DAMPAK HUKUM PENYULUHAN PERNIKAHAN OLEH KUA NGAWEN KABUPATEN BLORA TERHADAP PENURUNAN ANGKA PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR.
DAMPAK HUKUM PENYULUHAN PERNIKAHAN OLEH KUA
NGAWEN KABUPATEN BLORA TERHADAP PENURUNAN
ANGKA PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR
SKRIPSI
Oleh:
Lailis Sofiatin
NIM: C01212023
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
Surabaya
2016
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul Dampak Hukum
Penyuluhan Pernikahan oleh KUA Ngawen Kecamatan Blora Terhadap
Penurunan Angka Pernikahan di Bawah Umur. Rumusan masalah adalah:
Bagaimana Upaya KUA Ngawen dalam melakukan penyuluhan pernikahan?
Bagaimana dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen
Kabupaten Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur?
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan secara jelas yang datanya bersumber dari lapangan, dengan
teknik interviu dan dokumentasi terkait pelaksanaan upaya penyuluhan
pernikahan untuk menurunkan angka pernikahan di bawah umur, kemudian di
analisis dengan menggunakan undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upaya KUA Ngawen melakukan
penyuluhan pernikahan sebagai solusi dalam menurunkan angka pernikahan di
bawah umur yang ini disesuaikan dengan UU yang berlaku di Indonesia yakni
dalam pasal 7 UU No. 1 tahun 1974 dan KHI pasal 15 yang bertujuan agar
Masyarakat taat terhadap Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.Upaya
penyuluhan ini dilakukan karena terdapat faktor yang melatarbelakangi
meningkatnya pernikahan di bawah umur yakni dari sisi pendidikan dan
ekonomi. Apabila pernikahan di bawah umur masih terjadi akan berdampak pada
fisik dan psikis yang dialami oleh pasangan pernikahan tersebut.
Hasil Analisis menunjukkan bahwa upaya penyuluhan ini hanya memberi
dampak positif dari pemahaman para remaja dalam hal kesehatan reproduksi dan
usia reproduksi sehat saja, akan tetapi tidak dalam perilaku masyarakat terhadap
ketaatan hukum karena masih terlihat meningkat pada tahun 2015 yakni
sebanyak 16 pasang padahal tahun 2014 terdapat 13 pasang sehingga menurut
penulis penyuluhan ini tidak memberi dampak hukum kepada masyarakat. Hal ini
dikarenakan kurangnya anggaran dana dari pemerintah dan kurangnya materi
dalam memberikan penyuluhan yakni dalam hal meningkatkan mutu pendidikan
dan ekonomi karena pihak KUA tidak bekerja sama dengan Dinas Pendidikan
begitu juga kurangnya dukungan masyarakat karena pemikiran mereka yang
masih primitif. Akan tetapi menjadi titik terang ketika di pertengahan tahun
2016 hanya 5 pasangan pernikahan di bawah umur dan hal menjadi langkah awal
untuk terus efektif dalam melakukan penyuluhan pernikahan sehingga akan
mengurangi masalah yang berkembang di masyarakat.
Kepada KUA Ngawen untuk mempertahankan program penyuluhan ini
dan lebih efektif juga lebih memperluas kerja sama dengan Badan Pemerintahan
lainnya seperti Dinas Pendidikan, untuk pemerintah Kabupaten Blora untuk
mendukung kegiatan yang dilakukan KUA Ngawen dengan memberikan dana
khusus untuk penyuluhan tersebut, untuk masyarakat Desa Ngawen untuk
menumbuhkan pola pikir yang lebih maju agar tidak mudah untuk menikah di
bawah umur.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........ ....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................. iv
ABSTRAK ..........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
MOTTO ..............................................................................................................
x
DAFTAR ISI......... .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ xv
BAB I
:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ......................................... 10
C. Rumusan Masalah ................................................................. 10
D. Kajian Pustaka ...................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 13
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................... 14
G. Definisi Operasional ............................................................. 15
H. Metode Penelitian ................................................................. 16
I. Sistematika Pembahasan ...................................................... 21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
: KAJIAN TEORI TENTANG PERNIKAHAN MENURUT
HUKUM ISLAM
A. Pernikahan dalam Hukum Islam ........................................... 23
1. Pengertian dan dasar hukum pernikahan ........................ 23
2. Syarat dan rukun pernikahan .......................................... 27
3. Tujuan Pernikahan .......................................................... 31
4. Hikmah Pernikahan ......................................................... 34
5. Usia pernikahan menurut hukum Islam .......................... 37
BAB III : PENYULUHAN PERNIKAHAN OLEH KUA NGAWEN
KABUPATEN BLORA TERHADAP PENCEGAHAN
PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR
A. KUA Ngawen Kab. Blora .................................................... 45
1. Gambaran umum KUA Ngawen ..................................... 45
2. Letak geografis KUA Ngawen ........................................ 46
3. Program Kerja KUA Ngawen.......................................... 47
4. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan ....................... 54
B. Program Penyuluhan Pernikahan di KUA Ngawen ............. 55
1. Satuan Acara Penyuluhan Pernikahan di KUA Ngawen 55
2. Materi Penyuluhan oleh KUA Ngawen dan Puskesmas
Ngawen ............................................................................ 58
C. Dampak Penyuluhan dalam Rangka Menurunkan
Pernikahan di bawah umur di KUA Ngawen....................... 65
1. Tingkat Pernikahan di bawah umur Sebelum Adanya
Program Penyuluhan di KUA Ngawen ........................... 65
2. Tingkat Pernikahan di bawah umur Setelah Adanya
Program Penyuluhan di KUA Ngawen ........................... 69
BAB IV : DAMPAK HUKUM PENYULUHAN PERNIKAHAN OLEH
KUA NGAWEN TERHADAP ANGKA PERNIKAHAN DI
BAWAH UMUR
A. Analisis terhadap upaya penyuluhan pernikana oleh KUA
Ngawen Kabupaten Blora .................................................... 73
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Upaya
KUA
Ngawen
Kabupaten
Blora
dalam
melakukan Penyuluhan Pernikahan................................. 73
2. Tujuan upaya penyuluhan pernikahan KUA Ngawen
Kabupaten Blora.............................................................. 75
B. Dampak Hukum Penyuluhan pernikahan oleh KUA
Ngawen dalam menurunkan angka pernikahan di bawah
umur ..................................................................................... 77
1. Faktor dan dampak pernikahan di bawah umur di KUA
Ngawen ............................................................................ 77
2. Dampak Hukum Penyuluhan pernikahan oleh KUA
Ngawen
Pernikahan
Kabupaten
di
bawah
Blora
Umur
Terhadap
Tingkat
Setelah
Adanya
Penyuluhan ...................................................................... 84
BAB V
:
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 91
B. Saran ...................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................ 94
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia secara fitrah atau nature diciptakan Tuhan dalam dirinya,
mempunyai kebutuhan-kebutuhan jasmani, di antaranya kebutuhan seksual
yang akan dipenuhi dengan baik dan teratur dalam hidup berkeluarga.1 Hal ini
dikarenakan keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang
menjadi pemenuhan keinginan manusia tanpa menghilangkan kebutuhannya.2
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:
‚Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak...‛ (Q.S. an-Nisa>’ : 1) 3
Meski demikian, Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk
lainnya yang menyalurkan nalurinya dengan bebas, menuruti hawa nafsu
dengan sesuka hati dan mengikuti ajakan setan sehingga terjerumus pada
perbuatan yang tidak halal berupa sikap-sikap yang merusak dan
menimbulkan dosa-dosa. Akan tetapi, untuk menjaga kehormatan dan
1
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1998), 434.
Ali Yusuf as-Subki, Niz}a>mul Usrah fi> al-Isla>m, (Penerjemah: Nur Khazin, Fiqh Keluarga),
(Jakarta: Amzah, 2010), 23.
3
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005), 77.
2
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
martabat manusia maka Allah mengadakan hukum yang sesuai dengan
kehormatan dan martabat tersebut. Dalam arti lain hubungan antara laki-laki
dan perempuan diatur secara terhormat dalam sebuah ikatan pernikahan.
Pernikahan dari segi agama adalah suatu segi yang sangat penting.
Dalam agama, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci. Upacara
perkawinan adalah upacara yang suci yang kedua pihak dihubungkan
menjadi pasangan suami istri atau saling meminta menjadi pasangan
hidupnya dengan mempergunakan nama Allah.4
Nikah atau kawin adalah akad yang menghalalkan persetubuhan
antara wanita dan laki-laki, disertai dengan kalimat-kalimat yang
ditentukan. Dan dengan pernikahan tersebut, maka dibatasilah hak dan
kewajiban keduanya, sesuai dengan ajaran Islam5. Pernikahan merupakan
sunatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada
manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang
dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak
dan melestarikan hidupnya6.
Adapun menurut syarat nikah adalah akad serah terima antara lakilaki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama
lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah
serta masyarakat yang sejahtera7. UU Pernikahan yang berlaku di Indonesia
Idris Ramulyo, Hukum Perkwinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1999), 19.
Lm. Syarifie, Membina Cinta Menuju Perkawinan, (Gresik: Putra Pelajar, 1999), 9.
6
M.A. Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), 6.
7
M.A. Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap ---,8.
4
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
di dalam Pasal 1 merumuskan bahwa: ‚Pernikahan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa‛.8
Di samping definisi UU No. 1 Tahun 1974 yang telah disebutkan,
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia juga memberikan definisi yang tidak
mengurangi makna dari UU tersebut, yakni dijelaskan dalam Pasal 2
KHI:‚Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sngat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah‛. 9
Nikah adalah salah satu asas pokok yang paling utama dalam
pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja
merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah
tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju
pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu
akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan
lainnya.10
Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya
dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja suami istri dan
keturunannya, melainkan antara dua keluarga. Dari baiknya pergaulan antara
si istri dengan suaminya, kasih-mengasihi, akan berpindahlah kebaikan itu
8
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2011), 75.
Ibid., 2.
10
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), 374.
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
kepada semua keluarga, dari kedua belah pihaknya, sehingga mereka menjadi
satu dalam segala urusan bertolong-tolongan sesamanya dalam menjalankan
kebaikan dan mencegah segala kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan
seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya 11.
