Prevalensi Fraktur Akar Gigi Molar Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Yang Dicabut Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

(1)

PREVALENSI FRAKTUR AKAR GIGI MOLAR

BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN

YANG DICABUT DI DEPARTEMEN BEDAH

MULUT DAN MAKSILOFASIAL RSGMP

FKG USU TAHUN 2010-2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NATASHA DEVI A/P DEVAN 100600204

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014

Natasha Devi A/P Devan,

Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

xi + 32 halaman

Fraktur akar gigi molar merupakan fraktur yang melibatkan sementum, dentin dan pulpa gigi molar. Fraktur akar dapat menyebabkan berbagai komplikasi jika tidak dirawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Penelitian ini dilakukan melalui survei deskriptif dangan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 168 sampel. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu sebanyak 168 sampel. Data sampel dikumpulkan dengan cara mencatat data sekunder rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diolah dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi fraktur akar gigi molar paling banyak terjadi pada pasien berumur 31-40 tahun, yaitu sebanyak 29,8%. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin diperoleh fraktur akar gigi molar paling banyak terjadi pada pasien dengan jenis kelamin wanita dengan persentase 66,7% sedangkan pada laki-laki persentasenya 33,3%.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam pertimbangan lebih lanjut mengenai fraktur akar gigi molar.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 Januari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM ………..………..

NIP: 195304011980031006


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui dan telah dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Pada tanggal 21 Januari 2014

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

Anggota : 1. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM Anggota : 2. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Devan Chendu dan ibunda Narayani Appu atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis. Terima kasih kepada adinda Subashini Devan yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM, selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara serta dosen pembimbing atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Abdullah, drg., yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis berupa pikiran, tenaga dan waktu sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

4. Ika Andryas, drg., selaku penasehat akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terutama di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yang telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan kepada penulis.

6. Teman-teman terbaik penulis Izzatul Sofia, Hazwani Izyan, Thesdave Singh, Gebby Gabrina, Arisma Dwita Fitri, dan seluruh teman-teman angkatan 2010 yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kak Thilages dan Abang Vijay yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan, motivasi dan bimbingan yang sangat berguna selama penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial 2013 Diong Charng Shing, Amirah Nasri dan lain-lain atas bantuan dan semangatnya.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Januari 2014 Penulis,

Natasha Devi A/P Devan NIM: 100600204


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN……….. iv

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………. v

KATA PENGANTAR………... vi

DAFTAR ISI………. ………... viii

DAFTAR TABEL………..………... x

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR DIAGRAM………... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 3

1.3 Tujuan Penelitian………... 3

1.4 Manfaat Penelitian………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi………... 5

2.2 Ciri-Ciri Gigi Molar….……...………... 5

2.2.1 Morfologi Akar Gigi Molar……….………... 5

2.3 Klasifikasi Fraktur Akar Gigi.……….... 6

2.4 Etiologi………... 8

2.5 Gambaran Klinis………..………... 9

2.5.1 Fraktur Akar Gigi Horizontal…..………... 9

2.5.2 Fraktur Akar Gigi Vertikal………..………... 9

2.6 Gambaran Radiografi..………... 10

2.6.1 Fraktur Akar Gigi Horizontal…..………... 10

2.6.2 Fraktur Akar Gigi Vertikal………..………... 11

2.7 Perawatan….……….. 12

2.7.1 Teknik Pengambilan Fragmen Akar Gigi Molar………….... 14

2.8 Kerangka Teori………... 17


(8)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian………... 19

3.2 Populasi dan Sampel……….………..… 19

3.2.1 Populasi ……….. 19

3.2.2 Sampel……… 19

3.3 Variabel dan Definisi Operasional……… 20

3.4 Tempat Penelitian……….. 20

3.5 Metode Pengumpulan Data………... 20

3.6 Pengolahan Data…...………..……... 21

3.7 Analisis Data………...……...……… 21

3.8 Alur Penelitian..……….……… 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur……… 23

4.2 Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin………... 24 BAB 5 PEMBAHASAN….………... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………. 28

6.2 Saran……..………. 28

DAFTAR PUSTAKA………... 30


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi fraktur akar gigi horizontal dan vertikal……... 7 2. Variabel dan Definisi Operasional………. …… 20 3. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur di Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun

2010-2012……… 23

4. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun

2010-2012……….. 24

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gigi molar pertama dan kedua mandibula kanan dari pandangan

bukal.………... 6

2. Gigi molar pertama dan kedua maksila kanan dari pandangan bukal…… 6 3. Fraktur akar horizontal pada akar distal gigi molar kedua mandibula

kanan ……….. 11

4. Fraktur akar vertikal pada akar distal gigi molar pertama mandibula

kiri………... 12

5. Pengunaan root tip pick untuk mengeluarkan fragmen akar gigi yang

kecil ……… 15

6. Pengunaan elevator lurus kecil untuk mengeluarkan sisa akar yang lebih


(10)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman 1. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur di Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun

2010-2012……... 24 2. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia mempunyai 12 gigi molar permanen, yaitu 6 di maksila dan 6 di mandibula. Gigi molar merupakan gigi posterior yang memainkan peranan penting dalam pengunyahan makanan dan membentuk dimensi vertikal wajah. Selain itu, gigi molar berfungsi menjaga kesinambungan dalam lengkung gigi, yang seterusnya memelihara kesejajaran gigi lain. Gigi molar juga mempunyai peranan kecil dalam hal estetis untuk mendukung pipi. Umumnya, gigi molar mandibula mempunyai dua akar dan gigi molar maksila mempunyai tiga akar.

Fraktur akar gigi didefinisikan sebagai fraktur yang melibatkan sementum, dentin dan pulpa gigi.

1

2,3

Persentase terjadinya fraktur akar gigi permanen dari keseluruhan trauma yang melibatkan gigi permanen adalah dari 0,5% hingga 7%.

Fraktur akar gigi umumnya terbagi dua, yaitu fraktur akar horizontal dan fraktur akar vertikal.

3,4

3

Fraktur akar horizontal, yang juga dikenal sebagai fraktur akar transversal, mencakup sekitar 6% dari keseluruhan kasus trauma dental.3,5 Fraktur akar horizontal sering terjadi pada pasien dewasa, dimana akar gigi didukung oleh gigi dan membran periodontal.5 Fraktur akar vertikal terjadi 2% hingga 5% dari keseluruhan kasus fraktur gigi dan juga dapat terjadi 3,69% pada gigi yang telah dirawat secara endodontik. Fraktur akar vertikal didapat lebih sering terjadi pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun.4 Pada gigi molar, orientasi garis fraktur akar vertikal kebanyakannya adalah dari arah buko lingual sedangkan fraktur mesio distal jarang terjadi.6 Meskipun fraktur akar horizontal lebih banyak terjadi pada gigi anterior dibandingkan dengan gigi molar, didapati bahwa fraktur akar vertikal lebih sering terjadi pada gigi molar daripada gigi anterior.3-5,7


(12)

Terdapat banyak etiologi yang menyebabkan fraktur pada akar gigi, diantaranya traumatik fisikal, kebiasaan parafungsional, serta resorpsi internal. Selain itu, terdapat juga penyebab iatrogenik, misalnya perawatan endodontik, prosedur restoratif dan fraktur akar gigi sewaktu pencabutan.2,3,7,8

Fraktur akar gigi jangan dipandang remeh karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Kerusakan neurovaskuler yang berat dapat menyebabkan nekrosis pulpa dan obliterasi saluran akar.

