Agar penulisan ini terhindar dari kekeliruan untuk memehami judul dalam
penelitian ini, juga untuk mempertegas interpretasi terhadap pokok bahasan
skripsi yang berjudul ‚SYARIAT AGAMA ISLAM ITU MUDAH (kajian hadis
dalam Sunan al-Nasa>’i> nomor indeks. 5034)‛, maka akan dijelaskan istilah-istilah
yang terangkai pada judul dalam konteks kebahasaan.
Syariat: Hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia hubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan alam
sekitar berdasarkan al-Qur’an dan hadis.9

9

Tri Rama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Karya Agung, t.t) 49.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Agama: Prinsip kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang telah bertalian
dengan kepercayaan itu.10
Islam: Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, berpedoman kepada
kitab suci al-Qur’an yang diturunkan kedunia melalui wahyu
Allah.11
Mudah: Gampang, tidak susah, tidak sukar.12
Penelitian dalam skripsi ini merupakan upaya untuk mendapatkan
transformasi pemahaman dari kuatnya kualitas, kehujjahan serta makna hadis
tentang syaiat Islam itu mudah dalam Sunan al-Nasa>’i> nomor indeks. 5034.
G. Kajian Pustaka
Ada beberapa karya yang membahas masalah yang hampir serupa dengan
penelitian ini:
1. Skripsi dari Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat dengan judul: Pemaknaan

Hadis al-Din al-Nasi>hah dalam Kitab Sunan Abu> Da>wud nomor indeks
1944‛ oleh saudara Addinun Nashihah pada tahun 2014, di uneversitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dalam skripsi ini peneliti bermaksud
mendeskripsikan darajat hadis al-Din al-Nasi>hah dan memahami makna
serta mengunkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam hadis tersebut.
2. Skripsi dari Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat dengan judul: Studi Hadis

Tentang Wanita Beragama Sebagai Calon Istri, Telaah terhadap kualitas
10

Rama, Kamus Lengkap.,17.
Ibid.,196.
12
Ibid.,334.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Hadis dalam Sunan Abi> Da>wud‛ oleh Ah. Nasich Hidayatullah pada tahun
2002, di Uneversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan nomor
indeks perpustakaan K.U-2002-004.TH. dalam skripsi ini membahas
bagaimana kulitas hadis tentang wanita beragama sebagi calon istri.
3.

Skripsi dari Fakultas Ushuluddin dengan judul: Hermeneutika al-Quran

Tentang Pluralisme Agama Telaah Kritis atas Hermeneutika Farid Esack
dalam al-Qur’an, oleh Hadiansyah Yudistira pada tahun 2003 di universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam skripsi ini membahas
masalah hermeneutika al-Qur’an tentang pluralism agama yang memiliki
pengaruh dalam kanca pemikiran Islam afrika selatan.
4.

Skripsi dari Fakultas Ushuluddin juga dengan judul: Makna al-Din dalam

al-Qur’an Studi Tematik atas Tafsir Ibn Katsir, oleh Ahmad Nurhamid
pada tahun 2010 di universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dalam skripsi ini lebih fokus pada makna al-Din itu sendiri.
Beberapa karya yang telah disebutkan di atas, secara sekilas memiliki
kesaan yakni sama-sama mengungkapkan tentang agama, namun secara terpeinci
pastinya memiliki perbedaan seperti yang pertama dan kedua lebih fokus pada
kritik sanad dan matn hadis dan yang ketiga lebih fokus pada kajian
hermeneutika al-qur’an tentang pluralism agama, dan yang keempat lebih fokus
pada makna al-Din dalam al-Qur’an. Sedangkan dalam penelitian kali ini,
peneliti lebih fokus pada kajian hadis yakni kajian analisis kualitas dan
kehujjahan serta pemaknaan hadis tentang syariat agama Islam itu mudah dalam

