Materi Kuliah Jurusan Hukum tentang Hukum Internasional Dunia Kuliah sahara case
KELOMPOK 14
•
•
•
•
•
Andy Pratomo
Arinda Rozalia
Lukman Hakim
Rosevine Sarita
Bandi Muharam
A10040007
A10040011
A10040017
A10040025
A10040048
THE
WESTERN SAHARA
CASE
I. FAKTA
• Sahara Barat menjadi koloni Spanyol pada
tahun 1884 dengan nama Sahara Spanyol.
• Sahara Barat didiami oleh penduduk asli
Sahrawi dan penduduk nomaden yang
berasal dari negara di sekitar wilayah
Sahara Barat.
• Sahara Barat kaya akan SDA berupa fosfat,
seperti hal nya Maroko yang menguasai
35% produksi fosfat di dunia.
• Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi
mengenai dekolonisasi seluruh daerah
jajahan di dunia dan meminta Spanyol
melepas Sahara Barat.
• Maroko dan Mauritania mengklaim daerah
Sahara Barat atas dasar “ikatan sejarah”.
• PBB merespon klaim dari kedua negara ini
dan meminta pendapat dari Mahkamah
Internasional.
• Gerilyawan Polisario (penduduk asli
Sahrawi) menentang klaim Maroko.
• ICJ mengeluarkan Advisory Opinionnya
pada tanggal 16 Oktober 1975.
• Maroko menolak Advisory Opinion yang
dikeluarkan oleh ICJ dan melakukan
Green March, sebagai aksi protes.
• Green March adalah gerakan 300.000
petani yang tidak bersenjata dari Maroko
memasuki wilayah Sahara Barat.
• Gerilyawan Polisario menerima opini ICJ.
• Terbentuk pembicaraan Tripartite antara
tiga negara yakni, Spanyol, Maroko, dan
Mauritania dengan membuat persetujuan
atas pembagian wilayah Sahara Barat
dengan komposisi Maroko 2/3 wilayah,
Mauritania 1/3 wilayah, dan Spanyol 35%
atas sumber daya alam fosfat dan sisanya
diberikan kepada Maroko.
• Tahun
1976
Spanyol
mencabut
penguasaannya
atas
Sahara
Barat
digantikan oleh Maroko dan Mauritania
sesuai dengan perjanjian Tripartite.
• Pada tahun yang sama, Polisario
memproklamasikan negara Sahrawi Arab
Democratic Republik (SADR).
• SADR telah mengakui sebagai Uni Afrika
dan telah diakui oleh lebih dari 70 negara;
walaupun tidak termasuk AS dan Inggris.
• Tahun 1979, Mauritania mencabut klaim
dan meninggalkan wilayah Sahara Barat,
dan sejak itu Maroko menguasai seluruh
wilayah Sahara Barat dengan Polisario
tetap melakukan perlawanan secara gerilya
sampai akhirnya keluarnya Settlement plan
pada tahun 1991 yang disetujui oleh kedua
belah pihak (Maroko dan Polisario).
• Settlement Plan tersebut berisi tentang
gencatan senjata antara Maroko dan
Polisario serta perencanaan pelaksanaan
referendum di Sahara Barat.
• PBB membentuk Mission des Nations unies
pour l'Organisation d'un Référendum au
Sahara Occidental (MINURSO).
• Maroko menginginkan Penduduk Nomaden
(yang berasal dari Maroko) diikutsertakan
dalam referendum (hal ini bertentangan
dengan advisory opinion dari ICJ).
• Proses referendum tertunda karena
pegawaipegawai MINURSO mengundurkan
diri.
• Sebagai kelanjutan dari Settlement Plan,
diadakan Houston Agreement.
• Tahun 2000 utusan khusus PBB yang
bernama James Baker mengajukan Baker
Plan I yang tidak diterima oleh keduanya.
Kemudian diajukan Baker Plan II yang
diterima oleh Polisario tetapi tidak diterima
oleh Maroko.
•
1.
2.
3.
4.
Inti dari Baker Plan II itu adalah
pelaksanaan referendum di wilayah
Sahara Barat dengan 4 opsi, yaitu:
Merdeka.
Bersatu dengan Maroko.
Self Government.
Menjadi daerah otonom Maroko.
• Pada bulan Juli 2003, Dewan Keamanan
PBB mengeluarkan resolusi 1495 yang
mencantumkan dukungan terhadap Baker
Plan II.
• Sesuai dengan Baker Plan II wilayah
Western Sahara sampai saat ini diatur oleh
Badan Otonomi Sahara Barat di dalam
kedaulatan Kerajaan Maroko sampai lima
tahun ke depan, terhitung sejak
dikeluarkannya Baker Plan II.
II. PERMASALAHAN
• Permasalahan timbul saat Majelis Umum
PBB meminta advisory opinion kepada ICJ
menyangkut dua pertanyaan, yakni :
1.Apakah Sahara Barat saat dijajah oleh
Spanyol, wilayahnya tidak dimiliki oleh
siapapun (terra nullius)?
