Gerakan Front Pembela Islam (FPI)di Pasuruan tahun 2015-2017.

(1)

GERAKAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN TAHUN 2015-2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh M. Sadidul Bayad NIM: A0.22.13.061

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Gerakan Front Pembela Islam di Pasuruan

2015-2017”. Dari judul tersebut muncul beberapa pembahasan yang menjadi kajian

skripsi ini sebagaimana tercantum dalam rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimanakah sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan? (2) Bagaimanakah sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi masyarakat Islam di Pasuruan? (3) Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan?

Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah pendekatan historis yang bertujuan untuk mendeskripsikan perjalanan FPI dari tahun ke tahun sebagai ormas Islam. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode historis yang mengacu kepada wawancara langsung terhadap pelaku sejarah. Adapun teori yang digunakan adalah Teori challange dan respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah adalah kausalitas antara teori challange (tantangan) dan respons (tanggapan). Antara krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan menjelaskan peristiwa-peristiwa kekinian

Islam bahkan “sejarah masa depan”.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) FPI lahir di pada hari ahad / 7 Rajab 1436 H / 26 April 2015 M. Pada waktu dilaksanakan musyawarah wilayah yang bertempat di Jl. Ponpes Attahzib, Lekok, Pasuruan - Jawa Timur. Dengan latar belakang dengan berjuang dalam medan dakwah dan sosial. (2) FPI Pasuruan mempunyai Sinergitas yang sangat baik dari segi organisasitoris dan sisial dengan ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah. (3) FPI Pasuruan mendapat respon yang sangat baik dari para tokoh NU dan Muhammadiyah.


(7)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Kegunaan Penelitian ... 11

E. Pendekatan dan Kerangka Teori... 12

F. PenelitianTerdahulu ... 13

G.Metode Penelitian ... 16

H.Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II SEJARAH BERDIRINYA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN A.Latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan ... 21

B.Tokoh yang berperan dalam pembentukan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan ... 26


(8)

xiii

C. Format Kepemimpinan, Struktur dan Kekuasaan Dalam FPI.28

1. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi ……….28

2. Struktur Dewan Pimpinan Pusat ..………...…34

3. Kekuasaan Organisasi ……….34

4. Dewan Tanfidzi DPW Pasuruan ..………...36

D.Visi dan misi Front Pembela Islam ………... 37

E. Standart Operasional Prosedur (SOP) Hisbah..……… 39

F. Faham keagamaan Front Pembela Islam………...41

BAB III SINERGITAS ANTARA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT ISLAM DI PASURUAN A.Hubungan FPI dengan Nahdlotul Ulama’ (NU) di Pasuruan…..44

B.Hubungan FPI dengan Muhammadiyah di Pasuruan ... 53

C.Hubungan FPI, NU, dan Muhammadiyah di Pasuruan ... 56

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) SEJAK BERDIRINYA HINGGA SEKARANG DI PASURUAN A.Tokoh Nahdlotul Ulama’ (NU) ... 63

B.Tokoh Muhammadiyah ... 72

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 77

B.Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang berdirinya FPI adalah akibat merajalelanya kezoliman dan maraknya kemaksiatan ditengah masyarakat. Yang oleh karenanya terjadi kerusakan dimana-mana, bahkan telah mengundang berbagai musibah di seantero negeri. Sehingga tidak bisa tidak harus ada dari bagian umat ini yang sudi tampil kedepan untuk melawan.kedzoliman dan memerangi segala kemunkaran, dengan segala resiko perjuangan, agar terhindar dari segala malapetaka yang bisa menghancurkan negari dengan segala isinya. Untuk itulah Front Pembela Islam lahir.

Alloh Swt berfirman dalam Q.S Ali-Imron : 104

“dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka

itulah orang-orang yang beruntung”.

Disebut Front karena orientasi kegiatan yang dikembangkan lebih pada tingkatan konkrit berupa aksi frontal yang nyata dan terang dalam menegakkan

amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga diharapkan agar senantiasa berada di garis

terdepan untuk melawan dan memerangi kebatilan, baik dalam keadaan senang maupun susah.1

Dan disebut Pembela dengan harapan agar senantiasa pro akktif dalam melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dan

1

Muhammad Riziq Shihab, Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Jakarta: Ibnu Saidah, 2008), 127-128.


(10)

2

dengannya diharapkan pula bisa menjadi pendorong untuk tidak berfikir tentang apa yang bisa didapat, namun sebaliknya agar berfikir tentang apa yang bisa diberi. Dengan kata lain FPI harus siap melayani bukan dilayani. Sikap seperti inilah yang diharapkan bisa menjadi penyubur keberanian dan pembangkit semangat berkorban dalam perjuangan FPI.

Adapun kata Islam menunjukan bahwa perjuangan FPI harus berjalan diatas ajaran Islam yang benar lagi mulia.

Jadi jelas bahwa pemberian nama organisasi dengan Front Pembela Islam adalah sebagai identitas perjuangan, yang dengan membaca atau mendengar namanya saja, maka secara spontan terlintas dibenak mereka yang tidak kusut pemikirannya dan tidak berkudis hatinya, bahwa organisasi ini siap berada di

barisan terdepan untuk menegakkan Syari’at Islam. Sehingga identitas perjuangan

jelas dan mudah dipahami.2

FPI merupakan salah satu organisasi Islam yang cukup penting di era reformasi Indonesia. Dimana ketika itu, hampir tidak ada kekuatan sosial dominan yang bisa mengendalikan masyarakat. Bahkan, aparat negara juga tidak memiliki peran efektif untuk menjalankan fungsinya sebagai penjaga ketertiban sosial kemasyarakatan.3 Dan ketiku terjadi lost power dipihak pemerintah sehingga dimana tepat terjadi penjarahan, pemerkosaan, penyaniyayaan dan pembunuhan. Maka dari itu, FPI sebagai salah satu komponen bangsa yang tampil untuk mencegah masyarakat agar tidak melakukan penjarahan, pemerkosaan, penyaniyayaan dan pembunuhan.

2

Ibid., 129. 3

Al-Zastrouw Ng, Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI (Yogyakarta: LKiS, 2006), 85.


(11)

3

Tak hanya disibukkan dalam persoalan dalam negeri. FPI juga dijustifkasi kelompok Islam yang dicap sebagai Fundamentalis oleh dunia barat. Lantaran

kegigihannya dalam menegakkan syari’at Islam.4

gerakannya yang kerap diwujudkan dalam tindakan-tindakan dan aksi-aksi yang cukup tegas dan keras didalam menghantam tempat-tempat yang didalam bahasa kepolisian disebut dengan penyakit masyarakat atau bisa disebut dengan maksiat didalam ajaran Islam. Jargon-jargon yang mereka pakai memang tidak jauh dari doktrin terhadap pembelaan Islam, lebih khusus lagi pemberlakuan syariat Islam dan sangat kritis terhadap barat. Organisasi ini dengan cepat dikenal masyarakat sejak beberapa tahun belakangan. Hal ini berhubungan erat dengan fokus perjuangan mereka yaitu Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Kegiatan-kegiatan amar ma’ruf seperti kajian-kajian, sholawatan, maulid nabi Muhammad saw, mengirim anggota-anggota lascar kekorban bencana Tsunami di Aceh untuk mengefakuasi jenazah dll. Sedangkan nahi munkarnya seperti menutup dan merazia tempat-tempat hiburan yang mereka percaya sebagai sarang maksiat seperti klub malam, diskotik, kafe, kasino dll.5

Front pembela Islam kini menjadi icon amar ma’ruf nahi munkar. Dimana-mana daerah orang sudah mendengar tentang FPI. tak heran ketika disuatu tempat terdapat kemukaran sering kali masyarakat memanggil FPI. Maka dari itu atas dorongan dan tokoh agama FPI banyak didirikan diberbagai kota / kabupaten di seluruh Indonesia atas permintaan masyarakat.

4Rand Corporation, “Civil Democratic Islam (2003)” dan “Building Moderate Muslim Network (2007) Amerika Serikat.

5

Jamhari Jajang Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 129.


(12)

4

Tidak ketinggalan di kota Pasuruan, kota kecil yang dikenal dengan sebuah sebutan kota santri, sehingga sebagian besar ajaran-ajaran Islam yang berada di kota ini seakan sudah menkultur kuat ditengah-tengah masyarakatnya.

Kata santri sebagai julukan kota Pasuruan tidak lepas dari adanya lembaga pendidikan yang disebut dengan pesantren. Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap para siswa atau santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.6

Berbagai banyaknya sistem pendidikan berupa pesantren di kota Pasuruan. Maka, tidak heran apabila kota Pasuruan dijuluki sebagai kota santri.

Bukan menjadi rahasia umum, basis Nahdotul Ulama (NU) sebagai ormas di kota Pasuruan. Sangat kuat dan militan. Terbukti dengan banyaknya pondok pesantren disetiap pelosok kota Pasuruan. NU didalam menyebarkan paham keagamaannya tidak lepas dari para kyai-kyai sebagai pimpinan pondok pesantren. Bagi para kyai di Pasuruan organisasi kemasyarakatan Nahdotul Ulama mempunyai prinsip yang lurus dan sejalan dangan perintah agama. Berikut beberapa dari landasan dasar paham keagamaan Nahdotul Ulama sehingga dapat diterima oleh para kyai-kyai terutama oleh masyarakat di Pasuruan.

6

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3S, 1983), 18.


(13)

5

Rosululloh bersabda: Demi dzat, yang jiwaku ada didalam genggaman-Nya, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan: 1 masuk surge dan yang 72 masuk neraka. Seorang sahabat bertanya: siapakah itu ya rosul? Jawab nabi; Ia

adalah golongan Ahlussunnah wal Jama’ah (HR at-thabrani). Dalil kedua, berdasarkan pada hadis nabi:

Rosululloh bersabda; umatku akan terpecah menjadi 73 golongan: satu selamat (masuk surga) dan lainnya rusak (masuk neraka). Sahabat bertanya: siapakah yang

selamat itu ya rosul? Jawab nabi: golongan Ahlussunnah wal Jama’ah. Seorang

sahabat lain bertanya: siapakah golongan Ahlussunnah wal Jama’ah itu? Jawab nabi: yang sekarang bersamaku dan sahabat-sahabatku. (HR. at-tirmidzi).7

Dalil-dalil tersebut ialah pendapat yang dikemukakan golongan

Ahlussunnah wal Jama’ah. Golongan yang satu-satunya diklaim oleh semua kelompok dalam Islam, salah satunya Nahdotul Ulama (NU).

