Pengaruh Alat Bantu Kerja Dalam Mereduksi Gangguan Muskuloskletal Pekerja Industri Rumah Tangga Pencetakan Batu-Bata Di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009

(1)

PENGARUH ALAT BANTU KERJA DALAM MEREDUKSI GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA PENCETAKAN BATU-BATA DI DESA

PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009

TESIS

oleh M A S R A H NIM : 077010006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

PENGARUH ALAT BANTU KERJA DALAM MEREDUKSI GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA PENCETAKAN BATU-BATA DI DESA

PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

M A S R A H 077010006/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

Judul Tesis : PENGARUH ALAT BANTU KERJA DALAM MEREDUKSI GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA

PENCETAKAN BATU-BATA DI DESA PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009. Nama Mahasiswa : Masrah

Nomor Induk Mahasiswa : 077010006

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui, Komisi Pembimbing

((Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang,M.S.I.E) Ketua

( dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K) Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)


(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 31 Agustus 2009

________________________________________________________________________

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang,M.S.I.E Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

2. Ir. Nazlina M.T


(5)

SURAT PERNYATAAN

PENGARUH ALAT BANTU KERJA DALAM MEREDUKSI GANGGUAN MUSKULOSKLETAL PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA PENCETAKAN BATU-BATA DI DESA

PAYA LOMBANG KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2009


(6)

077010006/IKM ABSTRAK

Pekerja pencetak batu-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan terdapat ketidak sesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja dengan antropometri tubuh pekerja dan postur kerja yang tidak ergonomis.

Telah dilakukan penelitian pada pekerja pencetak batu-bata dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan fasilitas kerja berupa alat bantu kerja kereta beroda sederhana, terhadap gangguan muskuloskletal pekerja industri rumah tangga pencetak batu-bata, dengan perancangan dan penerapan fasilitas kerja. Perancangan diambil dari pengukuran antropometri pekerja.

Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design dengan rancangan ” Pretest-posttest Control Group Design”. Penelitian ini dilakukan pada tempat pembuatan batu-bata di Dusun XI Desa Paya Lombang. Populasi adalah pekerja pencetak batu batu-bata sejumlah 88 orang dan sampel yang diambil secara random sebanyak 20 orang, 10 orang kelompok kontrol dan 10 orang orang kelompok perlakuan. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test.

Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang ergonomis dan perbaikan postur kerja, terjadi pengurangan keluhan gangguan muskuloskletal pada kelompok perlakuan sebesar 10,7 %, pengurangan tingkat kategori keluhan satu tingkat dari sakit menjadi tidak sakit, dan perbaikan postur kerja yang ergonomis. Hasil penelitian dengan uji

Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan perbedaan skor yang signifikan tingkat keluhan gangguan muskuloskletal antara sebelum dan sesudah menggunakan alat bantu kerja dimana diperoleh nilai P(0,004), dengan nilai α ( 0,05) .

Disarankan para pekerja pencetak batu-bata untuk menerapkan fasilitas kerja yang digunakan sesuai rancangan fasilitas kerja yang telah diintervensikan serta perlu kiranya mendapat dukungan dan implementasi metode yang baru melalui instansi yang terkait.


(7)

ABSTRACT

The Brick Factory workers in Desa Paya Lombang.Subdistrict, Serdang Bedagai

district Reveals that there is no conformity between the working facilities they use and the antrhropometry of their bodies and the non ergonomic work posisition.

Reseach was carry out to brick factory workers with aimed to analyze the influence of the use of simple wheeled cart as working facilities on the musculoskletal complaint suffered by the brick factory workers. The design was based on the measurement of the workers’ anthropometry.

The kind of the study was true experimental with Pretest-posttest Control Group Design, conducted in a home industry (brick factory) in Dusun XI, Desa Paya Lombang,

The population of this study were 88 workers and 20 of them were selected through random sampling technique the samples for this study consisting of 10 workers belonged to the control group and the other 10 workers belong to the experiment group. Wilcoxon Signed Ranks test was used to analysis the data.

The result of this study showed that, after the ergonomic working facilities were used, the level of muskuloskletal complaint- from painful – suffered by the brick factory workers decreased as 10,7 %. The worker posisition became ergonomic. The result of Wilcoxon Signed Rangs statical test showed that there was a significant difference at the level of muskuloskletal complaint occurred between pre and post intervention with p=0,004 and

α

= 0,05.

It is suggested that the brick factory workers in Desa Paya Lombang should use the working facilities designed after the intervention and than to be important support, implementation the new method by related institution.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan strata-2 pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada;

Prof. dr. Chairuddin. P. Lubis, D.T.M & H,SP.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat , juga buat Dr. Drs. Surya Utama,M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan buat Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Rasa terimakasih yang tak terhingga buat Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, M.S.I.E sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang selalu meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya untuk membimbing, memberi kritik ,saran, masukan serta pemikiran beliau dengan penuh kesabaran serta dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Tak lupa rasa terimakasih


(9)

yang tak dapat digambarkan kepada Ir. Nazlina M.T Selaku Pembanding I yang penuh kesabaran memberikan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan penulisan tesis ini, dan drg. Herlinawati M.Kes selaku Pembanding II yang juga dengan sabar memberikan komentar dan kritik yang sangat penting dalam tesis ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya buat Suami tercinta Syafaruddin dan putra-putriku tersayang Salwa Syafirah dan M.Nawwaf Nazmi yang telah rela memberikan semangat dan dorongan buat Mama sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Tak lupa terimakasih buat Ibunda tercinta Nawiyah dan tak lupa kepada almarhum Ayahanda Ngatimin tercinta, trimakasih atas do’a kalian, dan Abanganda Syari’ dan keluarga yang telah banyak membantu dilapangan dalam hal melaksanakan penelitian ini, Serta Bapak Kades dan Ka.Dusun XI juga masyarakat Dusun XI Desa P.Lombang

Tak lupa adik-adik mahasiswa Tehnik Industri 05 terutama Adel, Dodi,Felino dan Budi, terimakasih sekali atas bantuan kalian,Teman-teman seperjuangan mahasiswa/wi Minat Studi Kesehatan Kerja Angkatan 2007.

Penulis menyadari tesis ini jauh dari kesempurnaan, oleh kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan guna penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih banyak semoga tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua. Amin ya Rabbal’alamin

Medan, Agustus 2009 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ...v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Permasalahan ...7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Hipotesa ...9

1.5 Manfaat Penelitian ...9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...10

2.1 Gangguan Muskuloskletal ...10

2.2 Penerapan Program Ergonomi ... 12

2.3 Pengendalian Gangguan Muskuloskletal Pada Pekerja13 2.4 Fasilitas Kerja ...15

2.5 Antropometri ...19

2.6.1 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri ...21

2.6.2 Aplikasi Data antropometri Dalam perancangan Fasilitas Kerja ...26

2.7 Standar Nordic Questionaire ...28

2.8 Skala Likert ...30

2.9 Kerangka Konsep ...31

BAB III. METODE PENELITIAN...32

3.1 Jenis Penelitian...32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...33

3.3 Populasi dan Sampel ...34

3.3.1 Populasi ...34

3.3.2 Sampel ...34

3.4 Metode Pengumpulan Data...35

3.4.1 Jenis Data...35

3.4.2 Cara Pengumpulan Data ... 35

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Oprasional ...36


(11)

3.5.2 Defenisi Operasional ...36

3.6 Instrumen Yang Digunakan ... 37

3.7 Pelaksanaan penelitian ...37

3.7.1 Pre – Intervensi ...37

3.7.2 Intervensi ...38

3.7.3 Post –Intervensi ... 39

3.8 Metode Pengukuran ...39

3.8.1 Aspek Pengukuran ...40

3.9 Teknik Analisa Data ...45

3.10 Jadwal Penelitian ...45

BAB IV. HASIL PENELITIAN ...46

4.1 Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Pembuatan Batu-Bata ....46

