Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

(1)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MURID TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH

DASAR YANG MEMILIKI DAN YANG TIDAK MEMILIKI USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

ADRI DESLITA SITUMORANG NIM: 091000100

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ABSTRAK

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program upaya kesehatan yang terdapat di sekolah yang memiliki tujuan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) murid. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang baik dapat mengakibatkan murid lebih mudah terpapar penyakit seperti diare dan kecacingan. Hal ini dapat mengganggu daya tangkap murid terhadap pelajaran yang diberikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang PHBS di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS.

Lokasi penelitian di Kota Medan, populasi adalah murid kelas III-V di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS, sampel berjumlah 70 murid dari masing-masing sekolah yang dipilih secara acak sederhana. Data dikumpulkan melalui kuesioner, untuk data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji T dan data yang tidak terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji nonparametrik Mann Whitney.

Hasil penelitian yang didapat bahwa mean skor fasilitas sanitasi dasar adalah 15. Sekolah yang memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik dengan skor 14 dan sekolah yang tidak memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik pula dengan skor 16, pelaksanaan UKS baik dan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada murid di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah tidak memiliki UKS dalam hal pengetahuan (p= 0,001), sikap (p= 0,001),dan tindakan (p=0,001) tentang PHBS.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan murid mengenai PHBS di sekolah memiliki UKS dan tidak memiliki UKS. Sebagai rekomendasi dalam penelitian ini maka diharapkan sekolah yang tidak memiliki UKS dapat bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk membuka UKS.


(3)

ABSTRACT

School Health Unit was a health improvement program located in schools with the aim of increasing Clean and Healthy Life Behaviour students. Without a Clean and Healthy Life Behaviour students more easily exposed to diseases such as diarrhea and worm infestation. It can reduce student ability to receive their lessons.

This study aims to determine there was difference or not in students knowledge, attitudes and practice about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who had and hasn’t had School Health Unit.

Research site was in Medan. Population in this study were class III-V in a elementary school who had School Health Unit and a elementary school who hasn’t had School Health Unit, the samples were 70 students from each school. The sampling technique used was stratified random sampling. Data was obtained by questionnaires and interviews, analyzed using the T test for normally distributed data and Mann Whitney test for data not normally distributed.

The research results showed that basic sanitation score mean were 15, basic sanitation in a school who had School Health Unit was good with score 14 and a school who hasn’t had School Health Unit was good too with score 16, implementation of School Health Unit in a school who had School Health Unit was good, and there are differences (p ≤ 0.05) in students knowledge(p=0,001), attitudes (p=0,001) and practice (p=0,001)about Clean and Healthy Life Behaviour in a school who had and hasn’t had School Health Unit.

Based on the results of the study, concluded that there are differences in students knowledge, attitudes, and actions about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who have School Health Unit and a school who hasn’t had School Health Unit. For recommendation in this research it is expected that the school without School Health Unit make cooperation with local goverment clinic to opening School Health Unit.

Keywords: Clean and Healthy Life Behaviour, School Health Unit, basic sanitation, attitudes, knowledge, practice


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Adri Deslita Situmorang Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 27 Desember 1990 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln.Jamin Ginting gg Sarmin no.5 Kota Medan Nama Orangtua : Ayah : S.O. Situmorang

Ibu : R. Simanungkalit

Riwayat Pendidikan

Tahun 1997 – 2003 : SDK Yos Sudarso Kota Padang Tahun 2003 – 2006 : SMP Negeri 4 Kota Jambi Tahun 2006 – 2009 : SMA Negeri 3 Kota Jambi


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: ”Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013.” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, M.kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr.Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(6)

4. Ibu dr.Devi Nuraini Santi, M.kes selaku Dosen Pembimbing II dan Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Kak Dian selaku pegawai Departemen Kesehatan Lingkungan.

6. Ibu Sumiati Ginting,S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 060889 dan Bapak Drs.Abdul Wahid, M.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 060884 Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Teristimewa kepada kedua orangtua yang sangat Saya kasihi, Saan Ojahan Situmorang dan Retima Simanungkalit serta adik-adik Yosi, Joel dan Ria yang tidak pernah lelah memberikan dukungan baik secara moral ataupun materil dengan penuh kasih sayang sehingga Saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kelompok kecil “InnerBeing” (Kak Puji, Sonde, Manda, Indri, Marta) yang

selama 4 tahun telah bersama dan saling memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir.

9. Mereka yang bukan keluarga namun seperti saudari bagi Saya selama di Medan (Bian, Sonde, Morry, Manda, Indri, Wati, Henny, Tina dan Mince) yang telah banyak membantu Saya dalam penelitian skripsi ini serta memberikan semangat dan telah berbagi suka dan duka selama belajar di FKM USU.


(7)

10.Yan Mahesa Damanik yang selalu bersedia mendengar keluhan Saya dan memberikan semangat serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

11.Keluarga gang Sarmin nomor 5 (Erika, Yuni, Ines, Yosi, Santi, Desi, Nanda, Shinta, Detta dan Lois) yang banyak memberikan hiburan saat mengerjakan skripsi ini.

12.Teman- teman PBL ( Desima, Kak Rindi, Ayu, Kak Nad, Kak Iba) yang telah menjadi teman berbagi cerita bersama.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis


(8)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MURID TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH

DASAR YANG MEMILIKI DAN YANG TIDAK MEMILIKI USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

Yang dipersiapkan dan disidangkan oleh : ADRI DESLITA SITUMORANG

NIM. 091000100

Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk disidangkan di Hadapan Tim penguji Bagian Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Taufik Ashar, MKM dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes NIP. 19780331 200312 1 001 NIP. 19700219 199002 2 001


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Sekolah Dasar... 8

2.1.1 Pengertian Sekolah Dasar ... 8

2.1.2 Fungsi dan Peranan Sekolah ... 9

2.2 Usaha Kesehatan Sekolah ... 10

2.2.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah ... 10

2.2.2 Sejarah UKS ... 11

2.2.3 Tujuan, Sasaran dan Peran UKS ... 13

2.2.4 Ruang Lingkup UKS ... 14

2.2.5 Hasil Program UKS yang Diharapkan ... 19

2.3 Sanitasi Dasar Sekolah ... 20

2.3.1 Pengertian Sanitasi Dasar ... 20

2.3.2 Upaya Sanitasi Dasar di Sekolah ... 20

2.3.2.1 Penyediaan Air Bersih ... 20

2.3.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia (jamban) ... 22

2.3.2.3 Pengelolaan Sampah ... 23

2.3.2.4 Saluran Pembuangan Air Limbah ... 25

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 26

2.4.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 26

2.4.2 Tujuan, Manfaat dan Sasaran PHBS ... 27

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi PHBS ... 28

2.4.4 Indikator PHBS ... 29

2.4.5 Masalah Kesehatan yang Dapat Dikurangi dengan PHBS ... 31

2.5 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kesehatan ... 33

2.5.1 Pengetahuan ... 33


(10)

2.5.3 Tindakan ... 36

2.6 Kerangka Konsep ... 38

2.7 Hipotesa Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2 Waktu Penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1 Populasi ... 41