Sunan al-Nasa>’i>.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

H. Metodologi Penelitian
Dalam

Penelitian

ini

menerapkan

penelitian

non-empirik

yang

menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan). Oleh karena itu
sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari literature
tertulis yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan terbagi menjadi dua klasifikasi, antara lain:
a. Sumber data primer atau sumber pokok yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah:
Kitab Sunan al-Nasa>’i> dan, Syarah Sunan al-Nasa>’i karya: Jala>luddi>n alSyu>t}i>y .>
b. Sumber data sekunder atau sumber data pendukung dalam penelitian ini
antara lain:
1) Kitab al-Mu’jam al-Mufahrats Li al-Fadzil H}adi>th karya: A.J
Wensinck.
2) Kitab Sahih Bukhari dan syarahnya.
3) Kitab Tahdz}i>b al-Tahdz}i>b.
4) Metodologi Penelitian Hadis karya suryadi dan Muhammad Alfatih
Suradilaga dan
Buku-buku kritik sanad dan matan, seperti Membahas Ilmu-Ilmu Hadis
karya: DR. Subhi As Shalih dan buku-buku yang berkaitan dengan tema.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

2. Metode Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi.
Metode ini diterapkan terbatas pada benda-benda tertulis seperti buku, jurnal
ilmiah atau dokumentasi tertulis lainnya.
Dalam Penelitian hadis, penerapan metode dokumentasi ini dilakukan
dengan dua teknik pengumpulan data, yaitu : Takhrij al-H}adi>th dan i'tibar al-

H}adi>th.
a. Takhrij al-H}adi>th secara istilah dapat diartikan sebagai kegiatan
untuk mengeluarkan atau menunjukkan hadis dari sumber asli.13 Maka

Takhrij al-H}adi>th merupakan langkah awal untuk mengetahui
kuantitas jalur sanad dan kualitas suatu hadis.
b. Kegiatan i'tibar dalam istilah ilmu hadis adalah menyertakan sanadsanad lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian
sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja.14
3. Metode Analisis Data
Metode analisis data berarti menjelaskan data-data yang diperoleh
melalui penelitian. Dari penelitian hadis yang secara dasar terbagi dalam dua
komponen, yakni sanad dan matan, maka analisis data hadis akan meliputi dua
komponen tersebut.
a.

Penelitian sanad, digunakan metode kritik sanad dengan pendekatan
keilmuan Rijal al-H}adi>th dan al-Jarh Wa al-Ta‘dil, serta mencermati

13

Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis
(Yogyakarta: Teras, cetakan 1, 2009), 34.
14
Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis, 67.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

silsilah guru-murid dan proses penerimaan hadis tersebut (tahammul wa

‘ada'). Hal itu dilakukan untuk mengetahui integritas dan tingkatan
intelektualitas seorang rawi serta validitas pertemuan antara mereka
selaku guru-murid dalam periwayatan hadis.
b.

Penelitian matn, analisis data akan dilakukan dengan menggunakan
analisis isi (content analysis). Mengevaluasi atas validitas matn diuji pada
tingkat kesesuaian hadis (isi beritanya) dengan: penegasan eksplisit alQur’an, logika atau akal sehat, fakta sejarah, informasi hadis-hadis lain
yang bermutu sahih serta hal-hal yang oleh masyarakat umum diakui
sebagai bagian integral ajaran Islam.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran yang secara
menyeluruh pada penelitian ini, maka penulis akan memaparkan sistematika
pembahasan yang terdiri dari bab, yaitu:
Bab 1. Pendahuluan, merupakan bagian awal dari sebuah penelitian sebagai
pengantar dalam memeahami pokok-pokok permasalahan. Pembahasan
dalam bab ini meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah
dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, penegasan judul, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab 2. Pengertian syariat Islam dan metodologi penelitian hadis, bab ini
berisikan tentang

pengertian syariat agama Islam itu mudah,

penegertian hadis, klasifikasi hadis, metode kritik sanad dan matn hadis,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