Nahdotul Ulama (NU) memilki corak yang khas dibanding organisasi lain. Dalam sosial budaya yang religius di kota Pasuruan. mereka sungguh pandai dalam melakukan pendekatan-pendekatan ditengah-tengah masyarakat. Paham yang selama ini dirasa sangat bijak dalam menanggapi persoalan agama dan Negara ternyata dapat dijawab dengan sangat baik. Slogan-slogan yang tak asing

didengar ialah “cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari iman” (hub al-wathan minal iman). Ada yang menyebutkan ungkapan ini berasal dari perkataan dan hadist nabi Muhammad saw. Sebagai panutan tradisi Nahdotul Ulama (NU), para walisongo di masa lalu justru banyak mengajarkan kepada kita bagaimana

mencintai bangsa dan tanah air. Gagasan tentang “sebangsa”,”menjadi

sebangsa”,”dan hidup bersama dalam satu kebangsaan”, adalah ungkapan

-ungkapan kebersamaan, solidaritas, kemandirian, dan kesatuan sebagaimana

7

Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta: Pustaka Pesantren cet 1, 2006), 8-10.


(14)

6

terbentuk imajinasi tentang Nusantara.8 Dengan paham dan pemikiran seperti ini membuat kota Pasuruan yang mayoritas beragama Islam dan kalangan Nahdiyin lebih bijak didalam menanggapi kewajiban agama bagi seorang muslim dan kewajiban seorang masyarakat dan rakyat di dalam pemerintahan yakni di depan negara.

Selain mengemban jabatan sebagai pengurus Nahdotul Ulama (NU) dan kyai di pondok pesantren, aktifitas. Doktrin agama di kalangan mereka lebih tertanam dengan baik dan mengakar erat terhadap para santri yang tidak lain muridnya sendiri. Paham-paham agama dan tradisi-tradisi Nahdliyin juga lebih fasih jika yang membawakan para santri termasuk amaliah-amaliah lainnya.

Peran dan sumbangsih Nahdotul Ulama (NU) pun dirasa sangat besar dan maksimal melalui pondok pesantren yang hakikatnya adalah suatu lembaga yang multifaset yang memiliki banyak fungsi beragam. Misalnya melihat pondok pesantren sebagai lembaga tradisional yang mengemban fungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama.9 Sementara itu, pendapat lain menyebutkan adanya

tiga fungsi pondok pesantren yaitu, fungsi transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam, fungsi pemeliharaan tradisi Islam dan fungsi reproduksi ulama.10

Hal ini juga disebutkan mengenai tiga fungsi pondok pesantren, yang rumusnya agak berbeda dari fungsi-fungsi yang dikemukakan Azyumardi Azra. Menurut pendapat lain ialah, tiga fungsi pondok pesantren dimaksud: (1) sebagai lembaga pendidikan yang mentransfer ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai Islam, (2) sebagai lembaga

8

Ahmad Baso, NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme Islam dan

Fundamentalisme Neo-Liberal (Jakarta: Erlangga, 2006), 385.

9

H. Horikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, terj. Umar Balasain dkk (Jakarta: P3M 1987), 232.

10

Abudiin Nata (ed.), Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2001), 112.


(15)

7

keagamaan yang melakukan kontrol sosial, dan (3) sebagai lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial.11

Dengan tabungan ilmu yang diperoleh dari pondok pesantren inilah kader-kader Nahdotul Ulama (NU) yang biasanya jebolan dari santri terbaik atau anak dari pemilik pondok pesantren yang bisanya menjadi bibit penerus perjuangan.

Perjuangan dalam mensiarkan Islam di kota Pasuruan tidak hanya dimotori oleh Nahdotul Ulama (NU) semata. Ormas lain seperti Muhammadiyah turut membantu didalam mensiarkan Islam. Hampir di seluruh kota Pasuruan basis Muhammadiyah sangat kuat ditandai dengan dengan pemikiran-pemikiran modern yang di kembangkan secara Islami. Ditengah zaman yang serba modern ini umat Islam dituntut bisa untuk menjawab berbagai tantangan zaman. Terlebih di zaman yang serba maju yang erat kaitanya dengan zaman tehnologi, dimana akibat kemajuan ini mempunyai dampak positif dan negatif. Salah satu dampaknya adalah masuknya berbagai budaya-budaya asing yang justru bertentangan dengan agama Islam. Sehingga berakibat merusak budaya Islami yang sebelumnya sudah terbentuk.

Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang melakukan gerakan-gerakan dengan cara melakukan pembaharuan (Tajdid) dan pemberdayaan pada masyarakat dengan cara mentransfer ilmu agar supaya terbentuk sebuah masyarakat yg beradab dan bewawasan agar lebih mudah membimbingnya kearah yang lebih baik.12

Muhammadiyah memiliki Peran dan sumbangsih yang tidak boleh dilupakan dalam memajukan umat Islam. Pada era globalisasi ini semakin

11

M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global (Yogyakarta: LaKsBang Pressindo, 2006), 8.

12Kholil Asy’ari,


(16)

8

banyak perkembangan-perkembangan ekstrem atau radikal dari yang cenderung radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal liberal-sekularistik, yang menimbulkan pertentangan yang kian tajam dan hingga batas tertentu kehilangan jangkar teologis dan moral yang kokoh dalam menghadapi gelombang kehidupan modern yang dahsyat.13 Peran Muhammadiyah juga mempunyai pengaruh yang kuat seperti Nahdotul Ulama (NU) khususnya di kota Pasuruan. sehingga, adanya Muhammadiyah dapat menjadi penyeimbang dan pelengkap dalam mengambil sebuah keputusan perihal agama seperti, mengambil keputusan awal puasa ramadhan dan menentukan hari raya idul fitri. Bahkan menurut Prof. Dr. Mitsuo Nakamura mengatakan bahwasanya harus adanya kerja sama antara Nahdotul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Atau, saya katakan sebenarnya saat ini tidak ada lagi tembok yang tebal atau tinggi yang menjadi antara Nahdotul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Muhammadiyah juga mengambil fokus posisi dibidang pendidikan formal seperti SD Muhammadiyah hingga SMA bahkan Universitas. Jadi lengkap dan bersyukurlah dengan adanya Muhammadiyah dan Nahdotul Ulama (NU) masyarakat Pasuruan bisa sangat leluasa melakukan aktifitas dakwah dan hidup berdampingan antar ormas yang mempunyai visi dan misi yang sama yakni menegakkan hukum-hukum alloh ditengah masyarakat Pasuruan.

Di tengah-tengah mayoritas ormas besar seperti Nahdotul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang senantiasa menyaring dan menfilter adanya berbagai penyimpangan agama. Membuat masyarakat Pasuruan menjadi tenang dan

13

Haedar Nashir, Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah (Malang: Universitas Negeri Malang, 2006), 64.


(17)

9

tentram didalam melakukan berbagai aktifitas sosial maupun keagamaan. Namun sekarang kota Pasuruan telah kedatangan saudara atau adik kandung yang bernama Front Pembela Islam.

Front Pembela Islam (FPI) adalah organisasi kemasyrakatan berasaskan

Islam yang banyak fokus dalam amar ma’ruf nahi munkar untuk memberantas para pelaku-pelaku kejahatan dan kemaksiatan yang berada di kota Pasuruan. Sebagaimana tertulis dalam dokumen rislah historis dan garis perjuangan FPI.

Tujuan berdirinya FPI adalah untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf adalah perintah untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum syara dan hukum akal. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah setiap kejahatan / kemunkaran, yakni setiap perkara yang dianggap buruk oleh syara dan hukum akal.14 Ruang lingkup penerapan amar ma’ruf nahi munkar ini sangat luas dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan kerja kolektif dari seluruh elemen umat Islam untuk melaksanakannya.

Front Pembela Islam berani tampil ditengah-tengah ormas yang kuat di kota Pasuran yakni NU dan Muhammadiyah. Beranai tampil sebagai solusi di tengah-tegah pondok Pesantren yang selalu mengajarkan kepada kebaikan dan mengajarkan kepada paham-paham kegamaan ditengah-tengah masyarakat serta tampil di tengah-tengah Muhammadiyah yang senantiasa mencerdaskan bangsa dibidang keilmuan dan pembaharuan. Masyarakat pada umumnya, khususnya Pasuruan biasanya mengharapkan seorang kyai dapat menyelesaikan persoalan- persoalan keagamaan praktis sesuai dengan kedalaman pengetahuan yang

14


(18)

10

dimilikinya. Semakin tinggi kitab yang ia ajarkan, ia akan semakin di kagumi. Ia juga di harapkan dapat menunjukkan kepemimpinannya, kepercayaannya kepada diri sendiri dan kemampuannya, karena banyak orang yang datang meminta nasehat dan bimbingan dalam banyak hal. Ia juga di harapkan untuk rendah hati, menghormati semua orang, tanpa melihat tinggi rendah sosialnya, kekayaan dan pendidikannya, banyak prihatin dan penuh pengabdian kepada Tuhan dan tidak pernah berhenti memberikan kepemimpinan dan keagamaan, seperti memimpin

sembahyang lima waktu, memberikan khutbah jum’ah dan menerima undangan

perkawinan, kematian khususnya problem sosial yang terjadi masyarakat.15

Namun kini dengan adanya FPI merasa menjadi teman baru dan kawan untuk diajak kerjasama dibidang keagamaan maupun sosial.

Fenomena seperti inilah yang melatar belakangi penulis ingin mengungkapkan sebuah fakta dan data mengenai problem sosial keagamaan yang terjadi di kota Pasuruan mengenai sejarah gerakan Front Pembela Islam. serta adakah perbedaan dan gesekan antara dua organisasi kemasyarakatan yang berbasis Islam terbesar yang berada di Pasuruan yang sama-sama mempunyai

banyak jama’ah. Dan penulis juga akan mendeskripsikan awal terbentuknya Front Pembela Islam dari tahun 2015 hingga 2017.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan?

15


(19)

11

2. Bagaimanakah sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi masyarakat Islam di Pasuruan?

3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan. 2. Untuk mengetahui sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan

organisasi masyarakat Islam di Pasuruan.

3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan.

D. Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap tulisan ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi kalangan intelektual Islam khususnya perkembangan sejarah Nasional dan berbagai pihak :

1. Sisi Akademik

Semoga penelitian ini dapat berguna dan memberikan kontribusi bagi khasanah keilmuan dibidang sejarah maupun gerakan. Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat membantu peneliti selanjutnya yang ingin membahas tentang Front Pembela Islam (FPI). sebagai kampus yang berlabel Islam, semoga tulisan ini dapat berkembang dengan terus adanya peneliti yang kritis didalam melihat perjuangan organisasi yg berlatarbelakangkan agama. Selain


(20)

12

mengungkap fakta dan data, akan menjadi nilai lebih apabila dapat mengungkapkan suatu kebenaran yang ilmiah dalam kalangan akademisi. 2. Sisi Praktis

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat dibaca oleh khalayak umum. Selain bermanfaat untuk menghindari gesekan antar organisasi kemasyarakatan. Peneliti juga berharap dengan adanya tulisan ini akan bertambah rasa persaudaraan antar organisasi kemasyarakatan sehingga akan menimbulkan persatuan dan kesatuan sesama warga negara negara khususnya sesama Islam.

