BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Mikroorganisme - Evaluasi Kadar Bakteri Di Udara Dengan Menggunakan Media Plate Count Agar (PCA) Berdasarkan Tinggi Secara Vertikal Di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dengan Metode Total Plate Count (TPC)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Mikroorganisme
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata biasa tanpa bantuan suatu peralatan khusus. Makhluk ini yang disebut jasad renik atau mikroorganisme, terdapat di mana-mana. Di antaranya ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,
12 tetapi ada pula yang merugikan seperti menimbulkan penyakit.
Pengaruh mikroorganisme terhadap kehidupan manusia dimulai sejak bayi dilahirkan. Setelah bayi lahir, ia akan berhubungan dengan mikroorganisme yang ada di alam bebas dan orang-orang yang disekitarnya. Mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembang biak serta mengadakan kolonisasi pada permukaan tubuh seperti kulit, kuku, rongga hidung, rongga telinga luar, rongga mulut, dan tenggorokan serta permukaan bagian dalam tubuh, misalnya pada saluran cerna
13
bagian bawah seperti kolon dan rektum. Mikroorganisme adalah agen penyebab
11
infeksi. Dunia mikroorganisme yang mempengaruhi kehidupan manusia terdiri atas
13 bakteri, virus, dan jamur.
2.1.1 Bakteri
Secara garis besar bakteri yang hidup di alam terbagi atas bakteri yang
14
membutuhkan dan tidak membutuhkan zat oksigen dan gas-gas lainnya. Bakteri termasuk dalam golongan prokariot, ukurannya sangat kecil berkisar 0,5-5 μm dan
13
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Prokariot adalah organisme yang tidak memiliki nuklei dan membran untuk menyimpan bahan-bahan genetika dan pada
15 umumnya merupakan uniselular.
2.1.1.1 Morfologi Bakteri
Bentuk bakteri bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat (kokus), batang
13,15 (basil), dan ada yang berbentuk spiril.
15 Gambar 2.1 Morfologi Bakteri
a. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola. Kokus mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
- Mikrokokus, jika tunggal dan kecil.
- Diplokokus, jika dua kokus bergandengan.
- Tetrakokus, jika empat kokus bergandengan dan membentuk bujursangkar.
- Sarkina, jika kokus bergerombol dan membentuk kubus.
- Stafilokokus, jika bergerombol.
- Streptokokus, jika bergandengan membentuk rantai.
b. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Monobasilus, jika basil berdiri sendiri-sendiri.
- Diplobasilus, jika dua basil bergandengan.
- Streptobasilus, jika bergandengan membentuk rantai.
c. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Spiral, jika spiril berbentuk seperti gelombang.
- Vibrio, jika lengkung kurang dari setengah lingkaran atau berbentuk koma.
2.1.1.2 Pengaruh Lingkungan Terhadap Bakteri
13,15
1. Suhu
13,15 c. Bakteri termofil (heat loving bacteria), yaitu bakteri yang tumbuh
Seperti halnya makhluk hidup tingkat tinggi, untuk pertumbuhannya, bakteri perlu suhu tertentu. Atas dasar suhu yang diperlukan untuk tumbuh, bakteri dapat dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut:
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembaban, dan cahaya.
o
C, dengan suhu optimum 25
o
C. Misalnya golongan mikroorganisme laut.
b. Bakteri mesofil (moderater temperature loving bacteria), yaitu bakteri ini tumbuh antara suhu (25-40)
o
C dengan suhu optimal 37
o
c, misalnya golongan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi pada manusia.
a. Bakteri psikrofil (cold loving bacteria), yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara (0-20)
o
antara suhu (50-60) C.
15
2. Kelembaban Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, kira-kira
85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
15
3. Cahaya Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan.
2.1.2 Virus
Virus memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan bakteri, yaitu berkisar 20 nm dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Intinya terdiri atas RNA atau DNA saja, hidupnya intraseluler, tidak dapat dihambat oleh antibiotika, bentuknya bermacam-macam yaitu segi banyak beraturan,
13 dan filamentous.
Virus yang kali pertama ditemukan adalah Tobacco mosaic virus oleh Iwanowski pada tahun 1892. Infeksi oleh virus biasanya akan disertai imunitas yang
long life (berjangka waktu panjang), misalnya akibat infeksi variola virus, tetapi ada
13 pula yang merusak sistem imun misalnya pada infeksi HIV.
2.1.3 Fungi (Jamur)
Jamur termasuk dalam golongan eukariot, memiliki ukuran yang bermacam- macam, memiliki dinding sel, dan heterotrof. Heterotrof adalah tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh karena itu, jamur menyerap zat organik dari lingkungannya untuk bertahan hidup. Umumnya jamur terdiri atas banyak sel, tetapi ada yang hanya terdiri atas satu sel misalnya golongan ragi. Jamur juga ada
13 makroskopik dan mikroskopik.