3.3.2 Sampel ... 41

3.3.2.1 Besar Sampel ... 41

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Data Primer ... 44

3.4.2 Data Sekunder ... 44

3.5 Definisi Operasional... 44

3.6Aspek Pengukuran ... 45

3.6.1 Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah ... 45

3.6.2Sanitasi dasar Sekolah ... 46

3.6.3 Pengetahuan ... 47

3.6.4 Sikap ... 47

3.6.5 Tindakan ... 48

3.7 Analisa Data ... 49

3.7.1 Analisa Univariat ... 49

3.7.2 Analisa Bivariat ... 49

BAB IV HASIL ... 50

4.1 Gambaran Umum Sekolah Memiliki UKS dan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 50

4.2 Analisa Univariat ... 52

4.2.1 Distribusi Murid Berdasarkan Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin ... 52

4.2.2 Sanitasi Dasar di Sekolah Memiliki UKS dan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 53

4.2.3 Pelaksanaan UKS di Sekolah Memiliki UKS ... 54

4.2.4 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehta (PHBS) di Sekolah Memiliki UKS dan Tidak Memiliki UKS ... 56

4.3 Uji Normalitas ... 57

4.4 Analisa Bivariat ... 58

4.4.1 Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 58


(11)

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1 Gambaran Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin ... 60

5.2 Fasilitas Sanitasi Dasar ... 61

5.2.1 Sanitasi Dasar di Sekolah yang Memiliki UKS ... 61

5.2.1.1 Sarana Air Bersih ... 61

5.2.1.2 Sarana Jamban ... 62

5.2.1.3 Sarana Tempat Sampah ... 63

5.2.1.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 64

5.2.2 Fasilitas Sanitasi Dasar di Sekolah yang Tidak Memiliki UKS ... 65

5.2.2.1 Sarana Air Bersih ... 65

5.2.2.2 Sarana Jamban ... 66

5.2.2.3 Sarana Tempat Sampah ... 67

5.2.2.4 Sarana Pembuangan Air Limbah ... 68

5.3 Pelaksanaan UKS di Sekolah Memiliki UKS ... 69

5.3.1 Pendidikan Kesehatan ... 69

5.3.2 Pelayanan Kesehatan ... 70

5.3.3 Penyehatan Kesehatan Lingkungan Sekolah ... 71

5.4 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 72

5.5 Gambaran Perbandingan Sikap Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 73

5.6 Gambaran Perbandingan Tindakan Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Murid di Sekolah Memiliki UKS dengan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 76

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pengambilan Sampel dari Tiap Kelas pada

Sekolah Dasar Tidak Memiliki UKS ... 43

Tabel 3.2 Pengambilan Sampel dari Tiap Kelas pada Sekolah Dasar Memiliki UKS ... 43

Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Nilai pada Pernyataan Sikap ... 48

Tabel 4.1 Distribusi Murid Berdasarkan Karakterisktik Umur dan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.2 Skor Sanitasi Dasar Sekolah Memiliki UKS dan Tidak Memiliki UKS ... 53

Tabel 4.3 Penilaian Pelaksanaan UKS di Sekolah Memiliki UKS ... 55

Tabel 4.4 Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Murid Mengenai PHBS ... 56

Tabel 4.5 Uji Normalitas ... 57

Tabel 4.6 Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid Mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Memiliki UKS dan Sekolah Tidak Memiliki UKS ... 59


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Lampiran 2 Lembar Observasi Sanitasi Dasar Sekolah

Lampiran 3 Kuesioner Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Lampiran 5 Surat Balasan

Lampiran 6 Output SPSS

Lampiran 7 Skor pengetahuan, sikap dan tindakan murid di kedua sekolah

Lampiran 8 Skor pengetahuan, sikap dan tindakan tiap murid pada kedua sekolah Lampiran 9 Gambar


(15)

ABSTRAK

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program upaya kesehatan yang terdapat di sekolah yang memiliki tujuan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) murid. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang baik dapat mengakibatkan murid lebih mudah terpapar penyakit seperti diare dan kecacingan. Hal ini dapat mengganggu daya tangkap murid terhadap pelajaran yang diberikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang PHBS di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS.

Lokasi penelitian di Kota Medan, populasi adalah murid kelas III-V di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah yang tidak memiliki UKS, sampel berjumlah 70 murid dari masing-masing sekolah yang dipilih secara acak sederhana. Data dikumpulkan melalui kuesioner, untuk data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji T dan data yang tidak terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji nonparametrik Mann Whitney.

Hasil penelitian yang didapat bahwa mean skor fasilitas sanitasi dasar adalah 15. Sekolah yang memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik dengan skor 14 dan sekolah yang tidak memiliki UKS memiliki fasilitas sanitasi yang baik pula dengan skor 16, pelaksanaan UKS baik dan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada murid di sekolah yang memiliki UKS dan sekolah tidak memiliki UKS dalam hal pengetahuan (p= 0,001), sikap (p= 0,001),dan tindakan (p=0,001) tentang PHBS.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan murid mengenai PHBS di sekolah memiliki UKS dan tidak memiliki UKS. Sebagai rekomendasi dalam penelitian ini maka diharapkan sekolah yang tidak memiliki UKS dapat bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk membuka UKS.


(16)

ABSTRACT

School Health Unit was a health improvement program located in schools with the aim of increasing Clean and Healthy Life Behaviour students. Without a Clean and Healthy Life Behaviour students more easily exposed to diseases such as diarrhea and worm infestation. It can reduce student ability to receive their lessons.

This study aims to determine there was difference or not in students knowledge, attitudes and practice about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who had and hasn’t had School Health Unit.

Research site was in Medan. Population in this study were class III-V in a elementary school who had School Health Unit and a elementary school who hasn’t had School Health Unit, the samples were 70 students from each school. The sampling technique used was stratified random sampling. Data was obtained by questionnaires and interviews, analyzed using the T test for normally distributed data and Mann Whitney test for data not normally distributed.

The research results showed that basic sanitation score mean were 15, basic sanitation in a school who had School Health Unit was good with score 14 and a school who hasn’t had School Health Unit was good too with score 16, implementation of School Health Unit in a school who had School Health Unit was good, and there are differences (p ≤ 0.05) in students knowledge(p=0,001), attitudes (p=0,001) and practice (p=0,001)about Clean and Healthy Life Behaviour in a school who had and hasn’t had School Health Unit.

Based on the results of the study, concluded that there are differences in students knowledge, attitudes, and actions about Clean and Healthy Life Behaviour in the school who have School Health Unit and a school who hasn’t had School Health Unit. For recommendation in this research it is expected that the school without School Health Unit make cooperation with local goverment clinic to opening School Health Unit.

Keywords: Clean and Healthy Life Behaviour, School Health Unit, basic sanitation, attitudes, knowledge, practice


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan sedari dini. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang sekolah paling dasar dalam pendidikan formal di Indonesia.