Apabila jawaban dari pertanyaan pertama ini
negatif..
2.Apa pertalian hukum antara wilayah ini
dengan Kerajaan Maroko dan Mauritania?
• Atas dua pertanyaan ini, Majelis
Umum PBB meminta Advisory
Opinion kepada ICJ.
III. ADVISORY OPINION ICJ
Inti dari Advisory Opinion ICJ adalah :
“…that the materials and information presented to
it do not establish any tie of territorial
sovereignity between the territory of Western
Sahara and he Kingdom of Morocco or The
Mauritanian entity. Thus the court has not
found legal ties of such a nature as might affect
the application of resolution 1514 (XV) in the
decolonization of Western Sahara and, in
particular of the principle of selfdetermination
through the free and genuine expression of the
will of the peoples of the territory”.
IV. PEMBAHASAN DAN
KESIMPULAN
•
Pentingnya
dua
pertanyaan
yang
disebutkan dalam Bab II, bergantung
pada fakta bahwa :
1. Maroko dan Mauritania samasama
mendasarkan klaim mereka atas Sahara
Barat pada “ikatan sejarah” yang ada
pada saat penjajahan.
2. Tidak ada yang menentang fakta bahwa
pada saat penjajahan Sahara Barat tidak
berstatus terra nullius.
• Sahara Barat tidak berstatus terra nullius
karena sebelum dijajah oleh Spanyol,
penduduk daerah tsb adalah penduduk asli
(sahrawi) dan penduduk nomaden.
• Maroko menganggap bahwa adanya “ikatan
sejarah” antara Sahara Barat dan Maroko
adalah karena adanya penduduk nomaden
di Sahara Barat yang berasal dari Maroko.
•
Dalam Advisory Opinionnya, ICJ menolak
klaim Maroko tsb di atas karena:
1. Antara penduduk nomaden (yang berasal
dari Maroko) dengan wilayah Sahara
Barat tidak ada pertalian hukum,
melainkan pertalian kesetiaan, sehingga
daerah yang didiami oleh penduduk
nomaden tsb tidak bisa dianggap bagian
dari Maroko berdasarkan ikatan sejarah.
2. Pertalian hukum dari kedaulatan teritorial
terhadap rakyat atau tanah harus
dibedakan dari pertalian kesetiaan, dalam
hal orangorang, dan yang sematamata
hak kebiasaan berkaitan dengan tanah.
3. Berdasarkan Advisory Opinion, penduduk
nomaden tidak mempunyai hak self
determination sehingga tidak mempunyai
hak pilih dalam referendum.
•
•
•
•
•
Andy Pratomo
Arinda Rozalia
Lukman Hakim
Rosevine Sarita
Bandi Muharam
A10040007
A10040011
A10040017
A10040025
A10040048
THE
WESTERN SAHARA
CASE
I. FAKTA
• Sahara Barat menjadi koloni Spanyol pada
tahun 1884 dengan nama Sahara Spanyol.
• Sahara Barat didiami oleh penduduk asli
Sahrawi dan penduduk nomaden yang
berasal dari negara di sekitar wilayah
Sahara Barat.
• Sahara Barat kaya akan SDA berupa fosfat,
seperti hal nya Maroko yang menguasai
35% produksi fosfat di dunia.
• Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi
mengenai dekolonisasi seluruh daerah
jajahan di dunia dan meminta Spanyol
melepas Sahara Barat.
• Maroko dan Mauritania mengklaim daerah
Sahara Barat atas dasar “ikatan sejarah”.
• PBB merespon klaim dari kedua negara ini
dan meminta pendapat dari Mahkamah
Internasional.
• Gerilyawan Polisario (penduduk asli
Sahrawi) menentang klaim Maroko.
• ICJ mengeluarkan Advisory Opinionnya
pada tanggal 16 Oktober 1975.
• Maroko menolak Advisory Opinion yang
dikeluarkan oleh ICJ dan melakukan
Green March, sebagai aksi protes.
• Green March adalah gerakan 300.000
petani yang tidak bersenjata dari Maroko
memasuki wilayah Sahara Barat.
• Gerilyawan Polisario menerima opini ICJ.
• Terbentuk pembicaraan Tripartite antara
tiga negara yakni, Spanyol, Maroko, dan
Mauritania dengan membuat persetujuan
atas pembagian wilayah Sahara Barat
dengan komposisi Maroko 2/3 wilayah,
Mauritania 1/3 wilayah, dan Spanyol 35%
atas sumber daya alam fosfat dan sisanya
diberikan kepada Maroko.
• Tahun
1976
Spanyol
mencabut
penguasaannya
atas
Sahara
Barat
digantikan oleh Maroko dan Mauritania
sesuai dengan perjanjian Tripartite.
• Pada tahun yang sama, Polisario
memproklamasikan negara Sahrawi Arab
Democratic Republik (SADR).
• SADR telah mengakui sebagai Uni Afrika
dan telah diakui oleh lebih dari 70 negara;
walaupun tidak termasuk AS dan Inggris.
