BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sekolah Dasar

2.1.1 Pengertian Sekolah Dasar

  Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Salah satu tingkat pendidikan sekolah adalah Sekolah Dasar (Hasbullah,2005).

  Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi, 2001).

  Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional (Purwoko,2001).

2.1.2 Fungsi dan Peranan Sekolah

  Fungsi dan peranan sekolah diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sebagian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan betapa penting dan besar pengaruh sekolah (Sarwono,1997).

  Fungsi sekolah antara lain sebagai berikut (Hasbullah, 2005): 1.

  Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.

  2. Lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

  3. Membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang beradaptasi dengan baik di masyarakat.

  4. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tersebut kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.

  5. Melatih peserta didik untuk berdiri sendiri dan bertanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.

  Dari segi yang mengusahakan sekolah terbagi menjadi dua jenis yakni (Hasbullah, 2005): 1.

  Sekolah negeri Sekolah negeri adalah sekolah yang diusahakan pemerintah, baik deri segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar. Penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah ini ditetapkan di dalam Pasal 31 UUD 1945, yang pengaturan penyelenggaraannya diatur menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Instansi penyelenggara pada umumnya adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk sekolah-sekolah umum dan Departemen Agama untuk sekolah yang berciri khas Agama Islam.

2. Sekolah swasta

  Sekolah swasta yaitu sekolah yang diusahakan oleh pihak selain pemerintah, yaitu pihak swasta. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 47 ayat (1), yaitu “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas- luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional”. Sekolah swasta berdasarkan statusnya terdiri dari disamakan, diakui, terdaftar dan tercatat.

2.2 Usaha Kesehatan Sekolah

2.2.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah

  Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan (upaya pertolongan pertama pada kecelakaan/P3K), melayani kesehatan dasar bagi anak didik selama sekolah, memantau pertumbuhan dan status gizi anak didik. UKS sebagai media yang diharapkan berperan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditingkat sekolah, secara umum UKS menerapkan program pembinaan melalui sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, dan mencakup sekolah agama, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Luar Biasa (Effendy, 2009).

2.2.2 Sejarah Usaha Kesehatan Sekolah

  Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Derajat kesehatan menggambarkan pribadi masyarakat dan lingkungan yang sehat. Usia sekolah merupakan usia terbaik untuk menanamkan perilaku sehat semenjak dini. (Ismoyowati, 2007)

  Berdasarkan hal tersebut dirintislah Usaha Kesehatan Sekolah pada tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan Bekasi, ini merupakan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri. UKS dijadikan sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Pada tahun 1980 kerjasama ini ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan tentang kelompok kerja UKS. Kegiatan utama UKS disebut dengan Trias UKS yang terdiri dari pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Effendy,1998)

  Pada tahun 1982 ditandatangani Piagam Kerjasama antara Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, tentang Pembinaan Kesehatan Anak dan Perguruan Agama Islam. Pada tahun 1984 diterbitkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, dengan tujuan untuk lebih memantapkan pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah secara terpadu, dengan Nomor 0408a/U/1984; Nomor 319/Menkes/SKB/VI/1984; Nomor

  60 Tahun 1984 tanggal 3 September 1984, tentang Pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Kemudian Surat Keputusan Bersama tersebut diperbaharui dengan Nomor 0372a/P/1989; Nomor 390a/Menkes/SKB/VI/1989 tanggal 12 Juni 1989 tentang Tim Pembina UKS (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

  Pada tahun 2003, seiring dengan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralisasi menjadi desentralisasi serta perkembangan di bidang pendidikan dan kesehatan, maka dilakukan penyempurnaan SKB 4 Menteri tahun 1984 menjadi:

  1. Nomor: 1/U/SKB; Nomor 1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS.

  2. Nomor 2/P/SKB/200, nomor 1068/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor: MA/230 B/2003; Nomor: 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS Pusat.

2.2.3 Tujuan, Sasaran dan Peran Usaha Kesehatan Sekolah

  Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya ( Tim Pembina UKS Pusat, 2003). Tujuan khusus dari Usaha Kesehatan Sekolah adalah memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan derajat kesehatan murid yang mencakup:

  1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.

  2. Sehat baik dalam arti fisik, mental maupun sosial.

  3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkotika, obat dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya.

  Sasaran program Usaha Kesehatan Sekolah adalah peserta didik di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah, guru, pamong pelajar, pengelola pendidikan lainnya, pengelola kesehatan dan masyarakat. Maka pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui tiga program pokok yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah. (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

  Peranan UKS adalah sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia Indonesia yang sehat fisik, mental, dan sosial serta memiliki produktivitas yang optimal dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, balita, usia sekolah sampai usia lanjut (Effendi,1998).

