PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN NEGERI BANDAR LAMPUNG Nanda Alur Pujasari, Charles Jackson, Nurul Fajri Oesman

  PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN NEGERI BANDAR LAMPUNG Nanda Alur Pujasari, Charles Jackson, Nurul Fajri Oesman

  Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, No. 1, Bandar Lampung, 35154 e-mail: alur.nanda@yahoo.com

  ABSTRAK Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri adalah landasan hukum untuk menjamin Pegawai Negeri Sipil dan dapat dijadikan dasar untuk mengatur penyusunan aparatur Negara yang baik dan benar. Dilingkungan Kejaksaan Negeri Bandar Lampung sendiri sering terjadi pelanggaran berkaitannya dengan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil, seperti melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil.

  Dalam hal ini banyak Pegawai Negeri Sipil Kejaksaan yang mangkir dari tugas sebagai penegak hukum, memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil tersebut, kecuali untuk kepentingan jabatan.

  Namun pelanggaran yang sering terjadi adalah sering terlambatnya Pegawai Negeri Sipil kejaksaan masuk kantor dan tidak hadir tanpa keterangan pada jam kerja. Dengan adanya berbagai macam pelanggaran dan kedisiplinan pegawai tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pelaksanaan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung.

  Dari hasil penelitian dengan menggunakan tipe penelitian normatif empiris, dapat diketahui bahwa pelaksanaan PP No. 53 Tahun 2010 di lingkungan Kejaksaan Negeri Bandar Lampung adalah dalam pelaksanaannya yang merupakan tindak lanjut dari UU No.43 Tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung No.001/6/1993 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan Republik Indonesia.

  Kata Kunci : Peraturan Disiplin, Pegawai Negeri Sipil

  ABSTRACT Abstract: Government Regulation no. 53 of 2010 Concerning Servants Discipline is a legal basis to ensure the Civil Service and can be used as the basis for the preparation apparatus of the State is good and right. Dublin District Attorney environment itself is often much to do with a violation of the Civil Service disciplinary offenses, such as doing things that can degrade the honor or dignity of the State, the Government, or Civil Service. In this case a lot of the Civil Prosecution absent from duty as law enforcement, entering places that can pollute the honor or dignity of the Civil Service, except for the sake of office.

  However, frequent violations are frequent delays entering the Civil Service prosecutor's office and was absent without information on working hours. With the numerous violations and discipline these employees, the authors are interested in researching about the implementation of the Civil Service disciplinary rules based on Government Regulation no.

53 Year 2010 on State Attorney Bandar Lampung.

  From the results of the study by using a type of normative empirical research, it is known that the implementation of PP. 53 of 2010 in the Dublin District Attorney is in direct response to the implementation of Act 43 of 1999 by the Decree of the Attorney General No.001/6/1993 Attorney Supervision Provision of Indonesia.

  Keywords: Disciplinary Regulation, Civil Servants I.

   PENDAHULUAN

  Negara Kesatuan Republik tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka

  1 Indonesia adalah merupakan Negara (Machsstaat).

  Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Negara dalam menjalankan Undang-Undang Dasar Negara Republik kekuasaannya mempunyai alat untuk Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mengatur yang disebut Pemerintah mewujudkan tata kehidupan Bangsa, (Government) atau disebut Administrasi.

  Negara, dan Masyarakat yang tertib, Tujuan Negara adalah menyelenggarakan bersih, makmur dan berkeadilan, jadi dapat ketertiban Hukum, dengan berdasarkan ditegaskan bahwa Negara Indonesia dan berpedoman pada Hukum. Dalam merupakan Negara Hukum (Rechtsstaat),

  1 Penjelasan pembukaan UUD Tahun 1945 Negara Hukum segala kekuasaan dari alat

  • – alat pemerintahannya didasarkan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali harus tunduk dan taat pada hukum, hanya hukumlah yang berkuasa dalam Negara itu.

  Sebagaimana telah diamanatkan di dalam Garis

  • – Garis Besar Haluan Negara 1999
  • – 2004 Bab IV huruf ke ( 3 ) tentang Aparatur Negara bahwa, dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

  Sistem karir adalah suatu sistem kepegawaian dimana suatu pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang bersangkutan, sedangkan di dalam pengembangannya selanjutnya yang dapat menjadi pertimbangan adalah masa kerja, kesetiaan, pengabdian serta syarat

  • – syarat objektif lainnya.

  Kaitannya dengan hal tersebut, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan profesional dan kesejahteraan aparat sangat diperhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas.

  Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengatur sesuatu dalam Masyarakat baik yang mengatur tentang tugas dan wewenang dalam Aparatur Penyelenggara Pemerintahan diseluruh jajaran Instansi Pemerintahan di Indonesia pada umumnya, tidak terkecuali di lingkungan institusi Kejaksaan Republik Indonesia pada khususnya.

