TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI NIKAH SIRRI YANG MELEWATI 3 BULAN (STUDI KASUS DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN).

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI NIKAH SIRRI YANG MELEWATI 3
BULAN
(Studi Kasus Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)

SKRIPSI
OLEH:
WAHYUDI RAKHMAN SUSILO
NIM: C01209068

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan tentang “Tinjauan Hukum
Islam Pengenaan Denda Terhadap Nikah Sirri Yang Melewati 3 Bulan (Studi
Kasus Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan)”. Penelitian ini
bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana deskripsi terhadap nikah sirri

yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan? bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap (aturan) nikah
sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan ?.
Data penelitian ini diperoleh dari Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan Madura yang menjadi obyek penelitian. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah STUDI dokumentasi dan wawancara yang kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan,
menjelaskan data yang diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan pola pikir
deduktif, dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, yaitu tentang deskripsi
terhadap nikah sirri yang dikenakan denda jika melewati 3 bulan di Desa Ragang
Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan, kemudian ditarik kepada hal-hal yang
bersifat khusus kaitannya dengan hukum Islam serta ditarik kesimpulan.
Nikah sirri yang dilakukan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan dilaksanakan hanya melewati penghulu saja dan dikenakan sanksi jika
melewati 3 bulan. Adapun sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang
melakukan nikah sirri melewati 3 bulan yaitu berupa uang Rp 1.500.00,00 atau
pasir, tujuan diberlakukan sanksi tersebut supaya masyarakat tidak melakukan
nikah sirri terlebih dahulu akan tetapi langsug melakukan nikah melewati Kantor
Urusan Agama. Sedangkan nikah sirri secara agama diperbolehkan jika memenuhi

syarat dan rukun pernikahan tetapi secara hukum negara nikah sirri dilarang
karena dapat merugikan istri dengan demikian aparatur desa khususnya kepala
Desa Ragang mempunyai kebijakan membuat peraturan mengenai sanksi nikah
sirri. Dimana sanksi bagi yang melakukannya merupakan peraturan yang tepat
bagi masyarakat Desa Ragang dengan tujuan untuk meminimalisir angka
perceraian.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu
dicantumkan antara lain: Pertama Bagi masyarakat Desa Ragang hendaknya
pernikahan perlu adanya suatu pencatatan untuk mewujudkan ketertiban
perkawinan dalam masyarakat. Kedua Bagi setiap orang yang akan melaksanakan
pernikahan hendaknya sudah siap secara lahir dan batin, karena dalam kehidupan
setelah pernikahan suami dituntut untuk memberikan nafkah secara lahir dan batin
secara otoritas menjadi hak bagi istri yang harus dipenuhi oleh suami, dengan
adanya nafkah yang terpenuhi maka suami dianggap bisa melindungi istri dalam
kehidupan rumah tangganya, selain itu di buatnya peraturan nikah sirri bagi yang
melewati 3 bulan adalah supaya memberikan efek jera.

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .........................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI .....................................................................

iv

ABSRAKSI ......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR .....................................................................................


vi

BIODATA PENULIS ......................................................................................

vii

MOTTO ...........................................................................................................

viii

PERSEMBAHAN ............................................................................................

ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................


xi

BAB I: PENDAHULUAN ...........................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah .................................................

5

C. Rumusan Masalah .........................................................................

7

D. Kajian Pustaka ..............................................................................


7

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................

9

F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................

9

G. Definisi Operasional .....................................................................

10

H. Metode Penelitian .........................................................................

12

I. Sistimatika Pembahasan ...............................................................


18

BAB II: NIKAH SIRRI DALAM HUKUM ISLAM ......................................

20

A. Pengertian Nikah Sirri ................................................................

20

B. Dasar Hukum Pernikahan.............................................................

23

C. Hukum Pernikahan .......................................................................

27

D. Syarat-Syarat Pernikahan ............................................................


28

E. Hikmah Pernikahan ......................................................................

30

BAB III:DESKRIPSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN
DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG
KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN ...............

