ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKSAAN PERKAWINAN WANITA DI BAWAH UMUR DENGAN LAKI-LAKI DEWASA : TRADISI DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMAKSAAN PERKAWINAN
WANITA DI BAWAH UMUR DENGAN LAKI-LAKI DEWASA
(Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)

SKRIPSI

Oleh:
FATHOR R
NIM. C01212074

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah)
SURABAYA
2017

✁✂✄☎ ✆

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan tentang Analisis Hukum


Islam Terhadap Pemaksaan Perkawinan Wanita di Bawah Umur Dengan LakiLaki
Dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan) . Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai
Bagaimana praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki
dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)? Dan
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktik pemaksaan perkawinan
wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)?.
Data penelitian ini diperoleh dari Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan yang menjadi obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dokumentasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan
data-data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan metode deduktif,
dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, yaitu meninjau praktik pemaksaan
perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan) kemudian ditarik kepada halhal yang bersifat khusus kaitannya dengan perspektif hukum Islam serta ditarik
kesimpulan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam praktik pemaksaan perkawinan
wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa secara garis besar syarat dalam
pemaksaan perkawinan telah terpenuhi meskipun dipaksa oleh walinya, dimana

ketika ditanyakan oleh penghulu kepada wanita di bawah umur mengatakan
bahwa perkawinan tersebut secara lisan tidak dipaksa karena sebelum melakukan
ijab qabul seorang wanita di bawah umur ditanya mengenai kesetujuannya. Oleh
karena itu pernikahan semacam ini, tetap dianggap sah, dengan catatan semua
rukun dan syarat sesuai dengan agama Islam terpenuhi. Sedangkan dalam analisis
tentang praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki
dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan) dalam
perspektif hukum Islam, digolongkan sebagai perkawinan yang Mubah (bolehboleh saja) sebab tidak ada aturan dalam sumber hukum Islam, yakni Alquran dan
Hadis yang melarang pernikahan di bawah umur. Selain itu Para ulama, sepakat
bahwa gadis belia yang belum baligh boleh dikawinkan paksa oleh ayahnya atau
wali yang berada dibawah perwaliannya tanpa keharusan meminta izinnya, sebab
tidak ada gunanya meminta izin pada orang tidak mengerti apa itu izin serta pada
orang yang sama saja antara sikap diamnya dan keengganannya.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu
dicantumkan antara lain: Pertama Bagi wali wanita di bawah umur hendaknya
tidak memaksa wanita di bawah umur dan tidak menikahkan karena kurang
dewasa karena pernikahan wanita di bawah umur yang kurang siap akan
mengakibatkan perceraian dalam rumah tangganya. Kedua Bagi setiap orang
yang akan melaksanakan pernikahan yaitu wanita di bawah umur dengan lakilaki dewasa hendaknya sudah siap secara lahir dan batin.


v

✝✞✟✠✞✡ ☛☞☛
SAMPUL DALAM .........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI .....................................................................

iv

ABSTRAK.......................................................................................................


v

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vi

BIODATA PENULIS ......................................................................................

viii

MOTTO ...........................................................................................................

ix

PERSEMBAHAN............................................................................................

x

DAFTAR ISI....................................................................................................


xi

DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................

xiv

✌✞✌ ☛✍ ✎✏✑✝✞✒✓✔✓✞✑ ...........................................................................



A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah.................................................

4

C. Rumusan Masalah .........................................................................


5

D. Kajian Pustaka ..............................................................................

6

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................

8

F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................

9

G. Definisi Operasional .....................................................................

10

H. Metode Penelitian.........................................................................


11

I. Sistimatika Pembahasan ...............................................................

16

✌✞✌ ☛☛✍ ✎✏✡✖✞✗☛✑✞✑ ✝✞✔✞✘ ✎✏✡☞✎✏✖✠☛✟ ✒✓✖✓✘ ☛☞✔✞✘

.......

17

A. Pengertian Pemaksaan pertunangan ...........................................

17

xi

✙ . Pengertian Perkawinan


.

31

C. Kafaah dalam perkawinan............................................................

33

D. Pengertian Maqashid al-syari ah.................................................

35

E. Dasar Hukum Perkawinan ............................................................

36

F. Rukun dan Syarat Perkawinan .....................................................

37


G. Tinjawan Umum Perkawinan di Bawah Umur

....

