Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TENTANG SANITASI DASAR DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DI KELURAHAN HARJOSARI I KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH :

DELLY SYAHPUTRI NIM. 071000145

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TENTANG SANITASI DASAR DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DI KELURAHAN HARJOSARI I KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

DELLY SYAHPUTRI NIM. 071000145

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TENTANG SANITASI DASAR DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DI KELURAHAN HARJOSARI I KECAMATAN MEDAN AMPLAS

TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

DELLY SYAHPUTRI NIM: 071000145

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Ir. Evi Naria, Mkes NIP. 196803201993032001

Penguji II

Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 196501091994032002

Penguji I

Ir. Indra Chahaya S, MSi NIP. 196811011993032005

Penguji III

Dr. Devi Nuraini Santi, M.kes NIP.1970002 199802 2 001 Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,


(4)

ABSTRAK

Sanitasi diartikan sebagai upaya kesehatan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang merupakan sarana yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap tentang sanitasi dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Jenis penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dengan populasi adalah seluruh siswa yang berada di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas, yaitu sebanyak 527 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil secara random sampling dari setiap SD akan diwakili oleh siswa kelas V sebanyak 25% dari jumlah siswa yang ada sehingga dapat diperoleh jumlah sampel sebanyak 132 orang.

Berdasarkan aspek pengukuran yang telah dilakukan didapatkan pengetahuan Siswa Sekolah Dasar (SD) tentang sanitasi dasar dengan PHBS sebesar 77 responden (58,3 %) sudah baik dan sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang sanitasi dasar dengan PHBS diperoleh jawaban terbanyak 81 responden (61,4 %) dalam kategori baik serta besaran nilai siswa SD tentang perilaku hidup bersih dan sehat yaitu 66 responden (50,0 %) ber-PHBS baik.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa terdapat Hubungan antara Pengetahuan dan sikap tentang sanitasi dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilihat dari besaran 58,3 % mempunyai pengetahuan baik dan 61,4 % mempunyai sikap yang baik tentang sanitasi dasar, hal ini dapat terlihat dari nilai p yang dihasilkan yakni p=0,001 untuk pengetahuan dan p=0,000 untuk sikap.

Sehubungan dengan penelitian tersebut, penulis mengharapkan kepada guru – guru yang berada di sekolah dasar di kelurahan Harjosari I Kecamatan medan amplas untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik tentang sanitasi dasar dengan PHBS di lingkungan sekolah dalam proses belajar mengajar sehingga mereka mengerti dan tahu manfaatnya bagi mereka sendiri dan bagi lingkungan keluarganya.


(5)

ABSTRACT

Sanitation is defined as a public health effort that focuses on the control of various environmental factors,that effected to human health. Clean and Healthy Behavior (PHBS) is a set of behavior that is practiced on the basis of consciousness as a result of learning that makes a person or family can help their healthy life themselves. Based on that statement, the aim of this research is to see the correlation between knowledge and Attitudes about Basic Sanitation Behavior Clean and Healthy (PHBS).

The type of this research is a descriptive survey with cross sectional design with the entire student population is located in Kelurahan Harjosari I Medan Amplas District, 527 people. The sample in this study were taken by random sampling from each elementary school will be represented by the fifth grade students as much as 25% of the students there so as to obtain the amount of sample is 132 people.

Based on this aspect, it found the elementary school knowledge (SD) about Basic Sanitation Behavior Clean and Healthy (PHBS) was 77 respondence (58,3%) and the elementary school attitudes about Basic Sanitation Behavior Clean and Healthy (PHBS) was 81 respondence(61,4%) answered in the best category and the value of healthy life style for the student of elementary school and health about 66 respondence(50,0%) that had good PHBS.

The conclution of this research shows that there is a correlation between knowledge and attitudes about basic sanitation by Clean and Healthy Behavior. The results showed 58.3% had good knowledge and 61.4% had a good attitude about basic sanitation, this can be seen from the result of p value that is p = 0.001 for knowledge and p=0.000 for attitude.

Based on the result, the author expect to the elementary school's teachers in the Harjosari I Medan Amplas District to increase knowledge, attitudes and actions of the students about basic sanitation by a clean and healthy lifestyle in the school environment so that they understand and know the benefits for themselves and their family environment


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Delly Syahputri

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 02 Juni 1989

Agama : Islam

Anak ke : 3 dari 5 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Selamat Pulau No 87 B Simpang Limun Medan Riwayat Pendidikan Formal :

1. 1994-1995 : TK Muhamadiyah Medan 2. 1995-2001 : SD Negeri 235 Palembang 2. 2001-2004 : SMP Negeri 3 Palembang 3. 2004-2007 : SMA Negeri 3 Palembang

4. 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Riwayat Pendidikan Non Formal :

1.Training Mahasiswa Islam (Tamsil) PHBI FKM USU Tahun 2007 2. Latihan Kader 1 HMI Cabang Medan Tahun 2008

3. Training SAHIVA Angkatan 21 Tahun 2008

4. Training Pendidik Sebaya (TPS) HMI FKM USU Tahun 2009


(7)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota departemen Adm/ Kesek HMI Komisariat FKM USU Periode 2007-2008

2. Anggota departemen KPP HMI Komisariat FKM USU Periode 2008-2009 3. Anggota Komunikasi dan Informasi PEMA FKM USU Periode Periode

2008-2009

4. Anggota departemen Litbang HMI Komisariat FKM USU Periode Periode 2009-2010

5. Wakil Bendahara Umum HMI Komisariat FKM USU Periode 2009-2010 6. Bendahara Umum HMI Komisariat FKM USU Periode 2010-2011 7. Bendahara Umum PEMA FKM USU Periode 2011-2012


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen Pembimbing I yang telah memberikan sumbangan pemikiran yang luar biasa dengan penuh keikhlasan serta waktu yang diluangkan kepada penulis dalam bimbingan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(9)

3. Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberi masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Tukiman, MKM selaku Dosen Penasehat Akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis selama melaksanakan perkuliahan di FKM USU.

5. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SDN 060923, SDN 060924, SDN 060925, SDN 064031, SDN 067257, SDN 064987, SDN 067691, SD Swasta Nur Hasanah, SD Swasta Alwasliyah 3, SD Swasta Islam Terpadu Al fauzi, SD Swasta Washliyah 2P. Univa yang telah membantu penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, sembah sujud Ananda yang tidak terhingga kepada Ayahanda Suhatril dan Ibunda tercinta Audah yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang, dan tak henti mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik 8. Abang kakak dan Adik-adikku tersayang, Dhany Suhada, Maya Elfira, Fajri,

Rahma, Riski Suhada dan Audi Julio yang selalu menjadi semangat dan motivasi bagi penulis untuk menjadi yang terbaik.

9. Seluruh Keluarga Besar HMI Komisariat FKM USU Kakanda Alumni, Senior, teman-teman sepengurusan khususnya stambuk 2007- 2010 yang


(10)

memberikan banyak pelajaran yang berharga, proses- proses yang luar biasa dan kekeluargan yang sederhana yang tidak akan pernah terlupakan.

10. Sahabat-sahabat terbaikku, Dyan Mp, Ari Marjuli, Amel, Linda, Nanda, Putra, Santi, Adel, Faridah, Sasmar, Faridah yang memberikan banyak cerita dan pengalaman hidup bagi penulis.

11. Abang dan kakak terbaikku Wali Fitra, Ahmad Sungadi, Sukamto, Anasril Agusri, Roni Gunawan, Afdhal, Hengki, Andre Regar, Yori, Wiwin, Irma, Evi, Ratna, Juli dan Rina yang selalu memberikan keceriaan, semangat, dan motivasi agar penulis dapat menyelesaikan studi di FKM USU.

12. Rekan-rekan peminatan Kesehatan Lingkungan (IMAKEL), sahabat-sahabat organisasi (UKMI FKM USU) dan teman-teman di FKM USU atas do’a, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah membantu skripsi ini sehingga dapat diselesaikan Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga bermanfaat.

Medan, Juni 2011 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat penulis ... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Sanitasi Dasar ... 6

2.1.1 Penyediaan Air Bersih... 7

2.1.2 Pembuangan Kotoran Manusia ... 12

2.1.3 Pembuangan Air Limbah ... 13

2.1.4 Pengelolaan Sampah ... 15

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 18

2.2.1 Faktor yang mempengaruhi PHBS ... 18

2.2.2 Indikator PHBS di setiap tatanan ... 19

2.2.3 Sasaran yang melakukan PHBS... 24

2.3 Sekolah Dasar ... 26

2.4 Perilaku Kesehatan ... 28

2.4.1 Pengetahuan ... 28

2.4.2 Sikap ... 30

2.4.3 Tindakan ... 33

2.5 Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1 Lokasi Penelitian... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan sampel ... 36


(12)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1 Data Primer ... 38

3.4.2 Data Sekunder ... 39

3.5 Defenisi Operasional ... 39

3.6 Aspek Pengukuran ... 40

3.6.1 Pengetahuan ... 40

3.6.2 Sikap ... 41

3.6.3 Tindakan ... 42

3.9 Analisa Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian ... 43

4.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan Harjosari I ... 43

4.2 Hasil Penelitian ... 44

4.2.1 Karakteristik Responden ... 44

4.2.2 Pengetahuan Responden ... 46

4.2.3 Sikap Responden ... 50

4.2.4 PHBS yang berkaitan dengan sanitasi dasar ... 54

4.2.5 Hubungan pengetahuan dengan PHBS siswa SD di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan ... 56

4.2.6 Hubungan sikap dengan PHBS siswa SD di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan ... 57

4.2.7 Hasil Observasi Kondisi Sanitasi Dasar pada 11 Sekolah Dasar di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 ... 58

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1 Karakteristik Responden ... 60

5.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 60

5.3 Hubungan Pengetahuan Responden tentang Sanitasi Dasar dengan PHBS ... 61

5.4 Hubungan Sikap Responden tentang Sanitasi Dasar dengan PHBS ... 63

5.4 Sarana Sanitasi Dasar 11 (Sebelas) Sekolah Dasar di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 ... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Siswa Kelas 5 SD yang Bersekolah di Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas Kota Medan ... 37 Tabel 3.2 Daftar Populasi dan Sampel Siswa Kelas 5 SD yang Bersekolah di

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan ... 38 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Asal SD dan

Kelompok Umur di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011... 44

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 ... 45 Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Peringkat atau

Rangking di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 ... 45 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa

Sekolah Dasar tentang Sanitasi Dasar di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 ... 46 Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Sanitasi Dasar

Berdasarkan Asal Sekolah dengan Tingkat Pengetahuan di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan amplas Kota Medan Tahun 2011 ... 48 Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Sanitasi Dasar di

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011 ... 49 Tabel 4.7. Hasil Tabel Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Peringkat

Responden di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 ... 49 Tabel 4.8. Distribusi Sikap Responden tentang Sanitasi Dasar di Kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan amplas Kota Medan Tahun 2011 ... 51 Tabel 4.9. Distribusi Sikap Responden tentang Sanitasi Dasar Berdasarkan

Asal Sekolah dasar di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 ... 52


(15)

Tabel 4.10. Distribusi Sikap Responden tentang Sanitasi Dasar di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011 ... 53 Tabel 4.11. Hasil Tabel Silang antara Tingkat Sikap dengan Peringkat