32

A. Gambaran Umum Desa Ragang ..................................................

32

1. Letak Lokasi ...........................................................................

32


2. Kependudukan Menurut Agama dan Penghayat ....................

33

3. Keadaan Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan ....

34

4. Keadaan Sosial Ekonomi ........................................................

34

5. Struktur Organisasi.................................................................

36

6. Visi dan Misi ..........................................................................

37


B. Deskripsi Terhadap Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda Jika
Melewati 3 Bulan Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan ...................................................................................

37

BAB IV: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP (ATURAN) NIKAH
SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3
BULAN

DI

DESA

RAGANG

KECAMATAN

WARU


KABUPATEN PAMEKASAN.................................................

42

A. Analisis Deskripsi Terhadap Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda
Jika Melewati 3 Bulan Di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten
Pamekasan……………………………………….....................

42

B. Analisis Tentang Tinjaun Hukum Islam terhadap aturan Terhadap
Nikah Sirri Yang Dikenakan Denda Jika Melewati 3 Bulan Di Desa
Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan……………..

52

BAB V: PENUTUP ......................................................................................

63

A. Kesimpulan ..................................................................................

63

B. Saran.............................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama yang universal, mengatur segala kehidupan
manusia baik dari segi ibadah maupun dari segi muamalah. Salah satu
contohnya masalah perkawinan. Perkawinan tidak hanya didasarkan kepada
kebutuhan biologis antara pria dan wanita yang diakui sah, melainkan sebagai
pelaksana proses kodrat hidup manusia. Dalam Islam perkawinan adalah suatu
perjanjian yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk
membentuk keluarga yang bahagia. Perkawinan itu adalah suatu akad
(perjanjian) yang suci untuk hidup sebagai suami istri yang sah, membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal.
Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)
di mana memiliki sifat yang saling membutuhkan, karena sejak lahir manusia
telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup dengan orang lain. Naluri
untuk hidup bersama dengan orang-orang lain mengikatkan hasrat yang kuat
untuk hidup teratur. Allah SWT menjadikan makhluk-Nya berpasang-pasangan,
menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan jantan dan
betina begitu pula tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Dalam menjalankan
kehidupan manusia tentu ingin melanjutkan keturunan. Oleh karena itu manusia

1

2

harus mengikatkan diri dengan pasangannya melalui suatu ikatan yaitu
perkawinan.1 Sebagai firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum Ayat 21:

َ

ِ ِ َ ِ ً ْ ً َ‫ِ َ اِِ َ ْ َ َ ُ ِ َْْ ُ ِ ُ َز ج ِت ُ نْو َِيْه ج ْيْن ُ و‬
َ َ َ َ َ ْ َ َْ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ً َ ْ ْ
ْ ْ َ َ
َ ْ َ
ٍ ِ ِ
ْ‫ي َ ْو َْتَْ َ َ ُر‬

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”(Qs. Ar-Rum: 21).2
Dalam Islam, perkawinan atau pernikahan bertujuan untuk menyatukan
laki-laki dengan perempuan dalam satu ikatan dan diharapkan dapat
menimbulkan rasa cinta satu sama lain3 serta dapat menghasilkan keturunan4
demi keberlangsungan kehidupan di dunia ini. Namun demikian, dalam
prakteknya pernikahan tidak semudah yang dibayangkan banyak orang. Ada
beberapa hal yang perlu dipenuhi terkait dengan syarat dan rukunnya
sebagaimana telah banyak dirumuskan oleh para ulama fiqih.
Dalam konteks fiqih, perkawinan yang sah yaitu perkawinan yang
memenuhi rukun dan syarat nikah. Maksudnya bahwa perkawinan dikatakan sah
apabila telah terpenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta dapat diakui sah
1