serta menjelaskan al-Jarh Wa al-Ta‘dil, metode kehujjahan hadis, dan
pemaknaan hadis.
Bab 3. Imam al-Nasa>’i> dan data hadis tentang syariat agama Islam itu mudah,
bab ini mendiskripsikan tentang biografi Imam al-Nasa>’i dan Kitab
Sunannya, komentar ulama terhadap al-Nasa>’i dan kitabnya, data hadis
tentang syariat agama Islam itu mudah, takhrij hadis, hadis pendukung,
skema sanad dan i‘tibar-nya hadis.
Bab 4. Kualitas, kehujjahan Hadis dan pemaknaaan syariat agama Islam itu
mudah dalam hadis al-Nasa>’i,> bab ini meliputi: kualitas sanad, kualitas
matan, ke-hujjah-an dan pemaknaan hadis.
Bab 5. Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan seluruh penulisan yang
merupakan jawaban dari permasalahan yang disajikan dan saran- saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PENGERTIAN SYARIAT ISLAM DAN METODOLOGI
PENELITIAN HADIS
A. Definisi Syariat Agama Islam Itu Mudah
1. Pengetian Syariat
Syariat adalah segala hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-Qur’an dan sunah.
Semula kata ini berarti ‚jalan menuju kesumber air‛, yakni jalan kearah sumber
kehidupan. Kata kerjanya adalah syara’a yang berarti ‚menandai atau
mengambar jalan yang jelas menuju sumber air‛.1
Semula kata syariat diartikan dengan agama, dan pada akhirnya syariat
ditunjukkan khusus untuk praktek agama. Penujukan ini dimaksudkan untuk
membedakan antara agama dan syariat. Pada akhirnya, agama itu satu dan
berlaku secara universal, sedangkan syariat berbeda antara umat yang satu
dengan umat lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, kata syariat digunakan
untuk menunjukkan hukum-hukum Islam, baik yang ditetapkan langsung oleh alQur’an dan Sunnah, maupun yang telah dicampuri oleh pemikiran manusia
(ijtihad).2
Kata syariat sering diungkapkan dengan syariat Islam, yaitu syariat
penutup untuk syariat agama-agama sebelumnya, karena itu syariat Islam adalah

1

Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, Vol. 6 (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005),
301.
2
MKD IAIN Sunan Ampel, Studi Hukum Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2012), 37.
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

syariat yang paling lengkap dalam mengatur kehidupan keagamaan dan
kemasyarakatan, melalui ajaran Islam tentang akidah, ibadah, muamalah dan
akhlak.3
Pengertian syariat Islam ini dapat dibagi menjadi dua pengertian: pertama
dalam pengertian luas, kedua dalam pengertian sempit, dalam pengertian luas
syariat Islam ini meliputi semua bidang hukum yang telah disusun dengan teratur
oleh para ahli fiqih dalam pendapat-pendapat fiqihnya mengenai persoalan
dimasa mereka, atau yang mereka perkirakan akan terjadi kemudian, dengan
mengambil dalil-dalilnya langsung dari al-Qur’an dan al-H}adi>th, atau sumber
pengambilan hukum seperti: ijma’, qiyas, istihsan, istish-hab, dan mashlahlh

mursalah.4
Sedangkan syariat Islam dalam pengertian sempit adalah hukum-hukum
yang berdalil pasti dan tegas, yang tertera dalam al-Qur’an, hadis yang sahih,
atau yang ditetapkan oleh ijma’.5
2. Pengertian Agama
Arti kata ‚agama‛ dalam bahasa Indonesia dengan kata di>>n dalam bahasa
arab dan semit, atau dalam bahasa eropa: religion. Secara bahasa, kata ‚agama‛
berasal dari bahasa sanskerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat atau
diwarisi turun-temurun.6

3

MKD IAIN Sunan Ampel, Studi Hukum Islam, 38.
Ahmad Zaki Yamani, Syariat Islam Yang Kekal dan Persoalan Masa Kini (Jakarta:
Intermasa, 1977), 14.
5
Ibid., 15.
6
Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, Vol. 1 (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005),
88.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Sedangkan menurut istilah agama adalah hubungan manusia dengan
sesuatu yang dianggap suci, kudus atau ilahi, disebut agama. Biasanya agama
dikaitkan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, dewa, atau roh. Adapun kata
‚di>n‛ mengandung arti ‚menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan atau
kebiasaan. Di>n juga membawa peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik
dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang
harus ditinggalkan dan pembalasan.7
3. Pengertian Islam
Ada dua sisi yang dapat digunakan unttuk memahami pengertian agama
Islam, yaitu dari sisi kebahasaan dan dari sisi peristilahan.
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata

salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk
dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat disebut
orang muslim. Nurcholis madjid berpendapat bahwa ‚sikap pasrah kepada Tuhan
merupakan hakikat dari pengertian Islam‛.8
Adapun pengertian Islam dari segi istilah terdapat beberapa pendapat:
Harun Nasution mengatakan ‚bahwa Islam menurut istilah (Islam sebagai
agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada
masyarakat menusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul.‛9

