Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 10 – 12 Tahun melalui Terapi Bermain di PPA Agape IO-847 Salatiga T1 132010011 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak PPA AGAPE IO-847 Salatiga kelompok usia 10 – 12 tahun. Setelah dilaksanakan pre-test diketahui bahwa dari 22 anak, 12 anak berada pada kategori rendah dan sangat rendah dalam perilaku prososialnya. Anak yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dipilih dengan cara acak. Dibawah ini adalah deskripsi mengenai kondisi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum mendapatkan perlakuan

Tabel 4.1 Diskripsi kelompok eksperimen dan kontrol

No. Inisial Kelompok Usia Jenis Kelamin

1 TK Eksperimen 10 tahun Perempuan

2 SK Eksperimen 10 tahun Perempuan

3 EN Eksperimen 10 tahun Perempuan

4 KR Eksperimen 10 tahun Perempuan

5 EL Eksperimen 10 tahun Perempuan

6 DN Eksperimen 10 tahun Perempuan

7 NV Kontrol 10 tahun Perempuan

8 GN Kontrol 10 tahun Perempuan

9 HT Kontrol 10 tahun Laki-Laki

10 IR Kontrol 10 tahun Laki-Laki

11 AW Kontrol 10 tahun Laki-Laki


(2)

Berdasarkan tabel 4.1 dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan usia antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen terdiri dari 6 perempuan dan kelompok kontrol terdiri dari 2 perempuan dan 4 laki-laki. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre-test perilaku prososial kelompok eksperimen dan kelompok kontrol :

Tabel 4.2 Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

No Nama Total Kategori

Eks Kon Eks Kon Eks Kon

1 TK NV

53 68 Sangat rendah Rendah

2 SK GN

52 57 Sangat rendah Sangat Rendah

3 EN HT 63 63 rendah Rendah

4 KR IR

66 54 rendah Sangat Rendah

5 EL AW 65 69 rendah Rendah

6 DN EK

69 59 rendah Rendah

Jml 6 6 368 370

Keterangan : Eks : Eksperimen Kon : Kontrol

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa dalam penelitian ini terdapat 12 anak yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 6 anak sebagai kelompok kontrol dan 6 anak sebagai kelompok eksperimen. Jumlah skor keseluruhuan kelompok eksperimen yaitu 368, sedangkan jumlah skor yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 370.

Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil skala sikap perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dengan ditunjukkan sig. 0.872 > 0.5.


(3)

Sedangkan mean rank kelompok eksperimen 6.63 dan mean rank kelompok kontrol adalah 6.67.

Berdasarkan rancangan penelitian dan hasil analisis diatas, selanjutnya kelompok eksperimen akan diberikan treatment. yaitu dengan teknik terapi bermain sebanyak 9 kali pertemuan, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan

treatment. Penyusunan topik dalam pemberian layanan terapi bermain berdasarkan pada indikator perilaku prososial menurut Eisenberg dalam Dayakisni, T. & Hudaniah (2003).

Tabel 4.3 Program Layanan Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial

No Sesi Indikator Tujuan Rencana

Pelaksanaan

Alokasi Waktu & Pertemuan Bentuk Kegiatan 1Ice Breaking Menciptak an keakraban antara anak dengan peneliti dan antar anak

Anak dengan senang hati mengikuti serangkaian terapi bersama peneliti

14 April 2014 2 x 60 menit Permainan

2Mengenal Diri Anak mengenal dirinya terlebih dahulu sehingga dapat mengenal orang lain

Anak mampu menyebutka

n siapa

dirinya, hal-hal yang disenangi dan hal-hal yang tidak

15April 2014 2 x 60 menit Menggamba r,

Bercerita, Permainan pasar loak


(4)

mudah dan Jendela Johari, refleksi 3Mengontr ol emosi Anak belajar cara mengontro l perasaan dan mengekspr esikannya dengan tepat Anak mampu mengekspre sikan perasaannya dengan tepat

16 April 2014 2 x 60 menit Permainan Menyusun balok, Bermain malam, diskusi, refleksi 4Manusia makhluk sosial Anak menyadari bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang membutuh kan orang lain

anak menghargai orang lain seperti dirinya sendiri anak lebih peka

terhadap orang lain yang membutuhk an bantuan

18 April 2014 2 x 60 menit Permainan, refleksi

5Bersikap Jujur

Mengajark an kepada anak untuk bersikap jujur, baik kepada diri sendiri maupun orang lain Anak terbiasa bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari

21 April 2014 2 x 60 menit Permainan, Refleksi

6Empati Anak belajar

Anak mampu


(5)

memaham i perasaan orang lain memahami dan menghargai orang lain Refleksi 7Tanggungj awab menolong Menanam kan tanggungj awab menolong kepada orang yang membutuh kan sesuai kemampua n

Anak merasa bertanggunj awab untuk menolong orang lain yang membutuhk an bantuan

23 April 2014 2 x 60 menit Permaianan, Refleksi 8Mengambi l Keputusan untuk menolong Mengajark an pentingny a memiliki keputusan dalam diri Anak terbiasa berkeputusa

n untuk

menolong dengan mengurangi pertimbanga

n akan

resikonya

25April 2014 2 x 60 menit Permainan, Refleksi 9Akhir perjalanan ku Mengakhir i rangkaian kegiatan Terapi Bermain Anak meyakini bahwa perilaku menolong sangat dibutuhkan dalam bermasyara kat

28 April 2014 2 x 60 menit Permainan, Refleksi

4.2 Pelaksanaan Penelitian


(6)

Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan di lapangan, mulai bulan Februari hingga Mei 2014. Total proses penelitian dari pembuatan proposal hingga analisis data yaitu 7 bulan, dimulai bulan November 2013 hingga Mei 2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Sebelum melaksanakan observasi dan wawancara, peneliti mempersiapkan kisi-kisi dan subyek yang akan diwawancarai. Selanjutnya peneliti melaksanakan wawancara kepada mentor dan koordinator PPA. Jenis observasi yang dipakai peneliti adalah Check List. Selanjutnya, peneliti menjalankan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian yaitu uji instrument,

pre-test , treatment dan post-tes. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam PPA, kecuali treatment yang dilaksanakan diluar jam PPA.

4.2.2 Pre-Test

Pre-test dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014 dengan menyebarkan skala perilaku prososial yang berjumlah 30 item pernyataan pada 22 anak PPA kelas usia 10 – 12 tahun. Hasil dari analisis terdapat 8 anak dengan kategori perilaku prososial rendah dan 4 anak dengan kategori prososial sangat rendah. Selanjutnya anak yang masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah tersebut dibagi secara

random menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen 6 anak dan kelompok kontrol 6 anak. Berdasarkan uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16.0 for Windows, dari kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompo ekperimen, dengan demikian penelitian dapat dilanjutkan.