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta , Liberty,
1982, Edisi Pertama), 2.
2
Departemen Agama RI, .Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Penerbit JART), 406.
3
Surat al-Rum, 21
4
Surat al-Nisa’, 1

3

secara hokum jika sudah di daftarkan di KUA (Kantor Urusan Agama). Apabila
syarat-syaratnya tidak lengkap dan tidak di daftarkan di KUA maka perkawinan
tersebut menjadi tidak dapat dilangsungkan, dan apabila salah satu dari
rukunnya tidak ada maka perkawinan tersebut menjadi tidak sah atau menjadi
batal. Dalm Agama Islam jika seseorang sudah memenuhi syarat dan rukun
pernikahan bisa melangsungkan pernikahan sebab ada hadits yang isinya tidak
dapat menunda masalah nikah ini manakala sudah wajar.
Adapun pernikahan yang terjadi di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan merupakan sebuah adat istiadat dimana biasanya sebelum
melakukan pernikahan yang sah menurut Undang-undang biasanya melakukan
akad nikah sirri, yaitu dengan cara hanya melewati penghulu saja yaitu Kyai.
Pernikahan tersebut diperbolehkan oleh Kepala Desa dengan jangka waktu tidak
boleh lebih dari 3 bulan jika melewati lebih dari 3 bulan maka dari Kepala Desa
tersebut memberikan sanksi berupa denda Rp 1,500,000 atau berupa pasir 1 truk
dimana pasir tersebut dipergunakan untuk pembangunan desa seperti jalan atau
kepentingan lainnya. Denda tersebut merupakan efek jera dari masyarakat yang
melakukan nikah sirri dengan tujuan supaya tidak sering terjadi perceraian.
Nikah sirri di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
merupakan sebuah kewajiban bagi masyarakat yaitu dengan beranggapan bahwa
pernikahan yang lebih utama yaitu kepada Kyai yang lebih mengetahui selukbeluk pengetahuan Agama Islam yang sangat mendalam, selain itu pernikahan

4

yang dilakukan di Kyai biasanya masyarakat yang melakukan pernikahan
mengundang masyarakat yang lain untuk selametan seperti, pembacaan yasin,
menghatamkan Al-Qur’an sepuya pernikahan tersebut menjadi langgeng,
menjadi keluarga yang sakij (ijab qobul).2
Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
juga menjelaskan tentang definisi pernikahan yaitu: "Perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang priadengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

1

Lily Rasjidi, Hukum Perkawinan Dan Perceraian Di Malaysia Dan Indonesia, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1991), 2.
2
Fatihudin Abul Yasin, Risalah Hukum NIkah, (Surabaya: Terbit Terang, 2006), Ed. Revisi, 12.

20

21

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa." Sedangkan definisi perkawinan menurut Kompilasi
Hukum Islam (KHI) merumuskan sebagai berikut: "Perkawinan menurut hukum
Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan
untuk menta’ati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.3
Dalam landasan filosofis itu dirangkum secara terpadu antara Akidah,
Ibadah, dan Muamallah Pernikahan merupakan sebuah ritual sakral yang menjadi
tempat bertemunya dua insan yang saling mencintai, tanpa ada lagi batasan yang
menghalangi. Meskipun demikian, banyak pula orang- orang atau pihak-pihak
yang saat ini berusaha untuk memanfaatkan ritual tersebut hanya untuk
memperoleh

keuntungan,

baik

berupa

materi

maupun

sekedar

untuk

mendapatkan kepuasaan seks saja, atau juga karena alasan-alasan lain. Berbagai
permasalahan punakhirnya timbul.4
Perkawinan menurut hukum Islam yang sesuai dengan landasan
filosofis Perkawinan berdasarkan Pancasila yang diatur dalam pasal 1 UU No.1
Tahun.1 1974 dengan mengkaitkan Perkawinan berdasarkan sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa. Landasan filosofis itu dipertegas dalam Pasal 2 KHI
(Kompilasi Hukum Islam) yang berisi:
1. Perkawinan semata-mata mentaati perintah Allah.
3