7

Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, Vol. 6 (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005),
88.
8
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2012), 61-62.
9
Ibid., 64.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Sementara menurut Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa ‚Islam
adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokok yaitu keesaan Allah dan
kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata. Bahwa agama
Islam selaras benar denagn namanya, Islam bukan saja dikaitkan sebagai agama
seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam beberapa ayat suci al-Qur’an,
melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tidak sadar tunduk sepenuhnya
kepada undang-undang Allah, yang kisa saksikan pada alam semista."10
4. Pengertian yusra> (mudah)
Mudah artinya gampang, tidak susah, tidak sukar.11 Namun ketika kata
ini dikandeng dengan kata benda, maka menjadi sifat dari kata benda tersebut,
seperti kata agama itu mudah ( ‫ )الدي يسر‬maka maksudnya adalah agama yang
memiliki kemudahan, atau disebut dengan agama yang mudah.12
5. Korelasi syariat, Agama, Islam dan yusra > (mudah)
Syariat merupakan segala hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-Qur’an dan
sunah. Sedangkan agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu yang
dianggap suci, kudus atau ilahi, atau biasanya agama dikaitkan dengan hubungan
manusia dengan Tuhan, dewa, atau roh. Sedangkan kata ‚di>n‛ mengandung arti
‚menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan. Kemudian
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada masyarakat

10

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, 64.
Tri Rama, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: karya Agung, t.t), 334.
12
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathu al-Bari>: Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari, terj.
Ghazirah Abdi Ummah (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2002), 160.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

menusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul, dan yusra> (mudah)
sendiri merupakan sifat dari agama Islam itu.
B. Pengertian Hadis dan Klasifikasi Hadis
1. Pengertian Hadis
Hadis menurut bahasa berarti baru. Hadis juga secara bahasa berarti
‚sesuatu yang dibicarakan dan dinukil‛, juga bisa berarti ‚sesuatu yang sedikit
dan banyak‛. Bentuk jamak dari lafal h}adi>th adalah aha>di>th. Adapun firman
Allah ta’a>la>:

(6:

‫ااَ ِد ْ ِ أَ َ َ ا (اا‬
ْ ‫فََْ َِ َ َِ ٌ نِْ ْ َ َ ََى ءَا َِِ ْ إِ ْو ِْ ُْ ْؤِملُْ ْا َِِ َذا‬

Maka (apakah) berangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati
sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada h}adi>th
ini‛ (al-Kahfi:6). Maksud hadis dalam ayat ini adalah kitab al-Qur’an.13
Adapun pengertian hadis secara istilah menurut ulama terdapat beberapa
definisi yang satu dengan lainnya terdapat perbedaan. Ada yang mendifinisikan
hadis ialah:
14

‫ وأف ااي وأ ااي‬.‫ا‬.‫أ او اال ص‬

‚Segala perkataan Nabi SAW. Perbuatan, dan hal ihwalnya.‛
Ulama hadis lain mendifiisikan dengan:

.

15

‫و‬

‫ مي و وف وت‬.‫ا‬.‫ي اال ص‬

‫ا ماأ‬

‚segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan,
perbuatan, taqri>r (ketetapan), maupun sifatnya.‛
Juga ada yang mendifinisikan dengan:

13

Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu H}adi>th, terj.Mifdhol Abdurrahman
(Jakarta Timur: Pustaka al-Kausar, 2005), 22.
14
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis (Surabaya:al-Muna, 2010), 2.
15
Ibid., 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

16

.

‫أوت ا أو‬

‫أو ف‬

.‫ا‬.‫إ اال ص‬

‫ا ماأض‬

segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW. Baik berupa
perkataan,perbuatan, ketetapan, maupun sifatnya.
Dari ketiga pengertian hadis diatas memiliki letak persamaan yakni
mendifinisikan hadis dengan segala yang disandarkan kepada Nabi baik
perkataan maupun perbuatan, sedangkan letak perbedaannya ialah pada
penyebutan terahir. Diantarannya ada yang menyebutkan hal ihwal atau sifat
rasul sebagai hadis, ada yang tidak, ada yang menyebutkan taqrir Rasul secara
eksplisit sebagai bagian dari bentuk-bentuk hadis.17
Sementara itu ulama usul mendifinisikan hadis dengan:
18

.