(7)

4.2.3 Perlakuan (treatment)

Perlakuaan diberikan dengan memberi layanan terapi bermain sesuai dengan rancangan yang telah disusun oleh penulis sebanyak 9 sesi dan dilaksanakan setiap hari kecuali hari Minggu dan hari Libur. Layanan ini dikatakan berhasil apabila kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan frekuensi perilaku prososial dan hasilnya lebih tinggi dari kelompok kontrol setelah dilaksanakan

Pos-test. Adapun sesi eksperimen dengan terapi bermain adalah sebagai berikut:

Pertemuan pertama hari Senin 14 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok mengucapkan salam, ucapan terimakasih atas kedatangan anak-anak dan memimpin dalam doa. Pembimpin kelompok kemudia menjelaskan tujuan kegiatan pada hari ini. Pada awal pertemuan ini, pemimpin kelompok mengajak anggota untuk membaca ikrar/janji kerahasiaan. Pemimpin kelompok meminta kepada seluruh anggota kelompok untuk menetapi janji yang telah disebutkan bersama-sama (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok, serta tata tertib yang ada dalam kegiatan. Kemudian pemimpin kelompok


(8)

menanyakan seberapa jauh kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti proses terapi ini

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota kelompok diminta untuk memperhatikan instruksi supaya permainan dapat berjalan dengan baik. Pada awal sesi ini, semua permainan adalah untuk tujuan mengakrabkan peneliti dengan anak dan antar anak dengan anak. Sehingga peneliti memilih permainan yang asik dan menarik bagi anak. Permainan pertama adalah Puisi Berantai. Langkah-langkah dalam permainan ini sudah penulis lampirkan. Permainan yang kedia adalah jenis permainan Ice Breaking yaitu

“Ba.. Batu.. Batu-Batu..”. Selanjutnya kelompok diajak untuk bermain Dar Der Dor, dan yang terakhir Domba dan Gembala.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin menjelaskan bahwa kegiatan akan segera berakhir. Di akhir kegiatan akan selalu ada refleksi, untuk mengetahui apa yang telah didapat oleh anggota kelompok setelah mengikuti terapi. Setelah semua anggota kelompok mengungkapkan pendapatnya, pemimpin kelompok memberikan penguatan terhadap refleksi dari setiap anggota kelompok.

Dalam konseling terapi bermain, pemimpin kelompok tidak diperkenankan untuk memberikan nasehat atau himbauan kepada kelompok. Pemimpin kelompok hanya bertugas untuk mengatur suapaya proses berjalan sesuai dengan topik, dan memberikan penguatan terhadap hasil dari refleksi anggota kelompok.


(9)

1. Tahap Pembentukan

Untuk memulai sesi kedua, pemimpin kelompok mengucapkan salam, dan ucapan terimakasih atas kedatangan anak-anak dalam kegiatan di sesi kedua ini. Pemimpin kelompok memimpin dalam doa, kemudian menjelaskan tujuan kegiatan. Anggota kelompok diajak untuk membacakan ikrar/janji kerahasiaan yang nantinya harus di tepati (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok, seta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Masuk pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan peraturan permainan. pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota kelompok medengarkan dengan baik instruksi dari pemimpin kelompok. Pada tahap ini, peneliti memilih beberapa permainan. Permainan yang pertama adalah Pasar Loak. Pada permainan ini, anggota kelompok diminta untuk mengambil barang bekas mana yang dia suka, kemudian memberikan penjelasan kepada kelomok mengapa dia memilih barang itu. Masing-masing anak akan memilih barang yang berbeda. Sehingga dari permainan ini, anak akan memahami, bahwa setiap individu memiliki pemikiran yang berbeda, dan setiap pilihan memiliki


(10)

alasan. Sehingga dikatakan bahwa individu itu unik. Pasa sesi ini adalah sesi untuk mengenal diri. Anak yang dapat mengenal dirinya, akan lebih mudah dalam mengenal dan memahami orang lain yang ada di sekelilingnya.

Permainan yang kedua adalah materi jendela johari yang dikemas dalam permainan, sehingga anak tidak merasa jenuh dalam mengisi kolom yang telah disediakan. Permainan ini akan lebih memperjelas akan pengenalan terhadap diri masing-masing anak.

Permainan yang ketiga adalah menggambar. Pada permainan ini, anak diminta untuk menggambar bebas, akan tetapi harus ada unsur pohon, rumah dan orang. Dalam hal ini peneliti meminta bantuan mahasiswa psikologi untuk membantu penulis memahami arti dari gambar rumah, pohon dan manusia. Pengertian ini hanya untuk pedoman peneliti saja. Akan tetapi interpretasi ada pada anak sendiri. Anak akan menceritakan hasil dari gambarnya. Mengapa memilih gambar dan warna sesuai apa yang mereka gambarkan.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran, pemimpin kelomok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan. Kembali lagi bahwa pemimpin kelompok tidak diharapkan memberikan nasehat, akan tetapi hanya memberikan penguatan kepada refleksi dari kelompok. Kegiatan ditutup dengan doa.

Pertemuan ke tiga Rabu 16 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap pembentukan, pemimpin kelomok mengucapkan salam dan ucapan terimakasih atas kehadiran anak dalam sesi ke tiga ini. Pemimpin kelompok


(11)

kembali menjelaskan tujuan kegiatan, dan mengajak anak untuk membaca ikrar/janji kerahasisaan, yang harus ditaati oleh setiap anggota kelompok. (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok, serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara danaturan permainan. Anggita kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada tahap ini peneliti memilih permainan Menyusun balok dan bermain dengan malam/was. Pada permainan pertama, peserta dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok mewakilkan dua dari anggota kelompoknya untuk mengikuti permainan ini. Peserta diminta untuk saling membelakangi. Peserta yang bertugas sebagai komunikator menyusun balok sesuai dengan keinginannya, kemudian memberikan interuksi kepada anggota kelompok yang berada dibelakangnya untuk mengikuti langkahnya. Akan tetapi tidak boleh ada komunikasi dua arah. Hanya komunikator saja yang boleh memberikan interupsi. Melalui permainan ini akan terlihat, bahwa tidak semua yang dilakuakan seseorang dapat diterima oleh orang lain. Terkadang maksud dan tujuan seseorang


(12)

dapat disalah artikan oleh orang lain. Sehingga setiap anak perlu memiliki sikap mengontrol emosi, supaya tidak ada yang dirugikan dan salah mengerti.