4.1.1 Proses Produksi ...46

4.1.2 Fasilitas Kerja Yang Di Gunakan Dalam Proses Pembuatan Batu-Bata ...48

4.1.3 Data Antropometri Bagian Pencetakan ...50

4.1.3.1 Pengumpulan Data Antropometri...50

4.1.3.2 Pengolahan Data Antropometri ...50

4.1.4 Fasilitas Kerja ...60

4.1.5 Karakteristik Responden... 63

4.1.6 Waktu Baku Pencetakan Sebelum dan sesudah Intervensi....64

4.1.7 Pengukura Kelelahan dengan Standard Nordic Questionaire65 4.1.8 Fostur Kerja ...78

4.1.8.1 Penilaian Postur Kerja Dengan Metode RULA...81

4.1.8.2 Elemen Kegiatan Sebelum Perbaikan...82

4.1.8.1.a Meletakkan Alat Cetak Ketempat Pencetakan ...82

4.1.8.1.b Mengambil Bahan Baku...85

4.1.8.1.c Meletakkan Bahan Baku Ke Alat Cetak ...89

4.1.8.1.d Merapikan Hasil Cetakan...93

4.1.8.1.e Mengangkat Alat Cetak...97

4.1.8.2. Elemen Kegiatan Sesudah Perbaikan ...102

4.1.8.2.a Meletakkan Alat Cetak Ketempat Pencetakan ..102

4.1.8.2.b Mengambil Bahan Baku Dari Atas Meja ...105

4.1.8.2.c Meletakkan Bahan Baku Ke Alat Cetak ...109

4.1.8.2.d Merapikan Hasil Cetakan ...112

4.1.8.2.e Mengangkat Alat Cetak ...116

BAB V. PEMBAHASAN ………. ...122

5.1 Karakteristik Kerja ... 122

5.2 Waktu Baku Pencetakan Sebelum Dan Sesudah Intervensi ...122

5.3 Data Antropometri ...124

5.4 Perancangan fasilitas Kerja ...125

5.5 Keluhan Muskuloskletal… ...126


(12)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……….. ……… ...131

6.1 Kesimpulan ...131

6.2 Saran ...132


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Aspek Pengukuran……….. 42

4.1. Data Antropometri yang berhubungan dengan alat yang dirancang 49

4.1.1. Data Antropometri Yang Telah di Uji Keseragaman Dan Kecukupannya... 50

4.1.2. Revisi 1 ... 52

4.1.3. Revisi 2 ... 53

4.1.4. Revisi 3 ... 54

4.1.5. Revisi 4 ... 55

4.2. Hasil Uji Keseragaman Data Antropometri Pekerja……… 56

4.3. Hasil Uji Kenormalan Data Antropometri Pekerja………. 57

4.4. Hasil Perhitungan Data Antropometri Pekerja..………. 58

4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden……… 61

4.6. Perbandingan Waktu Proses Pencetakan……… 62

4.7. Distribusi Frekuensi Keluhan Sakit Kel.Komtrol Pre……… 63

48. Distribusi Frekuensi Keluhan Sakit Kel.Kontrol Post……… 64

4.9. Persentase Keluhan Rasa sakit Pada Kelompok Kontrol………… 65

4.10. Rekapitulasi Skor Respoden Kontrol Pre……… 66

4.11. Rekapitulasi Skor Respoden Kontrol Post……….. 67

4.12. Distribusi Frekuensi Keluhan Sakit Kel Perlakuan Pre………….. 68

4.13. Distribusi Frekuensi Keluhan Sakit Kel.Perlakuan Post…………. 69


(14)

4.15. Rekapitulasi Skor Respoden Keluhan Pada Kel.Perlakuan Pre…. 71

4.16. Rekapitulasi Skor Respoden Keluhan Pada Kel.Perlakuan Post.... 72

4.17. Rekapitulasi Skor Respoden Kel. Kontrol dan Perlakuan Post….. 73

4.18. Perbandingan Perbedaan Skor Kel.Kontrol &Kel.Perlakuan Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi………... 75

4.19. Pemilihan Sikap Kerja Terhadap Jenis Pekerjaan yang Berbeda.... 78

4.20. Skor Lengan Atas RULA ... 80

4.21. Skor Lengan Bawah RULA ... 80

4.22. Skor Pergelangan Tangan RULA ... 81

4.23. Skor Wrist Twist RULA... 81

4.24. A RULA... 81

4.25. Skor Leher RULA... 82

4.26. Skor Punggung RULA……… 82

4.27. Skor Kaki RULA……… 82

4.28. B RULA………. 82

4.29. C RULA... ... 83

4.30. Kategori Tindakan RULA83 4.31. Skor Lengan Atas RULA... 84

4.32. Skor Lengan Bawah RULA ... 84

4.33. Skor Pergelangan Tangan RULA ... 84

4.34. Skor Wrist Twist RULA... 84

4.35. A RULA... 85


(15)

4.37. Skor Punggung RULA………... 85

4.38. Skor Kaki RULA……… .. 86

4.39. B RULA………. ... 86

4.40. C RULA... ... 86

4.41. Kategori Tindakan RULA……… ... 87

4.42. Skor Lengan Atas RULA... 87

4.43. Skor Lengan Bawah RULA... ... 88

4.44. Skor Pergelangan Tangan RULA. ... 88

4.45. Skor Wrist Twist RULA... 88

4.46. A RULA……….... 89

4.47. Skor Leher RULA... 89

4.48. Skor Punggung RULA……….. 90

4.49. Skor Kaki RULA ... 90

4.50. B RULA ... 90

4.51. C RULA ... 90

4.52. Kategori Tindakan RULA………... 91

4.53. Skor Lengan Atas RULA... 91

4.54. Skor Lengan Bawah RULA.. ... 92

4.55. Skor Pergelangan Tangan RULA. ... 92

4.56. Skor Wrist Twist RULA... 92

4.57. A RULA………... 93

4.58. Skor Punggung RULA………... 93


(16)

4.60. Skor Kaki RULA……….. ... 94

4.61. B RULA……… ... 94

4.62. C RULA.... ... 95

4.63. Kategori Tindakan RULA………... 95

4.64. Skor Lengan Atas RULA... 96

4.65. Skor Lengan Bawah RULA.. ... 96

4.66. Skor Pergelangan Tangan RULA. ... 96

4.67. Skor Wrist Twist RULA... 96

4.68. A RULA………... 97

4.69. Skor Leher RULA... 97

4.70. Skor Punggung RULA... 98

4.71. Skor Kaki RULA ……… ... 98

4.72. Tabel Tabel B RULA ………... 98

4.73. C RULA ………. ... 98

4.74. Kategori Tindakan RULA... 99

4.75. Skor Lengan Atas RULA... 100

4.76. Skor Lengan Bawah RULA ... 100

4.77. Skor Pergelangan Tangan RULA... ... 101

4.78. Skor Wrist Twist RULA... 101

4.79. A RULA………... 101

4.80. Skor Leher RULA... ... 101

4.81. Skor Punggung RULA………... 102


(17)

4.83. B RULA………. .. 102

4.84. C RULA... ... 103

4.85. Kategori Tindakan RULA……….... 103

4.86. Skor Lengan Atas RULA... 104

4.87. Skor Lengan Bawah RULA... ... 104

4.88. Skor Pergelangan Tangan RULA.. ... 104

4.89. Skor Wrist Twist RULA... 104

4.90. A RULA……….. 105

4.91. Skor Leher RULA... 105

4.92. Skor Punggung RULA……… 106

4.93. Skor Kaki RULA……… 106

4.94. B RULA………. 106

4.95. C RULA... ... 106

4.96. Kategori Tindakan RULA……….. 107

4.97. Skor Lengan Atas RULA... 107

4.98. Skor Lengan Bawah RULA... ... 107

4.99. Skor Pergelangan Tangan RULA.. ... 108

4.100. Skor Wrist Twist RULA... 108

4.101. A RULA……… 108

4.102. Skor Leher RULA... 109

4.103. Skor Punggung RULA……….. 109

4.104. Skor Kaki RULA……….. 109


(18)

4.106. CRULA ... 110

4.107. Kategori Tindakan RULA……….. 110

4.108. Skor Lengan Atas RULA... 111

4.109. Skor Lengan Bawah RULA... ... 111

4.110. Skor Pergelangan Tangan RULA.. ... 111

4.111. Skor Wrist Twist RULA... 111

4.112. A RULA... 112

4.113. Skor Leher RULA... 112

4.114. Skor Punggung RULA……….. 113

4.115. Skor Kaki RULA……….. 113

4.116. B RULA ... 113

4.117. C RULA.... ... 113

4.118. Kategori Tindakan RULA……… 114

4.119. Skor Lengan Atas RULA... 114

4.120. Skor Lengan Bawah RULA. ... 115

4.121. Skor Pergelangan Tangan RULA ... 115

4.122. Skor Wrist Twist RULA... 115

4.123. ARULA... 116

4.124. Skor Leher RULA... 116

4.125 Skor Punggung RULA... 117

4.126. Skor Kaki RULA……… 117

4.127. B RULA……….. 117


(19)

4.129. Kategori Tindakan RULA……….. 118 4.130. Penilaian Postur Kerja RULA Sebelum Dan Sesudah Perbaikan… 119


(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Rancangan Alat Bantu Kereta Sederhana (tampak atas) ……… 19

2 Rancangan Alat Bantu Kereta Sederhana (tampak samping) ………. 20

3 Grafik Distribusi Normal dan Perhitungan Persentile ………. 24

4 Pengukuran Antropometri Posisi duduk ……… 25

5 Peta Tubuh Standar Nordic Body Map Questioner ……… 29

6 Pola Penelitian (Sugiono,2008) ……… 32

7 Rancangan Teknis Kereta Beroda Sederhana……….. 59

8 Skema Penelitian………. 74

9 Meletakkan Alat Cetak Ke Tempat Pencetakan... 80

10 Mengambil Bahan Baku ……… 83

11 Meletakkan Bahan Baku Ke Alat Cetak... 87

12 Merapikan Hasil Cetakan………. 91

13 Mengangkat Alat Cetak………... 95

14 Meletakkan Alat Cetak Ke Tempat Pencetakan... 100

15 Mengambil Bahan Baku Dari Atas Meja ……… 103

16 Meletakkan Bahan Baku Ke Alat Cetak... 107

17 Merapikan Hasil Cetakan………. 110

18 Mengangkat Alat Cetak………... 114


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner. ... 135

2 Kuesioner (Standar Nordic Quesioner) ... 136

3 Gambar (Standar Nordic Quesioner). ... 137

4 Lembar Pengamatan Pengukuran Dimensi Tubuh... 138

5 Kuesioner Survey awal. ... 139

6 Foto Postur Kerja Bagian Pencetakan Batu-Bata, & Bagian ... 140

Pengangkatan Bahan Baku. ... 141

7 Data Antropometri Pencetak Batu-Bata... 142

8 Tabel Skor Keluhan Responden Kelompok Kontrol Perlakuan Sesudah Intervensi. ... 143

9 Tabel Perbandingan Skor Keluhan responden Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan Sebelum Dan Sesudah Intervensi... 144

10 Tabel Uji Kolmogorov-Smirnov Dimensi Tubuh Pekerja. ... 145

11 Tabel hasil uji Keseragaman Data Antropometri... 146

12 Tabel HasilPerhitungan Data Antropometri Pekerja. ... 147

13 ,14 Tabel Hasil Uji statistik... 148

15 Rancangan Teknis Kereta Beroda Sederhana ... 149

16 Foto Kereta Beroda Sederhana ... 150

17 Foto Postur Kerja Pencetak Batu-Bata Sebelum Intervensi... 151

18 Foto Postur Kerja Pencetak Batu-Bata Sesudah Intervensi. ... 152


(22)

(23)

077010006/IKM ABSTRAK

Pekerja pencetak batu-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan terdapat ketidak sesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja dengan antropometri tubuh pekerja dan postur kerja yang tidak ergonomis.

