KEBIJAKAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BIDANG PELAYANAN PUBLIK LALU LINTAS KOTA BANDAR LAMPUNG

  KEBIJAKAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BIDANG PELAYANAN PUBLIK LALU LINTAS KOTA BANDAR LAMPUNG (JURNAL ILMIAH) Oleh FAHMAN MUNDACA 1342011066 Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

KEBIJAKAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

BIDANG PELAYANAN PUBLIK LALU LINTAS

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh:

Fahman Mundaca, Charles Jacson, Upik Hamidah

  

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

HP: 08117990305

e-mail: fahmanmundaca03@gmail.com

  

Banyaknya tugas-tugas Pemerintah yang dilakukan oleh para aparatnya telah di atur

dalam Ketentuan Peraturan perundang-undangan. Hal tersebut tidak akan mencapai

tujuannya bila ketentuan peraturan yang tertulis itu harus dilakukan dengan kaku. Hukum

yang baik bukanlah merupakan suatu norma yang tertulis dengan indahnya dalam suatu

buku tetapi apa yang dilakukan oleh petugas termasuk kebijakan yang harus di perbuat

guna mengatasi masalah yang sedang terjadi, professional petugas di tuntut untuk

bertindak guna menerapkan hukum sehingga dapat berjalan secara efektif. Adapun yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana pelaksanaan kebijakan

Kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung

dan faktor apakah yang menghambat pelaksanaan kebijakan Kepolisian Republik

Indonesia bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung.

Metode penelitian yang di gunakan skripsi ini menggunakan metode pendekatan

Normatif dan empiris.Sumber data terdiri dari data skunder dan primer.Tekhnik

pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.Pengolahan

data dilakukan dengan cara pemeriksaan data sistematis data.Analisis data dilakukan

secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan Kepolisian Republik Indonesia bidang

pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung telah memberikan beberapa kebijakan,

antara lain dalam bidang angkutan barang khusus, pemberian Surat Izin Mengemudi,

Pelaksanaan izin trayek, tugas gabungan, angkutan yang tidak layak pemberian prioritas

pengangkutan, pemakaian helm, yang semua kebijakan di berikan dengan mengacu

kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang di berikan telah memenuhi semua

prosedur yang telah ada. Masih adanya factor penghambat kebijakan kepolisian Republik

Indonesia bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung.antara lain

kurangnya sumber daya manusia yang berani mengambil resiko akibat kebijakan tersbut.

Disiplin loyalitas terhadap atasan, terjadinya multitafsir terhadap ketentuan Undang-

undang dan peraturan dijalan raya, adanya egoargonisasi terhadap petugas di jalan raya.

  Kata kunci: Kebijakan Kepolisian Republik Indonesia, Pelayanan Publik, Lalu Lintas

  

ABSTRACT

THE POLICY OF INDONESIAN NATIONAL POLICE OF PUBLIC

SERVICE - TRAFFIC UNIT IN BANDAR LAMPUNG

  

By:

Fahman Mundaca, Charles Jacson, Upik Hamidah

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

  

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

HP: 08117990305

e-mail: fahmanmundaca03@gmail.com

The big number of governmental tasks performed by the provincial officers has been

regulated in the provisions of legislation. The objective will fail to achieve if the written

provisions of the rules have to be rigidly applied. A good law is not merely a well written

norm of a book but it is more what officials can do including policies application to solve

current problems, the professional officers are required to perform action in order to

apply the law to work effectively. The problems in this research are formulated as

follows: how is the policy implementation of Indonesian National Police of Public

Service - Traffic unit of Bandar Lampung? and what are the inhibiting factors of the

policy implementation of Indonesian National Police of Public Service - Traffic unit of

Bandar Lampung?

This research applied normative and empirical approaches. The data sources consisted of

secondary and primary data. The data collecting techniques were carried out through

library study and field study. The data processing was done using examination of

systematic data. Then the data were analyzed qualitatively.