E. Pendekatan dan kerangka teoritik

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu menunjukan fungsinya yang sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya didalam upaya penulisan sejarah kritis itu setidaknya terdapat dua implikasi metodologis. Pertama, kewajiban memakai metode study sejarah yang lebih Problem Oriented. Kedua, penjelasan serta memahami sejarah didasari pada analisis yang bersifat social scientific. Gambaran pendekatan terhadap suatu peristiwa akan terlihat ketika seseorang melihat dari sudut pandang mana, maka dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan Historis, dengan harapan penelitian tersebut dapat menghasilkan sebuah penjelasan (Historial Explanation)


(21)

13

yang mampu mengungkapkan gejala-gejala yang kronologis, relevan dengan waktu dan tempa peristiwa sejarah.16

Dalam pengertian luas teori adalah seperangkat kaidah yang memandu seorang peneliti dalam menyusun bahan-bahan (data sejarah) yang telah diperoleh dari serangkaian pengumpulan data, analisis sumber sekaligus evaluasi sumber penemuannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori challange dan respons yang dikemukakan oleh Arnold untuk menganalisis gerak sejarah yang dalam hal ini mengenai sejarah dan perjuangan FPI (Front Pembela Islam) di kota/kabupaten Pasuruan.

Teori challange dan respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah adalah kausalitas antara teori challange (tantangan) dan respons (tanggapan). Antara krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan menjelaskan peristiwa-peristiwa kekinian Islam bahkan “sejarah masa depan”.17

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai FPI (Front Pembela Islam) memang menarik untuk diteliti. Pergerakan yang begitu dikenal oleh banyak masyarakat ini telah menyita perhatian dan daya tarik tersendiri. Berikut adalah beberapa penelitian yang membahas mengenai FPI (Front Pembela Islam):

16

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 78. 17Moefich, “Krisis Ekonomi dan Revilisme Islam di Asia Tenggeara”, dalam

http://moefichsitusgd.web.Id/2007/11/28/krisis-sosial-ekonomi-dan-revilisme-islam-di-asia-tenggara (7 September 2013)


(22)

14

1. Nurotul Badriyah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Prespektif FPI (Front Pembela Islam) Study kasus di Surabaya.Surabaya: skripsi fakultas ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2013. Pada penelitian ini

pembahasannya hanya mengacu kepada pergerakan Amar Ma’ruf Nahai

Munkar FPI yang menjadi solusi bagi kelalaian pemerintah didalam melaksanakan tugas yang terjadi di kota Surabaya sebagai pengayom masyarakat. Dalam hal ini kesejahteraan, kenyamanan dan rasa aman telah terusik dengan adanya tempat-tempat maksiat. Disinilah adanya FPI menjadi solusi bagi problem yang ada di masyarakat untuk memberikan rasa aman kepada masyrakat.

2. Anugerah Zakya Rafsanjani, Respon Masyarakat terhadap Fundamentalisme terhadapa Font Pembela Islam (study tentang respon masyarakat desa Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan terhadap Front pembela Islam blimbing). Surabaya: skripsi fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2016. Fokus pembahasan pada skripsi ini membahas mengenai respon Mayarakat desa Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan terhadap adanya Front pembela Islam dan gerakan Fundamentalismenya.

Masyarakatpun menerima dan mendukung perjuangan Amar Ma’ruf Nahi

Munkarnya.

3. Muhammad Tikno Mulyono, Dakwah Front Pembela Islam di Bangkalan

(study ekploratif tentang gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar). Surabaya:

skripsi fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri, 2009. Skripsi membahas mengenai dakwah dan hishbah “Amar ma’ruf nahi munkar” Front Pembela


(23)

15

Islam di Bangkalan. Konsep dakwah dan hisbhah yang dijadikan menjadi satu kesatuan.

4. Azilatul Rohmaniah, Tinjauan hukum pidana Islam dan undang-undang no 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan terhadap perihal model Amar

ma’ruf nahi munkar oleh Front Pembela Islam (Studi Kasus di Dusun Dengok

Desa Kandang Semangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan). Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014. Dalam skrpisi ini menjelaskan dan fokus terhadap pergerakan

Amar ma’ruf nahi munkar yang dinilai telah melampai batas sehingga terjadi

penganiyayaan terhadap korban yang terjadi di Kabupaten Lamongan serta termasuk tindak pidana yang tertera didalm undnag-undang no 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan.

Sedangkan dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan awal mula adanya Front Pembela Islam (FPI) di kota Pasuruan, aktifitas-aktifitas, peran didalam masyarakat dan perjuangannya di kota/kabupaten Pasuruan.

Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian diatas. Jika penelitian diatas hanya fokus terhadap gerakan Amar ma’ruf nahi munkar. Namun disini Peneliti akan mengungkapkan hubungan antara Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi kemasyarakatan Islam lainya.


(24)

16

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang bersifat historis tentu peneliti menggunakan metode sejarah yaitu sebuah proses yang meliputi analisis, gagasan pada masa lampau, untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memenuhi kenyataan-kenyataan sejarah. Metode ini juga berguna untuk memehami situasi sekarang dan meramalkan yang akan datang.18

Metode penelitian sejarah dalam pengertian secara umum adalah suatu penyelidikan atau penggalian data yang terkait dengan peristiwa atau permasalahan yang sedang dihadapi dengan mengaplikasikan metode sebagai jalan pemecahnya dari sudut pandang historis. Data (tunggal datum) adalah bahan atau keterangan tentang suatu obyek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian. Definisi data sebenarnya hampir sama dengan definisi informasi, hanya saja informasi lebih ditonjolkan dari segi pelayanan, sedangkan data lebih menonjolkan aspek materi hasil peristiwa sejarah.19

Dalam pengumpulan data kadang-kadang nampak bahwa pengumpulan data atau peristiwa-peristiwa sejarah dalam bentuk terinci itu merupakan hal yang ada kaitannya dengan cara pemaparan atau historiografi sejarah. Aspek pengumulan data merupakan fase penting yang mendahului penulisan sejarah dalam bentuknya yang final, ini merupakan langkah penting bagi peneliti agar dapat mengungkapkan peristiwa sejarah yang samar-samar dengan bahasa yang pas dan efisien. Maka peneliti

18

Suhartono W Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 29. 19

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Public Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), 119.


(25)

17

tidak boleh menggunakan bahasa yang mungkin memberikan sifat ilmiah tetapi menjauhkan peneliti dari peristiwa-peristiwa yang pasti dan terperinci.20

Berikut adalah tahapan-tahapan metode penelitian sejarah yang meliputi empat langkah yaitu: Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber, Interpretasi (analisis data), penulisan (historiografi).21

1. Heuristik (pengumpulan data)

Dalam penelitian yang berjudul “Gerakan Front Pembela Islam di kota

Pasuruan”. Peneliti mencoba mengmpulkan data yang berupa refrensi maupun

arsip-arsip berupa foto-foto dan video yang menjelaskan atau menggambarkan tentang aktifitas kegiatan FPI maupun perjuangan yang berupa Dakwah, Hishbah Amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan dari jejak adanya Front Pembela Islam (FPI) di kota Pasuruan.

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Sumber primer

1) Sumber lisan

a) Wawancara kepada salah satu penggagas Front Pembela Islam di Pasuruan yaitu Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad dan Gus Muhammad Nawawi.

2) Sumber tulisan/doumentasi

a) Surat keputusan Front Pembela Islam (FPI) tentang pengesahan DPW FPI di Pasuruan.

b) AD/ART (anggaran dasar/anggaran rumah tangga), dll.

20

Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah (Duqqi: Darul Ma’arif, 1964), 214. 21


(26)

18

c) Buku karangan Al-Habib Dr. Muhammad Rizieq bin Husein Syihab Lc, MA, DPMSS yang berjudul Amar ma’ruf nahi munkar. Buku ini juga menjadi rujukan bagi seluruh cabang FPI di semua wilayah. d) Arsip-arsip berupa foto-foto dan video DPW FPI Pasuruan. b. Sumber sekunder

1)Sumber lisan

a. Wawancara kepada ketua NU (Nahdlotul Ulama’) dan

Muhammadiyah tentang Front Pembela Islam di Pasuruan. 2)Sumber tulisan

a) Al-Zatrouw, Gerakan Islam Simbolik; Politik Kepentingan FPI. 2. Verifikasi

Verifikasi atau kritik sumber merupakan metode tahap kedua dalam meneliti sumber sejarah. Verifikasi terbagi menjadi dua macam cara/langkah yaitu:

a. Otensitas atau kritik keaslian sumber (kritik ekstern), yaitu sebagai seorang peneliti kita harus meneliti secara seksama dari berbagai aspek sumber data seperti aspek kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, kata-kata dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui otensitasnya (keaslian sumber). Selain dokumen tertulis, sumber data yang mendukung lainnya seperti artefak, sumber lisan, dan sumber kuantitatif lainnya.

b. Kredibilitas sumber atau kesahihan sumber (kritik intern) adalah mengakui bahwa sumber tersebut adalah sumber yang asli dan dapat dipercaya dan


(27)

19

dipertanggung jawabkan setelah dilakukan diberbagai penelitian dan kritik terhadap sumber.22

3. Interpretasi

Dalam langkah ini peneliti berusaha menafsirkan data yang telah diverifikasi. Berdasarkan pendekatan historis dan menggunakan teori challange dan respons yang dikemukakan oleh Arnold untuk menganalisis gerak sejarah yang dalam hal ini mengenai sejarah dan perjuangan FPI (Front Pembela Islam) di kota Pasuruan. Karena pendekatan dan teori ini dinilai sangat cocok untuk mengungkap sebuah perjalan masa lalu atau gerak sejarah sehingga akan menghasilkan suatu penelitian atau skripsi yang benar-benar otentik.

4. Historiografi

Historiografi adalah cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian, sejak dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep sinkronik dimana dalam aspek kajiannya lebih pada atau masa waktu tertentu dengan lebih mendalam

22


(28)

20

H. Sistematika pembahasan

Sistematika penulis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penjelasan mengenai runtutan mengenai ke lima bab yang akan dijabarkan ke dalam bab-bab berikut :

Bab pertamaberisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua membahas tentang sejarah dan latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan .

Bab ketiga membahas tentang hubungan Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi masyarakat Islam seperti NU dan Muhammadiyah.

Bab keempat membahas tentang respon masyarakat Pasuruan terhadap eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang.


(29)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN

A. Latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

Front Pembela Islam (FPI) merupakan suatu organisasi Islam yang muncul akibat menurunnya peran Negara yang berdampak pada hilangnya tertib hukum di masyarakat. FPI lahir secara resmi pada 17 Agustus 1998, bertepatan dengan 24 rabiuts Tsani 1419 H, di Pondok Pesantren Al-umm, kampong Utan,

Ciputat, Jakarta Selatan. FPI didirikan oleh sejumlah haba’ib, ulama, muballigh,

serta aktivis muslim dan umat Islam. Tokoh yang melopori berdirinya FPI adalah Habib Muhammad Riziq Shihab. Sebagai sebuah organisasi gerakan, para aktivis ini telah melakukan berbagai aktivitas keagamaan seperti tabligh akbar, audensi, silaturahmi, dan juga demonstrasi. Sebagai bagian dari masyarakat, FPI merasa memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam memberikan kontribusi positif untuk kemajuan bangsa.23

Front Pembela Islam (FPI) ketika berdiri juga mencanangkan deklarasi gerakan nasional anti maksiat pada saat deklarasi berdirinya FPI pada tanggal 17 Agusrus 1998 milladiyah, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan caci maki, bahkan teror, ancaman dan intimidasi, kerap kali dilamatkan ke FPI. Berbagai ujian dan cobaan menghantam FPI dan para aktivisnya. Pada tanggal 22

23


(30)

22

November 1998 M, terjadi tragedi ketapang, yang menyeret FPI kedalam tragedy berdarah yang menggemparkan dunia.

