BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Analisis Dampak Merger Dan Akuisisi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Food And Baverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Penggabungan Usaha
Menurut Floyd (2004), bahwa “penggabungan usaha (business combination)
adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu
entitas
ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (unithing with) perusahaan lain
atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”.
Penggabungan usaha umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,
dan konsolidasi. Adapun beberapa alasan yang mempengaruhi terjadinya merger
dan akuisisi yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, meningkatkan
skala ekonomi, meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan, menambah
keterampilan manajemen atau teknologi, untuk meringankan pajak, meningkatkan
likuiditas pemilik, serta mengurangi risiko.
Keputusan merger dan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam
memperbaiki kondisi perusahaan dan peningkatan kinerja perusahaan terutama
dalam kinerja laporan keuangan perusahaan yang pasti membesar serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan mengalami perubahan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Bentuk Penggabungan Badan Usaha
Bentuk kerja sama atau penggabungan badan usaha di antaranya sebagai
berikut:
1. Trust
Trust adalah peleburan beberapa badan usaha menjadi sebuah perusahaan
yang baru, sehingga diperoleh kekuasaan yang besar dan monopoli.
Contoh: Bank Mandiri merupakan gabungan dari Bank Bumi Daya, Bank
Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Ekspor Impor
Indonesia.
2. Kartel
Kartel adalah bentuk kerja sama antara beberapa perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha yang sama dengan tujuan untuk
meningkatkan keuntungan, memperkecil kondisi persaingan, dan
memperluas atau menguasai pasar. Macam-macam kartel yang sering
dijumpai antara lain:
1. Kartel wilayah adalah penggabungan yang didasarkan pada perjanjian
pembagian wilayah atau daerah penjualan dan pemasaran barangnya
2. Kartel produksi adalah penggabungan yang bertujuan untuk
menyelenggarakan produksi bersama secara massal, tetapi masingmasing perusahaan ditetapkan batas jumlah produksi yang
diperbolehkan (kuota produksi)
3. Kartel bersyarat atau kartel kondisi adalah penggabungan dengan
menetapkan syarat-syarat penjualan, penyerahan barang, dan penetapan
kualitas produksi.
4. Kartel harga adalah penggabungan dengan menetapkan harga minimum
dari produk yang dihasilkan masing-masing anggota
5. Kartel pembelian dan penjualan adalah penggabungan untuk pembelian
dan penjualan hasil produksi, agar tidak terjadi persaingan.
3. Holding Company
Holding Company adalah suatu PT yang besar yang menguasai sebagian
besar sero atau saham perusahaan lainnya. Meskipun secara yuridis badan
usaha yang dikuasai tetap berdiri sendiri namun diatur dan dijalankan
sesuai dengan kebijakan PT yang menguasai.
4. Concern
Sebenarnya concern sama halnya dengan holding company, yaitu memiliki
sebagian besar saham-saham dari beberapa badan usaha. Perbedaannya
adalah holding company sering berbentuk PT, sedangkan concern sering
dimiliki perseorangan, yaitu seorang hartawan yang mempunyai modal
yang amat besar.
Universitas Sumatera Utara
5. Corner dan Ring
Corner dan ring adalah penggabungan beberapa badan usaha yang tujuan
mencari keuntungan besar, dengan cara menguasai penawaran barang
untuk memperoleh monopoli dan menaikkan harga.
6. Syndicate
Syndicate adalah kerja sama sementara oleh beberapa badan usaha untuk
menjual atau mengerjakan suatu proses produksi.
7. Joint Venture
Joint venture adalah penggabungan beberapa badan usaha untuk
mendirikan satu bentuk usaha bersama dengan modal bersama pula,
dengan tujuan untuk menggali kekayaan alam dan mendidik tenaga ahli
untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
8. Production Sharing
Production sharing adalah kerja sama bagi hasil antara pihak-pihak
tertentu.
9. Waralaba (Franchise)
Waralaba merupakan sistem usaha yang tidak memakai modal sendiri,
artinya untuk membuka gerai waralaba cukup menggunakan modal milik
investor lain. Seorang franchise (pembeli usaha waralaba) harus
memenuhi syarat-syarat khusus yang ditetapkan oleh
franchisor
(perusahaan waralaba), karena pada franchise akan menggunakan merek
yang sama dengan franchisor sehingga harus memiliki standar yang sama.
Keuntungan yang diperoleh investor waralaba antara lain terhindar dari
biaya trial and error, karena sudah terlebih dahulu dikeluarkan oleh
pemilik usaha (http://id.wikipedia.org/wiki/Merger).
