TINJAUAN YURIDIS PERANAN ALAT BUKTI DALAM MENANGANI KEJAHATAN TERHADAP TUBUH DAN NYAWA MANUSIA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS PERANAN ALAT BUKTI DALAM MENANGANI
KEJAHATAN TERHADAP TUBUH DAN NYAWA MANUSIA
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)
Oleh : Riky Pribadi, SH., MH.
Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Majalengka
Pada Tanggal 14 April 2015 di temukan mayat pria tanpa identitas
ditemukan ditengah sawah pria itu tewas dengan leher tergorok. Selain itu, di
bagian matanya terdapat luka tusukan benda tajam. Saat ditemukan, korban
mengenakan celana jeans warna biru dan kaus oblong warna hijau. Usianya
diperkirakan 25 tahun. Korban diduga meninggal 20 jam lalu sebelum ditemukan
warga Blok Kalujuran Desa Cieurih Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka
Jawa Barat dan tanggal 9 November 2015 sekitar pukul 06.00 WIB di lahan
kosong berumput samping Komplek Jatiwangi Square Desa Sutawangi
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Ada laporan temuan mayat dalam
kondisi terlentang dan leher tergorok.Namun dengan demikian, mayat korban
sudah teridentifikasi dari bagian tubuh dan ciri-ciri lain dari korban, sebelum
adanya pengakuan dari pelaku yang berhasil ditangkap polisi beberapa hari
kemudian. Kejahatan pembunuhan yang telah dilakukan oleh para pelaku
akhirnya terbongkar oleh penyidik dari tim Jatantras Polres Majalengka. Motif
pembunuhan yang dilakukan oleh Jaenal Abidin, Ahmad Juhdi dan Ade Ruhyat
karena menginginkan sepeda motor korban. Sehingga pelaku membunuh korban
dan mencuri sepeda motor korban. Berdasarkan uraian tersebut apa peranan alat
bukti dalam menangani kejahatan tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa
manusia dan mengapa hakim dalam menjatuhkan pidana kepada seorang
terdakwa harus memiliki sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
Metode penelitian yang penulis digunakan dalam penelitian ini ialah
kajian pendekatan yuridis normatif yang di antaranya adalah inventarisasi
Hukum Positif, menemukan Asas Hukum, menemukan Hukum in concreto, Filsafat
Hukum, Perbandingan Hukum dan Sejarah Hukum. Data penelitian pada
dasarnya berasal dari studi kepustakaan maupun dari hasil observasi, tanpa
menggunakan statistik yang diperoleh berdasarkan pada peraturan perundangundangan dan pasal-pasal yang berhubungan dengan tinjauan yuridis peranan
alat bukti dalam menangani kejahatan terhadap tubuh dan nyawa manusia.
Hasil penelitian mewawancarai bapak Nendi Rusnendi, S.H. sebagai Hakim
Pengadilan Negeri Majalengka, mewawancarai bapak Indra Aditya,S.H. dan
bapak Agus Yuliana Indra Santoso,S.H. sebagai Jaksa Penuntut Umum
Pengadilan Negeri Majalengka, mewawancarai mewawancarai Bapak Dr.
Mohmmad Rahmat,S.H.,M.H. sebagai ahli hukum. Diperlukannya salah satu alat
bukti yaitu seorang dokter untuk membuat keterangan tertulis (visum et repertum)
dan memberikan keterangan di persidangan sebagai ahli. Seperti yang tertuang
di dalam Pasal 183 dan Pasal 184 (1) KUHAP. Karena Hakim tidak boleh
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
14
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
menjatuhkan Pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya ada dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Kata Kunci : Peranan Alat Bukti, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa
Manusia
PENDAHULUAN
Namun dengan demikian,
mayat korban sudah teridentifikasi
Latar Belakang Penelitian
dari bagian tubuh dan ciri-ciri lain
Pada Tanggal 14 April
dari
korban,
sebelum
adanya
2015 di temukan mayat pria tanpa
pengakuan
identitas
berhasil ditangkap polisi beberapa
ditemukan
ditengah
dari
pelaku
yang
sawah pria itu tewas dengan leher
hari
tergorok. Selain itu, di bagian
pembunuhan yang telah dilakukan
matanya
oleh
benda
terdapat
tajam.
luka tusukan
Saat
kemudian.
para
Kejahatan
pelaku
akhirnya
ditemukan,
terbongkar oleh penyidik dari tim
korban mengenakan celana jeans
Jatantras Polres Majalengka. Motif
warna biru dan kaus oblong warna
pembunuhan yang dilakukan oleh
hijau. Usianya diperkirakan 25
Jaenal Abidin, Ahmad Juhdi dan
tahun. Korban diduga meninggal 20
Ade Ruhyat karena menginginkan
jam lalu sebelum ditemukan warga
sepeda motor korban. Sehingga
Blok
pelaku
Kalujuran
Kecamatan
Desa
Maja
Cieurih
Kabupaten
membunuh
korban
dan
mencuri sepeda motor korban.
Majalengka Jawa Barat dan tanggal
9 November 2015 sekitar pukul
06.00
WIB
berumput
di
lahan
samping
kosong
Komplek
Rumusan Masalah Penelitian
1. Apa peranan alat bukti dalam
menangani
kejahatan
Jatiwangi Square Desa Sutawangi
pidana
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten
nyawa manusia ?
Majalengka. Ada laporan temuan
terhadap
2. Mengapa
tubuh
hakim
mayat dalam kondisi terlentang dan
menjatuhkan
leher tergorok.
seorang
tindak
dan
dalam
pidana
kepada
terdakwa
harus
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
15
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
memiliki
sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ?
bagi para mahasiswa Fakultas
Hukum
Tujuan Penelitian
Universitas
Majalengka.
a. Untuk
menguji
dan
b. Secara
praktis,
diharapkan
menganalisis peranan alat bukti
dapat memberikan sumbangan
dalam
pemikiran baik
menangani
kejahatan
bagi
aparat
tindak pidana terhadap tubuh
penegak hukum seperti Polisi,
dan nyawa manusia.