3,9

Nekrosis pulpa terjadi kira-kira 20% dari kasus fraktur akar gigi intra alveolar dan sering melibatkan fragmen koronal.9 Fraktur akar yang bermula dari koronal dapat menyebabkan migrasi plak ke arah apikal, yang secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal dan linggir alveolar.

Pada akar gigi yang fraktur sewaktu pencabutan, komplikasi yang lain mungkin terjadi jika sisa akar gigi patologis tertinggal dalam soket bekas pencabutan gigi. Namun demikian, sisa akar gigi diindikasikan untuk ditinggalkan jika pengambilannya melibatkan tindakan pembuangan tulang secara berlebihan atau dapat mengakibatkan trauma pada struktur penting seperti sinus maksilaris. Setiap keputusan yang dibuat oleh dokter gigi harus didiskusikan dengan pasien melalui informed consent.

8

10

Menurut penelitian Fuss et al (1999), salah satu alasan utama untuk ekstraksi gigi paska perawatan saluran akar adalah fraktur akar vertikal, yaitu 10,9% dari seluruh kasus.

11

Penelitian yang dilakukan oleh Jackson et al (2005) menunjukkan bahwa dokter gigi umum jarang menemukan kasus fraktur akar gigi, namun hanya 51,0% dari dokter gigi tersebut merasa yakin dapat menangani kasus fraktur akar gigi.

Berdasarkan keterangan di atas dan melihat pentingnya penanganan kasus fraktur akar gigi molar, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.


(13)

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa jumlah pasien yang mengalami fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010 sampai 2012.

2. Berapa jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010 sampai 2012.

3. Berapa jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin pada pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010 sampai 2012.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah pasien yang mengalami fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

2. Mengetahui jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

3. Mengetahui jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin pada pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.


(14)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan tenaga kesehatan gigi mengenai prevalensi fraktur akar gigi molar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penyuluhan bagi tenaga-tenaga kesehatan.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia mempunyai 12 gigi molar permanen, yaitu 6 di maksila dan 6 di mandibula. Gigi molar merupakan gigi posterior yang memainkan peranan penting dalam pengunyahan makanan dan membentuk dimensi vertikal wajah. Selain itu, gigi molar berfungsi menjaga kesinambungan dalam lengkung gigi, yang seterusnya memelihara kesejajaran gigi lain. Gigi molar juga mempunyai peranan kecil dalam hal estetis untuk mendukung pipi. Umumnya, gigi molar mandibula mempunyai dua akar dan gigi molar maksila mempunyai tiga akar.

Fraktur akar gigi didefinisikan sebagai fraktur yang melibatkan sementum, dentin dan pulpa gigi.

1

2,3

Persentase terjadinya fraktur akar gigi permanen dari keseluruhan trauma yang melibatkan gigi permanen adalah dari 0,5% hingga 7%.

Fraktur akar gigi umumnya terbagi dua, yaitu fraktur akar horizontal dan fraktur akar vertikal.

3,4

3

Fraktur akar horizontal, yang juga dikenal sebagai fraktur akar transversal, mencakup sekitar 6% dari keseluruhan kasus trauma dental.3,5 Fraktur akar horizontal sering terjadi pada pasien dewasa, dimana akar gigi didukung oleh gigi dan membran periodontal.5 Fraktur akar vertikal terjadi 2% hingga 5% dari keseluruhan kasus fraktur gigi dan juga dapat terjadi 3,69% pada gigi yang telah dirawat secara endodontik. Fraktur akar vertikal didapat lebih sering terjadi pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun.4 Pada gigi molar, orientasi garis fraktur akar vertikal kebanyakannya adalah dari arah buko lingual sedangkan fraktur mesio distal jarang terjadi.6 Meskipun fraktur akar horizontal lebih banyak terjadi pada gigi anterior dibandingkan dengan gigi molar, didapati bahwa fraktur akar vertikal lebih sering terjadi pada gigi molar daripada gigi anterior.3-5,7


(16)

Terdapat banyak etiologi yang menyebabkan fraktur pada akar gigi, diantaranya traumatik fisikal, kebiasaan parafungsional, serta resorpsi internal. Selain itu, terdapat juga penyebab iatrogenik, misalnya perawatan endodontik, prosedur restoratif dan fraktur akar gigi sewaktu pencabutan.2,3,7,8

Fraktur akar gigi jangan dipandang remeh karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Kerusakan neurovaskuler yang berat dapat menyebabkan nekrosis pulpa dan obliterasi saluran akar.

3,9

Nekrosis pulpa terjadi kira-kira 20% dari kasus fraktur akar gigi intra alveolar dan sering melibatkan fragmen koronal.9 Fraktur akar yang bermula dari koronal dapat menyebabkan migrasi plak ke arah apikal, yang secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal dan linggir alveolar.

Pada akar gigi yang fraktur sewaktu pencabutan, komplikasi yang lain mungkin terjadi jika sisa akar gigi patologis tertinggal dalam soket bekas pencabutan gigi. Namun demikian, sisa akar gigi diindikasikan untuk ditinggalkan jika pengambilannya melibatkan tindakan pembuangan tulang secara berlebihan atau dapat mengakibatkan trauma pada struktur penting seperti sinus maksilaris. Setiap keputusan yang dibuat oleh dokter gigi harus didiskusikan dengan pasien melalui informed consent.

8

10

Menurut penelitian Fuss et al (1999), salah satu alasan utama untuk ekstraksi gigi paska perawatan saluran akar adalah fraktur akar vertikal, yaitu 10,9% dari seluruh kasus.

11

Penelitian yang dilakukan oleh Jackson et al (2005) menunjukkan bahwa dokter gigi umum jarang menemukan kasus fraktur akar gigi, namun hanya 51,0% dari dokter gigi tersebut merasa yakin dapat menangani kasus fraktur akar gigi.

Berdasarkan keterangan di atas dan melihat pentingnya penanganan kasus fraktur akar gigi molar, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.


(17)

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa jumlah pasien yang mengalami fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010 sampai 2012.

2. Berapa jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010 sampai 2012.

3. Berapa jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin pada pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010 sampai 2012.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah pasien yang mengalami fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

2. Mengetahui jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

3. Mengetahui jumlah insidensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin pada pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.