The result of the research showed that there were several policies issued by the

Indonesian National Police of Public Service - Traffic unit of Bandar Lampung, among

others: the regulation of special freight transport, the provision of Driving License, the

implementation of route permits, joint duties, the regulation of improper transportation,

helmets policy; in which all policies were regulated in accordance with reference to the

provisions of the laws and regulations that have met all the existing procedures. There

were several inhibiting factors regarding the policy of the Indonesian National Police of

Public Service - Traffic unit of Bandar Lampung, included: the lack of human resources

who dare to take risks due to the policies above, the disciplinary loyalty to superiors, the

occurrence of multiple interpretations of the provisions of the Law and regulations of

traffics, the arrogance against the police officers on the roads. Keywords: Policy of Indonesian National Police, Public Service, Traffic

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  Ketentuan Undang-Undang yang di buat oleh badan legislatif bersama dengan presiden harus di jadikan pedoman oleh pelaksanaan tugas- tugas pembangunan maupun pelayanan publik yang di lakukan oleh pemerintah. Begitu juga ketentuan dalam pasal 14 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara untuk melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol dalam kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan menyelenggarakan segala kegiatan untuk menjamin keamanan, ketertiban, kesadaran hukum masyarakat dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan Undang-Undang serta memelihara ketertiban dan keamanan umum. Sebagai suatu institusi kepolisian sebagai salah satu penegak hukum di Indonesia memiliki tujuan untuk memberikan perlindungan dan pelayanan publik bagi masyarakat. Institusi kepolisian sebagai lembaga tingkat pertama yang menangani suatu perkara sebelum di limpahkan ke pengadilan dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu perkara.Untuk menjalakan tugasnya pihak kepolisian tidak dapat selalu berpedoman dengan Undang-Undang yang di buat oleh badan legislatif karena kehidupan masyarakat selalu berkembang dengan pesat sedangkan selamanya dapat menampung dan menyelesaikan permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat secara komplek.

  1 Petugas dikatakan berhasil apabila

  terdapat kesesuaian diantara apa yang tercantum dalam Undang- Undang lalu lintas dan yang dilakukan oleh para petugas hukum, sedangkan petugas hukum itu dikatakan gagal apabila terjadi ketidak cocokan diantara janji-janji hukum atau cita-cita hukum dengan pelaksanaannya pada kehidupan masyarakat khususnya di jalan raya. Dalam hubungan inilah tampil para petugas hukum sebagai orang-orang yang di tuntut untuk memiliki kualitas kejiwaan, pengetahuan, dan keterampilan tertentu agar pelaksanaan Undang-Undang khsusnya di jalan raya dapat berhasil penerapannya.

  Kenyataan yang demikian skaligus izin mengemukakan bahwa penyesuaian dijalan raya proses hukum itu bukan berjalan seperti suatu mesin otomatis, melaikan suatu proses yang penuh syarat dengan kreatifitas sehingga oleh karena itu para penegak hukum di tuntut untuk memenuhi berbagai kualitas seperti energi, intelegensi, professional, kejujuran, serta kesungguhan.

  2 Tugas pembangunan di segala

  bidang akan terus di laksanakan bahkan di tingkatkan dan di perluas. Dengan demikian maka peningkatan kebutuhan transportasi akan semakin tinggi pula, khususnya penggunaan 1

  . Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grapindo Persada Jakarta. Halaman 98 2 M.Karyadi, perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan raya dengan komentar secara tanya jawab. Politia: Bogor. Halaman kendaraan bermotor. Transportasi melalui jalan darat merupakan modal transportasi yang paling dominan di bandingkan dengan modal trasnsportasi lainnya. Oleh karena itu, masalah yang paling pelik di hadapi oleh hamper semua kota di Indonesia adalah kemacetan, kesemrautan, dan kecelakaan lalu lintas, serta pencemaran udara. Penanganan masalah transportasi perkotaan yang kurang hati-hati dan kurang terpadu tidak akan dapat memecahkan masalah tersebut secara teapat dan baik. Kondisi ini justru cenderung menimbulkan masalah baru yang dapat menambah komplek serta rumitnya permasalahan transportasi yang telah ada di kota besar.

  Apabila di perhatikan persoalan lalu lintas dan angkutan di kota-kota besar pada dasarnya disebabkan oleh: a.

  Pertumbuhan penduduk di kota- kota besar yang sangat pesat yaitu berkisar antara 3%-5% pertahun.

  b.

  Perkembangan kota tidak diikuti dengan struktur tata guna tanah yang serasi, hal ini di sebabkan oleh tidak konsistennya rencana umum tata ruang yang telah di ciptakan.

  c.

  Tidak seimbangnnya tambahan jaringan jalan serta fasilitas lalu lintas dan angkutan bila di bandingkan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Pertambahan jumlah kendaraan berkisar antara 8%-12% pertahun. Jika pertumbuhan ini tidak dikendalikan, dikhawatirkan hamper terjadi di kota-kota besar Indonesia pada masa yang akan d.