Faedah yang terbesar dalam pernikahan ialah untuk menjaga dan
memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari kebinasaan sebab
seorang perempuan apabila sudah menikah, maka nafkahnya wajib
ditanggung oleh suaminya. Pernikahan juga berguna untuk memelihara
kerukunan anak cucu, sebab kalau tidak dengan nikah, tentulah anak tidak
berketentuan siapa yang akan mengurusnya dan siapa yang bertanggung
jawab atasnya12.
Unsur pokok suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang
akan kawin, akad pekawinan itu sendiri, wali yang melangsungkan akad
dengan si suami, dua orang saksi yang menyaksikan telah berlangsungnya
akad perkawinan itu. KHI secara jelas membicarakan rukkun perkawinan
sebagaimana yang terdapat dalam pasal 14.13
Islam hanya mengakui pernikahan antara laki-laki dan perempuan
dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-laki atau sesama
perempuan, karena ini yang tersebut dalam Al-Qur’an. Adapun syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk laki-laki dan perempuan yang akan kawin yakni:
keduanya jelas identitasnya, keduanya sama-sama beragama Islam (tentang
11
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam ---,374.
Ibid., 375.
13
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 61.
12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
nikah lain agama dijelaskan tersendiri), antara keduanya tidak terlarang
melangsungkan
pernikahan
(tentang
larangan
pernikahan
dijelaskan
tersendiri), kedua belah pihak setuju untuk nikah, keduanya telah mencapai
usia yang layak untuk melangsungkan pernikahan. 14
Tentang batas usia pernikahan meskipun secara terang-terangan tidak
ada petunjuk Al-Qur’an atau hadis Nabi tentang batas usia pernikahan,
namun ada ayat al-Qur’an secara tidak langsung mengisyaratkan batas usia
tertentu yakni dalam surat an-Nisa’ ayat 6:
kawin‛.
‚Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
15
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa nikah itu mempunyai batas umur
dan batas umur itu adalah baligh. Dan ini memberi isyarat bahwa pernikahan
itu harus dilakukan oleh pasangan yang sudah dewasa tentang bagaimana
batas usia dewasa itu dapat berbeda antara laki-laki dan perempuan, dapat
pula berbeda karena perbedaan lingkungan, budaya dan tingkat kecerdasan
suatu komunitas atau disebabkan oleh faktor lainnya16.
Batas usia dewasa untuk calon mempelai sebagaimana dapat
dipahami dari ayat tersebut secara jelas diatur dalam UU Pernikahan pada
Pasal 7 yakni Pernikahn hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun17. Dalam KHI
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia ---,64.
Hamka, Tafsir Al- Azhar Juz III-IV, (Jakarta: PT Citra Serumpun Padi, 2003), 337.
16
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia---,68.
17
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam --- ,78.
14
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
mempertegas persyaratan yang terdapat dalam UU Penikahan pada Pasal 15
yakni untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, pernikahan hanya
boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan
dalam Pasal 7 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yakni calon suami
sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya
berumur 16 tahun.18
Meski perundang-undangan di Indonesia secara ketat membatasi usia
calon pengantin untuk melangsungkan pernikahan akan tetapi masih banyak
pasangan yang menikah di bawah umur karena telah mendapatkan dispensasi
nikah dari Pengadilan Agama yang diajukan oleh kedua orang tua pria
maupun wanita sehingga dalam persidangan Pengadilan Agama memeriksa
bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan memberikan dispensasi nikah.
Dan sampai saat ini pernikahan di bawah umur yang dilakukan lakilaki di bawah 19 tahun dan perempuan di bawah 16 tahun masih menjadi
fenomena yang hidup dalam masyarakat Indonesia terutama di pedesaan atau
masyarakat tradisional. Meskipun keberadaannya seringkali tidak banyak
diketahui orang atau tidak terbuka akan tetapi terdapat sejumlah faktor yang
memperngaruhi hal tersebut. Salah satunya yakni rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat terhadap Undang-undang hukum Islam yang tertuang
dalam KHI.
18
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam --- ,5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Jika pernikahan di bawah umur tetap dilakukan, hal ini akan
berdampak terhadap rumah tangga yang akan dijalani selanjutnya. Dampak
tersebut yakni dari sisi fisik yakni pasangan usia muda belum sepenuhnya
mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan dari sisi kesehatan
pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu
yang melahirkan terlebih bagi perempuan di bawah umur 20 apalagi umur 16
tahun sampai kebawah. Dari sisi psikologis yakni pasangan muda belum
matang secara fikiran dalam artian bahwa emosional masih labil dan hal ini
berpengaruh dari problematika yang dihadapi ketika berumah tangga,
sehingga jika terjadi konflik pasangan usia muda memilih jalan untuk
melakukan perceraian tanpa berfikir panjang untuk kedepan.
Melihat dampak yang besar dari pernikahan yang dilakukan oleh
pasangan di bawah umur yakni laki-laki berumur kurang dari 19 tahun dan
perempuan kurang dari 16 tahun yang telah dijelaskan dalam KHI, maka
pihak KUA Ngawen di dalam memberlakukan peraturan perundangundangan tersebut tentang batas usia pernikahan sangat efektif dilakukan,
terlihat dari gencarnya beberapa penyuluhan pernikahan mengenai idealnya
sebuah keluarga dan pencegahan pernikahan di bawah umur oleh KUA
Ngawen yang bekerjasama dengan PUSKESMAS, Mitra kerja tenaga
penyuluh non PNS, sejumlah lembaga Majelis.19
Selain dampak yang terjadi akibat pernikahan di bawah umur 19
tahun untuk laki-laki dan di bawah umur 16 tahun untuk perempuan, pihak
19
Lasno (Kepala KUA Ngawen), Wawancara, Ngawen, 8 Januari 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
KUA juga merasakan banyakya pasangan yang menikah di bawah umur yang
terjadi di KUA, untuk itu pihak KUA ingin memberi kesadaran masyarakat
desa Ngawen untuk menumbuhkan ketaatan terhadap Undang-Undang di
Indonesia terlebih tentang usia calon pengantin laki-laki maupun calon
pengantin perempuan agar tidak terjadi pernikahan di bawah umur, karena
melihat dari prosentase yang melangsungkan pernikahan di bawah umur
semakin tahun semakin bertambah dan untuk mencegahnya dari sekarang
yakni memberikan ilmu-ilmu tentang idelanya berumah tangga melalui
penyuluhan.20
Jikalau kita melihat banyak faktor-faktor pernikahan di bawah umur
19 untuk laki-laki dan 16 untuk perempuan yang terjadi terutama di desa
Ngawen. Hal ini disebutkan juga oleh Bapak Lasno, S.Ag., M, Si. selaku
Kepala KUA Ngawen yang memberikan keterangan bahwa faktor tersebut
secara global yakni dari sisi Ekonomi dan Keluarga, dari sisi ekonomi
melihat bahwa di pedesaan tingkat ekonominya menengah kebawah meski
tidak jarang adapula yang tingkat ekonominya lebih, melihat mayoritas
ekonomi tersebut maka beberapa pemuda-pemudi yang harus putus sekolah
bahkan ada pula yang tidak bersekolah, mengingat bahwa pendidikan sangat
penting untuk menata masa depan dan sebagai pengangan hidup untuk
menentukan segala baik buruknya suatu tindakan. Maka pemuda-pemudi
yang putus sekolah akan mudah terkena efek negatif dari globalisasi,
sehingga mudah terjerumus dengan tindakan-tindakan negatif pula seperti
20
Lasno (Kepala KUA Ngawen), Wawancara, Ngawen, 8 Januari 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
seks bebas yang akan menimbulkan kehamilan sebelum pernikahan, dan hal
ini yang mendorong pemuda-pemudi untuk melakukan pernikahan di bawah
umur.
Selanjutnya dari sisi keluarga yakni bahwa pernikahan di bawah umur
19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan terjadi atas
dorongan keluarga sendiri artinya bahwa di dalam keluarga untuk
mengurangi beban kehidupan secara materil maka mereka harus mengurangi
salah satu anggota keluarga yakni dengan cara menikahkan anaknya agar
beban dalam keluarga sedikit berkurang karena secara otomatis masyarakat
desa menganggap bahwa anak yang sudah menikah bukan lagi tanggung
jawabnya meskipun anak tersebut secara usia belum cukup syarat untuk
melakukan pernikahan, sehingga faktor ini sangat berpengaruh terjadinya
nikah di bawah umur.
Dari uraian tersebut sehingga menarik bagi penulis untuk mengkaji
bagaimana dampak atau pengaruh tinggi rendahnya ketaatan masyarakat
terhadap Undang-undang hukum Islam yang tertuang dalam KHI melalui
upaya KUA Ngawen Kab. Blora dalam memberikan penyuluhan pernikahan
untuk menurunkan angka pernikahan di bawah umur 19 tahun untuk laki-laki
dan 16 tahun untuk perempuan. Maka penelitian ini akan tertuang dalam
skripsi yang berjudul Dampak Hukum Penyuluhan Pernikahan oleh KUA
Ngawen Kabupaten Blora terhadap Penurunan Angka Pernikahan Di Bawah
Umur.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari
paparan
latar
belakang
masalah
di
atas,
penulis
mengidentifikasikan inti permasalahan yang terkandung di dalamnya sebagai
berikut:
1. Batas usia pernikahan di bawah umur menurut Hukum Islam dan Undangundang di Indonesia
2. Faktor pendorong dalam melakukan pernikahan di bawah umur dampak
yang terjadi akibat pernkahan di bawah umur
3. Upaya KUA Ngawen dalam melakukan penyuluhan pernikahan mengenai
idealnya usia calon pengantin dalam suatu pernikahan untuk membentuk
rumah tangga
4. Dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen terhadap
penurunan angka pernikahan di bawah umur.
Dengan adanya suatu permasalahan di atas, maka untuk memberikan arah
yang jelas dalam penelitian penulis membatasi pada masalah-masalah
berikut ini:
1. Upaya KUA Ngawen Kab. Blora dalam melakukan penyuluhan
pernikahan
2. Dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen Kab. Blora
terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
1.