‫و اا ا‬

‫ ِا ل ح أو‬.‫ا‬.‫أ او اال ص‬

segala perkataan Nabi SAW,yang dapat dijadikan dalil untuk menetapkan hukum
syara’.
Dari pengertian tersebut, bahwa segala perkataan atau aqwa>l Nabi, ang
tidak ada relevansinya dengan hukum atau tidak mengandung misi kerasulannya,
seperti cara berpakaian, berbicara, tidur, makan, minum atau segala ang
menyangkut ihwal Nabi, tidak termasuk hadis.19

16

Arifin, Studi Kitab Hadis, 2.
Ibid., 2-3.
18
Ibid., 3.
19
Ibid., 3.
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

2. Klasifikasi Hadis
a. Hadis ditinjau dari segi bentuknya
Secara umum, hadis bila ditinjau dari segi bentuknya maka dapat dibagi
menjadi lima bentuk: hadis qowli>, hadis fi’li>, hadis taqri>ri>, hadis s}ifati> dan hadis

hammi.> 20
1) Hadis Qowli>
Hadis qowli> didefinisikan sebagai segala perkataan yang disandarkan
kepada Nabi SAW. Dengan demikian, sumber hadis tersebut adalah perkataan
beliau.21
Contoh:

ٍِ
‫او‬
ْ ‫َ ِد َْلَا‬
ِ ‫ي َْ ُد‬
ََ ‫ي‬
َ َ ‫او َ ِد َْلَا ُ ْ َا ُو‬
َ َ ِْ َْ‫ااِ ْ ُي ااُل‬
ُ ِ ‫لا‬
ُ ‫ااُ َ ْ ِد‬
َ ْ‫او َ ِد َْلَا َْ َ ْ ُي َ د ْااَن‬
ِ ِ‫ااَط‬
ٍ ِ‫أَ ْ ََِْ َُ ِ ُد ْ ُي إِ َْْا ِ َ ااِْْ ِ ُ أَنِيُ َِ َ َ ْ َ َ َ ْ َي َو‬
‫اا‬
ْ ‫اص ااِِْ ِ َْ ُ ُو َِ ْ ُ ُ َ َ ْ َي‬
ِ ِِّ‫او ِاال‬
‫اا‬
ِ ‫ااِ َ ِى‬
ِ ‫او َِ ْ ُ َ ُ َو‬
ِ َ ‫َ ِض‬
ُ َ ْ َ‫ااُ ََْ ِي َو َ ِ َ َْ ُ ُو إََِِا ْاا‬
َ َ َِ ‫ااُ َْليُ ََى ااْ ِ ْل‬
ِ ‫وإََِِا اِ ُ ِ ام ِ ٍ ما نَْ ى فَ ي َاانَ ِ تُي إِ َ انْْ ا‬
‫ل ُْ َ ا أ َْو إِ َ ْامَأٍَ َْْل ِ ُ َ ا فَ ِ ْ َتُيُ إِ َ َما‬
ُ َ ُ ُ َْ ْ
َْ َ َ ْ ّ
َ
ِ
)‫اجَ إِاَْي (اا خا ى‬
َ َ
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah ibn Az Zubair dia
berkata, Telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah
menceritakan kepada kami Yahya ibn Sa'id Al Anshari berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Ibrahim At Taimi, bahwa dia
pernah mendengar Alqamah ibn Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah
mendengar Umar ibn al-Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semua perbuatan
tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang
diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya
atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya
adalah kepada apa dia diniatkan"(H.R.Bukhari).22
20

Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis (Malang:UIN Maliki Press, 2010), 83.
Ibid., 83.
22
Ibid., 84.
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2) Hadis fi‘li>
Hadis fi‘li> merupakan segala perbuatan yang disandarkan kepada
Rasulullah. Maksud dari hadis bentuk

fi‘li> ini adalah suatu perbuatan atau

perilaku ibadah yang kemudian diikuti dengan perkataan beliau, yang selanjutnya
dinukil oleh para sahabat.23
Contoh hadis fi‘li>