  Kejaksaan Republik Indonesia adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum, wewenang berdasarkan undang-undang. Kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional terutama dari ketertiban aparatur pemerintahan yang pada pokoknya tergantung pada dedikasi Pegawai Negeri Sipil dengan memiliki jiwa disiplin.

  Hal ini diperlukan karena Pegawai Negeri Sipil sebagai penyelenggara tugas pemerintahan dan pembangunan dalam rangka usaha mencapai tujuan Undang- Undang Dasar 1945 yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

  Undang – Undang Pokok Kepegawaian yaitu Undang – Undang No.

  8 Tahun 1974 telah dirubah melalui Undang-Undang No.43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil adalah:

  “Suatu landasan hukum untuk menjamin pegawai negeri dan dapat dijadikan dasar untuk mengatur penyusunan aparatur negara yang baik dan benar. Penyusunan aparatur negara menuju kepada administrasi yang sempurna sangat bergantung kepada kualitas pegawai negeri dan mutu kerapian organisasi aparatur itu sendiri”.

  • – Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.

  Kedudukan Pegawai Negeri Sipil sangat penting dan menentukan berhasil tidaknya misi dari pemerintah tergantung dari aparatur negara karena pegawai negeri merupakan aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.

  Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub didalam Pembukaan Undang

  Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung pada kesempurnaan pegawai negeri . Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas diperlukan adanya pegawai negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang

  Melihat betapa pentingnya masalah kedisiplinan ini sehingga perlu diatur secara tersendiri. Namun pelaksanaan kedisiplianan itu tidak akan mungkin terlaksana secara baik apabila tidak didukung oleh pengawasan yang baik pula. Pada dasarnya pengawasan ini adalah alat untuk merangsang, membimbing, dan

  • – Undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai dengan melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realitas serta dilaksanakan secara bertahap dan bersungguh – sungguh.
mengontrol supaya dapat tercapai apa yang diinginkan.

  Pada Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Pasal 1 (satu) juga disebutkan bahwa:

  “

  Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin ”.

  Fungsi pengawasan yang memegang peranan penting dalam pencapaian visi dan misi dari kejaksaan saat ini dirasakan belum mampu meningkatkan kinerja atau setidaknya memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. Berbagai permasalahan yang sering dikemukakan masyarakat tentang ketidakefektifan sistem pengawasan di kejaksaan merupakan alasan yang sangat kuat untuk segera dilakukan pembaharuan atas sistem tersebut. Diperlukan sistem yang lebih efektif, transparan, dan akuntabel yang disesuaikan dengan karakteristik khusus kejaksaan melalui penjabaran dari ketentuan undang-undang kejaksaan, visi dan misi kejaksaan, doktrin, kode etik jaksa, sumpah jabatan dan prinsip-prinsip tata pemerintah yang baik ( good corporate governance ) .

  Pembaharuan sistem pengawasan di kejaksaan juga sangat tergantung dari perubahan sikap dan budaya kerja seluruh aparat kejaksaan karena betapapun baiknya suatu sistem tidak akan mungkin berjalan tanpa komitmen kuat dan semangat yang tinggi untuk selalu memenuhi harapan masyarakat. Peran serta publik juga menjadi faktor penting dalam pengawasan di kejaksaan, publik harus selalu berperan aktif memberikan masukan dan dorongan yang obyektif untuk bersama-sama menciptakan kejaksaan seperti yang selalu kita cita- citakan.

  Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan beberapa masalah yang dihadapi kejaksaan dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan, yaitu dengan melakukan pemetaan awal terhadap permasalahan ketidakefektifan pengawasan disiplin kerja yang ada, seperti permasalahan sumber daya manusia yang tersedia dalam menjalankan fungsi tersebut hingga permasalahan kultur dan budaya personil kejaksaan.

  Kaitannya dengan kedisiplinan, Kejaksaan Negeri sebagai lembaga penegak hukum, maka kedisiplinan pegawai sangat penting untuk menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

  Pengertian negara yang bersih, kuat, dan berwibawa yaitu aparatur yang seluruh tindakannya dapat di lapangan dengan cara wawancara, pertanggungjawabkan, baik dilihat dari yaitu pengumpulan data yang segi moral dan nilai dilakukan dengan mewawancarai

  • – nilai luhur bangsa
  • – maupun dari segi peraturan perundang secara langsung : undangan serta tidak mengutamakan 1.

  Nama : Drs. Yusmadi, SH. orientasi kekuasaan yang ada dalam Jabatan : Kasub. Bag dirinya untuk melayani kepentingan umum Kepegawaian dalam rangka penyelenggaraan 2.