Responden di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011 ... 53 Tabel 4.12. Distribusi PHBS Responden yang Berkaitan dengan Sanitasi Dasar

di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

Tahun 2011 ... 54 Tabel 4.13. Distribusi PHBS Responden tentang Sanitasi Dasar Berdasarkan

Asal Sekolah Dasar di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011... 55 Tabel 4.14. Distribusi PHBS Responden yang Berkaitan dengan Sanitasi Dasar

di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

Tahun 2011 ... 55 Tabel 4.15. Hasil Tabel Silang antara Tingkat Sikap dengan Peringkat

Responden di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

Kota Medan Tahun 2011 ... 56 Tabel 4.16. Distribusi Hubungan Pengetahuan Responden tentang Sanitasi

Dasar dengan PHBS di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan

Amplas Tahun 2011... 56 Tabel 4.17. Distribusi Hubungan Sikap Responden tentang Sanitasi Dasar

dengan PHBS di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

Tahun 2011 ... 57 Tabel 4.18. Kondisi Sanitasi Dasar pada 11 (sebelas) Sekolah Dasar di


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dengan Tujuan ke Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari UPT Dinas Pendidikan Cabang Medan Amplas

3. Kuesioner Penelitian Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD) Tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

4. Master Data Penelitian


(17)

ABSTRAK

Sanitasi diartikan sebagai upaya kesehatan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang merupakan sarana yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap tentang sanitasi dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Jenis penelitian ini merupakan survei yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dengan populasi adalah seluruh siswa yang berada di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas, yaitu sebanyak 527 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil secara random sampling dari setiap SD akan diwakili oleh siswa kelas V sebanyak 25% dari jumlah siswa yang ada sehingga dapat diperoleh jumlah sampel sebanyak 132 orang.

Berdasarkan aspek pengukuran yang telah dilakukan didapatkan pengetahuan Siswa Sekolah Dasar (SD) tentang sanitasi dasar dengan PHBS sebesar 77 responden (58,3 %) sudah baik dan sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang sanitasi dasar dengan PHBS diperoleh jawaban terbanyak 81 responden (61,4 %) dalam kategori baik serta besaran nilai siswa SD tentang perilaku hidup bersih dan sehat yaitu 66 responden (50,0 %) ber-PHBS baik.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa terdapat Hubungan antara Pengetahuan dan sikap tentang sanitasi dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilihat dari besaran 58,3 % mempunyai pengetahuan baik dan 61,4 % mempunyai sikap yang baik tentang sanitasi dasar, hal ini dapat terlihat dari nilai p yang dihasilkan yakni p=0,001 untuk pengetahuan dan p=0,000 untuk sikap.

Sehubungan dengan penelitian tersebut, penulis mengharapkan kepada guru – guru yang berada di sekolah dasar di kelurahan Harjosari I Kecamatan medan amplas untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik tentang sanitasi dasar dengan PHBS di lingkungan sekolah dalam proses belajar mengajar sehingga mereka mengerti dan tahu manfaatnya bagi mereka sendiri dan bagi lingkungan keluarganya.


(18)

ABSTRACT

Sanitation is defined as a public health effort that focuses on the control of various environmental factors,that effected to human health. Clean and Healthy Behavior (PHBS) is a set of behavior that is practiced on the basis of consciousness as a result of learning that makes a person or family can help their healthy life themselves. Based on that statement, the aim of this research is to see the correlation between knowledge and Attitudes about Basic Sanitation Behavior Clean and Healthy (PHBS).

The type of this research is a descriptive survey with cross sectional design with the entire student population is located in Kelurahan Harjosari I Medan Amplas District, 527 people. The sample in this study were taken by random sampling from each elementary school will be represented by the fifth grade students as much as 25% of the students there so as to obtain the amount of sample is 132 people.

Based on this aspect, it found the elementary school knowledge (SD) about Basic Sanitation Behavior Clean and Healthy (PHBS) was 77 respondence (58,3%) and the elementary school attitudes about Basic Sanitation Behavior Clean and Healthy (PHBS) was 81 respondence(61,4%) answered in the best category and the value of healthy life style for the student of elementary school and health about 66 respondence(50,0%) that had good PHBS.

The conclution of this research shows that there is a correlation between knowledge and attitudes about basic sanitation by Clean and Healthy Behavior. The results showed 58.3% had good knowledge and 61.4% had a good attitude about basic sanitation, this can be seen from the result of p value that is p = 0.001 for knowledge and p=0.000 for attitude.

Based on the result, the author expect to the elementary school's teachers in the Harjosari I Medan Amplas District to increase knowledge, attitudes and actions of the students about basic sanitation by a clean and healthy lifestyle in the school environment so that they understand and know the benefits for themselves and their family environment


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Hanya dengan sumber daya yang sehat akan lebih produktif dan meningkatkan daya saing bangsa (DepKes, 2005).

Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (DepKes, 2006).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekan PHBS. Dalam PHBS ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, Gaya hidup dan Dana sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Penyakit yang timbul akibat rendahnya PHBS dapat mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia (DepKes, 2005).


(20)

Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang lebih terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan melalui Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga, masyarakat) dan Institusi Pendidikan terutama tingkat sekolah dasar (SD).

Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS di sekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS) juga penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.

Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun) seperti kecacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dengan menitikberatkan kepada upaya sanitasi atau pengawasan berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1999).


(21)

Kesehatan lingkungan adalah usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya, oleh karena itu diperlukan sanitasi lingkungan yang merupakan suatu usaha untuk mencapai lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik, khusususnya hal-hal yang memiliki dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia (Kusnoputranto, 2007).

Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta maupun sekolah agama dari berbagai tindakan. Jika tiap sekolah memiliki 10 kader kesehatan saja maka ada 3 juta kader kesehatan yang dapat membantu terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan yaitu menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta Surveilans, monitoring dan informasi kesehatan (DepKes, 2006).

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini merupakan prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Azwar, 1999).

Mengingat sekolah merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai andil besar dalam kelangsungan negara ini, maka perlu diperhatikan dan ditingkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik melalui salah satunya menciptakan lingkungan


(22)

sekolah yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal yang nantinya akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (Ahmadi, 2001).

Sehubungan dengan uraian di atas, penulis ingin mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap siswa SD yang ada di Kelurahan Harjosari I tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1.2. Perumusan Masalah

Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah seperti kecacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya karena keadaan sanitasi lingkungan sekolah yang masih belum memadai yang dapat dilihat dari sanitasi dasarnya yang belum memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana jamban dan saluran pembuangan air limbah yang kurang memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap siswa SD yang berada di Kelurahan Harjosari I tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang sanitasi dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang berada di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011.


(23)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.

2. Mengetahui sikap siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.

3. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.

4. Mengetahui Hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS. 5. Mengetahui hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD

di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan sekolah dasar yang berada di Kelurahan Harjosari I untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dan menyediakan sarana sanitasi dasar untuk menunjang PHBS agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan rendahnya PHBS.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pembantu Harjosari untuk melakukan pembinaan dokter kecil di sekolah dan menciptakan Kader Kesehatan sebagai perwakilan di sekolahnya.


(24)

3. Sebagai tahap penerapan keilmuwan penulis dalam melakukan penelitian pada bidang kesehatan masyarakat yang diperoleh selama mengikuti pendidikan dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan PHBS.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (Azwar,1995).

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.

2.1.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan


(26)

menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.

Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung (Slamet, 2002).

1.Manfaat Air

Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah (Usman D, 2000): 1. Untuk keperluan air minum.

2. Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan lain-lain).

3. Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram halaman) 4. Untuk konservasi sumber baku PAM.

5. Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).

6. Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).


(27)

7. Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti dan lain-lain).

8. Pertanian/ irigasi 9. Perikanan.

2. Syarat Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).

a. Syarat Kuantitatif

Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.

Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007).

b. Syarat Kualitatif

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri


(28)

Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).

1. Parameter Fisik

Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.

a) Bau

Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.

b) Rasa

Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.

c) Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.


(29)

d) Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.

e) Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.

f) Jumlah Zat Padat Terlarut

Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.

2. Parameter Mikrobiologis

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.


(30)

3. Parameter Radioaktifitas

Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.

4. Parameter Kimia

Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.

3. Pengaruh air bagi Kesehatan

Air dalam keadaan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan. air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut (Slamet, 2002).


(31)

Penyakit yang dapat ditularkan melalui air : (Kusnoputranto, 2000) 1. Water Borne Disease

Water Borne Disease Adalah penyakit yang di tularkan langsung melalui air minum, dimana air minum tersebut mengandung kuman pathogen dan terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit. Penyakit- penyakit tersebut antara lain adalah penyakit cholera, Thypoid, Hepatitis infektiosa, Dysentri dan Gastroentritis.

2. Water Washed Disease

Water Washed Disease Adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya adalah penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularannya bersifat fecal-oral.

3. Water Based Disease

Water Based Disease Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian besar siklus hidupnya di air seperti Schistosomiasis. Larva schistoma hidup di dalam keong air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi carcaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di dalam air tersebut.


(32)

4. Water Related Insect Vectors

Water Related Insect Vectors Adalah penyakit yang di tularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever dan sebagainya.

2.1.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan Kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003).

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.

Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain ; thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : (DepKes RI, 1998)


(33)

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya 3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya

4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara 7. Desainnya sederhana

8. Murah

2.1.3. Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar,1995).

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media transmisi penyakit.


(34)

A. Sarana pembuangan limbah

Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut (DepKes RI, 1993) :

1. Tidak mencemari sumber air bersih

2. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk 3. Tidak menimbulkan bau

4. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan

B. Dampak dari Pencemaran Limbah

Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu

(Kusnoputranto, 2000) :

1. Akibat Terhadap Lingkungan

Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga


(35)

lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.

2.1.4. Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003).

Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2003).

a) Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnakan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu.maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

i. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah

ii. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan


(36)

iii. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

b) Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

Mekanisme sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah perdesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampahnya umumnya dibakar atau dijadikan pupuk.

c) Pemusnahan Sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :

1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah. 2. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan


(37)

3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negative terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara lain (Kusnoputranto, 2000) :

a. Terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit. b. Terhadap Lingkungan

a) Dapat menggangu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme.

b) Debu-debu yang berterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan.

c) Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat menggangu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara.

d) Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang terganggu, memyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran.


(38)

e) Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya serap alirannya sudah menurun.

f) Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu :

a. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi : 1. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

2. Sampah organik adalah sampah yang umumnya dapat membusuk, misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

b. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu


(39)

masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).

2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi PHBS

Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut factor ekstern (faktor lingkungan).

1. Faktor Internal a.Keturunan

Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya.

b. Motif

Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.

1. Faktor Eksternal

Yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu.


(40)

2.2.2. Indikator PHBS di setiap tatanan

Indikator tatanan sehat terdiri dari indicator perilaku dan indicator lingkungan di 5 tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat umum dan tatanan tempat kerja.