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2005), 46.
4
Abdullah Kelib, Kompilasi Hukum Islam Berdasar Instruksi Presiden no 1 tahun 1991 Dalam Tata
Hukum Nasional-Pidato Pengukuhan Diucapkan pada Upacara Peresmian Penerimaan Jabatan Guru
Besar Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 16 Januari 1993,16

22

2. Melaksanakan Perkawinan adalah Ibadah.
3. lkatan Perkawinan bersifat miitsaaqan gholiidhan (ikatan yang kokoh).
Nikah sirri adalah salah satu bentuk permasalahan yang saat ini masih
banyak terjadi di negara Indonesia. Memang, masalah nikah sirri ini sangat sulit
untuk dipantau oleh pihak yang berwenang, karena mereka menikah tanpa
sepengatahuan pihak berwenang tersebut. Biasanya, nikah siri dilakukan hanya
dihadapan seorang ustadz atau tokoh masyarakat saja sebagai penghulu, atau
dilakukan berdasarkan adat-istiadat saja. Pernikahan ini kemudian tidak
dilaporkan kepada pihak yang berwenang, yaitu KUA.
Allah menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain, yang hidup
bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara laki-laki dan perempuan
tanpa adanya suatu aturan. Sehingga Allah SWT mengatur hubungan antara lakilaki dan perempuan secara terhormat dengan jalan pernikahan. Pernikahan
merupakan sunatullah yang berlaku pada semua makhluk-Nya, Allah SWT
berfirman yang berbunyi:5
Artinya: “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (Adz-Dzaariyaat: 49)
Dengan adanya pernikahan ini pula manusia dapat memenuhi hasrat
dan kebutuhan biologisnya yang merupakan fitrah dari setiap manusia.
Selanjutnya terwujudlah kelestarian dan kehidupan manusia berlangsung di

5

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), 862.

23

muka bumi ini sampaiwaktu yang di tentukan oleh Allah.6 Dari sudut ilmu
bahasa perkataan perkawinan berasal kata “kawin” yang merupakan terjemahan
dari bahasa Arab nikah. Disamping kata nikah, dalam bahasa Arab lazim juga
dipergunakan kata ”Ziwaaj”. Kata nikah mengadung dua pengertian, yaitu:
dalam arti yang sebenarnya (haqiqat) dan dalam arti kiasan (majaaz).
Nikah sirri ialah nikah yang masih di rahasiakan, artinya belum
diberitahukan kepada umum. Biasanya dilakukan ijab dalam kalangan terbatas,
di muka Pak Kiai atau tokoh agama, tanpa kehadiran petugas KUA, dan tentu
saja tidak memiliki surat nikah yang resmi. Dalam Pasal 2 ayat 2 UndangUndang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 ditegaskan bahwa tiap-tiap
perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa perkawinan yang tidak tercatat tidak sah.
Dengan demikian karena nikah sirri tidak tercatat maka nikah sirri dalam hukum
positif dianggap tidak sah karena tidak diakui negara.
Nikah siri dilakukan tentu ada sebab, mungkin jangan sampai
diketahui istri. Menurut "hukum Islam", kalau perkawinan itu sudah memenuhi
rukun perkawinan, seperti wali, ijab kabul, dan tidak ada halangan menurut
agama, seperti bukan muhrim atau lainnya, maka perkawinan tersebut sudah sah.
Akan tetapi, karena dilakukan tidak disaksikan oleh petugas pemerintah
(pegawai KUA), maka perkawinan itu melanggar Undang-Undang Perkawinan.
6

Fahd bin Abdul Karim bin Rasyid As-Sanidy, Indahnya Nikah Sambil Kuliah, (Jakarta, Cendekia
Sentra Muslim, 2005), 21