  Nama : Yessi Kusumawardani, pemerintahan dan pelaksanaan SH. pembangunan nasional. Jabatan : Staff Pegawai

  Negeri Sipil di Kejaksaan Bertitik tolak dari uraian tersebut di

  Negeri atas, maka untuk mewujudkan Aparatur Bandar Lampung. Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, 3.

  Nama : Hasan Basri, SH. kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil

  Jabatan : Staff Pegawai merupakan salah satu faktor yang sangat Negeri Sipil di Kejaksaan menentukan, Pegawai Negeri Sipil sebagai Negeri Bandar Lampung. Aparat Pemerintah, abdi negara dan abdi

  b. Data Skunder masyarakat harus bisa menjadi suri Diperoleh dari penelitian tauladan terhadap masyarakat secara kepustakaan, misalnya dengan keseluruhan, sehingga masyarakat dapat mempelajari literatur – literatur serta percaya terhadap peran Pegawai Negeri dokumen dokumen resmi yang ada Sipil. di lapangan yang terkait dengan objek penelitian.

II. METODE PENELITIAN III. HASIL PENELITIAN DAN

  Metode pengumpulan data dalam

  PEMBAHASAN

  penelitian ini adalah dengan mempergunakan beberapa cara antara lain :

  A. Tinjauan Terhadap Bagian Kepegawaian Kejaksaan Negeri Bandar

  a. Data Primer

  Lampung

  Diperoleh dari penelitian langsung terhadap objek penelitian di

  A.1 Tugas dan Fungsi Kejaksaan

  Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di lapangan tentang pelaksanaan peraturan disiplin pegawai negeri sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung telah dilaksanakan sejak pelaksanaan peraturan tersebut diberlakukan namun sebelum penulis membahas mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 53 tersebut, penulis ingin membahas mengenai Kejaksaan Negeri Lampung terlebih dahulu.

  Berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia No. KEP- 035/J.A/3/1992, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia, di dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa, Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara terutama dibidang penuntutan dalam tata susunan kekuasaan badan-badan hukum dan keadilan.

  2 Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan

  bahwa, tugas pokok Kejaksaan adalah melaksanakan kekuasaan negara di bidang dan tugas-tugas lain berdasarkan pada peraturan perundang-undangan serta turut menyelenggarakan sebagian tugas umum 2

  http://www.docstoc.com/docs/22044043/Pola- Pembinaan-Sumber-Daya-Manusia-

  pemerintahan dan pembangunan di bidang hukum.

  Adapun untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kejaksaan mempunyai fungsi : a.

  Merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan oleh Presiden.

  b.

  Menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan ketatalaksanaan serta pengelolaan atas milik negara yang menjadi tanggung jawabnya.

  c.

  Melakukan kegiatan pelaksanaan penegakkan hukum baik secara preventif maupun represif yang berintikan keadilan dibidang pidana, melakukan dan atau turut menyelenggarakan intelijen yustisial dibidang ketertiban dan ketentraman umum, memberikan bantuan, pertimbangan, pelayanan, dan penegakkan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum kewibawaan pemerintah dan menyelamatkan kekayaan negara, berdasarkan peraturan perundang- undangan dan kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan oleh Presiden.

  d.

  Menempatkan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.

  e.

  Memberikan pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah di pusat dan daerah dan turut menyusun peraturan perundang-undangan serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

  f.

  Menyelenggarakan koordinasi, bimbingan dan atau petunjuk teknis serta pengawasan baik atas pelaksanaan tugas pokoknya berdasarkan peraturan perundang- undangan dan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Presiden (Pasal 3). Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, Kejaksaan dituntut mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran huku, mengindahkan norma- norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat.

  Untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dalam pembangunan, Jaksa Agung dapat menugaskan petugas Kejaksaan pada lembaga negara, atau lembaga-lembaga lainnya yang ada di daerah. Kejaksaan di daerah terdiri dari :

   Kejaksaan Tinggi Kejaksaan Tinggi adalah kejaksaan yang berkedudukan di Ibukota Propinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi yang bersangkutan, dipimpin oleh Kepala Kejaksaan Tinggi yang bertanggung jawab langsung kepada Jaksa Agung.

   Kejaksaan Negeri Kejaksaan Negeri adalah kejaksaan yang ada di daerah berkedudukan di Ibukota Kabupaten atau Kotamadia atau di Kota Administratif, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kabupaten, Kotamadia atau Kota Administratif (Pasal 689, Surat Keputusan Jaksa Agung RI No. 075 Tahun 1992).

  Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di dalam Pasal

  689, Surat Keputusan Jaksa Agung No. 035/J.A/3/1992 tersebut di atas, Kejaksaan Negeri mempunyai fungsi : 1.

  Merumuskan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, berupa pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan tugasnya.

  2. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana , pembinaan manajemen administrasi , organisasi, ketata laksanaan dan pengelolaan atas milik negara yang menjadi tanggung jawabnya.

