ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH KULI BANGUNAN DENGAN SISTEM UTANG PIUTANG DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH KULI
BANGUNAN DENGAN SISTEM UTANG PIUTANG DI DESA RAGANG
KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

SKRIPSI
OLEH:
KIKI AMILIA
NIM: C72210097

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah
Surabaya
2016

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan tentang “Analisis Hukum Islam Terhadap

Pemberian Upah Kuli Bangunan Dengan Sistem Utang Piutang Di Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai


bagaimana proses pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan? dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap
pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan?.
Data penelitian ini diperoleh dari Desa ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
Madura yang menjadi obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptifanalisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan data-data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan pola pikir induktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus, yaitu tentang
proses pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan, kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat umum kaitannya
dengan hukum Islam serta ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa praktik yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan
Waru, Kabupaten Pamekasan, adalah kuli bangunan yang membangun rumah dan upah yang
diberikan kepadanya di hutang terlebih dahulu yaitu dibayarkan ketika musim tembakau.
Sedangkan menurut tinjauan Hukum Islam praktik hutang piutang pemberian upah kuli bangunan
diperbolehkan dalam hukum Islam, karena dalam praktik tersebut syarat dan rukun sudah
terpenuhi. Selain itu menurut mazhab Hanafi hanya mensyaratkan mempercepat upah dan
menangguhkannya sah.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu dicantumkan

antara lain: Pertama Bagi masyarakat Desa Ragang khususnya bagi kuli bangunan hendaknya
dalam melakukan pembangunan rumah tetap tolong menolong dalam hal apaun karena
masyarakat Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan merupakan masyarakat desa
yang sangat peduli kepada tetangga serta masyarakat Madura khususnya Desa Ragang sangat
kental dengan tradisi. Kedua Bagi masyarakat yang membangun rumah dalam memberikan upah
kepada kuli banguanan hendaknya harus mempercepat upahnya sebelum kering keringatnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..........................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................... xi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................. 5
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
D. Kajian Pustaka ............................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................ 9
G. Definisi Operasional ...................................................................... 10
H. Metode Penelitian .......................................................................... 11
I. Sistematika Pembahasan ............................................................... 17
BAB II: UJRAH DAN AL-QARD} DALAM HUKUM ISLAM
A. Ujrah .............................................................................................. 20
1. Konsep ujrah (upah)................................................................. 20
2. Dasar hukum ujrah dalam DSN .............................................. 26
3. Rukun dan syarat ujrah ............................................................ 27
4. Macam-macam ujrah ............................................................... 29
B. Al-Qard}} .......................................................................................... 32
1. Konsep al-qard} ......................................................................... 32
2. Dasar hukum al-qard} dalam DSN ........................................... 34


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Rukun dan syarat al-qard} ......................................................... 37
4. 4. Tatakrama al-qard}................................................................ 38
BAB III: PROSES PEMBERIAN UPAH KULI BANGUNAN DENGAN SISTEM
UTANG PIUTANG DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU
KABUPATEN PAMEKASAN
A. Letak Geografis ............................................................................. 43
1. Letak lokasi.............................................................................. 43
2. Kependudukan menurut agama/ penghayat ............................ 44
3. Keadaan penduduk menurut usia kelompok pendidikan ......... 45
4. Keadaan sosial ekonomi dan adat istiadat .............................. 46
5. Struktur organisasi................................................................... 48
B. Proses Pemberian Upah Kuli Bangunan dengan Sistem Utang Piutang Di
desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan ................ 48
BAB IV: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG
PIUTANG PEMBERIAN UPAH KULI BANGUNAN DI DESA
RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN
A. Analisis Praktik Hutang Piutang Pemberian Upah Kuli Bangunan di Desa

Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan ....................... 57
B. Analisis tentang Praktik Hutang Piutang Pemberian Upah Kuli Bangunan
di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dalam Perspektif
Hukum Islam.................................................................................. 62
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 67
B. Saran .............................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia diperbolehkan melakukan muamalah dengan bentuk yang
beranekaragam dan inovatif akan tetapi tetap harus berlandaskan pada

prinsip-prinsip dan konsep muamalah yang diajarkan oleh syari’at Islam.
Islam sebagai suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu
memberikan paduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek
kehidupan. Tanpa orang lain manusia tidak akan mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri, maka dari itu hubungan antara manusia ini
diperintahkan oleh Allah untuk saling membantu agar semua dapat terpenuhi
kebutuhannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat di tegaskan dalam firman Allah
dalam surah Almaidah ayat 2, yang berbunyi:
ِ ‫ واتَ ُقوا ال إِ َن ال َش ِديْ ُد العِ َق‬،‫الب والتَ ْقوى واَتَعاونُوا َعلَى ا ِإ ِْث والْع ْدو ِان‬
ِ
‫اب‬
َ
َ ْ َ َ ُ َ
ْ َ َ َ َ َ ‫َوتَ َع َاونُ ْوا َعلَى ر‬
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya”.1
Mengenai pengupahan banyak dijelaskan dalam Alqur’an dan Alhadis

antara lain seperti sabda Nabi Muhammad saw:2
ِ ‫أ َْعطُو ااَ ِجي راَجر قَبل اَ ْن ي‬
) ‫ف َعَرقُهُ ( روا ابن ماجة‬
َ ‫ص‬
َ َ ْ َُ ْ َ ْ
1

Majma al-Malk Fahd, Al-Qur’an dan Terjahmanya dengan Bahasa Indonesia, (al-Madinah alMunawwarah: Majma’ Malk Fahd, 1418 H), 156-157.
2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grapindo, 2002), 118.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Berikanlah upah kepada para pekerja sebelum kering keringatnya (HR. Ibnu
Majah).
Adapun maksud dari hadis di atas bersegera menunaikan hak si
pekerja setelah selesai pekerjaannya. Menunda-nunda gaji adalah perbuatan

dhalim, seperti menunda-nunda kewajiban bagi yang mampu termasuk
dhalim atau di larang dalam hukum Islam.3
Dari penjelasan di atas selain tolong menolong atau pengupahan,
diantara bentuk muamalah yang banyak dilakukan oleh manusia, yaitu
utang-piutang. Utang-piutang merupakan salah satu bentuk muamalah yang
diperbolehkan dalam Islam, bahkan seseorang yang memberikan pinjaman
terhadap orang yang lagi membutuhkan merupakan anjuran dalam Islam. Hal
tersebut dapat dipahami melalui dalil-dalil syariat. Firman Allah dalam
Surah Alhadid ayat 11 yang berbunyi:
ِ
ِ ‫الذي ي ْق ِرض ال قَرضا حسًا فَي‬
‫َجر َك ِرْي‬
َ ُ َ َ ً ْ َ ُ ُ ْ ‫َم ْن َذا‬
ْ ‫ضاع َفهُ لَهُ َولَهُ أ‬
Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu
untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” 4
Dalam Islam, yang disebut dengan utang-piutang ialah pemberian
harta yang diberikan oleh orang yang memberi utang kepada orang yang
berutang untuk dikembalikan kembali sesuai dengan jumlah, perjanjian dan

kesepakatan yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu al-qard} adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali

3

Ibid.,
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Kudus: Mubarokatan Toyyibah, t.t. ),
538.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

atau dengan kata lain meminjamkan dengan tanpa mengharapkan imbalan.5
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa utang-piutang adalah
suatu transaksi antara seseorang dengan orang lain dengan memberikan
pinjaman berupa harta yang memiliki kesepadanan untuk dikembalikan
sesuai dengan jumlah yang diberikan tanpa adanya tambahan atau imbalan.
Adapun praktik yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru

Kabupaten Pamekasan tentang pembangunan rumah adalah sebuah tradisi
dimana dalam membangun rumah kuli bangunan adalah masyarakat sekitar
sendiri yaitu berjumlah 5 sampai 6 orang, dalam sistem pengupahan dari
hasil bangunan yaitu dengan sistem utang terlebih dahulu yaitu
membayarnya ketika panen musim tembakau dengan jangka waktu 3-6 bulan
dari pembangunan rumah.6
Dalam praktik tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan jika upah kuli bangunan
dibayar ketika musim kemarau panen tembakau karena uang untuk sisa
pembangunan rumah biasanya digunakan untuk modal tembakau sehingga
baik dari orang kalangan miskin, menengah maupun orang yang mampu ikut
menjanjikan pembayarannya dibayar ketika panen tembakau sampai

5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), 131.
6
Samsul, 40 Tahun, Wawancara, Pamekasan Dusun Batas Timur Desa Ragang, tanggal 15
Oktober 2014.