2.1.3 Pengertian Merger Dan Akuisisi
Merger adalah penggabungan usaha dimana hanya akan ada satu
perusahaan yang bertahan dari berbagai perusahaan yang bergabung dan
perusahaan lainnya dibubarkan. Asset dan kewajiban perusahaan yang diambil
alih ditransfer ke perusahaan yang mengambil alih dan perusahaan yang diambil
alih tersebut bubar dan dilikuidasi. Operasional dari masing-masing perusahaan
Universitas Sumatera Utara
yang sebelumnya merupakan perusahaan terpisah dilanjutkan ke dalam entitas
tunggal yang tetap bertahan setelah terjadinya merger (Baker, 2010: 15).
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan
oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan
melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil
baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli.
Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan,
yang pengakuisisi (Acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi
perusahaan yang diakuisisi (acquire), dengan memberikan aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham (SAI, 1995).
2.1.3.1 Sifat Penggabungan Usaha
Meskipun tujuan utama dari penggabungan usaha adalah meningkatkan
profitabilitas, namun alasan keberatan yang menolak adanya penggabungan usaha
harus dipertimbangkan, hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu dari penggabu
-ngan usaha adalah memperoleh efisiensi operasi melalui integrasi operasi secara
horizontal atau vertikal atau mendifersifikasikan resiko usaha melalui operasi
konglomerat.
1. Integrasi Horizontal adalah penggabungan usaha perusahaan-perusahaan
dalam lini usaha atau pasar yang sama.
2. Integrasi Vertikal adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan
dengan operasi yang berbeda secara berturut-turut, tahapan produksi dan/atau
distribusi.
Universitas Sumatera Utara
3. Konglomerasi adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk
dan/atau jasa yang tidak saling berhubungan dengan bermacam-macam. Suatu
perusahaan melakukan difersifikasi untuk mengurangi resiko yang ada pada
lini usaha tertentu, atau mampu menstabilkan penghasilan yang lebih fluktuasi.
2.1.3.2 Bentuk Penggabungan Usaha (Business Combination)
Penggabungan usaha dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu:
1. Merger
Terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi dari entitas
usaha lain dan entitas yang diambil alih tersebut dibubarkan. Contohnya,
perusahaan A membeli aktiva dari perusahaan B secara langsung dari perusahaan
B secara tunai, dengan aktiva lainnya, atau dengan surat berharga perusahaan A
(saham, obligasi, atau wesel), dan perusahaan B dibubarkan.
2. Konsolidasi
Terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk untuk mengambil alih
aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang lebih entitas usaha
yang terpisah, dan entitas-entitas yang terpisah tersebut dibubarkan. Contohnya,
perusahaan D, sebuah perusahaan yang baru dibentuk, memperoleh aktiva bersih
dari perusahaan E dan F dengan menguatkan saham secara langsung kepada
perusahaan E dan F, dan perusahaan E dan F dibubarkan.
3. Akuisisi Saham
Terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari
perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai entitas
Universitas Sumatera Utara
hukum terpisah, tetapi timbul hubungan induk-anak (parent-subsidiary), dan
perusahaan E dan F dibubarkan.
2.1.4 Alasan Melakukan Merger Dan Akuisisi
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan usaha, yaitu :
a. Manfaat Biaya (Cost Advantage)
Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang
dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan. Hal
ini benar terutama pada periode inflasi.
b. Resiko Lebih Rendah (Lower Risk)
Melebihi lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih kecil
resikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya.
Penggabungan usaha kurang beresiko terutama ketika tujuannya adalah
diversifikasi.
c. Berkurangnya Penundaan Operasi (Fewer Operating Delays)
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh dari penggabungan usaha dapat
diharapkan
untuk
segera
beroperasi
dan
memenuhi
peraturan
yang
berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya.
Membangun fasilitas perusahaan yang baru mungkin menimbulkan sejumlah
penundaan
dalam
pembangunannya
karena
diperlukannya
persetujuan
pemerintah untuk memulai operasi.
d. Mencegah pengambil alihan (Avoidance of takeovers)
Beberapa perusahaan bergabung untuk diakuisisi oleh perusahaan lain. Karena
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk
Universitas Sumatera Utara
diambil alih, beberapa di antara mereka memakai strategi pembeli yang agresif
sebagai pertahanan terbaik melawan usaha pengambilalihan oleh perusahaan
lain. Perusahaan-perusahaan dengan rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi
biasanya bukan merupakan calon pengambil alih yang menarik.
e. Akuisisi Harta Tidak Berwujud
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud. Maka, akuisisi atas hak paten, hak atas mineral,
database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama
yang memotifasi suatu penggabungan usaha. Dibandingkan dengan bentuk
perluasan usaha yang lain, perusahaan mungkin memilih penggabungan usaha
untuk memperoleh manfaat dari segi pajak (contohnya: tax loss carry forward)
untuk manfaat pajak penghasilan perseorangan dan pajak atas bangunan, dan
untuk alasan-alasan pribadi. Ego dari manajemen perusahaan dan ahli
pengambilalihan memainkan
peranan penting pada beberapa penggabungan
usaha (Floyd , 2004).