1) PHBS di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Syarat rumah tangga sehat yaitu :

a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan) b) Memberi bayi ASI eksklusif

c) Menimbang bayi dan balita setiap bulan d) Menggunakan air bersih

e) Mencuci tangan dgn air bersih, mengalir, dan sabun f) Menggunakan jamban

g) Memberantas jentik di rumah h) Makan sayur dan buah setiap hari i) Melakukan aktivitas fisik setiap hari j) Tidak merokok di dalam rumah 2) PHBS di Sekolah

Penerepan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun), yang


(41)

ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Manfaat PHBS di sekolah di antaranya :

1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik.

3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).

4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain

Syarat-Syarat PHBS di Sekolah yaitu :

a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. b. Jajan di kantin sekolah yang sehat.

c. Membuang sampah pada tempatnya. d. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah.


(42)

f. Tidak merokok di sekolah.

g. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin. h. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah i. menggosok gigi 2 kali sehari

j. memotong kuku seminggu sekali k. membersihkan kelas sebelum belajar

Langkah-Langkah Pembinaan PHBS di Sekolah 1. Analisis Situasi

2. Pembentukan kelompok kerja

3. Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah 4. Penyiapan Infrastruktur

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah 6. Penerapan PHBS di Sekolah

7. Pemantauan dan evaluasi

Dukungan dan Peran untuk membina PHBS di Sekolah

Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah sehat. Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS) juga penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.


(43)

Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS (Suparlan, 1984).

Syarat- Syarat PHBS di Tempat Umum yaitu : a. Menggunakan air bersih.

b. Menggunakan jamban.

c. Membuang sampah pada tempatnya. d. Tidak merokok.

e. Tidak meludah sembarangan. f. Memberantas jentik nyamuk.

g. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. 4. PHBS di Tempat Kerja

PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja


(44)

menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.

Syarat Tempat Kerja yang Sehat yaitu : a. Mengkonsumsi makanan bergizi. b. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. c. Tidak merokok di tempat kerja.

d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. e. Menggunakan air bersih.

f. Memberantas jentik di tempat kerja. g. Menggunakan jamban.

h. Membuang sampah pada tempatnya. 5. PHBS di Institusi Kesehatan

Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS. PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat.


(45)

a. Menggunakan air bersih.

b. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. c. Menggunakan jamban.

d. Membuang sampah pada tempatnya. e. Tidak merokok di Institusi Kesehatan. f. Tidak meludah sembarangan.

2.2.3. Sasaran Melakukan PHBS

Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik akan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan cacingan. dengan demikian untuk mengurangi prevelensi dampak buruk tersebut maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kebersihan Kulit

Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini : a. Mandi dua kali sehari

b. Mandi pakai sabun

c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihan lingkungan


(46)

2. Kebersihan Rambut

Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang kurangnya dua kali seminggu.

b. Mencuci rambut dengan shampo atau bahan pencuci rambuit lain

c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto K, 2007)

3. Kebersihan Gigi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai berikut :

a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis makan b. Memakai sikat gigi sendiri

c. Menghindari makanan yang merusak gigi

d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi e. Memeriksakan gigi secara rutin (Irianto K, 2007)

4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku

Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya bakteri penyebab diare melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan dengan benar dan pada saat yang tepat.Waktu yang tepat untuk mencuci tangan


(47)

dengan sabun adalah ketika sebelum makan, setelah buang air besar dan kecil (BAPPENAS, 2008).

5. Kebiasaan Berolahraga

Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menetukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan (Notoatmojo, 2007).

6. Kebiasaan Tidur yang Cukup

Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat, sebab susunan syaraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat.Tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman (Irianto K, 2007).

7. Gizi dan Menu Seimbang

Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari (Tarigan M, 2004).


(48)

2.3. Sekolah Dasar

Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi, 2001).

1.Fungsi Sekolah

Sekolah memiliki fungsi yakni : ( Ahmadi, 2001)

1. Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki, dan memperdalam atau memperluas tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat

2. Mengembangkan kepribadian peserta didik dapat bergaul dengan guru dan teman- temannya sendiri, taat kepada peraturan atau disiplin dan dapat terjun di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.

2. Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Sekolah

Faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan sekolah yang sehat adalah :

a. Persediaan air bersih yang terdiri dari air ledeng dan bukan air ledeng

b. Fasilitas cuci tangan yaitu disediakan kran-kran atau tempat air untuk cuci tangan

c. WC yang memenuhi syarat kesehatan

d. Tempat pembuangan sampah yang mudah dijangkau dan memenuhi syarat kesehatan.


(49)

e. Saluran pembuangan air limbah (air bekas) yang lancar (tidak tersumbat). f. Program sanitasi makanan sekolah, misalnya warung sekolah juga harus

memenuhi syarat kesehatan.

g. Bangunan sekolah dan letaknya (Azwar, 1995). 2.4. Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

2.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga.


(50)

Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, poster, majalah dan surat kabar.

Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan dan mendifinisikan.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi


(51)

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, memyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk memperguankan materi yang telah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk memjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. 2.4.2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.


(52)

Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.

Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek–objek sikapnya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat dibedakan menjadi :

a. Sikap Sosial

suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.

b. Sikap Individu

Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan dengan objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluative yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.


(53)

Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu : 1. Selalu ada objeknya.

2. Biasanya bersifat evaluativ. 3. Relatif mantap.

4. Dapat dirubah.

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh ( Total Attitude), dalam penentuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003).

Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :

1. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetuujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.


(54)

Menurut Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai beberapa tingkatan :

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding), member jawaban apabila ditolak, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Bertanggung jawab (responsible), atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.

4. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

2.4.3. Tindakan

Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini yang disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks.

Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi


(55)

(tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2002).

Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakkan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis.

Tindakan terdiri dari beberapa tindakan yaitu : (Notoatmodjo, 2005)

1. Persepsi, mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme, bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis ssudah menjadi kebiasaan.

4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.