Dan pada tanggal 11 April 1999 M, Habib Rizieq selaku ketua umum FPI ditembak orang tidak dikenal, dan dengan pertolongan Alloh swt. Habib Rizieq selamat dari usaha percobaan pembunuhan tersebut.

Sedang pada tanggal 23 Juli 2000 M, Habib Sholeh Alattas, salah seorang penasehat DPP-FPI, terbunuh ditembak orang tidak dikenal didepan halaman rumahnya, usai mengimami sholat shubuh di masjid.

Esoknya, tanggal 24 Juli 2000 M sore hari, KH. Cecep Bustomi, salah seorang deklator FPI, ketika keluar dari markas grup l kopasus di Serang, usai bertemu wakil komandan grup 1, dikerjar sejumlah orang tak dikenal dengan mengendarai motor tril, sambil terus membrondong tembakan hingga pasar Rawu, Serang, Banten. Akhirnya beliaupun terbunuh secara tragis.

Sampai tahun 2000 inilah pulalah, terjadi penangkapan besar-besaran terhadap aktivis FPI diberbagai wilayah. Bahkan pada tanggal 11 Desember 2000 M, menjelang sahur, aparat kepolisian dengan sangat brutal menembaki tim monitoring lakar FPI pusat secara membabi buta, sepanjang jalan S. Parman – katamso – K.S Tubun. Penembakan tersebut dilator belakangi oleh kekecewaan dan sakit hati sejumlah oknumkepolisian, karena lahan setoran judiya diserang salah satu posko lascar FPI di wilayah Jakarta Barat.

Dua hari kemudian, tanggal 17 Ramadhan1421 H / 13 Desember 2000 M, Habib Sholeh Al-Habsyi, ketua majelis syuro Jawa Barat diserang segerombolan


(31)

23

preman, rumah tinggalnya dijarah dan dibakar. Beliau dan keluarga berhasil meloloskan diri.

Puncaknya, pada tanggal 28 ramadhan 1421 H / 24 Desember 2000 M, malam Natal, di SCTV lewat suatu acara dialog dengan Presiden RI ke-4 yang didampingi dan dipandu oleh salah seorang presenter SCTV. Presiden menyatakan bahwasannya FPI harus dibubarkan karena melanggar hukum, mendirikan Negara dalam Negara dan mengganggu kesejahteraan rakyat. Batas waktu yang diberikan adalah sampai akhir Januari tahun 2001.24

Lahirnya FPI Menurut habib Rizieq tidak lepas dari menurunnya peran Negara yang berdampak pada hilangnya tertib hukum di masyarakat. Banyak peraturan pemerintah yang dilanggar oleh masyarakat, termasuk disini adalah mengenai judi dan kemaksiatan. Pada era reformasi, pemerintah tidak dapat mengendalikan terjadinya tindak kemaksiatan, seperti perjudian, narkoba, minuman keras, dan beroperasinnya tempat-tempat maksiat secara terbuka. Oleh karena itu, FPI berkewajiban mengambil inisiatif membantu pemerintah untuk memerangi kemaksiatan tersebut.25

Al-Zastrouw Ng mengatakan latar belakang berdirinya FPI tak lepas dari situasi sosial-politik antara lain; Pertama, adanya penderitaan panjang yang di alami umat Islam Indonesia sebagai akibat adanya pelanggaran HAM yang di lakukan oleh oknum penguasa. Kedua, kegagalan aparat Negara untuk menegakkan hukum dan menjamin ketertiban masyarakat, ketiga, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan

24

Ibid., 3-4.

25


(32)

24

martabat Islam. Keempat, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat menegakkan amar makruf nahi munkar. Tampaknya, latar belakang kelahiran FPI tersebut tidak bisa lepas dari peristiwa reformasi sebagai momentum perubahan sosial politik di Indonesia.26

Sedangkan Front Pembela Islam di Pasuruan lahir pada pada hari ahad / minggu tanggal 7 Rajab 1436 H / 26 April 2015. Pada waktu itu dilaksanakanlah hasil hasil musyawarah wilayah yang bertempat di Jl. Ponpes Attahzib, Lekok, Pasuruan - Jawa Timur.27

FPI berdiri untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf

adalah perintah untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum syara’ dan hukum akal. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah setiap

kejahatan/kemungkaran, yakni setiap perkara yang dianggap buruk oleh syara’ dan hukum akal. Dalam mencapai tujuan amar ma’ruf, FPI mengutamakan metode bijaksana dan lemah lembut melalui langkah-langkah mengajak dengan

hikmah (kebijaksanaan, lemah lembut), member mau’idzah hasanah (nasihat yang

baik), dan berdiskusi dengan cara yang terbaik. Sedangkan dalam melakukan nahi munkar, FPI mengutamakan sikap yang tegas melalui langkah-langkah menggunakan kekuatan/kekuasaan bila mampu dan menggunakan lisan dan tulisan, bila kedua langkah tersebut tidak mampu dilakukan maka nahi munkar dilakukan dengan menggunakan hati yang tertuang dalam ketegasan sikap untuk tidak menyetujui segala bentuk kemungkaran.28

26

Al-Zastrouw, Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI, 90.

27

Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor : 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.

28


(33)

25

Namun, latar belakang medan di Pasuruan yang cukup kondusif dan banyak sekali pondok-pondok Pesantren maka terbentuknya FPI lahir agar lebih pada dakwah dan sosial. Seiring semakin cepatnya perubahan dan perkembangan dalam tubuh umat Islam dan seluruh aspek kehidupannya, serta sejalan dengan fenomena akhir zaman dan juga penyikapannya sebagaimana ditetapkan oleh Alloh dan Rasul-Nya, maka pergerakan dan eksistensi dakwah Front Pembela Islam (FPI) diseluruh wilayah Indonesia pada umumnya dan diwilayah Pasuruan pada khusunya, semakin dibutuhkan. Dan dinantikan oleh umat di negeri ini.

Harus disadari, saat ini organisasi FPI telah menjadi “buah bibir” tidak

hanya di NKRI tetapi juga dikancah dunia internasional. Konsekuensinya mau tidak mau, semua mata akan melihat, menyaksikan, mengkritisi, mendukung atau bisa jadi berusaha menghambatnya, menghalangi, bahkan merusak gerakan dakwahnya. Maka dari itu, FPI sendiri harus mampu memainkan perannya sebagai organisasi yang layak dan pantas menjadi ujung tombak khoiru ummah, menjadi pelindung umat Islam, menjadi pembela Alloh dan Rasul-Nya di garda terdepan.29

Pada hari hari kamis tanggal 7 Januari 2016 kota Pasuruan kedatangan dua tokoh besar yakni Habib Muhammad Rizieq bin Syihab Lc, MA. DPMSS (Imam Besar FPI) dan KH. Hasyim Muzadi (tokoh ulama NU – Dewan Pertimbangan Presiden RI) dalam acara Pelantikan DPW dan DPC FPI se-Pasuruan, Maulid

Akbar dan Diskusi Syari’ah dengan tema “ PEMAPARAN DAN PENGUATAN

ASWAJA SERTA WAPADA PKI ” mulai pukul 08.00 wib sampai 13.30 wib

29


(34)

26

bertempat di Jl. Panglima Sudirman No. 28 (sebelah rumah walikota) Pasuruan Jawa Timur tepatnya di Gedung Gradika Pasuruan. Acara ini diselanggarakan oleh Imam Derah Front Pembela Islam Jawa Timur Habib Abdurrohman bin Husein Assegaf Bahlega.

Kedua tokoh ini memaparkan dalam pemaparannya mengajak ribuan

jamah untuk senantiasa menjaga faham Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) dari

semua faham yang merusak. Habib Rizieq mengingatkan bahaya faham radikal seperti yang dianut ISIS hingga Komnisme. Dan beliau juga menolak keras wacana Negara meminta maaf secara resmi pada keluarga eks PKI. Serta, menyatakan bahwa FPI siap menjadi benteng ulama NU Dan berkeyakinan bahwa dalam tragedi 65, Negara dan para ulama NU tidak bersalah, melainkan PKI yang harus bertanggung jawab.30

B. Tokoh yang berperan dalam pembentukan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

1. Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad

Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad adalah sekretaris dewan syura yang awalnya menjadi ketua FPI di Pasuruan. Beliau masuk dan mengenal FPI pada tahun 2000 sebagai simpatisan dibawah ketua habib Abdurrahma Bahlega Assegaf. Namun, takberselang lama habib Abdullah ditarik dan dikasih mandat menjadi ketua FPI di Pasuruan. Lantaran habib Abdurrahman Bahlega Assegaf yang awalnya sebagai ketua FPI Pasuruan akhirnya naik ketingkat

30


(35)

27

Provinsi. Posisi habib Abdullah yang masih remaja dan duduk dibangku sekolah menengah pertamatelah menjadi ketua Tak heran menuai pujian dari habib Rizieq bin Syihab sebagai ketua FPI paling muda.

Pada tahun 2002 habib Abdullah berhenti dan fakum dari posisi sebagai ketua FPI lanntaran usia yang masih muda dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan terlebihi dahulu.

Pada tahun 2014 habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad kembali aktif dan mencoba untuk membangun kembali aktifitas FPI yang sempat fakum dari kegiatan-kegitan. Habib Abdullah mencoba untuk melobi dan meminta pendapat Habib Abdurrahman sebagai Imam Daerah Jatim untuk mengaktifkan kembali FPI di Pasuruan. Setelah mendapat izin Habib Abdurrahman, habib Abdullahpun mencoba mengumpulkan dan menelusuri setiap pengurus FPI di Pasuruan untuk diajak kembali menghidupkan FPI. Dan pada akhirnya terkumpullah para pengurus yang pada akhirnya di usulkan kepada pusat untuk dibuatkan SK, dari pusatpun menyetujui beberapa nama yang diusulkan oleh Habib Abdillah. Dari usaha inilah habib Abdullah berhasil mengumpulkan para pengurus dan mengadakan Musyawarah wilayah untuk syarat pembentukan FPI di Pasuruan.31

31


(36)

28 C. Format Kepemimpinan, Struktur dan Kekuasaan Dalam FPI

1. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi

a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) di tingkat pusat terdiri dari Imam Besar, Majelis Syura dan Dewan Tanfidzi.

b. Dewan Pimpinan Luar Negeri (DPLN) di Luar Negeri terdiri dari Imam, Majelis Syura Dewan Tanfidzi.

c. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di tingkat Propinsi terdiri dari Imam, Majelis Syura Dewan Tanfidzi.

d. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di tingkat Kota / Kodya / kabupaten adalah Dewan Tanfidzi Wilayah.

e. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tingkat Kecamatan adalah Dewan Tanfidzi Cabang.

f. Dewan Pimpinan Ranting (DPRa) di tingkat Kelurahan / Desa adalah Tanfidzi Kelurahan.

g. Pengurus Inti :

1) Pengurus Inti Majelis Syura Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Daerah adalah :

Seorang Ketua, seorang sekretaris, lima orang ketua Majelis Tinggi

Front, yaitu : Majelis Syari’at, majelis Pembina, majelis Penasehat,

Majelis Pengawas, dan majelis Kehormatan, yang beranggotakan sekurang-kurangnya 33 orang dan sebanyak-banyaknya 99 orang.