41

✙✚✙ ✛✛✛✜ ✢✣✚✤✥✦✤ ✢✦✧✚✤★✚✚✩ ✢✦✣✤✚✪✛✩✚✩ ✪✚✩✛✥✚ ✫✛ ✙✚✪✚✬
✭✧✭✣ ✫✦✩✮✚✩ ✯✚✤✛-✯✚✤✛ ✫✦✪✚★✚ ✫✛ ✫✦★✚ ✣✚✮✚✩✮
✤✦✰✚✧✚✥✚✩ ✪✚✣✭ ✤✚✙✭✢✚✥✦✩ ✢✚✧✦✤✚★✚✩ ............... 45
A. Profil Masyarakat Desa Ragang .................................................

45

1. Geografis.................................................................................

45

2. Keadaan Agma Dan Pendidikan.............................................


46

3. Keadaan Ekanomi Dan Adat Istiadat Kehidupan Beragama .

46

4. Keadaan Penduduk Menurut Usia ..........................................

48

B. Praktek Pemaksaan Perkawinan Wanita dibawah Umur dengan LakiLaki Dewasa di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan...................................................................................

48

BAB IV: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMAKSAAN
PERKAWINAN WANITA DI BAWAH UMUR DENGAN LAKILAKI DEWASA...........................................................................

56


A. Analisis hukum Islam terhadap praktik pemaksaan perkawinan
wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi dii Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)

xii

......... 56

B. Analisis Praktik Pemaksaan Perkawinan Wanita di Bawah Umur
Dengan Laki-Laki Dewasa (Tradisidi Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan)

.................

64

✱✲✱ V: PENUTUP ......................................................................................

73

A. Kesimpulan ..................................................................................

73

B. Saran.............................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

75

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................

77

xiii

✳✴✵✶✴✷ ✶✷✴✸✹✺✻✶✼✷✴✹✻
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.
Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai
berikut:

✴ . ✽✾✿❀✾✿❁✿
✸✾

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

✴❂❁❃

✻✿❄✾✿e❀❅❁
(
)

xiv

❇❈ Vokal Rangkap (diftong)

Tanda dan Huruf
Arab

Nama

Indonesia

Ket.

‫ـــــﻲ‬

fath{ah dan ya

ay

a dan y

‫ــــــﻮ‬

fath{{ah dan wawu

aw

a dan w

Contoh

: bayna
: mawd{u>

(
(

)
)

3. Vokal Panjang (mad)
Tanda dan
Huruf Arab

Nama

Indonesia

Ket.

‫ـــــــﺎ‬

fath{ah dan alif

a>

a dan garis di atas

‫ــــــﻲ‬

kasrah dan ya

i>

i dan garis di atas

‫ـــــــﻮ‬

d{ammah dan wawu

u>

u dan garis di atas

Contoh

: al-jama> ah
: takhi>r
: yadu>ru

(
(
(

)
)
)

C. Ta Marbutah
Transliterasi untuk ta> marbu>tah ada dua:
1. Jika hidup (menjadi mud{a>f) transliterasinya adalah t.
2. Jika mati atau sukun, transliterasinya adalah h.
Contoh
: shari> at al-Isla>m
(
(
: shari> ah isla>mi>yah

)
)

D. Penulisan Huruf Kapital
Penulisanhuruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat
yang dengan translitersi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang
berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial latter) untuk nama diri, tempat,
judul buku, lembaga dan yang lain ditulis dengan huruf besar.

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Semua orang yang akan atau telah berkeluarga pasti bercita-cita untuk
mewujudkan keluarga yang harmonis, keluarga yang dibalut mawaddah wa

rahmah dan inilah tujuan utama dari dibentuknya keluarga. Dimana
pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (pasal 1 UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan). Keluarga yang bahagia
adalah keluarga yang damai dan penuh kasih sayang antara anggota
keluarga. Agama Islam mensyari’atkan pernikahan antara seorang pria dan
wanita agar mereka dapat membina rumah tangga bahagia yang diliputi oleh
rasa kasih sayang dan saling cinta untuk selama-lamanya. Islam melarang
suatu bentuk pernikahan yang bertujuan untuk sementara saja.1
Dalam Islam, perkawinan atau pernikahan bertujuan untuk menyatukan
laki-laki dengan perempuan dalam satu ikatan dan diharapkan dapat
menimbulkan rasa cinta satu sama lain2 serta dapat menghasilkan keturunan3
demi keberlangsungan kehidupan di dunia ini. Namun demikian, dalam
prakteknya pernikahan tidak semudah yang dibayangkan banyak orang. Ada
1