Jaksa,
b. Untuk
menguji
dan
Hakim,
Hukum
menganalisis
hakim
dalam
masyarakat
menjatuhkan
pidana
kepada
umumnya.
terdakwa
harus
seorang
memiliki
sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah.
Penelitian ini diharapkan
memberikan
pemikiran
baik
sumbangan
secara
teoritis
maupun secara praktis, sebagai
berikut :
a. Secara
teoritis,
penelitian
berguna
ini
bagi
hukum
dengan
diharapkan
perkembangan
pidana
khususnya
materiil
menyangkut
ketentuan Pasal 365, 338, 339,
340 KUHP dan Pasal 183, 184,
185,
186,
KUHAP
187,
serta
maupun
bagi
luas
pada
penelitian
saya
Kerangka Pemikiran
Bahwa
berdasarkan pancasila sila keempat
Kegunaan Penelitian
dapat
Penasehat
188,
189
yang berdasarkan kerakyatan yang
dipimpin
oleh
kebijaksanaan
hikmat
dalam
permusyawaratan / perwakilan.
Selain tercantum
dalam
Pancasila, dalam Pasal 27 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945 merupakan dasar
hukum dari suatu tindak pidana
kejahatan terhadap nyawa.
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945
yaitu : 1
memberikan
sumbangan Ilmu Pengetahuan
1
UUD 1945 dan Amandemennya,
Bandung, FOKUSMEDIA, 2007,
hlm.18
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
15
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
“ Segala warga Negara bersamaan
1945
dan
dengan
kedudukanya di dalam hukum dan
memperoleh
pemerintahan dan wajib menjungjung
konstitusional.
hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”.
Dalam
Indonesia,
merupakan
sistem
suatu
tindak
hukum
perbuatan
pidana
atau
perilaku melanggar hukum pidana
hanyalah apabila suatu ketentuan
pidana yang telah ada menentukan
bahwa perbuatan itu merupakan
tindak pidana. Hal ini berkenaan
dengan berlakunya asas legalitas
sebagaimana
ditentukan
dalam
Pasal 1 ayat (1) KUHP.
Pasal 1 ayat (1) KUHP tersebut,
Semangat Pasal 1 ayat (1)
KUHP tersebut telah ditegaskan
oleh Pasal 28-I ayat (1) UndangUndang Dasar Republik Indonesia
2
Moeljatno, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2007,
hlm. 3.
jaminan
Lengkapnya bunyi Pasal
28-I
ayat
(1)
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945
adalah sebagai berikut : 3
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun”.
Undang-Undang No. 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman, asas
legalitas itu dapat dijumpai pula
sebagaimana tertulis
pada Pasal 6 ayat (1)
isinya yaitu : 2
“Tidak suatu perbuatan dapat
dipidana
kecuali
berdasarkan
aturan pidana dalam perundangundangan yang sebelum perbuatan
itu dilakukan telah ada. Ketentuan
Pasal 1 ayat (1) KUHP tersebut
memberikan
jaminan
bahwa
seseorang tidak dapat dituntut
berdasarkan ketentuan undangundang secara berlaku surut”.
demikian
undang-undang tersebut.
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang
No. 4 Tahun 2004 lengkapnya
berisi sebagai berikut :4
“Tidak seorang pun dapat dihadapkan
di depan pengadilan selain daripada
yang
ditentukan
oleh
undang-
undang.”
Menurut
beberapa
ahli
hukum pidana, biasanya kejahatan
3
Sutan Remy Sjahdeini,
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, 2007,
Jakarta, Grafiti Pers, Cetakan kedua, hlm. 26.
4
Sri Mulanto dkk. Kumpulan
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana.
Yogyakarta, ANDI OFFSET, 2005, hlm 230.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
16
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
ini terjadi tergantung pada keadaan
kejahatan
psikis si pelaku, dimana si pelaku
hukuman mati layaknya apa yang
cenderung mengalami gangguan
diatur dalam :
kejiwaan, pada pendapat lain ahli
Muljatno, Pasal 340 KUHP berisi : 5
berpendapat bahwa kejahatan ini
“Barangsiapa sengaja dan dengan
rencana lebih dahulu merampas
nyawa orang lain, di ancam, karena
pembunuhan dengan rencana ( moord
), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun”.
Aparat penegak hukum diharapkan
dapat berkerja dengan baik dan secepat
mungkin dalam menangani kejahatan
pembunuhan. Mengingat bahwa
pengaturan dan batasan pengertian
tentang
merupakan kejahatan susulan dari
sebuah
kejahatan
pembunuhan
dengan maksud untuk menutupi
kejahatan pembunuhan tersebut.
Namun, terlepas dari hal
tersebut di atas, pembunuhan kerap
sekali terjadi dilakukan oleh orangorang yang memang mengalami
depresi dan gangguan kejiwaan.
ini
dijerat
kejahatan
Dalam kurun waktu 1 tahun. Pada
dengan
ini
tahun 2015, telah terjadi 3 (tiga)
dijelaskan
kasus pembunuhan di Kabupaten
tegas
Majalengka. Sedangkan pada bulan
Hukum Pidana di Indonesia.