2.2 Infeksi Silang
2 Infeksi merupakan suatu resiko kesehatan kerja bagi para petugas kesehatan.
Infeksi silang merupakan transmisi dari agen infeksi antara pasien dan operator dalam lingkungan klinis. Transmisi dapat terjadi antara kontak orang yang satu terhadap orang yang lainnya atau melalui objek yang terkontaminasi. Transmisi infeksi dari satu orang terhadap yang lainnya, memerlukan: sumber infeksi, agen infeksi, dan jalur penyebaran infeksi. Infeksi silang dapat terjadi melalui jalur
16,17 sebagai berikut yaitu antara pasien, dokter gigi beserta staf, instrumen, dan udara.
18 Gambar 2.2 Jalur Penyebaran Infeksi di Klinik Beberapa organisme atau agen infeksi dapat ditularkan dalam perawatan gigi
19
melalui:
1. Penularan langsung. Adanya kontak langsung dengan lesi infeksi, saliva, darah atau cairan mukosa mulut lainnya.
2. Penularan tidak langsung. Adanya perpindahan mikroorganisme dari obyek perantara yang terkontaminasi, misalnya peralatan dan permukaan lingkungan kerja.
3. Percikan darah, saliva, atau sekresi langsung pada kulit atau mukosa yang lecet.
4. Aerosol, merupakan penyebaran mikroorganisme melalui udara.
Menurut suharto dkk., penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke hospes. Ada 4 jalan yang dapat ditempuh yaitu kontak langsung, alat,
12
udara, dan vektor. Kebanyakan pembawa penyakit infeksi tidak dapat diketahui dengan mudah. Risiko infeksi terdapat pada praktek gigi karena banyak agen infeksi
20 yang bisa ditularkan.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan, maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit. Salah satu syarat yang harus diterapkan pihak rumah sakit adalah kualitas udara ruang. Adapun indeks angka kuman udara yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
3
untuk ruang operasi adalah 10 CFU/m dan ruang pemulihan/perawatan,
3
21 administrasi, pertemuan adalah 200-500 CFU/m .
2.3 Penyakit Infeksi
Banyak penyakit yang dijumpai pada praktek dokter gigi, puskesmas, bahkan rumah sakit. Kadang-kadang pasien yang terinfeksi datang untuk mencari perawatan
22,23,24 dan tidak jarang pula tenaga medis tertular oleh kondisi penyakit dari pasien.
2.3.1 Hepatitis
2.3.1.1 Hepatitis A
Virus hepatitis A (HAV) adalah penyakit keturunan dan merupakan virus RNA. Infeksi HAV menyebabkan penyakit kuning dan jarang menyebabkan kematian. Pada orang dewasa tingkat kematian adalah sekitar 1 dari 1000 orang dan pada orang lebih dari 50 tahun tingkat kematian sekitar 27 dari 1000. Masa inkubasi virus hepatitis A adalah sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah seseorang sembuh dari infeksi virus hepatitis A, orang tersebut akan terlindungi seumur hidup. Vaksin untuk virus Hepatitis A sekarang sudah tersedia. Jika seseorang belum terkena HAV,
22,23 vaksinasi satu kali dapat memberikan kekebalan seumur hidup.
2.3.1.2 Hepatitis B
Infeksi virus hepatitis B (HBV) disebabkan oleh virus DNA yang merupakan suatu Hepadnavirus. Secara klinis kebanyakan pasien yang terinfeksi HBV tidak
23
teridentifikasi. Virus ini diperkirakan menginfeksi sepertiga dari total populasi dunia dan sekitar 20% dari mereka terinfeksi kronis. Tidak hanya menyebabkan infeksi kronis, virus ini juga dapat menyebabkan sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Sebagai tahap awal dalam mencegah infeksi HBV, small hepatitis B
surface antigen (sHBsAg) digunakan sebagai komponen utama dari vaksin hepatitis
22 B.
Masa inkubasi berlangsung 45-160 hari oleh karena itu disebut juga infeksi hepatitis kronis. Transmisi ditularkan terutama melalui darah. Menurut Hasil infeksi HBV - sekitar 90% dari yang terinfeksi menjadi sehat kembali, sekitar 9-10% menjadi pembawa asimtomatik atau menderita hepatitis kronis persisten; sekitar 1% berkembang menjadi penyakit fulminan setelah terinfeksi dan menyebabkan kematian. Vaksin terhadap infeksi HBV telah tersedia. Tingkat infeksi di kalangan dokter gigi (termasuk dokter umum dan spesialis) berkisar dari 13,6% sampai 38,5%. Oleh karena itu penyakit ini tidak sedikit menyerang dokter gigi. Ada beberapa kasus dokter gigi yang terinfeksi HBV dari pasien . Menurut Centers for Disease Control
& Prevention (CDC) dosis vaksin booster mungkin tidak dianggap perlu karena
respon anemnistic dan kurangnya bukti dari orang yang sebelumnya diimunisasi
22,23 menjadi terinfeksi kembali (tubuh akan menunjukkan respon imun protektif).