ِّ َ ُ‫َ ُ ا َا َ ا َأَُْْ ُ ِ أ‬
salatlah kalian
(H.R.Bukhari).‛

sebagaimana

kalian

melihatku

mengerjakan

salat

Mekipun berbentuk perkataan, namun sejatinya dari hadis tersebut yang
harus diikuti bukanlah perkataan Nabi melainkan perbuatan beliau, sehingga
hadis yang qawli> ini lebih tepat disebut hadis fi‘li>.24
3) Hadis Taqri>ri>
Hadis taqri>ri> adalah hadis yang berupa ketetapan Nabi terhadap apa yang
datang atau yang dilakukan para sahabatnya, lalu Nabi membiarkan atau
mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya, tampa
memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan atau mempermasalahkan.
Sikap Nabi yang demikan itu dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai dalil

taqri>ri>, yangdapat dijadikan hujjah atau mempunyai kekuatan hukum atau
menetapkan suatu kepastian syara’.25

23

Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis, 84.
Ibid., 84.
25
Zainul Arifin, Ilmu Hadis: Historis Dan Metodologis (Surabaya:al-Muna, 2014), 3839.
24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Diantara contoh hadis taqri>ri> , adalah sikap Nabi SAW, yang membiarkan
para sahabat dalam menafsirkan sabdah beliau tetang salah pada suatu
peperangan, yang bunyi sebagai berikut:

)‫( وا اا ا ي‬

‫ي‬

‫م ا د اا لَ إ‬
ّ ‫ل‬

Janganlah seorang salat asar kecuali dibani quraidah.‛(H.R.Bukhari)
Diantara sahabat memahami larangan hadis itu berdasarkan pada hakikat
perintah tersebut, sehingga mereka terlambat dalam mengerjakan salat asar.
Sedangkan sekelompok sahabat lainnya memahami perintah tersebut dengan
perlunya menuju ke bani quraidah dan serius dalam peperangan dan
perjalanannya, sehingga tetap salat papat pada waktunya. Sikap para sahabat ini
dibiarkan oleh Nabi tampa ada yang disalahkan.26
4) Hadis s}ifa>ti> atau ahwali>
Hadis s}ifa>ti> atau ahwali>, ialah hadis yang berupa keadaan Nabi yang tidak
termasuk kedalam katagori hadis qawli>, fi‘li>, taqri>ri>, dan hammi>, hadis yang
termasuk katagori ini menyangkut sifat-sifat dan keperibadiannya serta keadaan
fisiknya.27
Contoh hadis dari sahabat anas ibn malik:

)‫ي‬

‫ (م‬.‫ً ا‬

ِ ‫ي‬
‫االاا‬

‫أ‬

‫يو‬

‫ى‬

‫و‬

‫ااو‬

Rasulullah SAW. Adalah sebaik-baik manusia akhlaknya.‛(H.R. Mutafaq
alaih).

26
27

Arifin, Ilmu Hadis., 39.
Ibid., 40.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

5) Hadis hammi>
Hadis hammi> adalah hadis yang berupa keinginan atau hasrat Nabi yang
belum terealisasikan, seperti halnya hasrat Nabi inging berpuasa tanggal 9
‘as}u>ra‘. Dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas dijelaskan sebagai berikut:28

ِ
ِ
ٍ ْ‫ي َ ِد َْلَا ا ْي و‬
ُ ِ ْ َ ْ‫َ ِد َْلَا ُ َْ َ ا ُو ْ ُي َا ُاوَا اا‬
ِ َ ُ ْ‫ا أَ ِو إِ َْ َ ْ َي أ َُمِ َ اا‬
َ َُ‫ب أَ ْ ََِْ َْ َ ْ ُي أ‬
َُ
ِ
ٍ َِ ‫ااِ ْ َي‬
‫ااُ ََْ ِي‬
ِ ‫َ ِد َيُ أَنِيُ َِ َ أََا َاطََ ا َو َْ ُ ُو َِ ْ ُ َْ َد‬
ِ ‫م َ َاا االِِ ُ َ ِى‬
َ ‫اا َْ ُ ُو‬
ِ‫اا‬
ِِ ‫ل ِام ِي َااُ ا ا َو‬
ِ
ِِ
ِ ‫او َ ُ ُو‬
َ َ َْ‫ِلا َى ف‬
َ ‫اا إِنِيُ َْ ْ ٌا تُْ َ ّ ُ يُ ااَْْ ُ ُا َواال‬
َ ‫َو َ ِ َ َْ ْ َا َا ُ َاءَ َوأ ََمَنَا‬
َُ َ
ِ
ِ
ِ ِ ِ ِ ‫َ ِى‬
ِ
ِ
ِ
َّ ُ ُْ‫ااُ ََْي َو َ َ فَ ذَا َاا َو ااْ َ ُاا ااْ ُ ْ ُ ُ ْ لَا َْ ْ َا ااِا ِ فََْ ْ َأْا ااْ َ ُاا ااْ ُ ْ ُ َ ِ ت‬
ِ ِ ِ ‫ااِ َ ِى‬
ِ ‫َ ُ ُو‬
َ َ ‫ااُ ََْي َو‬

