BAB I PENDAHULUAN - Motif Etnis Tionghoa Bekerja sebagai Pegawai Negeri Studi Kasus pada PNS dan Polisi di Sumatera Utara)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbanyak

  di dunia. Jumlah penduduk di Indonesia berdasarkan data resmi sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Indonesia adalah 237.641.326 jiwa. Ratusan juta penduduk Indonesia tersebut terdiri dari tiga ratus lebih kelompok etnik atau suku bangsa. Hal ini yang membuat Indonesia dikatakan sebagai negara multietnis. (bps.go.id)

  Provinsi Sumatera Utara menempati urutan keempat sebagai provinsi terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jumlah penduduk Sumatera Utara berdasarkan data resmi sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Indonesia adalah 12,98 juta jiwa. Suku bangsa di Sumatera terdiri dari Batak, Jawa, Nias, Melayu, Minangkabau, Tionghoa, Banjar. (bps.co.id)

  Dilihat dari jumlah etnis lain di Sumatera Utara, etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis minoritas. Di Indonesia sendiri yang merupakan negara berkembang, kelompok etnis minoritas memobilisasi diri mereka untuk mempertahankan kepentingan-kepentingan kolektif seperti keamanan, status, kesempatan ekonomi, dan kekuatan politik, dalam rangka menghadapi kelompok etnis lain. Cara yang dilakukan pun beragam, ada yang memilih menggunakan

  1 cara damai, adapula yang lebih memilih menggunakan cara kekerasan, ataupun menentang dari kebijakan dan program yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

  Sejak era reformasi digulirkan pada tahun 1998, masyarakat Tionghoa sudah bisa lebih diterima di masyarakat Indonesia yang majemuk. Masyarakat Tionghoa dulunya tidak dianggap sama sekali sebagai warga negara Indonesia. Walaupun etnis Tionghoa saat ini sudah sama kedudukannya dengan etnis - etnis lain di Indonesia dalam hukum dan pemerintahan, namun konflik kelompok minoritas tampaknya belum dapat terlepas dari penduduk Tionghoa tersebut. Tindakan

  • – tindakan seperti diskriminasi masih kerap terjadi. Salah satu yang menjadi contoh kasus adalah kebijakan Universitas Indonesia yang membatasi jumlah mahasiswa dari etnis Tionghoa tidak boleh lebih dari tiga persen.

  Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang Tionghoa terkesan dipersulit dalam urusan administrasi pemerintahan. Hal ini dapat terlihat dari susahnya mereka mendapatkan dokumen kependudukan seperti akta kelahiran, kartu keluarga, maupun kartu tanda penduduk (KTP). Hal ini dapat terlihat dari petikan wawancara dengan salah satu orang Tionghoa berinisial H berikut :

  “Aku kalau mau ngurus – ngurus biasanya pakai calo, soalnya nggak ribet dan susah. Kalau pakai calo bisa lebih mudah urusannya.” (Komunikasi Personal, 20 Desember 2011)

  Walaupun disebut sebagai kelompok minoritas dengan segala konfliknya, namun para etnis Tionghoa di Indonesia mampu menunjukkan kapasitasnya. Tak dapat dipungkiri, bahwa roda perekonomian khususnya dunia bisnis merupakan lahan yang tumbuh subur bagi orang Tionghoa. Saat ini mereka mampu merajai dunia bisnis dalam negeri. Data menunjukkan bahwa etnis Tionghoa menguasai delapan puluh persen perekonomian Indonesia. Bisnis bagi orang Tionghoa merupakan roda perekonomian yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ruang lingkup bisnis yang dijalankan oleh orang Tionghoa terbilang luas, mulai dari bisnis perhotelan, bank, properti, elektronik, otomotif sampai aktifitas distribusi.

  Banyak sekali kajian yang dilakukan untuk menilai mengapa bisnis atau wirausaha Tionghoa memperoleh sukses. Orang Tionghoa yang ada di Indonesia relatif lebih sukses dalam berwirausaha, karena umumnya mereka memiliki motivasi yang positif dan tinggi, karakterisik mengembangkan sikap serta perilaku bisnis tertentu yang merupakan kunci sukses mereka, yang pada dasarnya usaha mereka sangat mendominasi perekonomian Indonesia pada hampir semua sektor bisnis (Wachyu, 2005).