2.1.5 Kelebihan Dan Kekurangan Merger
a. Kelebihan Merger
Pengambilalihan
melalui
merger
lebih
sederhana
dan
lebih
murah
dibanding pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001 : 641).
b. Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama (Harianto
dan Sudomo, 2001: 642).
2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
A. Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai
berikut:
a.
Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran
Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada
pihak Bidding firm.
b.
Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan
langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan
melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen
perusahaan.
c.
Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan
perusahaan yang tidak persahabat (hostile takeover).
d.
Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak
memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham
sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka
tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001: 643-644).
B. Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya
anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar
67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka
terjadi merger.
c.
Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara
hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi
(Harianto dan Sudomo, 2001: 643).
2.1.7 Pengertian Kinerja Karyawan
Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak yang
menyadari adanya tuntutan untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam upaya pengembang
-an ini, pihak manajemen dapat melakukan perbaikan ke dalam, yaitu dengan
melakukan performance appraisal. Penilaian prestasi kerja (performance
appraisal) adalah proses di mana organisasi – organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan. Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan
memberikan manfaat yang penting bagi karyawan, departemen sumber daya
manusia, maupun bagi perusahaan itu sendiri. Kinerja karyawan akan mencapai
hasil yang lebih maksimal apabila didukung dengan knowledge yang
dimiliki. Setiap karyawan diharapkan dapat terus menggali pengetahuannya dan
tidak hanya tergantung atau terpaku pada sistem yang ada. Setiap karyawan juga
Universitas Sumatera Utara
mempunyai peran di dalam meningkatkan kinerja perusahaannya. Menyadari
adanya fenomena tersebut maka perusahaan harus melakukan suatu gebrakan
dengan menerapkan knowledge management (KM) pada karyawannya.
2.1.8 Konsep Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh
masing-masing karyawan untuk membantu perusahaan dalam mencapai dan
mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan
hal yang bersifat individu karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Menurut Malayu (2007), unsur-unsur yang dinilai
dalam penilaian prestasi kerja karyawan:
a. Kesetiaan
Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya,
dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan
karyawan
menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar
pekerjaan dari
rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.
b. Prestasi Kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
c. Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti
kepada para bawahannya.
d. Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
e. Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitas nya
untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih
berdayaguna
dan berhasil berguna.
Universitas Sumatera Utara
f. Kerjasama
Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan
karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal di dalam
maupun di luar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
g. Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain
atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
h. Kepribadian
Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang,
disukai, memberi kesan yang menyenangkan, memperlihatkan sikap yang
baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
i. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berfikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif
sendiri
untuk
menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan
alasan, mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelesaian
masalah yang dihadapinya.
j. Kecakapan
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di
dalam penyusunan
kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
k. Tanggung Jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.
Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masingmasing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai dan mewujudkan
tujuan badan usaha. Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan hal yang
bersifat individu karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda.
Kinerja seseorangtergantung pada kombinasi dari
kemampuan, usaha,dan kesempatan yang diperoleh (Dale, Manajemen Sumber
Daya Manusia Edisi Revisi).2.1.9
Indikator Kinerja Karyawan
Universitas Sumatera Utara
Kinerja (performance )menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan
prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standard,
karena kinerja di ukur berdasarkan standard.
2.1.9.1 Pengukuran Indikator Kinerja
Indikator adalah pengukuran kuantitatif, umumnya pengukuran kuantitif
meliputi numerator dan denominator. Numerator adalah suatu data pembilang
dari suatu peristiwa (events) yang sudah diukur. Denominator data penyebut
adalah jumlah target sasaran atau jumlah seluruh pasien yang menjadi sasaran
pemberian asuhan/layanan.
Cara pengukuran ini disebut dengan proprosi. Tetapi dalam kondisi tertentu
indikator tanpa denominator (hanya data pembilang) sangat berarti untuk kejadian
jarang atau langka tetapi penting. Indikator dapat dikategorikan serius dari
peristiwa yang diukur. Bila peristiwa tersebut dinilai sangat berbahaya atau
berdampak luas, walaupun frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan
atau monitoring yang lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat.
