BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Minat Berwirausaha Pada Etnis Tionghoa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini kewirausahaan merupakan persoalan penting di dalam

  perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan.

  Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok entrepreneur ini. Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat yaitu menghasilkan imbalan finansial yang nyata (Yohnson, 2003).

  Kewirausahaan (entrepreneurhip) telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosioekonomi suatu negara (Zahra dalam Peterson & Lee, 2000). Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kewirausahaan dapat membantu menyediakan begitu banyak kesempatan kerja, berbagai kebutuhan konsumen, jasa pelayanan, serta menumbuhkan kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu negara. Selain itu, seiring dengan berkembangnya arus globalisasi, kewirausahaan juga semakin menjadi perhatian penting dalam menghadapi tantangan globalisasi yaitu kompetisi ekonomi global dalam hal kreativitas dan inovasi (Peterson & Lee, 2000). Sejalan dengan itu, Peter Drucker (dalam Mahesa, 2012) menyatakan bahwa seluruh proses perubahan ekonomi pada akhirnya tergantung dari orang yang menyebabkan timbulnya perubahan tersebut yakni sang “entrepreneur”.

  Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya pasar dengan produk-produk yang inovatif. Tahun 1980-an di Amerika telah lahir sebanyak 20 juta entrepreneur, mereka menciptakan lapangan kerja baru. Demikian pula di Eropa Timur, entrepreneur ini mulai bermunculan. Bahkan Negeri China, yang menganut paham komunis, mulai membuka diri terhadap lahirnya entrepreneur (Tama,2010). Sayangnya, jumlah entrepreneur di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia. Berdasarkan survei tahun 2012, jumlah wirausaha di Indonesia hanya 1,56 persen dari jumlah penduduk, sedangkan dikatakan suatu negara dapat maju kalau minimal mempunyai entrepeneur sebanyak 2 persen2012 ).

  Namun kenyataan yang tidak dapat dipungkiri saat ini adalah bahwa roda perekonomian khususnya dunia bisnis dan wirausaha telah menjadi lahan yang tumbuh subur bagi etnis Tionghoa. Hampir setiap jenis-jenis bisnis tidak luput dari campur tangan etnis yang dikenal ulet dan gigih ini. Mulai dari bisnis properti, kuliner, perhotelan, bank, ritel, hingga pada aktivitas distribusi. Bahkan mendominasi, walau secara jumlah populasi, etnis Tionghoa terbilang minoritas di Indonesia (Nasir, 2008).

  Etnis Tionghoa atau etnis Cina yang berada di Indonesia memang merupakan suku bangsa perantau yang telah berabad-abad lamanya berinteraksi dengan suku bangsa lain. Etnis Tionghoa terdiri dari berbagai suku dengan etnis, budaya, dialek, pekerjaan dan tempat tinggal yang tidak sama. Ada yang bersuku Hailam, Hokkien, Khek atau Hakka, Kantonese, Teochew, Foochow, Hockchew, dan sebagainya. Setiap suku etnis tionghoa memiliki kepandaian dagang tersendiri yang menjadi identitas mereka secara turun-temurun (Ann Wan Seng, 2013).

  Etnis Tionghoa bahkan telah hidup membaur baik dalam keseharian maupun dalam menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaannya.

  Etnis tionghoa Medan memiliki kekhasan tersendiri yang terbentuk karena lingkungan ekonomik sosial budaya masyarakat yang berada disekitarnya (Hadiluwih,2008). Misalnya dalam penggunaan bahasa sehari-hari etnis Tionghoa kerap menggunakan bahasa Hokian dengan sesamanya. Dan hanya menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang pribumi (Sutarto, 2010). Hokian adalah bahasa leluhur dari etnis tionghoa, dimana para orangtua pada etnis tionghoa mendidik secara keras bagi generasinya untuk dapat menguasai bahasa Hokian. Hal ini menujukkan bahwa pada umumnya etnis Tionghoa memiliki pendirian teguh pada kebudayaan leluhurnya (Hunter dalam Martaniah, 1998).

  Masyarakat Tionghoa selalu diidentifikasikan sebagai pedagang atau wirausahawan yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal berwirausaha (Vasanty dalam Koentjaraningrat, 2007). Adanya pola asuh dan budaya yang mempengaruhi perkembangan individu melibatkan masyarakat etnis Tionghoa memiliki sifat kompetitif, mempunyai usaha yang besar dan mengusahakan prestasi (Wilmoth dalam Martaniah,1998), demikian pula dalam hal berwirausaha.

  Jumlah keturunan etnis Tionghoa di Indonesia tidak seberapa bila dibandingkan dengan penduduk pribumi. Akan tetapi, dalam hal kemajuan dan kesuksesan jumlah orang-orang pribumi tidaklah seberapa ketimbang dengan orang-orang tionghoa. Namun, bukan berarti penduduk Tionghoa tidak ada yang miskin. Akan tetapi, karena sebagian besar orang- orang Tionghoa memang banyak meraih kesuksesan, karena kelompok kecilnya tidak begitu terlihat apabila ada yang miskin (Emsan, 2011).