Ahmad Hady Mufaat, Fiqh Munakahat, (Semarang: Duta Grafika, 1992), 167
Surat al-Rum, 21
3
Surat al-Nisa’, 1

2

1

2

beberapa hal yang perlu dipenuhi terkait dengan syarat dan rukunnya
sebagaimana telah banyak dirumuskan oleh para ulama fiqih.
Kalangan Syafi’iyah membuat rambu- rambu berlapis bagi kebolehan
hak ijbar (pemaksaan). Antara lain, pertama, harus tidak ada kebencian yang
nyata antara anak dan ayah. Ijbar

harus dilakukan dengan dasar kasih

sayang. Kedua, ayah harus menikahkan si gadis dengan lelaki yang serasi

(kufu’). Ketiga, calon suami harus mampu memberi maskawin sepantasnya
(mahar mitsil). Keempat, harus tidak ada kebencian lahir batin antara calon
istri dengan calon suami. Kelima, si gadis tidak dikhawatirkan menikah
dengan orang yang akan membuatnya sengsara setelah berumah tangga,
seperti, menikah dengan orang tua, orang buta, dan lainnya. 4 adapun tujuan
tersebut agar tercipta keluarga yang sakinah mawaddah warohmah.
Adapun pernikahan yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan merupakan sebuah pemaksaan perkawinan yang biasa
terjadi anatara wanita yang di bawah umur dengan laki-laki dewasa di mana
mempelai wanita adalah di bawah umur yaitu kurang dari 16 tahun
sedangkan bagi pasangan mempelai laki-laki yaitu sudah berumur hampir
menginjak 30 sampai ke 40 tahun.
Masyarakat Desa Ragang khususnya bagi mempelai laki-laki ketika
masih muda biasanya merantau ke luar negeri untuk mencari kehidupan yang
lebih baik, ketika sudah sukses dan sudah mempunyai kehidupan yang lebih
baik, baik tempat tinggal maupun harta berupa sawah yang melimpah.
4

Syamsudin Muhammad Ahmad al-Khatib, al-Iqna’, (Mesir: Mushtofa al halabi, 1359, juz 2),
128.

3

Mempelai laki-laki yang seperti inilah yang dicari oleh masyarakat Desa
untuk menjadi pasangan hidup anak mempelai wanita. Pada umumnya
mempelai laki-laki yang mempunyai kreteria di atas biasanya memilih
pasangan hidup adalah wanita yang masih sekolah di sekolah menengah
pertama (SMP) atau anak yang masih usia dini.
Dalm melakukan pernikahan tersebut mempelai wanita biasanya tidak
mau menikah dengan mempelai laki-laki yang umurnya jauh di atasnya,
apalagi menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Pemaksaan tersebut
merupakan hal yang biasa yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan, dalam pernikahan tersebut banyak sekali yang tidak
bisa bertahan (bercerai) dan ada pula yang bertahan sampai mempunyai
keturunan.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pemaksaan dalam pernikahan
antara wanita di bawah umur dengan laki-laki dewsa dalam menjalani rumah
tangga sering terjadi percekcokan, baik ketidak sepahaman antara keduanya
maupun dalam pemenuhan seksual dan mendapatkan keturunan.
Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawianan Bab 2
Pasal 7 Ayat 1 batas umur minimal pernikahan bagi mempelai laki-laki
adalah berumur 19 Tahun sedangkan bagi wanita mempelai wanita yaitu
umur 16 tahun. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam batas pernikahan
bagi mempelai laki-laki yaitu berumur 19 tahun sedangkan bagi mempelai
wanita yaitu 16 tahun maka jika kurang dari batas tersebut harus mendapat
dispensasi nikah.