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibn Daud Al Mahri, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yahya ibn Ayyub, bahwa
Isma'il ibn Umayyah Al Qurasyi telah menceritakan kepadanya bahwa ia telah
mendengar Abu Ghatafan berkata; saya mendengar Abdullah ibn Abbas ketika Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada hari 'Asyura ia berkata; dan beliau
memerintahkan kami agar berpuasa pada hari tersebut. Para sahabat kertanya; wahai
Rasulullah, itu adalah hari dimana orang-orang yahudi dan nashrani
mengagungkannya. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila tahun depan maka kita akan berpuasa pada hari kesembilan." Kemudian
belum datang tahun depan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah meninggal
dunia. (H.R.Abudaud).

b. Hadis ditinjau dari segi jumlah perawinya
Hadis apabila ditinjau dari sampainya periwayatan kepada kita itu dibagi
menjadi dua, pertama apabila hadis itu memiliki jalur jumlah periwayatan yang
tampa batas ketentuannya, maka itu dikelompokka pada kelompok hadis

mutawa>tir, kedua apabila hadis itu memiliki jalur jumlah periwayatan yang
terbatas atau dengan jumlah sanad yang bisa ditentukan, maka itu dikatagorikan
pada kelompok hadis aha>d.29

28

Arifin, Ilmu Hadis, 39-40.
Mahmud al-Tha>ha>n, Taisi>r Musthalah al-H}adi>th (Dar al-Fiker, t.t), 19.

29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

1. Hadis Mutawa>tir
Hadis mutawatir secara bahasa ialah isim fail yang berasal dari kata al-

tawa>tiru atau at-tana>biu‘ (mengikuti). Secara istilah ialah hadis yang
diriwayatkan oleh banyak jalur periwayatan sehingga dimungkinkan tidak ada
kesepakatan untuk berbohong. Hadis mutawatir dibagi dua: pertama mutawa>tir

lafd}z}i>, kedua mutawa>tir ma‘na>wi>.30
Contoh hadis mutawatir lafdzi:

.‫ا ا‬

‫و‬

‫و‬

‫ ( وا‬. ‫أ م د مي االا‬

‫ّ م دا ف‬

‫مي اذا‬

Contoh hadis mutawati>r ma‘na>wi>:
Hadis tentang mengangkat kedua tangan ketika berdoa, hadis ini diriwayatkan
dari Nabi kurang lebih 100 hadis, dan setiap hadis tersebut menjelaskan tentang
mengangkat tangan ketika berdoa.31
2. Hadis Ahad
Hadis ahad secara bahasa ialah kata al-ahad merupakan bentuk jamak dari
kata aha>dun dengan arti satu, atau hadis yang diriwayatkan seorang rawi saja.
Adapun secara istilah ialah hadis yang tidak memiliki syarat-syarat hadis

mutawa>tir.32
Hadis ahad dibagi menjadi tiga: hadis mashur, hadis azi>z, dan hadis

ngari>b. adapun rincian dari ketiga hadis tersebut adalah sebagai berikut:
a) Hadis mashur

30

Tha>ha>n, Taisi>r Musthalah al-H}adi>th, 20.
Ibid., 2o.
32
Ibid., 21.
31

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Hadis masyhur ialah hadis yang diriwayakan oleh tiga rawi atau lebih
didalam setiap tingkatan, dan tidak sampai pada batas hadis mutawa>tir.33
Contoh:

)‫( وا اال خاو واارمذى وإ ي ماجي وأ د‬...‫ان لا ا ل ل ي‬

‫اا‬

‫إو‬

b) Hadis Azi>z
Hadis azi>z ialah hadis yang diriwayatk