Jumlah Sekolah Dasar negeri di Indonesia pada tahun 2012 lebih kurang sebanyak 144.228 Sekolah Dasar. Jumlah tersebut belum termasuk Sekolah Dasar swasta/madrasah. Jumlah anak usia sekolah di Indonesia 30 persen dari jumlah penduduk. Berdasarkan hal tersebut maka anak usia sekolah merupakan pemberi atau modal utama dalam pembangunan nasional yang perlu dilindungi serta dijaga kesehatannya (Mulyawan, 2012).

Anak yang sehat tentunya dapat lebih baik menerima pendidikan dari sekolahnya. Sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).


(18)

Berdasarkan hal tersebut pemerintah pada tahun 1980 Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Kesehatan secara resmi mengeluarkan surat keputusan tentang kebijaksanaan dan pengembangan UKS serta surat keputusan mengenai Tim Pembina UKS. Pada tahun 1984 diterbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, untuk lebih memantapkan pembinaan UKS secara terpadu (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program terpadu lintas 16embil dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah maupun di madrasah. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat disekolah, guna menangani murid yang mengalami kecelakaan ringan di sekolah (upaya pertolongan pertama pada kecelakaan), untuk melayani kesehatan dasar bagi murid selama sekolah (pemberian imunisasi), untuk pemantauan pertumbuhan anak (Effendi, 1998).

Tujuan umum dari UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup bersih dan sehat, serta derajat kesehatan siswa dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal. Tujuan khusus dari UKS adalah memupuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan meningkatkan derajat kesehatan siswa. Penerapan PHBS dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dengan menitikberatkan kepada upaya sanitasi atau pengawasan berbagai 16embil lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995).


(19)

Program pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2007 melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Tanjung Pinang, sebanyak 4.859 murid SD diperiksa dan didapat hasil 89,3 % murid mengalami ganguan gigi berupa karies. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Depkes, 2007).

Berdasarkan laporan pusat promosi kesehatan diketahui bahwa 75% kesehatan dibangun oleh lingkungan yang sehat dan kebiasaan hidup bersih sehat. Tidak ada yang bisa dikerjakan pada kondisi sakit, bahkan aktivitas sehari-hari juga tidak dapat dilakukan bila kondisi fisik, psikis dan lingkungan yang makin buruk (Depkes, 2007). Di Kota Medan terdapat lebih kurang 550 Sekolah Dasar. Kecamatan Medan Baru terdapat 25 Sekolah Dasar (Badan Akreditasi Nasional 2011). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 mengenai pembinaan anak sekolah, setiap sekolah baik dalam tingkat SD, SMP, maupun SMA harus memiliki ruang UKS beserta anggota dan pembina UKS, namun pada kenyataannya hanya terdapat dua Sekolah Dasar yang memiliki UKS. Ketidakberadaan UKS dalam suatu sekolah dasar menjadi masalah, murid di sekolah tidak mendapatkan pendidikan hidup bersih dan sehat yang merupakan salah satu dari Trias dan tujuan UKS. Keberhasilan pembinaan dan pengembangan UKS pada akhirnya akan terlihat pada perilaku hidup sehat dan derajat kesehatan murid. Ini merupakan dampak yang diharapkan dari keseluruhan pola pembinaan dan pengembangan UKS (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada murid dalam program UKS harus diikuti dengan terpenuhinya sanitasi dasar sekolah. Sanitasi dasar sekolah mencakup ketersediaan air bersih, jamban, tempat sampah, serta saluran pembuangan


(20)

air limbah. Pengetahuan serta sikap yang baik mengenai hidup bersih dan sehat bila tidak didukung dengan terpenuhinya sanitasi dasar sekolah maka sekolah yang sehat tidak akan terwujud.

Berdasarkan survey dilapangan yang dilakukan di SD Negeri 080689 Kota Medan memiliki 150 murid dengan jumlah pengajar 15 orang, memiliki empat ruang kelas, tiga kamar mandi yang terpisah antara laki-laki, perempuan serta guru, tidak memiliki UKS. Sekolah tidak memiliki kantin di dalam sekolah, ketika jam istirahat murid sekolah dengan bebas membeli jajanan dari pedagang yang berada di luar sekolah. Setiap kelas memiliki jam olahraga yakni satu setengah jam setiap minggunya, sekali seminggu terdapat ekstrakurikuler renang yang dilaksanakan di kolam renang yang ditunjuk guru olahraga. Di Sekolah Dasar ini hanya terdapat satu tempat sampah pada sekolah yang terletak didepan ruang guru, murid-murid masih banyak yang membuang sampah sembarangan. Hanya terdapat empat ruang kelas sehingga murid masuk sekolah secara bergantian, ada kelas yang masuk pagi dan ada kelas yang masuk siang. Murid pergi ke sekolah dengan pakaian yang 18embilan lengkap. Berdasarkan absensi Januari 2013 rata-rata terdapat dua orang murid yang tidak masuk sekolah dikarenakan sakit di masing-masing kelas.

Sekolah Dasar Negeri 060884 Kota Medan memiliki 786 murid dengan 33 pengajar dan empat pegawai tata usaha, memiliki 18embilan ruangan kelas, tiga kamar mandi terpisah antara laki-laki, perempuan dan guru, memiliki satu ruang perpustakaan, dan memiliki ruang UKS. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah ini berjalan aktif, dengan pembina yakni guru yang terdapat di sekolah tersebut. Murid yang merasa tidak sehat selama pelajaran di sekolah mendapat perawatan di


(21)

UKS. Terdapat pendidikan kesehatan berupa penyuluhan hidup bersih dan sehat yang rutin dilakukan setiap semester. Tiap kelas pada sekolah ini memiliki tempat sampah yang terletak masing-masing diluar ruangan. Sekolah ini memiliki kantin yang terdapat didalam sekolah, murid tidak diizinkan keluar sekolah untuk membeli jajanan ketika jam istirahat, hal ini dikarenakan sekolah terdapat di pinggir jalan raya sehingga sekolah tidak ingin mengambil resiko yang membahayakan muridnya. Berdasarkan absensi bulan Januari 2013, terdapat tiga kelas yang terdapat murid absensi dikarenakan sakit, masing-masing kelas satu murid.

Penerapan kebiasaan hidup bersih dan sehat di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12 tahun) seperti kecacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS (Azwar, 1999). Berdasarkan hal tersebut Penulis tertarik meneliti Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Banyak murid Sekolah Dasar yang tidak melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Mereka bermain di lingkungan sekolah tanpa menggunakan alas kaki, memakan makanan menggunakan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, membuang sampah sembarangan, bahkan terdapat anak usia Sekolah Dasar yang menjadi perokok aktif. Hal ini dapat mengakibatkan anak usia sekolah dapat dengan mudah terapapar penyakit akibat PHBS yang tidak baik. Adanya program UKS untuk


(22)

Sekolah Dasar menjadi salah satu jawaban terhadap masalah PHBS di sekolah. Program UKS yakni pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan penyehatan lingkungan sekolah memberikan murid pengetahuan yang lebih mengenai PHBS, Program UKS menjadi program yang wajib pada setiap sekolah, namun terdapat sekolah yang tidak memiliki UKS. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai perilaku kesehatan murid di sekolah yang tidak memiliki UKS dan sejauh apa UKS dapat mempengaruhi perilaku kesehatan murid di sekolah. Maka dilakukan perbandingan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang PHBS di Sekolah Dasar yang memiliki dan yang tidak memiliki UKS.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar yang memiliki dan yang tidak memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik umur dan jenis kelamin murid Sekolah Dasar pada pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan tidak memiliki UKS

2. Mengetahui pelaksaanaan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar yang memiliki UKS.

3. Mengetahui gambaran keadaan fasilitas sanitasi dasar di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan tidak memiliki UKS


(23)

4. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan pada murid sekolah Dasar yang memiliki UKS dan yang tidak memiliki UKS mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

5. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sikap pada murid Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan yang tidak memiliki UKS mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

6. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tindakan pada murid Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan yang tidak memiliki UKS mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan Sekolah Dasar mengenai manfaat UKS sehingga dapat mengambil langkah-langkah terhadap pembukaan UKS.