Bagaimana upaya KUA Ngawen Kab. Blora dalam melakukan
penyuluhan pernikahan?
2.
Bagaimana dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen
Kab. Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur?
D. Kajian Pustaka
Kajian tentang Dampak Hukum Penyuluhan Pernikahan oleh KUA
Ngawen Kab.Blora terhadap angka penurunan pernikahan di bawah umur ini
belum pernah sebelumnya dibahas oleh peneliti lain, akan tetapi peneliti
menemukan beberapa penelitian terhadap peranan KUA untuk mengurangi
jumlah terjadinya pernikahan di bawah umur diantaranya sebagai berikut:
Pertama skripsi yang ditulis oleh Dwi Arie Irmawan yang berjudul
tentang Peranan BP4 dalam Upaya Menekan Jumlah Perkawinan di Bawah
Umur di Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo yang terbit ditahun 2003.
Skripsi ini berisi tentang hasil penelitian bahwa aktivitas BP4 Kecamatan
Buduran dalam upaya menekan jumlah perkawinan di bawah umur dibagi
menjadi dua yaitu aktifitas umum dan aktifitas khusus dan efektifitas
petugas BP4 Kecamatan Buduran dalam memberikan penyuluhan atau
bimbingan tentang Mental Spiritual, Pembinaan generasi muda, Pembinaan
ibu-ibu PKK dan pembinaan anggota organisasi masyarakat, menunjukkan
bahwa keaktifan BP4 Kecamatan Buduran dalam upaya menekan jumlah
perkawinan di bawah umur dan menjalankan program kerjanya berjalan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
cukup efektif terbukti dengan menurunnya jumlah angka perkawinan
dibawah umur.21
Selanjutnya skripsi yang tulis oleh Dade Ahmad Nasrullah dengan
judul Peranan KUA dalam menanggulangi pernikahan dini di desa pasarean
pamijahan kabupaten bogor, yang terbit tahun 2014. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa penghulu dari KUA Pamijahan telah
mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya menikah sesuai umur yang
telah ditentukan oleh undang-undang saat sebelum akad nikah atau amil desa
melalui pengajian-pengajian, meski begitu KUA Pamijahan tidak berperan
secara efektif dalam menanggulangi pernikahan di desa Pamijahan karena
penanggulangan tersebut tidak dilakukan KUA secara terprogram22.
Skripsi Muhamad Sobirin dengan judul Peran Pegawai Pencatat
Nikah (PPN) Dalam Mengatasi Perkawinan dibawah Umur (Studi Kasus di
Desa Petung dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang) yang terbit tahun 2009. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa adanya penurunan pernikahan di bawah umur di tahun 2000-an karena
pola pikir masyarakat yang lebih maju dan usaha dari PPN KUA Pakis
dengan cara memperketat prosedur pemeriksaan berkas calon pengantin dan
21
Dwi Arie Irmawan, ‚Peranan BP4 dalam Upaya Menekan Jumlah Perkawinan di Bawah Umur
di Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo‛, (Skripsi--Iain Sunan Ampel, Surabaya, 2003), 7677.
22
Dade Ahmad Nasrullah, ‚Peranan KUA dalam Menanggulangi Pernikahan Dini di Desa
Pasarean Kec Pamijahan Kabupaten Bogor)‛, (Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2014),
98.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
langkah lain dengan memberikan sosialisasi terhadap undang-undang yang
berlaku di Indonesia saat ini23.
Dari sini penulis lebih membahas tentang upaya KUA Ngawen
Kabupaten Blora dalam mengentaskan pernikahan di bawah umur dengan
memberikan penyuluhan pernikahan dan dampak hukum yang terjadi setelah
adanya penyuluhan pernikahan yang dilakukan oleh KUA Ngawen
Kabupaten Blora, apakah hal ini berpengarung terhadap tinggi rendahnya
ketaatan dan kesadaran hukum Islam oleh masyarakat sehingga terlihat dari
penurunan angka pasangan yang melakukan pernikahan di bawah umur.
Adapun persamaan dari peneliti dengan kajian pustaka yang telah
disebutkan di atas terletak dari upaya dalam menurunkan pernikahan di
bawah umur akan tetapi prespektif penulis tetap berbeda karena penulis lebih
tertarik terhadap dampak hukum Islam dari upaya tersebut dari sisi
kemanfaatan penyuluhan pernikahan dalam menekan pernikahan di bawah
umur.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui tentang upaya KUA Ngawen Kabupaten Blora dalam
melakukan penyuluhan pernikahan.
Muhamad Sobirin, ‚Peran Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Mengatasi Pernikahan di
Bawah Umur ( Studi Kasus Di Desa Petung dan KUA Pakis Kabupaten Magelang‛, (Skripsi—
STAIN Salatiga, Salatiga 2009).
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
2.
Mengetahui dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen
Kabupaten Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan peneliti ini dapat ditempuh melalui dua aspek yaitu:
1.
Aspek Keilmuan (Teoritis)
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memperkaya khasanah keilmuan hukum keluarga, sehingga dapat
memberikan kontribusi akademis, yaitu peningkatan dan pengembangan
di bidang studi hukum keluarga dan selanjutnya menyangkut pandangan
Islam untuk menciptakan keluarga yang sakinah dan harmonis.
2. Aspek Terapan/ Praktis
Hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan penulisan karya ilmiah
berbentuk skripsi dan sebagai bahan bacaan khususnya dalam masalah
hukum keluarga Islam. Begitu juga dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam menerapkan hukum keluarga Islam terlebih bagi seluruh
kalangan agar menciptakan keluarga yang bahagia dan sebagai pelajaran
bagi pemuda-pemudi untuk tidak melakukan pernikahan di bawah umur
serta untuk diajarkan pada Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Perdata
Islam Prodi Hukum Keluarga Islam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
G. Definisi Operasional
Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu Dampak Hukum Penyuluhan
Pernikahan oleh KUA Ngawen Kabupaten Blora terhadap Penurunan Angka
Pernikahan di Bawah Umur, ada beberapa kata yang perlu penulis jelaskan
secara operasional terhadap kata-kata tersebut.
Dampak Hukum
: Dampak yakni pengaruh yang kuat yang
mendatangkan akibat negatif (akibat buruk)
atau positif (akibat yang baik)24. Maksud
penulis dari dampak hukum yakni adanya
dan tidaknya pengaruh perilaku masyarakat
terhadap ketaatan hukum Islam setelah
adanya penyuluhan dari KUA Kec Ngawen.
Penyuluhan
: Berasal dari kata suluh yang berarti barang
yang dipakai untuk menerangi, penyuluhan
yakni cara untuk menerangi tersebut25, dan
maksud dari penulis yakni upaya KUA untuk
mencegah terjadinya pernikahan di bawah
umur sehingga tercapailah untuk membentuk
keluarga saki>nah .
Pernikahan di bawah umur
: Perkawinan yang terjadi di mana salah satu
atau kedua mempelai masih usia di bawah
24
25
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia Surabaya, 2003), 118.
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Badan
Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2011)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
umur 19 untuk laki-laki dan 16 untuk
perempuan sesuai dengan UU No 1 tahun
1974 pasal 7 dan KHI Pasal 1526, maksud
dari penulis yakni pernikahan yang telah
dilakukan oleh beberapa pasang di KUA
Ngawen dengan usia 14-15 tahun yang
dilakukan perempuan dan 17-18 tahun yang
dilakukan oleh laki-laki.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara
metodologis dan sistematis. Dalam metode penelitian ini yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1.
Data Yang dikumpulkan
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat lapangan, oleh karena
data yang penulis peroleh berupa data-data yang ada di lapangan yakni
upaya KUA Ngawen Kabupaten Blora dalam memberikan penyuluhan
pernikahan. Keterangan data yang dikumpulkan oleh penulis mulai
tahun 2010-2016 akan tetapi penulis hanya meneliti ditahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris maka di dalam penelitian
ini, obyek yang kami teliti adalah penelitian tentang berlakunya hukum
26
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 356.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
positif, penelitian terhadap pengaruh berlakunya hukum positif terhadap
kehidupan masyarakat, penelitian terhadap pengaruh faktor-faktor non
hukum terhadap terbentuknya ketentuan-ketentuan hukum positif.27
2.
Sumber Data
Berdasarkan tempat dan sumber data yang digunakan, jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian lapangan, adapun sumber-sumber yang
diperlukan sebagai berikut:
a.
Sumber data primair yaitu:
1) Wawancara dengan Kepala KUA Ngawen yakni Lasno, S.Ag.,
M, Si.
2) Wawancara dengan Kepala UPTD Puskesmas Ngawen yakni dr.
Nur Istifah.
3) Petugas Penyuluhan yakni Samsudin, S.Sos dan Puji Astuti.
4) Para pelaku pernikahan di bawah umur di tahun 2016 yakni:
Murtini, Joko, Yanti, Evi, dan Sukron
b.
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang berupa kitab-kitab
yang menjadi dasar acuan dan bacaan lain yang memiliki
keterkaitan dengan bahan skripsi.
1) Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, Bandung:
Cv. Nuansa Aulia, 2011.
2) Dr. Hammudah ‘Abd, Keluarga Muslim, Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1984.
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Peneletian Hukum, (Jakarta: UI Press 2014), 79.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
3) Drs. Ahmad Rofiq, M.A, Hukum Islam Indonesia, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1997.
4) K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2007
5) Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1995.
6) Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A, Hukum Perdata Islam,
Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
7) Moh. Idris Ramulyo,S.H.,M.H, Hukum Perkawinan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
8) R. Soetojo Prawirohaidjojo, Marthalena Pohan, Hukum Orang
dan Keluarga, Surabaya: Airlangga University Press, 2008.
9) Drs. Sudarsono, S.H. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1994.
I.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan28.
a.
Wawancara
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
Cet.8, 2009), 224.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
teknik
pengumpulan data yakni wawancara terhadap Kepala KUA
Ngawen, Pasangan yang menikah muda, peserta yang mengkuti
penyuluhan. Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal
dengan
tujuan
mendapatkan
informasi.