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

tembakau laku dan mendapatkan uang dari tengkulak atau pembeli
tembakau.7
Adapun jumlah atau nilai dari upah pekerja perhari yaitu Rp
50.000,00 sampai Rp 70.000,00 dengan perhari diberi makan 2x sehari yaitu
pagi dan siang hari, selain itu jika pihak pekerja membangun rumah maka
menjadi kewajiban pihak pemilik rumah membantu bangunan si kuli
bangunan dan sistem upahnya pun diutang.8
Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya praktik
tersebut adalah sebagai berikut:9
1.

Dalam pengetahuan agama masyarakat desa minim dengan ilmu
pengetahuan dan masih kental dengan tradisi adat dan tidak ada yang
bisa mengubahnya sedikitpun.

2.

Desa Ragang merupakan sebuah desa yang jauh dari keramaian kota
atau desa yang sangat terpencil antara desa dengan jalan raya ditempuh
selama satu jam.

3.

Pekerjaan masyarakat atau mata pencahariannya adalah petani dan
buruh tani dimana dalam musim hujan dan kemarau biasanya petani
hanya menanam padi dan tembakau saja, padi pada musim hujan
sedangkan tembakau pada musim kemarau.

7
Samsuri, 45 Tahun, Wawancara, Pamekasan, Dusun Batas Timur Desa Ragang,tanggal 16
Oktober 2014.
8
Faiz, 50 Tahun, Wawancara, Pamekasan, Dusun Batas Timur Desa Ragang, tanggal 19 Oktober
2014.
9
Maimun, 40 tahun, Wawancara, Pamekasan, Dusun Batas Timur Desa Ragang,tanggal 23
Oktober 2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Sikap tolong menolong masyarakat desa sangat kental meskipun
masyarakat desa melakukan apapun maka pihak tetangga yang satu dengan
yang lainnya selalu membantunya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka pekerja atau para
kuli tersebut belum atau tidak diperlakukan sesuai dengan ketentuan Islam.
dan hal ini berarti para pekerja tersebut belum mendapatkan perlakuan yang
baik berdasarkan uraian di atas peneliti ingin membuktikan benarkah bahwa
praktek upah mengupah terhadap kuli bangunan tersebut sesuai dengan
prinsip Islam.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang tersebut di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat peneliti identifikasi dalam penulisan penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1.

Proses terjadinya upah dengan sistem utang piutang di Desa Ragang.

2.

Mekanisme upah dengan sistem utang piutang di Desa Ragang.

3.

Adanya diskriminasi antara orang yang memberikan upah dengan
pekerja kuli bangunan dengan sistem utang piutang yang tidak sesuai
dengan konsep Islam.

4.

Praktik terjadinya upah dengan sistem utang piutang di Desa Ragang.

5.

Faktor-faktor yang melatar belakangi upah dengan sistem utang piutang
tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

6.

Analisis hukum Islam terhadap pemberian upah kuli bangunan dengan
sistem utang piutang di Desa Ragang
Adapun batasan masalah yang menjadi fokus peneliti dalam

penelitian ini, yaitu peneliti akan mengkaji tentang:
1.

Proses pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di
Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.

2.

Analisis hukum Islam terhadap pemberian upah kuli bangunan dengan
sistem utang piutang di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan.

C. Rumusan Masalah
Melalui latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah tersebut di
atas. Maka rumusan masalah yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1.

Bagaimana proses pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang
piutang di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan?

2.

Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pemberian upah kuli
bangunan dengan sistem utang piutang di Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan?