2. Sebagai gambaran kondisi pelaksanaan UKS di sekolah sehingga dapat mengambil langkah-langkah terhadap pengembangan UKS

3. Sebagai gambaran kondisi fasilitas sanitasi dasar di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dan tidak memiliki UKS, sehingga pihak sekolah dapat melengkapi/mempertahankan fasilitas sanitasi dasar yang terdapat di sekolah tersebut.

4. Sebagai masukan bagi Puskesmas di wilayah kerja kedua sekolah khususnya pengelola dan penanggung jawab program UKS sehingga program tersebut dapat dikembangkan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekolah Dasar

2.1.1 Pengertian Sekolah Dasar

Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Salah satu tingkat pendidikan sekolah adalah Sekolah Dasar (Hasbullah,2005).

Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi, 2001).

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional (Purwoko,2001).


(25)

2.1.2 Fungsi dan Peranan Sekolah

Fungsi dan peranan sekolah diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sebagian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan betapa penting dan besar pengaruh sekolah (Sarwono,1997).

Fungsi sekolah antara lain sebagai berikut (Hasbullah, 2005):

1. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.

2. Lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. 3. Membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang

beradaptasi dengan baik di masyarakat.

4. Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tersebut kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.

5. Melatih peserta didik untuk berdiri sendiri dan bertanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.


(26)

Dari segi yang mengusahakan sekolah terbagi menjadi dua jenis yakni (Hasbullah, 2005):

1. Sekolah negeri

Sekolah negeri adalah sekolah yang diusahakan pemerintah, baik deri segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar. Penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah ini ditetapkan di dalam Pasal 31 UUD 1945, yang pengaturan penyelenggaraannya diatur menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Instansi penyelenggara pada umumnya adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk sekolah-sekolah umum dan Departemen Agama untuk sekolah yang berciri khas Agama Islam.

2. Sekolah swasta

Sekolah swasta yaitu sekolah yang diusahakan oleh pihak selain pemerintah, yaitu pihak swasta. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 47 ayat (1), yaitu “Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional”. Sekolah swasta berdasarkan statusnya terdiri dari disamakan, diakui, terdaftar dan tercatat.

2.2 Usaha Kesehatan Sekolah

2.2.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan (upaya pertolongan pertama pada kecelakaan/P3K), melayani kesehatan dasar bagi anak didik selama sekolah, memantau pertumbuhan dan status gizi anak didik.


(27)

UKS sebagai media yang diharapkan berperan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditingkat sekolah, secara umum UKS menerapkan program pembinaan melalui sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, dan mencakup sekolah agama, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Luar Biasa (Effendy, 2009).

2.2.2 Sejarah Usaha Kesehatan Sekolah

Pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan UUD 1945 diselenggarakan menurut GBHN 1993 menekankan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Derajat kesehatan menggambarkan pribadi masyarakat dan lingkungan yang sehat. Usia sekolah merupakan usia terbaik untuk menanamkan perilaku sehat semenjak dini. (Ismoyowati, 2007)

Berdasarkan hal tersebut dirintislah Usaha Kesehatan Sekolah pada tahun 1956 melalui Pilot Project di Jakarta dan Bekasi, ini merupakan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri. UKS dijadikan sebagai wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Pada tahun 1980 kerjasama ini ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan tentang kelompok kerja UKS. Kegiatan utama UKS disebut dengan Trias UKS yang terdiri dari pendidikan kesehatan,


(28)

pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Effendy,1998)

Pada tahun 1982 ditandatangani Piagam Kerjasama antara Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, tentang Pembinaan Kesehatan Anak dan Perguruan Agama Islam. Pada tahun 1984 diterbitkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, dengan tujuan untuk lebih memantapkan pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah secara terpadu, dengan Nomor 0408a/U/1984; Nomor 319/Menkes/SKB/VI/1984; Nomor 60 Tahun 1984 tanggal 3 September 1984, tentang Pokok Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Kemudian Surat Keputusan Bersama tersebut diperbaharui dengan Nomor 0372a/P/1989; Nomor 390a/Menkes/SKB/VI/1989 tanggal 12 Juni 1989 tentang Tim Pembina UKS (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

Pada tahun 2003, seiring dengan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralisasi menjadi desentralisasi serta perkembangan di bidang pendidikan dan kesehatan, maka dilakukan penyempurnaan SKB 4 Menteri tahun 1984 menjadi: 1. Nomor: 1/U/SKB; Nomor 1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS.

2. Nomor 2/P/SKB/200, nomor 1068/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor: MA/230 B/2003; Nomor: 4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS Pusat.


(29)

2.2.3 Tujuan, Sasaran dan Peran Usaha Kesehatan Sekolah

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya (Tim Pembina UKS Pusat, 2003). Tujuan khusus dari Usaha Kesehatan Sekolah adalah memupuk kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan derajat kesehatan murid yang mencakup:

1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat.

2. Sehat baik dalam arti fisik, mental maupun sosial.

3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkotika, obat dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya.

Sasaran program Usaha Kesehatan Sekolah adalah peserta didik di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah, guru, pamong pelajar, pengelola pendidikan lainnya, pengelola kesehatan dan masyarakat. Maka pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui tiga program pokok yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah. (Tim Pembina UKS Pusat, 2003).

Peranan UKS adalah sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia Indonesia yang sehat


(30)

fisik, mental, dan sosial serta memiliki produktivitas yang optimal dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, balita, usia sekolah sampai usia lanjut (Effendi,1998).

2.2.4 Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Sekolah

Ruang lingkup kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis, optimal serta menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Depkes, 2007).

Penekanan kegiatan UKS adalah pada upaya promotif dan preventif, untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS (Sumijatun, 2005).

Kegiatan UKS lebih dikenal dengan sebutan Trias UKS, untuk tatanan Sekolah Dasar (SD) dimana kegiatannya berupa pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat (Effendy, 2009)

1. Pendidikan Kesehatan (Health Education in School)

Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, sosial maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun dimasa yang mendatang (Effendi,1998).