4

Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, penulis skripsi akan
memperluas secara mendalam dan jelas untuk mengetahui deskripsi dan
praktik pernikahan dengan pemaksaan perkawinan wanita dengan laki-laki
dewasa yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan. Apakah telah sesuai dengan syarat dan aturan dalam persepektif
hukum Islam. Hal ini mendorong penulis untuk mengetahui dan mempelajari
mengenai‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pemaksaan Perkawinan Wanita
di Bawah Umur dengan Laki-Laki

Dewasa (Tradisi di Desa Ragang

Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang yang telah peniliti paparkan tersebut di atas,
terdapat beberapa problema dalam pembahasan ini yang dapat peneliti
identifikasi, yaitu:
1. Deskripsi pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki
dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan).
2. Akad yang digunakan dalam pemaksaan perkawinan wanita di bawah
umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan).
3. Sebab dan akibat terjadinya pemaksaan perkawinan wanita di bawah
umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan).

5

4. Tanggapan masyarakat sekitar dan keluarga terhadap pemaksaan
perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di
Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).
5. Analisis hukum Islam terhadap pemaksaan perkawinan wanita di bawah
umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan).
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membatasi masalah agar lebih
fokus antara lain:
1. Praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki
dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan).
2. Analisis hukum Islam terhadap praktik pemaksaan perkawinan wanita di
bawah umur dengan laki-laki

dewasa (Tradisi di Desa Ragang

Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).

C. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahmasalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan
laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan)?

6

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktik pemaksaan perkawinan
wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)?

D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai sedikit
relevansi dengan penelian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian yang berjudul: ‚Wali Mujbir dalam Pernikahan (Studi Kasus Di

Desa

Puguh

Kecamatan

Pengandon

Kabupaten

Kendal‛.Skripsi

tulisanUkhia Utluma, Tahun 2013 ( SI IAIN Wali Songo), hasil dari
penelitian ini dalam Undang-Undang Perkawinan adalah asas sukarela,
yaitu kedua mempelai perlu Saling kenal mengenal terlebih dahulu
sebelum akad nikah dilaksanakan. Namun di dalam praktiknya di Desa
Puguh Kecamatan Pengandon banyak pasangan mempelai yang
melkaukan perkawinan karena dipaksa oleh orang tuanya.Hal ini karena
masyarakat pedesaan masih mempertahankan nilai-nilai dan tradisi yang
dianggap baik, begitu juga dengan pernikahan yang dilakukan dengan
wali mujbir yaitu perkawinan atas dasar pemaksaan dari orang tua (wali)
kepada anak perempuannya.5

5

Uktia Utluma, ‛Wali Mujbir dalam Pernikahan (studi Kasus di Desa Puguh Kecamatan
Pengandon Kabupaten Kendal, (Skripsi__IAIN Wali Songo, 2013).

7

2. Penelitian yang berjudul:‛Aspek Hukum Perkawinan dengan Wali Mujbir

Berdasarkan Hukum Islam‛. Oleh H. Firdatul Hasanah 2011 Hasil
penbelitian ini menunjukkan bahwa dalam hukum Islam salah satu wali
dalam perkawinan adalah wali mujbir, yaitu wali yang bisa atau boleh
menikahkan anak gadisnya di bawah perwaliannya untuk dikawinkan
dengan laki-laki tanpa ijin yang bersangkutan (calon mempelai wanita).
Yang dapat menjadi wali mujbir hanyalah ayah dan kakek. Bahwa
kewenagngan wali mujbir sebagai wali yang mempunyai hak ijbar dalam
perkawinan adalah wali mujbir mempunyai kekuasaan atau hak untuk
mengawinkan anak perempuannya meskipun tanpa persetujuan yang
bersangkutran dan perkawinan ini dianggap sah dalam hukum |Islam. Hak
ijbar dimaksudkan sebagai bentuk perlindunga tau tanggung jawab ayah
terhadap anaknya karena keaaad dirinya yang dianggap belum atau tidak
memiliki kemampuan dan lemah dalam bertindak.6
3. Skripsi Dengan Judul: ‚ Nikah Paksa Akibat Zina (Studi Kasus Di Desa

Kebonggembong Kecamatan Penguruyun Kabupaten Kendal)‛. Oleh
Syarif Hidayatullah Tahun 2009. Hasil penelitian bahwa paksaan yang
dilakukan keluarga dan masyarakat adalah dalam rangka penegakan
keadilan disamping itu juga sebagai bentuk tanggung jawab atas
perbuatannya sehingga dengan itu di harapkan untuk tahun-tahun
berikutnya tidak terjadi lagi kasus yang serupa di Desa Kebongembong.
Menaggapi kasus yang terjadi di Desa Kebongembong, para ulama bisa
6