2.1.9.2 Pengumpulan Data Indikator
Pengumpulan data indikator merupakan tulang punggung dari program
pengukuran kinerja. Hal tersebut hanya dapat dikembangkan melalui sistem
manajemen informasi yang tepat dimana pengumpulan data, pengorganisasian,
serta reaksi terhadap data kinerja direncanakan dan di organisir secara sistematik,
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat memberikan makna terhadap perubahan dan peningkatan mutu
perusahaan.
Ada 6 sasaran kunci pengumpulan data kinerja :
1. Menata sistem informasi yang akurat yang mendasari keputusan
mendatang,
2. Menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan hasil
data yang dikumpulkan,
3. Menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang untuk
melakukan tindakan,
4. Menumbuhkan motivasi staff dan merencanakan peningkatan kinerja itu
sendiri,
5. Mengumpulkan data interval secara reguler terhadap proses-proses kritis,
dalam upaya mempertahankan kinerja yang sudah meningkat,
6. Mengumpulkan data obyektif dan subyektif.
Rancangan sistem pengumpulan data kinerja untuk mencapai sasaran
harus mempertimbangkan masalah atau issues yang ada. Seperti siapa
yang harus mengumpulkan data, apa tujuan pengumpulan data, apa
sumber datanya, berapa banyak data yang harus dikumpulkan, apa alat
yang akan digunakan, penyimpangan apa yang terjadi.
Indikator diarahkan pada tindakan. Pada banyak organisasi, informasi yang
diperoleh dari indikator akan memerlukan tindak lanjut melalui investigasi seperti
kunjungan supervisi untuk mengumpulkan lebih banyak data kualitatif, survey
khusus sebelum mengarahkan pada suatu pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9.3 Indikator Pertanyaan Kuisioner
Pertanyaan yang digunakan pada pembahasan ini meliputi tingkat hasil
kerja, kecekatan, tanggung jawab, serta sikap. Setiap pertanyaan dituangkan
dalam bentuk pernyataan dalam kuisioner yang akan dijawab oleh koordinator
masing-masing untuk setiap karyawannya. Setiap pernyataan memiliki 5
tanggapan yang akan dipilih yaitu:
Sangat baik
: 5 point
Baik
: 4 point
Cukup
: 3 point
Kurang
: 2 point
Sangat kurang : 1 point
Tanggapan yang diberikan merupakan hasil penilaian dari setiap koordinator
terhadap setiap karyawan yang dijadikan sampel (karyawan operasional yang
telah memiliki masa kerja sebelum dan sesudah terjadinya merger dan akuisisi).
1. Pernyataan mengenai kecakapan kerja dinilai dari seberapa baik
karyawan tersebut melaksanakan tugas yang diberikan atasan sebelum
dan sesudah terjadinya merger
2. Pernyataan mengenai keterampilan dalam menyelesaikan tugas dinilai
dari seberapa besar inovasi dari setiap karyawan dalam menyelesaikan
tugasnya agar lebih efektif dan efisien dengan fasilitas yang ada
3. Pernyataan kecekatan dinilai dari seberapa cepat karyawan tersebut
menyelesaikan tugasnya untuk dipergunakan oleh perusahaan
Universitas Sumatera Utara
4. Pernyataan daya guna dan hasil guna dinilai dari seberapa besar volume
hasil kerja setiap karyawan dan seberapa besar manfaatnya bagi
perusahaan
5. Pernyataan tanggung jawab dinilai dari seberapa baik sikap karyawan
tersebut dalam menanggungjawabi hasil kerja yang telah ia berikan.
2.2
Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual
Merger (X1)
Merger (X1)
Konflik Peranan
- perananganda
- berbagi fasilitas
Akuisisi (X2)
- phk
Kinerja
Karyawan
PT Indofood
CBP Sukses
Makmur Tbk
dan rekan
akuisisi
(Y)
Gambar
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa merger dan akuisisiKonflik Peranan, peranan ganda, berbagi fasilitas, dan phk memiliki pengaruh
baik secara parsial maupun secara simultan terhadap kinerja karyawan pada
Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.3
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian
maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian ini adalah sebagai
Universitas Sumatera Utara
berikut: Diduga bahwa terdapat salah satu variabel penggabungan usaha (merger :
peranan ganda dan berbagi fasilitas) serta (akuisisi : phk) yang paling berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan Perusahaan Food and Baverage yang
Trerdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Penggabungan Usaha
Menurut Floyd (2004), bahwa “penggabungan usaha (business combination)
adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu
entitas
ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (unithing with) perusahaan lain
atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”.