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan seperti pemberian pengetahuan mengenai cara memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi, diharapkan peserta didik dapat


(31)

meningkatkan derajat kesehatannya ke tingkat yang lebih baik. Pemeliharaan kesehatan pribadi yang dapat dilakukan peserta didik dengan mebiasakan hidup bersih dan sehat seperti menjaga kebersihan kulit, memelihara kebersihan kuku, memelihara kebersihan rambut, memelihara kebersihan dan kesehatan mata, memelihara kebersihan mulut dan gigi serta memakai pakaian yang bersih dan serasi (Depkes, 2007).

Pendidikan kesehatan memiliki tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar/ berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan bahwa perubahan dapat diinduksikan (Slamet, 2007).

Pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah memiliki tujuan, antara lain:

1. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur.

2. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat. 3. Peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan

dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.

4. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan.

5. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

6. Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang seimbang.


(32)

7. Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar. 9. Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang

optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler. Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan kurikuler adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu pengetahuan sosial. Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. Materi pendidikan kesehatan di sekolah dasar yang masuk dalam sains Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kebersihan dan kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan reproduksi dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani (Anonim, 2010).

Hasil analisis kurikulum tahun 1994 menunjukkan bahwa UKS merupakan bagian dari pendidikan kesehatan dan jasmani serta ada beberapa pokok bahasan pendidikan kesehatan yang dalam pembelajarannya dapat disampaikan terpadu dalam IPA, sebagai contoh, pokok bahasan makanan sehat, penyakit menular dapat digabung dalam materi IPA (Sumijatun, 2005).


(33)

Materi pendidikan penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan UKS di sekolah dasar meliputi kegiatan penyuluhan kesehatan anak, gizi, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan dan berbagai penyuluhan yang lainnya. Pada intinya kegiatan pendidikan UKS untuk anak SD/MI dimulai dengan membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci tangan, membersihkan kuku dan rambut serta pendidikan dokter kecil. (Konsultan Manajemen Nasional Bidang Pengembangan Program, 2010)

2. Pelayanan Kesehatan (School Health Service)

Pada pelayanan kesehatan disekolah atau madrasah penekanan utamanya adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Sumijatun, 2005).

Pelayanan kesehatan meliputi kegiatan peningkatan (promotif), yaitu latihan keterampilan teknis pemeliharaan kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelajaran kesehatan, antara lain : kader kesehatan sekolah, olahraga, kesenian, berkebun dan lomba. Kegiatan pencegahan (preventif), memelihara kesehatan yang bersifat umum dan khusus, penjaringan kesehatan bagi anak, memantau peserta didik, melakukan usaha pencegahan penyakit menular. Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif), dengan mendiagnosa dini terhadap suatu penyakit, melakukan pengobatan terhadap penyakit, imunisasi, melaksanakan


(34)

P3K dan tindakan rujukan ke puskesmas serta pemberian makanan tambahan anak sekolah (Sumijatun, 2005).

Tujuan umum dari pelayanan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dna seluruh warga masyarakat sekolah secara optimal.

Tujuan khusus pelayanan kesehatan antara lain :

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.

3. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit dan kelainan, pengembalian fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal.

4. Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan.

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat.

Pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi kesehatan lingkungan fisik, lingkungan psikososial, dan lingkungan budaya dimana peserta didik mampu memelihara kebersihan, keindahan dan kerapian lingkungan sekolah dengan menjaga ketertiban dan keamanan serta memupuk kekeluargaan dalam setiap melakukan kegiatan sekolah (Effendy,2009).


(35)

Program pembinaan lingkungan sekolah antara lain: 1. Lingkungan fisik sekolah

Meliputi penyediaan dan pemeliharaan tempat pembuangan air bersih, pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah, pengadaan dan pemeliharaan air limbah, pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus dan urinoir, pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium dan tempat ibadah, pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah), pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah, serta pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.

2. Lingkungan mental dan sikap

Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah.

2.2.5 Hasil Program UKS yang Diharapkan

Program UKS diharapkan memberikan dampak terhadap peserta didik maupun lingkungan sekolah, terhadap peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan hidup sehat dan mampu memecahkan masalah kesehatan sederhana dengan turut berpartisipasi aktif dalam UKS dan lingkungan masyarakat, siswa sehat fisik, mental maupun sosial dan siap untuk menjalani kehidupan berkeluarga yang sehat sejahtera dan mandiri, siswa memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk pergaulan bebas, penyalahgunaan napza, kenakalan remaja, siswa memiliki kemampuan untuk


(36)

mengambil keputusan yang benar untuk menghadapi permasalahan dan tantangan kehidupan, siswa mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam pemeliharaan dan membina kebersihan, kelestarian lingkungan fisik di rumah dan sekolah, siswa mempunyai status kesehatan dan kesegaran jasmani yang baik, siswa bebas dari penyakit menular dan penyakit seksual, siswa bebas dari kebiasaan merokok, minum alkohol dan penyalagunaan napza (Depkes, 2007).

Terhadap lingkungan sekolah diharapkan semua ruangan, termasuk kamar mandi, wc dan pekarangan sekolah bersih, tidak ada sampah, serta tersedia sumber air bersih bagi siswa (Effendi, 1998).

2.3 Sanitasi Dasar Sekolah

2.3.1 Pengertian Sanitasi Dasar di Sekolah

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar,1995).

2.3.2 Upaya Sanitasi Dasar di Sekolah

Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah (Azwar,1995).

2.3.2.1Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu


(37)

kesehatan manusia. Mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Sarana sanitasi air adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu PAM, sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam , tempat penampungan air hujan, penampungan mata air, dan perpipaan. Sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat-sifat air memungkinkan terjadinya pengaruh air terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung (Slamet, 2007).

Agar air bersih tidak menyebabkan penyakit bagi manusia maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, sekurang-kurangnya diusahakan mendekati persyaratan yang telah ditentukan. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut (Chandra, 2007)

1. Syarat fisik, persyaratan fisik air minum adalah bening (tidak bewarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara luarnya.

2. Syarat biologis, air harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen. 3. Syarat kimia, air yang sehat harus mengandung zat-zat teretntu didalam jumlah

yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan kesehatan.


(38)

Air berperan dalam penularan penyakit. Ada empat macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu; (Chandra, 2007).

1. Water borne disease, yakni penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau carier. Bila air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada orang yang bersangkutan.

2. Water based disease, yakni penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai penjamu (host) perantara.

3. Water washed disease, yakni penyakit yang ditularkan pada orang lain melalui persediaan air sebagai pencuci atau pembersih.

4. Vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit vektornya berkembang biak dalam air. Misalnya malaria, yellow fever, demam berdarah dan trypanosomiasis

2.3.2.2Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air (Chandra, 2007)

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendirikan bangunan jamban adalah (Notoatmodjo,2007):

1. Harus tertutup, dalam arti bangunan tersebut terlindungi dari pandangan orang lain, dan terlindung dari panas atau hujan serta terjamin privasinya.


(39)

2. Bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat hidupnya berbagai binatang 3. Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, memiliki tempat berpijak yang

kuat, terutama harus dipenuhi jika mendirikan kakus model cemplung.