D. Kajian Pustaka
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai sedikit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

relevansi dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai
berikut:
Penelitian yang berjudul: “Utang-Piutang dengan Jaminan Hasil
Panen di Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Sidoarjo.”10 Oleh Ninik
Umrotun Chasanah, Tahun 2011. Penelitian ini mengakaji tentang:
Bagaimana sistem utang-piutang dengan jaminan hasil panen tambak di
Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Sidoarjo. Hasil penelitian ini, bahwa
sistem utang piutang yang terjadi di desa Banjarsari yaitu menggunakan
sistem jaminan hasil panen tambak, yang mana juragan ikan selaku orang
yang berpiutang memberikan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh
orang yang berutang. Menurut hukum Islam, pelaksanaan sistem utangpiutang dengan jaminan hasil panen tambak harus memenuhi syarat dan
rukun utang-piutang dengan jaminan.
Penelitian yang berjudul: “Mekanisme Penyelesaian Utang-Piutang
Cek Kosong Melalui Lembaga Kliring Di BRI Syariah Surabaya.”11 Oleh
Retno Wahyuni, Tahun 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
proses penyelesaian utang-piutang melalui warkat kliring tersebut dapat
terselesaikan apabila sudah memenuhi syarat dan prosedur yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Mekanisme penyelesaian utang-piutang melalui
lembaga kliring sudah sesuai dengan konsep wakab dan qabu>l, serta akad yang digunakan dalam pemberian upah
kuli bangunan dengan sistem utang piutang di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

4. Sumber Data
Agar memperoleh data yang kompleks dan komprehensif, serta
terdapat korelasi yang akurat sesuai dengan judul penelitian ini, maka
sumber data dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu:
a.

Sumber Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari sumbernya, data primer yang dimaksud adalah:16
1) Pemilik bangunan rumah yaitu Bapak Salim: yaitu orang yang
mempunyai bangunan yang digarap oleh kuli bangunan dimana
dalam pemberian upah dengan sistem utang-piutang.
2) Kuli bangunan yaitu bapak Syamsuri: Adalah pekerja bangunan
rumah dimana bertugas untuk membangun rumah sesuai apa
yang telah di tentukan oleh pemilik rumah dengan sistem gaji
yang diutangkan.
3) Kepala Desa yaitu Bapaqk M. Moyar: Adalah aparat desa
dimana dalam menjalankan administrasi pemerintahan desa.
4) Tokoh Masyarakat yaitu H. Maimun: masyarakat desa yang
memiliki public vigur yaitu seperti para kiai, takmir masjid,
serta ustad yang ada di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan.

16

Ibid., 10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

b.

Sumber Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai
pendukung data primer. Data ini bersumber dari referensi dan
literatur yang mempunyai korelasi dengan judul dan pembahasan
penelitian ini seperti buku, catatan, dan dokumen. Adapun sumber
data sekunder yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, ialah
sebagaimana berikut:
1) Majma al-Malk Fahd, Al-Qur’an dan Terjahmanya dengan

Bahasa Indonesia, (al-Madinah al-Munawwarah: Majma’ Malk
Fahd, 1418 H),
2) Drs.H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja
Grapindo, 2002,
3) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke

Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001)
4) Moh. Rifa’i, Ushul Fiqh, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1973).
5) Dokumen-dokumen lain mengenai sistem kemitra
5. Teknik pengumpulan data
Adapun untuk memperoleh data yang akurat dan dibutuhkan oleh
peneliti sesuai dengan judul penelitian, maka dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan beberapa metode, sebagaimana berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

a.

Observasi
Observasi yaitu merupakan proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.17
Peneliti menggunakan observasi sebagai salah satu teknik
pengumpulan data, yaitu untuk mengamati secara langsung praktik
atau proses pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utangpiutang di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.

b. Interview
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.18
Metode wawancara digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan
data, yaitu untuk memperoleh data mengenai praktik atau proses
pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang-piutang di Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
Disamping itu, teknik wawancara digunakan peneliti untuk
menanyai langsung mengenai sejarah dan latar belakang terjadinya
proses pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang-piutang
di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
6. Teknik pengolahan data
Untuk mensistematisasikan data yang telah dikumpulkan dan
mempermudah peneliti dalam melakukan analisa data, maka peneliti

17

Ibid., 145.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rieneka
Cipta, 2006), 155.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang
diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber
adalah sebagaimana berikut:19
a.

Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan. Tehnik
ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek sumber
data yang diperoleh melalui tehnik pengumpulan data, dan
memperbaikinya apabila masih terdapat hal-hal yang salah.

b.

Coding, yaitu pemberian kode dan pengkategorisasian data. Peneliti
menggunakan tehnik ini untuk mengkategorisasikan sumber data
yang

sudah

dikumpulkan

agar

terdapat

relevansi

dengan

pembahasan dalam penelitian ini.
c.

Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematisasikan
sumber data. Melalui tehnik ini, peneliti mengelompokkan datadata yang telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan
yang telah direncanakan sebelumnya mengenai proses pemberian
upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.

7. Tehnik analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cacatan lapangan,

19

Ibid., 156.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan ke orang lain.20
Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan secara
keseluruahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu peneliti mendeskriptifkan dan memaparkan data
yang diperoleh dilapangan mengenai pemberian upah kuli bangunan
dengan sistem utang piutang di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan. Lebih lanjut, digunakan pola pikir induktif, yaitu
mengemukakan data yang besifat khusus mengenai praktik atau proses
pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan. Kemudian dianalisis
dengan paparan yang bersifat umum sesuai dengan hukum Islam.
I.

Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah peneleliti dalam menyusun penulisan penelitian
ini secara sistematis, dan mempermudah pembaca dalam memahami hasil
penelitian ini, maka peneliti mensistematisasikan penulisan penelitian ini
menjadi beberap bab, sebagai berikut:
Bab pertama ini berisi tentang pendahuluan, dalam bab ini, peneliti
mengkaji secara umum mengenai seluruh isi penelitian, yang terdiri dari:
Latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rieneka
Cipta, 2006), 156.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
oprasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua ini adalah ujrah dan utang-piutang dalam hukum Islam.
Dalam bab ini, berisi tentang masalah ujrah dan utang-piutang, yang
meliputi: pengertian ujrah, Dasar Hukum ujrah, macam-macam ujrah, serta
prinsip-prinsip ujrah dan yang kedua adalah al-qard yang terdiri dari: 1.
Pengertian al-qard, 2. dasar hukum al-qard, 3. rukun dan syarat al-qard, tata
krama al-qard.
Pada bab ketiga ini menjelaskan tentang praktik pemberian upah kuli
bangunan dengan sistem utang-piutang, dalam bab ini peneliti akan
menyajikan dan memaparkan data dari objek penelitian mengenai gambaran
umum desa ragang yang meliputi: lokasi penelitian, struktur desa ragang,
keadaan sosial dan ekonomi desa ragang, serta praktik pemberian upah kuli
bangunan dengan sistem utang piutang, yang terdiri dari: latar belakang
terjadinya pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang,
Tradisi pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di desa
ragang, yang terdiri: 1. proses dan mekanisme pemberian upah kuli bangunan
dengan sistem utang piutang, 2. akad yang digunakan dalam pemberian upah
kuli bangunan dengan sistem utang piutang, 3. mekanisme pemberian upah
kuli bangunan dengan sistem utang piutang.
Pada bab keempat ini menjelaskan tentang analisis hukum Islam
terhadap pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang di
Desa Ragang, yang terdiri dari : proses dan mekanisme pemberian upah kuli

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

bangunan dengan sistem utang piutang, akad yang digunakan dalam
pemberian upah kuli bangunan dengan sistem utang piutang.
Bab kelima menyajikan penutup. dalam bab ini, peneliti akan
memaparkan hasil penelitian, yang terdiri dari: Kesimpulan, Saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

UJRAH DAN AL-QARD} DALAM HUKUM ISLAM
A. Ujrah
1. Konsep ujrah (upah)
Secara bahasa, ija>rah digunakan sebagai nama bagi al-ajru yang
berarti "imbalan terhadap suatu pekerjaan" (‫ )العمل على الجزاء‬dan "pahala"
(‫)الثواب‬.1 Dalam bentuk lain, kata ija>rah juga biasa dikatakan sebagai nama
bagi al-ujrah yang berarti upah atau sewa (‫)الكراء‬. Selain itu, menurut alBa'liy, arti kebahasaan lain dari al-ajru tersebut, yaitu "ganti" (‫)العوض‬,
baik ganti itu diterima dengan didahului oleh akad atau tidak.2 Secara
istilah, ija>rah adalah suatu transaksi (akad) yang manfaat atau jasa yang
mubah dalam syariat dan manfaat tersebut jelas diketahui, dalam jangka
waktu yang jelas serta dengan uang sewa yang jelas.