Penggabungan usaha umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,
dan konsolidasi. Adapun beberapa alasan yang mempengaruhi terjadinya merger
dan akuisisi yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, meningkatkan
skala ekonomi, meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan, menambah
keterampilan manajemen atau teknologi, untuk meringankan pajak, meningkatkan
likuiditas pemilik, serta mengurangi risiko.
Keputusan merger dan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam
memperbaiki kondisi perusahaan dan peningkatan kinerja perusahaan terutama
dalam kinerja laporan keuangan perusahaan yang pasti membesar serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan mengalami perubahan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Bentuk Penggabungan Badan Usaha
Bentuk kerja sama atau penggabungan badan usaha di antaranya sebagai
berikut:
1. Trust
Trust adalah peleburan beberapa badan usaha menjadi sebuah perusahaan
yang baru, sehingga diperoleh kekuasaan yang besar dan monopoli.
Contoh: Bank Mandiri merupakan gabungan dari Bank Bumi Daya, Bank
Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Ekspor Impor
Indonesia.
2. Kartel
Kartel adalah bentuk kerja sama antara beberapa perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha yang sama dengan tujuan untuk
meningkatkan keuntungan, memperkecil kondisi persaingan, dan
memperluas atau menguasai pasar. Macam-macam kartel yang sering
dijumpai antara lain:
1. Kartel wilayah adalah penggabungan yang didasarkan pada perjanjian
pembagian wilayah atau daerah penjualan dan pemasaran barangnya
2. Kartel produksi adalah penggabungan yang bertujuan untuk
menyelenggarakan produksi bersama secara massal, tetapi masingmasing perusahaan ditetapkan batas jumlah produksi yang
diperbolehkan (kuota produksi)
3. Kartel bersyarat atau kartel kondisi adalah penggabungan dengan
menetapkan syarat-syarat penjualan, penyerahan barang, dan penetapan
kualitas produksi.
4. Kartel harga adalah penggabungan dengan menetapkan harga minimum
dari produk yang dihasilkan masing-masing anggota
5. Kartel pembelian dan penjualan adalah penggabungan untuk pembelian
dan penjualan hasil produksi, agar tidak terjadi persaingan.
3. Holding Company
Holding Company adalah suatu PT yang besar yang menguasai sebagian
besar sero atau saham perusahaan lainnya. Meskipun secara yuridis badan
usaha yang dikuasai tetap berdiri sendiri namun diatur dan dijalankan
sesuai dengan kebijakan PT yang menguasai.
4. Concern
Sebenarnya concern sama halnya dengan holding company, yaitu memiliki
sebagian besar saham-saham dari beberapa badan usaha. Perbedaannya
adalah holding company sering berbentuk PT, sedangkan concern sering
dimiliki perseorangan, yaitu seorang hartawan yang mempunyai modal
yang amat besar.
Universitas Sumatera Utara
5. Corner dan Ring
Corner dan ring adalah penggabungan beberapa badan usaha yang tujuan
mencari keuntungan besar, dengan cara menguasai penawaran barang
untuk memperoleh monopoli dan menaikkan harga.
6. Syndicate
Syndicate adalah kerja sama sementara oleh beberapa badan usaha untuk
menjual atau mengerjakan suatu proses produksi.
7. Joint Venture
Joint venture adalah penggabungan beberapa badan usaha untuk
mendirikan satu bentuk usaha bersama dengan modal bersama pula,
dengan tujuan untuk menggali kekayaan alam dan mendidik tenaga ahli
untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
8. Production Sharing
Production sharing adalah kerja sama bagi hasil antara pihak-pihak
tertentu.
9. Waralaba (Franchise)
Waralaba merupakan sistem usaha yang tidak memakai modal sendiri,
artinya untuk membuka gerai waralaba cukup menggunakan modal milik
investor lain. Seorang franchise (pembeli usaha waralaba) harus
memenuhi syarat-syarat khusus yang ditetapkan oleh
franchisor
(perusahaan waralaba), karena pada franchise akan menggunakan merek
yang sama dengan franchisor sehingga harus memiliki standar yang sama.
Keuntungan yang diperoleh investor waralaba antara lain terhindar dari
biaya trial and error, karena sudah terlebih dahulu dikeluarkan oleh
pemilik usaha (http://id.wikipedia.org/wiki/Merger).