24

Baik yang mengawinkan ataupun yang menikah dapat dituntut ke muka
Pengadilan atas pelanggarannya, dan diancam hukuman denda setinggi-tingginya
Rp 7.500,- (Pasal 45 Ayat (1) a, Peraturan Pemerintah No. 9/1975).7
Seperti diketahui, menurut Undang-Undang Perkawinan dijelaskan:
"Perkawinan hanya sah bila dilakukan menurut agama dan kepercayaannya, dan
dicatat menurut peraturan pencatatan yang berlaku." (Pasal 2 Ayat 1 dan 2).
Untuk yang beragama Islam pada KUA, dan yang lainnya pada kantor Catatan
Sipil. (PP No. 9/1975, Pasal 2 Ayat (1) dan (2). Mengenai anaknya, merupakan
anak sah menurut hukum agama. Akan tetapi, karena perkawinannya belum sah
menurut Undang-Undang Perkawinan, yang berarti belum punya surat nikah
resmi, maka anak itu tidak mempunyai bukti sah menurut hukum umum.
Kesulitannya, kalau dalam urusan waris-mewaris, sulit dibuktikan atau tidak
mempunyai pembuktian sah.8
Nikah sirri yaitu suatu bentuk pernikahan yang telah menjadi mode
masa kini, timbul dan berkembang diam-diam pada sebagian masyarakat Islam
Indonesia. Merekaberusaha menghindari diri dari sistem dan cara pengaturan
pelaksanaan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang
birokratis dan berbelit-belit serta lama pengurusannya. Untuk itu mereka

7

Iqbal, Mashuri S, Li Sufyana M. Bakri. Mencari Cahaya Dari Ilmu Ulama. (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1994), 128
8
Ibid.,

25

menempuh cara sendiri yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam
ilmu hukum cara seperti itu dikenal dengan istilah "Penyelundupan Hukum",
yaitu suatu cara menghindari diri dari persyaratan hukum yang ditentukan oleh
undang-undang dan peraturan yang berlaku dengan tujuan

perbuatan

bersangkutan dapat menghindarkan suatu akibat hukum yang tidak dikehendaki
atau untuk mewujudkan suatu akibat hukum yang dikehendaki.9

B. Dasar Hukum Pernikahan
Dasar hukum pernikahan sebagai firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum
Ayat 21 yang berbunyi:

َ

ِ ِ َ ِ ً ْ ً َ‫ُ نْو َِيْه ج ْيْن ُ و‬
َ َ َ َ َ ْ َ َْ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ

ِ
ِ
ِ
ِِ ِ
ْ َ‫َ ْ ََ ا َ ْ َ َ َ َ ُ ْ ْ َْْ ُ ُ ْ َْزَ ًج ت‬
ْ‫َْتَْ َ َ ُر‬

ٍ‫ي ِ و‬
ِ
َْ

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir”(Qs. Ar-Rum: 21).10

9

Ramulyo, Moh. Idris, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2002), 240
10
Departemen Agama RI, .Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Penerbit JART), 406.

26

Ada hadits yang isinya tidak dapat menunda masalah nikah ini
manakala sudah wajar. Sabda nabi SAW yang berbunyi:11

) ‫ه بيه ي‬

(

‫جد ث‬

‫مإ‬

‫حضر ت‬

‫صا إ‬

‫ثا ت ا ؤ ر‬

Artinya; “Ada tiga perkara yang tidak boleh di tunda –tunda yaitu; sholat bila
telah waktunya, jenasah bila telah siap untuk di kebumikan dan
perempuan bila ia telah di temukan dengan pasangannya yang
sepadan”.
Dalam hukum Islam tujuan perkawianan adalah menjalankan perintah
Allah SWT agar memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dan
membentuk keluarga yang bahagia. Artinya ketika seseorang memutuskan untuk
menikah, maka lembaga perkawinan tersebut pastilah bertujuan untuk
menciptakan ketenangan. Dan kedamaian bagi manusia yang telah mampu untuk
melaksanakannya. Sebagai firman Allah:12