Dalam permainan membuat was, peserta diminta untuk membuat ekspresi wajah, kemudian menceritakan pada keadaan yang seperti apa ekspresi itu keluar dari dirinya. Kegiatan ini mengajak anak untuk dapat memahami macam-macam emosi dalam dirinya, dan bagaimana mengatasinya.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kalompok setelah mengikuti kegiatan. Pemimpin kelompok memberikan penguatan terhadap refleksi dari anggota kelompok. Kegiatan diakhiri denga doa penutup.

Pertemuan ke empat, Jumat 18 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menyambut kedatangan anak dengan menucapkan salam dan terimakasih atas kedatangan anak dalam kegiatan di sesi ke empat ini. Pemimpin kelompok memimpin dalam doa, dan mengajak anggota kelompok untuk kembali membacakan ikrar/janji kerahasiaan. (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).


(13)

Pemimpin kelomok menjelaskan kembali kegiatan kelompok serta tata terrib kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan pada sesi ke empat.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota kelompok mendengarkan dan mengikuti interuksi dari pemimpin kelompok. Pada sesi ini, permainan yang dipilih adalah Bola Torong dan Piramid Buliding. Pada permainan bola torong, anggota kelomok diminta untuk bermain bola seperti pada umumnya, akan tetaip seluruh wajah ditutupi dengan kertas karton ygn dibentuk seperti corong, sehingga hanya ada 1 lubang kecil untuk melihat. Supaya kelompok dapat menang, setiap anggota harus bekerjasama untuk memenangkan pertandingan. Melalui permainan ini, anak diajak untuk memahami bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Permainan kedua juga memiliki arti yang sama. Dalam permaina kedua, piramida tidak akan terbentuk apabila tidak ada komunikasi yang baik antara anggota kelompok. Apabila anggota kelompok egois, maka piramida tidak dapat terbentuk dengan baik.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok meminpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan. Pemimpin kelomok kemudian memberikan penguatan terhadap hasil refleksi dari anggota kelompok. Pemimpin kelompok tidak diperkenannkan memberikan saran.nasehat. Kegiatan diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh anggota kelompok.


(14)

Pertemuan ke lima, Senin 21 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini, pemimpin kelompok mengucapkan salam dan ucapan terimaksih atas kehadiran para anggota kelompok. Pemimpin kelompok memimpin pertmuan dalam doa.

Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk mambaca ikrar/janji kerahasiaan yang nantinya harus ditepati oleh anggota kelompok (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap peralihan, pemimpin kelomok menegaskan tata tertib dalam kegiatan yang dilaksanakan, serta menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota kelompok mengikuti interuksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada sesi kelima ini, pemimpin kelompok memilih permainan Gobak Sodor dan Air Mengalir dalam meningkatkan kejujuran anak. Pada permainan Gobak Sodor dan Air mengalir, melatih anak untuk bersikap jujur. Permainan ini sepenuhnya diatur oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok hanya mengawasi jalannya permainan dan menentukan pemenang. Apabila ada anggota kelompok


(15)

yangmelakiukan kecurangan, pemimpin kelompok hanya melihat dengan tersenyum Dengan cara ini, anggota kelompok kemudian meminta permainan diulang, karena sudah bersikap tidak jujur. Tujuan konseling dengan terapi bermain ini adalah anggota kelompok dapat menyadari dan mengubah perilakunya dengan dukungan dari peneliti.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini, kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan. Pemimpin kelompok tidak diharapkan untk memberikan saran/nasehat. Pemimpin kelompok hanya diperbolehkan untuk memberikan penguatan atas refleksi yang dilakukan oleh anggota kelompok. Kegiatan diakhiri dengan doa

Pertemuan ke enam , Selasa 22 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada tahap ini pemimpin kelompok mengucapkan salam dan mengucapkan terimakasih atas kehadiran anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan diawali dengan doa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok membaca ikrar/janji kerahasiaan yang nantinya harus ditepati oleh setiap anggota kelompok (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).


(16)

Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiata kelompok serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam memasuki kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada tahap ini peneliti memilih permainan gambar berantai untuk melatih rasa empati siswa. Pada permainan gambar berantai, setiap anggota kelompok diminta untuk saling bergantian menggambar objek yang telah ditentukan. Pada kegiatan ini, anak merasa kesal dan jengkel karena teman yang lain tidak menggambar sesuai dengan keinginannya. Dari sini anak diajarkan untuk memiliki rasa empati dan menghargai perasaan orang lain.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan. Pemimpin kelompok memberikan penguatan terhadap refleksi dari anggota kelompok. Setelah kegiatan dirasa dapat diakhiri, pemimpin kelompok memimpin dalam doa, dan kegiatan diakhiri dengan berjabat tangan.

Petemuan Ke tujuh, Kamis 23 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada sesi ketujuh ditahap pembentukan, pemimpin kelompok menyambut kedatangan anggota kelompok dengan memberikan salam dan ucapan trimakasih atas kehadiran anggota kelompok. Pemimpin kelompok memimpin kegiatan dengan doa, dan menjelaskan tujuan kegiatan. Pemimpin kelompok mengajak


(17)

anggota kelompok membaca ikrar/ janji kerahasiaan (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali kegiatan kelompok serta tata tertib kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemimpin kelompok kemudian menanyakan kesiapan anggota kelmpok dalam mengikuti kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan, Anggota kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Pada sesi ini penulis memilih permainan Bola Balon untuk mengingkatkan rasa tanggungjawab anak dalam hal menolong. Permainan ini secara tidak sengaja memperlihatkan bahwa pada dasarnya manusia itu egois, maka dari itu sikap tanggungjawab menolong harus dilatih dan ditanamkan sejak usia dini.

4. Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan. Setelah semua anggota kelompok menceritakan apa yang didapat dari kegiatan yang sudah dilaksanakan, pemimpin kelompok memberikan penguatan atas refleksid ari anggota kelompok. Kegiatan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh anggota kelompok.


(18)

1. Tahap Pembentukan

Pada sesi kedelapan, pemimpin kelompok menyambut anggota kelompok dengan mengucapkan salam, ucapan termakasih dan memimpin dengan doa. Pemimpin kelompok menjelaskan tujuan kegiatan dan mengajak untuk membacakan ikrar/janji yang harus ditepati oleh kelompok. (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan kembali peraturan permainan dan menanyakan kesiapan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan selanjutnya.