2.1.3 Pengertian Merger Dan Akuisisi
Merger adalah penggabungan usaha dimana hanya akan ada satu
perusahaan yang bertahan dari berbagai perusahaan yang bergabung dan
perusahaan lainnya dibubarkan. Asset dan kewajiban perusahaan yang diambil
alih ditransfer ke perusahaan yang mengambil alih dan perusahaan yang diambil
alih tersebut bubar dan dilikuidasi. Operasional dari masing-masing perusahaan
Universitas Sumatera Utara
yang sebelumnya merupakan perusahaan terpisah dilanjutkan ke dalam entitas
tunggal yang tetap bertahan setelah terjadinya merger (Baker, 2010: 15).
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan
oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan
melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil
baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli.
Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan,
yang pengakuisisi (Acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi
perusahaan yang diakuisisi (acquire), dengan memberikan aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham (SAI, 1995).
2.1.3.1 Sifat Penggabungan Usaha
Meskipun tujuan utama dari penggabungan usaha adalah meningkatkan
profitabilitas, namun alasan keberatan yang menolak adanya penggabungan usaha
harus dipertimbangkan, hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu dari penggabu
-ngan usaha adalah memperoleh efisiensi operasi melalui integrasi operasi secara
horizontal atau vertikal atau mendifersifikasikan resiko usaha melalui operasi
konglomerat.
1. Integrasi Horizontal adalah penggabungan usaha perusahaan-perusahaan
dalam lini usaha atau pasar yang sama.
2. Integrasi Vertikal adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan
dengan operasi yang berbeda secara berturut-turut, tahapan produksi dan/atau
distribusi.
Universitas Sumatera Utara
3. Konglomerasi adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk
dan/atau jasa yang tidak saling berhubungan dengan bermacam-macam. Suatu
perusahaan melakukan difersifikasi untuk mengurangi resiko yang ada pada
lini usaha tertentu, atau mampu menstabilkan penghasilan yang lebih fluktuasi.
2.1.3.2 Bentuk Penggabungan Usaha (Business Combination)
Penggabungan usaha dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu:
1. Merger
Terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi dari entitas
usaha lain dan entitas yang diambil alih tersebut dibubarkan. Contohnya,
perusahaan A membeli aktiva dari perusahaan B secara langsung dari perusahaan
B secara tunai, dengan aktiva lainnya, atau dengan surat berharga perusahaan A
(saham, obligasi, atau wesel), dan perusahaan B dibubarkan.
2. Konsolidasi
Terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk untuk mengambil alih
aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang lebih entitas usaha
yang terpisah, dan entitas-entitas yang terpisah tersebut dibubarkan. Contohnya,
perusahaan D, sebuah perusahaan yang baru dibentuk, memperoleh aktiva bersih
dari perusahaan E dan F dengan menguatkan saham secara langsung kepada
perusahaan E dan F, dan perusahaan E dan F dibubarkan.
3. Akuisisi Saham
Terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari
perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai entitas
Universitas Sumatera Utara
hukum terpisah, tetapi timbul hubungan induk-anak (parent-subsidiary), dan
perusahaan E dan F dibubarkan.
2.1.4 Alasan Melakukan Merger Dan Akuisisi
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan usaha, yaitu :
a. Manfaat Biaya (Cost Advantage)
Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang
dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan. Hal
ini benar terutama pada periode inflasi.
b. Resiko Lebih Rendah (Lower Risk)
Melebihi lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih kecil
resikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya.
Penggabungan usaha kurang beresiko terutama ketika tujuannya adalah
diversifikasi.
c. Berkurangnya Penundaan Operasi (Fewer Operating Delays)
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh dari penggabungan usaha dapat
diharapkan
untuk
segera
beroperasi
dan
memenuhi
peraturan
yang
berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya.
Membangun fasilitas perusahaan yang baru mungkin menimbulkan sejumlah
penundaan
dalam
pembangunannya
karena
diperlukannya
persetujuan
pemerintah untuk memulai operasi.
d. Mencegah pengambil alihan (Avoidance of takeovers)
Beberapa perusahaan bergabung untuk diakuisisi oleh perusahaan lain. Karena
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk
Universitas Sumatera Utara
diambil alih, beberapa di antara mereka memakai strategi pembeli yang agresif
sebagai pertahanan terbaik melawan usaha pengambilalihan oleh perusahaan
lain. Perusahaan-perusahaan dengan rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi
biasanya bukan merupakan calon pengambil alih yang menarik.
e. Akuisisi Harta Tidak Berwujud
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud. Maka, akuisisi atas hak paten, hak atas mineral,
database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama
yang memotifasi suatu penggabungan usaha. Dibandingkan dengan bentuk
perluasan usaha yang lain, perusahaan mungkin memilih penggabungan usaha
untuk memperoleh manfaat dari segi pajak (contohnya: tax loss carry forward)
untuk manfaat pajak penghasilan perseorangan dan pajak atas bangunan, dan
untuk alasan-alasan pribadi. Ego dari manajemen perusahaan dan ahli
pengambilalihan memainkan
peranan penting pada beberapa penggabungan
usaha (Floyd , 2004).