4. Mempunyai lubang kloset yang kemudian melalui saluran tertentu dialirkan pada sumur penampung dan atau yang terutama diisyaratkan jika mendirikan kakus model pemisahan bangunan kakus dengan tempat penampungan dan atau rembesan.

2.3.2.3Pengelolaan Sampah

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang bersifat mudah membusuk dan ada yang bersifat tidak mudah membusuk. Kotoran manusia sekalipun padat tidak termasuk kedalam definisi sampah, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar (Slamet, 2007). Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,2007).

Atas dasar definisi tersebut maka sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut: 1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah, kebun,

pertanian, dan lainnya

2. Sampah yang tidak dapat membusuk seperti kertas,plastic, karet, gelas, logam dan lainnya


(40)

4. Sampah yang berbahaya terhaddap terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industry yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya

Efek sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsiogenik, teratogenik, dan lain-lainnya. Selain itu terdapat pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industry. Efek tidak langsung dapat dirasakan akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak dalam sampah (Slamet,2007).

Pengolahan sampah meliputi tiga hal pokok yaitu: 1. Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk itu perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini aalah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain:

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah

2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan


(41)

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

2. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing sekolah atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap sekolah atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA).

3. Pemusnahan sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

1. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah

2. Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tengku pembakaran.

3. Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk

2.3.2.4Saluran Pembuangan Air Limbah

Pengertian air limbah adalah eksreta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi dari WC perusahaan-perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan tanah dan air hujan (Azwar, 1995).


(42)

Air limbah dari sekolah biasanya dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya, maka beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:

1. Tidak sampai mengotori sumber air minum

2. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor 3. Tidak mengganggu estetika, baik dari segi pemandangan maupun bau

4. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk rekreasi berenang dan sebagainya.

2.4 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.4.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat (Albar, 2003.


(43)

2.4.2 Tujuan, Manfaat dan Sasaran PHBS

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Sasaran PHBS meliputi tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum dan tatanan institusi kesehatan (Albar, 2003).

Menurut Albar, manfaat PHBS di sekolah antara lain:

1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindung dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit

2. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik

3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)

4. Meningkatkan citra pemerintah daerah dibidang pendidikan 5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

Dari kelima sasaran PHBS tersebut dalam penelitian ini ditekankan pada tatanan institusi pendidikan dimana institusi pendidikan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.


(44)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, yang ternyata umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes, 2007).

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi PHBS

Terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi PHBS, sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor internal, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor eksternal (Dachroni, 2002).

1. Faktor Internal

Faktor internal seperti keturunan. Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikian diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya. Faktor internal lainnya yakni motif. Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor- faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul


(45)

unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu. Faktor eksternal disebut juga faktor lingkungan.

2.4.4 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Indikator PHBS terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan kesehatan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah sangat diperlukan seiring dengan banyaknya penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah yang umumnya berhubungan dengan PHBS. Indikator PHBS di sekolah akan memberikan indikasi keberhasilan atau pencapaian kegiatan PHBS di sekolah. Indikator yang dikembangkan tentunya meliputi indikator yang terkait dengan perilaku siswa di sekolah dan indikator yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan di lingkungan sekolah sebagai bentuk dukungan kebijakan. Indikator PHBS di sekolah dapat dirincikan menjadi dua bagian antara lain indikator perilaku siswa dan indikator lingkungan sekolah. Agar indikator PHBS memenuhi persyaratan tersebut, perlu dilakukan kajian dengan pemilihan responden atau informan masyarakat sekolah terutama siswa sekolah. Dengan diketahuinya perkembangan pelaksanaan PHBS di sekolah maka dapat dilakukan upaya promosi kesehatan lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah sekolah sehat di indonesia (Ismoyowati, 2007).


(46)

Beberapa indikator PHBS di sekolah dasar (Depkes, 2011), meliputi: 1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika berada di sekolah

2. Menggunakan jamban jika buang air kecil dan buang air besar ketika di sekolah 3. Membuang sampah pada tempatnya

4. Mengikuti kegiatan olahraga 5. Jajan di kantin sekolah 6. Memberantas jentik nyamuk

7. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan 8. Tidak merokok disekolah

Jika murid SD memahami PHBS maka dapat menekan tingginya angka kesakitan seperti penyakit diare, DBD dan penyakit ISPA yang kerap kali datang pada musim panca roba (Slamet, 2007).

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Umum

Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana perdagangan. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Syarat- Syarat PHBS di Tempat Umum seperti menggunakan air bersih, menggunakan jamban, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok, tidak meludah sembarangan, memberantas jentik nyamuk, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih .


(47)

2.4.5 Masalah Kesehatan yang Dapat Dikurangi dengan PHBS di Sekolah Masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang dapat dicegah dan dikurangi dengan melaksanakan PHBS di sekolah antara lain diare, karies gigi, gizi buruk, penyakit kulit dan kecacingan. Masalah terbanyak yang ditemui pada anak usia sekolah akibat memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang baik adalah diare, karies gigi serta kecacingan (Masita, 2011). Pelaksanaan PHBS yang baik dapat meningkatkan derajat kesehatan peserta didik sehingga diharapkan angka absensi dikarenakan sakit dapat berkurang.

1. Diare

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare biasanya disebabkan oleh racun bakteria tetapi dapat juga akibat dari infeksi virus. Gejala umum diare antara lain tinja cair atau lembek, muntah, biasanya menyertai diare pada gasteoentritis, demam, gejala dehidrasi yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun serta apatis. Penderita diare umumnya dapat sembuh dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu apabila hidup yang bersih, makan makanan yang bergizi serta istirahat, namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat menyebabkan bila tanpa perawatan (Soegijanto,2005).

Pencegahan diare pada anak usia sekolah melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah dapat dilakukan dengan mencuci tangan sebelum makan serta memakan jajanan sehat/ tidak sembarangan jajan.


(48)

2. Karies gigi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan peripeks yang dapat mengakibatkan nyeri. Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan bahkan kematian. (Dechal, 1991).

Karies gigi sering ditemukan pada anak usia sekolah. Penyakit karies gigi pada anak usia sampai 12 tahun sebesar 74,4% (Depkes, 2007). Program pemeriksaan yang dilakukan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) murid SD di Tanjung Pinang sebanyak 4.859 orang pada tahun 2007 didapat hasil 89,3 % murid mengalami ganguan gigi berupa karies. Pencegahan karies gigi pada anak melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat disekolah dapat dilakukan antara lain dengan memilih jajanan sehat. 3. Kecacingan

Hampir 50-60% anak-anak di daerah rural menderita penyakit cacing terutama penyakit cacing gelang, cacing kremi, cacing perut, dan cacing tambang. Penyakit ini ditularkan ke anak-anak secara langsung dengan menelan telur cacing yang mengkontaminasi makanan mereka, sedangkan cacing tambang ditularkan dengan cara menerobosnya larva pada kaki penderita yang tidak bersepatu (Soegijanto, 2005)


(49)

Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius karena penyakit ini menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya kembang tumbuh anak karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Akibat lainnya seperti kurang gizi dan terjadinya penurunan fungsi kecerdasan.