(37)

29

2) Pengurus Inti Dewan Tanfidzi di tingkat Pusat ialah :

Seorang Ketua Umum, seorang Wakil Ketua Umum, beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Umum, beberapa orang Wakil Sekretaris Umum, dan beberapa Wakil Bendahara Umum.

3) Pengurus Inti Dewan Tanfidzi di tingkat sealin Pusat ialah :

Seorang Ketua, beberapa orang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, seorang Bendahara. 32

h. Organisasi FPI memiliki lima badan khusus yaitu :

1) BIF: Badan Investigasi Front

BIF bertugas untuk melakukan investigasi terhadap berbagai persoalan yang berdampak buruk terhadam Islam dan FPI. BIF memiliki dua visi.

a) Devisi Inteljen

Devisi ini bertugas melakukan pengawasan secara rahasia terhadap segala aktivitas yang merugikan Islam dan FPI.

b) Devisi Pencari Fakta

Devisi ini bertugas mencari dan menghimpun berbagai fakta dan data untuk membuktikan keakuratan inteljen FPI.

2) BTF: badan anti Teror Front

Ancaman, intimidasi, dan berbagai terror hampir setiap saat menghampiri setiap aktivitas FPI. dalam hal ini BTF memainkan

32


(38)

30

peranan penting untuk mengantisipasi, menghadapi dan melawan segala bentuk terror tersebut. BTF bekerja sama dengan BIF untuk

melakukan “kontra teror” maupun “kontra intelijen” terhadap

musuh-musuh Islam yang melakukan terror ataupun penyusupan ke dalam aktivitas umat Islam.

3) BPF: badan Pengkaderan Front

BPF adalah badan khusus yang bertanggung jawab menangani sistem pengkaderan FPI badan inilah yang mengelola pembinaan, pendidikan, dan pelatihan para kader FPI.

4) BAF: Badan Ahli Front

BAF adalah laboratorium strategi FPI dalam pengkajian persoalan kehidupan dan di segala sector keilmuan. Di BAF inilah para pakar FPI dari berbagai disiplin ilmu berkumpul. Ke depan diharapkan BAF mampu menjadi think-think bagi FPI, bahkan bagi kehidupan masyarakat secara umum.

5) BAZ: Badan Amil zakat

BAZ adalah bertugas untuk penyuluhan dan menyadarkan zakat,

pengumpulan dan pendistribusian zakat sesuai syari’at Islam. Serta

mengadakan rekrutmen keanggotaan wajib zakat secara tetap dan membangun informasi, pengelolaan zakat yang professional dan terintegrasi.33

i. Organisasi FPI memiliki lima Lembaga Otonom yaotu :

33


(39)

31

1) PMF: Lembaga Pemantau Ma’siat Front

Lembaga ini bertugas sebagai pemantau independen terhadap aktivitas kemaksiatan di Indonesia. Khususnya, terhadap pelanggaran hokum hukum yang dilakukan oleh para pengusaha masiat dan para pelindungnya dari kalangan pejabat Negara, termasuk aparat keamanan.

2) LDF: Lembaga Dakwah Front

LDF adalah wadah silaturrohim para muballigh/ da’I FPI,

sekaligus sebagai pusat pengembangan da’wah islam yang

diprogramkan FPI. LDF memiliki dua fungsi, internal dan eksternal.

Fungsi internal adalah mensosialisasikan da’wah dikalangan aktifis

FPI, termasuk pembinaan mental spiritual dan pengembangan Sumber

Daya Da’wah yang dimiliki FPI. sedangkan fungsi eksternalnya

adalah mensosialisasikan da’wah Islam ditengah masyarakat. 3) LEF: lembaga Ekonomi Front

Tugas LEF adalah membangun ekonomi FPI agar tidak menjadi organisasi yang lemah. Untuk itu, LEF berkewajiban melakukan terobosan-terobosan bisnis yang berprospek, sehingga kedepan FPI

mampu memiliki “Profit Center” yang ditangguh untuk mendanai

perjuangan amar ma’ruf nahi munkar. 4) BHF: Lembaga Bantuan Front

BHF telah menunjukkan eksistensinnya sebagai Lembaga Bantuan Hukum FPI. sejak FPI berdiri hingga kini, tanpa mengenal lelah dan


(40)

32

tanpa pamrih secara terus-menerus melakukan litigasi advokasi untuk aktivitas FPI.

5) HILMI : Lembaga Kemanusiaan Front Bernama Hilal Merah Indonesia

HILMI adalah relawan untuk tugas-tugas kemanusiaan dalam bencana kemanusiaan dan bencana alam.34

j. Organisasi FPI memiliki empat Anak Organisasi yang otonom dan Independen serta memiliki AD / ART, Struktur organisasi, garis komando, progam kerja dan pertanggung jawaban sendiri, Yaitu :

1) Laskar Pembela Islam (LPI)

LPI adalah barisan pemuda FPI yang menjadi satuan tugas organisasi dengan fungsi serba guna. Struktur kepemimpinan LPI berdasarkan jabatan dan kepangkatan yang ditentukan mulai karir dan prestasi para anggotanya. Pemimpin LPI di tingkat Nasional disebut Imam Besar Laskar. Di tingkat provinsi disebut Imam Laskar. Di tingkat kecamatan disebut Qoid laskar. Di tingkat Kelurahan/ Desa disebut Amir Laskar. Ditingkat Front (regu) disebut Rois Laskar. Sedangkan para laskar disebut Jundi.

2) Mujahidah Pembela Islam (MPI)

MPI adalah barisan muslimat FPI selama ini aktivitasnya masih terfokus kepada masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Namun demikian, tidak jarang MPI ikut melibatkan diri secara aktif dalam

34


(41)

33

berbagai aksi damai FPI. kehadiran MPI sebagai sayap FPI dimaksudkan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi serta

semangat amar ma’ruf nahi munkar para kaum wanita islam. Misi

utamannya adalah memperjuangkan kaum wanita agar berada pada posisi yang mulia dan terhormat di dunia dan akhirat.

3) Serikat Pekerja Front (SPF)

SPF adalah perhimpunan para anggota FPI yang bekerja sebagai buruh/ pegawai/ karyawan di berbagai pabrik dan perusahaan. Untuk pertama kalinnya DPP-FPI mencanangkan dan mendeklarasikan SPF di wilayah Tanggerang atas desakan para aktivis FPI Tanggerang yang kebanyakan berasal dari kalangan buruh pabrik

4) Front Mahasiswa Islam (FMI)

Sejumlah mahasiswa yang selama ini aktif di kelaskaran FPI

berkeinginan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar bukan saja secara fisik. Namun mereka juga ingin beramar ma’ruf nahi munkar

dengan berkemampuan intelektual yang dimilikinnya, sehingga wawasan akademiknya tidak mubadzir. Akhirnya, digulirkan ide pembentukan FMI. FMI tersebut dirintas oleh para mahasiswa FPI, namun pada perkembangan selanjutnya FMI lebih mandiri dan mulai dimintai mahasiswa dari berbagai kalangan.35

2. Struktur Dewan Pimpinan Pusat

Dewan Pimpinan Pusat FPI terdiri dari:

35


(42)

34

1) IMAM BESAR sebagai Pimpinan Tertinggi

2) Majellis Syura yang dipimpin oleh seorang Ketua dibantu seorang Sekretaris dan 5 (Lima) orang Ketua Dewan Tinggi Front, yaitu:

Dewan Syari’at Dewan Kehormatan, Dewan Pembina, Dewan

Penasihat dan Dewan Pengawas yang jumlahnya keanggotaannya minimal 33 orang dan maksimal 99 orang.

3) Dewan Tanfidzi yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum yang dibantu oleh beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Umum yang dibantu beberapa Wakil Bendahar Umum, 5 (Lima) Badan Khusus, 5 (Lima) Lembaga Otonom, dan 4 anak Organisasi.36

3. Kekuasaan Organisasi

Kekuasaan tertinggi organisasi FPI adalah MUSYAWARAH, sesuai tingakat kepemimpinan organisasi:

a. Musyawarah di tingakat Nasional terdiri dari Musyawarah Nasional (MUNAS), Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB), Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) dan Musyawarah Pimpinan Nasional (MUSPIMNAS).

b. Musyawarah di tingkat Luar Negeri adalah MLN yang pesertanya adalah IMAM dan semua pengurus Dewan Pimpinan Luar Negeri yang kekuasaannya akan diatur lebih lanjut di daam Anggaran Rumah Tangga yang diselenggarakan setiap 5 Tahun sekali oleh Dewan Pimpinan Luar Negeri.

36


(43)

35

c. Musyawarah di tingkat Daerah terdiri dari Musyawarah Daerah (MUSDA), Musyawara Daerah Luar Biasa (MUSDALUB), Musyawarah Kerja Daerah (MUKERDA), dan Musyawarah Pimpinan Daerah (MUSPIMDA), yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

d. Musyawarah di tingakat Wilayah terdiri dari Musyawarah Wilayah (MUSWIL) Musyawarah Wialyah Luar Biasa (MUSWILUB), Musyawarah Kerja Wilayah (MUSPIMWIL), yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

e. Musyawarah di tingkat Cabang adalah Musyawarah Cabang (MUSCAB), diselenggarakan setiap 4 Tahun sekali oleh DPC, yang pesertanya adalah seluruh pengurus DPC–FPI, dan para ketua dan sekretaris Dewan tiap-tiap DPRa-FPI serta 1 Oarang UTUSAN DPD FPI setempat, yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

f. Musyawarah di tingkat Ranting adalah Musyawarah Ranting (MUSRAN), diselenggarakan setiap 3 Tahun sekali oleh DPRa, yang pesertanya adalah seluruh pengurus DPRa–FPI, dan para Anggota FPI di Ranting tersebut serta utusan DPW-FPI setempat, yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.


(44)

36

g. Pimpinan Sidang MUNAS, MLN, MUSDA, MUSWIL, MUSCAB, dan MUSRAN adalah Dewan Pimpinan periode berjalan di Tiap Tingkatan.