3. Tahap Kegiatan

Pada pertemuan ke delapan ini, peneliti memilih permainan The Longiest Tie

untuk mengajarkan kepada anak bahwa keputusan sangat penting dalam melakukan tindakan prososial. Apabila sudah ada keinginan, akan tetapi tidak ada keputusan untuk menolong, maka tidak akan ada tindakan menolong itu sendiri.

4. Tahap Pengakhiran

Pada tahap ini, pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelompok setelah mengikuti kegiatan. Setelah seluruh anggota kelompok memberikan refleksi pemimpin kelompok memberikan penguatan atas apa yang sudah dibahas


(19)

oleh kelompok. Apabila dirasa cukup, kegiatan diakhiri dengan doa, yang dipimpin oleh pemimpin kelompok.

Pertemuan ke sembilan Senin, 28 April 2014

1. Tahap Pembentukan

Pada sesi terakhir dalam pertemuan ini, pemimpin kelompok mengungkapkan kebahagiaan atas kehadiran anggota kelompok yang konsisten dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan pada sesi terakhir dibuka dengan doa yang dipimpin oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok kemudian menjelaskan tujuan kegiatan, dan mengajak anggota kelompok membaca ikrar/janji kerahasiaan yang harus ditepati oleh seluruh anggota kelompok (Saya....berjanji, bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, menjaga dan merahasiakan segala data/ keterangan yang saya terima dari anggota kelompok ini yakni data/ keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain).

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini pemimpin kelompok kembali menegaskan peraturan dari kegiatan pada hari ini. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota dalam mengikuti kegiatan.

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan cara dan aturan permainan. Anggota kelompok mengikuti instruksi yang diberikan oleh pemimpin

kelompok. Pada tahap ini peneliti memilih permainan tradisional “Betengan”


(20)

4. Tahap Pengakhiran

Diakhir kegiatan, pemimpin kelompok memimpin refleksi anggota kelomok setelah mengikuti kegiatan. Setelah seluruh anggota kelompok menyatakan pendapatnya, pemimpin kelompok memberikan penguatan etrhadap refleksi dari kelompok.

4.2.4 Test Akhir (Post Test)

Post Test dilaksanakan pada hari Kamis 1 Mei 2014 dengan menyebarkan skala perilaku prososial anak yang berjumlah 30 item pernyataan pada subyek penelitian, yaitu 12 anak kelompok usia 10 – 12 tahun PPA AGAPE IO-847 Salatiga dengan 6 anak pada kelompok eksperimen dan 6 anak pada kelompok kontrol.

Tabel 4.4 dibawah ini akan menjelaskan mengenai skor pre test dan post test

perilaku prososial kelompok eksperimen

Tabel 4.4 Hasil pre test dan post test perilaku prososial pada kelompok eksperimen.

Pre test Post test

No. Jenis

kelamin

Skor Kategori Skor Kategori

1. Perempuan 53 Sangat rendah 91 Sangat tinggi 2. Perempuan 52 Sangat rendah 96 Sangat tinggi 3. Perempuan 63 Rendah 101 Sangat tinggi

4. Perempuan 66 Rendah 83 Tinggi


(21)

6. Perempuan 69 Rendah 89 Tinggi

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat peningkatan skor skala perilaku prososial masing-masing subjek penelitian pada kelompok eksperimen. Skor skala konsep diri pre test kelompok eksperimen menyatakan bahwa dari enam subjek penelitian, 2 anak memiliki perilaku prososial yang sangat rendah yaitu skor antara 52 – 53, dan 4 anak memiliki perilaku prososial rendah yaitu skor antara 63

– 69. Sedangkan pada hasil post test skala perilaku prososial yang telah disebarkan, diketahui bahwa skor perilaku prososial masing-masing anak meningkat. anak memiliki kategori tinggi yaitu skor antara 83 – 99, dan 3 anak memiliki kategori sangat tinggi yaitu skor antara 91 – 101. Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen akan dianalisis dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi 16.0.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Analisis Perilaku Anak

Analisis perilaku anak diperoleh melalui hasil observasi yang dilakukan penulis ketika pemberian tretment pada kelompok eksperimen, yaitu anak yang memiliki perilaku prososial rendah dan sangat rendah.

1) TK

Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama, TK mengikuti permainan dengan semangat. Akan tetapi tidak senang mendengarkan interuksi dari peneliti. TK tertawa-tertawa bersama


(22)

pertemuan pertama diisi dengan sesi Ice Breaking, maka peneliti membiarkan saja anak bergerak senatural mungkin, sehingga tercipta kenyamanan antara anak dan peneliti dan antar anak.

Pertemuan 2

Pertemuan yang kedua TK masih melakukan hal yang sama. TK bermain-main sendiri dan kurang mengindahkan peneliti. TK akan menurut apabila peneliti mulai bersuara lebih keras. Akan tetapi setelah beberapa menit, TK akan mengulangi perilakunya. Pada pertemuan kedua, TK sering menjahili temannya. Dalam permainan jendela johari, TK yang seharusnya tidak boleh melihat tulisan temannya, malah mengambil kertas yang sedang ditulis oleh temannya. Pada pertemuan kedua ini, masih belum ada tanda-tanda perubahan pada diri TK

Pertemuan 3

Pertemuan ketiga adalah menyusun balok. TK mendapat giliran kelomok kedua dalam menyusun balok. TK mulai tertarik dan berkonsentrasi dengan permainan. Meskipun ketika menjadi penonton saat temannya bermain, TK lebih sering mengejek dan mengeluarkan kata-kata kasar.

Pertemuan 4

Pertemuan keempat adalah bola torong. Pada saat persiapan TK sering sekali menjahili temannya dan bertindak seenaknya sendiri. Akan tetapi ketika permainan dimulai, TK melaksanakannya dengan serius. TK menunjukkan sedikit


(23)

perubahan perilaku pada saat permainan bola torong. TK bermain dengan antusias dan mengikuti interuksi dari peneliti

Pertemuan 5

Pertemuan kelima adalah gobak sodor dan air mengalir. Pada pertemuan ini sangat terlihat perubahan pada TK. Pada permainan gobak sodor dan air mengalir, Peneliti tidak berkomentar atas kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh anggota kelompok TK. Akan tetapi TK menyadari sendiri bahwa anggotanya melakukan kecurangan, kemudian TK meminta ijin kepada peneliti untuk mengulangi permainan, karena merasa tidak sportif. Peneliti memberikan apresiasi kepada TK atas perbuatannya ini

Pertemuan 6

Pertemuan keenam Perilaku TK mulai berubah. TK lebih senang mendengarkan apa yang dikatakan peneliti. Pada permainan gambar berantai, TK lebih sering menegur temannya untuk tidak berbuat curang dan tidak berisik. Terlihat bahwa TK mulai menunjuukkan perubahan yang baik pada pertemuan ini

Pertemuan 7

Pada permainan ini semua anak masih terlihat egois, termasuk TK. Akan tetapi, pada tahap refleksi, kemudian TK mulai menyadari arti dan inti dari permainan.