2.3.1.3 Hepatitis C
Hepatitis C Virus (HCV) diidentifikasi pertama kali pada tahun l998 dan merupakan penyakit yang penting karena bertanggung jawab atas sekitar 90% hepatitis pasca transfusi dan diduga 3% populasi dunia telah terinfeksi virus hepatitis C yang mempunyai masa inkubasi sekitar 7 minggu. Hepatitis C kronis menjadi penyebab utama dari Sirosis hati dan Karsinoma hepatoseluler. Lebih dari 60% yang terinfeksi dapat menjadi penyakit hati kronis. Dari yang terjangkit penyakit ini, 30-
22,23 60% menjadi penyakit hati aktif dan 5-20% menjadi sirosis hati.
Virus hepatitis C biasanya menular melalui transfusi darah, kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Penyakit ini juga biasa terlihat pada orang-orang yang menggunakan berbagi jarum selama pemakaian narkoba, dan pada pasien dengan penyakit menular seksual lainnya. Penyakit ini bisa sangat melemahkan dan
22,23 bisa berakibat fatal.
2.3.1.4 Hepatitis D
Virus hepatitis D adalah suatu virus seperti partikel yang selalu tergantung pada kehadiran infeksi virus Hepatitis B pada pasien (piggy-back virus). Penyakit ini mungkin terjadi sebagai koinfeksi dengan HBV atau setelah terinfeksi oleh HBV.
22,23 Cara penularannya dapat melalui darah dan kontak cairan tubuh lainnya.
Infeksi virus hepatitis D adalah infeksi paling berbahaya yang terjadi pada pasien. Dokter gigi harus menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh lain dari pasien dengan menggunakan teknik perlindungan yang baik dan benar serta memiliki pembuangan limbah yang baik untuk menghindari infeksi silang antara
22,23 pasien lainnya.
2.3.2 Human Immunodeficiency Virus
AIDS disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu suatu virus yang melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Awalnya penyakit ini hanya terlihat pada masyarakat homoseksual dan kemudian ditemukan pada semua lapisan
22,23 masyarakat termasuk heteroseksual, perempuan dan anak-anak.
Ada banyak klasifikasi untuk AIDS seperti Center For Disease Control’s
Surveilance Definition , Klasifikasi Walter-Reed atau Klasifikasi WHO. Pada tahap
awal infeksi HIV tidak dapat terlihat dan biasa disertai dengan gejala seperti lemah, artralgia, atau bahkan sama sekali tanpa gejala. Pada perkembangannya, infeksi HIV dapat dikaitkan dengan berbagai kondisi. Beberapa lesi oral yang terkait dengan infeksi HIV dan AIDS adalah Hairy Leukoplakia, Kaposi’s Sarkoma dan
Kandidiasis . Sangat penting dokter gigi untuk mengetahui tampakan klinis dari lesi
oral tersebut. Selain kondisi dalam rongga mulut, ada juga kondisi sistemik seperti
22,23 infeksi protozoa, infeksi jamur, infeksi virus lain dan infeksi mikrobakteri.
2.3.3 Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang paling lama dikenal oleh manusia. Di masa lalu Negara yang paling banyak terjangkit Tuberkulosis masih ada dibawah kontrol. Tetapi sekarang penyakit ini telah muncul kembali dengan tipe baru multi-drug-resistant-strains. Mycobacterium Tuberkolosis adalah bakteri yang dibawa oleh infektif udara inti droplet dan dapat dihasilkan oleh paru-paru, bersin, batuk, berbicara atau menyanyi. Partikel-partikel yang sangat kecil (1-5 µm) dapat tinggal di udara selama berjam-jam. Infeksi dapat terjadi ketika seeorang menghirup inti droplet yang mengandung M. tuberkolosis, yang kemudian
22,23 berjalan sampai ke alveoli paru-paru. Setiap tahun sekitar 8 juta orang terjangkit TB dan 3 juta diantaranya meninggal. TB banyak menyerang sistem pernafasan, gejala penyakit TBC aktif adalah batuk lebih dari 3 minggu (batuk produktif), dahak dengan darah, kelelahan, malaise, demam, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan berkeringat di malam hari. Jika didiagnosis dengan infeksi aktif pasien harus dirawat sampai sembuh dan kemudian dapat dilakukan perawatan gigi. Di Amerika Serikat, dokter gigi dapat menunda perawatan gigi sampai pasien tersebut telah dikatakan sembuh, dan pengobatan gigi darurat dapat diberikan tetapi harus dilengkapi dengan perlengkapan khusus dengan kontrol kontaminasi silang dalam pekerjaan. Fasilitas tersebut meliputi ruang pengobatan yang negatif terkontaminasi virus. Pendingin udara dan sistem ventilasi juga harus dilengkapi dengan filter HEPA dan personil harus menggunakan masker yang memiliki filter HEPA selama kontak dengan pasien
22,23 yang terinfeksi.