  4. Menempatkan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal-hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri.

  5. Memberikan pertimbangan hukum kepada instasi pemerintah di aderah dan turut menyusun peraturan perundang

  • – undangan serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.

  3. Melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan penegakan hukum baik preventif dan represif yang berintikan keadilan di bidang pidana, melakukan dan turut menyelenggarakan intelejen yustisial di bidang ketertiban dan ketentraman umum, memberikan bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas- tugas lain untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaan pemerintah dan menyelamatkan kekayaan negara berdasarkan peraturan perundang – undangan dan kebijaksanaan jaksa agung.

  6. Menyelenggarakan koordinasi, bimbingan dan atau petunjuk teknis serta pengawasan baik ke dalam maupun instasi terkait atas pelaksanaan tugas.

  7. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi dan melaksanakan tugas

  • – tugas sesuai petunjuk Kepala Kejaksaan Negeri.

  A.2 Susunan Organisasi Kejaksaan Negeri

  Di dalam Pasal 691 dari Surat Keputusan Jaksa Agung No. 034 / J.A / 3 / 1992 di sebutkan bahwa pola organisasi dari Kejaksaan Negeri terdiri dari : a.

  Kejaksaan Negeri tipe A b.

  Kejaksaan Negeri tipe B Hal tesebut di dasarkan pada perlengkapan, milik negara yang kedudukan, beban tugas atau kekhususan menjadi tanggung jawabnya. suatu daerah. 3. pembinaan dan

  Melakukan peningkatan kemampuan, Adapun Kejaksaan Negeri tipe A ketrampilan dan integritas tersebut terdiri dari : kepribadian aparat Kejaksaan di

  1. daerah hukumnya. Kepala Kejaksaan Negeri 2.

  4. Sub Bagian Pembinaan Memberikan saran dan pertimbangan 3. kepada kepala Kejaksaan Negeri

  Seksi Intelejen 4. serta melaksanakan tugas

  Seksi Tindak Pidana Umum

  • – tugas 5.

  lain sesuai petunjuk Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus 6.

  Kejaksaan Negeri. Seksi Perdata dan Tata Usaha

  Negara Berkaitan dengan peningkatan 7. kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil, maka

  Pemeriksa Kemudian dari sub bagian, seksi dan dalam melaksanakan kegiatan suatu pemeriksa masing

  • –masing di pimpin oleh organisasi administrasi pemerintah pada seorang Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi umumnya, atasan mempunyai beban berat dan Pemeriksa yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap langsung kepada Kepala Kejaksaan bawahannya, hal ini sebagaimana telah Negeri.

  dirumuskan didalam pasal 411 Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor

  Untuk melaksanakan pembinaan 035 hal.46 Tahun 1997 tentang susunan manajemen dan pengelolaan ketata

  Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan usahaan kepegawaian, bagian pembinaan Republik Indonesia yang menyatakan mempunyai fungsi : bahwa, Jaksa Agung Muda Pengawasan 1. mempunyai tugas dan wewenang mekukan

  Melakukan organisasi, integrasi dan sinkronisasi serta membina kerja pengawasan atas pelaksanaan tugas rutin sama seluruh satuan kerja di dan pembangunan semua unsur Kejaksaan lingkungan Kejaksaan Negeri di agar berjalan sesuai dengan peraturan bidang administrasi. perundang

  • – undangan, rencana kerja, 2.

  Melakukan pembinaan organisasi program kerja Kejaksaan serta dan tata laksana urusan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh jaksa ketatausahaan dan mengelola Agung.

  Kejaksaan serta sikap perilaku B. Pelaksanaan Peraturan Disiplin pegawai Kejaksaan.

  Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan

  4. evaluasi semua Mengadakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun kegiatan pelaksanaan tugas.

  2010 Tentang Disiplin Pegawai

  5. bimbingan yaitu Mengadakan

  Negeri Di Kejaksaan Negeri Bandar dengan cara pengarahan, petunjuk Lampung

  dan penjelasan mengenai pelaksanaan tugas. 6. penertiban yaitu

  Mengadakan Pada bagian ini dibahas mengenai hasil kegiatan mengatur, menata dan penelitian tentang pelaksanaan peraturan memperbaiki serta menyempurnakan disiplin pegawai negeri sipil berdasarkan pelaksanaan tugas semua unsur Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun Kejaksaan.

  2010 di bagian Kepegawaian dan 7.