(24)

Pertemuan ke delapan adalah sesi dimana anak diajarkan untuk mengambil keputusan dalam menolong. TK mengikuti permainan panjang-panjangan dengan antusias. Sampai-sampai semua barang yang ada didalam tasnya, dan yang menempel ditubuhnya TK lepaskan, supaya kelompoknya bisa memenangkan pertandingan. TK memperilatkan perubahan cara berbicara dan mulai menghargai peneliti

Pertemuan 9

Pada pertemuan terakhir, terlihat bahwa TK mulai lebih tenang, menurut, dan mengurangi kata-kata kasar yang biasanya sering diucapkan. Apabila pada awal pertemuan TK selalu bersungut-sungut dan tidak mau melihat wajah peneliti, akan tetapi pada pertemuan ini TK lebih ceria dan terlihat segar.

2) SK

Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama, SK terlihat sangat agresif. Walaupun pada setiap permainan SK mengikuti dengan semangat dan antusias, akan tetapi SK susah untuk diatur, dan lebih sering memukul temannya.

Pertemuan 2

Pada pertemuan kedua, SK terlihat seperti penasaran saja dengan permainan apa yang akan diberikan oleh peneliti. Pada permainan jendela johari ini, SK tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti permainan. SK mengejek temannya dan


(25)

menjahili temannya. Akan tetapi setelah temannya usai melaksanakan tugas, SK mau mengerjakan tugasnya

Pertemuan 3

Pada pertemuan ketiga, SK mendapatkan giliran pertama dalam menyusun balok. SK mulai senang dengan permainan, dan mulai mau mendengarkan peneliti. Pada saat sesi refleksi SK terliaht sungguh-sungguh dalam mendengarkan temannya yang menceritakan apa yang mereka peroleh melalui permainan yang telah dilakukan

Pertemuan 4

Pada pertemuan keempat, SK menunjukkan perubahan yang sangat drastis. Permainan bila torong ini, SK mengikuti dengan baik. SK hanya beberapa kali terliaht menjahili temannya.

Pertemuan 5

Pada air mengalir, SK kembali tidak bersungguh-sungguh mengikuti permainan. SK berlari-lari dan membuang-buang ari yang ada. Akan tetapi pada saat refleksi, seperti pada pertemuan ketiga, SK mulai diam dan mendengarkan temannya dengan seksama.

Pertemuan 6

Pada permainan gambar berantai, SK terlihat tidak sabar dengan temannya yang tidak menggambar sesuai dengan keinginnannya. Sk mulai berteriak-teriak, akan


(26)

tetapi mau mengindahkan peneliti. Apabila peneliti mulai menegur, maka SK akan menurut dan diam.

Pertemuan 7

Pada permainan ini semua anak masih terlihat egois, termasuk TK. Akan tetapi, pada tahap refleksi, kemudian SK mulai menyadari arti dan inti dari permainan.

Pertemuan 8

Pada permainan ini, SK terlihat rgau-ragu dalam meminjamkan apa yang dimilikinya untuk kelompok. Akan tetapi atas desakan temannya, SK mau meminjamkan peralatan dan bajunya. SK mulai menunjukkan sedikit perubahan dengan tidak berteriak-teriak dan berbicara kasar.

Pertemuan 9

Pada pertemuan terakhir, terlihat bahwa SK senang dan antusias. SK bahkan meminta temannya untuk teratur dan mendengarkan peneliti. SK mulai sering tersenyum dan malu apabila melakukan kecurangan.

3) EN

Pertemuan 1

EN adalah anak yang sangat aktif, lebih aktif dari teman-teman yang lain. EN lebih sering jail kepada teman dan mengolok-olok teman. Pada pertemuan pertama, EN berperilaku seperti teman-temannya yang lain, yaitu seenaknya sendiri.


(27)

Pertemuan 2

Pada permainan kedua, EN selalu tidak menerima apa yang diberikan oleh peneliti. EN meminta apa yang diinginkannya, dan marah apabila tidak diberikan. EN masih terlihat kurang sopan.

Pertemuan 3

Pertemuan ketiga adalah menyusun balok. EN mendapatkan giliran pertama dan menyusun balok. EN terlihat senang mengikuti permainan ini. EN mengikuti sesi ketiga dengan baik. Meskipun masih sering jail terhadap temannya, akan tetapi tidak seperti pada pertemuan pertama. EN mulai mau mendengarkan peneliti.

Pertemuan 4

Pada permainan bola torong, EN sempat terluka karena kecerobohannya sendiri. EN banyak bergerak dan berlai kesana sini, padahal permainan belum dimulai, sehingga EN menabarak, dan torong yang dipakai menggores wajahnya. Akan tetapi EN tidak menangis, justru EN lebih tenang dan lebih tertib.

Pertemuan 5

Pada pertemuan kelima, EN bermain gobak sodor dengan tertib. EN terlihat gembir dan antusias mengikuti permainan. Pada permainan bola air, EN merasa diperlakukan curang oleh temannya, sehingga permainan diulang dari awal. Pada tahap refleksi, EN menceritakan apa yang EN peroleh dari permainan.


(28)

Pertemuan 6

Pada sesi ini, EN menunjukkan perubahan perilaku, sama seperti teman-temanya yang lain. EN antusias dan menegur temannya yang tidak menurut atau tidak mau mendengarkan peneliti. Pada pertemuan ini, terlihat bahwa beberapa anak mulai menunjukkan perubahan.

Pertemuan 7

Pada pertemuan ketujuh, terlihat bahwa semua anak masih belum menyadari arti dari permainan. Demikian juga EN. EN terlihat egois dan ingin menang sendiri. Akan tetapi pada saat refleksi, EN mulai menyadari apa yang menjadi inti dari permaiann.

Pertemuan 8

Pertemuan ke delapan adalah sesi dimana anak diajarkan untuk mengambil keputusan dalam menolong. EN mau memberikan apa saja yang dimiliki. Bahkan seluruh isi tasnya dikeluarkan untuk membantu teman-temannya supaya kelompoknya menang. Hal ini terlihat baik. EN tidak berpikir panjang untuk menolong teman-temannya.

Pertemuan 9

Pada pertemuan terakhir, EN datang dengan gembira dan lebih tertib. EN lebih sopan dalam berbicara. Meskipun masih sering menjahili temannya, akan tetapi tidak sesering pada awal pertemuan.