Al-Ijarah atau ujrah dalam kamus ekonomi dikenal dengan istilah
(wage, lease, hire) arti asalnya adalah imbalan kerja (upah).3 Dalam istilah
bahasa Arab dibedakan menjadi al Ajr dan al ija>rah. Al ajr sama dengan al

Tsawab, yaitu pahala dari Allah sebagai imbalan taat. Sedangkan al ija>rah:
upah sebagai imbalan atau jasa kerja. Di dalam kitab fiqh, konsep ija>rah
hanya berkisar pada persoalan sewa menyewa.

1

Muhammad bin Mukram bin Manzhur, Lisan al-'Arab, (Beirut: Dar Shadir), Juz 4, 10.
Al-Sayyid al-Bakriy bin al-Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyathiy, I'anah al-Thalibin, (Beirut:
Dar al-Fikr), Juz 3, 109.
3
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid terj. II, Jakarta: Pustaka Amani, 2002, 61
2

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Dalam istilah fikih, al ija>rah (rent, rental) berarti transaksi
kepemilikan

manfaat

barang/harta

dengan

imbalan

tertentu.

Mempersewakan ialah akad atas manfaat (jasa) yang dimaksud lagi
diketahui, dengan tukaran yang diketahui, menurut syarat-syarat yang
akan dijelaskan kemudian.4 Dalam Islam, upah dimasukkan dalam kaidah
sewa menyewa, dimana melibatkan ajir dan mutajir (penyewa dan
menyewakan).Dari kacamata bab ini, pengusaha dianggap sebagai pihak
penyewa sedangkan pekerja dianggap sebagai pihak yang menyewakan.
Hal ini bisa dilihat antara pengusaha dan karyawan yang terdapat kontrak
kerja kesepakatan-kesepakatan.
Pengertian upah secara umum dapat ditemukan dalam Undangundang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 ayat 30
yang berbunyi ”Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (UU Nomor
13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 30”.5
Sedangkan menurut PP nomor 5 tahun 2003 upah memiliki arti hak
pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah
4
5

H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (cet..17), (Bandung: PT Sinar Baru 1996), 303.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, (BP. Cipta Jaya, 2003), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

atau akan dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja dan keluarganya (PP nomor 5 Tahun 2003 tentang
UMR pasal 1 point b).
Dalam konteks yang sama, upah juga diartikan sebagai imbalan
dari Pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah
atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang
ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundangundangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri
maupun keluarganya (PP Nomor 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah).
Lebih lanjut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diuraikan upah
diartikan sebagai pembalas jasa atau sebagainya pembayar tenaga kerja
yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.6
Definisi di atas hampir kesemuanya sama, dimana inti dari
pengertian upah adalah hak yang harus diterima oleh tenaga kerja sebagai
bentuk imbalan atas pekerjaan mereka yang kesemuanya didasarkan atas
perjanjian, kesepakatan atau undang-undang, yang ruang lingkupnya
mencakup pada kesejahteraan keluarganya. Lain halnya dengan Dewan
Perupahan Nasional yang juga mendefinisikan upah suatu penerimaan
sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu

6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), cet III, (Balai Pustaka,
2003), 1250

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai
jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pemberi dan penerima kerja.7
Sementara upah menurut pengertian barat terkait dengan
pemberian imbalan kepada pekerja tidak tetap, atau tenaga buruh lepas,
seperti upah buruh lepas di perkebunan kelapa sawit, upah pekerja
bangunan yang dibayar mingguan atau bahkan harian. Berbeda halnya
dengan gaji yang menurut pengertian barat terkait dengan imbalan uang
(finansial) yang diterima oleh karyawan atau pekerja tetap dan dibayarkan
sebulan sekali.8
Konsep barat mendikotomikan gaji dan upah berdasar interval
pembayaran. Inti yang terkandung sama dengan definisi-definisi
sebelumnya. Dua pengertian antara upah dan gaji pada intinya memiliki
persamaan yang mendasar yaitu balasan atau imbalan yang diberikan dari
pengguna tenaga kerja kepada pemilik tenaga kerja. Sedangkan yang
membedakan

keduanya

adalah

waktu

pembayaran.