Penelitian Onggowaluwu (1998) menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif yang diakibatkan infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah. Kondisi seperti ini tentu akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia. Hasil penelitian Elita (2008) di kabupaten Karo tentang faktor resiko gangguan pertumbuhan pada anak kelas 1 Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara gangguan pertumbuhan anak dengan faktor kecacingan.

Pencegahan kecacingan pada anak melalui dapat dicegah melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah, antara lain dengan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah memakan makanan, memakai pakaian yang rapi dan bersih dan memilih jajanan yang sehat/ membawa bekal makanan dari rumah.

2.5 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kesehatan 2.5.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalu panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.


(50)

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan dan mendifinisikan.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, memyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk memperguankan materi yang telah dipelajari pada kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai


(51)

penggunakan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk memjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

2.5.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu selalu ada objeknya, biasanya bersifat evaluatif, relatif mantap, dapat dirubah. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan, kehidupan emosional serta kecendrungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:


(52)

1. Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon, diartikan bahwa subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indicator dari sikap.

3. Menghargai, diartikan bahwa subjek mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab, diartikan bahwa subjek bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :

1. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden. 2.5.3 Tindakan

Tindakan adalah gerakkan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat


(53)

dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis (Notoatmodjo, 2007). Tindakan terdiri dari beberapa tindakan yaitu:

1. Persepsi, mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme, bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis ssudah menjadi kebiasaan.

4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.


(54)

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Ho : Tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS

Sekolah Dasar Tidak Memiliki UKS Memiliki UKS Pelaksanaan UKS

 Baik

 Tidak Baik

PBHS Murid

 Pengetahuan

 Sikap

 Tindakan

Sanitasi Dasar

 Memenuhi Syarat

 Tidak Memenuhi

Syarat Karakteristik

Murid

 Umur

 Jenis Kelamin

Kurang Baik Baik

Sanitasi Dasar

 Memenuhi Syarat

 Tidak Memenuhi Syarat Karakteristik

Murid

 Umur

 Jenis Kelamin


(55)

Ha: Terdapat perbedaan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS.

Ho: Tidak terdapat perbedaan sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS

Ha: Terdapat perbedaan sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS.

Ho: Tidak terdapat perbedaan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS

Ha: Terdapat perbedaan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki UKS dengan murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki UKS


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah studi perbandingan (comparative study) yaitu untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan,sikap dan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan pengetahuan,sikap dan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada murid di Sekolah Dasar yang tidak memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di dua Sekolah Dasar yang terdapat di Kecamatan Medan Baru, yakni Sekolah Dasar Negeri 060889 dan Sekolah Dasar Negeri 060884. Alasan memilih lokasi karena:

1. SDN 060889 merupakan salah satu Sekolah Dasar yang tidak memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terdapat di Kecamatan Medan Baru.

2. Terdapat dua sekolah yang memiliki UKS di Kecamatan Medan Baru, namun hanya SDN 060884 yang memberi izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

3. Belum pernah dilakukan penelitian serupa di kedua Sekolah Dasar tersebut. 3.2.2 Waktu Penelitian


(57)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah murid kelas III-V SDN 060889 yang berjumlah 70 murid dan murid kelas III-V SDN 060884 Kota Medan yang berjumlah 422 murid.

3.3.2 Sampel 3.3.2.1 Besar Sampel

Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian kasus-pembanding (Lemeshow, 2010).

n1= n2= n

n = Z1-α/2 +Z1-β ]}2 (P1-P2)2

P2 tidak diketahui maka dianggap 0,5. Untuk mencari P1 digunakan rumus:

P1 = (OR) P2

(OR) P2+ (1-P2)

n = besar sampel

Z1-α/2 = tingkat kepercayaan (1,96) Z1-β = tingkat kuasa (0,842) P1 =Proporsi terpapar

P2 = Proporsi tidak terpapar

OR = Odds-ratio (2) Maka,

P1 = (2) 0,5

(2) 0,5 + 0,5 P1= 0,67


(1)

33 Nayla S.W Perempuan 8 42 baik 63 baik 21 baik 34 Andre Syahputra Laki-laki 9 40 baik 64 baik 24 baik 35 Rahma Fadhia Perempuan 9 38 baik 65 baik 29 baik 36 Nizaina Khalisha Perempuan 9 40 baik 61 baik 25 baik 37 Rangga Caniago Laki-laki 9 44 baik 58 baik 26 baik 38 Bagas Sardiasyah Laki-laki 8 39 baik 76 baik 27 baik 39 Rahmawati Perempuan 9 39 baik 67 baik 24 baik 40 Sesha Azzara Perempuan 9 41 baik 57 baik 26 baik 41 Fauzi Kurniawan Laki-laki 8 47 baik 69 baik 23 baik 42 Nadine Abdullah Perempuan 9 42 baik 78 baik 31 baik 43 Mutia Rahmana Perempuan 10 41 baik 72 baik 24 baik 44 Ari Laki-laki 10 37 baik 69 baik 27 baik 45 Diva Elisa Caihfah Perempuan 8 40 baik 60 baik 28 baik 46 Yohana Angelica S Perempuan 9 38 baik 70 baik 21 baik 47 Irwansyah Laki-laki 9 38 baik 66 baik 28 baik 48 Dony Azhary Laki 9 43 baik 72 baik 26 baik 49 Sultan Oliver Laki 11 41 baik 67 baik 31 baik 50 Arif Maulana Laki 9 38 baik 69 baik 31 baik 51 Citra Mentari Perempuan 10 42 baik 70 baik 31 baik 52 Najwa Halifah Husnah Perempuan 9 41 baik 71 baik 27 baik 53 Shakira Ahmadi Perempuan 9 38 baik 77 baik 28 baik 54 Aliffita Alsadice Perempuan 9 39 baik 71 baik 31 baik 55 Desi Amelia Perempuan 9 39 baik 68 baik 30 baik 56 Vira Walad Perempuan 10 46 baik 72 baik 32 baik 57 M.Zaki Onan Laki 9 43 baik 64 baik 29 baik 58 Ilham Akbarian Laki 10 39 baik 72 baik 25 baik 59 Ardina Pramudita Perempuan 9 39 baik 64 baik 32 baik 60 Aulia Putri Perempuan 10 36 baik 64 baik 31 baik 61 Tarisha Fandiska Perempuan 9 44 baik 64 baik 27 baik 62 Rizky Irwansyah Laki 10 35 baik 79 baik 31 baik 63 Farah Salsabila Perempuan 10 36 baik 65 baik 31 baik 64 Naja Suhaila Perempuan 9 39 baik 63 baik 27 baik 65 Doni Ramadhan Laki 10 35 baik 65 baik 30 baik 66 Daniel Laki 9 39 baik 63 baik 30 baik 67 M.Hazmi Laki 10 36 baik 75 baik 26 baik 68 Rayhan Maulana Laki 9 38 baik 70 baik 27 baik 69 Wahyu Hidayat Laki 10 42 baik 56 baik 25 baik 70 Dwi Lestari Perempuan 9 40 baik 63 baik 25 baik