Januari
Tahun
2016
secara
tidak
didalam
dan
Undang-undang
Dahulu
perhatian
spesifik
dalam
sistem
publik juga sangat ramai atas kasus
penghukuman
tidak
kematian Wayan Mirna Salihin
pengurangan
demikian
disebut
karena keracunan senyawa sianida
kumulasi
(cumulatie)
artinya
yang terkandung dalam segelas es
pengumpulan
kopi Vietnam yang diminumnya
pelanggaran pidana. Pasal 65 dan
saat bertemua dua rekannya yaitu
66 KUHP disebut menganut sistem
Jessica Kumala Wongso dan Hani
kumulasi dan Pasal 70 KUHP
di
disebut menganut sistem absorsi
Restoran
Olivier,
Grand
Indonesia Shopping Town, Jakarta.
yang
Apapun
dengan
alasannya
yang
dikembangkan mengenai kejahatan
pembunuhan, seharusnya pelaku
hukuman
dipertajam
pelangaran
“kumulasi
5
dilakukan
murni”.
setiap
pelangaran
disebut
Dalam
hal
Moeljatno, op. cit. hlm. 123.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
17
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
pembunuhan
dan
penganiayaan
sanksi hukum yang diberikan pada
Concursus
Realis
diterapkan
sistem kumulasi diperlunak atau
Absorsi
dipertajam.
Sebagai
contoh dari Absorsi dipertajam
dalam Concursus Realis yaitu :
Pembunuhan
sanksi
Pasal 338 KUHP,
hukumannya
15
tahun
penjara. Penganiayaan Pasal 351
KUHP, sanksi hukumannya 7 tahun
penjara. Dalam hal ini yang dapat
dijatuhkan ialah 15 tahun + [ 1/3 ×
15 tahun ] = 20 tahun. Jadi di sini
berlaku
sistem
dipertajam.
Realis
Untuk
berupa
diancam
absorsi
pidana
yang
Concursus
pidana yang terberat ditambah
sepertiga;
(2) Denda dalam hal itu dihitung
menurut lamanya maksimum
kurungan
pengganti
yang
ditentukan untuk perbuatan itu.
Salah
satu
asas
umum
peradilan adalah yang disebut asas
praduga
tak
dirumuskan
bersalah
pada
yang
penjelasan
KUHAP sebagai berikut :7
“Setiap orang yang
disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan
dimuka
sidang
pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan
pengadilan
yang
menyatakan
kesalahannya
dan
memperoleh
kekuatan hukum tetap”.
Si tersangka/si terdakwa
kejahatan
yang
dianggap tidak bersalah sampai
pokok
tidak
adanya putusan yang berkekutan
sejenis.
hukum tetap yang menyatakan
Muljatno, Pasal 66 KUHP, berisi :
kesalahannya.
6
tersangka/terdakwa
(1) Dalam
hal
perbarengan
beberapa
perbuatan
yang
masing-masing harus dipandang
sebagai perbuatan yang berdiri
sendiri-sendiri,
sehingga
merupakan beberapa kejahatan,
yang diancam dengan pidana
pokok yang tidak sejenis, maka
dijatuhkan pidana atas tiap-tiap
kejahatan, tetapi jumlahnya
tidak
melebihi
maksimum
Moeljatno, Kitab Undangundang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta,
2007. hlm 28
berdasarkan
pendapat pengadilan sebagaimana
diatur oleh Pasal 193 ayat (1)
KUHAP yang berbunyi sebagai
berikut :8
Jika pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak
pidana yang didakwakan kepadanya,
7
6
Kesalahan
Leden
Marpaung,
Proses
Penanganan Perkara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta,2008, hlm 23.
8
Leden Marpaung, Ibid, hlm 23.
18
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
maka
pengadilan
Perkara yang dilimpahkan
menjatuhkan
ke Pengadilan Negeri adalah yang
pidana.
Pendapat pengadilan yang
menurut pendapat Penuntut Umum
tercantum dalam Pasal 193 ayat (1)
memenuhi syarat. Hal ini berarti
KUHAP, berdasarkan Pasal 183
menurut pendapat Penuntut Umum
KUHAP yang berbunyi sebagai
perbuatan/delik yang didakwakan
berikut :9
kepada terdakwa telah didukung
Hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seorang kecuali bila
dengan sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah
yang
bersalah
melakukannya.
Sekurang-kurangnya dua
oleh alat bukti yang cukup.
Hal ini diatur oleh Pasal
184
ayat
yang
(1) Alat bukti yang sah
ialah :
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
berdasarkan pemeriksaan di sidang
c. Surat;
pengadilan, sedang pemeriksaan di
d. Petunjuk;
persidangan didasarkan atas surat
yang
KUHAP
berbunyi sebagai berikut :11
alat bukti yang sah diperoleh
dakwaan
(1)
e. Keterangan terdakwa.
dirumuskan
Penuntut Umum yang dilimpahkan
ke
Pengadilan.
Hal
di
atas
berdasarkan Pasal 143 KUHAP
yang berbunyi :10
Penuntut
Umum
melimpahkan perkara ke
Pengadilan Negeri dengan
permintaan
agar
segera
mengadili perkara tersebut
disertai
dengan
surat
dakwaan.
METODE PENELITIAN
Dalam
penulisan
penulis
penelitian
menggunakan
ini
metode
sebagai berikut :
Spesifikasi Penelitian.
Spesifikasi Penelitian ini
adalah deskriftif-analitis yaitu
suatu
penelitian
menggambarkan
yang
terhadap
9
Leden Marpaung, Ibid, hlm 23.
10
Leden Marpaung, Ibid, hlm 24.
11
Leden Marpaung, Ibid, hlm 28.
19
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
peraturan perundang-undangan
yang berlaku dikaitkan dengan
teori hukum dalam praktek
sehubungan
dengan
permasalahan
hukum
yang
diteliti dalam penelitian ini
seperti
tertuang
dalam
identifikasi masalah.
Penelitian ini akan dilakukan
dengan
melalui
penelitian
tahap
tahap-tahap
kepustakaan
penelitian
dan
lapangan.
Tahap penelitian kepustakaan
dilakukan dengan menggunakan
data sekunder yang didapat dari
Metode Pendekatan
:
Metode pendekatan yang akan
penulis
Tahapan Penelitian
gunakan
1.