37

4. Dewan Tanfidzi DPW Pasuruan a. Ketua : KH. Lukman Aziz b. Sekretaris : Ust. Ahmad Qusyairi

c. Bendahara : Ust. Ahmad Syafi’i

1) Wakil ketua bidang dakwah : Ust. M. Nizar 2) Wakil ketua bidang hisbah : Ust. H. Malik Asyiq 3) Wakil ketua bidang jihad : Ust. H. Mujayyin

4) Wakil ketua bidang organisasi : Gus Muhammad Nawawi, SH Sedangkan disayap juang antara lain :

a) Front Mahasiswa Islam : Eka Sugeng Ariadi, M.Pd. b) Mujahidah Front Islam : Ustadzah Hofsoh

c) Laskar Pembela Islam : Ust. Sunardi.38

Sistem struktur keorganisasian dan kepemimpinan FPI di atas telah dituangkan secara rinci dan jelas dalam AD/ART FPI. namun perlu dicatat pula AD/ART FPI sebenarnya adalah al-Qur’an, As-Sunnah, AL-Ijma’, dan al-Qiyas.39 Artinnya seluruh kandungan AD/ART FPI wajib tunduk kepada keempat sumber hukum Islam autentik tersebut.

37

Pedoman Front Pembela Islam (AD/ART) 2013. 38

Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor: 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.

39


(45)

37 D. Visi dan misi Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

1. Arti penerapan Syariat secara Kaffah adalah penerapan syariat islam diseluruh bidang kehidupan yaitu Akidah, Ibadah, Munakahat, Muamalat dan Jinayat. Arti Penerapan Syariat Islam secara Kafah adalah kewajiban menjalankan Syariat Islam secara Individu, dalam kehidupan Masyarakat dan Negara.

2. Arti Khilafah Islamiyyah adalah diterapkannya kesatuan sistem ekonomi, politik, pertahanan, sosial, pendidikan dan hukum di dunia islam.

Visi dan Misi organisasi FPI adalah penerapan Syariat Islam secara Kaffah dibawah naungan Khilafah Islamiyyah menurut Manhaj Nubuwwah, melalui

pelaksanaan Da’wah, penegakan Hisbah dan pengalaman jihad.

FPI harus ikut berperan aktif dalam upaya menegakkan Khilafah Islamiyyah Alamiyyah sesuai Syariat Islam, melalui langkah-langkah logis realistis yang elegan dan bertanggung-jawab, serta sejalan dengan nafas kemajuan Dunia, antara lain:

a. Mendorong peningkatan Fungsi dan Peran Organisasi Konferensi Islam(OKI). b. Mendorong pembentukan Parlemen Bersama Dunia Islam.

c. Mendorong pembentukan Pasar Bersama Dunia Islam.

d. Mendorong pembentukan Pakta Pertahanan Bersama Dunia Islam. e. Mendorong penyatuan Mata Uang Dunia Islam.

f. Mendorong penghapusan Paspor dan Visa antar Dunia Islam. g. Mendorong kemudahan asimilasi perkawinan antar Dunia Islam.


(46)

38

h. Mendorong penyeragaman kurikulum pendidikan Agama & Umum Dunia Islam.

i. Mendorong pembuatan satelit Komnikasi Bersama Dunia Islam. j. Mendorong pendirian Mahkamah Islam Internasional.

Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai sudut pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi, bahwa penegakan amar ma´ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauhkan kezholiman dan kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma´ruf nahi munkar, mustahil kezholiman dan kemunkaran akan sirna dari kehidupan umat manusia di dunia.

FPI bermaksud menegakkan amar ma´ruf nahi munkar secara káffah di segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ´Azza wa Jalla. Inilah misi FPI.40 Sifat organisasi ini bersifat mandiri dan tidak menjadi bagian dari ormas/orsospol manapun juga, di mana pedoman yang digunakan adalah Allah SWT sebagai tujuan kami, Muhammad Saw adalah teladan kami,

Al-Qur’an adalah pedoman kami dan syahid adalah cita-cita kami. Dan juga semboyan dari FPI adalah hidup mulia atau mati syahid.41

E. Standart Operasional Prosedur (SOP) Hisbah.

Front Pembela Islam sebagai ormas yang fokus dalam amar ma’ruf nahi

munkar mempunyai gerakan yang sistematis. dalam setiap tindakan dan sikap yang diambil FPI manapun harus memenuhi syarat prosedur standart yang telah

40

Shihab, Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar, 142. 41


(47)

39

ditentukan organisasi. Berikut langkah-langkah penanganan tempat maksiat / SOP

amar ma’ruf nahi munkar:

1. Harus adanya laporan dari masyarakat akan adanya tempat maksiat.

2. Jika dirasa laporan tersebut dinilai sudah memenuhi beberapa syarat dalam artian adanya laporan dari masyarakat lain dengan tempat maksiat yang sama. 3. FPI akan mengirim badan khusus yakni Badan Investigasi Front untuk

menyelidiki tempat maksiat tersebut dan nantinya akan disusul kepada laporan kepada DPW dan DPD tentang medan tempat maksiat

4. Menentukan medan tempat maksiat tersebut dengan melihat dari keberpihakan warga dan masyarakat terhadap adanya tempat maksiat.

5. Opsi pertama, Jika memang warga dan masyarakat masih mendukung tempat

maksiat, maka pihak dari FPI dilarang menggunakan medan amar ma’ruf nahi

munkar. Melainkan medan yang digunakan adalah dakwah dengan mengirim

dai’-da’i untuk dilakukan langkah penyadaran kepada masyarakat.

Opsi kedua, jika masyarakat menolak dengan adanya tempat maksiat tersebut, maka dari pihak FPI menindak lanjut dengan berkordinasi dengan pihak berwenang:42

a. Kirimkan surat protes dan tuntutan pertama ke Lurah, dengan tembusan kepemilik / penguasa tempat maksiat tersebut, Binmas, Babinsa, dan Ulama kelurahan setempat, serta ke Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan. b. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat protes dan tuntutan kedua ke Camat dengan tembusan ke pemilik / penguasa

42


(48)

40

tempat maksiat tersebut, Kapaolsek, Danramil, dan Ulama kecamatan setempat. Serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan satu surat pertama).

c. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat protes dan tuntutan ketiga ke Walikota / Bupati dengan tembusan kepemilik / penguasa tempat maksiat tersebut, DPRD tk. II, Kapolres, Dandim dan ulama Kotamadya / Kabupaten. Setempat Serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan satu surat pertama dan kedua).

d. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat protes dan tuntutanterakhir (Ultimatum) ke Gubernur dengan tembusan kepemilik / penguasa tempat maksiat tersebut, DPRD tk. I, Kapolwil, Kapolda, Danrem, Pangdam, dan ulama Propinsi setempat, Serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan satu surat pertama, kedua dan ketiga).

e. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka libatkan masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif lain dalam upaya menutup tempat maksiat tersebut, yang dalm pelaksanaannya wajib koordinasi dengan Mabes LPI dan aparat Pemerintah / keamanan yang berwenang.43

Contoh kasus perjudian yang terjadi di Warungdowo, Pasuruan. Atas laporan masyarakat dan hasil pemantauan dari pihak FPI. Sarang perjuadian yang awalnya mengganggu masyarakat sekitar pada akhirnya dapat ditutup dengan tidak adanya kekerasan dan kericuhan. Dari pihak kepolisianpun langsung

43


(49)

41

merespon dan menangani laporan FPI. Sehingga dalam penanganannya bisa segera teratasi. Justru ada yang menarik dalam kasus perjuadian ini karenakan dari pimpinan dan penguasa perjudian tersebut akhirnya bertobat, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dan bersedia melakukan pimbinaan yang diadakan FPI Pasuruan.44

F. Faham keagamaan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

Sebagaimana yang sudah diatur dalam AD/ART Front Pembela Islam bahwasannya organisasi FPI beraqidahkan Ahlu sunnah wal jama’ah, bermahzab

aqidah Asy’ary dan bermahzab fiqih Asy-syafi’i.

Kami dengan NU dan Muhammadiyah sama-sama ahlu sunnah

waljama’ah, penganut dari 4 yang telah disepakati yakni Syafi’I, Hanafi, Maliki

dan Hambali.45

Akan tetapi, dijelaskan dalam bukunya Ja’far Umar Thalib, bahwa aswaja yang dipahami FPI tidaklah sama dengan yang difahami oleh kalangan NU maupun Muhammadiyah. Aswaja yang dipahami para aktivis FPI lebih mendekati

pemahaman Aswaja menurut kelompok Salafi yang dipimpin oleh Ustadz Ja’far

Umar Thalib di Yogyakarta. Menurut kelompok ini, Aswaja adalah mereka yang telah sepakat untuk berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana tertera dalam al-Qur’an dan al-Hadist dan mereka itu adalah para sahabat dan tabi’in (orang yang belajar dari sahabat dalam pemahaman dan pengambilan ilmu).46

44

Arsip Foto dan Video FPI Pasuruan, t.h 45

Muhammad Nawawi, Wawancara, Pasuruan, 22 Juni 2017. 46Ja’far Umar Thalib,

Mengenal Sejarah dan Pemahaman Ahlussunah Wal Jama’ah (Yogyakarta: Yayasan Assunnah, 1995), 14.


(50)

42

Mereka tidak sepakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa asal mula Aswaja adalah dari Abu Hasan al-Asy’ari dan abu Mansur al-Maturidi. Yang menjadi acuan paham keislaman warga NU, dalam bukanya Achmad Masduq Konsep Dasar Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah menjelaskan bahwa paham Aswaja mengikuti madzab al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam bidang akidah, mengikuti salah satu dari madzab empat (Hanafi, Maliki, syafi’I, Hambali) dalam bidang fiqh, mengikuti al-Ghazali dan Abu al-Qosim al-Junaidy dalam bidang tasawuf, dan mengikuti al-Bukhari dan Muslim dalam bidang Hadits.

Menanggapi pernyata Achmad Masduqini, Ahmad Hamdani dan Suyuti

Abdaullah, keduannya adalah aktivis Jama’ah Salafiyah, berkomentar:

kalau yang dimaksud oleh penulis (Achmad Masduq) adalah

Ahlussunnah wal Jama’ah ala Indonesia (yang sebenarnya mereka asy’arian), barangkali dibenarkan danya tarekat-tarekat tersebut. Namun

permasalahannya, Ahlussunnah wal Jama’ah bukan milik orang Indonesia

atau kelompok tertentu saja. Akan tetapi, Ahlussunnah wal jama’ah adalah satu-satunya jalan atau metode yang haq yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya sehingga tidak diperbolehkan seorang pun menentukan cara sendiri ketika menjalankan ibadah atau mendekatkan diri kepada Allah. Barang siapa mengamalkan suatu cara dalam agama tanpa mengikuti petunjuk Nabi SAW, maka amalannya tertolak dan dia telah berbuat

bid’ah47

Dari unkapan di atas terlihat satu hal yang membedakan paham Aswaja kelompok ini dengan ormas Islam lainnya (NU dan Muhammadiyah) bahwa mereka berusaha menjaga otentisitas agama, sampai pada hal-hal yang sifatnya simbolik. Perbedaan atas ritus dan symbol dianggap sebagai penyimpangan ajaran agama. Dalam pemahaman kelompok ini, paham keagamaan para sahabat harus

47

Ahmad Hamdani dan Suyuti Abdullah, Penyimpangan Terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah (Yogyakarta: Yayasan Assunnah, 1997), 59.