2.4 Standard Precautions
Prosedur penatalaksanaan infeksi silang yang umum digunakan adalah berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Pada awalnya, aturan ini dikenal sebagai universal precautions.
Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi, istilah universal precautions diubah menjadi standard
25 precautions .
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Standard
Precautions dikembangkan dari universal precautions dengan menggabungkan dan
menambah tahapan pencegahan yang dirancang untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh yang lain. Standar ini harus dilakukan untuk semua pasien ketika melakukan tindakan yang melibatkan kontak dengan darah, semua cairan tubuh, sekresi, ekskresi
25 (kecuali keringat), kulit dengan luka terbuka dan mukosa.
Standard precautions merupakan tindakan pencegahan infeksi minimum yang
dilakukan pada semua tindakan perawatan terhadap pasien untuk mengurangi risiko infeksi menular pada operator baik dari sumber terinfeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Prosedur standard precautions bertujuan untuk melindungi dokter gigi, pasien, dan staf dari paparan objek yang infeksius selama prosedur perawatan berlangsung. Standard precautions di bidang ilmu kedokteran gigi terdiri dari perlindungan diri, sterilisasi instrumen, sterilisasi permukaan (asepsis dan
25,26,27 disinfeksi), penggunaan alat sekali pakai, dan pembuangan limbah medis.
2.4.1 Perlindungan Diri
Perlindungan diri pada standard precautions terdiri dari mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, menggunakan masker, menggunakan kacamata
24,25,28 pelindung, menggunakan jas praktek atau jas laboratorium, dan imunisasi.
2.4.1.1 Cuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun perlu dilakukan setiap sebelum dan sesudah merawat pasien. Setiap kali selesai perawatan, sarung tangan harus dibuang dan tangan harus dicuci lagi sebelum mengenakan sarung tangan yang baru. Tujuan mencuci tangan adalah untuk menurunkan jumlah mikroorganisme pada tangan dan untuk mencegah penyebarannya ke area yang tidak terkontaminasi, seperti pasien,
28 tenaga kesehatan, dan peralatan.
Gambar 2.3 Prosedur mencuci tangan29
2.4.1.2 Penggunaan Sarung Tangan
Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali pakai. Hal ini untuk melindungi dokter gigi, staf dan pasien. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk mencegah bersentuhan langsung dengan darah, saliva, mukosa, cairan tubuh, atau sekresi tubuh lainnya dari penderita. Sarung tangan vinil dapat dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks. Sarung tangan harus diganti setiap selesai perawatan pada setiap pasien.
28 Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi,
diantaranya:
30
a. Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan.
b. Sarung tangan steril harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan.
c. Sarung tangan heavy duty harus dipakai saat membersihkan alat, permukaan kerja atau saat menggunakan bahan kimia.
30 Gambar 2.4 Sarung tangan steril
2.4.1.3 Penggunaan Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Efektifitas penyaringan dari masker tergantung pada bahan yang dipakai (masker polipropilen lebih baik dari masker kertas) dan lama pemakaian (efektif 30 – 60 menit).
28,30,31 Sebaiknya menggunakan satu masker untuk satu pasien.
32 Gambar 2.5 Masker
2.4.1.4 Pemakaian Jas Praktek / Jas Laboratorium
Dokter gigi dan stafnya harus memakai jas praktek yang bersih dan sudah dicuci. Jas tersebut harus diganti setiap hari dan harus diganti saat terjadi kontaminasi. Jas praktek harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, bahkan jas yang terkontaminasi perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat hidup pada pakaian selama
30,31 beberapa hari hingga beberapa minggu.
Semua petugas dikamar bedah sebaiknya mengingat tindakan pencegahan saat memakai jas dan sarung tangan tanpa bantuan perawat. Adapun tindakan
33
pencegahan yang harus dilakukan oleh operator adalah:
1. Pegang kertas suci hama dengan tangan yang belum steril kemudian batalkan kesanggupan untuk melakukan teknik sarung tangan tertutup (close glove
technique ) dengan baik.
2. Tidak tersedianya ruangan yang cukup untuk membuka jas steril, dapat menyebabkan terkontaminasinya lengan jas, apabila hal ini terjadi maka jas yang mungkin telah terkontaminasi tangan harus diganti dan cuci tangan harus diulang kembali.
3. Bagian manset rajutan tidak cukup steril dan sebaiknya ditutup dengan manset sarung tangan.
4. Meskipun memulai dengan panel steril pada bagian belakang jas, akan tetapi
bagian ini tidak pernah dianggap steril. Setiap petugas tidak dapat memperhatikan punggung secara terus-menerus. Oleh karena itu, bagian tersebut harus dianggap tidak steril.
5. Daerah jas yang steril adalah mulai dari pinggang sampai batas ketiak dibagian depan dan pada lengan jas dari pergelangan tangan sampai 3 inchi diatas siku.
6. Posisi tangan harus dipertahankan agar tetap berada diatas batas pinggang dan didepan dada, jauh dari wajah dan masker.