2.2.4 Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Sekolah

  Ruang lingkup kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis, optimal serta menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Depkes, 2007).

  Penekanan kegiatan UKS adalah pada upaya promotif dan preventif, untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS (Sumijatun, 2005).

  Kegiatan UKS lebih dikenal dengan sebutan Trias UKS, untuk tatanan Sekolah Dasar (SD) dimana kegiatannya berupa pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat (Effendy, 2009)

1. Pendidikan Kesehatan (Health Education in School)

  Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, sosial maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun dimasa yang mendatang (Effendi,1998).

  Pendidikan kesehatan dapat dilakukan seperti pemberian pengetahuan mengenai cara memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan derajat kesehatannya ke tingkat yang lebih baik. Pemeliharaan kesehatan pribadi yang dapat dilakukan peserta didik dengan mebiasakan hidup bersih dan sehat seperti menjaga kebersihan kulit, memelihara kebersihan kuku, memelihara kebersihan rambut, memelihara kebersihan dan kesehatan mata, memelihara kebersihan mulut dan gigi serta memakai pakaian yang bersih dan serasi (Depkes, 2007).

  Pendidikan kesehatan memiliki tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar/ berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan bahwa perubahan dapat diinduksikan (Slamet, 2007). Pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah memiliki tujuan, antara lain: 1.

  Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur.

  2. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat.

  3. Peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.

  4. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan.

  5. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

  6. Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang seimbang.

  7. Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

  8. Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.

  9. Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

  Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan sosial.

  Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. Materi pendidikan kesehatan di sekolah dasar yang masuk dalam sains Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kebersihan dan kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan reproduksi dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani (Anonim, 2010).

  Hasil analisis kurikulum tahun 1994 menunjukkan bahwa UKS merupakan bagian dari pendidikan kesehatan dan jasmani serta ada beberapa pokok bahasan pendidikan kesehatan yang dalam pembelajarannya dapat disampaikan terpadu dalam IPA, sebagai contoh, pokok bahasan makanan sehat, penyakit menular dapat digabung dalam materi IPA (Sumijatun, 2005).

  Materi pendidikan penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan UKS di sekolah dasar meliputi kegiatan penyuluhan kesehatan anak, gizi, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan dan berbagai penyuluhan yang lainnya. Pada intinya kegiatan pendidikan UKS untuk anak SD/MI dimulai dengan membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci tangan, membersihkan kuku dan rambut serta pendidikan dokter kecil. (Konsultan Manajemen Nasional Bidang Pengembangan Program, 2010) 2.

  Pelayanan Kesehatan (School Health Service) Pada pelayanan kesehatan disekolah atau madrasah penekanan utamanya adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Sumijatun, 2005).

  Pelayanan kesehatan meliputi kegiatan peningkatan (promotif), yaitu latihan keterampilan teknis pemeliharaan kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelajaran kesehatan, antara lain : kader kesehatan sekolah, olahraga, kesenian, berkebun dan lomba. Kegiatan pencegahan (preventif), memelihara kesehatan yang bersifat umum dan khusus, penjaringan kesehatan bagi anak, memantau peserta didik, melakukan usaha pencegahan penyakit menular.

  Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif), dengan mendiagnosa dini terhadap suatu penyakit, melakukan pengobatan terhadap penyakit, imunisasi, melaksanakan

  P3K dan tindakan rujukan ke puskesmas serta pemberian makanan tambahan anak sekolah (Sumijatun, 2005).

  Tujuan umum dari pelayanan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dna seluruh warga masyarakat sekolah secara optimal.

  Tujuan khusus pelayanan kesehatan antara lain : 1.

  Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.

  2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.

  3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit dan kelainan, pengembalian fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal.

  4. Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan.

  3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.

  Pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi kesehatan lingkungan fisik, lingkungan psikososial, dan lingkungan budaya dimana peserta didik mampu memelihara kebersihan, keindahan dan kerapian lingkungan sekolah dengan menjaga ketertiban dan keamanan serta memupuk kekeluargaan dalam setiap melakukan kegiatan sekolah (Effendy,2009). Program pembinaan lingkungan sekolah antara lain: 1.

  Lingkungan fisik sekolah Meliputi penyediaan dan pemeliharaan tempat pembuangan air bersih, pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah, pengadaan dan pemeliharaan air limbah, pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus dan urinoir, pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium dan tempat ibadah, pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah), pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah, serta pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.