Telah dilakukan penelitian pada pekerja pencetak batu-bata dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan fasilitas kerja berupa alat bantu kerja kereta beroda sederhana, terhadap gangguan muskuloskletal pekerja industri rumah tangga pencetak batu-bata, dengan perancangan dan penerapan fasilitas kerja. Perancangan diambil dari pengukuran antropometri pekerja.

Jenis penelitian ini adalah True Experimental Design dengan rancangan ” Pretest-posttest Control Group Design”. Penelitian ini dilakukan pada tempat pembuatan batu-bata di Dusun XI Desa Paya Lombang. Populasi adalah pekerja pencetak batu batu-bata sejumlah 88 orang dan sampel yang diambil secara random sebanyak 20 orang, 10 orang kelompok kontrol dan 10 orang orang kelompok perlakuan. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test.

Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang ergonomis dan perbaikan postur kerja, terjadi pengurangan keluhan gangguan muskuloskletal pada kelompok perlakuan sebesar 10,7 %, pengurangan tingkat kategori keluhan satu tingkat dari sakit menjadi tidak sakit, dan perbaikan postur kerja yang ergonomis. Hasil penelitian dengan uji

Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan perbedaan skor yang signifikan tingkat keluhan gangguan muskuloskletal antara sebelum dan sesudah menggunakan alat bantu kerja dimana diperoleh nilai P(0,004), dengan nilai α ( 0,05) .

Disarankan para pekerja pencetak batu-bata untuk menerapkan fasilitas kerja yang digunakan sesuai rancangan fasilitas kerja yang telah diintervensikan serta perlu kiranya mendapat dukungan dan implementasi metode yang baru melalui instansi yang terkait.


(24)

ABSTRACT

The Brick Factory workers in Desa Paya Lombang.Subdistrict, Serdang Bedagai

district Reveals that there is no conformity between the working facilities they use and the antrhropometry of their bodies and the non ergonomic work posisition.

Reseach was carry out to brick factory workers with aimed to analyze the influence of the use of simple wheeled cart as working facilities on the musculoskletal complaint suffered by the brick factory workers. The design was based on the measurement of the workers’ anthropometry.

The kind of the study was true experimental with Pretest-posttest Control Group Design, conducted in a home industry (brick factory) in Dusun XI, Desa Paya Lombang,

The population of this study were 88 workers and 20 of them were selected through random sampling technique the samples for this study consisting of 10 workers belonged to the control group and the other 10 workers belong to the experiment group. Wilcoxon Signed Ranks test was used to analysis the data.

The result of this study showed that, after the ergonomic working facilities were used, the level of muskuloskletal complaint- from painful – suffered by the brick factory workers decreased as 10,7 %. The worker posisition became ergonomic. The result of Wilcoxon Signed Rangs statical test showed that there was a significant difference at the level of muskuloskletal complaint occurred between pre and post intervention with p=0,004 and

α

= 0,05.

It is suggested that the brick factory workers in Desa Paya Lombang should use the working facilities designed after the intervention and than to be important support, implementation the new method by related institution.


(25)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengacu kepada undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat 1a, yang menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan ini merupakan tugas pokok pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja, yang diatur dalam Permenakertrans Nomor 03/Men/1982 dan undang-undang Nomor 23 tahun 1992. Seperti di ketahui bersama bahwa usaha-usaha dari pemerintah terhadap perlindungan tenaga kerja belumlah sesuai atau belum merupakan skala prioritas, ini dapat dilihat dengan masih banyaknya kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada dunia pekerja sektor formal terutama pada pekerja sektor informal.

Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada didalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomis dalam satu perusahaan seringkali kurang mendapat perhatian dari pihak manajemen perusahaan . Salah satu bagian sistem yaitu pekerja yang sikap dan posisi kerjanya kurang ergonomis. Hal ini secara sadar ataupun tidak akan berpengaruh terhadap produktifitas, efisiensi dan efektivitas pekerja dalam menyelesaikannya (Aztanti, 2003).

Menurut Manuaba (1992) dalam Tarwaka (2004), bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani atau didesain sedemikian rupa sehingga


(26)

menjadi kondusif terhadap pekerja unutuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman.

Postur kerja atau sikap kerja adalah posisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja. Sikap kerja yang kurang sesuai dapat menyebabkan keluhan fisik berupa nyeri pada otot (Musculoskletal Complain). Hal ini disebabkan akibat dari postur kerja yang tidak alamiah yang disebabkan oleh karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Beban fisik akan semakin berat apabila pada saat postur tubuh pekerja tidak alamiah yaitu gerakan punggung yang terlalu membungkuk, posisi jongkok, jangkauan tangan yang selalu disebelah kanan dan lain-lain. Dengan demikian perlu dirancang sebuah postur kerja dan fasilitas kerja yang ergonomis untuk memberikan kenyamanan kerja untuk mencegah keluhan penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan produktivitas.

Menurut Tarwaka yang disebut keluhan muskuloskletal disorder (MSDS) itu adalah penerimaman beban pada otot secara statis dan berulang-ulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon.Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.


(27)

Menurut Tarwaka yang dikutip dari laporan the Bureau of Labour statistic

(LBS) Departemen tenaga Kerja Amerika Serikat yang dipublikasikan pada tahun 1982 ; Diantara keluhan otot skeletal tersebut , yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back pain=LBP) . Data tersebut menunjukkan bahwa hampir 20 % dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25 % biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan sakit pinggang. Hasil estimasi yang dipublikasikan oleh NIOSH menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan otot skeletal sudah mencapai 13 milyar US dolar setiap tahun. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit akibat kerja lainnya.(NIOSH 1996). Sementara itu menurut Tarwaka National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekwensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22 % dari 1.700.000 kasus.

Penelitian Muhammad Ansyari (2007) meneliti tentang Pengaruh Penerapan Ergonomi pada Fasilitas Kerja Terhadap Produktivitas Pekerja Pembungkus Dodol Di Desa Paya Perupuk Kecamatan Tanjung Pura. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa : 1) Dari fasilitas kerja yang tidak ergonomis tersebut banyak ditemui keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja yaitu 100% pekerja merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung, pinggang , bokong, lutut, betis, kaki, dan lengan. 100% tidak merasakan sakit pada siku dan lengan. 2) setelah dilakukan fasilitas terjadi penurunan keluhan 70 % pekerja merasakan keluhan agak sakit dan 30% nya merasakan sakit pada leher, bahu, lengan, punggung, pinggang, bokong, 80 % pekerja merasakan keluhan agak sakit dan 20 % sakit pada lengan, pergelangan tangan, paha, pantat, lutut, betis dan kaki.


(28)

3) Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja terjadi peningkatan produktivitas sebesar 15% - 22 %.

Penelitian Pahlawan Nasution, (2005), Intervensi Lumbar Support (Penyangga Pinggang) Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada Pengrajin Bambu Kelurahan Suka Maju Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai . hasil penelitian ini menyimpulkan: 1) Seluruh pekerja pengrajin bambu pada kelurahan Suka Maju Kota Binjai mengalami keluhan Low back Pain . 2) Keluhan lowback pain dialami pekerja sebagian besar sudah bersifat kronis yaitu 13 orang dari total 20 0rang pekerja atau sebesar 65 %. 3) Terdapat perbedaan keluhan rasa sakityang dialami kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi dengan korset. 4) Intervensi lumbar support dengan korset berpengaruh secara signifikan menurunkan keluhan low back pain pada pekerja kelompok perlakuan selama melakukan pekerjaan

Penelitian yang dilakukan oleh Selvi Indah Ria (2008) Usulan Perancangan Postur Kerja Dengan Mengggunakan Pendekatan Biomekanika Dan Fisiologi Pada Aktivitas Pencetakan Batu-bata. Hasil penelitian ini menyimpulan bahwa : 1) Perbaikan postur kerja pada aktivitas pencetakan batu-bata perlu dilakukan karena adanya keluhan terhadap otot-otot skeletal, punggung dan pinggang. Hal ini disebabkan oleh gerakan kerja jongkok dan membungkuk yang dilakukan secara berulang-ulang. 2) Pada postur kerja baru, gerakan kerja jongkok dan membungkuk dapat dihilangkan dengan melakukan perbaikan pada fasilitas kerja yaitu meja kerja dan pada stasiun kerja. Pada postur kerja baru, semua gerakan kerja dilakukan pada posisi berdiri. 3) Kesimpulan dari hasil perhitungan biomekanika terhadap postur kerja lama dan baru terhadap elemen kerja dengan gerakan jongkok dan membungkuk dapat dilihat perbedaan yang signifikan


(29)

terhadap postur kerja lama dan baru. 4 ) Berdasarkan hasil uji statistik terhadap waktu kecepatan reaksi pada operator pada postur kerja lama dan baru disimpulkan bahwa dengan postur kerja lama lebih cepat bila dibandingkan dengan postur kerja baru. 5) Berdasarkan hasil uji statistik dari hasil kuesioner pada postur kerja lama dan baru terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keluhan yang dirasakan antar postur kerja lama dan baru sehingga disimpulkan bahwa postur kerja baru lebih ergonomis bila dibandingkan dengan postur kerja lama.