  Penggunaan kendaraan pribadi kurang efisien. Pada sebagian besar lintasan-lintasan di pusat kota Bandar Lampung pada jam sibuk terlihat bahwa hanya sekitar 4% dari kendaraan pribadi yang di muati oleh 4 orang penumpang, sementara itu sekitar 82% kendaraan pribadi yang dimuati oleh 1 sampai 2 orang saja.

  e.

  Kualitas dan jumlah kendaraan angkutan umum yang belum memadai. Sarana dan prasarana, terminal dan system pengadilan pelayanan angkutan umum belum berhasil di data secara konsepsional. Sistem pelayanan angkutan umum yang ada belum mampu menarik minat pemakai kendaraan pribadi untuk beralih ke angkutan umum.

  f.

  Kurangnya peranan kereta api sebagai angkutan masal di kota Bandar Lampung

  3 Berdasarkan pengamatan dan analisis

  situasi kondisi lalu lintas di kota Bandar Lampung dewasa ini semakin padat menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas, di tambah lagi sarana dan prasarana lalu lintas seperti lampu pengatur lalu lintas yang kadang-kadang mati sehingga menambah kemacetan dimana-mana. Disinilah peran polisi lalu lintas sebagai petugas harus melakukan ke bijakan dengan tidak harus berpedoman kepada rambu- rambu lalu lintas yang ada.

  Exsitensi penyelenggaraan lalu lintas yang aman dan tertib bukan sekedar persoalan bagaimana menyediakan 3 Iskandar Abu Bakar, Menuju Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya Yang Tertib.

  Dinas perhubungan darat: Jakarta 1993. sarana dan prasarana lalu lintas yang memadai saja, bukan pula sekedar persoalan undang-undang tersebut mengatur secara baik perihal mengenai manajemen dan rekayasa lalu lintas.Lebih dari itu penyelenggaraan lalu lintas.Lebih dari itu penyelenggaraan lalu lintas sesungguhnya berkaitan erat dengan persoalan bagaimana Undang- Undang lalu lintas dan angkutan jalan dapat memberikan unsur pendidikan atau pembinaan bagi para pengguna jalan serta bagaimana pula penegakkan hukum dari Undang- Undang yang bersangkutan dapat berjalan secara efektif.

  Aneka masalah-masalah tersebut di atas seyogyanya menjadi tujuan yang dapat di wujudkan melalui Undang- Undang yang mengatur lalu lintas dan angkutan jalan.Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Suryono Sukamto bahwa salah satu tujuan dari peraturan lalu lintas dan angkutan jalan adalah untuk merubah pola-pola perilaku warga masyarakat di sector kepentingannya untuk menggunakan jalan raya.Oleh karena itu, masalah tersebut berkaitan erat dengan membentuk kesadaran hukum serta berprosesnya persoalan tersebut dalam kebudayaan struktur sosial masyarakat.Melihat pernyataan tersebut polisi lalu lintas sebagai pintu gerbang utama guna melaksanakan peraturan.Untuk membentuk kesadaran hukum, maka di perlukan manusia-manusia yang memerintah untuk bersikap adil dalam memberikan kebijakan untuk menerapkan ketentuan atau peraturan yang ada.

  4 4 Suryono Sukamto, Suatu Tinjauan Sosiologi Terhadap Amsalah-Masalah

  Kondisi seperti ini harus terjelma melalui tangan-tangan petugas penegak hukum yang professional yang tidak saja berdasarkan ketentuan aturan hukum yang termuat pada isi Undang-Undang tetapi penyelenggaraan petugas pemerintah maupun pembentukan hukum untuk melaksanakan kebahagiaan dan kesejahtraan bagi pihak-pihak yang diaturnya. Dalam rangka pelaksanaan Undang- Undang atau pemerintah tidak kaku di terapkan diperlukan kebijakan- kebijakan atau kebebasan bertindak. Polisi lalu lintas dalam mengatur ketertiban dan kelancaran di jalan raya juga memerlukan apa yang di sebut kebijakan dalam hukum administrasi negara terkenal dengan diskresi.

  B. Rumusan Masalah

  Adapun yang dijadikan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a.

  Bagaimanakah kebijakan kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan publik lalu lintas kota Bandar Lampung.

  b.

  Faktor-faktor apakah yang menghambat kebijakan kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan publik lalu lintas kota Bandar Lampung.