7. Menetesnya air diatas kemasan saat mengambil handuk dapat membuat kemasan menjadi tidak steril.
2.4.1.5 Penggunaan Kacamata Pelindung
Kacamata pelindung harus dipakai dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata dari debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece dan pembersihan karang gigi baik secara manual maupun ultrasonik. Perlindungan mata dari saliva, mikroorganisme, aerosol dan debris sangat diperlukan untuk dokter gigi maupun
28,30,31 staf.
30 Gambar 2.6 Kacamata pelindung
2.4.1.6 Imunisasi
Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya heptavax-B untuk perlindungan terhadap hepatitis B. Imunisasi hepatitis B terdiri atas tiga tahap, pertama pada hari yang ditentukan, tahap kedua pada satu bulan kemudian, dan tahap ketiga pada enam bulan kemudian. CDC sangat menganjurkan agar para tenaga medis di kedokteran gigi diimunisasi hepatitis B. Imunisasi lain yang juga dianjurkan antara lain adalah imunisasi terhadap penyakit mumps, measles dan rubella (MMR), difteri, pertusis, dan tetanus (DPT), infuenza, poliomyelitis dan
24,28 TBC (BCG).
2.4.2 Sterilisasi Instrumen
Sterilisasi merupakan suatu cara untuk membunuh atau menghancurkan semua mikroorganisme dan spora yang melekat pada peralatan medis. Definisi lain dari sterilisasi adalah suatu proses pembunuhan semua mikroorganisme hidup yang melekat pada benda atau tempat tertentu. Kondisi steril merupakan keadaan dimana
25
sesuatu terbebas dari seluruh mikroorganisme hidup. Tahapannya meliputi: pembersihan, perendaman, pengeringan, sterilisasi autoklaf, dan penyimpanan
25,26,28,34 instrumen.
2.4.3 Sterilisasi Permukaan
Salah satu tindakan sterilisasi permukaan adalah asepsis dan disinfeksi permukaan. Asepsis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberantas semua jenis mikroorganisme. Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia yang dilakukan terhadap benda mati. Disinfeksi dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi. Disinfeksi permukaan dilakukan pada dantal unit, kabinet, tuba dan pipa, serta handpiece dan
9,22,28 instrumen tangan.
Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan disinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan disinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. Macam-macam disinfektan yang digunakan di kedokteran gigi, antara lain adalah alkohol, aldehid, biguanid,
22,28 senyawa halogen, fenol, dan klorsilenol.
2.4.4 Penggunaan Alat Sekali Pakai (Disposible)
Cara terbaik untuk menghindari infeksi silang antar pasien ke operator, operator ke pasien, pasien ke pasien, dan operator ke masyarakat adalah dengan cara mengganti alat sekali pakai apabila telah terkontaminasi oleh darah, saliva atau cairan tubuh lainnya. Alat sekali pakai seperti sarung tangan, masker, celemek, jarum
11 suntik, dan lain-lain.
Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan dengan menggunakan alat-alat sekali pakai (disposible). Hal paling penting adalah penggunaan jarum suntik yang digunakan untuk anestesi lokal atau bahan lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri- sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Selain jarum suntik, benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk sekali pakai. Bilah skalpel dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Disamping itu, cara terbaik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit antar pasien adalah menggunakan alat sekali pakai seperti sarung tangan,
22 masker, kain alas dada, ujung saliva ejektor dan lain-lain.
2.4.5 Pembuangan Limbah Medis
Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tisu bekas, dan pelapis permukaan yang terkontaminasi darah, saliva, atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati, yaitu dengan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan orang berkontak dengan benda-benda tersebut. Alat tajam seperti jarum suntuk harus dimasukkan ke dalam wadah khusus yang tidak dapat ditembus sebelum dimasukkan ke dalam kantong plastik. Limbah jaringan tubuh juga harus mendapatkan perlakuan yang
25,26 sama dengan alat-alat tajam.
2.5 Media Pertumbuhan Bakteri
Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme seperti jamur, bakteri, ataupun yang lainnya diperlukan sebuah media. Media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat untuk menumbuhkan mikroorganisme, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Proses pembuatan media harus disterilisasi dan menerapkan metode asepsis untuk
35 menghindari kontaminasi pada media.
Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, media biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur lain. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida. Media yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Media berdasarkan bentuk terbagi menjadi tiga bagian, yaitu media
36,37 cair, media semi padat, dan media padat.
Beda utama dari ketiga media adalah ada tidaknya bahan pemadat. Media cari tidak menggunakan bahan pemadat, media semi padat dan media padat menggunakan bahan pemadat. Bahan pemadat yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Jumlah bahan pemadat pada media semi padat setengah dari media padat, jumlah agarnya sekitar 1,5%-18%. Dalam menumbuhkan mikroorganisme dan mengidentifikasi mikroorganisme tersebut biasanya menggunakan media padat. Media padat adalah media yang berbentuk padat yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dipermukaan sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung, dan diisolasi. Adapun beberapa media yang dapat digunakan untuk membiakkan bakter, yaitu Nutrient Agar (NA), Blood Agar Plate (BAP),
Salmonella Shigella Agar (SS), Mac Conkey Agar Plate (MAC), dan Plate Count
36,37,38,39,40 Agar (PCA).2.5.1 Nutrient Agar (NA)
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang
merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient
Agar (NA) merupakan suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah
cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. Komposisi
NA) terdiri dari ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram.