Menurut BPPD (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Serdang Bedagai dalam buku Serdang Bedagai dalam angka, Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai penduduk sebanyak 297.369 orang, terdiri dari 232.971 orang berstatus bekerja dan 64.398 orang yang menganggur, dengan persentase TPAK sebesar 78,34 % (tingkat partisipasi angkatan kerja) dan TPT mencapai 9,62 % (tingkat pengangguran terbuka). Dari data ini dapat disimpulkan bahwa begitu banyak tenaga kerja baik sektor formal maupun informal yang perlu dilindungi kesehatan dan keselamatan kerjanya terutama di Kabupaten Serdang Bedagai.

Menurut penelitian Sigit Hananto yang dilakukan pada tahun 1983 dalam bukunya Model Ekonomi Demografi, gambaran tentang tenaga kerja industri rumah tangga adalah termasuk pekerja sektor informal dengan ciri-ciri tidak adanya batasan umur pekerja, pendidikan pekerja, lapangan pekerjaan anak biasanya sama dengan orang tuanya sedangkan sektor formal adalah sebaliknya, adanya keterbatasan umur, pendidikan, tidak adanya hubungan pekerjaan antara anak dan orang tuanya.

Pekerja sektor informal di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi ini merupakan tenaga kerja yang cukup banyak dan


(30)

potensial dalam mengembangkan Pembangunan Nasional khususnya pembangunan daerah. Karena kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja sangat besar dan tersebar luas ke pelosok pedesaan , sehingga secara langsung maupun tak langsung mampu mencegah arus urbanisasi bagi masyarakat Desa Paya Lombang khususnya pekerja pencetak batu-bata sektor informal yang jumlahnya kira-kira 310 orang.

Berdasarkan hal tersebut para pekerja sektor informal ini sangat rentan terhadap penyakit akibat kerja dan tanpa mereka sadari bahaya penyakit akibat kerja akan mereka alami saat mereka bekerja, hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan studi tentang bagaimana mencegah atau mengurangi bahaya penyakit akibat kerja, baik karena ketidak tahuan mereka tentang cara kerja ataupun karena tidak adanya alat-alat bantu kerja yang dapat mencegah atau setidaknya mengurangi bahaya akan penyakit akibat kerja tersebut.

Pembuatan batu bata-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi ini adalah usaha home industri atau industri rumah tangga. Hampir disetiap rumah merupakan pembuat batu-bata. Desa Paya Lombang ini mempunyai XVI dusun, beberapa dusun diantaranya adalah pembuat batu bata yang telah lama mereka tekuni kira-kira 10 – 15 tahun. Usaha ini dimulai sebagai usaha industri rumah tangga. Diantara dusun-dusun yang merupakan basis pembuat batu-bata tersebut adalah dusun I, II, IV, V, VI, VII, VIII, XI, dan dusun XII dimana dengan populasi pencetak bagi masing-masing dusun adalah, dusun I 26 orang, dusun II 14 orang, dusun IV 7 orang, dusun V 25 orang, dusun VI 38 orang, dusun VII 28 orang, dusun VIII 11 orang, dusun XI 88 orang, dusun XII 73 orang. 1.2 Permasalahan


(31)

Survey awal pekerja pencetak batu-bata mengalami gangguan muskulo skeletal, dimulai dengan pengamatan terhadap metode kerja yang menyebabkan pekerja selalu memutar badannya kearah kanan karena posisi bahan baku berada disebelah kanan dan pekerjaan itu dilakukan dengan cara berjongkok sambil mundur kebelakang secara berulang-ulang.

Metode yang digunakan sangat perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai gerakan jongkok, membungkuk dan posisi jangkauan tangan yang selalu disebelah kanan, keseluruhan gerakan pada proses pencetakan batu-bata ini merupakan gerakan yang kurang ergonomis apabila dilakukan secara repetitive. Postur jongkok termasuk dalam katagori posisi kerja yang cukup ekstrim dan memberikan pembebanan yang cukup besar pada anggota tubuh bagian bawah. Posisi kerja membungkuk akan menyebabkan rasa tidak nyaman pada otot punggung dan pinggang yang di kenal sebagai low back pain . Gerakan dengan jangkauan tangan selalu kekanan akan menyebabkan ketidak seimbangan dalam postur kerja sehingga dapat mengakibatkan sakit dibagian tubuh bagian kanan terutama tangan.

Hasil survey awal yaitu penyebaran Standar Nordic Questionaire pada studi pendahuluan peneliti menemukan banyak keluhan dari pekerja terutama rasa sakit pada bagain leher 40 %, sakit pada bahu 20 %, sakit pada punggung 40 %, sakit pada pinggang 50 %, sakit pada bokong 30 %, sakit pada tangan 50 %, sakit pada paha 60 %, sakit pada lutut 50 %, sakit pada betis 90 % dan sakit pada kaki 90 %. Dengan survey awal ini penulis melihat bahwa kecendrungan sakit yang diderita pencetak batu-bata adalah bagian tubuh tangan, pinggang, paha, lutut, betis dan kaki. (lampiran 5)


(32)

Berdasarkan hal ini maka penulis ingin mengetahui pengaruh alat bantu kerja berupa kereta beroda sederhana dalam mereduksi gangguan muskuloskletal pada pekerja pencetak batu-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penerapan pasilitas kerja yang ergonomis berupa alat bantu kerja kereta beroda sederhana terhadap gangguan muskuloskletal berupa rasa sakit (nyeri dan pegal) pada pekerja pencetak batu-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4 Hipotesa

Ada pengaruh penggunaan alat bantu kerja berupa kereta beroda sederhana terhadap pengurangan gangguan muskulosketal yaitu keluhan nyeri dan sakit pada pekerja pencetak batu-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut : 1. Memberikan informasi bagi pekerja

a. Memberikan pengetahuan mengenai dampak yang ditimbulkan akibat gerakan kerja yang kurang ergonomis


(33)

c. Agar dapat meningkatkan kesehatahan dan keselamatannya dalam bekerja dengan menggunakan fasilitas kerja/alat bantu kerja yang ergonomis.

d. Sebagai pedoman dalam merancang fasilitas kerja agar terciptanya stasiun kerja yang ergonomis khususnya perbaikan postur kerja.

2. Sebagai masukan bagi Dinas Tenaga Kerja setempat khususnya Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan perbandingan dan acuan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan ilmu ergonomi.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Musculoskletal Disorders

Menurut Tarwaka yang disebut Gangguan muskuloskletal disorder (MSDS) itu adalah Penerimaman beban pada otot secara statis dan berulang-ulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon.Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu keuhan sementara (reversible) dan keluhan menetap (persistent).

Ganngguan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah keotot berkurang menurut tingkat kontraksinya yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan.Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot. (Suma’mur,1982;Grandjean,1993)

Beberapa faktor penyebab terjadinya Gangguan Muskuloskletal adalah sebagai berikut (Peter Vi, 2000, dikutif oleh Tarwaka) :


(35)

Peregangan otot yang berlebihan (Over Exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerja menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot.

2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat,punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semngkin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjen,1993:Anis & McCnville,1964:Waters&Anderson,1991:Manuaba,2000)


(36)

2.2 Penerapan Program Ergonomi

Beberapa sikap kerja yang ditemui pada bagian pencetakan batu-bata adalah sikap setengah duduk atau jongkok secara terus menerus, serta ketidak seimbangan gerakan tubuh kanan dan kiri. Sikap kerja seperti ini adalah tidak alamiah yang disebabkan karena Metode , kebiasaan kerja yang salah serta akibat dari tidak adanya fasilitas kerja.

Menurut (International Ergonomic Association) dalam Buchari et all (2004) Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon dan nomos. Ergonomi merupakan studi tentang aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan desain/perancangan. Dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingungan kerja saling berinteraksi dengan tujun utama menyesuaikan suasana kerja dengan manusia.

International Ergonomic Association membagi ergonomi dalam 3 katagori utama yaitu: Physical ergonomics, Cognitive ergonomics dan organizational ergonomics , dalam hal ini yang erat kaitanya dengan penelitian ini adalah physical ergonomics yaitu bagian ilmu ergonomi yang membahas tentang anatomi tubuh manusia, antropometri, fisiologi dan karakteristik biomekanikal sehubungan dengan aktifitas fisik. Topik yang berhubungan dengan hal ini menyangkut pembentukan postur kerja, pengangkatan beban, gerakan kerja berulang, penyakit pada otot rangka akibat kerja (work related muskuloskletal disorders/WMSD), pengaturan tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut Buchari et all (2004) yang dikutip dari (OSHA-Occupational Safety and Health Administration, 1999) :


(37)

Suatu penyakit akibat kerja jenis work muskuloskletal disorders (WMSD) yang pada awalnya disebabkan kelelahan otot akibat ketidak ada kesesuaian antara operator dengan alat pendukung kerja pada perusahaan dapat dikendalikan melalui berbagai cara diantarnya Enginering control yaitu suatu cara pengendalian dengan cara melakukan perubahan fisik kerja melalui perubahan desain atau mendesain kembali stasiun kerja, peralatan, fasilitas, mesin, bahan dan proses yang menyebabkan terjadinya kelelahan otot.