  Pengusutan yaitu suatu kegiatan selanjutnya untuk pelaksanaan khususnya untuk menyelidiki perbuatan di lingkungan Kejaksaan telah diatur pegawai Kejaksaan yang diduga dalam petunjuk pelaksanaan dengan melakukan kegiatan tercela. peraturan nomor PER-069/A/JA/07/2007

  8. pemeriksaan Mengadakan tentang Ketentuan

  • –Ketentuan mengungkap kebenaran perbuatan

  Penyelenggaraan Pengawasan Kejaksaan yang di duga menyimpang yang di Republik Indonesia. tuang ke dalam Berita Acara

  Adapun kegiatan

  • – kegiatan Pemeriksaan ( BAP ).

  pengawasan adalah sebagai berikut : 9. suatu tindakan

  Mengadakan 1. Dilakukan pengamatan terhadap penjatuhan hukuman disiplin dan pelaksanaan tugas semua unsur serta atau hukuman yang sesuai dengan setiap perilaku Pegawai Negeri Sipil. perundang – undangan yang berlaku.

  2. Mengadakan penelitian dengan 10.

  Mengadakan kegiatan pengamatan cermat dan seksama terhadap dan pengecekan kembali pelaksanaan tugas semua unsur pelaksanaan tindak lanjut kebijaksanaan serta setiap perilaku pengawasan oleh semua unsur pegaewai Kejaksaan. kejaksaan.

  3. Dengan menguji dan menggunakan Kemudian berdasarkan hasil tolak ukur tertentu terhadap penelitian, ditemukan beberapa kasus pelaksanaan tugas semua unsur seperti yang sudah terurai pada bab permintaan sendiri sebagai PNS,"

  3 sebelumnya tentang hukuman bagi ucapnya.

  pelanggaran disiplin yaitu hukuman Sedangkan dalam pelaksanaan disiplin ringan, sedang, dan berat. Pada kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di

  Kejaksaan Negeri Bandar Lampung Lingkungan Kejaksaan Negeri Bandar diperoleh data sebagai berikut: Lampung, dilakukan dengan cara atau

  • – Untuk enam pegawai kejaksaan sesuai dengan peraturan perundang yang diberi hukuman terdiri atas enam undangan yang berlaku yaitu dengan cara : jaksa yang masing-masih berinisial AD, a.

  Melakukan pengawasan melekat TKS, YE, MI, ST dan RS. Menurut Pohan sebagai upaya pengawasan preventif, Lasphy, Kepala Kejaksaan Tinggi untuk mencegah hal – hal yang Lampung, yang mengatakan dua jaksa melanggar disiplin, yaitu dengan yakni TKS dan MI terkena sanksi disiplin cara pengawasan secara langsung ringan, tiga jaksa yakni AD, YE, ST dari pimpinan yang berada di dikenai sanksi disiplin sedang, serta atasnya. seorang jaksa RS dijatuhi sanksi berat.

  b.

  Pengawasan fungsional yaitu suatu Untuk hukuman disiplin ringan berupa pengawasan yang dilakukan oleh teguran lisan dan hukuman administratif. aparat pengawas secara fungsional

  Semua hukuman sesuai dengan Peraturan baik intern maupun ekstern, yang Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang dilaksanakan terhadap pelaksanaan Pegawai Negeri Sipil. tugas kepegawaian.

  c.

  Pengawasan yang di lakukan dengan Sedangkan untuk hukuman disiplin cara melakukan inspeksi umum yaitu sedang, Pohan melanjutkan, berupa melaksanakan pemeriksaan semua penundaan kenaikan gaji berkala, bidang kerja yang telah disusun penundaan kenaikan pangkat, dan dalam tahun kerja. penurunan pangkat setingkat lebih rendah d.

  Melakukan inspeksi khusus yaitu masing-masing selama setahun. "Jika melakukan pemeriksaan andai terjadi hukuman disiplin berat berupa

  • – penyimpangan atau perbuatan pembebasan dari jabatan struktural dan pemberhentian dengan hormat atas
  • 3

      iakses pada tanggal 21 Januari 2014. perbuatan tercela dari pegawai kejaksaan.

      Pada prinsipnya Pengawasan Atasan Langsung yang dilaksanakan dengan menjalankan pengawasan melekat merupakan fungsi manajemen seorang pimpinan yang harus dilakukan di samping perencanaan dan pelaksanaan.

      Pengawasan melekat dimaksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan administrasi pemerintahan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna serta dilaksanakan sesuai denagn bidang tugas masing – masing.

      Dalam melakukan Pengawasan Melekat, Kejaksaan Negeri Bandar Lampung telah melakukan sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-069/A/JA/07/2007.

      Adapun sasaran pengawasan melekat tersebut adalah :

      1. Meningkatkan kedisiplinan pegawai serta prestasi kerja serta pencapaian pelaksanaan tugas.

      2. Menekan sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang.

      3. Mengurangi kebocoran serta pemborosan keuangan negara dan segala bentuk penyimpangan lainnya.

      4. Mempercepat penyelesaian permasalahan dan meningkatkan pelayanan masyarakat.

      5. Mempercepat pengurusan kepegawaian sesuai dengan peraturan yang berlaku.

      Selain daripada itu, pemeriksaan adalah salah satu cara atau bentuk pengawasan dengan jalan mengamati, mencatat, menyelidiki, dan menelaah secara cermat serta mengkaji segala informasi yang berkaitan dengan kedisiplinan pegawai negeri.