(18)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan tenaga kesehatan gigi mengenai prevalensi fraktur akar gigi molar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penyuluhan bagi tenaga-tenaga kesehatan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA …

2.1 Definisi

Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dapat diartikan sebagai pecahnya satu bagian, terutama dari struktur tulang, atau patahnya gigi. Akar merupakan bagian radikuler gigi, yaitu bagian anatomis gigi yang tertutup oleh sementum dan terletak dalam tulang alveolus (soket) serta terikat oleh ligamen periodontal.13 Malhotra et al (2011) memberikan definisi fraktur akar gigi sebagai fraktur yang melibatkan sementum, dentin dan pulpa gigi.3

2.2 Ciri-Ciri Gigi Molar

Gigi molar merupakan gigi yang terletak paling posterior pada lengkung gigi. Terdapat 3 jenis gigi molar permanen, yaitu molar pertama, molar kedua dan molar ketiga. Molar pertama terletak hampir di tengah lengkung gigi dalam arah anteroposterior. Gigi ini merupakan gigi terbesar dan terkuat pada masing-masing lengkung. Molar kedua berada distal dari molar pertama dan molar ketiga terletak distal dari molar kedua. Molar ketiga merupakan gigi terakhir pada lengkung gigi dan permukaan distalnya tidak berkontak dengan gigi yang lain.1

2.2.1 Morfologi Akar Gigi Molar

Gigi molar pertama dan kedua maksila mempunyai tiga akar yang biasanya agak pipih. Akar palatalnya menyimpang tajam dari kedua akar bukal. Morfologi akar gigi molar ketiga maksila sangat bervariasi. Ada akar yang bersatu atau mempunyai tiga atau lebih akar yang kecil. Akar gigi molar pertama dan kedua mandibula tampak pipih dari arah mesiodistal. Suatu variasi yang luas muncul dalam bentuk akar gigi molar ketiga bawah dan pada posisinya di mandibula karena gigi tersebut seringkali erupsi di tempat yang salah atau miring.14


(20)

Akar mesial dari kebanyakan gigi molar pertama dan kedua mandibula serta akar mesiofasial pada gigi molar pertama maksila biasanya membengkok ke arah distal pada bagian sepertiga apikal. Aspek distal akar ini umumnya memiliki lekuk-lekuk kecil (fluting). Ciri-ciri ini dapat mengakibatkan peningkatan insidensi terjadinya fraktur akar vertikal.8

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 1: Gigi molar pertama dan kedua mandibula kanan dari pandangan bukal.

Gambar 2:

1

Gigi molar pertama dan kedua maksila kanan dari pandangan bukal.1

2.3 Klasifikasi Fraktur Akar Gigi

Menurut Klasifikasi Ellis, fraktur akar gigi termasuk dalam Klas IV.7

Malhotra et al (2011) membagi klasifikasi fraktur akar gigi menjadi fraktur akar horizontal dan fraktur akar vertikal. Klasifikasi fraktur akar horizontal dilakukan dengan memperhatikan:

Namun demikian, klasifikasi tersebut kurang mendeskripsikan jenis fraktur yang terjadi pada gigi tersebut.

1. Lokasi garis fraktur (servikal, tengah, apikal).

3

2. Derajat fraktur (parsial dan total).

3. Jumlah garis fraktur (simpel dan multipel). 4. Posisi fragmen koronal (bergeser atau tidak). Fraktur akar vertikal dapat diklasifikasi menurut: 1. Derajat separasi fragmen (komplit atau inkomplit).

3


(21)

a) Supraoseous: Fraktur yang tidak melibatkan tulang alveolar serta tidak menimbulkan kerusakan periodontal.

b) Intraoseous: Fraktur yang melibatkan tulang alveolar dan menyebabkan kerusakan periodontal.

Tabel 1. Klasifikasi fraktur akar gigi horizontal dan vertikal. Jenis Fraktur Akar

3

Klasifikasi Fraktur horizontal Jumlah

Simpel Multipel Lokasi

Servikal Tengah Apikal Posisi

Fragmen Koronal

Tidak bergeser Bergeser Derajat

Fraktur

Parsial Total Fraktur vertikal Separasi

Fragmen

Komplit Inkomplit Posisi Fraktur


(22)

2.4 Etiologi

Fraktur akar gigi dapat disebabkan oleh:

1. Traumatik fisikal.15 Trauma fisikal yang dapat menyebabkan fraktur akar gigi diantaranya kecelakaan lalu lintas, olahraga, terjatuh, perkelahian dan objek yang terbentur dengan gigi.3,5,7 Fraktur akar gigi horizontal pada gigi posterior sering disebabkan oleh trauma indirek, yang biasanya terjadi akibat benturan kuat antara mandibula dengan maksila setelah pukulan ke daerah dagu.3,7

2. Traumatik oklusi dan tekanan oklusal berlebihan, terutamanya pada gigi yang telah dirawat endodontik serta gigi yang telah direstorasi. 2,3,16 Gigi posterior yang telah dirawat endodontik dan tidak dilakukan crowning mempunyai resiko tertinggi untuk fraktur akar gigi.16 Tekanan oklusal berlebihan dalam beberapa pola mengunyah makanan spesifik juga berkemungkinan besar menghasilkan fraktur akar vertikal.17

3. Kebiasaan parafungsional, misalnya clenching, grinding dan bruksism.3,18,19 4. Kebiasaan buruk seperti mengunyah es serta mengkonsumsi makanan abrasif.3 5. Fraktur akar gigi yang diinduksi oleh resorpsi internal. Resorpsi tersebut dapat

berupa resorpsi patologik maupun resorpsi akibat terapi ortodontik.2,15,19

6. Perawatan endodontik. Pembuangan dentin berlebihan dapat menyebabkan struktur akar gigi menjadi lemah.15 Perforasi akar, prosedur obturasi saluran akar dan pengunaan pasak yang besar dapat menyebabkan fraktur akar, terutamanya pada bagian apikal.2,3,16

7. Restorasi gigi yang ekstensif. Tambalan gigi yang besar, pemasangan mahkota secara paksa, restorasi intrakoronal (inlay) dan pemasangan pin dapat menyebabkan fraktur akar gigi vertikal disebabkan oleh aksi wedging.3

8. Fraktur akar gigi sewaktu pencabutan. Hal ini dapat disebabkan oleh: 10,14 a) Bentuk akar yang panjang, membengkok dan divergen.

b) Lokasi akar dalam tulang padat.

c) Gigi yang mengalami karies tahap lanjut atau restorasi yang besar.

d) Akar yang rapuh. Keadaan ini biasanya ditemukan pada gigi nonvital, gigi dengan penyakit periodontal serta pasien lansia.


(23)

e) Sklerosis serta kehilangan elastisitas tulang alveolar, yang sering terjadi pada keadaan gigi dengan penyakit periodontal serta gigi pada pasien lansia. Hal ini dapat menghasilkan resistensi hebat sewaktu pencabutan.

f) Pemilihan dan aplikasi tang pencabutan yang tidak benar. Tang pencabutan yang tidak cocok paruhnya dengan akar gigi serta pengunaan tenaga yang berlebihan sewaktu pencabutan dapat meningkatkan resiko fraktur akar gigi.

2.5 Gambaran Klinis

2.5.1 Fraktur akar gigi horizontal

Fraktur pada bagian sepertiga tengah akar terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi sementara fraktur pada bagian sepertiga apikal dan sepertiga servikal terjadi dengan frekuensi yang sama. Fraktur pada bagian sepertiga apikal akar tidak menunjukkan tanda-tanda pergeseran atau mobilitas pada fragmen mahkota. Gigi yang fraktur di bagian sepertiga tengah biasanya sedikit ekstrusi dengan luksasi lateral dari segmen koronal. Pada fraktur sepertiga servikal, mahkota gigi biasanya sedikit goyang karena ikatan ligamen periodontal pada akar telah fraktur bersama dengan mahkota.3

Pada gigi posterior, gambaran klinis adalah satu cusp yang rigid dan satu cusp

yang mengalami mobilitas. Gigi tersebut mungkin sensitif pada perkusi dan/atau palpasi dan menunjukkan diskolorasi mahkota sementara.3

2.5.2 Fraktur akar gigi vertikal

Gambaran klinis fraktur akar gigi vertikal sangat bervariasi. Tanda dan gejala klinis berbeda sesuai dengan posisi fraktur, jenis gigi, jangka waktu setelah fraktur, kondisi periodontal gigi dan bentuk tulang bersebelahan dengan fraktur tersebut.6

Gigi dengan fraktur akar vertikal sering mempunyai riwayat ketidaknyamanan atau nyeri yang sering berhubungan dengan infeksi kronis lokal. Intensitas rasa sakit biasanya ringan sampai sedang. Sakit dengan intensitas tinggi jarang ditemukan pada fraktur ini.6 Pasien seringkali mengeluh nyeri sewaktu mengunyah makanan dan rasa tidak nyaman dalam mulut.3,6 Gejala lainnya antara lain: 3,6,20


(24)

1. Inflamasi gingiva dengan daerah yang luas dan berada di daerah pertengahan akar. Palpasi menunjukkan pembengkakan dan daerah sensitif di atas akar tesebut, tetapi pembengkakan pada daerah periapikal sedikit dijumpai.

2. Mobilitas fragmen akar.

3. Keluarnya pasak atau mahkota-pasak.

4. Kehadiran traktus sinus berdekatan dengan gingiva cekat berbanding regio apikal.

5. Adanya fistula.

6. Adanya poket periodontal yang dalam, sempit dan terisolasi. Poket ini biasanya bersebelahan dengan lokasi fraktur tersebut.

7. Bunyi berderak yang tajam sewaktu kondensasi gutta percha atau sementasi pasak.

8. Pendarahan sewaktu kondensasi bahan obturasi saluran akar.

9. Dokter gigi tidak dapat merasakan resistensi dalam saluran akar sewaktu melakukan kondensasi gutta percha.

2.6 Gambaran Radiografi

Foto Rontgen sangat diperlukan untuk mengkonfirmasi kehadiran fraktur akar gigi.3 Untuk mendeteksi fraktur akar, sinar Rontgen harus melewati garis fraktur, atau fraktur tersebut tidak dapat dilihat.16 Fraktur akar horizontal biasanya lebih sering tampak pada foto Rontgen berbanding fraktur akar vertikal. 18

2.6.1 Fraktur akar horizontal

Fraktur akar horizontal tampak pada foto Rontgen sebagai garis radiolusen yang memisahkan fragmen koronal dari fragmen apikal. Fraktur ini umumnya hanya dapat dilihat dalam jangkauan maksimum 15o-20o dari bidang fraktur. Setelah mengambil foto Rontgen periapikal, Malhotra et al (2011) menyarankan pengambilan dua foto periapikal tambahan (angulasi positif 15o dan angulasi negatif 15o pada garis fraktur) untuk menampilkan garis fraktur tersebut pada foto Rontgen.3


(25)

Gambar 3: Fraktur akar horizontal pada akar distal gigi molar kedua mandibula kanan21

2.6.2 Fraktur akar vertikal

Pemeriksaan radiografi awal mungkin menampilkan penebalan ligamen periodontal secara unilateral melewati bagian akar yang mengalami fraktur tersebut. Apabila fraktur tersebut berlanjut, daerah radiolusensi difus (halo) dapat dilihat melingkar akar gigi secara uniform.3 Hal lain yang dapat ditampilkan melalui radiografi antara lain: 3,6

1. Garis fraktur

2. Fragmen akar yang terpisah

3. Ruang kosong di samping pasak atau saluran akar yang telah diobturasi 4. Bayangan ganda dari permukaan eksternal akar

5. Kehilangan tulang horizontal yang terisolasi pada gigi posterior

6. Kehilangan tulang pada regio bifurkasi gigi molar yang tidak dapat dijelaskan 7. Resorpsi yang melewati garis fraktur, yang dapat dilihat sebagai:

a) Kehilangan tulang difus berbentuk V pada daerah apikal akar gigi posterior


(26)

Gambar 4: Fraktur akar vertikal pada akar distal gigi molar pertama mandibula kiri22

2.7 Perawatan

Penanganan fraktur akar horizontal dapat dibagi berdasarkan lokasi fraktur di bagian sepertiga apikal, sepertiga tengah dan sepertiga servikal, sebagai berikut: 3

1. Fraktur di bagian sepertiga apikal

Biasanya tidak ada tanda-tanda mobilitas pada akar dan gigi. Dalam kebanyakan kasus, didapati segmen apikal tetap vital. Oleh karena itu, tidak ada perawatan yang diperlukan dan gigi tersebut diobservasi. Jika terdapat nekrosis pulpa pada fragmen apikal, pengeluaran fragmen apikal menjadi indikasi.

2. Fraktur di bagian sepertiga tengah

Perawatan yang dianjurkan adalah reposisi segera fragmen yang telah bergeser diikuti dengan perletakan splin pasif. Posisi segmen yang direduksi harus diperiksa secara radiografi. Setelah dilakukan reduksi, splin pasif diletakkan selama 4 minggu untuk menjamin konsolidasi jaringan keras yang mencukupi.

3. Fraktur di bagian sepertiga servikal

Perawatan dipilih berdasarkan posisi garis fraktur, panjang segmen akar yang tersisa dan kehadiran segmen koronal. Kemungkinan penyembuhan dengan jaringan terkalsifikasi adalah paling rendah pada fraktur di lokasi ini.


(27)

Perawatan lain yang dapat dilakukan termasuk perletakan mahkota pasak, pemanjangan mahkota, ekstrusi ortodontik, transplantasi intra alveolar dari gigi fraktur (surgical extrusion), dan ekstraksi.3

Perawatan fraktur akar vertikal amat sulit dan bergantung pada jenis gigi serta durasi, lokasi dan keparahan fraktur.6 Terdapat empat kategori dasar perawatan fraktur akar vertikal, yaitu: 3

a) Rencana perawatan untuk fraktur supraoseous inkomplit dengan pulpa vital dan tidak ada perubahan radiografik atau kerusakan periodontal:

Gigi direstorasi dengan mahkota sementara full coverage dan dievaluasi setelah 3 bulan. Jika pasien asimtomatik, mahkota permanen disementasi dengan semen polikarboksilat atau semen ionomer kaca (GIC). Jika terdapat degenerasi pulpa, perawatan tambahan seperti yang dijelaskan di b) atau c) menjadi indikasi.

b) Rencana perawatan untuk fraktur supraoseous inkomplit dengan pulpa non-vital namun tidak ada perubahan radiografik atau kerusakan periodontal:

Gigi direstorasi dengan mahkota stainless steel berbentuk full coverage dan diawali terapi kalsium hidroksida. Pasien dirawat dengan interval 3 bulan. Jika tidak ada perubahan ketinggian tulang setelah 9-12 bulan menjalani terapi kalsium hidroksida, dilakukan terapi endodontik dan mahkota permanen diletakkan pada gigi tersebut. Jika timbul poket periodontal sepanjang garis fraktur, gunakan rencana perawatan yang dijelaskan di c).

c) Rencana perawatan untuk fraktur inkomplit intraoseous dengan pulpa non-vital dan poket periodontal sepanjang garis fraktur:

Bedah eksploratori diindikasi untuk mendapat visualisasi garis fraktur dan kerusakan tulang. Jika garis fraktur berhenti sebelum kerusakan tulang, prosedur bedah periodontal yang diperlukan dapat dijalankan untuk memulihkan kerusakan tersebut. Tergantung pada status pulpa, rencana perawatan seperti yang dijelaskan di a) atau b) didahulukan. Pada kasus dimana garis fraktur memanjang melebihi kerusakan tulang, Rencana perawatan yang dijelaskan di d) dapat didahulukan. d) Rencana perawatan untuk fraktur intraoseous komplit dengan pulpa non-vital,


(28)

Pada gigi molar dimana fraktur berada di satu akar atau melewati furkasi, diindikasi melakukan amputasi akar, hemiseksi atau ekstraksi.

2.7.1 Teknik Pengambilan Fragmen Akar Gigi Molar

Terdapat dua teknik pengeluaran fragmen akar, yaitu teknik terbuka dan teknik tertutup. Fragmen akar harus dicoba untuk pengambilan dengan teknik tertutup, tapi jika tidak berhasil, dokter gigi harus segera melakukan teknik bedah. Apapun teknik yang dipilih, kondisi yang harus ada untuk ekstraksi adalah cahaya yang mencukupi, suction

yang baik serta irigasi yang mencukupi.10

a) Teknik Tertutup

Teknik tertutup didefinisikan sebagai teknik yang tidak memerlukan pembukaan flep pada jaringan lunak dan pembuangan tulang. Pasien diposisikan dengan visualisasi adekuat (dengan cahaya yang mencukupi), irigasi dan suction cukup.10

i. Teknik irigasi

Untuk fragmen akar yang kecil dari gigi yang fraktur sewaktu pencabutan dan telah diluksasi, soket gigi diirigasi dan dilakukan suctioning karena fragmen yang longgar terkadang dapat diirigasi keluar dari soket. Setelah selesai irigasi dan suction, dokter gigi harus meneliti soket gigi dengan hati-hati untuk melihat jika serpihan akar tersebut telah dikeluarkan atau tidak.10

ii. Teknik mengunakan Root Tip Pick

Root tip pick merupkan instrumen yang digunakan untuk mengeluarkan fragmen akar yang kecil (2-4mm) dari soket. Jika teknik irigasi tidak berhasil, instrumen ini dimasukkan ke dalam ruang ligamen periodontal dan digunakan untuk meluksasi akar dari soket dengan berhati-hati. Daya ke arah apikal yang berlebihan dapat menyebabkan penggeseran ujung akar ke tempat anatomis lain, seperti sinus maksilaris. Daya ke arah lateral yang berlebihan dapat menyebabkan ujung root tip pick membengkok atau fraktur.10


(29)

Gambar 5: Pengunaan root tip pick untuk mengeluarkan fragmen akar gigi yang kecil.10

iii. Teknik menggunakan elevator lurus kecil

Teknik ini merupakan indikasi untuk pengeluaran ujung akar yang lebih besar dan hampir sama dengan teknik root tip pick. Hal ini karena elevator lurus kecil dimasukkan ke dalam ligamen periodontal, dimana ia bertindak seperti baji untuk mengerakkan fragmen tesebut ke arah bidang oklusal. Daya ke arah apikal yang kuat harus dihindari karena dapat menekan akar tersebut ke dalam jaringan di bawahnya.10

Gambar 6: Pengunaan elevator lurus kecil untuk mengeluarkan sisa akar yang lebih besar.

Gambar 6 (A): Tekanan yang diaplikasi harus lembut dalam gerakan wriggling yang lembut

Gambar 6 (B): Tekanan berlebihan dapat menyebabkan penggeseran akar ke dalam sinus maksilaris.10


(30)

Untuk menghindari perforasi ke dalam sinus maksilaris sewaktu pengambilan sisa akar gigi molar maksila, tangan dokter gigi harus bersandar pada gigi tetangga atau prominensi tulang yang kukuh apabila menggunakan elevator lurus. Sandaran ini mempermudah dokter gigi untuk mengkontrol daya serta mengurangkan kemungkinan tergesernya fragmen akar atau instrumen ke tempat yang tidak diinginkan.10

b) Teknik Terbuka

Terdapat dua teknik terbuka utama yang digunakan untuk mengeluarkan sisa akar:.10,23

1. Melanjutkan teknik pengeluaran gigi dengan satu akar melalui teknik bedah. Flep jaringan lunak dibuka dengan elevator periosteal dan diretraksi. Tulang dibuang menggunakan bur atau chisel untuk menampakkan permukaan bukal dari akar gigi tersebut. Akar gigi diambil dari arah bukal dengan elevator lurus. Flep direposisi dan dilakukan suturing.

2. Teknik open window, yaitu modifikasi teknik terbuka tanpa membuang terlalu banyak tulang. Flep jaringan lunak dibuka dan daerah apeks fragmen akar dilokasi. Bur digunakan untuk membuang tulang di atas apeks akar untuk menampakkan fragmen tersebut. Root tip pick atau elevator kecil dimasukkan ke dalam window tersebut dan fragmen akar digeser keluar dari soket.


(31)

Kerangka Teori

Fraktur akar gigi molar

Ciri-Ciri Gigi Molar

Etiologi

Klasifikasi Gambaran

Klinis

Radiografis

Perawatan Definisi


(32)

Kerangka Konsep

Fraktur akar gigi molar

Definisi Klasifikasi Etiologi Gambaran

Klinis

Radiografis Perawatan

Epidemiologi Umur Jenis Kelamin Ciri-Ciri


(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN…...

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

3.2 Populasi dan sampel 3.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengunjungi Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari 2010 sampai 2012 untuk dirawat fraktur akar gigi.

3.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien dengan fraktur akar gigi molar yang dicabut di Depertemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012.

Kriteria inklusi:

a) Data rekam medik seluruh pasien fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari 2010 sampai 2012.

b) Data rekam medik pasien fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU yang


(34)

memiliki informasi tentang data pribadi (umur, jenis kelamin) dari Januari 2010 sampai Desember 2012.

Kriteria eksklusi:

a) Data rekam medik pasien fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU selain dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012.

b) Data rekam medik pasien fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU yang tidak mencatumkan data pribadi pasien (umur dan jenis kelamin).

3.3 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 2. Variabel dan Definisi Operasional.

Variabel Definisi Operasional

Fraktur akar

gigi molar Terputusnya kontinuitas struktur akar gigi molar

Umur

Usia yang tertera pada rekam medis pasien yang mengalami fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari 2010 sampai 2012

Jenis Kelamin

Pasien yang mengalami fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari 2010 sampai 2012 yang berjenis kelamin laki-laki atau perempuan

3.4 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui rekam medik pasien dengan fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012.


(35)

3.6 Pengolahan Data

Data diolah dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik maupun diagram.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara menghitung persentase hasil pencatatan data rekam medik pasien dengan fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012.


(36)

Alur Penelitian

Variabel

• Jenis Kelamin

• Umur Populasi

Rekam medik yang berisi data tentang seluruh pasien yang dilakukan perawatan fraktur akar gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun

2010-2012

Sampel

Rekam medik yang berisi data tentang seluruh pasien fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012 Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis

kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012

Pengolahan dan Analisis Data


(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN…...

4.1 Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur

Hasil penelitian dari data-data yang diperoleh dari Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diperoleh jumlah pasien yang mengalami fraktur akar gigi molar dari Januari 2010 sampai Desember 2012 sejumlah 168 orang. Distribusi sampel berdasarkan umur diperoleh rentang umur yang paling banyak adalah rentang umur 31-40 tahun sebanyak 50 orang dengan persentase 29,8%. Umur 21-30 tahun sebanyak 41 orang dengan persentase 24,4%, umur 11-20 tahun sebanyak 31 orang dengan persentase 18,4%, umur 41-50 tahun sebanyak 29 orang dengan persentase 17,2%, umur 51-60 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 5,4%, dan jumlah pasien yang paling sedikit adalah umur diatas 60 tahun sebanyak 8 orang dengan persentase 4,8%.

Tabel 3. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Umur Pasien Jumlah Persentase

11-20 31 18,4%

21-30 41 24,4%

31-40 50 29,8%

41-50 29 17,2%

51-60 9 5,4%

> 60 8 4,8%


(38)

Diagram 1. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

4.2 Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin

Jumlah pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang dengan persentase 33,3% sedangkan pada jenis kelamin wanita berjumlah 112 orang dengan persentase 66,7%. Dari data yang diperoleh, wanita mempunyai persentase 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

Tabel 4. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase

Laki-laki 56 33,3%

Wanita 112 66,7%

Jumlah 168 100%

31

41

50

29

9 8

0 10 20 30 40 50 60

11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 > 60

Rentang Umur (Tahun)

Ju

m


(39)

Diagram 2. Prevalensi fraktur akar gigi molar berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Laki-Laki 33,3%

Wanita 66,7%


(40)

BAB 5

PEMBAHASAN…...

Hasil penelitian ini diperoleh dari 168 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan fraktur akar gigi molar berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari Januari 2010 sampai Desember 2012. Kebanyakan kasus merupakan fraktur akar gigi sewaktu pencabutan.

Distribusi sampel berdasarkan umur diperoleh sampel paling banyak adalah rentang umur 31-40 tahun sebanyak 50 orang dengan persentase 29,8%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Roh et al (2006) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Yonsei, Korea yang menunjukkan prevalensi fraktur gigi tertinggi di dekade 4, yaitu 31,02% dari 154 kasus. Hal ini dapat terjadi karena hasil ini tidak menggambarkan keseluruhan pasien di suatu daerah yang mengalami fraktur akar gigi molar. Penelitian pada pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU ternyata pasien yang paling banyak melakukan perawatan fraktur akar gigi molar berumur 31-40 tahun. Insidensi fraktur akar gigi molar paling jarang terjadi pada pasien dalam golongan usia 60 tahun ke atas, yaitu golongan lansia. Hal ini dapat terjadi karena pasien dalam golongan lansia sering mengalami penyakit periodontal. Penelitian Eke et al (2012) di Amerika menunjukkan sebanyak 64% pasien dalam golongan usia 65 tahun ke atas menderita penyakit periodontitis. Penyakit periodontal dapat menyebabkan gigi menjadi goyang. Hal ini dapat mengakibatkan gigi menjadi lebih rentan terhadap fraktur serta tanggalnya gigi. Gigi pasien dalam golongan usia ini biasanya hampir tanggal semua sehingga prevalensi fraktur akar gigi molar jarang terjadi pada golongan tersebut. Menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada tahun 1999-2004 di Amerika, 27,27% dari sampel dengan golongan usia 65 tahun ke atas sudah kehilangan semua gigi di dalam mulut.24-26


(41)

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin diperoleh jumlah pasien dengan jenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan pasien dengan jenis kelamin laki-laki (tabel 4). Hal ini dapat dilihat dengan jumlah pasien jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang adalah 33,3% sedangkan pada jenis kelamin wanita sebanyak 112 orang adalah 66,7%. Dari data yang diperoleh, wanita mempunyai persentase 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Data tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Homewood (2000) di Australia yang menunjukkan persentase 63% gigi yang fraktur pada wanita dan 27% kasus terjadi pada laki-laki.27

Pada sebuah artikel di BBC News menyatakan bahwa laki-laki mempunyai kesadaran yang kurang terhadap langkah-langkah pemeliharaan kesehatan dibanding wanita. Laki-laki juga enggan untuk mengakui masalah kesehatan yang menimpa dirinya baik terhadap diri sendiri maupun pada orang lain serta merasa segan untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan terhadap penyakit yang dialaminya. Hal ini menyebabkan pasien laki-laki yang mengalami fraktur akar gigi molar cenderung hanya mendapatkan perawatan apabila sakitnya sudah tidak tertahan lagi.Pada pasien wanita cenderung memiliki sensitifitas dan kepedulian yang tinggi terhadap kondisi rongga mulutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Klea et al (2000) di Amerika menunjukkan bahwa wanita lebih banyak menggunakan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan laki-laki. Wanita juga menunjukkan kemauan untuk mendapatkan perawatan sehingga menyebabkan pasien wanita yang mengalami fraktur akar gigi molar akan segera berkunjung ke Klinik Gigi dan Mulut untuk menerima perawatan. Selain itu, pada waktu kehamilan, janin membutuhkan banyak kalsium untuk membantu dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang dan giginya, terutamanya selama trimester ketiga. Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak terpenuhi, maka janin akan mengambil kalsium dari tulang dan gigi ibu hamil tersebut. Hal ini dapat menyebabkan tulang dan gigi ibu hamil menjadi kurang padat dan lebih rentan terhadap fraktur.28-30


(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN…...

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Prevalensi terjadinya fraktur akar gigi molar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU selama Januari 2010 – Desember 2012 sebesar 168 orang.

2. Fraktur akar gigi molar lebih sering terjadi pada jenis kelamin wanita. Insidensi fraktur akar gigi molar adalah 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

3. Fraktur akar gigi molar dapat saja terjadi pada semua rentang umur dengan angka kejadian paling tinggi terjadi pada rentang umur 31-40 tahun sebesar 29,8%.

4. Terdapat perbedaan dari hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya di berbagai negara. Hal ini bisa disebabkan karena hasil ini tidak menggambarkan keseluruhan pasien di suatu daerah yang mengalami fraktur akar gigi molar.

6.2 Saran

Saran penulis dalam penelitian ini:

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat meneliti jenis-jenis fraktur akar gigi molar serta prevalensinya berdasarkan regio.

2. Pencatatan data rekam medis sebaiknya dilakukan dengan lengkap dan jelas, misalnya mencantumkan jenis fraktur akar gigi molar yang dialami dan etiologinya sehingga penelitian yang lebih lanjut tentang fraktur akar gigi molar dapat dilakukan dengan adanya data yang lengkap dan jelas.


(43)

3. Dokter gigi harus mempunyai komunikasi dan kerjasama yang baik dengan pasien agar dapat memberi perawatan fraktur akar gigi molar semaksimal mungkin.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Scheid RC, Weiss G. Woelfel’s dental anatomy. 8th ed. China: Lippincott Williams & Wilkins, 2012: 121-122, 124-125, 139.

2. Greenwood M, Corbett I, penyunting. Dental emergencies. India: Blackwell Publishing Ltd, 2012: 72, 115.

3. Malhotra N, Kundabala M, Acharaya S. A review of root fractures: Diagnosis treatment and prognosis. Dent Update

4. Loomba K, Loomba A, Bains R, Bains VK. A proposal for classification of tooth fractures based on treatment need. Journal of Oral Science 2010; 52(4): 517-529.

2011 Nov; 38(9): 615-616, 619-620, 623-624, 626-628.

5. Sunil Reddy RG, Srinivasa TS. Management of transverse root fracture by dowel-inlay: A case report. J Int Oral Health 2011 Nov; 3(1): 51-58.

6. Moule AJ, Kahler B. Diagnosis and management of teeth with vertical root fractures. Australian Dental Journal 1999; 44(2): 75-87

7. Miloro M, penyunting. Peterson’s principles of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. Canada: BC Decker Inc, 2004: 383-384, 387.

8. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s clinical periodontology. 11th ed. China: Saunders, 2012: 51, 591

9. Chong BS, penyunting. Harty’s endodontics in clinical practice. 6th ed. China: Elsevier Ltd, 2010: 216

10.Hupp JR, Ellis III E, Tucker MR, penyunting. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 5th ed. China: Mosby Inc, 2008: 142-148, 187

11.Fuss Z, Lustig J, Tamse A. Prevalence of vertical root fractures in extracted endodontically treated teeth. International Endodontic Journal 1999; 32(4): 283-286


(45)

12.Jackson NG, Waterhouse PJ, Maguire A. Management of dental trauma in primary care: A postal survey of general dental practitioners. British Dental Journal 2005 March; 198(5): 293-297

13.American Dental Association. Dictionary of dental terms.

14.Moore UJ, penyunting. Principles of oral and maxillofacial surgery. 6th ed. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd, 2011: 108, 158-159

15.Hargreaves KM, Cohen S, Berman LH. Pathways of the pulp. 10th ed. China: Mosby Inc, 2011: 25-26

16.Bechara B, McMahan CA, Noujeim M, Faddoul T, Moore WS, Teixeira FB, et al. Comparison of cone beam CT scans with enhanced photostimulated phosphor plate images in the detection of root fracture of endodontically treated teeth. Dentomaxillofacial Radiology

17.Becker IM. Comprehensive occlusal concepts in clinical practice. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd, 2011: 29

2013 Jul; 42(7): 20120404

18.Glickman CN. Fractured tooth roots.

19.Terauchi Y. Apical surgery on fractured roots: Case reports. International Dentistry SA. 12(6): 6-21

20.Galagi SR, Kumar BBS, Navaneetha H, Choudary BSC. Vertical root fractures: Diagnosis and management – A review. International Journal Of Dental Clinics 2011; 3(3): 59-61

21.Anonymous

22.Spiller MS. Cracked teeth.

Julai 2013)

23.Datarkar AN. Exodontia practice. India: Jaypee Brothers Medical Publishers, 2007: 88

24.Roh B, Lee Y. Analysis of 154 cases of teeth with cracks. Dent Traumatol 2006 Jun; 22(3): 118-123


(46)

25.Eke PI, Dye BA, Wei L, Thornton-Evans GO, Genco RJ. Prevalence of Periodontitis in Adults in the United States: 2009 and 2010. J Dent Res 2012; 91(10):914-920

26.National Institute of Dental and Craniofacial Research. Tooth loss in seniors

(Age 65 and over).

(3 Desember 2013)

27.Homewood CI. Cracked tooth syndrome – Incidence, clinical findings and treatment. Australian Dental Journal 1998;

28.Jane Ashley. Women 'more likely to report ill health than men'. BBC News 26

Maret

43(4): 217-222

(3 Desember 2013)

29.Klea D, Bertakis KD. Gender differences in the utilization of health care services. Journal of Family Practice [Internet] 2000 Feb; 49(2): 147-152

30.National Institutes of Health Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. Pregnancy, Breastfeeding, and Bone Health. < http://www. niams.nih.gov/Health_Info/Bone/Bone_Health/Pregnancy/pregnancy_bone_heal th.pdf > (21 Januari 2014)


(47)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Natasha Devi A/P Devan Tempat/Tanggal Lahir : Penang / 4 Mei 1991 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Hindu

Alamat : Jln Kangkung No. 36, Pringgan

Orangtua

Ayah : Devan Chendu

Ibu : Narayani Appu

Riwayat Pendidikan

1. 1997-2003 : SK Convent Infant Jesus (2), Melaka 2. 2004-2008 : SMK Infant Jesus Convent, Melaka 3. 2009-2010 : AIMST University, Kedah


(48)

LAMPIRAN 2

Anggaran Penelitian

1. Alat dan bahan

(Kertas kuarto 1 rim @ Rp 30000) : Rp. 30.000,- 2. Alat tulis

(Buku, pulpen, pensil, penghapus) : Rp. 15.000,- 3. Biaya pengumpulan daftar pustaka

Biaya fotokopi daftar pustaka : Rp. 25.000,- 4. Biaya pembuatan proposal : Rp. 150.000,- 5. Biaya Tinta print : Rp. 25.000,- 6. Biaya bahan habis pakai : Rp. 100.000,- 7. Biaya penjilidan dan penggandaan : Rp. 100.000,- 8. Biaya seminar proposal : Rp. 100.000,- 9. Biaya seminar hasil : Rp. 350.000,- 10.Biaya sidang skripsi : Rp. 500.000,-

11.Jilid skripsi : Rp. 150.000,-

12.Biaya lain-lain : Rp. 100.000,- + Rp. 1.585.000,-


(1)

3. Dokter gigi harus mempunyai komunikasi dan kerjasama yang baik dengan pasien agar dapat memberi perawatan fraktur akar gigi molar semaksimal mungkin.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Scheid RC, Weiss G. Woelfel’s dental anatomy. 8th ed. China: Lippincott Williams & Wilkins, 2012: 121-122, 124-125, 139.

2. Greenwood M, Corbett I, penyunting. Dental emergencies. India: Blackwell Publishing Ltd, 2012: 72, 115.

3. Malhotra N, Kundabala M, Acharaya S. A review of root fractures: Diagnosis treatment and prognosis. Dent Update

4. Loomba K, Loomba A, Bains R, Bains VK. A proposal for classification of tooth fractures based on treatment need. Journal of Oral Science 2010; 52(4): 517-529.

2011 Nov; 38(9): 615-616, 619-620, 623-624, 626-628.

5. Sunil Reddy RG, Srinivasa TS. Management of transverse root fracture by dowel-inlay: A case report. J Int Oral Health 2011 Nov; 3(1): 51-58.

6. Moule AJ, Kahler B. Diagnosis and management of teeth with vertical root fractures. Australian Dental Journal 1999; 44(2): 75-87

7. Miloro M, penyunting. Peterson’s principles of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. Canada: BC Decker Inc, 2004: 383-384, 387.

8. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s clinical periodontology. 11th ed. China: Saunders, 2012: 51, 591

9. Chong BS, penyunting. Harty’s endodontics in clinical practice. 6th ed. China: Elsevier Ltd, 2010: 216

10.Hupp JR, Ellis III E, Tucker MR, penyunting. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 5th ed. China: Mosby Inc, 2008: 142-148, 187

11.Fuss Z, Lustig J, Tamse A. Prevalence of vertical root fractures in extracted endodontically treated teeth. International Endodontic Journal 1999; 32(4): 283-286


(3)

12.Jackson NG, Waterhouse PJ, Maguire A. Management of dental trauma in primary care: A postal survey of general dental practitioners. British Dental Journal 2005 March; 198(5): 293-297

13.American Dental Association. Dictionary of dental terms.

14.Moore UJ, penyunting. Principles of oral and maxillofacial surgery. 6th ed. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd, 2011: 108, 158-159

15.Hargreaves KM, Cohen S, Berman LH. Pathways of the pulp. 10th ed. China: Mosby Inc, 2011: 25-26

16.Bechara B, McMahan CA, Noujeim M, Faddoul T, Moore WS, Teixeira FB, et al. Comparison of cone beam CT scans with enhanced photostimulated phosphor plate images in the detection of root fracture of endodontically treated teeth. Dentomaxillofacial Radiology

17.Becker IM. Comprehensive occlusal concepts in clinical practice. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd, 2011: 29

2013 Jul; 42(7): 20120404

18.Glickman CN. Fractured tooth roots.

19.Terauchi Y. Apical surgery on fractured roots: Case reports. International Dentistry SA. 12(6): 6-21

20.Galagi SR, Kumar BBS, Navaneetha H, Choudary BSC. Vertical root fractures: Diagnosis and management – A review. International Journal Of Dental Clinics 2011; 3(3): 59-61

21.Anonymous

22.Spiller MS. Cracked teeth.

Julai 2013)


(4)

25.Eke PI, Dye BA, Wei L, Thornton-Evans GO, Genco RJ. Prevalence of Periodontitis in Adults in the United States: 2009 and 2010. J Dent Res 2012; 91(10):914-920

26.National Institute of Dental and Craniofacial Research. Tooth loss in seniors

(Age 65 and over).

(3 Desember 2013)

27.Homewood CI. Cracked tooth syndrome – Incidence, clinical findings and treatment. Australian Dental Journal 1998;

28.Jane Ashley. Women 'more likely to report ill health than men'. BBC News 26

Maret

43(4): 217-222

(3 Desember 2013)

29.Klea D, Bertakis KD. Gender differences in the utilization of health care services. Journal of Family Practice [Internet] 2000 Feb; 49(2): 147-152

30.National Institutes of Health Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. Pregnancy, Breastfeeding, and Bone Health. < http://www. niams.nih.gov/Health_Info/Bone/Bone_Health/Pregnancy/pregnancy_bone_heal th.pdf > (21 Januari 2014)


(5)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Natasha Devi A/P Devan Tempat/Tanggal Lahir : Penang / 4 Mei 1991 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Hindu

Alamat : Jln Kangkung No. 36, Pringgan

Orangtua

Ayah : Devan Chendu

Ibu : Narayani Appu

Riwayat Pendidikan

1. 1997-2003 : SK Convent Infant Jesus (2), Melaka 2. 2004-2008 : SMK Infant Jesus Convent, Melaka 3. 2009-2010 : AIMST University, Kedah


(6)

LAMPIRAN 2

Anggaran Penelitian

1. Alat dan bahan

(Kertas kuarto 1 rim @ Rp 30000) : Rp. 30.000,- 2. Alat tulis

(Buku, pulpen, pensil, penghapus) : Rp. 15.000,- 3. Biaya pengumpulan daftar pustaka

Biaya fotokopi daftar pustaka : Rp. 25.000,- 4. Biaya pembuatan proposal : Rp. 150.000,- 5. Biaya Tinta print : Rp. 25.000,- 6. Biaya bahan habis pakai : Rp. 100.000,- 7. Biaya penjilidan dan penggandaan : Rp. 100.000,- 8. Biaya seminar proposal : Rp. 100.000,- 9. Biaya seminar hasil : Rp. 350.000,- 10.Biaya sidang skripsi : Rp. 500.000,- 11.Jilid skripsi : Rp. 150.000,- 12.Biaya lain-lain : Rp. 100.000,- +


Dokumen yang terkait

Prevalensi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

8 89 54

Prevalensi Tindakan Alveolektomi Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Dan Regio Yang Dilakukan Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgmp Fkg Usu Tahun 2011-2012

4 27 59

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

4 36 45

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 12

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 1

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 3

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 3

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

0 0 15

Prevalensi Fraktur Akar Gigi Molar Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Yang Dicabut Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

0 0 14