  II. METODE PENELITIAN

  Pendekatan masalah yang di lakukan dalam membahas dan memecahkan masalah-masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini, dilakukan dengan dua macam metode empiris. Pendekatan normatif yaitu suatu pendekatan yang dilakukan

  peraturan perundang-undangan yang berlaku secara yuridis formal, sertaber hubungan dengan hal-hal yang di bahas, khususnya kebijakan kepolisian Negara Republik Indonesia bidangpelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung. Dan pendekatan empiris yaitu melihat kenyataan yang berlaku terhadap peraturan-peraturan hukum yang berhubungan dengan kebijakan kepolisian Negara Republik Indonesia bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung.

  Sumber data terdiri dari data sekunder dan primer. Data skunder diperoleh dari study kepustakaan yang bersumber dari literatur- literatur yang mencakup dokumen- dokumen resmi, buku-buku, laporan- laporan hasil penelitian, perundang- undangan dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang ada pada skripsi ini. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapanga nmelalui wawancara dengan pihak yang berwenang serta merupakan sumber utama dalam peneltian ini. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  2 (dua) orang polisi lalu lintas kota yang bertugas di kesatuan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung.

  b.

  3(tiga) orang pengemudi kendaraan bermotor setiap hari beroprasi sebagai pengemudi angkutan kota Bandar Lampung.

  Setelah semua data terkumpul kualitatif untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

  III. PEMBAHASAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Lalu Lintas

  Berdasarkan Pasal 177 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010, Dilantas bertugas menyelenggarakan kegiatan lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat Lalu Lintas, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas , administrasi Regident pengemudi serta kendaraan bermotor, melaksanakan patroli jalan raya antar wilayah, serta menjamin Kamseltibcarlantas.

  Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, ditlantas menyelenggarakan fungsi: a.

  Pembinaan lalu lintas kepolisian b.

  Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas c.

  Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan ketertiban lalu lintas.

  d.

  Pembinaan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi e. Pelaksanaan patrol jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum lalu lintas, serta menjamin kamseltibcarlantas di jalan raya f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan g.

  Pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi kegiatan dilantas.

B. Kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia Bidang Pelayanan Publik Lalu Lintas Kota Bandar Lampung.

  Dalam pelaksanaan tugas pembangunan yang ada di kota Bandar lampung dewasa ini banyak sekali sarana dan prasarana jalan di bangun dengan pemerintah bekerja sama dengan swasta, untuk tugas pembangunan tersebut diperlukan berbagai bahan material yang terdiri dari semen, batu, bata, dan lain-lain. Semua kebutuhan bahan baku tersebut tidak tersedia di kota Bandar lampung, tapi ada di luar kota Bandar lampung. Begitu juga sarana angkutan untuk membawa material tersebut dan tempat tertentu diluar daerah di kota Bandar Lampung. Sarana yang di gunakan adalah truk, mobil angkutan barang ini akan melintasi kabupaten, kota, dalam rangka memenuhi material kebutuhan pembangunan di kota Bandar Lampung. Dapat di bayangkan hiruk pikul dari kemacetan lalu lintas yang akan terjadi bila angkutan material di oprasionalkan serta memasuki kawasan kota Bandar Lampung. Pada saat kondisi lalu lintas sedang ramai untuk mengatasi kemacetan, yang di sebabkan oleh alat pengangkutan material pembangunan itu pemerintah daerah melalui dinas perhubungan memberikan kebijakan bidang pelayanan public kepada para pengusaha jasa angkutan barang untuk membawa muatan memasuki kawasan kota Bandar Lampung, guna memasok keprluan pembangunan pakaah berupa serta semen untuk pengecoran. Dengan diberikan kebijakan kepada khusus maka kendaraan-kendaraan bermotor khusus tersebut akan memasuki kawasan kota Bandar Lampung pada jam-jam yang di tentukan.

  Pemerintah Kota Bandar Lampung yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna memberikan pelayanan yang baik kepada warganya serta untuk memberikan perlindungan dalam mewujudkan kesejahtraan, demi terciptanya keadilan yang diamanatkan oleh sila dari Pancasila berupa keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah acap kali membuat beberapa ruas jalan di kota Bandar Lampung mengalami kemacetan, palagi bagi daerah- daerah yang memang sudah tidak asing lagi dilanda kemacetan pada waktu-waktu tertentu. Polisi lalu lintas sebagai petugas yang bertanggung jawab untuk mengawasi jalan-jalan yang ada agar kondisi lalu lintas menjadi lancer, aman dan tertib harus bertindak cepat tanpa menunggu instruksi atau perintah yang yang diberikan oleh lampu pengaturan lalu lintas. Oleh karena itu walaupun lampu pengatur lampu lalu lintas berfungsi dengan baik, tapi jika kondisi lalu lintas sedang macet maka tindakan professional polisi lalu lintas untuk mengabaikan perintah lampu lalu lintas beupa tindakan untuk memberhentikan arus lalu lintas dan atau pemakai jalan tertentu:

  1. Memerintahkan untuk pemakai jalan untuk jalan terus Mempercepat arus lalu lintas.

  3. Memperlambat arus lalu lintas 4.

  Mengubah arus lalu lintas Melihat hal yang dilakukan oleh polisi lalu lintas tersebut di atas timbul pertanyaan apakah tindakan petugas polisi lalu lintas itu merupakan pelanggaran. Peneliti menilai hal itu dapat saja dilakukan mengingat petuas polisi lalu lintas dalam melaksanakan tugas dan wewnangnya dapat bertindak menurut penilaian nya sendiri, sepanjang hal itu dilakukan dengan alasan-alasan yang rasional serta dalam keadaan yang sangat perlu untuk kepentingan umum yang dikenal dengan diskresi. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 77 dikatakan bahwa setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memiliki surat izin mengemudi. Isi surat tersebut merupakan surat izin yang diberikan pada seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang undang-undang lalu lintas jalan dan peraturan- peraturan lainnya yang berhubungan dengan masalah tersebut, dan memiliki kemampuan serta syarat- syarat lain yang di tentukan oleh Undang-undang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia sebagai sarana indentifikasi dan registrasi kendaraan bermotor. Dengan bertitik tolak pada pengertian surat izin mengemudi jelaslah bahwa surat izin tersebut diberikan pada seseorang yang sehat fisik dan mampu mengemudikan kendaraan bermotor di jalannya. Kemampuan mengemudikan kendaraan bermotor meupakan syarat mutlak yang dituntut guna menghindari hal-hal yang tidak di Undang-undang telah memberikan peringatan yang sangat hati-hati, agar atau dimiliki oleh orang-orang yang profesional di bidangnya terutama dalam mengwmudikan kendaraan bermotor di jalan raya. Peringatan ini menunjukan bahwa untuk memiliki surat izin mengemudi di pemohon harus melalui cara-cara yang lazim di tentukan oleh undang-undang.

  Kebijakan dalam Pelaksanaan Izin Trayek Pasal 27 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Berdasarkan Surar Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor B973/B.II/HK?2007 tentang pola jaringan trayek Angkutan umum dan bis penumpang maka setiap perusahaan wajib memenuhi syarat sebagai berikut: a.

  Memiliki izin usaha angkutan kendaraan bermotor sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.

  b.

  Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang baik di jalan yang di buktikan dengan surat Tanda Kendaraan Bermotor dan buku uji.

  c.

  Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan.

  d.

  Memilki atau bekerjasama dengan pihk lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi layak jalan. Kebijakan dalam Pasal 117 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 alat transportasi darat merupakan salah satu jasa angkutan yang paling masyarakat khususnya mereka yang akan menggunakan kendaraan bermotor. Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang jasa angkutan bagi masyarakat dari pulau Sumatera ke Pulau Jawa atau sebaliknya.Banyaknya aktivitas angkutan darat yang ada khususnya angkutan barang menyebabkan beban jadi tidak mampu menopang beban yang ada, apalagi bila beban tersebut melebihi batas yang telah di tentukan. Akibatnya bila ini di lakukan oleh para pengemudi dengan memuat beban kendaraan melebihi jumlah muatan yang telah ditentukan maka kerusakan jalan akan terjadi dimana-mana. Oleh karena itu pengawsan penggunaan jalan melalui jembatan timbang terhadap kendaraan angkutan barang merupakan keharusan.Bagi pengemudi yang melanggar maka sanksi hukum harus diterapkan secara konsekuen.Tetapi kenyataan di lapangan banyak kendaraan angkutan barang yang telah melewati jembatan timbang dengan kelebihan muatan tetap jalan tanpa gangguan dari para petugas. Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang dari pulau Sumatera menuju pulau Jawa atau sebaliknya, untuk menuju pulau sumatera untuk arus pergerakan orang maupun barang dari pulau Jawa menuju daerah- daerah Sumatera lainnya, seperti: Palembang, PekanBaru, Banda Aceh dan provinsi lainnya di Sumatera, sehingga dapat digambarkan bahwa pembebanan perjalanan atau tinggi aktivitas perjalanan khusunya angkutan barang sangat besar yang Akibat aktivitas tersebut maka seringkali dimanfaatkan untuk mengangkut barang diluar batas yang telah di tentukan (kelebihan muatan). Hal ini tentunya akan memberikan dampak tidak hanya terhadap pemakai jalan dan masyarakat tetapi juga kepada ruas-ruas jalan yang di lalui dan lingkungan sekitarnya. Salah satu dampak yang dapat kita lihat langsung di lapangan yaitu terjadinya percepatan kerusakan jalan, jembatan dan komdisi jalan yang labil.Oleh karena itu pengawasan penggunaan jalan dan jembatan oleh angkutan barang yang melebihi muatan sumbu terberat (MST) merupakan keharusan untuk dilaksanakan.