Formula ini tergolong relatif simpel untuk menyediakan nutrisi-nutrisi yang
41,42 dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme.
Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan peptone digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Ekstrak daging sapi mengandung senyawa-senyawa yang larut di dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam. Peptone merupakan sumber utama dari nitrogen organik, yang sebagian merupakan asam amino dan peptida rantai panjang. Dalam hal ini agar digunakan sebagai bahan pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari
41,42
sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri. Di Indonesia sendiri, Nutrient Agar (NA) sudah banyak dipakai oleh industri khususnya industri produk susu dan juga di pengolahan air dan limbah pabrik. Tidak semua bakteri dapat dibiakkan pada media ini karena media ini hanya mengisolasi bakteri
41,43 antraks dan stafilokokus.
Prosedur pembuatan nutrient agar adalah melarutkan bahan nutrient agar ke dalam 1 L air kemudian dipanaskan hingga mendidih dan dituangkan ke dalam tabung dan disterilkan selama 15 menit pada suhu 121
C. Kemudian media dibuka dan disimpan pada suhu dibawah 8 C dan terlindung dari sinar secara
41,42,43 langsung.
43 Gambar 2.9 Nutrient Agar (NA)
2.5.2 Blood Agar Plate (BAP) Blood Agar Plate (BAP) merupakan media padat dan media diferensial.
Media diferensial adalah media yang ditambah zat kimia tertentu sehingga suatu mikroorganisme membentuk pertumbuhan untuk mengklasifikasikan suatu kelompok jenis bakteri. Blood Agar Plate (BAP) membedakan bakteri hemolitik dan non- hemolitik yaitu berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah. Komposisi Blood Agar Plate (BAP) yaitu mengandung trypton 15 gram, soy peptone 5 gram, sodium khloride 5 gram, lithium khloride 10 gram, magnesium
44,45 sulphate 3,8 gram, dan agar 15 gram.
46 Gambar 2.10 Blood Agar Plate (BAP)
Ada tiga jenis hemolisis yaitu beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis. Beta hemolisis merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Alfa hemolisis mengacu pada lisis parsial/lisis sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan warna disekitar menjadi abu-abu kehijauan. Gamma hemolisis yaitu tidak terjadi hemolisis dimana tidak ada
47 perubahan warna dalam media.
48 Gambar 2.11 Jenis-jenis hemolisis pada Blood Agar Plate (BAP) Prosedur pembuatan media Blood Agar adalah dengan menimbang bubuk
Blood Agar sesuai dengan petunjuk pabrik dimasukkan ke dalam erlenmayer
kemudian ditambahkan air dan dipanaskan sampai mendidih kemudian mulut tabung disumbat dengan kapas, lalu ditutup dengan kertas disterilkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit. Setelah keluar dari autoklaf dibiarkan dingin selama 45 menit atau hangat kemudian ditambahkan darah 5% - 8% kemudian dituang pada cawan petri masing-masing 10 ml kemudian dibiarkan dingin sampai suhunya
45,46,47
mencapai 45 -50 C.
2.5.3 Salmonella Shigella Agar (SS)
Salmonella Shigella Agar (SS) adalah media yang berbentuk padat. Media
Salmonella Shigella Agar (SS) merupakan media agar diferensial dan media selektif
untuk mengisolasi kuman salmonella sp dan shigella sp dari alat-alat kesehatan,
49,50 bahan percobaan klinik, makanan atau minuman.
Salmonella Shigella Agar (SS) mengandung ekstrak daging sapi 5 gram,
laktosa 10 gram, bile salt 8,5 gram, sodium citrate 8,5 gram, brilliant green 0,33 mg, ferric citrate 1 gram, neutral red 0,025 gram, dan agar 13,5 gram. Media ini tersusun dari beberapa macam bahan yaitu campuran ekstrak daging dan peptone menyediakan kebutuhan nitrogen. Vitamin, mineral, dan asam amino diperlukan untuk pertumbuhan. Campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green menghambat bakteri gram positif, sebagian besar bakteri coliform dan pertumbuhan swarming dari proteus sp sehingga kuman salmonella sp dan shigella sp dapat tumbuh dengan baik. Neutral red sebagai indikator. Ferric citrate mendeteksi adanya H
2 S yang dihasilkan bakteri seperti proteus dan beberapa strain dari salmonella akan
51,52,53terbentuk koloni dengan titik hitam ditengah.