(56)

2.4 Kerangka Konsep

Hipotesis sementara : I. Pengetahuan

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.

II. Sikap

Ho : Tidak ada hubungan Sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.

Ha : Ada hubungan Sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang sanitasi dasar dengan PHBS.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pengetahuan Sanitasi

Dasar

Sikap Sanitasi Dasar

Karakteristik : Jenis Kelamin Umur


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa SD di Kelurahan Harjosari I tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3.2. Lokasi dan waktu penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian berlokasi di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan. Alasan memilih lokasi ini karena sekolah dasar di Kelurahan Harjosari I belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap siswa SD tentang sanitasi dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari s/d Mei 2011. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas 5 yang bersekolah di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Alasan pemilihan siswa kelas 5 merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang di terimanya kepada orang lain (Sarwono, 1997)


(58)

Tabel 3.1 Daftar Siswa Kelas 5 SD yang Bersekolah di Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas dengan Data Sebagai Berikut:

No Nama SD Populasi

1 SDN 060923 45 siswa

2 SDN 060924 116 siswa

3 SDN 060925 45 siswa

4 SDN 064031 13 siswa

5 SDN 067257 63 siswa

6 SDN 064987 70 siswa

7 SDN 067691 51 siswa

8 SD Swasta Nur Hasanah 48 siswa

9 SD Swasta Alwasliyah 12 siswa

10 SD Swasta Islam Terpadu Al Fauzi 25 siswa

11 SD Washliyah 2P.Univa 39 siswa

Jumlah 527 orang

Maka seluruh populasi kelas 5 di SD Kelurahan Harjosari I adalah 527 siswa. 3.2.2. Sampel

Berdasarkan Arikunto (2009), Jika populasi kurang dari 100 maka di ambil total sampling dan jika populasi lebih dari 100 maka sampel diambil sebesar 25% - 35% dari total populasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 25% dari total populasi.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagaian populasi yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n = 131,75 n = 132

Maka sampel dalam penelitian ini untuk masing-masing sekolah dasar adalah seperti tabel di bawah ini :


(59)

Tabel 3.2 Daftar Populasi dan Sampel Siswa SD Kelas 5 yang Bersekolah di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011 dengan Data Sebagai Berikut:

No Nama SD Populasi Sampel

1 SDN 060923 45 siswa x 25% 11 siswa

2 SDN 060924 116 siswa x 25% 25 siswa

3 SDN 060925 45 siswa x 25% 11 siswa

4 SDN 064031 13 siswa x 25% 5 siswa

5 SDN 067257 63 siswa x 25% 16 siswa

6 SDN 064987 70 siswa x 25% 18 siswa

7 SDN 067691 51 siswa x 25% 13 siswa

8 SD Swasta Nur Hasanah 48 siswa x 25% 12 siswa 9 SD Swasta Alwasliyah 12 siswa x 25% 4 siswa 10 SD Swasta Islam Terpadu Al Fauzi 25 siswa x 25% 6 siswa 11 SD Washliyah 2P.Univa 39 siswa x 25% 10 siswa

Jumlah 527 siswa 132 siswa

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling yang di ambil secara acak sesuai dengan nama siswa yang terlebih dahulu di beri penomoran, sehingga setiap sekolah dasar akan di wakili sebanyak 25% dari jumlah siswa yang ada.

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 132 siswa.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden, berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan dari data observasi serta pengukuran terhadap variabel penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap responden tentang sanitasi dasar dengan PHBS di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas


(60)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kantor UPT Dinas Pendidikan cabang Medan Amplas, Kantor Camat Medan Amplas kota Medan, Puskesmas Pembantu Harjosari I, Kantor Kelurahan Harjosari I, Administrasi sekolah dan lain-lain.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka defenisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang sejak dia dilahirkan yaitu laki-laki dan perempuan di SD Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

2. Umur adalah usia responden sejak lahir hingga ulang tahun terakhir yang berada di SD Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan. 3. Rangking adalah peringkat responden di dalam kelas yang berada di SD

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

4. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu dari siswa SD tentang sanitasi dasar dengan PHBS di SD Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

5. Sikap (attitude) adalah reaksi atau respon dari siswa SD tentang sanitasi dasar dengan PHBS di SD Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.


(61)

6. Sanitasi dasar adalah sarana kesehatan lingkungan yang digunakan siswa SD yang berada di Kelurahan Harjosari I sebagai pendukung untuk melakukan PHBS meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (wc/ toilet), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah.

7. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah adalah suatu program kesehatan yang diterapkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan siswa sekolah dasar dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

3.6. Aspek Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang sanitasi dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa sekolah dasar di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota medan Tahun 2011.

Menurut Guttman, diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu:

1. Baik, apabila skor yang diperoleh ≥ Median dari seluruh skor yang ada 2. Buruk, apabila skor yang diperoleh ≤ Median dari seluruh skor yang ada 3.6.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 15 dengan total skor 30. Adapun ketentuan pemberian skor adalah sebagai berikut:

a. Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 1,2,3,4,6,12-15 yaitu: - Jawaban (a) diberi skor = 2


(62)

- Jawaban (b) diberi skor = 1 - Jawaban (c) diberi skor = 0

b. Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 9,10 dan 11 yaitu: - Jawaban (b) diberi skor = 2

- Jawaban (a) diberi skor = 1 - Jawaban (c) diberi skor = 0

c. Skor jawaban untuk pertanyaan nomor 5,7,8 yaitu: - Jawaban (c) diberi skor = 2

- Jawaban (a) diberi skor = 1 - Jawaban (b) diberi skor = 0

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik, apabila skor yang diperoleh ≥ Median dari seluruh skor yang ada 2. Buruk, apabila skor yang diperoleh ≤ Median dari seluruh skor yang ada 3.6.2. Sikap

Pengukuran sikap responden dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan alternatif jawaban “setuju” dan “tidak setuju”. Pertanyaan berjumlah 15 dengan total skor 30.