  Di Indonesia, menurut The Economist, pada pertengahan 1980an warga keturunan cina menguasai hampir 70-75 % aset seluruh perusahaan diluar BUMN (Badan Usaha Milik Negara ) dan PMA (Mulyaningtias, 2012).. Keturunan cina yang jumlahnya hanya 4-5% dari populasi penduduk Indonesia maerupakan 17 dari 25 konglomerat di Indonesia (Emsan, 2011).

  Menjadi seorang wirausaha (entrepreneur) adalah alternatif yang bijaksana, selain dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, juga dapat membantu orang lain. Dan bila usahanya maju dapat menyerap semakin banyak tenaga kerja sehingga dapat membantu lebih banyak orang. Seorang yang ingin menjadi wirausaha atau enterpreneur diharapkan menjadi agent of change yang dapat berguna di dalam pemberdayaan masyarakat (Ritonga, 2011).

  Namun keinginan mewujudkan hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah untuk dicapai. Seseorang harus memiliki minat berwirausaha yang tinggi terhadap pembukaan unit usaha yang baru. Minat merupakan faktor pendorong yang menjadikan seseorang lebih giat bekerja dan memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan mengoptimalkan potensi yang tersedia. Minat tidak muncul begitu saja tetapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Walgito, 2003).

  Minat berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik kepribadian, faktor demografi dan karakteristik lingkungan.

  Karakteristik kepribadian seperti efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi, faktor demografi seperti umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang diperhitungkan sebagai penentu bagi minat berwirausaha, faktor lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional serta faktor budaya dapat mempengaruhi minat berwirausaha (Indarti, 2008).

  Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor – faktor yang timbul karena pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor – faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi minat berwirausaha antara lain karena pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Sedangkan Faktor ekstrinsik adalah faktor yang timbul karena rangsangan atau dorongan dari luar diri individu atau lingkungan. Faktor – faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang dan pendidikan (Suryana, 2006).

  Seseorang yang mempunyai minat untuk merintis suatu usaha baru, membutuhkan faktor hubungan sosial, karena didalamnya terdapat termasuk lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, dimana mereka dapat berdiskusi tentang ide berwirausaha akan masalah yang dihadapi dengan cara-cara menangani masalah dan dari sanalah muncul suatu yang disebut dukungan sosial (Pratiwi, 2009). Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai (Kuntjoro, 2002). Dukungan sosial menurut Sarason, Sarason & Pierce (dalam Baron & Byrne, 2000) didefinisikan sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman - teman dan anggota keluarga. Sejalan dengan itu Gottlieb (1991) juga berpendapat bahwa dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku (dalam Handayani, 2010).

  Menurut Sarason (dalam Kuntjoro, 2002), dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi yang penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan itu. Persepsi menurut Schiffman & Kanuk (2004) sebagai suatu proses dimana individu memilih, menyusun dan menginterpretasi rangsangan ke dalam gambaran dunia yang berhubungan dan bermakna. Sejalan dengan itu, Peter & Olson (2002) mengartikan persepsi sebagai cara seseorang menerima dan menginterpretasi dunia sekitar mereka. Dukungan sosial akan dipersepsi positif apabila individu tersebut merasakan manfaat dukungan yang diterimanya, individu akan merasa diperhatikan, diperdulikan dan dihargai.

  Berdasarkan uraian dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Hubungan Persepsi terhadap Dukungan sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa “.

B. RUMUSAN MASALAH

  Untuk memudahkan penelitian, maka perlu dirumuskan masalah apa yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu apakah ada Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Adapun tujuan penelitian ini sesuai dengan perumusan di atas adalah: Untuk mengetahui apakah ada Hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha Etnis Tionghoa.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  Dalam penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi, khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Penelitian ini akan memberikan data empiris mengenai Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa.

2. Manfaat Praktis

  Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk meningkatkan minat berwirausaha dan mengetahui tinggi rendahnya minat berwirausaha serta mengetahui positif atau negatif persepsi terhadap dukungan sosial. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya, sehingga hasil- hasil penelitian sejenis menjadi lebih akurat.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

  Sistematika penulisan yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini berisi uraian teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori - teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang Persepsi terhadap Dukungan Sosial, Minat Berwirausaha, dan Etnis Tionghoa. Dalam Bab ini juga akan dikemukakan Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Etnis Tionghoa serta hipotesa penelitian.

  BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini berisi uraian yang menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

  Bab IV : Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini terdapat gambaran subjek penelitian, hasil penelitian dan interpretasi hasil penelitian yaitu evaluasi antara hasil yang didapat dengan hipotesa penelitian.

  Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini membahas mengenai kesimpulan penelitian, serta saran- saran yang dapat merupakan inspirasi bagi para peneliti yang tertarik pada bidang yang sama.