(29)

4) KR

Pertemuan 1

KR memliki postur tubuh yang lebih besar dari teman-teman yang lainnya. KR ditakuti oleh teman yang lain, karena perkataannya yang kasar dan perilakunya yang kasar terhadap teman-teman yang lainnya. Pada sesi ini, KR banyak menenatang peniliti dan memberikan pendapat yang semaunya sendiri.

Pertemuan 2

Pada pertemuan kedua KR belum menunjukkan perubahan. KR masih beringas dan semaunya sendiri. Meskipun KR mengikuti permainan sampai selesai, akan tetapi selalu membantah apa yang dikatakan oleh peneliti.

Pertemuan 3

Pada saat permainan menyusun balok, KR mulai terlihat lebih lembut dari biasanya. KR bersemangat mengikuti permainan dan sering tertawa. Akan tetapi apabila ada teman yang melakukan kesalahan, KR akan marah dan mencaci maki temannya.

Pertemuan 4

Pada pertemuan keempat, KR bermain bola torong seenangknya sendiri. Torong yang dipakai oleh KR di sodokkan kepada temannhya, sehingga temannya terjatuh dan menangis. KR telihat menyesali perbuatannya, dan mulai tertib pada sesi ini.


(30)

Pada permainan gobak sodor dan bola air, KR serius dalam mengikuti permainan. KR mulai tidak mau ada temannya yang berbuat curang. Meskipun KR mulai mau mendengarkan peneliti, akan tetapi masih sering memarahi dan memukul teman yang dia anggap tidak benar.

Pertemuan 6

Pada sesi keenam, KR lebih sering diam. Akan tetapi ketika temannya tidak melakukan apa yang diinginkannya, KR kembali marah dan membentak temannya. Akan tetapi kali ini tidak dengan memukul.

Pertemuan 7

Pada pertemuan ketujuh telihat bahwa KR menyadari arti dari permainan. Akan tetapi karena teman-temannya yang lain berkompetisi, maka KR mengikuti alur dari teman-temannya. Pada saat refleksi, KR mulai banyak berbicara dan memberikan pendapat.

Pertemuan 8

Pada pertemuan ke delapan terlihat perubahan pada diri KR. KR mulai mengurangi bebicara dengan membentak. KR sering bercanda dengan teman dan peneliti.

Pertemuan 9

Pada pertemuan kesembilan, KR lebih sering berbicara pada saat refleksi. Refleksi pada sesi ini lebih lama dari biasanya, karena setiap anggota kelompok


(31)

menceritakan dengan antusias apa saja pelajaran yang diperoleh selama sembilan kali pertemuan.

5) EL

Pertemuan 1

EL anak yang pendiam, yang lebih sering mengomentari temannya dari belakang. EL tidak berani mengekspresikan perasaannya didepan temannya. Apabila EL tidak suka sesuatu, maka dia akan cemberut sampai akhir sesi. Pada sesi pertama ini, EL mengikuti permainan dengan bersemangat. Akan tetapi apabila ada temannya yang melakukan kesalahan, EL cemberut dan tidak bersemangat lagi.

Pertemuan 2

Pertemuan kedua EL mengikuti permainan dengan baik, EL mengikuti permainan dengan tertib. Akan tetapi EL kurang memperhatiakn interuksi dari peneliti, sehingga EL melakuakn kesalahan saat permainan.

Pertemuan 3

Permainan menyusun balok, EL mendapatkan giliran pertama dalam permainan. EL serius mengikuti permainan. Pada saat sesi refleksi, EL terlihat banyak berbicara dan mengutarakan pendapat. Dari pendapat yang diutarakan EL, terlihat bahwa EL memahami apa maksud dari permainan.


(32)

Pada saat permainan bola torong EL menurut dan tertib dalam mengikuti permainan. Beberapa hal yang tidak EL mengerti diatanyakan kepada peneliti. Berbeda pasa saat awal-awal pertemuan EL tidak mau bertanya dan hanya bisik-bisik dengan temannya saja.

Pertemuan 5

EL mengaku belum pernah memainkan permainan gobak sodor, sehingga EL terlihat canggung. Meskipun pada akhirnya EL menikamti permainan. Pada saat sesi refleksi, EL mulai mengerti apa arti dari permainan pada pertemuan kelima.

Pertemuan 6

Pada sesi ini, EL menunjukkan perubahan perilaku, sama seperti teman-temanya yang lain. EL antusias dan menegur temannya yang tidak menurut atau tidak mau mendengarkan peneliti. Pada pertemuan ini, terlihat bahwa beberapa anak mulai menunjukkan perubahan.

Pertemuan 7

Pada pertemuan ketujuh, EL mengikuti saja arus dari permainan. El mengikuti permainan seperti teman-temannya yang lain. EL mulai sering bebicara dan mulai sering mengungkapkan perasaannya.

Pertemuan 8

Pada sesi ini, EL masih sering lama berpikir ketika akan meminjamkan barangnya untuk membantu kelompok. Teman-teman EL harus marah-marah terlebih dahulu


(33)

supaya EL mau meminjamkan barangnya. Pada sesi refleksi, EL mulai menyadari bahwa perilakunya salah, melalui pernyataannya.

Pertemuan 9

Pada pertemuan terkahir. EL mulai terlihat bersemangat dan banyak bicara. EL terlihat mulai beradaptasi dengan kelompok dan dengan peneliti. EL mengikuti permainan dengan semangat. Pada saat refleksi EL terlihat lebih banyak bicara dari sebelumnya. EL memahami arti dari sembilan pertemuan yang telah dilaksanakan.

6) DN

Pertemuan 1

Pada awal pertemuan, DN sering marah-marah sendiri dan tidak mau menurut kepada peneliti. Saat Ice Breaking DN lebih senang bermain-main sendiri. DN selalul membantah apa yang dikatakan oleh peneliti.

Pertemuan 2

DN masih bersikap sama pada pertemuan kedua. DN sering mengajak temannya utnuk tidak mengikuti peraturan.


(34)

Pertemuan 3

Pada pertemuan ketiga, DN tertarik dengan permainan menyusun balok. Peneliti selalu memberikan apresiasi ketika DN melakukan tindakan yang baik. DN mulai mau mendengarkan peneliti, dan mengikuti permainan dengan baik.

Pertemuan 4

Pada permainan ini, DN menunjukkan sikap yang baik. DN membantu peneliti dalam mempersiapkan permainan. DN mulai lebih sering bertanya dan berada di dekat peneliti, serta menurut.