Adapun ketentuan pemberian skor yaitu jika responden menjawab setuju diberi skor = 2 dan jika menjawab tidak setuju diberi skor = 0

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkatan sikap responden dikategorikan sebagai berikut :


(63)

1. Baik, apabila skor yang diperoleh ≥ Median dari seluruh skor yang ada 2. Buruk, apabila skor yang diperoleh ≤ Median dari seluruh skor yang ada 3.6.3 PHBS

PHBS responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20. Adapun ketentuan pemberian skor adalah untuk jawaban Ya (a) diberi skor 2 dan jawaban Tidak (b) diberi skor 0

Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkatan PHBS responden dikategorikan sebagai berikut :

1. Baik, apabila skor yang diperoleh ≥ Median dari seluruh skor yang ada 2. Buruk, apabila skor yang diperoleh ≤ Median dari seluruh skor yang ada 3.7. Analisis Data

Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara langsung, diolah secara komputerisasi dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi- Squre pada tingkat

kepercayaan 95% atau α 0,05. Hasil dari pengujian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi dipergunakan sebagai dasar pembahasan dan penarikan kesimpulan.


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografis Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kelurahan Harjosari I merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan. Luas wilayah kelurahan ini adalah 4,5 km. Secara administratif, batas wilayah Kelurahan Harjosari I adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Timur : Kelurahan Rinjei Amplas Kecamatan Medan Denai b. Sebelah Utara : Kelurahan Siterejo II Kecamatan Medan amplas c. Sebelah Selatan : Kelurahan Harjosari II

d. Sebelah Barat : Kelurahan Suka Maju Medan denai

Berdasarkan data Dinas Komunikasi dan Informatika tahun 2010, penduduk Kelurahan Harjosari I diperkirakan telah mencapai 37.334 jiwa, dengan jumlah penduduk usia 15-60 tahun 18.685 jiwa, Ibu rumah tangga 575 jiwa dan penduduk yang masih sekolah 11.151 jiwa yaitu jumlah murid TK sekitar 230 siswa, jumlah siswa SD sekitar 2.450 siswa, SLTP 500 siswa dan SLTA sekiitar 740 siswa. Sekolah Dasar yang berada di Kelurahan Harjosari I berjumlah 11 buah yaitu SDN 06092, SDN 060924, SDN 060925, SDN 06403, SDN 067257, SDN 064987, SDN 067691, SD Swasta Nur Hasanah, SD Swasta Alwasliyah, SD Swasta Islam Terpadu Al Fauzi, SD Washliyah 2P.Univa.


(65)

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden siswa kelas V yang berada di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan, seperti kelompok umur, jenis kelamin dan rangking dapat diketahui dari table di bawah ini :

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Asal SD dan Kelompok Umur di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

No Nama SD Umur (Tahun) Total

9 10 11 12

n % N % n % n % n %

1. SDN 060923 0 0,0 5 3,8 4 3,0 2 1,5 11 8,3 2. SDN 060924 0 0,0 9 6,8 15 11,4 1 0,8 25 18,9 3. SDN 060925 0 0,0 3 2,3 6 4,5 2 1,5 11 8,3

4. SDN 064031 0 0,0 2 1,5 1 0,8 2 1,5 5 3,8

5. SDN 067257 0 0,0 5 3,8 8 6,1 4 3,0 17 12,9 6. SDN 064987 0 0,0 8 6,1 6 4,5 4 3,0 18 13,6 7. SDN 067691 0 0,0 3 2,3 9 6,8 1 0,8 13 9,8

8. SD Swasta Nur

Hasanah

0 0,0 6 4,5 4 3,0 2 1,5 12 9,1 9. SD Swasta Alwasliyah 0 0,0 1 0,8 2 1,5 1 0,8 4 3,0 10. SD Swasta Islam

Terpadu Al Fauzi

2 1,5 2 1,5 1 0,8 1 0,8 6 4,5

11. SD Washliyah

2P.Univa

0 0,0 3 2,3 7 5,3 0 0,0 10 7,6 Total 2 1,5 47 35,6 63 47,7 20 15,2 132 100

Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 132 responden yang diambil dari 11 sekolah, 47,7% responden berada pada umur 11 tahun, 35,6% responden berada pada umur 10 tahun, 15,2% responden berada pada umur 12 tahun dan 1,5% responden berada pada umur 9 tahun.


(1)

SIKAP * TINDAKAN

Crosstabs

Chi-Square Tests

11,252b 1 ,001

10,099 1 ,001

11,438 1 ,001

,001 ,001

11,167 1 ,001

132 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,50.

b.

Crosstab

Count

51 30 81

15 36 51

66 66 132

Baik (>= mean/median) Buruk (< mean/median) SIKAP

Total

1 2

TINDAKAN

Total

Chi-Square Tests

14,092b 1 ,000

12,781 1 ,000

14,417 1 ,000

,000 ,000

13,985 1 ,000

132 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,50.