Di
samping
akan
mendapatkan gambaran yang menyeluruh, juga akan mendapatkan
informasi yang penting. Menurut Denzin, wawancara adalah
pertukaran percakapan dengan tatap muka di mana seseorang
memperoleh informasi dari yang lain29.
Wawancara dilakukan terutama karena ada anggapan bahwa
hanya respondenlah yang paling tahu tentang dirinya, sehingga
informasi yang tidak dapat diamatinya atau tidak dapat diperoleh
dengan alat lain, akan diperoleh dengan cara wawancara, misalnya
informasi tentang tanggapan, keyakinan, perasaan, cita-cita. Seperti
yang di amati oleh peneliti tentang bagaimana Upaya KUA dalam
melakukan penyuluhan pernikahan.
b.
Dokumenter
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan metodologi penelitian sosial. Pada intinya
metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk
29
James A Black, Dean J. Champiom, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT
Eresco, 1992), 306.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
menelusuri data historis30. Metode ini digunakan untuk penulis
dalam mencari data-data berupa foto, surat-surat dan sebagainya
untuk memberikan gambaran terhadap sosiologi yang terjadi di
dalam Penyuluhan Pernikahan yang dilakukan oleh KUA Ngawen.
J.
Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul di atas diolah dengan teknik editing,
pengorganisasian dan tabulasi, yaitu:
a. Pengolahan Data dengan teknik Editing
Yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data dilapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadangkala belum
memenuhi harapan peneliti31, untuk itu diperlukan pemeriksaan
kembali semua data yang diperoleh, kejelasan makna, kesesuaian
makna satu dengan lainnya, relevansi, kesesuaian satuan dan
kelompok data.
b. Pengolahan Data dengan teknik Pengorganisasian
Yaitu agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan pertanyaanpertanyaan dalam rumusan masalah.
c. Pengolahan Data dengan teknik Tabulasi
Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel untuk memudahkan
pengamatan dan efaluasi.
30
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),
154.
31
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial---,182
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
K. Teknik Analisis data
Setelah data yang diperoleh dalam penelitian terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data. Peneliti akan menganalisisnya
dengan menggunakan metode kualtitatif deskriptif, yaitu dikatakan
sebagai kualitatif karena bersifat verbal atau kata dan dikatakan sebagai
deskriptif karena menggambarkan dan menguraikan terhadap segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan program penyuluhan
pernikahan oleh KUA Ngawen dalam rangka mencegah pernikahan di
bawah umur kemudian akan menganalisisnya dengan menggunakan
konsep undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Dalam penelitian ini, menggunakan pola pikir induktif yaitu pola
berpikir yang diawali dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat
khusus yang terjadi di lapangan yaitu pelaksanaan penyuluhan
pernikahan
oleh
KUA
Ngawen
kemudian
dianalisis
dengan
menggunakan teori-teori yang bersifat umum yang berkenaan dengan
Undang-undang di Indonesia.
L. Sistematika Pembahasan
Sistematika
pembahasan
dipaparkan
dengan
tujuan
untuk
memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini. Dan agar
dapat dipahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis, maka
pembahasan ini akan disusun penulis sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Bab Pertama, bab ini memuat pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi dan batasan masalah,
rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, sebagai landasan teori umum mencakup tentang tentang
pernikahan, usia pernikahan menurut hukum Islam.
Bab ketiga, data tentang penelitian terhadap penyuluhan pernikahan
oleh KUA Ngawen Kabupaten Blora yang akan dijelaskan secara rinci
tentang gambaran umum KUA Ngawen, upaya penyuluhan di KUA Ngawen
dan tingkat pernikahan di KUA Ngawen.
BAB keempat, menjelaskan tentang dampak hukum penyuluhan
pernikahan oleh KUA Ngawen Kabupaten Blora terhadap penurunan angka
perikahan di bawah umur yang akan dijelaskan secara rinci mengenai upaya
KUA Ngawen kabupaten Blora dalam melakukan penyuluhan pernikahan
dan dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen kabupaten
Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur.
BAB kelima, yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pokok masalah yang pada bab
pertama yang selanjutnya penyusun memberikan sumbang sarannya sebagai
refleksi atas realitas yang ada saat ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG PERNIKAHAN MENURUT HUKUM
ISLAM
A. Pernikahan Dalam Hukum Islam
1. Pengertian dan Dasar Hukum Pernikahan
Istilah ‚Nikah‛ berasal dari bahasa Arab, sedangkan menurut
bahasa Indonesia adalah ‚pernikahan‛. Dewasa ini kerap kali dibedakan
antara ‚Nikah‛ dengan ‚Kawin‛, akan tetapi pada prinsipnya antara
‚Pernikahan‛ dan ‚Pernikahan‛ hanya berbeda di dalam menarik akal
kita saja. Apabila ditinjau dari segi Hukum nampak jelas bahwa
pernikahan adalah suatu akad suci dan luhur antara laki-laki dan
perempuan yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami isteri dan
dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga
sakinah, penuh kasih sayang, kebajikan dan saling menyantuni1.
Dalam Bahasa Indonesia, ‚Pernikahan‛ berasal dari kata ‚kawin‛,
yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis
melakukan hubungan kelamin atau persetubuhan. Istilah ‚kawin‛
digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan, dan manusia, dan
menunjukkan proses generatif secara alami. Berbeda dengan itu, nikah
1
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam MKDU, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 188.
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara
hukum nasional, adat istiadat, dan terutama menurut agama2.
Hukum Nikah (Pernikahan), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut
penyaluran kebutuhan biologis antarjenis, dan hak serta kewajiban yang
berhubungan dengan akibat pernikahan tersebut3. Dengan melihat
kepada hakikat pernikahan itu merupakan akad yang membolehkan lakilaki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
dibolehkan, maka dapat dikatakan bahwa hukum asal dari pernikahan itu
adalah boleh atau mubah4.
Namun dengan melihat kepada sifatnya sebagai sunnah Allah dan
sunnah Rasul, tentu tidak mungkin dikatakan bahwa hukum asal
pernikahan itu hanya semata mubah. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa melangsungkan akad pernikahan disuruh oleh agama dan dengan
telah berlangsungnya akad pernikahan itu, maka pergaulan laki-laki
dengan perempuan menjadi mubah. Banyak suruhan-suruhhan Allah
dalam Al-Quran untuk melaksakan pernikahan diantaranya dalam surat
an-Nur ayat 32 dan surat Az-Zariyat ayat 495:
2
M.A Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 7.
Ibid.
4
Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana 2006), 43
5
Ibid.
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui6.
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat kebesaran Allah7.
Pernikahan yang merupakan sunatullah pada dasarnya adalah
mubah tergantung kepada tingkat maslahatnya. Oleh karena itu, di
Indonesia umumnya masyarakat memandang bahwa hukum asal
melakukan pernikahan ialah mubah. Hal ini banyak dipengaruhi
pendapat ulama Syafi’iyah8.
Terlepas dari pendapat imam-imam mazhab, berdasarkan nashnash, baik Al-Quran maupun As-Sunnah, Islam sangat menganjurkan
kaum muslimin yang mampu untuk melangsungkan pernikahan. Namun
demikian, kalau dilihat dari segi kondisi orang yang melaksanakan serta
tujuan melaksanakannya, maka melakukan pernikahan itu dapat
dikenakan hukum wajib, sunnat, haram, makruh ataupun mubah9.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 4, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 479.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 9, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 334.
8
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana 2003), 18
9
Ibid.
6
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
a.
Melakukan pernikahan yang hukumnya wajib yakni bagi orang
yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin dan
dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya
tidak kawin.
b.
Melakukan pernikahan yang hukumnya sunnah yakni bagi orang
yang
telah
mempunyai
kemauan
dan
kemampuan
untuk
melangsungkan pernikahan , tetapi kalau tidak kawin tidak
dikhawatirkan akan berbuat zina.
c.
Melakukan pernikahan yang hukumnya haram yakni bagi orang
yang tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah tangga sehingga
apabila melangsungkan pernikahan akan terlantarlah dirinya dan
istrinya.
d.
Melakukan pernikahan yang hukumnya makruh yakni bagi orang
yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pernikahan juga
cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak
memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak
kawin.
e.
Melakukan pernikahan yang hukumnya mubah yakni bagi orang
yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi apabila
tidak melakukannya juga khawatir akan berbuat zina dan apabila
melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
2. Syarat dan Rukun Pernikahan
Rukun pernikahan adalah perkara yang menyebabkan sah atau
tidaknya suatu pernikahan. Dengan demikian rukun pernikahan itu wajib
terpenuhi ketika diadakan akad pernikahan, sebab tidak sah akadnya jika
tidak terpenuhi rukunnya.10
Sedangkan syarat pernikahan adalah sesuatu yang harus ada dan
menentukan sah atau tidaknya suatu pernikahan, tetapi sesuatu itu tidak
termasuk dalam rangkaian pernikahan tersebut.11
Jumhur Ulama sepakat bahawa rukun pernikahan itu terdiri dari
lima, yaitu:12
a.
Calon mempelai pria maupun calon mempelai wanita.
Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi adalah sebagai berikut :
1). Calon mempelai pria
a) Beragama Islam
b) Laki-laki
c) Jelas orangnya
d) Dapat memberikan persetujuan (tidak dipaksa)
e) Tidak terdapat halangan pernikahan
2). Calon mempelai wanita
a) Beragama Islam atau ahli Kita
10
Moh. Anwar, Fiqh Islam Muamalah, Munakahat, Faraid, dan Jinayah (Hukum Perdata dan
Pidana Islam) Beserta Kaidah-kaidah Hukumnya, (Bandung : al-Ma'arif, 1971), 25
11
Abd al-Muhaimin As'ad, Risalah Nikah Penuntun Pernikahan, (Surabaya : Bulan Terang, cet. I,
1993), 33
12
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), 46-49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
b) Perempuan
c) Jelas orangnya
d) Dapat dimintai persetujuannya
e) Tidak terdapat halangan pernikahan Antara keduanya harus ada
persetujuan bebas, yaitu persetujuan yang dilahirkan dalam
keadaan pikiran yang sehat dan bukan karena paksaan.