2.1.5 Kelebihan Dan Kekurangan Merger
a. Kelebihan Merger
Pengambilalihan
melalui
merger
lebih
sederhana
dan
lebih
murah
dibanding pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001 : 641).
b. Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama (Harianto
dan Sudomo, 2001: 642).
2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
A. Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai
berikut:
a.
Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran
Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada
pihak Bidding firm.
b.
Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan
langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan
melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen
perusahaan.
c.
Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan
perusahaan yang tidak persahabat (hostile takeover).
d.
Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak
memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham
sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka
tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001: 643-644).
B. Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya
anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar
67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka
terjadi merger.
c.
Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara
hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi
(Harianto dan Sudomo, 2001: 643).
2.1.7 Pengertian Kinerja Karyawan
Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak yang
menyadari adanya tuntutan untuk memiliki kemampuan dalam membuat rencana
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam upaya pengembang
-an ini, pihak manajemen dapat melakukan perbaikan ke dalam, yaitu dengan
melakukan performance appraisal. Penilaian prestasi kerja (performance
appraisal) adalah proses di mana organisasi – organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan. Jika dikerjakan dengan benar, hal ini akan
memberikan manfaat yang penting bagi karyawan, departemen sumber daya
manusia, maupun bagi perusahaan itu sendiri. Kinerja karyawan akan mencapai
hasil yang lebih maksimal apabila didukung dengan knowledge yang
dimiliki. Setiap karyawan diharapkan dapat terus menggali pengetahuannya dan
tidak hanya tergantung atau terpaku pada sistem yang ada. Setiap karyawan juga
Universitas Sumatera Utara
mempunyai peran di dalam meningkatkan kinerja perusahaannya. Menyadari
adanya fenomena tersebut maka perusahaan harus melakukan suatu gebrakan
dengan menerapkan knowledge management (KM) pada karyawannya.
2.1.8 Konsep Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh
masing-masing karyawan untuk membantu perusahaan dalam mencapai dan
mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan
hal yang bersifat individu karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Menurut Malayu (2007), unsur-unsur yang dinilai
dalam penilaian prestasi kerja karyawan:
a. Kesetiaan
Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya,
dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan
karyawan
menjaga dan membela organisasi di dalam maupun di luar
pekerjaan dari
rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab.
b. Prestasi Kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
c. Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti
kepada para bawahannya.
d. Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
e. Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitas nya
untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih
berdayaguna
dan berhasil berguna.
Universitas Sumatera Utara
f. Kerjasama
Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan
karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal di dalam
maupun di luar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
g. Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain
atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
h. Kepribadian
Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang,
disukai, memberi kesan yang menyenangkan, memperlihatkan sikap yang
baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
i. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berfikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif
sendiri
untuk
menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan
alasan, mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelesaian
masalah yang dihadapinya.
j. Kecakapan
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di
dalam penyusunan
kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
k. Tanggung Jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.
Kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masingmasing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai dan mewujudkan
tujuan badan usaha. Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan hal yang
bersifat individu karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda.
Kinerja seseorangtergantung pada kombinasi dari
kemampuan, usaha,dan kesempatan yang diperoleh (Dale, Manajemen Sumber
Daya Manusia Edisi Revisi).2.1.9
Indikator Kinerja Karyawan
Universitas Sumatera Utara
Kinerja (performance )menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan
prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standard,
karena kinerja di ukur berdasarkan standard.
2.1.9.1 Pengukuran Indikator Kinerja
Indikator adalah pengukuran kuantitatif, umumnya pengukuran kuantitif
meliputi numerator dan denominator. Numerator adalah suatu data pembilang
dari suatu peristiwa (events) yang sudah diukur. Denominator data penyebut
adalah jumlah target sasaran atau jumlah seluruh pasien yang menjadi sasaran
pemberian asuhan/layanan.
Cara pengukuran ini disebut dengan proprosi. Tetapi dalam kondisi tertentu
indikator tanpa denominator (hanya data pembilang) sangat berarti untuk kejadian
jarang atau langka tetapi penting. Indikator dapat dikategorikan serius dari
peristiwa yang diukur. Bila peristiwa tersebut dinilai sangat berbahaya atau
berdampak luas, walaupun frekuensinya rendah, maka diperlukan pengawasan
atau monitoring yang lebih intens untuk perbaikan yang lebih cepat.