Pembuatan Salmonella Shigella Agar (SS) dapat dilakukan dengan melarutkan 60 gram media dalam 1 L air. Campur dengan baik sampai diperoleh campuran yang homogen. Panaskan sampai mendidih selama satu menit. Jangan diautoklaf, didinginkan sampai suhu 45-50 C dituang ke dalam cawan petri. Simpan
49,50,51,52,53
pada suhu 8-15 C. Media akan berwarna merah mudah hingga merah.
51 Gambar 2.12 Salmonella Shigella Agar (SS)
2.5.4 Mac Conkey Agar Plate (MAC)
MacConkey Agar Plate (MAC) adalah salah satu jenis media padat yang
digunakan untuk identifikasi mikroorganisme. MacConkey Agar Plate (MAC) termasuk dalam media selektif dan diferensial bagi mikroba. Jenis mikroba tertentu akan membentuk koloni dengan ciri tertentu yang khas apabila ditumbuhkan pada
54,55 media ini.
MacConkey Agar Plate (MAC) merupakan media selektif untuk isolasi dan
identifikasi bakteri gram negatif. Media ini digunakan untuk membedakan bakteri
55,56,57 yang memfermentasi laktosa dan yang tidak memfermentasi laktosa.
Media ini mengadung laktosa, garam empedu, dan neutral red sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram negatif yang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya memfermentasikan laktosa. Koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu. Endapan ini disebabkan oleh
55,56 penguraian laktosa menjadi asam yang akan bereaksi dengan garam empedu.
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen. Golongan bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan pada media. Ini berarti warna koloninya sama dengan warna media. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni
56,57 yang terpisah.
55 Gambar 2.13 MacConkey Agar Plate (MAC)
2.5.5 Plate Count Agar (PCA)
Mikroorganisme dapat hidup dimana saja seperti air, udara, darat, termasuk di makanan. Pada beberapa kondisi, jumlah mikroorganisme harus dibatasi, seperti mikroorganisme pada saluran pembuangan limbah dan juga mikroorganisme pada makanan atau produk susu jumlahnya harus mengikuti standar-standar yang sudah ditetapkan. Untuk menghitung jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sampel dari makanan atau produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan media
37,38 Plate Count Agar (PCA) dengan metode Total Plate Count (TPC).
Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut dengan Standard
Methods Agar (SMA) merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang
umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total (semua jenis bakteri) yang terdapat pada setiap sampel seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampel- sampel lainnya yang juga biasanya menggunakan metode Total Plate Count
37,38,39
(TPC). Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang
35,36,37 mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat.
Plate Count Agar (PCA) pertama kali dikembangkan oleh Buchbinder, Baris, dan
Goldstein pada tahun 1953 atas permintaan dari American Public Health Association
38,39,40,58,59 (APHA).
Penggunaan Plate Count Agar (PCA) sebagai media untuk menghitung jumlah total dari bakteri sudah dilakukan sejak lama. Sekarang industri-industri seperti makanan, produk susu dan juga pengolahan limbah sudah menerapkan perhitungan jumlah total bakteri pada sampel mereka sesuai dengan standar yang ada menggunakan Plate Count Agar (PCA). Plate Count Agar (PCA) dibuat dengan melarutkan semua bahan hingga membentuk suspensi 23,5 g/L kemudian disterilisasi
36,37,38,39,58 pada autoklaf.
Komposisi Plate Count Agar (PCA) dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung : 0,5% trypton, 0,25% ekstrak ragi, 0,1% glukosa, 1,5% agar-agar.
Plate Count Agar (PCA) mengandung glukosa dan ekstrak ragi yang digunakan
untuk menumbuhkan semua jenis bakteri. Plate Count Agar (PCA) mengandung nutrisi yang disediakan oleh trypton, vitamin dari ekstrak ragi, dan glukosa yang digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme sehingga mendukung pertumbuhan dari bakteri. Plate Count Agar (PCA) bukan merupakan media selektif karena media ini tidak hanya ditumbuhi oleh satu jenis mikroorganisme
35,36,37,38,39,40,41 tertentu.
Pembuatan media Plate Count Agar (PCA) dapat dilakukan dengan mencampurkan 23,5g ke dalam 1L air suling, kemudian dipanaskan sampai mendidih untuk melarutkan media sepenuhnya. Serta mensterilkannya menggunakan autoklaf pada suhu dan waktu yang ditetapkan yaitu pada suhu 121 C selama 15 menit. Media yang akan di inokulasi dengan mikroorganisme tentu sebelum memadat harus
o
didinginkan terlebih dahulu disuhu ruangan sampai 47-50
C. Jika media terlalu
39,40,58.59
panas, mikroorganisme yang akan ditumbuhkan akan mati. Setelah media menjadi padat dan sudah steril, media dibiarkan terbuka terkena udara selama 15
60 menit untuk di inokulasi dengan mikroorganisme.
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril baik pada media cair, semi padat, maupun padat. Inokula adalah bahan yang mengandung mikroorganisme baik dalam keadaan cair maupun padat. Tujuan inokulasi adalah untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan, dan menyimpan
58,59 mikroorganisme.