Disyaratkan persetujuan bebas adalah pertimbangan yang logis
karena dengan tidak adanya pers
NGAWEN KABUPATEN BLORA TERHADAP PENURUNAN
ANGKA PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR
SKRIPSI
Oleh:
Lailis Sofiatin
NIM: C01212023
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
Surabaya
2016
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul Dampak Hukum
Penyuluhan Pernikahan oleh KUA Ngawen Kecamatan Blora Terhadap
Penurunan Angka Pernikahan di Bawah Umur. Rumusan masalah adalah:
Bagaimana Upaya KUA Ngawen dalam melakukan penyuluhan pernikahan?
Bagaimana dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen
Kabupaten Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur?
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan secara jelas yang datanya bersumber dari lapangan, dengan
teknik interviu dan dokumentasi terkait pelaksanaan upaya penyuluhan
pernikahan untuk menurunkan angka pernikahan di bawah umur, kemudian di
analisis dengan menggunakan undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upaya KUA Ngawen melakukan
penyuluhan pernikahan sebagai solusi dalam menurunkan angka pernikahan di
bawah umur yang ini disesuaikan dengan UU yang berlaku di Indonesia yakni
dalam pasal 7 UU No. 1 tahun 1974 dan KHI pasal 15 yang bertujuan agar
Masyarakat taat terhadap Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.Upaya
penyuluhan ini dilakukan karena terdapat faktor yang melatarbelakangi
meningkatnya pernikahan di bawah umur yakni dari sisi pendidikan dan
ekonomi. Apabila pernikahan di bawah umur masih terjadi akan berdampak pada
fisik dan psikis yang dialami oleh pasangan pernikahan tersebut.
Hasil Analisis menunjukkan bahwa upaya penyuluhan ini hanya memberi
dampak positif dari pemahaman para remaja dalam hal kesehatan reproduksi dan
usia reproduksi sehat saja, akan tetapi tidak dalam perilaku masyarakat terhadap
ketaatan hukum karena masih terlihat meningkat pada tahun 2015 yakni
sebanyak 16 pasang padahal tahun 2014 terdapat 13 pasang sehingga menurut
penulis penyuluhan ini tidak memberi dampak hukum kepada masyarakat. Hal ini
dikarenakan kurangnya anggaran dana dari pemerintah dan kurangnya materi
dalam memberikan penyuluhan yakni dalam hal meningkatkan mutu pendidikan
dan ekonomi karena pihak KUA tidak bekerja sama dengan Dinas Pendidikan
begitu juga kurangnya dukungan masyarakat karena pemikiran mereka yang
masih primitif. Akan tetapi menjadi titik terang ketika di pertengahan tahun
2016 hanya 5 pasangan pernikahan di bawah umur dan hal menjadi langkah awal
untuk terus efektif dalam melakukan penyuluhan pernikahan sehingga akan
mengurangi masalah yang berkembang di masyarakat.
Kepada KUA Ngawen untuk mempertahankan program penyuluhan ini
dan lebih efektif juga lebih memperluas kerja sama dengan Badan Pemerintahan
lainnya seperti Dinas Pendidikan, untuk pemerintah Kabupaten Blora untuk
mendukung kegiatan yang dilakukan KUA Ngawen dengan memberikan dana
khusus untuk penyuluhan tersebut, untuk masyarakat Desa Ngawen untuk
menumbuhkan pola pikir yang lebih maju agar tidak mudah untuk menikah di
bawah umur.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........ ....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................. iv
ABSTRAK ..........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
MOTTO ..............................................................................................................
x
DAFTAR ISI......... .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ xv
BAB I
:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ......................................... 10
C. Rumusan Masalah ................................................................. 10
D. Kajian Pustaka ...................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 13
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................... 14
G. Definisi Operasional ............................................................. 15
H. Metode Penelitian ................................................................. 16
I. Sistematika Pembahasan ...................................................... 21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
: KAJIAN TEORI TENTANG PERNIKAHAN MENURUT
HUKUM ISLAM
A. Pernikahan dalam Hukum Islam ........................................... 23
1. Pengertian dan dasar hukum pernikahan ........................ 23
2. Syarat dan rukun pernikahan .......................................... 27
3. Tujuan Pernikahan .......................................................... 31
4. Hikmah Pernikahan ......................................................... 34
5. Usia pernikahan menurut hukum Islam .......................... 37
BAB III : PENYULUHAN PERNIKAHAN OLEH KUA NGAWEN
KABUPATEN BLORA TERHADAP PENCEGAHAN
PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR
A. KUA Ngawen Kab. Blora .................................................... 45
1. Gambaran umum KUA Ngawen ..................................... 45
2. Letak geografis KUA Ngawen ........................................ 46
3. Program Kerja KUA Ngawen.......................................... 47
4. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan ....................... 54
B. Program Penyuluhan Pernikahan di KUA Ngawen ............. 55
1. Satuan Acara Penyuluhan Pernikahan di KUA Ngawen 55
2. Materi Penyuluhan oleh KUA Ngawen dan Puskesmas
Ngawen ............................................................................ 58
C. Dampak Penyuluhan dalam Rangka Menurunkan
Pernikahan di bawah umur di KUA Ngawen....................... 65
1. Tingkat Pernikahan di bawah umur Sebelum Adanya
Program Penyuluhan di KUA Ngawen ........................... 65
2. Tingkat Pernikahan di bawah umur Setelah Adanya
Program Penyuluhan di KUA Ngawen ........................... 69
BAB IV : DAMPAK HUKUM PENYULUHAN PERNIKAHAN OLEH
KUA NGAWEN TERHADAP ANGKA PERNIKAHAN DI
BAWAH UMUR
A. Analisis terhadap upaya penyuluhan pernikana oleh KUA
Ngawen Kabupaten Blora .................................................... 73
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Upaya
KUA
Ngawen
Kabupaten
Blora
dalam
melakukan Penyuluhan Pernikahan................................. 73
2. Tujuan upaya penyuluhan pernikahan KUA Ngawen
Kabupaten Blora.............................................................. 75
B. Dampak Hukum Penyuluhan pernikahan oleh KUA
Ngawen dalam menurunkan angka pernikahan di bawah
umur ..................................................................................... 77
1. Faktor dan dampak pernikahan di bawah umur di KUA
Ngawen ............................................................................ 77
2. Dampak Hukum Penyuluhan pernikahan oleh KUA
Ngawen
Pernikahan
Kabupaten
di
bawah
Blora
Umur
Terhadap
Tingkat
Setelah
Adanya
Penyuluhan ...................................................................... 84
BAB V
:
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 91
B. Saran ...................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................ 94
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia secara fitrah atau nature diciptakan Tuhan dalam dirinya,
mempunyai kebutuhan-kebutuhan jasmani, di antaranya kebutuhan seksual
yang akan dipenuhi dengan baik dan teratur dalam hidup berkeluarga.1 Hal ini
dikarenakan keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang
menjadi pemenuhan keinginan manusia tanpa menghilangkan kebutuhannya.2
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an:
‚Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak...‛ (Q.S. an-Nisa>’ : 1) 3
Meski demikian, Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk
lainnya yang menyalurkan nalurinya dengan bebas, menuruti hawa nafsu
dengan sesuka hati dan mengikuti ajakan setan sehingga terjerumus pada
perbuatan yang tidak halal berupa sikap-sikap yang merusak dan
menimbulkan dosa-dosa. Akan tetapi, untuk menjaga kehormatan dan
1
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1998), 434.
Ali Yusuf as-Subki, Niz}a>mul Usrah fi> al-Isla>m, (Penerjemah: Nur Khazin, Fiqh Keluarga),
(Jakarta: Amzah, 2010), 23.
3
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2005), 77.
2
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
martabat manusia maka Allah mengadakan hukum yang sesuai dengan
kehormatan dan martabat tersebut. Dalam arti lain hubungan antara laki-laki
dan perempuan diatur secara terhormat dalam sebuah ikatan pernikahan.
Pernikahan dari segi agama adalah suatu segi yang sangat penting.
Dalam agama, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci. Upacara
perkawinan adalah upacara yang suci yang kedua pihak dihubungkan
menjadi pasangan suami istri atau saling meminta menjadi pasangan
hidupnya dengan mempergunakan nama Allah.4
Nikah atau kawin adalah akad yang menghalalkan persetubuhan
antara wanita dan laki-laki, disertai dengan kalimat-kalimat yang
ditentukan. Dan dengan pernikahan tersebut, maka dibatasilah hak dan
kewajiban keduanya, sesuai dengan ajaran Islam5. Pernikahan merupakan
sunatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada
manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang
dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak
dan melestarikan hidupnya6.
Adapun menurut syarat nikah adalah akad serah terima antara lakilaki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama
lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah
serta masyarakat yang sejahtera7. UU Pernikahan yang berlaku di Indonesia
Idris Ramulyo, Hukum Perkwinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1999), 19.
Lm. Syarifie, Membina Cinta Menuju Perkawinan, (Gresik: Putra Pelajar, 1999), 9.
6
M.A. Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), 6.
7
M.A. Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap ---,8.
4
5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
di dalam Pasal 1 merumuskan bahwa: ‚Pernikahan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa‛.8
Di samping definisi UU No. 1 Tahun 1974 yang telah disebutkan,
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia juga memberikan definisi yang tidak
mengurangi makna dari UU tersebut, yakni dijelaskan dalam Pasal 2
KHI:‚Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sngat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah‛. 9
Nikah adalah salah satu asas pokok yang paling utama dalam
pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja
merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah
tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju
pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu
akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan
lainnya.10
Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya
dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja suami istri dan
keturunannya, melainkan antara dua keluarga. Dari baiknya pergaulan antara
si istri dengan suaminya, kasih-mengasihi, akan berpindahlah kebaikan itu
8
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2011), 75.
Ibid., 2.
10
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), 374.
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
kepada semua keluarga, dari kedua belah pihaknya, sehingga mereka menjadi
satu dalam segala urusan bertolong-tolongan sesamanya dalam menjalankan
kebaikan dan mencegah segala kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan
seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya 11.