Dimana

gaji

diperuntukkan bagi mereka yang menerima tiap bulan. Sedangkan upah
diperuntukkan mereka yang pekerja harian atau bulanan.9

7

Hendry Tandjung, KONSEP MANAJEMEN SYARIAH dalam Pengupahan Karyawan
Perusahaan.i Hendry mengutip Ahmad S. Ruky, Manajemen Penggajian dan Pengupahan
Karyawan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama (Jakarta, 2001), 7
8

9

Ibid.
Ibid.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Dengan demikian dapat disimpulkan definisi upah secara umum
yaitu hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau
jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan dan dibayarkan menurut
suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya yang berfungsi sebagai
jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan.
Upah adalah harga yang dibayarkan kepada pekerja atas jasanya
dalam produksi kekayaan seperti faktor produksi lainnya, tenaga kerja
diberikan imbalan atas jasanya.10 Upah dapat didefinisikan sebagai harga
yang dibayarkan pada pekerja atas pelayanannya dalam memproduksi
kekayaan. Tenaga kerja seperti halnya faktor produksi lainnya, dibayar
dengan suatu imbalan atas jasa-jasanya. Dengan kata lain, upah adalah
harga tenaga kerja yang dibayarkan atas jasa-jasanya dalam produksi.11
Upah disebut juga dengan ija>rah dalam Islam. Ija>rah menurut
ulama’ hanafiyah adalah transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan
sedangkan menurut ulama’ hanafiyah yaitu transaksi terhadap suatu
manfaat yang dituju, tertentu,bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan
dengan imbalan tertentu.12 Upah adalah bentuk kompensasi atas jasa yang
telah diberikan oleh tenaga kerja. Sedangkan mengupah adalah memberi

10
Afzalur, Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, penerjemah , Soeroyo Nastangin. (Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1995), 23.
11
Ya’qub Hamzah. DR, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup dalam
Berekonomi), Cet II, (Bandung : CV. Diponegoro, 1992), 56.
12
Haroen Nasrun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 228-229.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

ganti atas pengambilan manfaat tenaga dan orang lain menurut syaratsyarat tertentu.
Konsep sewa menyewa dalam hal ini ditekankan adanya asas
manfaat. Maka dari itu, transaksi ija>rah yang tidak terdapat asas manfaat
hukumnya haram. Ghufron. A. Mas’adi mengatakan dalam bukunya Fiqh

Muamalah Kontekstual, bahwa ija>rah sesungguhnya merupakan sebuah
transaksi atas suatu manfaat. Dari sini konsep ijarah dapat dibedakan
menjadi dua macam. Pertama, ija>rah yang memanfaatkan harta benda yang
lazim disebut persewaan, misalnya rumah, pertokoan, kendaraan dan lain
sebagainya. Kedua, ija>rah yang mentransaksikan manfaat SDM yang lazim
disebut perburuhan.13
Pembayaran tenaga kerja dibedakan dua jenis, yaitu upah dan gaji.
Gaji adalah pembayaran yang diberikan kepada pekerja tetap dan tenaga
kerja profesional yang biasanya dilaksanakan sebulan sekali seperti
pegawai pemerintah, guru, dosen, manajer, akuntan. Sedangkan upah
dimaksudkan sebagai pembayaran kepada pekerja – pekerja yang
pekerjaannya berpindah – pindah, seperti pekerja pertanian, tukang kayu,
tukang batu, dan buruh kasar. Berbeda dengan teori ekonomi yang
mengartikan upah sebagai pembayaran atas jasa – jasa fisik maupun
mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Dalam
ekonomi pembayaran pekerja tidak dapat dibedakan antara upah dan gaji,
keduanya berarti pembayaran kepada pekerja.
13

Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta, Raja Grafindo, , 2002), 183

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

2. Dasar hukum ujrah dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
Ibn Rusyd14 menegaskan bahwa semua ahli hukum, baik salaf
maupun

khalaf,

menetapkan

boleh terhadap hukum ija>rah. Kebolehan

tersebut didasarkan pada landasan hukum yang sangat kuat yang dapat
dilacak dari Al-Qur'an dan Sunnah, antara lain yaitu:
a. Alqur’an
Firman Allah dalam Surah An-Nisa’ ayat 29:15

‫يأَيّها ال جذي آمُوا اَ تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي َ ُكم بجالب ج‬
‫اط جل إجا أَ ْن تَ ُك ْو َن جَِ َارة َع ْن تَ َراض‬
َ َ
َ ْ َْ ْ َ ْ ْ
َْ ْ
‫جمْ ُك ْم‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu”
              