  Perangkat pengawasan dan penggunaan jalan yang di peruntukan guna mengawasi pengguna jalan agar dapat dicegah kerusakan jalan yang di akibatkan oleh pengoprasian kendaraan di jalan yang melebihi ketentuan adalah Unit pelaksana Penimbangan Kendaran Bermotr (UPPKB) atau lebih dikenal dengan nama “Jembatan Timabang”.

  Penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan di maksudkan untuk melakukan pengawasan terhadap muatan lebih, pelanggaran terhadap muatan lebih merupakan masalah yang sangat rumit sehingga penanganannya tidak dapat dilakukan secara persial tetapi harus dilakukan secara berkesinambungan dan komperhansif. Berdasarkan pengamatan sementara di lapangan, diketahui bahwa masih yang membawa barang melebihi kapasitas, tinggi dan panjang kendaraan angkutan barang sehingga banyak terjadi kendaraan angkutan barang yang terbalik sendiri, sumbu kendaraan patah saat berada di jalan dan kendaraan yang labil karena sarat muatan.

  Pemberian kabijakan kepada kendaraan angkutan barang dengan muatan lebih dapat saja diberikan kepada para pengusaha jasa angkutan barang oleh petugas Kepolisian maupun dinas Perhubungan pada kondisi tertentu seperti kendaraan pengangkutan keperluan korban bencana alam, gempa bumi, kkorban tsunami. Selain itu diberikan dispensasi kepada kendaraan- kendaraan untuk pengangkutan bahan makanan untuk keperluan hari raya idul fitri, hari raya idul adha, hari natal maupun tahun baru.Pemberian kebijakan seperti ini dapat saja dibenarkan karena barang- baran kebutuhan seperti ini memang sangat diperlukan bagi masyarakat umum.

  Bila petugas Dinas Perhubungan maupun Polisi Lalu Lintas sebagai penentu kebijakan di jalan raya akan melakukan penahanan terhadap kendaraan yang tidak layak jalan dan rawan menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan tentulah petugas yang melakukan hal ini dikatakan tidak professional. Apalagi penumpang yang ada di dalam bus- bus tersebut aadalah para pegawai negeri yang harus sampai ke kantornya tepat waktu. Selain itu bila di lakukan penahanan mungkin akan terjadi disharmonis antar instansi dengan para petugas di jalan raya. dapat dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas maupun Petugas Dinas dikresi, dengan membiarkan kendaraan bermotor tersebut berlalu lalang di jalan raya untuk mengantar, menjemput penumpangnya dan kebanyakan dari mereka adalah pegawai negeri yang bekerja di kantor-kantor pemerintah pusat maupun daerah. Polsi Lalu Lintas merupakan mitra Dinas Perhubungan dalam melakukan tugas di jalan raya.Begitu juga sebaliknya dengan Polisi Lalu Lintas. Apabila hubungan ini di jaga maka pelaksanaan tugas akan menjadi efektif. Tanpa adanya salah satu pihak di jalan raya, maka pelaku pelanggran hukum akan dapat meloloskan diri dari sanksi hukum yang ada karena keterbatasan wewenang yang ada pada masing- masing instansi. Oleh karena itulah pembentuk peraturan pemerintah mengharuskan para petugas untuk melakukan koordinasi dalam menjalankan tugas gabungan. Kerjasama yang baik dan harmonis antara kedua instansi akan menghasilkan efektivitas peraturan pemerintah secara maksimal dengan terjeratnya para pelaku lalu lintas di jalan raya. Oleh karena itu kebijakan yang di tempuh oleh masing-masing instansi untuk melakukan tugas secara sendiri-sendiri selama tidak dapat dibenarkan, walaupun secara umum itu dimuat dalam ketentuan Undang-undang Kepolsian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 yang tercantum dalam pasal 13 dan 14. Bila ketentuan ini dilakukan juga jelas merupakan diskresi yang kurang baik serta akan menuai hasil yang tidak maksimal, karena terbatas masing instansi. Akibatnya para pelaku pelanggaran hukum dapat meloloskan diri dari jerat sanksi hukum berupa tilang. Pembentuk Undang-Undang Nomor