H. Firdatul Hasanah, ‛Aspek Hukum Perkawinan Dengan Wali Mujbir Berdasarkan Hukum
Islam‛ (Skripsi__IAIN Sunan Ampel Surabaya , 2011)

8

disana mengartikan bahwa paksaan terhadap laki-laki yang menghamili
merupakan sebuah proses untuk mencapai pada tahap pernikahan, jadi hal
itu tidak berpengaruh terhadap sahnya pernikahan asalkan ketika ijab
qabul mereka sudah bisa menerima. Namun pernikahan bagi perempuan
hamil akibat zina para ulama sedikit berbeda pendapat, ada yang
mengesahkan dan ada yang tidak mengesahkan.7
Antara penelitiantersebut dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan, mempunyai sedikit kesamaan, yaitu sama-sama mengkaji tentang
pernikahan lanjut usia. Sedangkan yang membedakan penelitian tersebut
dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dalam pembahasan penelitian
ini peneliti lebih fokus pada praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah
umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan).

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur
dengan laki-laki

dewasa (Trdisi di Desa Ragang Kecamatan Waru

Kabupaten Pamekasan).

7

Syarif Hidayatullah, Nikah Paksa Akibat Zina (Studi Kasus di Desa Kebonggembong
Kecamatan Penguruyun Kabupaten Kendal)‛ (Skripsi__IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009)

9

2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap Praktik pemaksaan
perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di
Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).

F. Kegunanan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
berguna dalam dua aspek berikut :
1. Teoritis
a. Menambah informasi dan khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang
Ahwal

al-Syahsiyah,

khususnya

terhadap

Praktik

pemaksaan

perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (tradisi di
Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dan bahan pertimbangan
bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Praktik pemaksaan
perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Studi
Kasus Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).
2. Praktis
a. Dapat dijadikan pertimbangan bagi umat lslam khususnya masyarakat
yang melakukan Praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah
umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan).
b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran hukum berkaitan dengan
Praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-

10

laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan).

G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman serta menjaga terjadinya
bermacam-macam penafsiran dari judul bahasan ‚Analisis Hukum Islam
Terhadap Pemaksaan Perkawinan Wanita Di Bawah Umur Dengan LakiLaki

Dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten

Pamekasan).‛.Penulis

perlu

memaparkan

pengertian

beberapa istilah

sebagai berikut:
1. Hukum Islam adalah: Seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah dan
sunnah RasulNya tentang tingkah laku manusia yang diakui berlaku dan
mengikat untuk semua orang yang terbebani hukum, konteks ini hukum
Islam berupa hukum Islam di Indonesia Undang-Undang No 1 tahun 1974
dan KHI.8 Orang terbebani hukum adalah wanita dan laki-laki yang
menikah dengan dipakasa untuk melakukan perkawinan wanita di bawah
umur dengan laki-laki dewasa di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan.
2. Pemaksaan Perkawinan Wanita di Bawah Umur adalah: praktik
pemaksaan terhadap wanita di bawah umur oleh orang tua atau mempelai
laki-laki yang tidak diinginkannya.

8

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Supel
2007), 23.

11

3. Laki-laki Dewasa adalah: seorang laki-laki yang berusia 30-40 tahun
dimana laki-laki tersebut datang dari luar negeri hendak menikah dengan
wanita di bawah umur.

H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan , yaitu penelitian
terhadap praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan lakilaki

dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten

Pamekasan).
1. Data Yang Dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah seperti yang dikemukakan di atas,
maka data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data tentang praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur
dengan laki-laki dewasa (Tradisii Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan).
b. Data tentang analisis hukum Islam terhadap praktik pemaksaan
perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi
di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan sumber data, harus diketahui dari mana sumber
datanya.Sedangkan pengertian sumber data itu sendiri adalah subyek
dimana data itu diperoleh.9
9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 107-108.