(51)

43

dipegang secara kuat karena Allah dan rasul-Nya banyak sekali memberi penjelasan tentang kemuliaan para sahabat, bahkan memujinnya.

Menurut kelompok ini, mengikuti jejak kaum salafus shalih harus dilakukan secara total, tanpa reserve, apa yang dipahami, dilakukan, dan difatwakan oleh para sahabat yang tercermin dalam diri para pemimpin agama diikuti secara utuh dan apa adannya, tidak mengurangi dan juga tidak menambah. Hal ini meliputi bidang akidah, hukum, dan tingkah laku keseharian, seperti cara berpakaian, makan, minum, dan shalat. Hal-hal inilah yang membedakan faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang dianut FPI dan kelompok Salafi pimpinan Ja’far

Umar Thalib dengan faham Ahlussunnah wal Jama’ah yang dipahami oleh

kalangan NU dan Muhammadiyah.48

48


(52)

BAB III

SINERGITAS ANTARA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT ISLAM DI PASURUAN

A. Hubungan FPI dengan Nahdlatul Ulama’ (NU) di Pasuruan.

Secara organisasi hubungan FPI dengan NU selama ini sangat baik dari tingkat pusat hingga daerah. seperti yang dikatakan oleh imam besar FPI Habib Rizieq bin Syihab ketika menjawab peratanyaan audiens dalam acara dialog kebangsaan yang diadakan di Jawa Barat. Pendiri FPI dari kalangan Habaib dan kyai di Jakarta semuanya merupakan keluarga besar NU. Sehingga secara prinsip apakah itu aqidah maupun itu syariat, FPI dengan NU tidak berbeda. Oleh karenanya didalam anggaran dasar FPI dituangkan bahwa FPI adalah organisasi

Islam yang berasaskan Islam beraqidahkan Asy’ariyah dan bermahzab fiqih Syafi’i. itu kesepakan pendiri dan tidak boleh diubah sampai kapanpun juga. Tapi tidak dipungkiri ada perbedaan-perbedaan pendapat antara FPI dengan tokoh-tokoh NU, bukan dengan NU.1

Perbedaan-perbedaan yang terjadi antara FPI dengan tokoh NU tak layak membuat para pengurus NU diam dan berpangku tangan, ada sebagian dari beberapa dari pengurus NU melakukan respon atas berseberangan tokoh diatas dengan melakukan penolakan-penolakan dan ungkapan ketidak setujuan dengan adanya FPI didaerahnya seperti halnya yang terjadi di Pasuruan pada kepengurusan (PCNU) di tahun tertentu. Disebagian lain terdapat beberapa tokoh-tokoh atau bisa disebut dengan kyai, Gus dari kalangan NU yang menunjukkan

1


(53)

45

sikap ketidaksukaan dengan adanya FPI lantaran beberapa persoalan. Gus Nawawi selaku ketua bidang keorganisasian merespon persoalan ini beliau mengatakan bahwasannya ketidak setujuan beberapa tokoh NU baik itu Kyai maupun Gus yang berada di beberapa pondok pesantren di Pasuruan, mereka tidak mempunyai alasan yang argumentatif dan tepat didalam melakukan penolakan dan sikap ketidaksukaannya. Kenapa ? karena memang alasan-alasan yang mereka lontarkan dan terus kejar sebab musabab dan latar belakang atas sikapnya, ternyata sikap yang demikian itu terlalu kekanak-kanakan dengan tidak langsung mengajak kami dialog dan mengutarakan secara terbuka atas sikap yang tidak jelas terhadap kami.2 Di Pasuruan NU memang memiliki tempat yang istimewa di

hati para pengurus maupun jama’ahnya. Jika kami mempunyai kesalahan dimasa

lalu atas ketidak sejalannya pemikirin dikalangan atas masing-masing dari kami. Maka, sebenarnya sikap itu salah karena persoalan dimasa lalu sudah selesai. Namun, kenapa masih diangkat dan diungkit-ungkit kembali. Dan jika kami salah dalam melakukan perlawanan terhadap pemerintah atas beberapa kekeliruan maka kami melakukan demo. Dan yang mereka salahkan demo kami yang katanya anarkis dan sebagainya maka sekali lagi itupun tidak tepat. Selain itu demo dilindungi pemerintah. Dan jika kami pun dinilai negatif oleh mereka lantaran fokus perjuangan kami yang sangat gencar melakukan Amar ma’ruf nahi munkar itupun kurang tepat dan tidak bisa diterima. Lau bagaimana respon FPI menanggapi persoalan tersebut. Gus Nawawi menegaskan bahwasanya kami secara organisasi tidak pernah berseberangan dengan NU sayapun punya kartanu,

2


(54)

46

keluarga-keluarga saya banyak yang menjadi pengurus-pengurus NU. Sekali lagi hampir tidak ada ruang bagi mereka untuk melihat celah salah dari FPI. dan siapapun tokohnya jika dia melakukan penyimpangan dalam persoalan agama maka kamipun akan bersebrangan dengan yang bersangkutan. Karena memang

pada hakikatnya yang ma’ruf tidak bisa dipersatukan dengan yang munkar.3

Perbedaan antara keduanya sering kali membuat kegaduhan-kegaduhan ditengah masyarakat dalam kalangan umat Islam sendiri. Sering kali perbedaan ini berdampak kepada hal yang sangat fatal kepada pengurus-pengurus yang berada dibawah. Dan ini pun membuat pihak dari FPI merasa prihatin, terhadap pengurus-pengurus NU yang masih lurus dalam memegang ajaran agama yang istiqomah.

Semisal perbedaan pemikiran antara habib Rizieq dengan KH. Said Aqil Sirodj. Dalam konteks agama dan politik yang terjadi pada akhir tahun 2016. Seperti yang beliau katakan disalah satu stasiun televisi Kompas TV ketika aksi 212. Ketua umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), KH. Said Aqil Siradj mengaku setuju dengan pernyataan Presiden Joko Widodo soal pemisahan agama dan politik. Menurutnya, pernyataan serupa juga pernah disampaikan oleh Gus Dur dan dirinya jauh sebelum Presiden Jokowi mengatakan hal tersebut.4

“Syaratnya adalah Laa siyasata fiddin, wa laa dina fissiyasah. Agama dan politk tidak boleh saling bersama. Tidak ada politik dalam agama dan tidak ada

agama dalam politik,”

Ujarnya saat di hubungi Said Aqil menjelaskan, jika politik dan agama digabungkan, maka politik akan menjadi radikal. Ketika ada oposisi, maka oposisi

3

Ibid., 4


(55)

47

akan disingkirkan atas nama kafir, murtad dan lain sebagainya. Peristiwa seperti ini terus terjadi sepanjang sejarah. Jika ada ulama yang kritis terhadap pemerintahnya langsung dituduh zindiq, murtad, dan lainnya. Hal ini terjadi karena agama dijadikan alat poltik. Sehingga agama dan politik memang sebaiknya dipisahkan. Untuk itu, dia meminta, para politikus tidak berpolitik atau kampanye dengan mengikut sertakan Alloh.

“Allah nggak usah diajak kampanye. Iya kalau bagus. Kalau jelek. Negara Islam misalnya. Ia kalau betul-betul baik. Kalau pejabatnya koruptor, masyarakatnya buta huruf, tertinggal, kejahatan tinggi. Masa negara Islam seperti itu. Kan memalukan,”

Katanya. Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta agar semua pihak dapat memisahkan persoalan politik dan agama. Pernyataan ini disampaikan Presiden dalam kunjungannya ke Barus, Sumatra Utara beberapa hari lalu.5

Disisi lain habib Rizieq bin Syihab juga tidak memungkiri bahwa FPI berseberangan pemikiran dengan tokoh NU. Seperti, bersemberangannya dengan Gus Dur dalam konsep sekularisme, pluralisme, liberalisme, persoalan Ahmadiyah yang terjadi pada hari selasa tanggal 10 Juni 2008. Habib Rizieq menantang Gus Dur untuk melakukan mubahalah.

Saya tantang Gus Dus untuk bermubahalah (sumpah),”silahkan Gus dur

bawa anak dan istrinya ,saya juga demikian, kita bersumpah dihadapan Alloh ,siapa yang benar diberkati dan siapa yang salah akan dilaknat dan di kutuk oleh Alloh swt serta mati dalam keadaan Hina, kalau Gus Dur berani ayo Mubahalah”.

Tantang Habib Riziq Syihab, ketika Gus Dur memberikan pernyataan terhadap keluarnya SKB oleh pemerintah.Gus dur beberapa waktu lalu memberikan pernyataan Bahwa Dia akan Membela Ahmadiyah sampai mati dan

5Marniati, “

Said Aqil Siradj:Politik dan Agama Tidak Boleh Saling Bersama”, dalam

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/03/28/onixgc396-said-aqil-siradj-politik-dan-agama-tidak-boleh-saling-bersama ( 30 Juni 2017).


(56)

48

akan menuntut pemerintah karena telah melarang Hak warga ahmadiyah dalam menjalankan aktifitasnya.6

Saya heran dengan Gus Dus yang selalu membela kaum yang hampir mayoritas umat Islam menuntut pembubaran Ahmadiyyah, Dia malah membelanya. Pernyataannya selalu membuat Bingung Umat, selalu melawan Arus, dulu Umat Islam protes terhadap penampilan Inul Daratista lewat Goyang Ngebornya, Gus dur membela Inul dengan alasannya itukan pikiran yang ngeres dan jorok aja yang memandang Goyang Inul membangkitkan syahwat laki-laki dan masih banyak lagi pernyataan Gus Dur yang kontreversi. Anehnya Walaupun pernyataan tersebut sering membuat umat bingung Gus Dur memilki Pendukung yang fanatik dan loyal terhadapnya. Mayoritas pendukung Gus Dur berada di Basis-basis Nahdlatul Ulama terutama di Jawa timur dan Jawa tengah. Pembelaan Gus Dur terhadap Ahmadiyah juga didukung oleh para tokoh Nasional ,

Saya tidak membela Ajaran Ahmadiyah tapi hanya membela Warga

ahmadiyah yang berhak untuk menjalankan keyakinannya ” Kata Gus Dur.

Namun menurut saya Pembelaan Gus Dur terhadap Ahmadiyah telah menyakitkan Hati Umat Islam Ahlus Sunnah dan para Ulama serta habaib yang berjuang dalam membela Agama Alloh dan membela Perjuangan Rosululloh, jelas -jelas Ahmadiyah telah melakukan Penodaan terhadap Agama Islam.Pembelaan Gus dur terhadap Ahmadiyah terlalu berlebihan atau mungkin barangkali Gus Dur punya Rencana lain untuk Meluruskan Aqidah Warga Ahmadiyah yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya dengan caranya sendiri, karena dari dulu Gus Dur selalu menentang arus dan kontroversial .Gus

6


(57)

49

dur mahkluk Tuhan yang kontroversial Tapi apapun niat Gus Dur terhadap Ahmadiyah telah membuat Marah dan kecewa para Ulama dan Habaib terutama Habib Riziq Assyihab yang menantang Gus Dur Untuk melakukan MUbahalah ( sumpah dihadapan Alloh Siapa diantara mereka yang benar).