Pertemuan 5

DN bersikap sangat baik dari biasanya. DN akan menegur temannya yang tidak tertib dan berusaha mengikuti permainan dengan baik. DN membantu teman yang kesulitan membawa peralatannya, dan membantu peneliti apabila terlihat kesulitan dalam mempersiapkan permainan.

Pertemuan 6

Pada sesi ini, DN mengikuti permainan dengan baik dan tertib. DN sangat cepat menunjukkan perubahan perilaku. Apabila ada teman yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan harapan DN, maka DN hanya terdiam saja dan beruasaha untuk bersabar.


(35)

Pada pertemuan ketujuh, DN mengikuti teman-teman yang lain untuk berkompetisi. Akan tetapi pada saatrefleksi, DN menunjukkan sikap yang baik dan memberikan tanggapan yang baik. Dari tanggapan DN terlihat bahwa DN memahami arti dari permainan pada sesi ini.

Pertemuan 8

Pada saat permainan panjang-panjangan, DN sangat bersemangat dalam membantu kelompok. DN memberikan semangat kepada teman yang lain dan berusaha dengan sangat keras untuk membantu temannya. DN berlari kesana keamri untuk mencari benda-benda yang bisa membantu kelompoknya untuk menang.

Pertemuan 9

Pada sesi terakhir, DN terlihat bersedih karena mengetahui bahwa pertemuan berakhir. Pada permainan terakhir, DN terlihat kurang bersemangat. Akan tetapi pada saat refleksi, DN mulai kembali bersemangat dan memberikan pendapat mengenai sembilan sesi yang telah dijalani. DN menunjukkan perubahan yang terlihat sangat baik, dibanding pada awal pertemuan.

4.3.2 Analisis Hasil Pre-Test dan Post-Test

Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang dianalisis adalah data skor post test skala sikap perilaku prososial kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.4 merupakan perbandingan hasil post test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol


(36)

Tabel 4.5 Tabel perbandingan hasil post test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

No. Jenis kelamin

Skor Kategori No. Jenis

kelamin

Sk or

Kategori 1. Perempuan 91 Tinggi 1. Perempuan 68 Rendah

2. Perempuan 96 Sangat tinggi 2. Perempuan 57 Sangat Rendah 3. Perempuan 101 Sangat tinggi 3. Laki-laki 63 Rendah

4. Perempuan 83 Tinggi 4. Laki-Laki 54 Sangat Rendah 5. Perempuan 99 Sngat tinggi 5. Laki-Laki 69 Rendah

6. Perempuan 89 Tinggi 6. Laki-Laki 59 Sangat Rendah

Berikut merupakan hasil analisis data perbadingan hasil post test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji menggunakan Analisis data Mann Whitney.

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

Pros

os

kelompok

eksperimen

6 9.50 57.00

kelmopok kontrol 6 3.50 21.00

Total 12

Test Statisticsb

prosos

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 21.000

Z -2.887


(37)

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah diberikan treatment berupa terapi bermain pada kelompok eksperimen, mean rank hasil skala perilaku prososial pada kelompok ini berjumlah 9.50. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan

treatment, memiliki mean rank 3.50. Dapat dilihat bahwa mean rank hasil skala perilaku prososial kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank hasil skala perilaku prososial kelompok kontrol.

Berdasar hasil analisis diatas, diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil skala perilaku prososial kelompok eksperimen dengan skala perilaku prososial kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis berjumlah 0.004 < 0.01.

Tabel 4.6 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post tes skala perilaku prososial pada kelompok ekperimen

Ranks

Kelom

pok N

Mean

Rank

Sum of


(38)

Prososi

al

pre

test

6 3.50 21.00

post

test

6 9.50 57.00

Total 12

Test Statisticsb

prososi

al

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 21.000

Z -2.882

Asymp. Sig. (2-tailed) .004

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0 diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test skala perilaku prososial adalah 3.50 sedangkan mean rank post test skala perilaku prososial adalah 9.50. Sehingga mean rank hasil post test skala perilaku prososial lebih tinggi dibanding hasil pre test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen.


(39)

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada peningkatan perilaku prososial yang signifikan pada anak PPA AGAPE IO-847 Salatiga melalui terapi bermain. Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) 0.004 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan perilaku prososial yang signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan hasil 0.004 < 0.01 sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima.

4.5 Pembahasan

Terapi bermain yang diberikan kepada kelompok eksperimen terdiri dalari 9 sesi pertemuan. Penyususnan topik layanan berdasarkan pada aspek-aspek perilaku prososial menurut Eisenberg (Dalam Dayakisni, 2011). Aspek-aspek perilaku prososial yaitu : Sharing (membagi), Cooperative (kerjasama), donating

(menyumbang, helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity

(kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Dalam setiap sesi terapi bermain dilakukan evaluasi dengan melibatkan pengamat yang ditugaskan untk mengamati kegiatan. Dengan menggunakan hasil pengamatan diketahui bahwa di setiap sesi terapi bermain, kelompok selalu antusias dan bersemangat, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Setelah sembilan sesi selesai dilaksanakan, penulis menyebarkan skala sikap perilaku


(40)

kontrol sebagai post test. Hasil dari post test akan menjadi pembanding antare kedua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil post test, diketahui bahwa terjadi peningkatan perilaku prososial pada kelompok eksperimen. Hal tersebut diketahui dari hasil analisis data skor pre test dan post test pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis dalam hal menningkatkan perilaku prososial melalui terapi bermain, maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan perilaku prososial anak kategori rendah dan sangat rendah. Pada studi pendahuluan awal, ditunjukkan data bahwa lebih dari 50% anak memiliki perilaku prososial yang rendah dan sangat rendah. Hal ini perlu dicermat bagi pendidik dan orangtua. Seperti yang telah dijelaskan di awala, bahwa anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan dan lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan diluar keluarganya, pada masa usia sekolah dasar. Apabila dalam perkembangan ini, anak tidak menunjukkan perilaku prososial bahkan menyimpang, maka lingkungan tidak akan menrimanya, dan perkembangan anak akan terganggu.

Eisenberg dan mussen (1989) menyatakan bahwa anak yang telah

dikembangkan kapasitasnya untuk mengetahui apa yang „benar‟ belum tentu akan

terlibat dalam perilaku prososial. Karena perilaku prososial membutuhkan keterampilan dan motivasi untuk dapat melakukannya. Keterampilan dan motivasi anak dalam meningkatkan perilaku prososial seharusnya didapatkan anak di rumah dan sekolah. PPA sebagai pusat pengembangan anak juga turut serta dalam


(41)

melatih anak dalam pencapaian tugas perkembangannya, dalam hal ini perkembangan sosialnya.