Faedah yang terbesar dalam pernikahan ialah untuk menjaga dan
memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari kebinasaan sebab
seorang perempuan apabila sudah menikah, maka nafkahnya wajib
ditanggung oleh suaminya. Pernikahan juga berguna untuk memelihara
kerukunan anak cucu, sebab kalau tidak dengan nikah, tentulah anak tidak
berketentuan siapa yang akan mengurusnya dan siapa yang bertanggung
jawab atasnya12.
Unsur pokok suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang
akan kawin, akad pekawinan itu sendiri, wali yang melangsungkan akad
dengan si suami, dua orang saksi yang menyaksikan telah berlangsungnya
akad perkawinan itu. KHI secara jelas membicarakan rukkun perkawinan
sebagaimana yang terdapat dalam pasal 14.13
Islam hanya mengakui pernikahan antara laki-laki dan perempuan
dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-laki atau sesama
perempuan, karena ini yang tersebut dalam Al-Qur’an. Adapun syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk laki-laki dan perempuan yang akan kawin yakni:
keduanya jelas identitasnya, keduanya sama-sama beragama Islam (tentang
11
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam ---,374.
Ibid., 375.
13
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 61.
12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
nikah lain agama dijelaskan tersendiri), antara keduanya tidak terlarang
melangsungkan
pernikahan
(tentang
larangan
pernikahan
dijelaskan
tersendiri), kedua belah pihak setuju untuk nikah, keduanya telah mencapai
usia yang layak untuk melangsungkan pernikahan. 14
Tentang batas usia pernikahan meskipun secara terang-terangan tidak
ada petunjuk Al-Qur’an atau hadis Nabi tentang batas usia pernikahan,
namun ada ayat al-Qur’an secara tidak langsung mengisyaratkan batas usia
tertentu yakni dalam surat an-Nisa’ ayat 6:
kawin‛.
‚Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
15
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa nikah itu mempunyai batas umur
dan batas umur itu adalah baligh. Dan ini memberi isyarat bahwa pernikahan
itu harus dilakukan oleh pasangan yang sudah dewasa tentang bagaimana
batas usia dewasa itu dapat berbeda antara laki-laki dan perempuan, dapat
pula berbeda karena perbedaan lingkungan, budaya dan tingkat kecerdasan
suatu komunitas atau disebabkan oleh faktor lainnya16.
Batas usia dewasa untuk calon mempelai sebagaimana dapat
dipahami dari ayat tersebut secara jelas diatur dalam UU Pernikahan pada
Pasal 7 yakni Pernikahn hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun17. Dalam KHI
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia ---,64.
Hamka, Tafsir Al- Azhar Juz III-IV, (Jakarta: PT Citra Serumpun Padi, 2003), 337.
16
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia---,68.
17
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam --- ,78.
14
15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
mempertegas persyaratan yang terdapat dalam UU Penikahan pada Pasal 15
yakni untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, pernikahan hanya
boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan
dalam Pasal 7 Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yakni calon suami
sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya
berumur 16 tahun.18
Meski perundang-undangan di Indonesia secara ketat membatasi usia
calon pengantin untuk melangsungkan pernikahan akan tetapi masih banyak
pasangan yang menikah di bawah umur karena telah mendapatkan dispensasi
nikah dari Pengadilan Agama yang diajukan oleh kedua orang tua pria
maupun wanita sehingga dalam persidangan Pengadilan Agama memeriksa
bahwa terdapat hal-hal yang memungkinkan memberikan dispensasi nikah.
Dan sampai saat ini pernikahan di bawah umur yang dilakukan lakilaki di bawah 19 tahun dan perempuan di bawah 16 tahun masih menjadi
fenomena yang hidup dalam masyarakat Indonesia terutama di pedesaan atau
masyarakat tradisional. Meskipun keberadaannya seringkali tidak banyak
diketahui orang atau tidak terbuka akan tetapi terdapat sejumlah faktor yang
memperngaruhi hal tersebut. Salah satunya yakni rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat terhadap Undang-undang hukum Islam yang tertuang
dalam KHI.
18
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam --- ,5.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Jika pernikahan di bawah umur tetap dilakukan, hal ini akan
berdampak terhadap rumah tangga yang akan dijalani selanjutnya. Dampak
tersebut yakni dari sisi fisik yakni pasangan usia muda belum sepenuhnya
mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan dari sisi kesehatan
pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu
yang melahirkan terlebih bagi perempuan di bawah umur 20 apalagi umur 16
tahun sampai kebawah. Dari sisi psikologis yakni pasangan muda belum
matang secara fikiran dalam artian bahwa emosional masih labil dan hal ini
berpengaruh dari problematika yang dihadapi ketika berumah tangga,
sehingga jika terjadi konflik pasangan usia muda memilih jalan untuk
melakukan perceraian tanpa berfikir panjang untuk kedepan.
Melihat dampak yang besar dari pernikahan yang dilakukan oleh
pasangan di bawah umur yakni laki-laki berumur kurang dari 19 tahun dan
perempuan kurang dari 16 tahun yang telah dijelaskan dalam KHI, maka
pihak KUA Ngawen di dalam memberlakukan peraturan perundangundangan tersebut tentang batas usia pernikahan sangat efektif dilakukan,
terlihat dari gencarnya beberapa penyuluhan pernikahan mengenai idealnya
sebuah keluarga dan pencegahan pernikahan di bawah umur oleh KUA
Ngawen yang bekerjasama dengan PUSKESMAS, Mitra kerja tenaga
penyuluh non PNS, sejumlah lembaga Majelis.19
Selain dampak yang terjadi akibat pernikahan di bawah umur 19
tahun untuk laki-laki dan di bawah umur 16 tahun untuk perempuan, pihak
19
Lasno (Kepala KUA Ngawen), Wawancara, Ngawen, 8 Januari 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
KUA juga merasakan banyakya pasangan yang menikah di bawah umur yang
terjadi di KUA, untuk itu pihak KUA ingin memberi kesadaran masyarakat
desa Ngawen untuk menumbuhkan ketaatan terhadap Undang-Undang di
Indonesia terlebih tentang usia calon pengantin laki-laki maupun calon
pengantin perempuan agar tidak terjadi pernikahan di bawah umur, karena
melihat dari prosentase yang melangsungkan pernikahan di bawah umur
semakin tahun semakin bertambah dan untuk mencegahnya dari sekarang
yakni memberikan ilmu-ilmu tentang idelanya berumah tangga melalui
penyuluhan.20
Jikalau kita melihat banyak faktor-faktor pernikahan di bawah umur
19 untuk laki-laki dan 16 untuk perempuan yang terjadi terutama di desa
Ngawen. Hal ini disebutkan juga oleh Bapak Lasno, S.Ag., M, Si. selaku
Kepala KUA Ngawen yang memberikan keterangan bahwa faktor tersebut
secara global yakni dari sisi Ekonomi dan Keluarga, dari sisi ekonomi
melihat bahwa di pedesaan tingkat ekonominya menengah kebawah meski
tidak jarang adapula yang tingkat ekonominya lebih, melihat mayoritas
ekonomi tersebut maka beberapa pemuda-pemudi yang harus putus sekolah
bahkan ada pula yang tidak bersekolah, mengingat bahwa pendidikan sangat
penting untuk menata masa depan dan sebagai pengangan hidup untuk
menentukan segala baik buruknya suatu tindakan. Maka pemuda-pemudi
yang putus sekolah akan mudah terkena efek negatif dari globalisasi,
sehingga mudah terjerumus dengan tindakan-tindakan negatif pula seperti
20
Lasno (Kepala KUA Ngawen), Wawancara, Ngawen, 8 Januari 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
seks bebas yang akan menimbulkan kehamilan sebelum pernikahan, dan hal
ini yang mendorong pemuda-pemudi untuk melakukan pernikahan di bawah
umur.
Selanjutnya dari sisi keluarga yakni bahwa pernikahan di bawah umur
19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan terjadi atas
dorongan keluarga sendiri artinya bahwa di dalam keluarga untuk
mengurangi beban kehidupan secara materil maka mereka harus mengurangi
salah satu anggota keluarga yakni dengan cara menikahkan anaknya agar
beban dalam keluarga sedikit berkurang karena secara otomatis masyarakat
desa menganggap bahwa anak yang sudah menikah bukan lagi tanggung
jawabnya meskipun anak tersebut secara usia belum cukup syarat untuk
melakukan pernikahan, sehingga faktor ini sangat berpengaruh terjadinya
nikah di bawah umur.
Dari uraian tersebut sehingga menarik bagi penulis untuk mengkaji
bagaimana dampak atau pengaruh tinggi rendahnya ketaatan masyarakat
terhadap Undang-undang hukum Islam yang tertuang dalam KHI melalui
upaya KUA Ngawen Kab. Blora dalam memberikan penyuluhan pernikahan
untuk menurunkan angka pernikahan di bawah umur 19 tahun untuk laki-laki
dan 16 tahun untuk perempuan. Maka penelitian ini akan tertuang dalam
skripsi yang berjudul Dampak Hukum Penyuluhan Pernikahan oleh KUA
Ngawen Kabupaten Blora terhadap Penurunan Angka Pernikahan Di Bawah
Umur.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari
paparan
latar
belakang
masalah
di
atas,
penulis
mengidentifikasikan inti permasalahan yang terkandung di dalamnya sebagai
berikut:
1. Batas usia pernikahan di bawah umur menurut Hukum Islam dan Undangundang di Indonesia
2. Faktor pendorong dalam melakukan pernikahan di bawah umur dampak
yang terjadi akibat pernkahan di bawah umur
3. Upaya KUA Ngawen dalam melakukan penyuluhan pernikahan mengenai
idealnya usia calon pengantin dalam suatu pernikahan untuk membentuk
rumah tangga
4. Dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen terhadap
penurunan angka pernikahan di bawah umur.
Dengan adanya suatu permasalahan di atas, maka untuk memberikan arah
yang jelas dalam penelitian penulis membatasi pada masalah-masalah
berikut ini:
1. Upaya KUA Ngawen Kab. Blora dalam melakukan penyuluhan
pernikahan
2. Dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen Kab. Blora
terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
1.
Bagaimana upaya KUA Ngawen Kab. Blora dalam melakukan
penyuluhan pernikahan?
2.
Bagaimana dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen
Kab. Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur?