  Hampir setiap bidang usaha yang dimiliki individu dengan etnis Tionghoa berjalan dengan baik dan sukses. Ada juga memang yang gagal dalam usaha yang dijalankan, tetapi tidak banyak bila dibandingkan dengan usaha orang Tionghoa yang berjalan baik dan sukses. Seorang wirausaha etnis Tionghoa tersebut memiliki karakteristik personal, gaya manajerial serta nilai-nilai sosial dan kultural yang memberikan kontribusi kepada wirausaha Tionghoa secara umum (Nasir, 2008).

  Wirausahawan Tionghoa cenderung bersifat dinamis sekaligus pragmatis, fleksibel dan pandai menempatkan diri serta ulet. Hal ini sangat membantu mereka bertahan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif bahkan dalam kondisi yang bergejolak sekalipun. Etnis Tionghoa tersebut mampu dan mau melayani serta mengembangkan efisiensi, membina hubungan dengan pelanggan dan serta pemegang saham lainnya dengan tetap menempatkan diri secara berhati-hati.

  Gaya manajemen Tionghoa sangat menekankan human relationship. Bahkan secara spesifik hubungan bisnis Tionghoa biasanya didasarkan pada persahabatan, kesetiaan dan kepercayaan yang tinggi. Pada level usaha kecil, bisnis Tionghoa lebih didasarkan rasa saling percaya antara pekerja dengan pemilik, dari pada kontrak kerja (Nasir, 2008).

  Sangat jarang ditemukan orang Tionghoa berada dalam jajaran pemerintahan yang berstatus pegawai negeri, baik pegawai negeri sipil, polisi, maupun tentara. Sebagaimana yang dapat diamati, pegawai negeri di Indonesia didominasi oleh masyarakat pribumi. Setiap tahunnya apabila dibuka penerimaan calon pegawai negeri, para pelamarnya pun hampir keseluruhan dari etnis asli Indonesia, hampir tidak terlihat peminat dari etnis Tionghoa.

  Sebagai sebuah organisasi, negara memerlukan pelaku

  • – pelaku organisasi untuk menjalankan organisasinya. Salah satu pelaku organisasi ini adalah pegawai negeri. Menurut UU RI No. 43 tahun 1999 tentang perubahan atas UU RI No. 8
tahun 1974 tentang pokok

  • – pokok kepegawaian, pegawai negeri adalah setiap warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
  • – diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Pegawai negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

  Pegawai negeri sipil merupakan salah satu unsur aparatur negara yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyelenggarakan tugas

  • –tugas pemerintahan dan pembangunan nasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya PNS yang penuh dedikasi, berkualitas, sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945 (Irmayani, 1996). Sedangkan anggota kepolisian negara Republik Indonesia juga merupakan pegawai negeri yang berada pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

  Walaupun jarang, bukan berarti pegawai negeri orang Tionghoa tidak ada sama sekali. Di Sumatera Utara sendiri, dapat dijumpai beberapa orang Tionghoa berstatus pegawai negeri baik itu dengan seragam pegawai negeri sipil maupun dengan seragam polisi. Berdasarkan penulusuran dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara, tercatat ada enam orang berstatus pegawai negeri sipil dari orang Tionghoa. Sedangkan data dari Polda ditemukan bahwa terdapat dua orang anggota kepolisian dari etnis Tionghoa.