      Untuk lebih meningkatkan kedisiplinan pegawai di lingkungan Kejaksaan Negeri, absensi juga merupakan hal yang penting, oleh karena itu dalam pelaksanaan absensi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Bandar Lampung diadakan dua kali yaitu pagi hari yang diadakan pukul 07.00 WIB dan pada waktu siang hari yang dilakukan pada pukul 14.00 WIB.

      Dengan diadakan absensi satu hari 2 ( dua ) kali ini diharapkan para pegawai dapat melaksanakan tugas dengan baik dan selalu siap ditempat, dengan itu pula kedisiplinan pegawai akan terwujud. dilakukan tahap pemeriksaan, hal ini

    C. Tata Cara Pemanggilan,

      

    Pemeriksaan, Penjatuhan, dan sesuai dengan Pasal 23 ayat (4)

    Penyampaian Keputusan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

    Hukuman Disiplin 2010.

      C.1 Tata Cara Pemanggilan C.2 Tata Cara Pemeriksaan

      Tata cara pemanggilan bagi Tata cara pemeriksaan Pegawai

      Pegawai Negeri sipil yang melakukan Negeri Sipil yang diduga melakukan pelanggaran diatur dalam Pasal 23 ayat pelanggaran disiplin diatur dalam Pasal 24

      (1) Peraturan Pemerintahan Nomor 53 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, pemanggilan dilakukan

      Tahun 2010, sebelum PNS dijatuhi untuk pemeriksaan bagi Pegawai hukuman disiplin setiap atasan langsung

      Negeri Sipil yang diduga telah wajib memeriksa terlebih dahulu PNS melakukan pelanggaran disiplin. yang diduga melakukan pelanggaran

      Pemanggilan ini berlaku sampai disiplin. dengan 7 (tujuh) hari kerja sebelum

      Menurut pasal 24 ayat (2) tanggal pemeriksaan. Apabila Pegawai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

      Negeri tersebut tidak juga memenuhi 2010 disebutkan bahwa, pemeriksaan panggilan secara tertulis yang pertama, bagi PNS yang diduga melukan maka akan dilakukan pemanggilan pelanggaran dilakukan secara tertutup secara tertulis tahap kedua 7 (tujuh) dan hasilnya akan dituangkan dalam hari kerja sejak tanggal seharusnya berita acara pemeriksaan. yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.

      C.3 Penjatuhan dan

      Namun apabila yang

      Penyampaian Hukuman

      bersangkutan tidak juga hadir pada

      Disiplin

      pemanggilan tahap pertama dan kedua Dalam melakukan proses maka pejabat yang bersangkutan pemeriksaan pejabat yang berwenang berhak menjatuhkan hukuman bagi melakukan serangkaian berupa cross

      Pegawai Negeri Sipil yang melakukan

      check pelanggaran, mendengar

      pelanggaran disiplin berdasarkan alat pernyataan langsung dari PNS yang bukti dan keterangan yang ada tanpa disangka, mendengar atau meminta keterangan dari pihak lain agar dapat

      b. Unruk hukuman disiplin objektif dalam penjatuhan hukuman. ringan dan sedang (penundaan Tujuan yang hendak dicapai dalam kenaikan gaji berkala), dapat penjatuhan hukuman adalah agar PNS didelegasikan kepada eselon III. tersebut sadar akan tindakan sehingga

      c. Untuk hukuman disiplin tidak mengulanginya dan apabila telah ringan dan sedang kepada Eselon memenuhi kategori hukuman berat PNS II.

      4 tersebut dapat diberhentikan.

      d. Untuk hukuman disiplin Pejabat yang berwenang ringan, sedang dan berat (kecuali menghukum adalah: huruf c dan d) kepada 1. Presiden, bagi PNS yang: Eselon I.

      a. Berpangkat Pembina

      4. Gubernur, dapat memerintahkan Tingkat I (Gol IV/b ke atas) pejabat bawahannya untuk sepanjang memeriksa PNS yang disangka. mengenai jenis hukuman 5. Perwakilan RI di luar negeri. berat (Pasal 6 ayat (4) huruf c dan

      6. Bupati/ walikota seperti yang d); diatur dalam Undang-Undang No.

      b. Yang memangku jabatan

      32 Tahun 2004 tentang struktur Eselon I (Khusus untuk Pemerintahan daerah. membebaskan jabatan). Dalam penjatuhan hukuman

      2. Menteri, untuk semua jabatan syarat-syaratnya berupa: struktural Eselon I (Khusus untuk

      1. Dilakukan dengan pertimbaangan membebaskan jabatan). yang seksama dan objektif;

      3. Pejabat yang berwenang (menteri)

      2. Dilakukan oleh pejabat yang dapat mendelegasikan wewenang berwenang menghukum; kepada pejabat lain (kecuali untuk

      3. Penyampaiannya dilakukan

      Pasal 6 ayat (4) huruf c dan d) secara tertutup oleh pejabat yang dengan ketentuan: berwenang menghukum atau a. Untuk hukuman disiplin pejabat lain yang ditunjuk kepada ringan, dapat didelegasikan PNS yang bersangkutan serta kepada eselon

      IV. tembusannya disampaikan kepada 4 instansi yang terkait;

      Soekarno, 1983, Himpunan soal-Jawab Kepegawaian Negeri Sipil, Penerbit Miswar,

      Jabatan : Staff Pegawai Negeri Sipil di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung 3. Nama : Hasan Basri, SH.

      4. Harus menyebutkan secara jelas dan tegas mengenai pelanggaran yang dilakukan;

      5. Meskipun beberapa pelanggaran yang dilakukan PNS, namun hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman;

      6. Seorang PNS yang sudah pernah dijatuhi hukuman dan melakukan pelanggaran yang sama harus dijatuhi hukuman yang lebih berat;

      Maka hambatan

      Jabatan : Staff Pegawai Negeri Sipil di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

    • – hambatan yang ada dalam melaksanakan kedisiplinan pegawai adalah hal
    • – hal yang bersifat teknis diantaranya adalah : 1.

      Jabatan : Kasub. Bag Kepegawaian 2.

      Nama :Yessi Kusumawardani, SH.

      Nama : Drs. Yusmadi, SH.

      Berdasarkan hasil wawancara dengan: 1.

      7. Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat penyampaian keputusan hukuman disiplin, maka keputusan dikirim kepada yang bersangkutan.

      Kurangnya sarana dan prasarana.

      Dengan suatu peralatan yang kurang memadaiakan dapat menghambat lancarnya kegiatan atau pegawai dalam melakukan pekerjaannya.

      2. Masih rendahnya kesadaran pegawai untuk berbuat dan bersikap disiplin dalam pelaksanaan tugas misalnya ketelambatan masuk kerja.

    D. Hambatan – hambatan yang ada dalam melaksanakan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

      3. Kurangnya perangkat peraturan kedisiplinan, misalnya kurang tegasnya pimpinan dalam menjatuhkan sanksi pada setiap pelanggaran kedisiplinan.

      4. Kurangnya sistem pengawasan, perangkat pengawasan dan upaya tindak lanjut yang kurang akan dapat membuka peluang pegawai untuk melakukan berbagai pelanggaran.

      5. pelanggaran disiplin tidak masuk kerja tanpa alasan yang Setiap pegawai selalu berkilah untuk sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai dibina secara administratif. dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja,

      Hal – hal tersebut di atas merupakan pemindahan dalam rangka penurunan hambatan yang ada dalam melaksanakan jabatan setingkat lebih rendah bagi kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil yang Pegawai Negeri Sipil yang menduduki ada di lingkungan Kejaksaan Negeri jabatan struktural atau fungsional Bandar Lampung. Dengan memahami arti tertentu yang tidak masuk kerja tanpa pentingnya kedisiplinan Pegawai Negeri alasan yang sah selama 36 (tiga puluh Sipil dalam pembangunan, terutama pada enam) sampai dengan 40 (empat lingkungan Kejaksaan, kiranya menjadi puluh) hari kerja, dan pembebasan dari kewajiban Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan kedisiplinan yaitu menduduki jabatan struktural atau melaksanakan tugas dan kewajibannya fungsional tertentu yang tidak masuk dengan penuh tanggung jawab, dengan kerja tanpa alasan yang sah selama 41 demikian kedisiplinan Pegawai Negeri (empat puluh satu) sampai dengan 45 Sipil akan dapat tercapai. (empat puluh lima) hari kerja, dan pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau IV.

       SIMPULAN

      pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil bagi

      1. Peraturan Disiplin Pelaksanaan

      Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk Pegawai Negeri Sipil berdasarkan kerja tanpa alasan yang sah selama 46 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun

      (empat puluh enam) hari kerja atau 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri lebih., sanksi yang diterapkan terhadap di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung pegawai di Kejaksaan Negeri tersebut telah dilaksanakan sejak pelaksanaan dipertimbangkan oleh pihak Kejaksaan peraturan tersebut diberlakukan. Agung.