(2)

2. Sekolah yang Tidak Memiliki UKS

No. Nama

Jenis

Kelamin Umur

Pengetahuan Sikap Tindakan

Skor Ket. Skor Ket. Skor Ket. 1 Jeki leonardo Laki-laki 8 27 baik 70 baik 24 baik 2 Thomas Laki-laki 8 42 baik 58 baik 19 baik 3 Silvia Agraini Perempuan 8 38 baik 58 baik 17 baik 4 Tiara Leatari Perempuan 8 36 baik 61 baik 27 baik 5 Nopaldi Aldian Bakara Laki-laki 8 18 kurang

baik

63 baik 13 kurang baik 6 Fatimah Perempuan 8 26 baik 64 baik 25 baik 7 Lusiana Manurung Perempuan 8 19 kurang

baik

68 baik 22 baik 8 Aniskha Azzara Perempuan 8 40 baik 60 baik 21 baik 9 Apdi Apriam Laki-laki 10 40 baik 66 baik 21 baik 10 Shefia Ana Perempuan 8 27 baik 67 baik 21 baik 11 Elisabeth Harefa Laki-laki 8 40 baik 71 baik 21 baik 12 Daniel Smith Sipahutar Laki-laki 8 15 kurang

baik

53 baik 20 baik 13 Davit Bonar Laki-laki 8 32 baik 65 baik 21 baik 14 Arya Bima Laki-laki 8 50 baik 58 baik 22 baik 15 Tiara Adelia Putri Perempuan 9 19 kurang

baik

68 baik 18 baik 16 Wahyu Putera Laki-laki 9 24 baik 54 baik 15 kurang

baik 17 Rizky Laki-laki 8 49 baik 55 baik 22 baik 18 Sidik Laki-laki 8 47 baik 56 baik 19 baik 19 Nina Meriya Perempuan 9 37 baik 52 baik 16 baik 20 Nami Perempuan 8 39 baik 57 baik 18 baik 21 Dimas Laki-laki 8 49 baik 55 baik 24 baik 22 Gading Dasi Tambun Laki-laki 8 21 kurang

baik

31 kurang baik

20 baik 23 Farhan Al Fauzi Laki-laki 8 19 kurang

baik

71 baik 20 baik 24 Sindi Putri Utami Perempuan 8 15 kurang

baik

55 baik 23 baik 25 Agustina Lestari Perempuan 10 39 baik 60 baik 17 baik 26 Raihan Khalishah Laki-laki 9 42 baik 60 baik 24 baik 27 Feby Gabriella Perempuan 10 46 baik 72 baik 25 baik 28 Dina Putri Agustari Perempuan 9 33 baik 52 baik 25 baik 29 Putri Pratiwi Perempuan 10 41 baik 55 baik 20 baik 30 Dicky Tarigan Laki-laki 10 35 baik 57 baik 18 baik


(3)

31 Tama Laki-laki 9 27 baik 55 baik 19 baik 32 Pablo Akis Laki-laki 9 27 baik 56 baik 24 baik 33 Vivi Perempuan 11 27 baik 61 baik 15 kurang

baik 34 Sarah Lindia Turowski Perempuan 10 38 baik 73 baik 19 baik 35 Tino Ginting Laki-laki 9 35 baik 56 baik 20 baik 36 Sigit Marsitoaji Laki-laki 10 36 baik 67 baik 20 baik 37 Diva Chiak Alvansa Laki-laki 9 36 baik 65 baik 26 baik 38 Guan Niko Demus Laki-laki 10 40 baik 58 baik 21 baik 39 Gabriel Salmana Perempuan 10 22 baik 56 baik 21 baik 40 Bambang Setiawan Laki-laki 10 34 baik 72 baik 19 baik 41 Stevanus Laki-laki 10 30 baik 62 baik 23 baik 42 Pandi Riadi Laki-laki 10 29 baik 60 baik 22 baik 43 Sari Yusnita Perempuan 10 30 baik 63 baik 23 baik 44 Dwi Pazardanu

Damanik

Laki-laki 10 27 baik 60 baik 19 baik 45 Rafchi Laki-laki 10 33 baik 66 baik 20 baik 46 Adib Dzul Farid Laki-laki 10 21 kurang

baik

67 baik 21 baik 47 Geri Fadilah Laki-laki 11 32 baik 69 baik 21 baik 48 Milliyani Perempuan 10 19 kurang

baik

60 baik 20 baik 49 Stevany Ginting Perempuan 10 27 baik 53 baik 19 baik 50 Novia Anggraini Perempuan 12 26 baik 71 baik 20 baik 51 Bintang Satria Akbar Laki-laki 10 42 baik 78 baik 23 baik 52 Muhammad Rizal Laki-laki 10 30 baik 63 baik 21 baik 53 Tirta Ariska Perempuan 10 39 baik 70 baik 18 baik 54 M.H.D Wardani Laki-laki 12 40 baik 52 baik 22 baik 55 Lisa Delvianti Perempuan 10 35 baik 74 baik 18 baik 56 M. Aji Imansyah Laki-laki 10 48 baik 80 baik 19 baik 57 Silvia Regina Perempuan 11 42 baik 65 baik 21 baik 58 Nipitu Mely Ana Perempuan 11 20 kurang

baik

63 baik 18 baik 59 Novi Mutiara Insani Perempuan 10 35 baik 73 baik 15 kurang

baik 60 Cindy Marshela Perempuan 10 34 baik 66 baik 18 baik 61 Sendi Bangun Laki-laki 11 34 baik 60 baik 21 baik 62 Dianatha Chairans Perempuan 11 37 baik 67 baik 19 baik 63 Salsabila Fatikah Perempuan 11 34 baik 65 baik 20 baik 64 Adi Saputra Laki-laki 10 27 baik 72 baik 21 baik 65 Josua Harjuta Surbakti Laki-laki 10 39 baik 78 baik 23 baik


(4)

66 Citra Putri Ayunda Perempuan 10 18 kurang baik

73 baik 23 baik 67 Dea Lailatul Perempuan 10 33 baik 59 baik 21 baik 68 Apip Pramudita Laki-laki 10 40 baik 69 baik 22 baik 69 Mirzadin Cahyo Laki-laki 10 36 baik 75 baik 19 baik 70 Risdayanti Leo Putri Perempuan 11 35 baik 62 baik 23 baik


(5)

Lampiran Gambar 2. Pembagian Kuesioner SDN 060889

Lampiran Gambar

Lampiran Gambar 1. Sarana Tempat Sampah SDN 060889


(6)

Lampiran Gambar 3. Sarana Penampungan Sampah Sementara SDN 060884


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun Di Yayasan Perguruan Tut Wuri Handayani Di Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

19 227 82

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

13 117 114

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009

4 47 107

Pelaksanaan Program UKS Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Murid SD Negeri 060895 Kecamatan Medan Baru Tahun 2014

3 47 77

Fasilitas dan Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Murid yang Mempunyai dan Tidak Mempunyai Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kelurahan Jadirejo Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru Tahun 2015

9 88 138

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 1 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 4 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 2 7

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

0 1 14