36 Gambar 2.14 Plate Count Agar (PCA)
2.6 Total Plate Count (TPC)
Cara pengukuran yang paling akurat untuk menghitung jumlah mikroorganisme yang hidup pada media menggunakan metode Total Plate Count
61
(TPC). Metode Total Plate Count (TPC) adalah metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri pada sampel yang akan di uji. Jumlah mikroorganisme pada sampel yang diperoleh dengan metode ini merupakan gambaran populasi. Tidak semua mikroorganisme dapat tumbuh dalam media agar dan kondisi inkubasi yang diterapkan. Jumlah mikroorganisme yang dapat tumbuh (membentuk koloni) hanya berasal dari mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi yang ditetapkan (misalnya jenis media, ketersediaan oksigen, suhu, dan lama inkubasi) karena mikroorganisme lain yang terdapat pada sampel uji tidak dapat tumbuh atau bahkan
37,61,62 menjadi mati.
Metode Total Plate Count (TPC) dapat dikatakan gagal apabila mikroorganisme membentuk koloni secara berkerumun bersama-sama, mikroorganisme yang tidak dapat dikultur pada media, dan mikroorganisme yang berkembang biak dengan sangat lambat. Pada cawan petri dengan ukuran yang standar mengandung 25 hingga 250 unit koloni. Apabila jumlah mikroorganisme kurang dari 25 unit koloni pada sampel, maka mikroorganisme dapat diinkubasi
61,62,63
hingga koloni tersebut berkembang biak.Metode penghitungan ini merupakan analisis untuk menguji cemaran mikroorganisme dengan menggunakan metode pengenceran. Dalam hal ini membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan media ke dalam 9 ml
Buffered Peptone Water (BPW) pada tabung reaksi. Buffered Peptone Water (BPW)
adalah larutan pengencer dimana merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan media. Pengenceran adalah melarutkan atau melepaskan mikroorganisme dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya. Tujuan pengenceran yaitu untuk memperkecil atau mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam sehingga membantu untuk mempermudah perhitungan jumlah mikroorganisme. Media yang sudah dilakukan pengenceran dimasukkan ke dalam cawan petri. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung
62,63 jumlah koloni yang terbentuk dengan menggunakan colony counter.
Koloni yang nampak pada biakan tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, tetapi dapat berasal dari sekelompok mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme yang diperoleh dengan metode ini merupakan prakiraan. Jumlah
37,61,62,63 koloni yang diperoleh dinyatakan dengan Colony Forming Unit (CFU).
2.7 Kamar Bedah Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya, rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya
64 upaya kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan sosial.
Kamar bedah rumah sakit merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan. Kamar bedah adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai daerah pelayanan kritis yang mengutamakan aspek hirarki zonasi sterilitas, sebagai tempat melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan
64 kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
Kamar bedah digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan operasi/bedah. Kamar bedah harus dirancang dengan faktor keselamatan yang tinggi. Oleh karena itu, kegagalan dalam pembedahan jangan sampai disebabkan oleh faktor perencanaan dan perancangan fisik bangunan dan
64 utilitasnya yang tidak memenuhi persyaratan teknis.
2.8 Sistem Ventilasi Kamar Bedah
Bangunan rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang membutuhkan perhatian sangat khusus dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya terutama pada prasarana instalasi tata udara. Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit (dengan bermacam-macam penyakit) didiagnosa, diterapi, dirawat dan dilakukan tindakan medik. Tindakan medik ini dimulai dari pemeriksaan biasa, pemeriksaan laboratorium, tindakan pembedahan ringan, tindakan pembedahan berat dan sebagainya. Pasien datang dengan beragam penyakit dan masalah kesehatan. Dengan kondisi tersebut, faktor-faktor yang membedakan rumah sakit dengan bangunan gedung biasa terletak pada peralatan dan instalasi tata udaranya, berarti membutuhkan pengkondisian yang terus menerus dilakukan oleh
65 sistem tata udara.
Mengingat rumah sakit bisa dikatakan sebagai pusat sumber dari berbagai jenis mikroorganisme yang bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan baik kepada petugas, perawat, dokter serta pasiennya yang berada di rumah sakit tersebut, maka pengaturan temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan secara
65 keseluruhan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh suburnya mikroorganisme tersebut terutama di ruangan-ruangan khusus seperti ruang operasi dan ruang lainnya
65
diperlukan pengaturan:
1. Temperatur
2. Kelembaban udara relatif
3. Kebersihan dengan cara filtrasi udara ventilasinya
4. Tekanan ruangan yang Positif dan Negatif
5. Distribusi udara di dalam ruangan Mengingat bahwa ada tindakan-tindakan medik yang menginginkan tidak boleh berhentinya sistem udara untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang harus selalu dikondisikan oleh sistem udara, maka sistem tata udara harus mempunyai cadangan yang cukup untuk mengantisipasi kerusakan ataupun pada saat