1. Work practice control yaitu suatu cara pengendalian dengan cara melakukan perubahan fisik kerja dengan merubah bentuk aktifitas fisik kerja yang meliputi prosedur dan metoda kerja secara sehat dan aman seperti bekerja dengan postur sealami mungkin , menerapkan pengadaan waktu istirahat pendek (micro breaks).

2. Administrative control yaitu suatu cara pengendalian dengan cara melakukan perubahan fisik kerja dengan merubah jadwal kerja agar operator lebih sedikit terpapar factor yang tidak ergonomis dalam bekerja antara lain dengan system rotasi, kerja tim dan variasi kerja.

2.3 Pengendalian Gangguan Muskulosketal Pada Pekerja

Postur kerja sering disebut juga sebagai posisi atau sikap tubuh dalam bekerja. Postur kerja pada bagian pencetakan batu-bata menuntut sikap tubuh dengan posisi setengah duduk atau jongkok sambil mundur kebelakang secara repetitive dan dalam waktu lama dengan posisi jangkauan tertumpu pada bagian tubuh sebelah kanan dan kepala menunduk.


(38)

Posisi jongkok sambil mundur dan sedikit membungkuk secara “repetitive” lama, juga posisi tubuh yang selalu miring kekanan akan mempercepat terjadinya gangguan muskuloskletal, karena kaki akan cepat terasa sakit atau nyeri karena menahan beban tubuh. Posisi punggung yang membentuk sudut 100 sampai 130 derajat dengan paha dan alas duduk lebih dianjurkan karena pada posisi ini tekanan antar ruas tulang belakang akan lebih berkurang. Ada beberapa alternative untuk menanggulangi gangguan Muskuloskletal pada para pekerja pencetak batu bata tersebut :

1. Perubahan terhadap metode kerja, ini dilakukan berupa perubahan alur atau urutan proses pencetakan batu-bata. Perubahan ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan gerakan tubuh pekerja pada saat mencetak batu-bata. Pada metode lama posisi bahan baku diletakkan di sebelah kanan sehingga pekerja harus terus menerus memutar badannya kearah kanan untuk mengambil bahan baku yang akan dicetak. Pada rancangan perbaikan pemutaran tubuh juga tidak bisa dihindarkan oleh karena itu disusun sebuah metoda kerja baru agar terjadi penyeimbangan terhadap badan pekerja dengan cara mengubah urutan kerja secara zig-zag.

2. Pekerja sebaiknya bekerja dengan posisi duduk pada sebuah tempat duduk atau bangku yang tergandeng dengan sebuah gerobak tempat bahan baku yang posisinya tepat didepan pekerja atau operator, gerobak atau kereta tersebut mempunyai roda sehingga memudahkan bagi pekerja untuk mendorong kereta tersebut kebelakang dengan kedua kakinya. Pada postur kerja ini kaki terutama betis tidak menahan berat tubuh terhadap gravitasi bumi melainkan telah disangga oleh bangku tersebut dan memudahkan mereka untuk mudur dengan sedikit


(39)

dorongan kebelakang, jangkauan tangan pekerja sudah berada didepan sehingga tidak mengakibatkan ketidak seimbangan posisi tubuh.

Dalam hal ini alternatif kedualah yang akan dilakukan peneliti, yaitu dengan perancangan dan penggunaan alat bantu kerja berupa kereta beroda sederhana.Pada akhirnya seergonomis apapun postur duduk pada kursi maupun pada bangku yang diterapkan menggerak-gerakkan punggung merupakan suatu hal yang baik untuk relaksasi otot punggung dan perut. Bertahan pada satu posisi duduk dalam jngka waktu lama sangat tidak dianjurkan (Moore, 1995)

2.4 Pasilitas Kerja / Alat Bantu Kerja

Alat Bantu kerja adalah bagian dari Fasilitas Kerja. Fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan penyesuaian sikap kerja seperti sikap kerja duduk, membungkuk dan jongkok yang menyebabkan keluhan rasa sakit pada bagian tubuh (Hamonangan 2006)

Perancangan fasilitas kerja haruslah memperhatikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi keluhan nyeri.Mengingat dimensi tubuh manusia berbeda-beda, maka diperlukan penyesuaian fasilitas kerja yang harus selalu mempertimbangkan antropometri pemakainya (user oriented).

Dengan fasilitas kerja yang ergonomis maka pekerja dapat bekerja dengan nyaman,aman dan produktif. Sebaliknya apabila fasilitas kerja tidak ergonomis maka akan timbul keluhan nyeri pada pekerja.

Suatu desain fasilitas kerja disebut ergonomis apabila secara antropometri, faal, biomekanik dan psikologis kompatibel dengan pemakainya. Dalam mendisain fasilitas


(40)

kerja yang sangat penting untuk diperhatikan satu disain berpusat pada manusia pemakainya atau human centered design (Sutalaksana,1999).

Dalam perancangan fasilitas kerja terdapat aspek-aspek yang mempengaruhi meliputi

1. Memperhatikan perbaikan-perbaikan metode atau cara kerja dengan menekankan prinsip-prinsip ekonomi gerak dengan tujuan pokok meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.

2. Mempertimbangkan kebutuhan akan data yang menyangkut dimensi tubuh manusia. Data antropometri akan menunjang dalam proses perancangan fasilitas kerja dengan tujuan mencari keserasian hubungan fasilitas kerja dan manusia pemakainya.

3. Mempertimbangkan pengaturan tata letak fasilitas kerja yang digunakan, pengaturan ini bertujuan untuk mencari keserasian hubungan fasilitas kerja dn manusia yang memakainya.

Ergonomi diperlukan untuk evaluasi produk. Selain fungsional, desain juga harus mampu memberikan keselamatan, kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi manusia pada saat memakai dan mengoperasionalkan hasil produk desain tersebut.

Jenis kursi yang dapat disesuaikan (adjustable chair) sangat baik untuk bekerja yang bersifat sedentary namun jika hal ini sulit untuk dilaksanakan maka kursi yang sesuai anthropometri suatu etnis dapat diberikan. Pada pemilihan kursi atau bangku kerja pada sistem kerja manusia adalah salah satu elemen yang perlu diperhatikan adalah ketinggiannya dimana hal ini akan saling berinteraksi dengan permukaan kerja.


(41)

Kursi atau bangku harus stabil tidak goyang dengan jumlah kaki empat. Kursi atau bangku beroda sebaiknya digunakan pada permukaan lantai berkarpet atau permukaan yang rata untuk menjaga kestabilannya. Sandaran tangan dan punggung tidak merupakan suatu keharusan adakalanya mengganggu kebebasan gerak pekerja seperti pada alat bantu yang akan dibuat pada proses pencetakan batu-bata ini.

Salah satu cara mengendalikan gangguan muskuloskeletal disorder pada pekerja pencetak batu-bata ini adalah dengan perancangan fasilitas kerja menggunakan alat batu kerja berupa Kereta beroda sederhana atau gerobak beroda sederhana. Urutan pekerjaan bisa dilakukan dengan urutan biasa ataupun zig-zag karena posisi bahan baku terdapat di bagian depan dan untuk melakukan proses pengambilan bahan baku, operator cukup menurunkan bahan sesuai dengan kapasitas cetakan. Untuk melakukan proses pencetakan selanjutnya, pekerja dapat mendorong kereta sederhana tersebut ke belakang dengan menggunakan kedua kaki. Kereta sederhana ini dilengkapi dengan empat buah roda yang berada di bagian kanan dan kiri, sehingga cukup memberikan ruang untuk jalur atau rel roda dan tempat kaki pekerja. Selain itu, untuk memindahkan bahan baku dari kereta sorong ke bak bahan baku di kereta sederhana dapat digunakan sekop.


(42)

(43)

Tempat Pencetakan

Operator dengan posisi duduk Bahan Baku

Gantungan Cetakan

Gambar 2. Rancangan Alat Bantu Kereta Sederhana (Tampak Samping) Ukuran antropometri akan membentuk dasar untuk tinggi kereta atau gerobak beroda tersebut. Untuk sekedar pembatasan maka daerah penyesuaian adalah 5-th persentil wanita dan 95-th persentil pria. (Eko Nurmianto, 1988).

2.5 Antropometri

Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan merti yang berarti ukuran. Secara defenitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoprasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini perancang produk harus mampu mengakomodasi dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90%-95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai produk haruslah mampu menggunakan dengan selayaknya.


(44)

Antropometri merupakan suatu kumpulan numerik yang berhubungan dengan karkteristik fisik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan angka tersebut untuk penanganan masalah disain (Stevenson 1984 dan Nurmianto 1991).

Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu tubuh manusia baik dalam posisi statis, maupun dinamis, berat dan pusat massa (centre of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan, kaki dan sebagainya (Nurmianto, 1998).

Ada dua bentuk pengukuran pada antropometri yaitu pengukuran statis (structural) yaitu tubuh manusia yang berada dalam posisi diam, dan pengukuran dinamis (fungsional) yaitu tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak. Data antropometri diterapkan untuk membahas dan merancang barang serta fasilitas secara ergonomi agar didapat kepuasan si pengguna. Kepuasan tersbut dapat berupa kenyamanan maupun kesehatan yang ditinjau dari sudut pandang ilmu anatomi, fisiologi, fisikologi, kesehatan dan keselamatan kerja, perancangan dan manajemen.