Data Kepustakaan :
dalam
Bahan hukum primer, yaitu
penelitian ini pada dasarnya
antara lain: UUD 1945,
adalah metode yuridis normatif
Pasal 338, 339, 340 Kitab
deskriptif
Undang-Undang
analitis,
pemecahan
yaitu
masalah
berdasarkan
fakta
yang
Hukum
Pidana ( KUHP ), Kitab
Undang-undang
Hukum
diperoleh dan dianalisa dengan
Acara Pidana dan Kumpulan
hukum positif Indonesa. Data
Undang-Undang
yang
diperoleh
berdasarkan
Peradilan Pidana;
pada
peraturan
perundang-
undangan dan meneliti teori
hukum
yang
berhubungan
dengan
peranan
dalam
menagani
2. Data Lapangan :
a. Bahan hukum sekunder,
antara lain hasil-hasil
bukti
penelitian, serta hasil
kejahatan
karya kalangan hukum
tindak pidana terhadap tubuh
yang berkaitan dengan
dan nyawa manusia dikaitkan
masalah tersebut dan;
dengan
Indonesia.
hukum
alat
Sistem
positif
b. Bahan hukum tersier,
seperti
kamus
literatur
menunjang
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
dan
yang
dalam
20
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
yang
Digunakannya yuridis kualitatif
dengan
karena penelitian ini bertitik
pembahasan
berkaitan
tolak dari peraturan-peraturan
masalah.
yang ada sebagai norma hukum
B. Teknik Pengumpulan data
Teknik
pengumpulan
data
positif terhadap permasalahan
diusahakan mengumpulkan data
yang
sebanyak
kejahatan
mungkin
yang
berkaitan
dengan
tindak
pidana
berhubungan dengan masalah
terhadap
tubuh
dan
nyawa
yang menjadi bahan penelitian
manusia
dan
dengan menggunakan cara studi
metode
kualitatif
kepustakaan,
wawancara
analisis data pada dasarnya
berdasarkan kasus dan tabel
berasal dari studi kepustakaan
dengan pihak-pihak terkait dan
maupun dari hasil observasi,
observasi.
tanpa menggunakan statistik.
digunakannya
karena
E. Lokasi Penelitian
C. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang
Dalam penulisan ini, penelitian
digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dibeberapa tempat
berupa catatan lapangan tentang
diantaranya
beberapa peristiwa yang terkait
berikut :
dengan penelitian yang penulis
1.
lakukan
melalui
observasi.
Universitas Majalengka,
Jalan K.H. Abdul Halim
lapangan
tersebut
penulis
himpun
secara
No.
dalam
penulisan hasil penelitian.
data
Majalengka
2.
Instansi
a. Kepolisian
Daerah
Kabupaten Majalengka,
D. Analisis Data
Analisis
103
(UNMA);
sistematis sebagai bahan yang
mendukung
Perpustakaan
dari
catatan
akan
sebagai
a. Perpustakaan
kegiatan
Selanjutnya
adalah
yang
penulis
Jalan K.H. Abdul Halim
gunakan dalam penelitian ini
No.
adalah
Majalengka;
yuridis
kualitatif.
518
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
Kabupaten
21
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
b. Pengadilan
Negeri
Pasal 184 ayat (1) KUHAP,
Kabupaten Majalengka,
maka asas atau sistem hukum
Jalan K.H. Abdul Halim
pembuktian dalam acara pidana
No
kita, adalah seperti yang telah
499
Kabupaten
Majalengka; dan
c. Kejaksaan
dirumuskan dalam Pasal 183
Negeri
Majalengka,
Jalan
KUHAP,
tersebut
dimana
ketentuan
dimaksudkan
untuk
Ahmad Yani No. 5A
menjamin tegaknya kebenaran,
Kabupaten Majalengka.
keadilan dan kepastian hukum
Lokasi penelitian diatas
bagi
seseorang.
Di
dalam
dipilih dengan alasan bahwa
pemeriksaan
instansi dan lokasi tersebut
pengadilan, maka bagi hakim
memiliki hubungan yang sangat
kedudukan dan peranan orang
dekat dengan materi penelitian
ahli amat penting. Setiap orang
yang dilakukan oleh penulis.
yang
pendapatnya
ahli
kedokteran
lainnya,wajib
memberikan
Semua ketentuan tersebut di
Pembahasan
Alat
kehakiman atau dokter atau ahli
keterangan ahli demi keadilan.
PEMBAHASAN
1. Peranan
sidang
diminta
sebagai
HASIL PENELITIAN DAN
di
atas untuk saksi, berlaku juga
Bukti
Dalam
bagi mereka yang memberikan
Menangani Kejahatan Tindak
keterangan
ahli,
dengan
Pidana Terhadap Tubuh Dan
ketentuan,
bagi
mereka
Nyawa Manusia
mengucapkan sumpah atau janji
Dari hasil penelitian yang
akan memberikan keterangan
telah dilakukan bahwa peranan
yang sebaik-baikanya dan yang
alat bukti dalam hubungannya
sebenar-benarnya
dengan
pengetahuan
aturan
pembuktian
dalam
menurut
bidang
dalam Hukum Acara Pidana
keahliannya. Pemeriksaan oleh
sebagai alat bukti sah menurut
majelis hakim di persidangan,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
22
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
suatu berkas perkara pidana,
berkecimpung
apakah ada atau tidak ada Visum
kedokteran
Et repertum, maka perkara yang
lembaga
ilmu
bersangkutan
lainnya
seperti
tetap
harus
kriminalistik,
diperiksa dan diputus.
Visum
dalam
ilmu
forensik
atau
pengetahuan
misalnya
ilmu
kimia
Et
forensik, ilmu alam forensik
Repertum dalam berkas perkara
dan kedokteran forensik yang
terdakwa yang diperiksa oleh
ada seperti psikologi forensik,
hakim,
kepada
psikiatri forensik dan di tambah
penuntut umum yang sejak
dengan laboratorium fotografi,
mulai
akan tetapi juga ini tersesat bagi
Kelengkapan
diserahkan
diserahkan
kepadanya
berkas perkara “Pro Yustisia”
ahli-ahli
hukum.
Ilmu-ilmu
tersebut oleh penyidik penuntut
forensik
tersebut
itu
umum memang berusaha untuk
dikatakan atau diartikan sebagai
membuktikannya dalam sidang,
ilmu yang digunakan untuk
agar
yakin
mencari atau menghimpun dan
perihal terbuktinya kesalahan
menyusun serta menilai fakta-
terdakwa itu. Bagi beberapa
fakta yang berhubungan dengan
kasus perkara yang diperiksa
suatu perbuatan pidana dimana
dipersidangan, majelis hakim
selanjutnya dapat dipasrahkan
sendiri
bagi
majelis
tidak
hakim
mutlak
harus
pengadilan
mendasarkan dari pada visum et
kepentingan
repertum,
pembuktian
seperti
dijelaskan
dimuka. Kekuatan bukti dari
visum et repertum diserahkan
saja pada penilaian
majelis
hakim seperti telah dijelaskan.
Bahwa
fenomena
yang
dapat
dalam
melengkapi
dalam
lapangan
hukum acara pidana.
Ilmu-ilmu forensik meliputi
semua ilmu pengetahuan yang
mempunyai
kaitan
dengan
masalah kejahatan atau dapat
berkaitan dengan Visum Et
dikatakan
Repertum tidak saja menarik
peranannya dalam penyelesaian
perhatian
kasus kejahatan, maka ilmu-
para
ahli
yang
bahwa
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
dari
segi
23
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
ilmu
forensik
memegang
praktek,kemungkinan
peranan penting. Dilihat dari
kalanya
segi
terhadap
peranannya
dalam
dijumpai
kekeliruan
orangnya
tangkap),yaitu
penyelesaian
Peranan hasil pemeriksaan
ada
(salah
kekeliruan
terhadap di pelaku kejahatan
berupa Visum Et Repertum yang
(error),
sehingga
membawa
dibuat
pada
kesalahan
dokter
ahli
akibat
kehakiman
atau
penahanan
oleh
kedokteran
psikiatri
kehakiman
banyak
perkara
serta
kesalahan
dalam
penerapan hukum dalam utusan
kejahatan
pengadilan walaupun hal itu
sangat banyak membantu dalam
jarang
proses persidangan pengadilan,
seperti
terutama apabila dalam perkara
dihindarkan.
tersebut hanya di jumpai alat-
dasar-dasar yang dikemukakan
alat bukti yang amat minim
diatas
(bewijs
minimum).
penyidikan dari segi
tersebut,
terjadi
itu
sehingga
memang
Jelas
telah
hal
harus
dengan
memberikan
Proses
motifasi dan kepada hal-hal
teknis
yang pasti untuk menilik secara
kadang-kadang
di
jelas
Visum
kedudukan
Et
jumpai adanya penyingkapan
Repertum dalam proses perkara
kasus kejahatan yang terhambat
pidana.
dan
belum
diselesaikan
bahkan
mungkin
Repertum Dalam Proses Perkara
mungkin
Pidana Berdasarkan alat bukti
hukum
yang sah seperti disebutkan
diselesaikan menurut
melalui
proses
Et
tuntas,
secara
tidak
Visum
Kedudukan
penuntutan
dalam
Pasal
184
ayat
dengan peradilan oleh karena
KUHAP,
memerlukan ilmu bantu seperti
seumpama tidak ada dokter ahli
ilmu kedokteran forensik,ilmu
kedokteran
kimia
hakim masih dapat meminta
forensik
toksikologi
forensik.
termasuk
dan ilmu
maka
(1)
forensik,
jikalau
maka
fisika
keterangan dokter bukan ahli di
Dalam
dalam sidang, yang sekalipun
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
24
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
bukan sebagai keterangan ahli,
verklaring)
tetapi keterangan dokter bukan
keterangan yang diberikan oleh
ahli itu sendiri dapat dipakai
dokter bukan ahli kedokteran
sebagai alat bukti dan sah
kehakiman disebut keterangan
menurut
sebagai
(verklaring). Dengan demikian,
“keterangan saksi”. Keterangan
seperti yang telah diterangkan
dokter
dimuka,
dalam
penyidikan
dan
hukum
bukan
dalam
ahli
sidang
tersebut
mungkin
sedangkan
tahap
penuntutan,
diperlukan
oleh
hakim,
maka suatu laporan yang dibuat
sehubungan
dengan
dokter
penyidik dan penuntut umum
tersebut yang telah membuat
atas
dan menandatangani visum et
kedokteran kehakiman, dokter
repertum
bukan
dan
yang
terdapat
dilengkapkan
dalam
berkas
keterangan
orang
ahli
kehakiman
kedokteran
atau
orang
perkara ataupun dapat oleh
lainnya dapat berupa :
dokter ahli. Keterangan tersebut
a. Keterangan
diberikan
setelah
ia
dalam
ahli
Ahli
:
ahli
yaitu
suatu
bentuk
mengucapkan sumpah atau janji
“laporan” oleh dokter ahli
dihadapan hakim (Pasal 186
kedokteran kehakiman atau
KUHAP serta penjelasannya)
ahli lainnya susuai Pasal 1
atau
butir 28 KUHAP, tentang
dilakukan
setelah
memberikan keterangan ahli.
sesuatu
Tahapan pemeriksaan tersebut,
pokok soal;
maka
pengertiannya
disimpulkan,
dapat
jikalau
hal
b. Keterangan
dokter
atau
Ahli
ahli
sesuatu
:
oleh
kedokteran
dihubungkan dengan Pasal 133
kehakiman atau dokter antara
KUHAP
lain, dalam bentuk Visum Et
dan
penjelasannya
maka, permintaan keterangan
Repertum;
ahli
c. Keterangan
:
yaitu
kedokteran kehakiman disebut
keterangan
oleh
dokter,
keterangan
bukan
yang
diberikan
ahli
oleh
(deskundige
ahli
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
kedokteran
25
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
kehakiman dilakukan secara
Pemeriksaan oleh dokter ahli
tertulis atau laporan.
atau orang ahli lainnya, yang
Apabila seorang dokter ahli
kemudian
dituangkan
atau ahli lain sampai pada
pendapat
dan
pendapatnya,
yaitu
yang
kesimpulan ahli
menyangkut
perihal
suatu
hakim, adalah sebagai salah
penghargaan dan pengambilan
satu upaya untuk membantu
kesimpulan
hasil
mencari serta mengungkapkan
pemeriksaan atau pengalaman,
fakta-fakta selengkapnya. Bagi
hal
mengenai
pengadilan, bantuan orang ahli
ini
dari
berarti
dalam
pengambilan
itu kepada
“hubungan
sebab
dan
itu bersama-sama alat-alat bukti
akibat”(causal
verbend)
atas
lain nantinya, akan berangkaian
suatu hal atau keadaan dari
dan bersesuaian satu dengan
perkara tersebut. Akan tetapi
yang lain dan bermanfaat bagi
harus
bahwa
terbuktinya pemenuhan unsur-
pendapat tentang penghargaan
unsur tindak pidana itu disertai
dan/pengambilan
keyakinan
dipahami,
kesimpulan
hakim.
oleh orang ahli itu didasarkan
oleh
atas
dan
dinyatakan semua unsure yang
pengetahuannya yang sebaik-
telah terbukti berdasarkan fakta-
baiknya dalam bidang ilmu,
fakta disertai alat-alat bukti
pengalaman dan keahliannya.
yang
Untuk hal tersebut hanya dapat
keterangan
diperoleh dari ilmu kedokteran
hubungannya yang satu dengan
forensik, ilmu kimia forensik,
yang lainnya tersebut, saling
ilmu
ilmu
bersesuaian satu dengan yang
psikiatri atau neurologi forensik
lain, sehingga menurut hukum
dan berbagai disiplin ilmu yang
dinyatakan bahwa terdakwa itu
dimiliki ahli tersebut menurut
secara sah dan meyakinkan,
bidang keahliannya (spesialis
telah
ahli lainnya).
melakukan tindak pidana yang
pengalaman
fisika
forensik,
majelis
Sehingga
hakim
cukup,
ahli,
terbukti
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
dapat
termasuk
dalam
bersalah
26
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
didakwakan kepadanya tersebut
tindak
dalam surat dakwaan penuntut
penganiayaan,
umum.
kesusilaan dan tindak pidana
Oleh karena penuntut umum
berusaha
membuktikan
kesalahan
terdakwa
persidangan
berarti
di
beban
pidana
pembunuhan,
tindak
pidana
kealpaan dan lain-lain. Kondisi
sekarang yang semakin modern,
kebutuhan
dari
orang
semakin
ahli
diperlukan
pembuktian bagi perkara pidana
kehadirannya
ada
tindak pidana penyelundupan,
pada
penuntut
umum,
seperti
dalam usaha mencari kebenaran
kejahatan
materiil
komponen canggih, kejahatan
dan
hakim
tetap
komputer
dalam
dan
dibatasi pada alat-alat bukti
perbankan,
yang diajukan olehnya dan
korporasi,tindak pidana tentang
seumpama
umum
hak atas kekayaan intelektual
tidak bersedia menambah alat
(HAKI), tindak pidana uang
bukti yang hanya minimum,
palsu dan surat berharga, tindak
maka
dapat
pidana
narkotika
bukti
obatan
berbahaya
penuntut
hakim
mencari
tidak
sendiri
alat
kejahatan
dan
obat-
(narkoba)
tambahan, sedangkan terdakwa
tindak pidana lingkungan hidup
mungkin.
dan lain-lain yang salah satu hal
Apabila di tinjau dari hukum
berkaitan dengan perkembangan
acara pidana, maka peranan alat
ilmu pengetahuan dan teknologi
bukti di perlukan dalam setiap
industri
tahap proses pemeriksaan, hal
komunikasi,
itu
sebagainya.
tergantung
pada
perlu
perdagangan,
informasi
dan
dilibatkan
Harus dipahami bahwa alat
tugas-tugas
bukti sangat diperlukan dalam
baik dari penyidikan, jaksa
setiap tahap pemeriksaan baik
maupun hakim terhadap suatu
dari
perkara pidana seperti yang
penuntutan
tidaknya
guna
mereka
membantu
tingkat
penyidikan,
maupun
tahap
banyak terjadi dalam perkara
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
27
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
pemeriksaan
di
sidang
tidak
menjatuhkan
pengadilan.
pidana
kepada
seorang kecuali apabila dengan
pidana
kepada
sekurang-kurangnya dua alat
terdakwa
harus
hakim
menjatuhkan
seorang
boleh
dalam
2. Mengapa
memiliki
“hakim
sekurang-kurangnya
yang sah ia peroleh
keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan
dua alat bukti yang sah.
Dalam
bukti
Berita
Acara
bahwa
terdakwalah
yang
Pemeriksaan (BAP) penyidik,
bersalah
jika terdakwa di situ mengaku,
Penjelasan Pasal 18 KUHP
maka BAP penyidik adalah
Ketentuan tersebut adalah untuk
merupakan surat, yang dapat
menjamin tegaknya kebenaran,
dipergunakan
untuk
dan
bukti:
seseorang.
memperoleh
alat
melakukannya.
kepastian
hukum
bagi
“petunjuk” . Hal tersebut di atas
sesuai
atas
praduga
tidak
bersalah menurut asas Hukum
Acara
Pidana,
yaitu
bahwa
seorang terdakwa pada asasnya
harus dianggap tidak bersalah,
sebelum
kesalahan
tersebut
dinyatakan terbukti oleh suatu
putusan hakim serta telah
Mempunyai kekuatan hukum
tetap.