  Orang Tionghoa yang memutuskan bermatapencaharian sebagai pegawai negeri di Indonesia tentunya memiliki alasan tertentu. Keputusan mereka juga bukan sekedar asal

  • – asalan belaka, ada tujuan tersendiri dari dalam diri mereka yang ingin dicapai ketika memilih pegawai negeri sebagai pekerjaan mereka. Suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu disebut dengan motif. Timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan, dan imbalan (Indriyo dan Sudita, 1997). Hal ini dapat terlihat dari petikan wawancara dengan salah satu PNS etnis Tionghoa berinisial D berikut :

  “Sebenarnya kalau jadi PNS saya sih lebih ngejarkan untuk statusnya itu, lebih terjamin.” (Komunikasi Personal, 4 Januari 2012) Berdasarkan fenomena, ada banyak orang Tionghoa yang berkecimpung dalam kegiatan berwirausaha, dengan memiliki karakteristik yaitu motivasi positif dan tinggi dalam bidang perdagangan atau wirausaha yang berlangsung terus dari generasi ke generasi, namun hanya sedikit yang berkecimpung di dunia pemerintahan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana motif kerja orang etnis Tionghoa sebagai pegawai negeri.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana motif – motif orang Tionghoa bekerja sebagai pegaw ai negeri?”

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif - motif para etnis Tionghoa bekerja sebagai pegawai negeri. Pertanyaan penelitian meliputi : Bagaimana motif

  • – motif orang Tionghoa bekerja sebagai pegawai negeri?

  D. Manfaat penelitian 1.

  Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat : a.

  Menambah pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi ilmu psikologi, terutama psikologi industri / organisasi.

  b.

  Menjadi masukan yang berguna bagi penelitian yang lebih lanjut mengenai motif para etnis Tionghoa bekerja sebagai pegawai negeri.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat : a.

  Memberikan informasi secara umum tentang bagaimana motif para etnis Tionghoa bekerja sebagai pegawai negeri sehingga diharapkan etnis Tionghoa mendapatkan kesempatan yang sama berkarier di bidang pemerintahan.

  b.

  Memberi gambaran mengenai dinamika motif etnis Tionghoa sejak masuk sebagai pegawai negeri hingga saat ini.

  c.

  Menjadi pembelajaran bagi seluruh pegawai negeri di Sumatera Utara.

  d.

  Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

  Penelitian ini disusun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang teratur sehhingga memudahkan pembaca untuk memahaminya.

  BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

  BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis dan penelitian

  • –penelitian terdahulu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Diantara teori
  • – teori yang akan dibahas adalah makna motivasi, j
  • – jenis motivasi, perubahan dalam kekuatan motivasi, serta pendekatan motivasi kerja berdasarkan teori hierarki Maslow, dan diakhiri dengan paradigma penelitian.

  BAB III : Metode Penelitian Dalam bab ini dijelaskan mengenai alasan dipergunakannya pendekatan kualitatif, responden penelitian, teknik pengambilan data, alat bantu pengambilan data, kredibilitas penelitian, prosedur penelitian serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.

  Bab IV : Hasil Analisis Data Bab ini menjabarkan hasil analisis dan interpretasi dari data yang didapatkan oleh peneliti ke dalam bentuk penjelasan yang lebih terperinci dan runtut disertai dengan data yang mendukung.

  Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan diskusi yang berisi temuan-temuan yang didapat selama proses penelitian, serta saran dari peneliti lain untuk penelitian selanjutnya.

Dokumen yang terkait

Motif Etnis Tionghoa Bekerja sebagai Pegawai Negeri Studi Kasus pada PNS dan Polisi di Sumatera Utara)

1 45 135

Identitas Etnis Dan Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Peran Identitas Etnis dalam Komunikasi Antarbudaya pada Mahasiswa Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara)

3 46 238

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Mutasi Terhadap Semangat Kerja Pegawai Sipil Studi Kasus di Dinas Pendidikan Kota Binjai)

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Minat Berwirausaha Pada Etnis Tionghoa

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - Fenomena Tawuran Antar-Mahasiswa (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa/i Universitas Sumatera Utara)

0 0 8

BAB II LANDASAN TEORI A. - Perbedaan Self-Efficacy Antara Siswa Etnis Tionghoa Dan Non Tionghoa Di SMA Mayoritas Etnis Tionghoa (Studi Kasus SMA Sutomo 1 Medan)

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN - Partisipasi politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013” (Survey di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Partisipasi politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013” (Survey di Kecamatan Rantau Utara Kota Rantau Prapat)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa Studi di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Budaya Organisasi dan Persespsi Dukungan Organisasi terhadap Need for Achievement pada Polisi Wanita di Polda Sumatera Utara

0 0 16