12

a. Sumber Data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber.10 Jadi sumber data primer merupakan
data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan
berupa hasil wawancara langsung dari imforman yang diteliti.
Dalam hal ini peneliti mewawancarai langsung mereka yang
melakukan

perkawinan

secara

paksa

atau

wali

yang

mengawinkannya secara paksa, dalam hal ini juga peneliti juga
melakukan wawancara dengan masyarakat terutama tokoh-tokoh
masyarakat yang terletak di Desa Ragang, Kecamatan Waru,
Kabupaten pamekasan. Adapun data primer tersebut adalah:
1. Pasangan Salim dan Khoiriyah
2. Pasangan Ridwan dan halimah
3. Pasangan Zaini dan Sulaiha
4. KH. Maimun
5. Ustad Abd Hamid
b. Sumber Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari bukubuku sebagai data pelengkap terkait dengan sumber data primer.
Adapun sumber data sekunder. dalam penelitian ini adalah
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku fiqih dan hukum
positif, ataupun hasil peneliti berwujud laporan.11 data disini
diantaranya adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

10

Gabriel Amin Silalahi, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. (Sidoarjo:CV. Citramedia
2003), 57.
11
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normativ, (Jakarta; Raja Grafindo 2003), 12

13

prangkat Desa Ragang, Kecamatan waru, Kabupaten pamekasan.
Sedangkan buku-buku yag diperoleh adalah buku-buku Fiqih dan
buku hukum positif yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-hadits
yang berkaitan dengan kawin paksa. Serta keterang yang berupa
laporan dan keterangan yang lain.12
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang benar dan tepat di tempat
penelitian, penulis mengunakan dua metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Interview (Wawancara)
Metode wawancara ini yaitu metode ilmiah yang dalam
pengumpulan datanya dengan jalan berbicara atau berdialog langsung
dengan sumber obyek penelitian sebagaimana pendapat Sutrisno
Hadi, Wawancara sebagai alat pengumpul data yang berlandaskan
pada tujuan penelitian.13
Adapun wawancara dilakukan terkait dengan penelitian ini
adalah: Pihak-pihak yang melakukan praktik pemaksaan perkawinan
wanita di bawah umur dengan laki-laki

dewasa (Tradisi di Desa

Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan), baik orang yang
melakukan pernikahan, tokoh agama, dan semua masyarakat yang
terlibat.

12

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), 114.
13
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yokyakarta: Andi Offset, 1991), 193

14

b. Dokumentasi
Dalam melakukan penelitian, metode dokumentasi ini tidak
kalah penting dari metode-metode yang lain, yakni mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.14
Yang berkaitan dengan praktik pemaksaan perkawinan wanita di
bawah umur dengan laki-laki

dewasa (Tradisi di Desa Ragang

Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).

4. Teknik Pengolahan Data
Untuk memudahkan analisis, data yang sudah diperoleh perlu diolah.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengelolahan data antara lain: 15
1. Editing, yaitu: memeriksa kelengkapan, dan kesesuaian data. Teknik
ini digunakan untuk memeriksa kelengkapan data yang sudah penulis
dapatkan.
2. Coding, yaitu: usaha untuk mengkatagorikan data dan memeriksa data
untuk relevansi dengan tema riset.
c. Organizing, yaitu: menyusun dan mensistematiskan data yang
diperoleh

dalam

karangan

paparan

yang

telah

direncanakan

sebelumnya untuk memperoleh bukti-bukti dan gambaran secara jelas
tentang pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta:PT Renika Cipta
2006), 231.
15
Ibid., 235.

15

laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan).

5. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data, kemudian menganalisisnya
dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu memaparkan dan
mengumpulkan data tentang praktik pemaksaan perkawinan wanita di
bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan). Dan menganalisisnya berdasarkan analisis
hukum Islam terhadap praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah
umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan). Penulis menggunakan metode ini karena ingin
memaparkan,menjelaskan

dan

menguraikan

data

yang

terkumpul

kemudian disusun dan dianalisa untuk diambil kesimpulan.
Pola pikir pembahasan yang dipakai adalah induktif merupakan
metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau kenyataan
dari hasil penelitian yang ada di Desa ragang. Kemudian diteliti sehingga
ditemukan pemahaman terhadap pandangan para pihak yang

terkait

dengan praktik pemaksaan perkawinan wanita di bawah umur dengan
laki-laki dewasa (Tradisi di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan). Dan kemudian dianalisis secara umum menurut hukum
Islam.