  22 Tahun 2009 dalam pasal 106 (8) memerintahkan kepada para pengemudi kendaraan bermotor roda 2 maupun mereka yang di bonceng bila berada di jalan raya harus memakai helm. Hal ini harus dilakukan guna melindungi kepala si pengemudi maupun mereka yang di bonceng bila terjadi musibah tabrakan atau terjatuh pada saat menaiki kendaraan bermotor dijlan raya.Apalagi dewasa ini jumlah pemilik kendaaan bermotor roda dua sangat banayak.Kondisi lalu lintas dari hari ke hari semakin padat.Pemakai jalan diminta untuk ekstra hati-hati saat berkendara agar selamat sampai ketempat tujuan.Pada hari-hari tertentu seperti hari Minggu masyarakat kita banyak menyelenggarakan acara pesta perkawinan ataupun acara lainnya. Tentunya pada pesta tersebut akan dihadiri oleh para undangan berkendara roda empat atau roda dua. Bagi para undangan yang memakai kendaraan roda dua sebagai pasangan suami istri yang bertindak sebagai panitia pada acara tersebut dimana istri memakai kebaya dan rambut di sanggul.Disini tentulah istri tidak dapat menggukan helm.Polisi Lalu Lintas dalam menangani kasus seperti ini tidak dapat mengenai sanksi tilang. Kebijakan polisi lalu lintas di jalan raya menghadapi kenyaataan ini dengan ttidak mengenakan sanksi tilang merupakan diskresi dalam pelaksanaan pemakaaian helm, bagi roda dua yang akan menghadiri pesta berupa perkawinan atau syukuran, C.

   Faktor-faktor yang menghambat kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia bidang pelayanan publik Lalu Lintas Kota Bandar Lampung

  Faktor yang menghambat kebijakan Kepolisian bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut: a.

  Masih kurangnya sumber daya manusia di Kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan public yang berani melakukan kebijakan dalam tugas jalan raya dikarenakan system komando yang sudah berlaku lama diterapkan pada Kepolisian Republik Indonesia selama ini.

  b.

  Disiplin loyalitas terhadap atasan yang sudah terbangun sejak lama sukar untuk di hilangkan sehingga professional dinamis yang di miliki oleh personal muda kepolisian Republik Indonesia tidak dapat di terapkan dengan akibat personal Kepolisian Republik Indonesia segan untuk bertindak, takut jika tindakannya akan menjadi boomerang terhadap dirinya sendiri.

  c.

  Terjadinya multitafsir terhadap bunyi ketentuan dalam Undang- undang Lalu Lintas maupun peraturan pelaksanaannya yang masih sangat abstrak tanpa adanya penjelasan-penjelasan sehingga masing-masing personal memberi interprestasi yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam satu kasus yang sama.

  d.

  Masih adanya ego arogansi profesi dari personal Kepolisian Negara Republik Indonesia yang merupakan dominan wilayah Kepolisian Negara Republik pada tugas-tugas jalan di jalan raya banyak di lakukan hanya oleh aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia padahal pembentuk Undang-undang telah mengamanatkan tugas di jalan raya harus dilakukan oleh berbagai instansi khususnya Kepolisian dan Dinas Perhubungan yang dahulu disingkat dinas Lalu Lintas Angkutan jalan. Tugas di jalan raya ini seringkali menimbulkan kontrofersi yang berakhir dengan tidak harmonisnya hubungan antar instansi untuk jangka waktu tertentu.

  Berdasarkan hal-hal yang telah dilihat pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

  Republik Indonesia Bidang Pelayanan Publik Lalu Lintas kota Bandar Lampung telah memberikan beberapa kebijakan antara lain dalam bidang angkutan barang khusus, pemberian surat izin mengemudi, pelaksanaan izin trayek, muatan lebih yang di izinkan, tugas gabungan, angkutan yang tidak layak, pemberian prioritas terhadap angkutan, pemakaian helm yang semua kebijakan ini di benarkan oleh Kepolsian Negara Republik Indonesia menyatakan kepada ketentuan peraturan perundangan yang telah ada, sehingga dengan dikeluarkan telah memenuhi semua prosedur peraturan yang 2.