• Tahun 1979, Mauritania mencabut klaim
dan meninggalkan wilayah Sahara Barat,
dan sejak itu Maroko menguasai seluruh
wilayah Sahara Barat dengan Polisario
tetap melakukan perlawanan secara gerilya
sampai akhirnya keluarnya Settlement plan
pada tahun 1991 yang disetujui oleh kedua
belah pihak (Maroko dan Polisario).
• Settlement Plan tersebut berisi tentang
gencatan senjata antara Maroko dan
Polisario serta perencanaan pelaksanaan
referendum di Sahara Barat.
• PBB membentuk Mission des Nations unies
pour l'Organisation d'un Référendum au
Sahara Occidental (MINURSO).
• Maroko menginginkan Penduduk Nomaden
(yang berasal dari Maroko) diikutsertakan
dalam referendum (hal ini bertentangan
dengan advisory opinion dari ICJ).
• Proses referendum tertunda karena
pegawaipegawai MINURSO mengundurkan
diri.
• Sebagai kelanjutan dari Settlement Plan,
diadakan Houston Agreement.
• Tahun 2000 utusan khusus PBB yang
bernama James Baker mengajukan Baker
Plan I yang tidak diterima oleh keduanya.
Kemudian diajukan Baker Plan II yang
diterima oleh Polisario tetapi tidak diterima
oleh Maroko.
•
1.
2.
3.
4.
Inti dari Baker Plan II itu adalah
pelaksanaan referendum di wilayah
Sahara Barat dengan 4 opsi, yaitu:
Merdeka.
Bersatu dengan Maroko.
Self Government.
Menjadi daerah otonom Maroko.
• Pada bulan Juli 2003, Dewan Keamanan
PBB mengeluarkan resolusi 1495 yang
mencantumkan dukungan terhadap Baker
Plan II.
• Sesuai dengan Baker Plan II wilayah
Western Sahara sampai saat ini diatur oleh
Badan Otonomi Sahara Barat di dalam
kedaulatan Kerajaan Maroko sampai lima
tahun ke depan, terhitung sejak
dikeluarkannya Baker Plan II.
II. PERMASALAHAN
• Permasalahan timbul saat Majelis Umum
PBB meminta advisory opinion kepada ICJ
menyangkut dua pertanyaan, yakni :
1.Apakah Sahara Barat saat dijajah oleh
Spanyol, wilayahnya tidak dimiliki oleh
siapapun (terra nullius)?
Apabila jawaban dari pertanyaan pertama ini
negatif..
2.Apa pertalian hukum antara wilayah ini
dengan Kerajaan Maroko dan Mauritania?
• Atas dua pertanyaan ini, Majelis
Umum PBB meminta Advisory
Opinion kepada ICJ.
III. ADVISORY OPINION ICJ
Inti dari Advisory Opinion ICJ adalah :
“…that the materials and information presented to
it do not establish any tie of territorial
sovereignity between the territory of Western
Sahara and he Kingdom of Morocco or The
Mauritanian entity. Thus the court has not
found legal ties of such a nature as might affect
the application of resolution 1514 (XV) in the
decolonization of Western Sahara and, in
particular of the principle of selfdetermination
through the free and genuine expression of the
will of the peoples of the territory”.
IV. PEMBAHASAN DAN
KESIMPULAN
•
Pentingnya
dua
pertanyaan
yang
disebutkan dalam Bab II, bergantung
pada fakta bahwa :
1. Maroko dan Mauritania samasama
mendasarkan klaim mereka atas Sahara
Barat pada “ikatan sejarah” yang ada
pada saat penjajahan.
2. Tidak ada yang menentang fakta bahwa
pada saat penjajahan Sahara Barat tidak
berstatus terra nullius.
• Sahara Barat tidak berstatus terra nullius
karena sebelum dijajah oleh Spanyol,
penduduk daerah tsb adalah penduduk asli
(sahrawi) dan penduduk nomaden.
• Maroko menganggap bahwa adanya “ikatan
sejarah” antara Sahara Barat dan Maroko
adalah karena adanya penduduk nomaden
di Sahara Barat yang berasal dari Maroko.
•
Dalam Advisory Opinionnya, ICJ menolak
klaim Maroko tsb di atas karena:
1. Antara penduduk nomaden (yang berasal
dari Maroko) dengan wilayah Sahara
Barat tidak ada pertalian hukum,
melainkan pertalian kesetiaan, sehingga
daerah yang didiami oleh penduduk
nomaden tsb tidak bisa dianggap bagian
dari Maroko berdasarkan ikatan sejarah.
2. Pertalian hukum dari kedaulatan teritorial
terhadap rakyat atau tanah harus
dibedakan dari pertalian kesetiaan, dalam
hal orangorang, dan yang sematamata
hak kebiasaan berkaitan dengan tanah.
3. Berdasarkan Advisory Opinion, penduduk
nomaden tidak mempunyai hak self
determination sehingga tidak mempunyai
hak pilih dalam referendum.