‫ﻮﺝ‬

‫اﻉ ﻛ ﺍلباﺀﺓ ﻴ‬

‫ﺍ‬

‫يا عشرﺍلشباﺐ‬

Artinya: “hai sekalian pemuda . siapa yang sanggup bersetubuh (Karena ada
belanja nikah), hendaklah berkawin”

‫ﺍﻻ عﺪ ﻮﺍ ﻮﺍ ﺣدﺓ‬

‫ﻮ باﻉوﺍ ﺨ‬

‫ﺍ ﺂﺀ ى ﻮ‬

‫ا ﻛﺣوﺍ ا اﺐ ﻛ‬

Artinya: “ Maka kawinilah perempuan yang kamu sukai, satu, dua, tiga dan
empat, tetapi kalau kamu kautir tidak berlaku adil (diantara
perempuan-perempuan Itu), hendaklah satu saja” (QS.Anisa.ayat 3).13

Jalal Al-Din Al-Suyuti, Al-As}ba>h} wa Al-Naz}a>ir, (Beirut: Da>r Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2005), 131
Departemen Agama RI, .Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Penerbit JART), 96
13
Ibid., 72

11
12

27

C. Hukum Pernikahan
Menikah telah disyariatkan, sementara hukum asalnya adalah sunnah.
Hukum menikah akan berbeda, tergantung situasi dan kondisi masing-masing
individu. Artinyamasing-masing individu harus menimbang hukum menikah
untuk dirinya, sesuai dengan kelima hukum yang ada dalam syari’at, yaitu:
a. Wajib Menikah menjadi wajib bagi orang yang takut akan jatuh dalam jurang
perzinahan, dan ia sudah sanggup secara materiil maupun moril. Selain itu
tidak ada niat untuk menyakiti wanita yang nantinya menjadi istrinya, atau
melalaikan kewajibansebagai suami. Yang lebih penting lagi adalah ia sudah
tidak sanggup lagi menahan hasrat seksnya, meskipun dengan berpuasa.14
b. Sunnah Menikah menjadi sunnah jika seorang tidak dikhawatirkan akan jatuh
ke jurang kemaksiatan bila tidak segera menikah. Juga tidak punya niat
menzhalimi istrinya.15
c. Mubah Hukum menikah menjadi mubah bagi orang yang tidak mempunyai
syahwat atau keinginan untuk menikah dan tidak punya niat untuk
menzhalimi istrinya atau meninggalkan kewajiban sebagai suami bila
menikah.

14

Fahd bin Abdul Karim bin Rasyid As-Sanidy, Indahnya Nikah Sambil Kuliah, (Jakarta, Cendekia
Sentra Muslim, 2005), 33.
15

Ibid.,

28

d. Makruh Hukum menikah menjadi makruh bagi orang yang mempunyai niat
ingin berbuat zhalim kepada istrinyaatau ia yakin tidak akan mampu
melaksanakan kewajiban sebagai suami, seperti tidak sanggup memberi
nafkah, memberi kepuasan seks.16
e. Haram Menikah menjadi haram bila dilakukan oleh orang yang mempunyai
niat menzhalimi istrinya.17

D. Syarat-Syarat Pernikahan
Perkawinan dalam Islam tidak semata-mata sebagai hubungan atau
kontrak keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka,
amatlah tepat jika Kompilsi Hukum Islam menegaskannya sebagai akad yang
sangat kuat (miitsaqan gholiidhan) untuk menaati perintah Allah, dan
melaksanakannya sebagai ibadah (pasal 2 KHI ). Pernikahan yang penuh nilai
dan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah, perlu diatur dengan syarat dan rukun tertentu, agar
tujuan disyariatkannya pernikahan tercapai. Syarat-Syarat Pernikahan:18
1. Calon mempelai pria, syarat-syaratnya:
a. Beragama Islam

16
17

18

Ibid.,
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo), Cet 40, 382.
Ahamad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), Cet. VI, 72.