2. Lingkungan mental dan sikap

  Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah.

2.2.5 Hasil Program UKS yang Diharapkan

  Program UKS diharapkan memberikan dampak terhadap peserta didik maupun lingkungan sekolah, terhadap peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan hidup sehat dan mampu memecahkan masalah kesehatan sederhana dengan turut berpartisipasi aktif dalam UKS dan lingkungan masyarakat, siswa sehat fisik, mental maupun sosial dan siap untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang sehat sejahtera dan mandiri, siswa memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk pergaulan bebas, penyalahgunaan napza, kenakalan remaja, siswa memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar untuk menghadapi permasalahan dan tantangan kehidupan, siswa mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam pemeliharaan dan membina kebersihan, kelestarian lingkungan fisik di rumah dan sekolah, siswa mempunyai status kesehatan dan kesegaran jasmani yang baik, siswa bebas dari penyakit menular dan penyakit seksual, siswa bebas dari kebiasaan merokok, minum alkohol dan penyalagunaan napza (Depkes, 2007).

  Terhadap lingkungan sekolah diharapkan semua ruangan, termasuk kamar mandi, wc dan pekarangan sekolah bersih, tidak ada sampah, serta tersedia sumber air bersih bagi siswa (Effendi, 1998).

2.3 Sanitasi Dasar Sekolah

  2.3.1 Pengertian Sanitasi Dasar di Sekolah

  Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar,1995).

  2.3.2 Upaya Sanitasi Dasar di Sekolah

  Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah (Azwar,1995).

2.3.2.1 Penyediaan Air Bersih

  Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. Mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

  Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat.

  Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung (Slamet, 2007).

  Agar air bersih tidak menyebabkan penyakit bagi manusia maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, sekurang- kurangnya diusahakan mendekati persyaratan yang telah ditentukan. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut (Chandra, 2007)

  1. Syarat fisik, persyaratan fisik air minum adalah bening (tidak bewarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara luarnya.

  2. Syarat biologis, air harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen.

  3. Syarat kimia, air yang sehat harus mengandung zat-zat teretntu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan kesehatan.

  Air berperan dalam penularan penyakit. Ada empat macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu; (Chandra, 2007).

  1. Water borne disease, yakni penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau carier. Bila air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada orang yang bersangkutan.

  2. Water based disease, yakni penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai penjamu (host) perantara.

  3. Water washed disease, yakni penyakit yang ditularkan pada orang lain melalui persediaan air sebagai pencuci atau pembersih.

  4. Vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit vektornya berkembang biak dalam air. Misalnya malaria, yellow fever, demam berdarah dan

  trypanosomiasis

2.3.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

  Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air (Chandra, 2007)

  Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendirikan bangunan jamban adalah (Notoatmodjo,2007):

1. Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindungi dari pandangan orang lain, dan terlindung dari panas atau hujan serta terjamin privasinya.

  2. Bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat hidupnya berbagai binatang

3. Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, memiliki tempat berpijak yang kuat, terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model cemplung.

  4. Mempunyai lubang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan pada sumur penampung dan atau yang terutama diisyaratkan jika mendirikan kakus model pemisahan bangunan kakus dengan tempat penampungan dan atau rembesan.

2.3.2.3 Pengelolaan Sampah

  Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang bersifat mudah membusuk dan ada yang bersifat tidak mudah membusuk. Kotoran manusia sekalipun padat tidak termasuk kedalam definisi sampah, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar (Slamet, 2007).

  Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,2007).

  Atas dasar definisi tersebut maka sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut:

  1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah, kebun, pertanian, dan lainnya

  2. Sampah yang tidak dapat membusuk seperti kertas,plastic, karet, gelas, logam dan lainnya

3. Sampah yang berupa debu/abu

  4. Sampah yang berbahaya terhaddap terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industry yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya Efek sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsiogenik, teratogenik, dan lain-lainnya. Selain itu terdapat pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industry. Efek tidak langsung dapat dirasakan akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak dalam sampah (Slamet,2007). Pengolahan sampah meliputi tiga hal pokok yaitu: 1.

  Penyimpanan sampah Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini aalah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain:

  1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah

  2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan

  3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

  2. Pengumpulan sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing sekolah atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap sekolah atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

  3. Pemusnahan sampah Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

  1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah

2. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tengku pembakaran.