2.1.9.2 Pengumpulan Data Indikator
Pengumpulan data indikator merupakan tulang punggung dari program
pengukuran kinerja. Hal tersebut hanya dapat dikembangkan melalui sistem
manajemen informasi yang tepat dimana pengumpulan data, pengorganisasian,
serta reaksi terhadap data kinerja direncanakan dan di organisir secara sistematik,
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat memberikan makna terhadap perubahan dan peningkatan mutu
perusahaan.
Ada 6 sasaran kunci pengumpulan data kinerja :
1. Menata sistem informasi yang akurat yang mendasari keputusan
mendatang,
2. Menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan hasil
data yang dikumpulkan,
3. Menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang untuk
melakukan tindakan,
4. Menumbuhkan motivasi staff dan merencanakan peningkatan kinerja itu
sendiri,
5. Mengumpulkan data interval secara reguler terhadap proses-proses kritis,
dalam upaya mempertahankan kinerja yang sudah meningkat,
6. Mengumpulkan data obyektif dan subyektif.
Rancangan sistem pengumpulan data kinerja untuk mencapai sasaran
harus mempertimbangkan masalah atau issues yang ada. Seperti siapa
yang harus mengumpulkan data, apa tujuan pengumpulan data, apa
sumber datanya, berapa banyak data yang harus dikumpulkan, apa alat
yang akan digunakan, penyimpangan apa yang terjadi.
Indikator diarahkan pada tindakan. Pada banyak organisasi, informasi yang
diperoleh dari indikator akan memerlukan tindak lanjut melalui investigasi seperti
kunjungan supervisi untuk mengumpulkan lebih banyak data kualitatif, survey
khusus sebelum mengarahkan pada suatu pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9.3 Indikator Pertanyaan Kuisioner
Pertanyaan yang digunakan pada pembahasan ini meliputi tingkat hasil
kerja, kecekatan, tanggung jawab, serta sikap. Setiap pertanyaan dituangkan
dalam bentuk pernyataan dalam kuisioner yang akan dijawab oleh koordinator
masing-masing untuk setiap karyawannya. Setiap pernyataan memiliki 5
tanggapan yang akan dipilih yaitu:
Sangat baik
: 5 point
Baik
: 4 point
Cukup
: 3 point
Kurang
: 2 point
Sangat kurang : 1 point
Tanggapan yang diberikan merupakan hasil penilaian dari setiap koordinator
terhadap setiap karyawan yang dijadikan sampel (karyawan operasional yang
telah memiliki masa kerja sebelum dan sesudah terjadinya merger dan akuisisi).
1. Pernyataan mengenai kecakapan kerja dinilai dari seberapa baik
karyawan tersebut melaksanakan tugas yang diberikan atasan sebelum
dan sesudah terjadinya merger
2. Pernyataan mengenai keterampilan dalam menyelesaikan tugas dinilai
dari seberapa besar inovasi dari setiap karyawan dalam menyelesaikan
tugasnya agar lebih efektif dan efisien dengan fasilitas yang ada
3. Pernyataan kecekatan dinilai dari seberapa cepat karyawan tersebut
menyelesaikan tugasnya untuk dipergunakan oleh perusahaan
Universitas Sumatera Utara
4. Pernyataan daya guna dan hasil guna dinilai dari seberapa besar volume
hasil kerja setiap karyawan dan seberapa besar manfaatnya bagi
perusahaan
5. Pernyataan tanggung jawab dinilai dari seberapa baik sikap karyawan
tersebut dalam menanggungjawabi hasil kerja yang telah ia berikan.
2.2
Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual
Merger (X1)
Merger (X1)
Konflik Peranan
- perananganda
- berbagi fasilitas
Akuisisi (X2)
- phk
Kinerja
Karyawan
PT Indofood
CBP Sukses
Makmur Tbk
dan rekan
akuisisi
(Y)
Gambar
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa merger dan akuisisiKonflik Peranan, peranan ganda, berbagi fasilitas, dan phk memiliki pengaruh
baik secara parsial maupun secara simultan terhadap kinerja karyawan pada
Perusahaan Food and Baverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.3
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian
maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian ini adalah sebagai
Universitas Sumatera Utara
berikut: Diduga bahwa terdapat salah satu variabel penggabungan usaha (merger :
peranan ganda dan berbagi fasilitas) serta (akuisisi : phk) yang paling berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan Perusahaan Food and Baverage yang
Trerdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara