Perbaikan yang dilakukan oleh orde baru
Perbaikan yang dilakukan oleh orde baru :
Penataan Politik Luar Negeri
Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali
dipulihkan. Dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan
politik luar negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus
didasarkan pada kepentingannasional, seperti pembangunan nasional, kemakmuran
rakyat, kebenaran, serta keadilan.
Kembali menjadi anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan untuk kembali menjadi anggota PBB dikarenakan
pemerintah sadar bahwa banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi
anggota pada tahun 1955-1964. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB
disambut baik oleh negara-negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. Hal ini
ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk
masa siding tahun 1974. Dan Indonesia juga memulihkanhubungan dengan
sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan negara-negara lainnya yang
sempat renggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
Normalisasi Hubungan dengan Negara lain
Pemulihan Hubungan dengan Singapura
Dengan perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur Rachman, hubungan
Indonesia dengan Singapura berhasil dipulihkan kembali. Pada tanggal 2 Juni 1966
pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura
kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Dan pemerintah Singapura menyampaikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Pemulihan Hubungan dengan Malaysia
Penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dengan Malaysia dimulai dengan diadakannya
perundingan di Bangkok pada 29 Mei- 1 Juni 1966 yang menghasilkan Perjanjian
Bangkok. Isi perjanjian tersebut adalah:
Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah
merekaambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
Dan pada tanggal 11 Agustus 1966 penandatangan persetujuan pemulihan
hubungan Indonesia-Malaysia ditandatangani di Jakarta oleh Adam Malik (Indonesia)
dan Tun Abdul Razak (Malaysia).
Pembekuan Hubungan dengan RRT
Pada tanggal 1 Oktober 1967 Pemerintantah Republik Indonesia membekukan
hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Keputusan tersebut
dilakukan karena RRT telah mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan
cara memberikan bantuan kepada G 30 S PKI baik untuk persiapan, pelaksanaan,
maupun sesudah terjadinya pemberontakan tersebut. Selain itu pemerintah
Indonesia merasa kecewa dengan tindakan teror yang dilakukan orang-orang Cina
terhadap gedung, harta, dan anggota-anggota Keduataan Besar Republik Indonesia
di Peking. Pemerintah RRT juga telah memberikan perlindungan kepada tokoh-tokoh
G 30 S PKI di luar negeri, serta secara terang-terangan menyokong bangkitnya
kembali PKI. Melalui media massanya RRT telah melakukan kampanye menyerang
Orde Baru. Dan pada 30 Oktober 1967 Pemerintah Indonesia secara resmi menutup
Kedutaan Besar di Peking.
Penataan Politik Luar Negeri
Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali
dipulihkan. Dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan
politik luar negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus
didasarkan pada kepentingannasional, seperti pembangunan nasional, kemakmuran
rakyat, kebenaran, serta keadilan.
Kembali menjadi anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan untuk kembali menjadi anggota PBB dikarenakan
pemerintah sadar bahwa banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi
anggota pada tahun 1955-1964. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB
disambut baik oleh negara-negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. Hal ini
ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk
masa siding tahun 1974. Dan Indonesia juga memulihkanhubungan dengan
sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan negara-negara lainnya yang
sempat renggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
Normalisasi Hubungan dengan Negara lain
Pemulihan Hubungan dengan Singapura
Dengan perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur Rachman, hubungan
Indonesia dengan Singapura berhasil dipulihkan kembali. Pada tanggal 2 Juni 1966
pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura
kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Dan pemerintah Singapura menyampaikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Pemulihan Hubungan dengan Malaysia
Penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dengan Malaysia dimulai dengan diadakannya
perundingan di Bangkok pada 29 Mei- 1 Juni 1966 yang menghasilkan Perjanjian
Bangkok. Isi perjanjian tersebut adalah:
Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah
merekaambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
Dan pada tanggal 11 Agustus 1966 penandatangan persetujuan pemulihan
hubungan Indonesia-Malaysia ditandatangani di Jakarta oleh Adam Malik (Indonesia)
dan Tun Abdul Razak (Malaysia).
Pembekuan Hubungan dengan RRT
Pada tanggal 1 Oktober 1967 Pemerintantah Republik Indonesia membekukan
hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Keputusan tersebut
dilakukan karena RRT telah mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan
cara memberikan bantuan kepada G 30 S PKI baik untuk persiapan, pelaksanaan,
maupun sesudah terjadinya pemberontakan tersebut. Selain itu pemerintah
Indonesia merasa kecewa dengan tindakan teror yang dilakukan orang-orang Cina
terhadap gedung, harta, dan anggota-anggota Keduataan Besar Republik Indonesia
di Peking. Pemerintah RRT juga telah memberikan perlindungan kepada tokoh-tokoh
G 30 S PKI di luar negeri, serta secara terang-terangan menyokong bangkitnya
kembali PKI. Melalui media massanya RRT telah melakukan kampanye menyerang
Orde Baru. Dan pada 30 Oktober 1967 Pemerintah Indonesia secara resmi menutup
Kedutaan Besar di Peking.