29

b. Laki-laki
c. Jelas orangnya
d. Dapat memberikan persetujuan
e. Tidak terdapat halangan perkawinan
2. Calon mempelai wanita syarat-syaratnya:
1) Beragama Islam
2) Perempuan
3) Jelas orangnya
4) Dapat dimintai persetujuannya
5) Tidak terdapat halangan perkawinan
3. Wali nikah syarat-syaratnya
1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Mempunyai hak perwalian
4) Tidak terdapat halangan perwaliannya
5) Saksi nikah syarat-syaratnya: Minimal dua orang laki-laki
6) Hadir dalam ijab qabul
7) Dapat mengerti maksud akad
8) Islam Dewasa
4. Ijab qabul syarat-syaratnya:
1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

30

2) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria
3) Memakai kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kata dari kata nikah
atau tazwij
4) Antara ijab dan qabul bersambungan
5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6) Orang yang berkait dengan ijab qabul tidak sedang dalam ihram haji/
umrah
7) Majelis ijab dan qabul dihadiri sedikitnya empat orang, yaitu: Calon
mempelai pria atau wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya
dan dua orang saksi.

E. Hikmah Pernikahan
Pernikahan memiliki banyak hikmah, diantara hikmah-hikmah
tersebut adalah:19
a. Menjaga orang yang melaksanakannya dari perbuatan haram. Itu karena
pernikahan adalah solusi terbaik yang paling sesuai dengan fitrah manusia
untuk memenuhi kebutuhan seksual.
b. Melestarikan nasab dan membangun keluarga besar yang dapat menciptakan
masyarakat makmur sentosa. Di dalamnya juga akan tercipta sikap saling
menolong dan bahu membahu antar anggotanya.
19

Fahd bin Abdul Karim bin Rasyid As-Sanidy, Indahnya Nikah Sambil Kuliah, (Jakarta, Cendekia
Sentra Muslim, 2005), 45.

31

c. Untuk menjaga keturunan dan memperjelas tanggung jawab, siapa yang
merawat, membesarkan, dan mendidik mereka, itulah tugas dan tanggung
jawab ayah dan ibu, dibantu saudara dan seluruh anggota keluarga, dalam hal
ini semuanya punya peran dan tanggung jawab masing-masing.
d. Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa yang akan membuat bahagia
semua pihak. Rasa itu tercermin dalam kehidupan saling mencintai,
menyayangi, dan melindungi antar anggota keluarga.
Masih dalam kaitan hikmah perkawinan atau pernikahan yaitu untuk
melangsungkan hidup dan membentuk keturunan, serta menjaga kehormatan diri,
dan bisa terhindar dari perbuatan yang diharamkan dan sebagai penyalur nafsu
birahi. Sebagai jalan untuk mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan pada asas saling tolong menolong.20
Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan antara laki-laki
dan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih
sayang dan cinta serta penghormatan. Wanita muslimah berkewajiban untuk
mengerjakan tugas di dalam rumah tangganya, seperti mengatur rumah,
mendidik anak dan menciptakan suasana menyenangkan, supaya suaminya dapat
mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan duniawi maupun

ukhrawi.

20

Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta PT. Pustaka Al-Kautsar, 2006), 379.

BAB III
SANKSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3
BULAN DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

A. Letak Geografis
1. Letak Lokasi
Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan Propinsi Jawa Timur, Adapun jarak Desa Ragang ini
dari Kecamatan 19 Km dan dari kota kabupaten kira-kira 34 Km dengan luas
wilayah 419. 909 H2. Adapun batas-batas wilayah Desa Ragang, yaitu sebagai
berikut :1
a.

Sebelah Utara

: Desa Sana Laok

b.