  3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk

2.3.2.4 Saluran Pembuangan Air Limbah

  Pengertian air limbah adalah eksreta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi dari WC perusahaan-perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan tanah dan air hujan (Azwar, 1995). Air limbah dari sekolah biasanya dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya, maka beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

  1. Tidak sampai mengotori sumber air minum

  2. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor

  3. Tidak mengganggu estetika, baik dari segi pemandangan maupun bau

  4. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk rekreasi berenang dan sebagainya.

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.4.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat (Albar, 2003.

2.4.2 Tujuan, Manfaat dan Sasaran PHBS

  Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

  Sasaran PHBS meliputi tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum dan tatanan institusi kesehatan (Albar, 2003).

  Menurut Albar, manfaat PHBS di sekolah antara lain:

  1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindung dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit

  2. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik

  3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)

  4. Meningkatkan citra pemerintah daerah dibidang pendidikan 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

  Dari kelima sasaran PHBS tersebut dalam penelitian ini ditekankan pada tatanan institusi pendidikan dimana institusi pendidikan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, yang ternyata umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes, 2007).

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi PHBS

  Terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi PHBS, sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor internal, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor eksternal (Dachroni, 2002).

  1. Faktor Internal Faktor internal seperti keturunan. Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikian diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya. Faktor internal lainnya yakni motif. Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.

  2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor- faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan.

  Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu. Faktor eksternal disebut juga faktor lingkungan.

2.4.4 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

  Indikator PHBS terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima

  tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan kesehatan.

  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah sangat diperlukan seiring dengan banyaknya penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah yang umumnya berhubungan dengan PHBS. Indikator PHBS di sekolah akan memberikan indikasi keberhasilan atau pencapaian kegiatan PHBS di sekolah. Indikator yang dikembangkan tentunya meliputi indikator yang terkait dengan perilaku siswa di sekolah dan indikator yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan di lingkungan sekolah sebagai bentuk dukungan kebijakan. Indikator PHBS di sekolah dapat dirincikan menjadi dua bagian antara lain indikator perilaku siswa dan indikator lingkungan sekolah. Agar indikator PHBS memenuhi persyaratan tersebut, perlu dilakukan kajian dengan pemilihan responden atau informan masyarakat sekolah terutama siswa sekolah. Dengan diketahuinya perkembangan pelaksanaan PHBS di sekolah maka dapat dilakukan upaya promosi kesehatan lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah sekolah sehat di indonesia (Ismoyowati, 2007). Beberapa indikator PHBS di sekolah dasar (Depkes, 2011), meliputi: 1.

  Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika berada di sekolah 2. Menggunakan jamban jika buang air kecil dan buang air besar ketika di sekolah 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Mengikuti kegiatan olahraga 5. Jajan di kantin sekolah 6. Memberantas jentik nyamuk 7. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan 8. Tidak merokok disekolah

  Jika murid SD memahami PHBS maka dapat menekan tingginya angka kesakitan seperti penyakit diare, DBD dan penyakit ISPA yang kerap kali datang pada musim panca roba (Slamet, 2007).

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Umum

  Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat- tempat umum yang ber-PHBS. Syarat- Syarat PHBS di Tempat Umum seperti menggunakan air bersih, menggunakan jamban, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok, tidak meludah sembarangan, memberantas jentik nyamuk, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih .

2.4.5 Masalah Kesehatan yang Dapat Dikurangi dengan PHBS di Sekolah

  Masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang dapat dicegah dan dikurangi dengan melaksanakan PHBS di sekolah antara lain diare, karies gigi, gizi buruk, penyakit kulit dan kecacingan. Masalah terbanyak yang ditemui pada anak usia sekolah akibat memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang baik adalah diare, karies gigi serta kecacingan (Masita, 2011). Pelaksanaan PHBS yang baik dapat meningkatkan derajat kesehatan peserta didik sehingga diharapkan angka absensi dikarenakan sakit dapat berkurang.

1. Diare

  Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare biasanya disebabkan oleh racGejala umum diare antara lain tinja cair atau lembek, muntah, biasanya menyertai diare pada gasteoentritis, demam, gejala dehidrasi yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun serta apatis. Penderita diare umumnya dapat sembuh dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu apabila hidup yang bersih, makan makanan yang bergizi serta istirahat, namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkanyang parah dan dapat menyebabkan bila tanpa perawatan (Soegijanto,2005).

  Pencegahan diare pada anak usia sekolah melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah dapat dilakukan dengan mencuci tangan sebelum makan serta memakan jajanan sehat/ tidak sembarangan jajan.