Dalam mengukur data antropometri ini banyak ditemui perbedaan atau sumber variabelitas yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang pada akhirnya akan digunakan dalam perancangan suatu produk. Beberapa sumber variabelitas yang merupakan faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia yang menyebabkan adanya perbedaan antara satu populasi dengan populasi lain yaitu (Stevenson,1989:Nurmianto 1991):


(45)

b. Jenis kelamin

c. Suku bangsa (ethnic variabelity) d. Usia

e. Pakaian

f. Faktor kehamilan pada wanita g. Cacat tubuh secara fisik

2.5.1 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri

Adapun pendekatan dalam penggunaan data antropometri adalah sebagai berikut (Nurmianto,1991)

a. Pilihlah simpangan baku yang sesuai sebagai dasar perancangan yang dimaksud b. Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk

populasi yang sesuai.

c. Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan d. Pilihlah jenis kelamin yang sesuai

Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku (standart deviasi) dari suatu distribusi normal (Nurmianto, 1991). Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai rata-rata dan simpangan baku yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus 1 dan 2 sebagai berikut :

X = ∑× ……….. (1)

n

Dimana :

X = rata-rata


(46)

n = jumlah sampel

∑ (×i - ×)²

σ× = √ i= 1 ……… (2)

n – 1 Dimana :

σ× = Simpangan baku (Standart Deviasi) × = rata-rata

× = nilai data n = jumlah sampel

Untuk uji keseragaman data digunakan uji dengan menggunakan peta kontrol dengan tingkat keyakinan 99% (3σ) untuk masing-masing kriteria. Adapun rumus pengujian keseragaman data tersebut dapat dilihat pada rumus 3 berikut:

BKA= X + 3σ× ………

(3)

BKB= X – 3σ×

Jika X min>BKB dan Xmax < BKA maka data seragam. Dimana :

BKA = batas atas BKB = batas bawah

Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tetentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut.Misalnya 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95% persentil: 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil.


(47)

Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal pada gambar 1:

Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 persentil tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk akomodasi 95 % populasi maka 2,5 dan 97,5 persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai dan ditunjukkan pada gambar 1 dan 2 serta tabel antropometri masyarakat Indonesia (lampiran …) (Nurmianto,1991)


(48)

(49)

(50)

2.5.2 Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan ataupun fasilitas kerja akan dibuat (Sritomo Wignjosoeharto,2000).Agar rancangan nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoprasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu sebagai berikut :

a. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim Disisni rancanag produk dibuat agar bisa memenuhi 2(dua) sasaran produk, yaitu :

- Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya

- Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada)

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara :

- Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umunya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th,95-th atau 99-th persentil. Sebagai contoh kasus bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dan lain-lain.

- Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (1-th,5-th,10-th persentil) dari distribusi data antropometri yang ada. Sebagai contoh dalam penetapan jarak jangkauan dari


(51)

suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja menetapkan nilai 5-th persentil untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya.

b. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Diantara Rentang Tertentu

Disini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Seperti dalam rancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa diubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mendapatkan rancangan fleksibel, maka data antropometri yang umum diaplikasikan dalam rentang nilai 5-th samapi dengan 95-th persentil.

c. Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata-Rata

Pada prinsipnya perancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problema pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Disini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang berukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa rekomendasi yang bisa diberikan yaitu :

• Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoprasikan rancangan tersebut.


(52)

• Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut.

• Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, misalnya apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustable) ataukah ukuran rata-rata.

• Pilih persentase populasi yang harus diikuti: 90-th, 95-th,99-th ataukah nilai persentil yang dikehendaki.

• Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan, selanjutnya tetapkan nilai ukuran dari tabel data antropometri yang sesuai.

2.6 Standar Nordic Questionaire

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomik untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Questionaire. Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S), Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.5, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.


(53)

(54)

2.7 Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian, Sugiono (2008).

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang perlu dijawab. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap diungkapkan dengan kata-kata yang mempunyai degradasi dari sangat positif sampai sangat negative berupa kata-kata antara lain :

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Setuju (SS) = 5 Sangat Setuju (SS) = 1 Setuju (S) = 4 Setuju (S) = 2 Netral (N) = 3 Netral (N) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Tidak Setuju (TS) = 4 Sangat Tidak Setuju (STS)= 1 Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

Dalam hal ini, Nordic Standard Questionaire menyatakan setiap item pertanyaan dengan bentuk pernyataan atau sikap yang diungkapkan dengan kata dan bobot sebagai berikut:

Sangat Sakit (SS) = 4 Sakit (S) = 3


(55)

Agak sakit (AS) = 2 Tidak Sakit (TS) = 1

2.8 Kerangka Konsep

Keterangan : : Variabel Independen (Bebas) _ _ _ _ _ _ _ _ _ : Variabel dependen (Terikat)

Alat Bantu Kerja

(Kereta Beroda-

Sederhana) 

Gangguan

Muskuloskletal


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bersifat penelitian terapan (apllied research) dengan menggunakan metode True Experimental Design dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group Design (Sugiono ,2008). Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random dan diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil pre-test yang baik adalah bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)

Dalam penelitian ini kelompok eksperimen adalah kelompok yang menggunakan kereta beroda sederhana selama 1(satu) bulan, sedangkan kelompok kontrol adalah tanpa menggunakan kereta beroda sedrehana. Pengukuran gangguan fisik (otot skeletal) dilakukan sebelum dan sesudah intervensi

Pola pada penelitian ini adalah :

Gambar 6. Pola Penelitian (Sugiono, 2008)

Keterangan : E Eksperimen K Kontrol R Random

O1 adalah pengukuran kelompok ekperimen sebelum perlakuan


(57)

O2 adalah pengukuran kelompok eksperimen sesudah perlakuan

X adalah intervensi dengan menggunakan kereta beroda sederhana (1 bulan) O3 adalah pengukuran kelompok kontrol sebelum perlakuan

O4 adalah pengukuran kelompok kontrol sesudah perlakuan

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada industri rumah tangga pembuatan batu-bata di Dusun XI Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian dilakukan dengan melakukan penelusuran pustaka, konsultasi dengan pembimbing, survey awal dan mempersiapkan proposal penelitian, serta merancang kuesioner yang akan diberikan kepada pekerja. Dilanjutkan dengan pengukuran gangguan keluhan muskuloskletal pre intervensi, Perancangan kereta beroda sederhana, pengukuran antropometri tubuh pekerja,dan pembuatan kereta beroda sederhana, intervensi penggunaan bangku kerja dan pengukuran gangguan keluhan muskuloskletal post intervensi, pengolahan data, analisis data, dan akhirnya penyusunan laporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Subjek pada penelitian ini adalah semua pekerja wanita dibagian pencetakan batu-bata di Dusun XI Desa Paya lombang yang berjumlah 88 orang.

3.3.2 Sampel

Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah Probability Sampling

secara Simple Random Sampling. Menurut Sugiono (2008) Teknik sampling random sederhana ini digunakan dalam pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan


(58)

E R O1

X O2

K

R O3

O4

secara acak. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil dilakukan kriteria inklusi yaitu :

1. Tidak mempunyai riwayat penyakit rhematik 2. Tidak hamil

3. Berat badan ideal

4. Umur tidak lebih dari 40 tahun

5. Berbadan sehat saat dilakukan penelitian

6. Tidak menggunakan obat-obat penghilang rasa sakit seperti obat-obat rheumatik dan sejenisnya.

7. Bersedia menjadi sampel

Berdasarkan kriteria inklusi yang diajukan dijumpai sebanyak 72 orang pekerja pencetak batu-bata dan sampel yang diukur antropometrinya sebanyak 30 orang secara random sebagai dasar perancangan dan pembuatan alat bantu kerja yaitu kereta beroda sederhana. Menurut Sekaran, Uma (2000) pada penelitian sederhana dengan pengawasan yang ketat (pada sampel berpasangan) dapat dilakukan dengan jumlah sampel sebesar 10 hingga 20 orang. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 20 orang wanita pekerja pencetak batu-bata. Sampel 20 orang dirandom untuk menentukan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 10 orang.

3.4Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data Primer yaitu :

a. Mengukur antropometri tubuh pekerja


(59)

Data Sekunder yaitu :

a. Gambaran umum industri rumah tangga pembuatan batu-bata

3.4.2 Cara Pengumpulan Data Data Primer :

1. Melakukan pengukuran antropometri terhadap pekerja

2. Melakukan wawancara langsung dalam pemberian kuesioner Data Sekunder :

1. Melakukan wawancara langsung tentang gambaran umum usaha Industri Rumah Tangga diperoleh dari kepala Dusun XI dimana penelitian dilakukan.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel penelitian

a. Variabel bebas (x) yakni fasilitas kerja /alat bantu kerja

b. Variabel terikat (y) yakni Gangguan Muskuloskletal/keluhan muskuloskeletal berupa rasa nyeri/sakit pada pekerja

3.5.2 Defenisi Operasional

a. Gangguan muskuloskletal adalah gangguan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit

b. Keluhan sakit, adalah suatu suatu keluhan rasa sakit, nyeri atau pegal pada bagian tubuh pekerja yang diukur dengan menggunakan Standard Nordic Questionaire


(60)

c. Alat Bantu Kerja berupa Kereta Beroda Sederhana adalah bagian dari fasilitas kerja yang dirancang dan dibuat berdasarkan data antrometri pekerja berguna untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan pekerjaan secara aman dan nyaman.

3.6 Metode Pengukuran

a. Pengukuran gangguan muskuloskletal menggunakan kuesioner Standar Nordic Questionaire dengan skala Likert berbentuk check list.

Berdasarkan Sugiono (2008) Pengukuran berbentuk Check List dengan empat katagori jawaban. Skala yang digunakan yang pada penilaian terhadap item

kuesioner adalah skala ordinal, yaitu skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan. Untuk penilaian terhadap setiap item yang bersifat favorabel maka respons positif akan diberi nilai lebih tinggi dari pada respons negatif (Azwar,saifuddin, 1999). Dalam penelitian ini nilai dari masing-masing tingkatan adalah :

ƒ Tidak sakit : Nilai 1 ƒ Agak sakit : Nilai 2 ƒ Sakit : Nilai 3 ƒ Sangat sakit : Nilai 4

b. Setelah data antropometri pekerja didapat dilakukan uji keseragaman dan uji kecukupan data sampel


(61)

c. Data antropometri yang berdistribusi normal didapat dengan uji kenormalan data (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

d. Setelah itu data dikelompokkan sesuai dengan prinsip perancangan.

3.6.1 Aspek Pengukuran

A. Pengukuran pada penelitian ini adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh pekerja dengan menggunakan Martin Human Body Measuring dan Kursi antropometri Model ST 100. Adapun ukuran-ukuran tubuh yang diukur meliputi: 1. Tinggi popliteal (tpo): merupakan jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah

paha.

2. Pantat popliteal (pp): Subjek duduk tegak. merupakan jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai kelekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut 45.

3. Lebar pinggul (lp): Subjek duduk tegak. jarak horizontal dari bagian terluar pinggul sisi kanan kebagian terluar sisi kiri.

4. Lebar bahu (lb): ukur jarak horizontal antara kedua lengan keatas.Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

5. Tinggi duduk tegak (tdt): ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai atas kepala.Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus kedepan dan lutut membentuk sudut 45

6. Tinggi bahu duduk (tbd): ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk jongkok tegak.


(62)

7. Panjang lengan bawah (plb): subjek berdiri tegak, tangan disamping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.

8. Tinggi siku duduk duduk (tsd): ukur jarak vertikal dari permukan alas duduk sampai ujung bawah siku tangan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal disisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah 9. Panjang telapak kaki (ptk): Diukur dari tumit sampai jari kaki yang terpanjang. 10. Tebal paha (tp): Subjek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk

sampai permukaan atas paha.

11. Jangkauan tangan (jt): Ukur jarak horizontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan secara horizontal kedepan.

12. Tinggi mata duduk (tmd): ukur jarak vertikal permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Subjek duduk jongkok dan memandang lurus kedepan.

13. Pantat ke lutut (pkl): Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai kelutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut 45. 14. Rentang tangan (rt): ukur jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri

sampai ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dengan dan kedua tangan direntangkan horizontal kesamping sejauh mungkin.

15. Rentang siku (rs): Subjek duduk tegak dengan lengan atas direntangkan kesamping sebatas siku dan lengan bawah merapat kedada. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar siku sisi kiri sampai bagian terluar siku sisi kanan.

16. Lebar kaki (lk): Diukur dari sisi luar ibu jari kaki sampai sisi luar jari kelingking kaki.


(63)

17. Panjang jari 1 (pj1): Diukur dari pangkal ruas jari 1 sampai ujung jari 1. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.

18. Panjang jari 2 (pj2): Diukur dari pangkal ruas jari 2 sampai ujung jari 2. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar

19. Panjang jari 3 (pj3): Diukur dari pangkal ruas jari 3 sampai ujung jari 3. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar

20. Panjang jari 4 (pj4): Diukur dari pangkal ruas jari 4 sampai ujung jari 4 . Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.

21. Panjang jari 5 (pj5): Diukur dari pangkal ruas jari 5 sampai ujung jari 5. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar

22. Lebar jari 2,3,4,5 (lj1): diukur .dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking. Jari-jari subjek lurus merapat satu sama lain.

23. Lebar tangan (lt): Diukur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar jari kelingking. Posisi jari subjek lurus merapat satu sama lain.

B. Nordic Standar Kuesioner : instrument penelitian berupa kuisioner yang menunjukkan keluhan rasa sakit/nyeri yang dirasakan tubuh pekerja akibat bekerja. Untuk melihat perbedaan rasa nyeri yang dialami, wawancara pada pekerja dilakukan pada saat mulai (pukul 08.00 wib) kemudian pada saat istirahat (pukul 12.00 wib) dan setelah berhenti bekerja (pukul 17.00 wib). Pengukuran keluhan Muskuloskletal dengan Nordic Standar Questionaire dengan skala Likert

berbentuk check list, dengan empat cut point sebagai berikut :A : Tidak Sakit B : Agak Sakit C : Sakit D : Sangat Sakit


(64)

Nordic Standar Questionaire mempunyai 28 item pertanyaan yang terdiri dari 4 katagorik. Sehingga didapatlah total skor 28 x 4 = 112, untuk mendapatkan data dengan skala interval maka total skor keseluruhan dibagi 4 (112 / 4) = 28, dengan demikian maka didapatlah range sebagai berikut :

¾ Pengukuran pertama (jam 08.00 Wib), dibagi atas 4 katagorik ukuran mulai dari 1. (A) Tidak Sakit jika responden memiliki total skor 1 - 28

2. (B) Agak sakit jika responden memiliki total skor 29 - 56 3. (C) Sakit jika responden memiliki total skor 57 - 84 4. (D) Sangat sakit jika responden memiliki total skor 85 - 112

¾ Pengukuran kedua (jam 12.00 Wib), dibagi atas 4 katagorik ukuran mulai dari : 1. (A) Tidak Sakit jika responden memiliki total skor 1 - 28

2. (B) Agak sakit jika responden memiliki total skor 29 - 56 3. (C) Sakit jika responden memiliki total skor 57 - 84 4. (D) Sangat sakit jika responden memiliki total skor 85 - 112

¾ Pengukuran pertama (jam 17.00 Wib), dibagi atas 4 katagorik ukuran mulai dari : 1. (A) Tidak Sakit jika responden memiliki total skor 1 - 28

2. (B) Agak sakit jika responden memiliki total skor 29 - 56 3. (C) Sakit jika responden memiliki total skor 57 - 84 4. (D) Sangat sakit jika responden memiliki total skor 85 - 112

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran

No Variabel Defenisi

Oprasional

Katagori Alat Ukur Skala Ukur 1 Gangguan Muskuoskletal Adalah gangguan pada bagian-bagian otot skeletal yang di

rasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit

A.Tidak Sakit = Skor 1 – 28 B.Agak sakit = Skor 29 – 56 C.Sakir = Skor 57 - 84 D.Sangat Sakit= Skor 85 - 112

Nordic Standar Kuesioner


(65)

2 Alat Bantu Kerja (Kereta Beroda Sederhana) Adalah bagian dari fasilitas kerja yang dirancang dan dibuat berdasarkan data antrometri pekerja berguna untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan

pekerjaan secara aman dan nyaman Martin Human Body Measuring dan Kursi antropometri Model ST 100 Interval

3.7 Metode Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik analitik kuantitatif. Data dari antropometri pekerja akan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data serta uji kenormalan dengan uji kolmogorov-smirnov untuk merancang Alat bantu Kereta Beroda Sederhana yang ergonomis.

Analisa data untuk melihat perbedaan keluhan gangguan muskuloskletal sebelum dan sesudah pemakaian kereta beroda sederhana di gunakan uji Wilcoxon.


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Industri Rumah Tangga Pembuatan Batu-bata

Usaha pembuatan batu-bata di Desa Paya lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai adalah suatu usaha industri rumah tangga yang tergolong Usaha Kecil Menengah yang bergerak dalam bidang pembuatan batu-bata secara cetak basah. Usaha ini dimulai kira-kira 10 sampai 15 tahun yang lalu. Sebagai suatu industri rumah tangga pembuatan batu-bata ini setiap rumah minimal melibatkan 2 (dua) sampai 3 (tiga) orang pekerja yang terdiri dari Ayah sebagai penyedia bahan baku atau lumpur dan dibantu oleh Ibu atau mungkin ditambah dengan seorang anak perempuan keluarga tersebut sebagai pencetak batu-bata.

Batu-bata di Desa Paya Lombang ini dibuat pada saat waktu luang mereka diantara masa tanam padi sebagai usaha sampingan mereka untuk menambah penghasilan keluarga. Hasil produksi Batu-bata di Desa Paya Lombang ini dipasarkan kepada para agen atau tengkulak batu-bata yang kemudian memasarkannya ke daerah Sibolga, Tarutung, Parapat Siantar dan ada juga yang dipasarkan sampai kedaerah Kandis Riau dan Bagan Batu. Selain pemasaran ke kota-kota tersebut batu-bata juga dipasarkan di desa-desa sekitar Desa Paya Lombang.

4.1.1 Proses Produksi

Dalam hal ini proses pembuatan batu-bata dilakukan dengan cara cetak basah, dimana proses ini diawali dengan :


(67)

1. Pembuatan media (bahan baku) yang terdiri dari lumpur basah dari areal persawahan dengan cara membajaknya dengan menggunakan mesin bajak (jetor) tanah persawahan sampai menjadi lumpur basah.

a. Lumpur basah tersebut didiamkan dan ditutup dengan plastik (diperam) selama kurang lebih satu minggu sampai dengan 10 hari.

b. Media lumpur yang telah didiamkan dapat digunakan sebagai bahan baku kemudian diangkat dari areal persawahan ke pematang ataupun kelapangan terbuka disekitar rumah untuk dicetak dengan cara manual. 2. Proses pencetakan, dilakukan di area pematang sawah ataupun dihalaman terbuka

dengan menggunakan cetakan kayu yang terdiri dari 5 (lima) buah batu bata dan bagian selanya dilapisi dengan kaca atau fiber.

a. Proses pencetakan ini secara singkat dilakukan dengan cara meletakkan cetakan diatas tanah kemudian cetakan tersebut diisi media lumpur basah dan diratakan dengan cara menekan-nekan dengan jari tangan, sebagai penghalusan terakhir cetakan tersebut diratakan menggunakan sepotong kayu pendek yang dibasahi dengan air, sisa lumpur dikembalikan ke tumpukan media semula, batu-bata telah siap diangkat dari cetakan .

b. Batu-bata yang telah dicetak dibiarkan dilapangan terbuka tersebut yang sekaligus berfgungsi sebagai tempat penjemuran, dan selanjutnya pekerja mundur kebelakang kira-kira 30 cm, kemudian proses berulang kembali yaitu meletakkan cetakan diatas tanah dan pengisian kembali dilakukan secara “repetitive” dengan posisi jongkok.