D. Kajian Pustaka
Kajian tentang Dampak Hukum Penyuluhan Pernikahan oleh KUA
Ngawen Kab.Blora terhadap angka penurunan pernikahan di bawah umur ini
belum pernah sebelumnya dibahas oleh peneliti lain, akan tetapi peneliti
menemukan beberapa penelitian terhadap peranan KUA untuk mengurangi
jumlah terjadinya pernikahan di bawah umur diantaranya sebagai berikut:
Pertama skripsi yang ditulis oleh Dwi Arie Irmawan yang berjudul
tentang Peranan BP4 dalam Upaya Menekan Jumlah Perkawinan di Bawah
Umur di Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo yang terbit ditahun 2003.
Skripsi ini berisi tentang hasil penelitian bahwa aktivitas BP4 Kecamatan
Buduran dalam upaya menekan jumlah perkawinan di bawah umur dibagi
menjadi dua yaitu aktifitas umum dan aktifitas khusus dan efektifitas
petugas BP4 Kecamatan Buduran dalam memberikan penyuluhan atau
bimbingan tentang Mental Spiritual, Pembinaan generasi muda, Pembinaan
ibu-ibu PKK dan pembinaan anggota organisasi masyarakat, menunjukkan
bahwa keaktifan BP4 Kecamatan Buduran dalam upaya menekan jumlah
perkawinan di bawah umur dan menjalankan program kerjanya berjalan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
cukup efektif terbukti dengan menurunnya jumlah angka perkawinan
dibawah umur.21
Selanjutnya skripsi yang tulis oleh Dade Ahmad Nasrullah dengan
judul Peranan KUA dalam menanggulangi pernikahan dini di desa pasarean
pamijahan kabupaten bogor, yang terbit tahun 2014. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa penghulu dari KUA Pamijahan telah
mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya menikah sesuai umur yang
telah ditentukan oleh undang-undang saat sebelum akad nikah atau amil desa
melalui pengajian-pengajian, meski begitu KUA Pamijahan tidak berperan
secara efektif dalam menanggulangi pernikahan di desa Pamijahan karena
penanggulangan tersebut tidak dilakukan KUA secara terprogram22.
Skripsi Muhamad Sobirin dengan judul Peran Pegawai Pencatat
Nikah (PPN) Dalam Mengatasi Perkawinan dibawah Umur (Studi Kasus di
Desa Petung dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang) yang terbit tahun 2009. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa adanya penurunan pernikahan di bawah umur di tahun 2000-an karena
pola pikir masyarakat yang lebih maju dan usaha dari PPN KUA Pakis
dengan cara memperketat prosedur pemeriksaan berkas calon pengantin dan
21
Dwi Arie Irmawan, ‚Peranan BP4 dalam Upaya Menekan Jumlah Perkawinan di Bawah Umur
di Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo‛, (Skripsi--Iain Sunan Ampel, Surabaya, 2003), 7677.
22
Dade Ahmad Nasrullah, ‚Peranan KUA dalam Menanggulangi Pernikahan Dini di Desa
Pasarean Kec Pamijahan Kabupaten Bogor)‛, (Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2014),
98.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
langkah lain dengan memberikan sosialisasi terhadap undang-undang yang
berlaku di Indonesia saat ini23.
Dari sini penulis lebih membahas tentang upaya KUA Ngawen
Kabupaten Blora dalam mengentaskan pernikahan di bawah umur dengan
memberikan penyuluhan pernikahan dan dampak hukum yang terjadi setelah
adanya penyuluhan pernikahan yang dilakukan oleh KUA Ngawen
Kabupaten Blora, apakah hal ini berpengarung terhadap tinggi rendahnya
ketaatan dan kesadaran hukum Islam oleh masyarakat sehingga terlihat dari
penurunan angka pasangan yang melakukan pernikahan di bawah umur.
Adapun persamaan dari peneliti dengan kajian pustaka yang telah
disebutkan di atas terletak dari upaya dalam menurunkan pernikahan di
bawah umur akan tetapi prespektif penulis tetap berbeda karena penulis lebih
tertarik terhadap dampak hukum Islam dari upaya tersebut dari sisi
kemanfaatan penyuluhan pernikahan dalam menekan pernikahan di bawah
umur.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui tentang upaya KUA Ngawen Kabupaten Blora dalam
melakukan penyuluhan pernikahan.
Muhamad Sobirin, ‚Peran Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Mengatasi Pernikahan di
Bawah Umur ( Studi Kasus Di Desa Petung dan KUA Pakis Kabupaten Magelang‛, (Skripsi—
STAIN Salatiga, Salatiga 2009).
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
2.
Mengetahui dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen
Kabupaten Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan peneliti ini dapat ditempuh melalui dua aspek yaitu:
1.
Aspek Keilmuan (Teoritis)
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memperkaya khasanah keilmuan hukum keluarga, sehingga dapat
memberikan kontribusi akademis, yaitu peningkatan dan pengembangan
di bidang studi hukum keluarga dan selanjutnya menyangkut pandangan
Islam untuk menciptakan keluarga yang sakinah dan harmonis.
2. Aspek Terapan/ Praktis
Hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan penulisan karya ilmiah
berbentuk skripsi dan sebagai bahan bacaan khususnya dalam masalah
hukum keluarga Islam. Begitu juga dapat digunakan sebagai bahan
acuan dalam menerapkan hukum keluarga Islam terlebih bagi seluruh
kalangan agar menciptakan keluarga yang bahagia dan sebagai pelajaran
bagi pemuda-pemudi untuk tidak melakukan pernikahan di bawah umur
serta untuk diajarkan pada Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Perdata
Islam Prodi Hukum Keluarga Islam.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
G. Definisi Operasional
Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu Dampak Hukum Penyuluhan
Pernikahan oleh KUA Ngawen Kabupaten Blora terhadap Penurunan Angka
Pernikahan di Bawah Umur, ada beberapa kata yang perlu penulis jelaskan
secara operasional terhadap kata-kata tersebut.
Dampak Hukum
: Dampak yakni pengaruh yang kuat yang
mendatangkan akibat negatif (akibat buruk)
atau positif (akibat yang baik)24. Maksud
penulis dari dampak hukum yakni adanya
dan tidaknya pengaruh perilaku masyarakat
terhadap ketaatan hukum Islam setelah
adanya penyuluhan dari KUA Kec Ngawen.
Penyuluhan
: Berasal dari kata suluh yang berarti barang
yang dipakai untuk menerangi, penyuluhan
yakni cara untuk menerangi tersebut25, dan
maksud dari penulis yakni upaya KUA untuk
mencegah terjadinya pernikahan di bawah
umur sehingga tercapailah untuk membentuk
keluarga saki>nah .
Pernikahan di bawah umur
: Perkawinan yang terjadi di mana salah satu
atau kedua mempelai masih usia di bawah
24
25
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia Surabaya, 2003), 118.
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Badan
Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2011)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
umur 19 untuk laki-laki dan 16 untuk
perempuan sesuai dengan UU No 1 tahun
1974 pasal 7 dan KHI Pasal 1526, maksud
dari penulis yakni pernikahan yang telah
dilakukan oleh beberapa pasang di KUA
Ngawen dengan usia 14-15 tahun yang
dilakukan perempuan dan 17-18 tahun yang
dilakukan oleh laki-laki.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara
metodologis dan sistematis. Dalam metode penelitian ini yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1.
Data Yang dikumpulkan
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat lapangan, oleh karena
data yang penulis peroleh berupa data-data yang ada di lapangan yakni
upaya KUA Ngawen Kabupaten Blora dalam memberikan penyuluhan
pernikahan. Keterangan data yang dikumpulkan oleh penulis mulai
tahun 2010-2016 akan tetapi penulis hanya meneliti ditahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris maka di dalam penelitian
ini, obyek yang kami teliti adalah penelitian tentang berlakunya hukum
26
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 356.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
positif, penelitian terhadap pengaruh berlakunya hukum positif terhadap
kehidupan masyarakat, penelitian terhadap pengaruh faktor-faktor non
hukum terhadap terbentuknya ketentuan-ketentuan hukum positif.27
2.
Sumber Data
Berdasarkan tempat dan sumber data yang digunakan, jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian lapangan, adapun sumber-sumber yang
diperlukan sebagai berikut:
a.
Sumber data primair yaitu:
1) Wawancara dengan Kepala KUA Ngawen yakni Lasno, S.Ag.,
M, Si.
2) Wawancara dengan Kepala UPTD Puskesmas Ngawen yakni dr.
Nur Istifah.
3) Petugas Penyuluhan yakni Samsudin, S.Sos dan Puji Astuti.
4) Para pelaku pernikahan di bawah umur di tahun 2016 yakni:
Murtini, Joko, Yanti, Evi, dan Sukron
b.
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang berupa kitab-kitab
yang menjadi dasar acuan dan bacaan lain yang memiliki
keterkaitan dengan bahan skripsi.
1) Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, Bandung:
Cv. Nuansa Aulia, 2011.
2) Dr. Hammudah ‘Abd, Keluarga Muslim, Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1984.
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Peneletian Hukum, (Jakarta: UI Press 2014), 79.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
3) Drs. Ahmad Rofiq, M.A, Hukum Islam Indonesia, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1997.
4) K.H. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2007
5) Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1995.
6) Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A, Hukum Perdata Islam,
Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
7) Moh. Idris Ramulyo,S.H.,M.H, Hukum Perkawinan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
8) R. Soetojo Prawirohaidjojo, Marthalena Pohan, Hukum Orang
dan Keluarga, Surabaya: Airlangga University Press, 2008.
9) Drs. Sudarsono, S.H. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1994.
I.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan28.
a.
Wawancara
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
Cet.8, 2009), 224.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
teknik
pengumpulan data yakni wawancara terhadap Kepala KUA
Ngawen, Pasangan yang menikah muda, peserta yang mengkuti
penyuluhan. Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal
dengan
tujuan
mendapatkan
informasi.
Di
samping
akan
mendapatkan gambaran yang menyeluruh, juga akan mendapatkan
informasi yang penting. Menurut Denzin, wawancara adalah
pertukaran percakapan dengan tatap muka di mana seseorang
memperoleh informasi dari yang lain29.