16

I. Sistematika Pembahasan
Bab pertama

merupakan pengantar kepada pembahasan berikutnya,

yang mana isi dari bab ini merupakan uraian yang harus diketahui terlebih
dahulu agar senantiasa dipahami lebih tepat dan benar tentang pembahasan
berikutnya. Bab ini meliputi: Latar belakang masalah, identifikasi dan
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori, dalam hal ini penulis membagi menjadi
dua pokok bahasan yang didalamnya memaparkan sub bab-bab yang terdiri
dari pembahasan tentangpengertian pernikahan, dasar hukum pernikahan,
rukun dan syarat pernikahan, macam-macam pernikahan,. kedudukan
pernikahan dan peran pernikahan.
Bab ketiga merupakan hasil penelitian tentang gambaran umum Desa
Ragang, antara lain: Letak lokasi, Struktur atau organisasi, keadaan dan adat
istiadat masyarakat Desa Ragang, deskripsi dan praktik pemaksaan
perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
Bab keempat ini berisi tentang analisis terhadap praktik pemaksaan
perkawinan wanita di bawah umur dengan laki-laki dewasa (Tradisi di Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan).
Bab kelima pada bab ini merupakan penutup yang meliputi Kesimpulan dan
Saran.

BAB II
PEMAKSAAN PERTUNANGAN DAN PERNIKAHAN

A. Terminologi Pemaksaan Pertunangan
1. Pengertian Pemaksaan Pertunangan
Pertunanga adalah salah satu cara yang ditempuh masyarakat dalam
menikah. Tak ada ketentuan dalam syariat yang mengharuskan atau
sebaliknya melarang pertunangan. Islam hanya menekankan bahwa
hendaknya seorang muslim mencari calon istri yang shalihah dan baik
agamanya, begitu pula sebaliknya.1
Ringkasnya,

pertunangan

hanyalah

salah

satu

cara

untuk

menikahkan. Orang tua dapat menjodohkan anaknya. Tapi hendaknya
meminta izin dan persetujuan dari anaknya, agar pernikahan yang
diselenggarakan, didasarkan pada keridhaan masing-masing pihak, bukan
keterpaksaan. Pernikahan yang dibangun di atas dasar keterpaksaan, jika
terus berlanjut, akan mengganggu keharmonisan rumah tangga.2
Di beberapa daerah, antara pernikahan paksa dan perjodohan paksa
memiliki konotasi yang berbeda. Perjodohan identik dengan status
dimana antara laki-laki perempuan memiliki status hubungan semi
kekeluargaan yang saling terkait namun belum dalam ikatan perkawinan,
istilahnya adalah pertunangan. Pertunangan tersebut adalah hubungan
atau status pengikat yang nantinya akan dibawa kepintu pernikahan, atau
1
2

Muhammad Idris al-Syafi’I, al-Um, (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, tt. Juz 3), 16.
Ibid., 17

17

18

bisa jadi batal dikarenakan statusnya rusak yang disebabkan oleh berbagai
motiv. Dalam status hubungan ini juga bisa terjadi pemaksaan yang
dilakukan oleh beberapa oknum agar laki-laki dan perempuan menjalani
status hubungan pertunangan ini. Sedangkan pernikahan paksa adalah
sebagaimana memaksakan seseorang untuk menikah, dan atau menikahi
seseorang, bahkan tanpa adanya proses pertunagan terlebih dahulu.3
Pertunangan yang dilakukan orang tua untuk anak, hanyalah salah
satu jalan untuk menikahkan anaknya itu dengan seseorang yang
dianggap tepat menurut mereka. Padahal tepat menurut orang tua belum
tentu tepat menurut sang anak. Orang tua boleh-boleh saja menjodohkan
anaknya dengan orang lain, tapi hendaknya tetap meminta izin dan
persetujuan dari anaknya, agar pernikahan yang dilaksanakan nantinya
berjalan atas keridhoan masing-masing pihak, bukan keterpaksaan.
Karena

pernikahan yang dibangun di atas dasar keterpaksaan adalah

haram hukumnya, dan jika terus berlanjut, hanya akan mengganggu
keharmonisan dalam berumah tangga anaknya kelak.4
Pada konteks global ada beberapa aspek yang sama antara pemaksaan
pernikahan dengan pertunagan, yaitu pilihan yang dicarikan atau
diberikan orang tua atau kerabat. Pilihan ini berasusmsikan pada
pandangan bahwa anaknya kelak akan bahagia jika di jodohkan dengan
orang tersebut disebabkan orang tersebut memiliki kelebihan dibanding