  2. Karies gigi Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan peripeks yang dapat mengakibatkan nyeri. Karies gigi adalah sebuahyang merusak strukturpenanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan bahkan kematian. (Dechal, 1991).

  Karies gigi sering ditemukan pada anak usia sekolah. Penyakit karies gigi pada anak usia sampai 12 tahun sebesar 74,4% (Depkes, 2007). Program pemeriksaan yang dilakukan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) murid SD di Tanjung Pinang sebanyak 4.859 orang pada tahun 2007 didapat hasil 89,3 % murid mengalami ganguan gigi berupa karies. Pencegahan karies gigi pada anak melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat disekolah dapat dilakukan antara lain dengan memilih jajanan sehat.

  3. Kecacingan Hampir 50-60% anak-anak di daerah rural menderita penyakit cacing terutama penyakit cacing gelang, cacing kremi, cacing perut, dan cacing tambang. Penyakit ini ditularkan ke anak-anak secara langsung dengan menelan telur cacing yang mengkontaminasi makanan mereka, sedangkan cacing tambang ditularkan dengan cara menerobosnya larva pada kaki penderita yang tidak bersepatu (Soegijanto, 2005)

  Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius karena penyakit ini menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya kembang tumbuh anak karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Akibat lainnya seperti kurang gizi dan terjadinya penurunan fungsi kecerdasan.

  Penelitian Onggowaluwu (1998) menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif yang diakibatkan infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah. Kondisi seperti ini tentu akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia. Hasil penelitian Elita (2008) di kabupaten Karo tentang faktor resiko gangguan pertumbuhan pada anak kelas 1 Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara gangguan pertumbuhan anak dengan faktor kecacingan.

  Pencegahan kecacingan pada anak melalui dapat dicegah melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah, antara lain dengan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah memakan makanan, memakai pakaian yang rapi dan bersih dan memilih jajanan yang sehat/ membawa bekal makanan dari rumah.

2.5 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kesehatan

2.5.1 Pengetahuan

  Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalu panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

  Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

  1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan dan mendifinisikan.

  2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, memyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari.

  3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk memperguankan materi yang telah dipelajari pada kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

  4. Analisis, yaitu kemampuan untuk memjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.

  6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

2.5.2 Sikap

  Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu selalu ada objeknya, biasanya bersifat evaluatif, relatif mantap, dapat dirubah. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan, kehidupan emosional serta kecendrungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

  1. Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  2. Merespon, diartikan bahwa subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indicator dari sikap.

  3. Menghargai, diartikan bahwa subjek mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

  4. Bertanggung jawab, diartikan bahwa subjek bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

  Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :

  1. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

  2. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

  Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden .

2.5.3 Tindakan

  Tindakan adalah gerakkan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan.

  Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis (Notoatmodjo, 2007). Tindakan terdiri dari beberapa tindakan yaitu:

  1. Persepsi, mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

  2. Respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

  3. Mekanisme, bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis ssudah menjadi kebiasaan.

  4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

  Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

  2.6 Kerangka Konsep

  2.7 Hipotesis

  Ho : Tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS

  Sekolah Dasar Tidak Memiliki UKS

  Memiliki UKS Pelaksanaan UKS

   Baik  Tidak Baik PBHS Murid  Pengetahuan  Sikap  Tindakan Sanitasi Dasar  Memenuhi Syarat  Tidak Memenuh i

  Syarat Karakteristik Murid

   Umur  Jenis Kelamin

Kurang

Baik Baik Sanitasi Dasar  Memenuhi Syarat  Tidak Memenuhi Syarat Karakteristik Murid  Umur  Jenis Kelamin Ha: Terdapat perbedaan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS.

Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Guru-Guru Sekolah Dasar tentang Kesehatan Gigi dan Mulut di Medan

4 120 68

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

10 151 130

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Sekolah Dasar tentang Makanan yang Mengandung Bahan Tambahan Pangan pada Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

2 45 85

Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

13 117 114

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi - Pola Konsumsi Sarapan Pagi Murid Sekolah Dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Guru-Guru Sekolah Dasar tentang Kesehatan Gigi dan Mulut di Medan

0 0 13

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Guru-Guru Sekolah Dasar tentang Kesehatan Gigi dan Mulut di Medan

0 2 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi - Hygiene Sanitasi dan Analisa Kandungan Boraks pada Bakso Bakar yang Dijual Disekitar Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2012

0 3 34

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 1 32