              
  

Artinya: Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku
ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun
dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah
(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak
memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku
termasuk orang- orang yang baik.". (QS. Al-Qhashash : 27)16

14

Muhammad bin Ahmad bin Muhamamd bin Rusyd , Bidayah al-Mujtahid, (Beirut: Dâr al-Fikr),
Juz 2, 165-166.
15
Ibid., 122.
16
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

b. Assunah

‫عن أنس بن مالك رضي اه ع ه قال حجم أبو طيبة رسول اه صلى اه عليه وسلم‬
(‫) روا البخاري ومسلم وأمد‬.‫فأمر له بصاع من مر وأمر أ له أن خففوا من خراجه‬

Artinya: "Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah SAW

berbedakm dengan Abu Thayyibah. Kemudian beliau
menyuruh memberinya satu sha' gandum dan menyuruh
keluarganya untuk meringankannya dari beban kharâj". (HR.

Al-Bukhâriy, Muslim, dan Ahmad).17

‫عن عبد اه بن عمر قال قال رسول اه صلى اه عليه وسلم أعط اَجر أجر قبل‬
.‫أن يف عرقه‬

Artinya: "Dari Abdullah bin 'Umar, ia berkata: "Telah bersabda rasullah:
"Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering". (HR. Ibn
Mâjaħ)18
3. Rukun dan syarat ujrah
Rasulullah Saw juga mewajibkan setiap umat Islam untuk
memberikan upah kepada siapa saja telah memberikan jasa atau

manfaatkan kepada kita. Sebaliknya Rasullullah Saw. Mengancam orangorang yang telah memanfaatkan tenaga dan jasa seseorang, tapi tidak mau
memberi upahnya dengan memasukkan mereka ke dalam tiga golongan
yang akan menjadi musuh Rasulullah Saw.
Adapun Rukun-rukun dalam transaksi upah adalah sebagai
berikut:19
a. Adanya orang yang membutuhkan jasa.
b. Adanya pekerja.
c. Adanya jenis pekerjaan yang harus dikerjakan.
17

Ibid.
Ibid.
19
Muhammad bin Idris al-Syafi'iy, al-Umm, Juz 2, (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1393 H), 124.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

d. Adanya upah.
Syarat-syarat ujrah yang lain tersebut antara lain sebagai berikut:20
a. Jelasnya pekerjaan yang harus dikerjakan.
b. Pekerjaannya tidak melanggar ajaran Islam.
c. Jelasnya upah atau imbalan yang akan diterima oleh pihak kedua.
Dari penjelasan di atas Allah memerintahkan kepada kita untuk
memberika upah kepada orang-orang yang telah selesai melakukan tugas
yang kita bebankan kepada mereka. Kecuali jika pemilik jasa atau pekerja
tersebut mengerjakan pekerjaannya dengan suka rela tanpa minta imbalan
apapun. Rukun dan syarat lainnya antara lain yaitu meliputi akad atau
transaksi upah adalah alat yang terjadi antara dua belah pihak dengan
didukung faktor-faktor yang lain, jika salah satunya tidak ada maka
transaksi tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai transaksi upah. Dalam
Islam, semua komponen tersebut disebut dengan rukun. Syarat-syarat
upah antara lain:21
a. Hendaknya upah berupa harta yang berguna atau berharga dan
diketahui Dalil bahwa upah harus diketahui adalah sabda Rasulullah
Saw;”Barang siapa yang mempekerjakan seseorang maka beritahulah

upahnya”. Dan upah tidak mungkin diketahui kecuali kalau
ditentukan.
b. Janganlah upah itu berupa manfaat yang merupakan jenis dari yang
ditransaksikan.
20
21

Ibid.
Ibid., 125.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Seperti contoh yaitu menyewa tempat tinggal dengan tempat
tinggal

dan

pekerjaan

dengan

pekerjaan,

mengendarai

dengan

mengendarai, menanam dengan menanam. Dan menurut hanafiah, syarat
ini sebagaian cabang dari riba, karena mereka menganggap bahwa kalau
jenisnya sama, itu tidak boleh ditransaksikan. Upah tidak menjadi dengan
hanya sekedar akad, menurut mazhab Hanafi. Mensyaratkan mempercepat
upah dan