3

Sarjono Sutomo, Pernikahan Dalam Adat,Telaah Pernikahan Adat Madura, (Surabaya: Enja
Wacana, 1990), 40.
4
Ibid., 41

19

dirinya, seperti harta, kekuasaan, kehormatan dan lain sebagainya. Oleh
karenanya seorang anak dipaksa untuk dijodohkan dan akhirnya menikah
dengan seseorang tersebut karena impian tersebut.5
Sedangkan pernikahan paksa, ada beberapa aspek yang mangharuskan
seseorang dipaksa menikah diantaranya karena kecelakaan (insiden)
artinya mereka yang terpaksa nikah karena terlanjur melakukan hubungan
intim lebih dulu yang akhirnya berbuntut kehamilan diluar nikah dan
nikah paksa murni atas kehendak orang tua tanpa melibatkan persetujuan
anak terlebih dahulu dalam hal ini anak tidak bisa ikut andil memilih dan
menentukan dengan siapa seorang anak akan menikah, serta masih banyak
faktor lain yang melatarinya.6
Seperti halnya perceraian dalam pernikahan, pertunangan juga
memiliki kondisi terputusnya hubungan atau rusaknya hubungan kedua
pihak yang dijodohkan, namun tidak seperti perceraian yang berimplikasi
pada hukum agama dan negara, hubungan pasca pertunangan yang rusak
tersebut tidak ada aspek halal, haram atau makruh, tidak juga sah atau
tidak sah menurut hukum positif, hanya saja memiliki dampak psikologis
yang negatif, seperti malu, atau tekanan yang berlebih dari orang tua dan
kerabat yang menjodohkannya.7

5

Ibid.,
Ibid., 42
7
Ibid., 43
6

20

2. Pemaksaan Pertunangan Dalam Tinjauan Hukum Islam
Pemaksaan dalam bahasa arab adalah Ijbar al-Ma’rifah, 1379 ),201

28

Wali berkewajiban meminta pendapat anak perempuannya mengenai lakilaki yang akan dijodohkan, apakah ia mau menerima laki- laki itu atau
menolaknya.20
Seseorang tidak dapat dipaksa untuk melaksanakan haknya atau tidak
melaksanakan haknya selama tindakannya itu tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan haknya. Hak ijba

Dokumen yang terkait

Gambaran Karakteristik Pekerja Anak di Pantai Bunga Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2010

0 35 131

Perkawinan di Bawah Umur pada Masyarakat Kp.Wates Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi

3 24 112

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANTARA LAKI-LAKI DI ATAS UMUR (MANNEN BOVEN DE LEEFTIJD) DAN PEREMPUAN DI Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Antara Laki-Laki Di Atas Umur(Mannen Boven De Leeftijd) Dan Perempuan Di Bawah Umur(Vrouwen Oder De Leeftijd

0 2 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANTARA LAKI-LAKI DI ATAS UMUR (MANNEN BOVEN DE LEEFTIJD) DAN PEREMPUAN Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Antara Laki-Laki Di Atas Umur(Mannen Boven De Leeftijd) Dan Perempuan Di Bawah Umur(Vrouwen Oder De Leeftijd V

0 2 10

Kedudukan Hukum Anak Sebagai Ahli Waris Yang Dilahirkan Oleh Wanita Hamil Dalam Perkawinan Dengan Laki-Laki Yang Bukan Penyebab Kehamilannya Menurut Hukum Islam.

0 0 2

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BURUH GULUNG TEMBAKAU MUSIMAN DI DESA TAMPOJUNG PREGI KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN.

0 1 76

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH KULI BANGUNAN DENGAN SISTEM UTANG PIUTANG DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN.

0 1 84

ISLAM DAN TRADISI LOKAL : STUDI RITUAL MOLANG AREH DI DESA RAGANG WARU PAMEKASAN.

4 26 69

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENGELOLAAN TANAH “CATON” (TANAH PEMERINTAH) DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN.

0 1 89

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI NIKAH SIRRI YANG MELEWATI 3 BULAN (STUDI KASUS DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN).

0 0 75