(2)

Case Processing Summary

132 100,0% 0 ,0% 132 100,0%

132 100,0% 0 ,0% 132 100,0%

132 100,0% 0 ,0% 132 100,0%

Asal Sekolah Responden * pengetahun

Asal Sekolah Responden * Sikap

Asal Sekolah Responden * TINDAKAN

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Asal Sekolah Responden * pengetahun Crosstabulation

8 3 11

6,1% 2,3% 8,3%

18 7 25

13,6% 5,3% 18,9%

6 5 11

4,5% 3,8% 8,3%

3 2 5

2,3% 1,5% 3,8%

9 8 17

6,8% 6,1% 12,9%

10 8 18

7,6% 6,1% 13,6%

7 6 13

5,3% 4,5% 9,8%

8 4 12

6,1% 3,0% 9,1%

1 3 4

,8% 2,3% 3,0%

4 2 6

3,0% 1,5% 4,5%

3 7 10

Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count SDN 060923

SDN 060924

SDN 060925

SDN 064031

SDN 067257

SDN 064987

SDN 067691

SD Swasta Nur Hasanah

SD Swasta Alwasliyah

SD Swasta Islam Terpadu Al Fauzi SD Washliyah 2P.Univa Asal

Sekolah Responden

Baik (>= mean/me

dian)

Buruk (< mean/me dian) pengetahun


(3)

Asal Sekolah Responden * Sikap Crosstabulation

11 0 11

8,3% ,0% 8,3%

14 11 25

10,6% 8,3% 18,9%

7 4 11

5,3% 3,0% 8,3%

3 2 5

2,3% 1,5% 3,8%

7 10 17

5,3% 7,6% 12,9%

10 8 18

7,6% 6,1% 13,6%

9 4 13

6,8% 3,0% 9,8%

6 6 12

4,5% 4,5% 9,1%

3 1 4

2,3% ,8% 3,0%

4 2 6

3,0% 1,5% 4,5%

7 3 10

5,3% 2,3% 7,6%

81 51 132

61,4% 38,6% 100,0% Count

% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total SDN 060923

SDN 060924

SDN 060925

SDN 064031

SDN 067257

SDN 064987

SDN 067691

SD Swasta Nur Hasanah

SD Swasta Alwasliyah

SD Swasta Islam Terpadu Al Fauzi SD Washliyah 2P.Univa Asal

Sekolah Responden

Total

Baik (>= mean/me

dian)

Buruk (< mean/me dian) Sikap


(4)

Crosstabs

Asal Sekolah Responden * TINDAKAN Crosstabulation

5 6 11

3,8% 4,5% 8,3%

7 18 25

5,3% 13,6% 18,9%

7 4 11

5,3% 3,0% 8,3%

3 2 5

2,3% 1,5% 3,8%

5 12 17

3,8% 9,1% 12,9%

10 8 18

7,6% 6,1% 13,6%

10 3 13

7,6% 2,3% 9,8%

7 5 12

5,3% 3,8% 9,1%

2 2 4

1,5% 1,5% 3,0%

4 2 6

3,0% 1,5% 4,5%

6 4 10

4,5% 3,0% 7,6%

66 66 132

50,0% 50,0% 100,0% Count

% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total SDN 060923

SDN 060924

SDN 060925

SDN 064031

SDN 067257

SDN 064987

SDN 067691

SD Swasta Nur Hasanah

SD Swasta Alwasliyah

SD Swasta Islam Terpadu Al Fauzi SD Washliyah 2P.Univa Asal

Sekolah Responden

Total

Baik (>= mean/me

dian)

Buruk (< mean/me dian) TINDAKAN

Total

Case Processing Summary


(5)

rang * pengetahun Crosstabulation

33 35 68

48,5% 51,5% 100,0% 42,9% 63,6% 51,5% 25,0% 26,5% 51,5%

44 20 64

68,8% 31,3% 100,0% 57,1% 36,4% 48,5% 33,3% 15,2% 48,5%

77 55 132

58,3% 41,7% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 58,3% 41,7% 100,0% Count

% within rang % within pengetahun % of Total

Count % within rang % within pengetahun % of Total

Count % within rang % within pengetahun % of Total

Tidak memiliki rangking

memiliki rangking rang

Total

Baik (>= mean/me

dian)

Buruk (< mean/me

dian) pengetahun

Total

rang * Sikap Crosstabulation

30 38 68

44,1% 55,9% 100,0% 37,0% 74,5% 51,5% 22,7% 28,8% 51,5%

51 13 64

79,7% 20,3% 100,0% 63,0% 25,5% 48,5% 38,6% 9,8% 48,5%

81 51 132

61,4% 38,6% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 61,4% 38,6% 100,0% Count

% within rang % within Sikap % of Total Count % within rang % within Sikap % of Total Count % within rang % within Sikap % of Total Tidak memiliki rangking

memiliki rangking rang

Total

Baik (>= mean/me

dian)

Buruk (< mean/me

dian) Sikap


(6)

rang * TINDAKAN Crosstabulation

27 41 68

39,7% 60,3% 100,0% 40,9% 62,1% 51,5% 20,5% 31,1% 51,5%

39 25 64

60,9% 39,1% 100,0% 59,1% 37,9% 48,5% 29,5% 18,9% 48,5%

66 66 132

50,0% 50,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 50,0% 50,0% 100,0% Count

% within rang % within TINDAKAN % of Total

Count % within rang % within TINDAKAN % of Total

Count % within rang % within TINDAKAN % of Total

Tidak memiliki rangking

memiliki rangking rang

Total

Baik (>= mean/me

dian)

Buruk (< mean/me dian) TINDAKAN


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun Di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

19 227 82

Hubungan Suku Dengan Pola Hidup Sehat dan Infeksi Soil-Transmitted Helminth pada Anak Usia Sekolah Dasar di Medan Labuhan

0 82 76

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

10 151 130

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Hubungan Pendidikan Kesehatan Dengan Perilaku Hidup Sehat Remaja Di Smu Darussalam Medan

3 77 8

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009

4 47 107

Pelaksanaan Program UKS Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Murid SD Negeri 060895 Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

3 47 77

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

7 84 63

Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

9 54 90

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT pada murid SD Negeri 1 Kota Subulussalam Tahun 2011

2 0 61