Dari data yang telah penulis peroleh, terapi bermain efektif dalam meningkatkan perilaku prososial anak, sehingga pendidik atau PPA dapat menggunakan teori ini sebagai alat untuk membantu anak mencapai perilaku prososial. Dunia anak tidak dapat lepas dari permainan. Anak akan lebih peka dan lebih tertarik dengan bermain. Dengan bermain pula, anak dapat mengekspresikan emosinya secara natural dan leluasa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain dapat meningkatkan perilaku prososial anak.


(1)

Tabel 4.5 Tabel perbandingan hasil post test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

No. Jenis kelamin

Skor Kategori No. Jenis kelamin

Sk or

Kategori 1. Perempuan 91 Tinggi 1. Perempuan 68 Rendah

2. Perempuan 96 Sangat tinggi 2. Perempuan 57 Sangat Rendah 3. Perempuan 101 Sangat tinggi 3. Laki-laki 63 Rendah

4. Perempuan 83 Tinggi 4. Laki-Laki 54 Sangat Rendah 5. Perempuan 99 Sngat tinggi 5. Laki-Laki 69 Rendah

6. Perempuan 89 Tinggi 6. Laki-Laki 59 Sangat Rendah Berikut merupakan hasil analisis data perbadingan hasil post test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji menggunakan Analisis data Mann Whitney.

Ranks

Kelompok N

Mean Rank

Sum of Ranks

Pros os

kelompok eksperimen

6 9.50 57.00

kelmopok kontrol 6 3.50 21.00

Total 12

Test Statisticsb

prosos Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 21.000

Z -2.887


(2)

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Setelah diberikan treatment berupa terapi bermain pada kelompok eksperimen, mean rank hasil skala perilaku prososial pada kelompok ini berjumlah 9.50. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment, memiliki mean rank 3.50. Dapat dilihat bahwa mean rank hasil skala perilaku prososial kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank hasil skala perilaku prososial kelompok kontrol.

Berdasar hasil analisis diatas, diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil skala perilaku prososial kelompok eksperimen dengan skala perilaku prososial kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis berjumlah 0.004 < 0.01.

Tabel 4.6 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post tes skala perilaku prososial pada kelompok ekperimen

Ranks

Kelom

pok N

Mean Rank

Sum of Ranks


(3)

Prososi al

pre test

6 3.50 21.00

post test

6 9.50 57.00

Total 12

Test Statisticsb

prososi al

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 21.000

Z -2.882

Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)]

.002a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0 diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test skala perilaku prososial adalah 3.50 sedangkan mean rank post test skala perilaku prososial adalah 9.50. Sehingga mean rank hasil post test skala perilaku prososial lebih tinggi dibanding hasil pre test skala perilaku prososial pada kelompok eksperimen.


(4)

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada peningkatan perilaku prososial yang signifikan pada anak PPA AGAPE IO-847 Salatiga melalui terapi bermain. Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) 0.004 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selain itu, ada peningkatan perilaku prososial yang signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan hasil 0.004 < 0.01 sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima.

4.5 Pembahasan

Terapi bermain yang diberikan kepada kelompok eksperimen terdiri dalari 9 sesi pertemuan. Penyususnan topik layanan berdasarkan pada aspek-aspek perilaku prososial menurut Eisenberg (Dalam Dayakisni, 2011). Aspek-aspek perilaku prososial yaitu : Sharing (membagi), Cooperative (kerjasama), donating (menyumbang, helping (menolong), honesty (kejujuran), generosity (kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

Dalam setiap sesi terapi bermain dilakukan evaluasi dengan melibatkan pengamat yang ditugaskan untk mengamati kegiatan. Dengan menggunakan hasil pengamatan diketahui bahwa di setiap sesi terapi bermain, kelompok selalu antusias dan bersemangat, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Setelah sembilan sesi selesai dilaksanakan, penulis menyebarkan skala sikap perilaku prososial kepada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok


(5)

kontrol sebagai post test. Hasil dari post test akan menjadi pembanding antare kedua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil post test, diketahui bahwa terjadi peningkatan perilaku prososial pada kelompok eksperimen. Hal tersebut diketahui dari hasil analisis data skor pre test dan post test pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis dalam hal menningkatkan perilaku prososial melalui terapi bermain, maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan perilaku prososial anak kategori rendah dan sangat rendah. Pada studi pendahuluan awal, ditunjukkan data bahwa lebih dari 50% anak memiliki perilaku prososial yang rendah dan sangat rendah. Hal ini perlu dicermat bagi pendidik dan orangtua. Seperti yang telah dijelaskan di awala, bahwa anak mulai bersosialisasi dengan lingkungan dan lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan diluar keluarganya, pada masa usia sekolah dasar. Apabila dalam perkembangan ini, anak tidak menunjukkan perilaku prososial bahkan menyimpang, maka lingkungan tidak akan menrimanya, dan perkembangan anak akan terganggu.

Eisenberg dan mussen (1989) menyatakan bahwa anak yang telah dikembangkan kapasitasnya untuk mengetahui apa yang „benar‟ belum tentu akan terlibat dalam perilaku prososial. Karena perilaku prososial membutuhkan keterampilan dan motivasi untuk dapat melakukannya. Keterampilan dan motivasi anak dalam meningkatkan perilaku prososial seharusnya didapatkan anak di rumah dan sekolah. PPA sebagai pusat pengembangan anak juga turut serta dalam


(6)

melatih anak dalam pencapaian tugas perkembangannya, dalam hal ini perkembangan sosialnya.

Dari data yang telah penulis peroleh, terapi bermain efektif dalam meningkatkan perilaku prososial anak, sehingga pendidik atau PPA dapat menggunakan teori ini sebagai alat untuk membantu anak mencapai perilaku prososial. Dunia anak tidak dapat lepas dari permainan. Anak akan lebih peka dan lebih tertarik dengan bermain. Dengan bermain pula, anak dapat mengekspresikan emosinya secara natural dan leluasa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain dapat meningkatkan perilaku prososial anak.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 10 – 12 Tahun melalui Terapi Bermain di PPA Agape IO-847 Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 10 – 12 Tahun melalui Terapi Bermain di PPA Agape IO-847 Salatiga T1 132010011 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 10 – 12 Tahun melalui Terapi Bermain di PPA Agape IO-847 Salatiga T1 132010011 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Perilaku Prososial Anak Usia 10 – 12 Tahun melalui Terapi Bermain di PPA Agape IO-847 Salatiga

0 0 61

T1 Lampiran Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun

0 0 13

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB V

0 0 2

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB IV

0 0 31

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB III

0 0 11

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB II

0 0 32

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB I

0 0 7