Wawancara dilakukan terutama karena ada anggapan bahwa
hanya respondenlah yang paling tahu tentang dirinya, sehingga
informasi yang tidak dapat diamatinya atau tidak dapat diperoleh
dengan alat lain, akan diperoleh dengan cara wawancara, misalnya
informasi tentang tanggapan, keyakinan, perasaan, cita-cita. Seperti
yang di amati oleh peneliti tentang bagaimana Upaya KUA dalam
melakukan penyuluhan pernikahan.
b.
Dokumenter
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan
data yang digunakan metodologi penelitian sosial. Pada intinya
metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk
29
James A Black, Dean J. Champiom, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT
Eresco, 1992), 306.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
menelusuri data historis30. Metode ini digunakan untuk penulis
dalam mencari data-data berupa foto, surat-surat dan sebagainya
untuk memberikan gambaran terhadap sosiologi yang terjadi di
dalam Penyuluhan Pernikahan yang dilakukan oleh KUA Ngawen.
J.
Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul di atas diolah dengan teknik editing,
pengorganisasian dan tabulasi, yaitu:
a. Pengolahan Data dengan teknik Editing
Yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data dilapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadangkala belum
memenuhi harapan peneliti31, untuk itu diperlukan pemeriksaan
kembali semua data yang diperoleh, kejelasan makna, kesesuaian
makna satu dengan lainnya, relevansi, kesesuaian satuan dan
kelompok data.
b. Pengolahan Data dengan teknik Pengorganisasian
Yaitu agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan pertanyaanpertanyaan dalam rumusan masalah.
c. Pengolahan Data dengan teknik Tabulasi
Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel untuk memudahkan
pengamatan dan efaluasi.
30
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),
154.
31
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial---,182
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
K. Teknik Analisis data
Setelah data yang diperoleh dalam penelitian terkumpul, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data. Peneliti akan menganalisisnya
dengan menggunakan metode kualtitatif deskriptif, yaitu dikatakan
sebagai kualitatif karena bersifat verbal atau kata dan dikatakan sebagai
deskriptif karena menggambarkan dan menguraikan terhadap segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan program penyuluhan
pernikahan oleh KUA Ngawen dalam rangka mencegah pernikahan di
bawah umur kemudian akan menganalisisnya dengan menggunakan
konsep undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Dalam penelitian ini, menggunakan pola pikir induktif yaitu pola
berpikir yang diawali dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat
khusus yang terjadi di lapangan yaitu pelaksanaan penyuluhan
pernikahan
oleh
KUA
Ngawen
kemudian
dianalisis
dengan
menggunakan teori-teori yang bersifat umum yang berkenaan dengan
Undang-undang di Indonesia.
L. Sistematika Pembahasan
Sistematika
pembahasan
dipaparkan
dengan
tujuan
untuk
memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini. Dan agar
dapat dipahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis, maka
pembahasan ini akan disusun penulis sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Bab Pertama, bab ini memuat pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi dan batasan masalah,
rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, sebagai landasan teori umum mencakup tentang tentang
pernikahan, usia pernikahan menurut hukum Islam.
Bab ketiga, data tentang penelitian terhadap penyuluhan pernikahan
oleh KUA Ngawen Kabupaten Blora yang akan dijelaskan secara rinci
tentang gambaran umum KUA Ngawen, upaya penyuluhan di KUA Ngawen
dan tingkat pernikahan di KUA Ngawen.
BAB keempat, menjelaskan tentang dampak hukum penyuluhan
pernikahan oleh KUA Ngawen Kabupaten Blora terhadap penurunan angka
perikahan di bawah umur yang akan dijelaskan secara rinci mengenai upaya
KUA Ngawen kabupaten Blora dalam melakukan penyuluhan pernikahan
dan dampak hukum penyuluhan pernikahan oleh KUA Ngawen kabupaten
Blora terhadap penurunan angka pernikahan di bawah umur.
BAB kelima, yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pokok masalah yang pada bab
pertama yang selanjutnya penyusun memberikan sumbang sarannya sebagai
refleksi atas realitas yang ada saat ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI TENTANG PERNIKAHAN MENURUT HUKUM
ISLAM
A. Pernikahan Dalam Hukum Islam
1. Pengertian dan Dasar Hukum Pernikahan
Istilah ‚Nikah‛ berasal dari bahasa Arab, sedangkan menurut
bahasa Indonesia adalah ‚pernikahan‛. Dewasa ini kerap kali dibedakan
antara ‚Nikah‛ dengan ‚Kawin‛, akan tetapi pada prinsipnya antara
‚Pernikahan‛ dan ‚Pernikahan‛ hanya berbeda di dalam menarik akal
kita saja. Apabila ditinjau dari segi Hukum nampak jelas bahwa
pernikahan adalah suatu akad suci dan luhur antara laki-laki dan
perempuan yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami isteri dan
dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga
sakinah, penuh kasih sayang, kebajikan dan saling menyantuni1.
Dalam Bahasa Indonesia, ‚Pernikahan‛ berasal dari kata ‚kawin‛,
yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis
melakukan hubungan kelamin atau persetubuhan. Istilah ‚kawin‛
digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan, dan manusia, dan
menunjukkan proses generatif secara alami. Berbeda dengan itu, nikah
1
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam MKDU, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 188.
23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara
hukum nasional, adat istiadat, dan terutama menurut agama2.
Hukum Nikah (Pernikahan), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut
penyaluran kebutuhan biologis antarjenis, dan hak serta kewajiban yang
berhubungan dengan akibat pernikahan tersebut3. Dengan melihat
kepada hakikat pernikahan itu merupakan akad yang membolehkan lakilaki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
dibolehkan, maka dapat dikatakan bahwa hukum asal dari pernikahan itu
adalah boleh atau mubah4.
Namun dengan melihat kepada sifatnya sebagai sunnah Allah dan
sunnah Rasul, tentu tidak mungkin dikatakan bahwa hukum asal
pernikahan itu hanya semata mubah. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa melangsungkan akad pernikahan disuruh oleh agama dan dengan
telah berlangsungnya akad pernikahan itu, maka pergaulan laki-laki
dengan perempuan menjadi mubah. Banyak suruhan-suruhhan Allah
dalam Al-Quran untuk melaksakan pernikahan diantaranya dalam surat
an-Nur ayat 32 dan surat Az-Zariyat ayat 495:
2
M.A Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 7.
Ibid.
4
Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana 2006), 43
5
Ibid.
3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui6.
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya
kamu mengingat kebesaran Allah7.
Pernikahan yang merupakan sunatullah pada dasarnya adalah
mubah tergantung kepada tingkat maslahatnya. Oleh karena itu, di
Indonesia umumnya masyarakat memandang bahwa hukum asal
melakukan pernikahan ialah mubah. Hal ini banyak dipengaruhi
pendapat ulama Syafi’iyah8.
Terlepas dari pendapat imam-imam mazhab, berdasarkan nashnash, baik Al-Quran maupun As-Sunnah, Islam sangat menganjurkan
kaum muslimin yang mampu untuk melangsungkan pernikahan. Namun
demikian, kalau dilihat dari segi kondisi orang yang melaksanakan serta
tujuan melaksanakannya, maka melakukan pernikahan itu dapat
dikenakan hukum wajib, sunnat, haram, makruh ataupun mubah9.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid 4, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 479.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 9, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 334.
8
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana 2003), 18
9
Ibid.
6
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
a.
Melakukan pernikahan yang hukumnya wajib yakni bagi orang
yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin dan
dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya
tidak kawin.
b.
Melakukan pernikahan yang hukumnya sunnah yakni bagi orang
yang
telah
mempunyai
kemauan
dan
kemampuan
untuk
melangsungkan pernikahan , tetapi kalau tidak kawin tidak
dikhawatirkan akan berbuat zina.
c.
Melakukan pernikahan yang hukumnya haram yakni bagi orang
yang tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah tangga sehingga
apabila melangsungkan pernikahan akan terlantarlah dirinya dan
istrinya.
d.
Melakukan pernikahan yang hukumnya makruh yakni bagi orang
yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pernikahan juga
cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak
memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak
kawin.
e.
Melakukan pernikahan yang hukumnya mubah yakni bagi orang
yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi apabila
tidak melakukannya juga khawatir akan berbuat zina dan apabila
melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
2. Syarat dan Rukun Pernikahan
Rukun pernikahan adalah perkara yang menyebabkan sah atau
tidaknya suatu pernikahan. Dengan demikian rukun pernikahan itu wajib
terpenuhi ketika diadakan akad pernikahan, sebab tidak sah akadnya jika
tidak terpenuhi rukunnya.10
Sedangkan syarat pernikahan adalah sesuatu yang harus ada dan
menentukan sah atau tidaknya suatu pernikahan, tetapi sesuatu itu tidak
termasuk dalam rangkaian pernikahan tersebut.11
Jumhur Ulama sepakat bahawa rukun pernikahan itu terdiri dari
lima, yaitu:12
a.
Calon mempelai pria maupun calon mempelai wanita.
Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi adalah sebagai berikut :
1). Calon mempelai pria
a) Beragama Islam
b) Laki-laki
c) Jelas orangnya
d) Dapat memberikan persetujuan (tidak dipaksa)
e) Tidak terdapat halangan pernikahan
2). Calon mempelai wanita
a) Beragama Islam atau ahli Kita
10
Moh. Anwar, Fiqh Islam Muamalah, Munakahat, Faraid, dan Jinayah (Hukum Perdata dan
Pidana Islam) Beserta Kaidah-kaidah Hukumnya, (Bandung : al-Ma'arif, 1971), 25
11
Abd al-Muhaimin As'ad, Risalah Nikah Penuntun Pernikahan, (Surabaya : Bulan Terang, cet. I,
1993), 33
12
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), 46-49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
b) Perempuan
c) Jelas orangnya
d) Dapat dimintai persetujuannya
e) Tidak terdapat halangan pernikahan Antara keduanya harus ada
persetujuan bebas, yaitu persetujuan yang dilahirkan dalam
keadaan pikiran yang sehat dan bukan karena paksaan.
Disyaratkan persetujuan bebas adalah pertimbangan yang logis
karena dengan tidak adanya pers