(68)

3. Proses pengeringan, dalam hal ini dilakukan dua kali pengeringan dimana pada pengeringan awal dilakukan selama kira-kira 24 jam, kemudian batu-bata dapat dipindahkan dan disusun secara zig-zag keatas ditutupi dengan plastik diletakkan dipinggir lapangan agar areal lapangan dapat digunakan kembali sebagai tempat pencetakan. Proses pengeringan kedua dilakukan untuk mencapai kadar pengeringan optimum selama kurang lebih satu bulan sebelum dilakukan proses pembakaran.

4. Proses pembakaran, dilakukan selama kurang lebih 10 Jam, dengan kapasitas tungku sekitar 20-40 ribu buah batu-bata.

5. Proses penyimpanan, dilakukan setelah batu-bata matang dibakar dibiarkan selama 1-2 hari sampai batu-batanya tidak panas lagi, kemudian dibongkar dan disusun secara rapat berbentuk kubus ketempat penyimpanan dipinggrir areal pencetakan sambil menunggu diangkut ke pemasaran.

4.1.2 Fasilitas Kerja Yang Digunakan Dalam Proses Pembuatan Batu-Bata

Proses pembuatan batu-bata yang diteliti adalah bagian pencetakan batu-bata yang terdiri dari 10 orang pekerja wanita yang berinteraksi dengan fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam proses kerjanya. Adapun fasilitas kerja yang digunakan adalah :

1. Beko

Alat angkut bahan baku lumpur berupa kereta beroda satu yang didorong secara manual

2. Cetakan

Cetakan yang digunakan untuk mencetak batu-bata yang terbuat dari kayu terdiri dari lima lubang dan selanya dilapisi kaca atau fiber.


(69)

3. Potongan kayu

Potongan kayu sebagai alat untuk menghaluskan permukaan cetakan batu-bata. 4. Ember plastik

Ember plastik berfungsi untuk membasahkan permukaan lumpur dalam cetakan agar mudah diratakan dengan kayu

5. Plastik penutup

Plastik penutup dimaksudkan untuk menutup hasil cetakan batu-bata yang akan dikeringkan agar tidak terkena air hujan.

6. Jerami

Jerami digunakan untuk menutup tunggku susunan batu-bata yang akan dibakar terlebih dahulu di lumuri (dilepok) dengan lumpur.

7. Kayu Bakar

Kayu bakar digunakan untuk membakar susunan bata dalam tungku batu-bata yang disusun berbentuk kubus.

4.1.3 Data Antropometri Pekerja Bagian Pencetakan 4.1.3.1 Pengumpulan Data Antropometri

Data Antropometri pekerja yang diambil sebagai data dimensi tubuh pekerja yang merupakan standar evaluasi antara pekerja dan fasilitas yang digunakan adalah data yang berhubungan dengan ukuran dimensi tubuh pada posisi duduk rendah. Data antropometri


(70)

tubuh ini diambil untuk menghasilkan suatu rancangan yang baik terhadap fasilitas kerja yang digunakan dalam bekerja.

Adapun hasil pengukuran antropometri pekerja bagian pencetakan sebanyak 30 orang yang pada akhirnya diambil 20 orang sebagai sampel, dengan menggunakan instrument pengukuran tubuh manusia (Martin Human Body Measuring Instrumen) dan Kursi Antropometri Model ST 100 dan dapat dilihat pada lampiran 7.

4.1.3.2 Pengolahan Data Antropometri

Untuk menghasilkan perancangan yang baik maka data antropometri yang diambil harus diuji statistik untuk menunjukkan bahwa data antropometri tersebut adalah seragam dan berdistribusi normal. Hal ini merupakan dasar yang dapat digunakan untuk menentukan persentil yang digunakan dalam perancangan sistem. Dengan adanya pengujian terhadap data antropmetri ini akan lebih memperjelas dalam menentukan data apa saja yang tidak digunakan dalam perancangan.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan, menunjukkan bahwa semua data antropometri yang digunakan setelah direvisi sebanyak tiga kali adalah seragam, dapat dilihat pada tabel 4.2. sebagai berikut :


(71)

Data Antropometri Pekerja Pencetak Batu-Bata

Tpo PP LP LB DT BD LB SD TK TP JT MD KL RT

ah(40 thn) 0,00 2,40 8,00 3,50 2,00 3,60 5,00 3,20 2,00 7,50 9,50 1,20 8,00 49,50

(40 thn) 9,60 7,50 0,00 5,00 3,00 5,00 7,00 9,00 2,00 0,00 3,70 1,50 0,20 58,30

sni(40 thn) 0,60 5,60 6,00 8,00 6,00 0,00 6,50 4,00 3,50 4,30 4,00 8,00 2,20 61,40

na(40 thn) 0,60 4,00 9,20 6,50 9,00 6,10 5,50 4,00 2,00 0,00 9,60 0,00 8,00 54,50

ah(28 thn) 9,50 8,80 0,50 8,50 1,00 6,30 7,50 1,90 3,50 4,40 5,60 2,50 4,60 65,70

m (33 thn) 9,50 4,80 5,40 0,00 2,30 8,00 6,00 3,50 4,70 4,60 5,30 3,70 1,50 61,10

ah(38 thn) 0,30 8,30 8,50 7,00 1,00 4,00 6,00 2,00 2,80 1,80 3,70 1,00 1,00 63,80

ani(27 thn) 9,60 6,20 0,00 6,50 9,40 4,90 5,50 1,10 4,30 2,50 3,70 9,80 2,20 59,50

ni(38 thn) 0,60 4,70 2,00 8,20 3,50 6,20 5,00 3,60 2,90 0,10 3,60 2,00 9,50 57,30

awati(30 thn) 6,10 6,00 1,50 5,20 0,00 4,50 3,00 5,50 0,40 2,70 5,90 1,20 5,80 44,40

45 thn) 9,90 5,90 5,60 0,00 4,10 0,10 7,00 1,60 4,50 3,10 4,40 4,20 0,50 63,30

(16) 9,90 3,80 9,00 8,00 2,60 8,00 5,00 0,30 2,80 4,20 1,70 2,00 0,90 59,50

35 thn) 9,90 3,00 6,60 9,20 9,70 5,00 4,00 0,70 2,70 2,40 2,20 1,20 2,30 52,30

ni (33 thn) 0,00 5,20 1,80 5,20 7,10 1,50 4,00 1,80 2,20 ,00 5,70 6,60 1,30 48,80

yu (27 thn) 9,50 7,10 2,00 7,70 6,80 4,40 5,00 1,30 2,60 2,60 3,00 8,20 3,60 51,30

(24 thn) 9,50 4,00 2,50 8,00 1,10 4,00 4,00 9,60 2,90 1,50 4,20 9,60 0,20 52,80

(24 thn) 9,50 2,70 7,80 4,00 6,30 0,50 3,90 1,00 2,60 0,70 9,50 5,20 9,40 44,30

nem(40 thn) 9,30 3,70 2,00 6,80 0,50 0,50 3,50 2,00 3,20 1,30 2,00 7,50 3,30 51,50

ida(40 thn) 0,40 7,90 6,60 5,30 0,00 5,30 9,00 4,80 3,50 3,00 0,80 7,10 4,00 52,00

ati(36 thn) 7,00 6,00 6,20 0,00 0,10 4,90 6,50 2,50 3,00 4,10 9,70 9,00 3,40 51,80

h(34 thn) 8,20 2,90 2,30 6,10 7,40 2,10 3,00 0,40 2,90 ,90 1,40 5,80 0,20 46,30

em(40 thn) 7,30 2,90 4,80 4,70 7,40 5,00 6,00 0,10 1,30 2,30 2,60 8,90 0,10 54,80


(1)

Lampiran 14 NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Selisih_Case 10 1.10 .316 1 2

Selisih_control 10 .10 .316 0 1

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 9a 5.00 45.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 1c

Selisih_control - Selisih_Case

Total 10

a. Selisih_control < Selisih_Case b. Selisih_control > Selisih_Case c. Selisih_control = Selisih_Case

Test Statisticsb

Selisih_contro l - Selisih_Case

Z -2.887a


(2)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 9a 5.00 45.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 1c

Selisih_control - Selisih_Case

Total 10

a. Selisih_control < Selisih_Case Asymp. Sig.

(2-tailed) .004

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(3)

(4)

Lampiran 16


(5)

Lampiran 17 Foto Postur Postur Kerja Pencetak Batu-Bata Sebelum Menggunakan Kereta Beroda

Sederhana

 

A. Meletakkan alat cetak ke tempat pencetakan

 

B. Mengambil bahan baku

 

 

C. Meletakkan bahan baku ke alat cetak

 


(6)

 

Lampiran 18 Foto Postur Postur Kerja Pencetak Batu-Bata Sebelum Menggunakan Kereta Beroda

Sederhana

 

A. meletakkan alat cetak ke tempat cetakan

 

B . Mengambil bahan baku dari atas meja