  Masih adanya factor penghambat kebijakan Kepolisian Republik Indonesia Bidang Pelayanan Publik Lalu Lintas kota Bandar Lampung antara lain: a.

  Kurangnya sumber daya manusia yang berani mengambil resiko kebijakan di jalan raya b. Disiplin loyalitas terhadap atasan merupakan kendala dalam melakukan kebijakan bagi personal muda, peraturan dijalan raya oleh masing- masing instansi yang masuk syarat abstrak.

  c.

  Adanya egoargonisasi pada petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengklaim tugas dijlan raya adalah dominan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan

  B. Saran a.

  Sebaiknya kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia bidang pelayanan public dimasa yang akan dating terus dilakukan dengn tetap mengacu kepada ketentuan semua peraturn yang telah ada.

1. Bahwa kebijakan Kepolisian

  b.

  Sebaiknya hambatan yang ada dapat di eliminir dengan cara memberikan kesempatan kepada personal Kepoisian Negara Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan dan latihan sehingga nantinya akan muncul personal kepolisian yang profesionalisme dalam tugas dijalan raya disiplin loyalitas terhadap atasan yang kaku harus diganti dengan tindakan yang dinamis ketentuan Undang- pelaksanaannya harus dibicarakan dengan melakukan pertemuan untuk terjadinya misscomunikasi Tanya Jawab. Politiea. Bogor, oleh masing-masing instansi, 1976 egoorganisasi, profesi, yang ada

  Marbun SF. Dimensi-Dimensi pada personal Kepolisian Negara

  Pemikiran HAN . UII

  Republik Indonesia selama ini Yogyakarta. 2001 harus dihilangkan dan diganti

  Marcus Lukman. Eksistensi dengan sifat humoris dari

  Peraturan Kebijakan dan

  Kepolisian sehingga semua

  Bidang Perencanaan dan

  instansi yang bertugas dijalan raya

  Pelaksanaan Rencana

  masing-masing mempunyai rasa

  Pembangunan di Daerah serta

  tanggung jawab sebagai

  Dampaknya terhadap Materi

  pelengkap dari kelemahan yang Hukum tertulis Nasional. dimiliki masing-masing instansi

  Disertai. Bandung: Universitas

  dalam mengemban tugas mulia Padjajaran, 1996 dijalan raya.

  Momo Kelana. Hukum Kepolisian.

DAFTAR PUSTAKA

  Garsindo. Jakrta 1994

  Pamuji S. Kepemimpinan Abubakar Iskandar dkk Menuju Lalu Pemerintahan di Indonesia .

  Lintas dan Angkutan Jalan Raya

  Bina Aksara. Jakarta

  yang Tertib. Direktorat Prajudi Atmosudirjo. Hukum HAN.

  perhubungan darat. Jakrta 1993 Ghalia Indonesia 1981

  Andrew R Cecil, et al. Penegakan Ridwan HR. Hukum Administrasi

  Hukum Lalu Lintas. Panduan Negara. Jakarta: PT. Raja Bagi Paara Polisi dan

  Grapindo Husadas 2006)

  Pengendara. Bandung: Nuansa Cendikia.

  Sitompul, DPM dkk. Hukum Kepolisian di Indonesia. Irsindo. Hadiman H. Yang Perlu Diketahui

  Bandung 1993 Menuju Tertib Lalu Lintas . Ghadsa Puraeng. Jakarta, 1985

  Soekanto, Soerjono. Inventarisasi

  dan Analisis Terhadap

  Julista Mastamu. Diskresi dan

  Perundang-Undangan Lalu Tanggung Jawab Administrasi Lintas. Rajawali 1993 Pemerintah.

  Soekanto, Soerjono. Penegakan Kansil, ST. Hukum Tata Negara

  Hukum. Badan Pembinaan Republik Indonesia . 1984. Bina Hukum Nasional. Departemen Aksara Jakarta.

  Kehakiman. 1993 Kansil. ST. Peraturan Melakukan

  Soekanto, Soerjono. Polisi dan Lalu Tugas Polisi Dilapangan.

  Bandung Lintas.Mandar Maju.

  Politeia. Bogor 1993.

  1990 Kansil. ST. Peraturan Melakukan

  Soekanto, Soerjono. Suatu Tinjauan Tugas Polisi Dilapangan.

  Sosiologi Terhadap Masalah- Politeia. Jakarta 1975.

  Karyadi M. Perundang-Undangan Bandung. 1982

  Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

  Surat Izin Riset Polresta kota Bandar

  Raya dengan Komentar Secara