Sebelah Selatan

: Desa Bajur

c.

Sebelah Barat

: Desa Tampojing

d.

Sebelah Timur

: Desa Montornah

Desa Ragang merupakan daratan rendah dengan suhu 30oC yang sebagian
besar tanahnya terdiri dari tanah pemukiman dan pertanian. Sebagian wilayah
Indonesia beriklim tropis, begitu juga dengan Desa Ragang yang terdiri dari dua
musim, yaitu musim hujan yang biasa terjadi pada bulan Oktober sampai bulan

1

Dokumentasi profil Desa Ragang

32

33

Maret dan musim kemarau yang biasa terjadi pada bulan April sampai bulan
September.2
Adapun luas wilayah Desa Ragang menurut kegunaan tanah atau lahan
adalah sebagai berikut:3 pertanian sawah 98 luas (ha), ladang 73,4, pertokoan/
perdagangan 0, 125, tanah wakaf 0, 10, irigasi tanah hujan 65,85, pemukiman dan
perumahan, 182,96
2. Kependudukan Menurut Agama atau Penghayat
Penduduk Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan seluruhnya
beragama Islam dan tidak terdapat penduduk yang menganut agama lain atau
kepercayaan tertentu yaitu: mayoritas dari masyarakat Desa Ragang Kecamatan waru
Kabupaten Pamekasan yaitu beragama |Islam dengan jumlah 3034 jiwa. Selain itu di
Desa Ragang ini nilai keagamaannya sangat kental selain terdapat beberapa pondok
poesantren juga terdapat beberapa sarana pendidikan masyarakat, antara lain adalah:
Taman Kanak-kanak sebanyak 15, SD/MI sebanyak 18, SLTP/MTS sebanyak 6,
SMA/MA sebanyak 5, Madrasah sebanyak 10, dan perguruan tinggi sebanyak 1 unit.
3. Keadaan Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan
Adapun umlah penduduk desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten yang
menganut antara lain: umur 00 – 03 Tahun sebanyak 34, 04 – 06 Tahun sebanyak
65, 07 – 12 Tahun sebanyak 102, 13 – 15 Tahun sebanyak 99, 16 – 18 Tahun
sebanyak 115, 19 – Keatas Tahun sebanyak 71.

2
3

Ibid.,
Abd. Hamid, Sekretaris Desa, Wawancara, tanggal 4 Desember 2015, jam 14.00.

34

4. Keadaan Sosial Ekonomi dan Adat Istiadat Kehidupan Beragama di Desa Ragang
Sebagian besar masyarakat Desa Ragang penduduknya beragama Islam.
Sedangkan mata pencaharian masyarakat Desa Ragang terdiri dari beberapa
macam mata pencaharian antara lain: Petani75 %, karyawan swasta10 %, pegawai
negeri2 %, pekerjaan lainnya10 %. Hal tersebut berkaitan dengan keadaan dan
kondisi Desa Ragang yang banyak terdapat sawah dan ladang, keadaan tersebut
dimanfaatkan untuk usaha pertanian dan cocok tanam khususnya tanaman pangan,
namun pada musim kemarau sebagian besar para petani lebih senang menanam
tembakau.
Selain mata pencaharian yang berbeda-beda di Desa Ragang terdapat
beberapa adat istiadat yang sering dilakukan oleh masyarakat desa, antara lain:4
1.

Upacara Kematian, diadakan untuk mendoakan orang yang meninggal dunia
dengan dihadiri banyak orang, biasanya dilaksanakan pada hari pertama
sampai hari ke tujuh, empat puluh hari, seratus hari, dan seribu hari.

2.

Upacara Perkawinan, diadakan untuk memeriahkan perkawinan setelah akad
nikah berlangsung.

3.

Upacara Tingkepan, bertujuan untuk mendoakan keselamatan ibu serta bayi
yang dikandung, dan merupakan ungkapan kegembiraan