Namun perlu diingat baik Gus dur maupun Habib Riziq memiliki basis Massa yang begitu banyak, pernyataan -pernyataan yang keluar dari kedua Tokoh ini akan berimbas pada masa akar rumput, dan dikhawatirkan akan terjadi konflik horizontal . Peristiwa Monas kemaren juga telah memancing Massa Gus dur untuk melakukan perlawanan terhadap Massa Habib Riziq (FPI), beberapa daerah di jawa tengah dan jawa timur sempat memanas lewat pernyataan Habib Riziq yang dinilai telah menghina Gus Dur, namun aksi -aksi massa tersebut bisa diredam lewat keterlibatan para ulama- ulama Nahdlatul Ulama untuk menenangkan massanya agak tidak terlibat konflik Horiontal sesama Muslim dan sesama anak bangsa.7

Serta pernyataan Gus Dur pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa

al-qur’an adalah kitab paling porno. Bermula ketika dalam sebuah wawancara yang di release dalam situs Islam liberal dengan beraninya Gus Dur menghina Al-Quran sebagai kitab suci terporno di dunia.

“sebaliknya menurut saya kitab suci paling porno didunia adalah Al

-Qur’an, ha…ha…ha..”.

Katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh yang pada akhirnya membuat kontrofersi yang menghebohkan bangsa Indonesia khususnya umat Islam. Akibat

7Sachrony, “Jalinan Silaturahmi cinta Ulama”, dalam


(58)

50

pernyataanya Gus Dur menuai kecaman dan tekanan untuk meminta maaf kepada umat Islam secara terbuka khususnya dari kyai-kyai NU di Jatim yang mengumpulkan 157 tanda tangan kyai-kyai kharismatik untuk menolak pernyataan tersebut. Kebetulan pada waktu itu yang membawakan surat tersebut adalah Habib Rizieq bin Syihab atas anjuran KH. Hasyim Muzadi. Singkat cerita dibawakanlah suratnya ke kantor Gusdur. Disela-sela pembicaraan Gusdur, Gusdur pun mengungkapkan keinginannnya untuk berdialaog dengan Habib Rizieq. Dan Habib Rizieqpun menyetujui dialog tersebut. Namun sayang sejuta sayang pada akhirnya dialog dan niat baik itupun tidak terrealisasi dengan baik lantaran pada akhirnya Gus Dur jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Niat baik antara keduanya untuk berdialog dan tukar pendapat sudah ada mengenai perbedaan pemikiran selama ini. Namun kembali lagi fanatismelah yang menjangkit beberapa oknum yang mengakibatkan beberapa anggota bahkan pengurus NU yang belum bisa move on dari masa lalu sehingga masih mengungkit-ungkit permasalahan dimasa lalu yang sebenarnya sudah selesai antara keduanya. Pertanyaan selanjutnya lalu bagaimana atas sikap dan pernyataan habib Rizieq yang mengatakan bahwasannya Gus Dur itu buta mata buta hati. Disini penulis hanya ingin menyampaikan sesuai pernyataan tersebut sebagai mana yang di sampaikan oleh Gus Nawawi selaku ketua bidang keorganisasian.8 Pernyataan habib Rizieq pada waktu diwawancarai dalam stasiun televisi TV One tidak semata-mata timbul begitu saja melainkan adanya pernyataan tersebut timbul karena Gus Dur yang mengawali sebuah pernyataan

8


(1)

79 2. Untuk masyarakat luas, masih banyak yang perlu diketahui mengenai Front

Pembela Islam khususnya di Pasuruan (yang tercantum dalam penulisan ini)

juga penting untuk dikaji, bukan hanya mengetahui fokus perjuangannya

tetapi juga mengetahui sejarah lahir Front Pembela Islam hingga mendapat

hati ditengah-tengah para tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah khususnya

masyarakat pasuruan.

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi kontribusi tersendiri bagi

sejarawan dan masyarakat untuk bijak dalam mensikapi setiap

perbedaan-perbedaan dalam gerakan yang berasaskan Islam, sehingga dapat timbulnya


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Siradjudin. I’tiqad Ahlu sunnah wal jamaa’ah. Jakarta, Pustaka Tarbiyah, 1983.

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Abbas, Siradjudin. I’tiqad Ahlu sunnah wal jamaa’ah. Jakarta, Pustaka Tarbiyah, 1983.

Ahmad Hamdani dan Suyuti Abdullah. Penyimpangan Terhadap Ahlussunnah wal

Jama’ah. Yogyakarta: Yayasan Assunnah, 1997.

Al-Audah, Salman bin Fahd. Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar, terj. Ummu

„Udhma Azmi. Solo: Pustaka Mantiq, t.th.

al-Syawi, Taufiq Muhammad. Syura bukan Demokrasi. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Baso,Ahmad. NU Studies Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam

dan Fundamentalisme Neo-Liberal. Jakarta: Erlangga, 2006.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, Dan

Kebijakan Public Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:Kencana, 2009.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Yogyakarta : LP3ES, 1982.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta, LP3S, 1983.

Fattah, Munawir Abdul. Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren cet 1, 2006.


(3)

Hambali, Hamdan. Ideologi Dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta, Suara Muhammadiyah: 2006.

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Yayasan nurul islam, 1981.

Horikoshi, H. Kiai dan Perubahan Sosial, terj. Umar Balasain dkk. Jakarta: P3M 1987.

Nata, Abudiin (ed.). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2001.

Jahroni, Jamhari Jajang. Gerakan salafi radikal di Indonesia. Jakarta,PT Raja grafindo persada, 2004.

Jainuri, Ahmad. Ideologi Kaum Reformis. Surabaya, Lembaga Pebgkajian Agama

dan Masyarakat “LPAM”.

Jawas, Yazid bin Abdul Qodir. Amar Ma’ruf nahi munkar menurut ahlu sunnah wal jama’ah. Bogor: Pustaka at-Taqwa, 2013.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: yayasan bentang budaya, 1995.

Lihat Amien Rais, Lima Doktrin Muhammadiyah. Dalam Dinamika Pemiiran

Islam dan Muhammadiyah. Lembaga Pustaka dan Dokumentasi Pimpinan

Pusat Muhammadiyah. 1996.

Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor : 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.

Lihat Arsip Foto dan Video FPI Pasuruan

M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo. Manajemen Pondok Pesantren Dalam

Perspektif Global. Yogyakarta: LaKsBang Pressindo, 2006.


(4)

Marijan, Kacung. Quo Vadis NU, setelah kembali ke Khitbah 1926. Jakarta: Erlangga, 1992.

Mas, Subhan. Muhammadiyah Pintu Gerbang Protestanisme Islam Sebuah

Presisi Modernitas. Surabaya: CV. Al-hikmah, 2005.

Mundhur, Ibnu. Lisan al-Arab jilid XI (Beirut: : Dar al-Sodir, t.th.

Nashir, Haedar. Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Malang: Universitas Negeri Malang, 2006.

Ng, Al-Zastrouw. Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta: LKiS, 2006.

Nurdin, Ali. Quranic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam al-Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2006.

Nurhidayat, Muhammad. Lebih Dalam Tentang NU. Surabaya: Bina Aswaja. 2012.

Pedoman Front Pembela Islam (AD/ART)

Pranoto, Suhartono W. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah Jilid 2. Jakarta: Lentera hati, 2002.

Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilalil Qur’an, terj. As‟ad Yasin dkk. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

Rand Corporation, “Civil Democratic Islam (2003)” dan “Building Moderate

Muslim Network (2007) Amerika Serikat

Shihab, Habib Muhammad Riziq. Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Jakarta, Ibnu Saidah, 2008.


(5)

Taimiyah, Ibnu. Etika Beramar Ma’ruf Nahi Munkar, Penj. Abu fahmi, (Jakarta: gema Insani Press, 1995),

Thalib, Ja’far Umar. Mengenal Sejarah dan Pemahaman Ahlussunah wal Jama’ah. Yogyakarta: Yayasan Assunnah, 1995.

Usman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah. Duqqi: Darul maarif, 1964.

Umam,Khairul. Ushul Fiqh II. Bandung: Pustaka Setia, 1998.

Skripsi

Ana Maulida, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir fi Zhilalil Qur‟an” (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2005),

Wawancara

Kholil asyari, Wawancara, Pasuruan, 28 Juni 2017.

Habib Abdullah bin Yahya Al-haddad, wawancara, Pasuruan, 1 Juli 2017.

Muhammad Nawawi, wawancara, Pasuruan, 22 Juni 2017.

Kholil Asy’ary, wawancara, Pasuruan, 28 Juni 2017.

Internet

http://moefichsitusgd.web.Id/2007/11/28/krisis-sosial-ekonomi-dan-revilisme-islam-di-asia-tenggara. 7 September 2013.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia- islam/islamnusantara/17/03/28/onixgc396-said-aqil-siradj-politik-dan-agama-tidak-boleh-saling-bersama, ( 30 Juni 2017).


(6)

https://sachrony.wordpress.com/2008/06/11/gus-dus-vs-habib-riziq-syihab/, ( 30 Juni 2017).

http://dalamislam.com/akhlaq/pengertian-ukhuwah-islamiyah-insaniyah-dan-wathaniyah. (20 Juli 2017)


Dokumen yang terkait

Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur Dki Jakarta Di Merdeka.Com

0 11 102

Pencitraan Laskar Pembela Islam Fpi Dalam Mentransformasikan Nilai-Nilai Islam Di Tengah Masyarakat (Studi Kasus Program Pembinaan Keagamaan Lembaga Dakwah Front)

0 10 97

Makna Radikalisme Bagi Front Pembela Islam (FPI) Bandung Raya (Studi Fenomenologi Mengenai Makna Radikalisme Bagi Front Pembela Islam (FPI) Bandung Raya)

1 17 84

Pandangan front pembela islam tentang kedudukan komplikasi hukum islam pasca undang-undang nomor 12 tahum 2011

3 31 114

BAB 1 Kontruksi Pemberitaan Atas Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). (Studi Analisis Framing Pemberitaan Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) terhadap Aliansi Kebangs

0 5 42

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Kontruksi Pemberitaan Atas Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). (Studi Analisis Framing Pemberitaan Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) ter

0 2 19

KESIMPULAN DAN SARAN Kontruksi Pemberitaan Atas Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). (Studi Analisis Framing Pemberitaan Aksi Kekerasan Front Pembela Islam (FPI) terhadap

0 3 11

KONSTRUKSI KEKERASAN SOSIAL FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI MEDIA MASSA.

0 0 2

View of Pemikiran dan Gerakan Amr Ma‘rûf Nahy Munkar Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia 1989-2012

0 0 31

KONTSRUKSI GERAKAN ISLAM FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI KOTA MAKASSAR

0 0 89