      2. Berdasarkan Pasal 3 angka 11 3.

      Hambatan – hambatan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun pelaksanaan kedisiplinan Pegawai 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri

      Negeri Sipil di lingkungan Kejaksaan Sipil berupa penurunan pangkat

      Negeri Bandar Lampung antara lain setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) adalah kurangnya fasilitas serta sarana tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang dan prasarana, masih rendahnya 3.

      Sebaiknya ada ketegasan dari pihak kesadaran pegawai untuk berbuat dan Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan bersikap disiplin dalam pelaksanaan Negeri dalam pemberian sanksi tugas misalnya keterlambatan masuk kepada Pegawai Negeri Sipil yang kerja, kurangnya perangkat peraturan melakukan pelanggaran disiplin disiplin, misalnya kurang tegasnya pegawai negeri, baik pelanggaran pimpinan dalam menjatuhkan sanksi, disiplin ringan, pelanggaran kurannya sistem pengawasan, dan disiplin sedang dan pelanggaran setiap pelanggaran disiplin pegawai disiplin berat sesuai dengan selalu berkilah untuk dibina. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil agar tidak

      Saran

      terulang kembali kasus yang terjadi

    • –Saran 1.

      pada keenam Jaksa yang berinisial Sebaiknya Peraturan Pemerintah

      Nomor 53 tahun 2010 ini AD, TKS, YE, MI, ST dan RS. disosialisasikan untuk pembangunan aparatur pemerintahan yang diarahkan

    DAFTAR PUSTAKA

      untuk menciptakan aparatur yang lebih efisien, bersih dan berwibawa BP-7 Pusat, Wawasan Kerja serta mampu melaksanakan seluruh Aparatur Negara , tugas umum dan pembangunan Jakarta, 1993. dengan sebaik

    • – baiknya. Dalam Badan Kepegawaian hubungan ini kemampuan serta Nasional. 1984.

      sikap disiplin perlu ditingkatkan.

      Pembinaan Pegawai 2.

      Sebaiknya ada pembinaan yang

      Negeri Sipil . Jakarta:

      rutin untuk Pegawai Negeri Sipil Badan Kepegawaian pada Kejaksaan Negeri Bandar Nasional.

      Lampung dalam upaya peningkatan Djatmika, Sastra dan kedisiplinan sebab dengan

      Marsono. 1995. melakukan pembinaan diharapkan

      Hukum

      dapat berpengaruh terhadap sikap

      Kepegawaian di dan perilaku para pegawai.

      Indonesia

      Kepegawaian di Indonesia . Jakarta:

      Pengantar Penelitian Hukum,

      Gunung Agung, Jakarta , 1983. Soekanto, Soeryono.

      Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian,

      S. Moenir, Pendekatan

      1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

      Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Poerwadarminta, W.J.S.

      Pembinaan PNS .

      Nainggolan, H. 1984.

      Haji Mas Agung, Jakarta, 1989.

      Pemerintahan di Indonesia,

      Toko Gunung Agung. Musanef, Sistem

      Musanef. 1996. Manajemen

      . Jakarta: Djambatan. Hartini, Sri dan Setiajeng Kadarsih. 2004.

      Jakarta: Bina Aksara.

      Jakarta: Pradnya Paramitha. Muchsan. 1982. Hukum Kepegawaian .

      Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia .

      Kanisius, Yogyakarta, 1989. Kansil, C.S.T. 1979. Pokok-

      Kepegawaian ,

      I.G. Wursanto, Managemen

      oleh Imam Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980.

      Pegawai dan Pekerja , Terjemahan

      I.S. Livine, Teknik Memimpin

      Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman.

      Diktat Hukum Kepegawaian .

      Universitas Indonesia Press,

      Kedudukan dan Jakarta, 1983. Kewajiban PNS .

      Jakarta: Ghalia Soekanto, Soeryono. Indonesia.

      Penelitian Hukum Normatif , Rajawali Sumber Lain

      Press, Jakarta, 1990.

      Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Satoto, Sukamto. 2004. Undang-Undang

      Nomor 43 Tahun

      Pengaturan Eksistensi & Fungsi 1999 tentang Badan Kepegawaian Perubahan Undang- Negara . Yogyakarta: Undang Nomor 8

      HK Offset. Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

      Soekarno. 1983. Himpunan Kepegawaian.

      Soal-Jawab Kepegawaian http://www.docstoc.com/docs/22044 Negeri Sipil . Jakarta: 043/Pola-Pembinaan- Miswar.

      Sumber-Daya-Manusia- Kejaksaan-RI, diakses 14 Tamin, Feisal. 2004. Desember 2013.

      Reformasi Birokrasi (Analisis

      Pendyagunaan Aparatur Negara) . Diakses Jakarta: Blantika.

      pada tanggal 21 Januari 2014. _________. 2005.

      Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia .

      Jakarta: Kencana. Triatmodjo, Sudibyo. 1983.

      Hukum Kepegawaian; Mengenai