KUHAP
menentukan
dalam Pasal 66 bahwa tersangka
atau terdakwa tidak dibebani
kewajiban
pembuktian.
Bilamana seorang boleh dijatuhi
pidana oleh pengadilan. Pasal
183 KUHAP menentukan :
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Peranan
Alat
bukti
dalam
menangani kejahatan Tindak
Pidana Terhadap Tubuh dan
Nyawa Manusia yaitu penting
sekali
terutama
terutama
peranan seorang dokter untuk
membuat
(visum
keterangan
et
tertulis
repertum)
memberikan
keterangan
persidangan
sebagai
dan
di
ahli.
Seperti yang tertuang di dalam
Pasal
184
(1)
KUHAP
menjelaskan tentang apa yang
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
28
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
suatu
tindak pidana telah dilakukan
pembuktian perkara pidana di
dan apakah orang yang di
Indonesia diantaranya perlunya
dakwakan
minimal dua alat bukti yang sah
persalahkan”.
diharuskan
di
dalam
yang memperoleh keyakinan
itu
2. Mengapa
dapat
hakim
hakim bahwa telah terjadinya
menjatuhkan
suatu
di
dalam
pidana
kepada
seorang
terdakwa
harus
terdakwalah pelakunya, hal ini
memiliki
sekurang-kurangnya
sangat penting karena menjadi
dua alat bukti yang sah karena
patokan
telah diatur dalam Pasal 183
tindak
pidana
dalam
dan
proses
Indonesia,
KUHAP
gunanya adalah tidak lain dari
“Hakim
untuk mencari suatu kebenaran
menjatuhkan
materil. Hal ini sejalan dengan
seseorang
tujuan hukum acara pidana yang
dengan sekurang-kurangnya ada
antara lain yaitu untuk mencari
dua alat bukti yang sah, ia
dan mendapatkan atau setidak-
memperoleh keyakinan bahwa
tidaknya mendekati kebenaran
suatu tindak pidana telah terjadi
materil, ialah kebenaran yang
dan bahwa terdakwalah yang
selengkap-lengkapnya
bersalah
pembuktian
di
dari
yang
berbunyi
tidak
:
boleh
Pidana
kecuali
kepada
apabila
melakukannya”.
suatu perkara pidana dengan
Ketentuan di atas adalah untuk
menerapkan ketentuan hukum
menjamin tegaknya kebenaran,
acara pidana secara jujur dan
keadilan, kepastian hukum.
tepat
dengan
tujuan
untuk
mencari siapakah pelaku yang
SARAN
1. Bahwa
suatu
pembuktian
dapat di dakwakan melakukan
haruslah
suatu pelangaran hukum, dan
lengkap, jika keyakinan hakim
selanjutnya
didasarkan atas alat-alat bukti
meminta
dianggap
tidak
pemeriksaan dan putusan dari
yang
pengadilan guna menemukan
Umpamanya dengan keterangan
apakah terbukti bahwa suatu
dari seorang saksi saja ataupun
tidak
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
mencukupi.
29
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
karena
keyakinan
tentang
sesuai
dengan
tindak pidana itu sendiri tidak
yang
di
ada. Maka haruslah ketentuan
undang.
yang menjadi keharusan di
2. Pembuktian
syarat-syarat
tentukan
harus
undang-
dilakukan
dalam Pasal 183 dan Pasal 184
menurut alat-alat bukti yang sah
(1) KUHAP tersebut terpenuhi
dan menurut undang-undang,
keduanya. Hakim tidak boleh
serta keyakinan hakim yang
memperoleh keyakinan tersebut
juga
dari
aturan
macam-macam
yang
diketahui
keadaan
dari
luar
harus
didasarkan
yang
sah
atas
menurut
undang-undang. Dengan suatu
persidangan. Tetapi haruslah
alat bukti
memperoleh dari bukti yaitu
dengan keterangan dari seorang
dari alat-alat bukti yang sah dan
saksi, tidaklah diperoleh bukti
adanya
yang sah, akan tetapi haruslah
tambahan
dari
saja umpamanya
keterangan barang bukti yang
dengan
keterangan
beberapa
terdapat di dalam persidangan,
alat bukti lain yang sah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andi Hamzah, Asas Asas Hukum Pidana Edisi Revisi 2008, PT Rineka
Cipta, Jakarta 2008;
2. ----------------, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
2000;
3. Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2004;
4.
5. Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta,2008;
6. Otje Salman S., Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka
Kembali. Bandung, Refilika Aditama 2007;
7. P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung 1997;
8. Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Universitas
Muhammadiyah Malang 2004;
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
30
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
15
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS PERANAN ALAT BUKTI DALAM MENANGANI
KEJAHATAN TERHADAP TUBUH DAN NYAWA MANUSIA
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)
Oleh : Riky Pribadi, SH., MH.
Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Majalengka
Pada Tanggal 14 April 2015 di temukan mayat pria tanpa identitas
ditemukan ditengah sawah pria itu tewas dengan leher tergorok. Selain itu, di
bagian matanya terdapat luka tusukan benda tajam. Saat ditemukan, korban
mengenakan celana jeans warna biru dan kaus oblong warna hijau. Usianya
diperkirakan 25 tahun. Korban diduga meninggal 20 jam lalu sebelum ditemukan
warga Blok Kalujuran Desa Cieurih Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka
Jawa Barat dan tanggal 9 November 2015 sekitar pukul 06.00 WIB di lahan
kosong berumput samping Komplek Jatiwangi Square Desa Sutawangi
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Ada laporan temuan mayat dalam
kondisi terlentang dan leher tergorok.Namun dengan demikian, mayat korban
sudah teridentifikasi dari bagian tubuh dan ciri-ciri lain dari korban, sebelum
adanya pengakuan dari pelaku yang berhasil ditangkap polisi beberapa hari
kemudian. Kejahatan pembunuhan yang telah dilakukan oleh para pelaku
akhirnya terbongkar oleh penyidik dari tim Jatantras Polres Majalengka. Motif
pembunuhan yang dilakukan oleh Jaenal Abidin, Ahmad Juhdi dan Ade Ruhyat
karena menginginkan sepeda motor korban. Sehingga pelaku membunuh korban
dan mencuri sepeda motor korban. Berdasarkan uraian tersebut apa peranan alat
bukti dalam menangani kejahatan tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa
manusia dan mengapa hakim dalam menjatuhkan pidana kepada seorang
terdakwa harus memiliki sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
Metode penelitian yang penulis digunakan dalam penelitian ini ialah
kajian pendekatan yuridis normatif yang di antaranya adalah inventarisasi
Hukum Positif, menemukan Asas Hukum, menemukan Hukum in concreto, Filsafat
Hukum, Perbandingan Hukum dan Sejarah Hukum. Data penelitian pada
dasarnya berasal dari studi kepustakaan maupun dari hasil observasi, tanpa
menggunakan statistik yang diperoleh berdasarkan pada peraturan perundangundangan dan pasal-pasal yang berhubungan dengan tinjauan yuridis peranan
alat bukti dalam menangani kejahatan terhadap tubuh dan nyawa manusia.
Hasil penelitian mewawancarai bapak Nendi Rusnendi, S.H. sebagai Hakim
Pengadilan Negeri Majalengka, mewawancarai bapak Indra Aditya,S.H. dan
bapak Agus Yuliana Indra Santoso,S.H. sebagai Jaksa Penuntut Umum
Pengadilan Negeri Majalengka, mewawancarai mewawancarai Bapak Dr.
Mohmmad Rahmat,S.H.,M.H. sebagai ahli hukum. Diperlukannya salah satu alat
bukti yaitu seorang dokter untuk membuat keterangan tertulis (visum et repertum)
dan memberikan keterangan di persidangan sebagai ahli. Seperti yang tertuang
di dalam Pasal 183 dan Pasal 184 (1) KUHAP. Karena Hakim tidak boleh
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
14
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
menjatuhkan Pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya ada dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Kata Kunci : Peranan Alat Bukti, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa
Manusia
PENDAHULUAN
Namun dengan demikian,
mayat korban sudah teridentifikasi
Latar Belakang Penelitian
dari bagian tubuh dan ciri-ciri lain
Pada Tanggal 14 April
dari
korban,
sebelum
adanya
2015 di temukan mayat pria tanpa
pengakuan
identitas
berhasil ditangkap polisi beberapa
ditemukan
ditengah
dari
pelaku
yang
sawah pria itu tewas dengan leher
hari
tergorok. Selain itu, di bagian
pembunuhan yang telah dilakukan
matanya
oleh
benda
terdapat
tajam.
luka tusukan
Saat
kemudian.
para
Kejahatan
pelaku
akhirnya
ditemukan,
terbongkar oleh penyidik dari tim
korban mengenakan celana jeans
Jatantras Polres Majalengka. Motif
warna biru dan kaus oblong warna
pembunuhan yang dilakukan oleh
hijau. Usianya diperkirakan 25
Jaenal Abidin, Ahmad Juhdi dan
tahun. Korban diduga meninggal 20
Ade Ruhyat karena menginginkan
jam lalu sebelum ditemukan warga
sepeda motor korban. Sehingga
Blok
pelaku
Kalujuran
Kecamatan
Desa
Maja
Cieurih
Kabupaten
membunuh
korban
dan
mencuri sepeda motor korban.
Majalengka Jawa Barat dan tanggal
9 November 2015 sekitar pukul
06.00
WIB
berumput
di
lahan
samping
kosong
Komplek
Rumusan Masalah Penelitian
1. Apa peranan alat bukti dalam
menangani
kejahatan
Jatiwangi Square Desa Sutawangi
pidana
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten
nyawa manusia ?
Majalengka. Ada laporan temuan
terhadap
2. Mengapa
tubuh
hakim
mayat dalam kondisi terlentang dan
menjatuhkan
leher tergorok.
seorang
tindak
dan
dalam
pidana
kepada
terdakwa
harus
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
15
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
memiliki
sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ?
bagi para mahasiswa Fakultas
Hukum
Tujuan Penelitian
Universitas
Majalengka.
a. Untuk
menguji
dan
b. Secara
praktis,
diharapkan
menganalisis peranan alat bukti
dapat memberikan sumbangan
dalam
pemikiran baik
menangani
kejahatan
bagi
aparat
tindak pidana terhadap tubuh
penegak hukum seperti Polisi,
dan nyawa manusia.
Jaksa,
b. Untuk
menguji
dan
Hakim,
Hukum
menganalisis
hakim
dalam
masyarakat
menjatuhkan
pidana
kepada
umumnya.
terdakwa
harus
seorang
memiliki
sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah.
Penelitian ini diharapkan
memberikan
pemikiran
baik
sumbangan
secara
teoritis
maupun secara praktis, sebagai
berikut :
a. Secara
teoritis,
penelitian
berguna
ini
bagi
hukum
dengan
diharapkan
perkembangan
pidana
khususnya
materiil
menyangkut
ketentuan Pasal 365, 338, 339,
340 KUHP dan Pasal 183, 184,
185,
186,
KUHAP
187,
serta
maupun
bagi
luas
pada
penelitian
saya
Kerangka Pemikiran
Bahwa
berdasarkan pancasila sila keempat
Kegunaan Penelitian
dapat
Penasehat
188,
189
yang berdasarkan kerakyatan yang
dipimpin
oleh
kebijaksanaan
hikmat
dalam
permusyawaratan / perwakilan.
Selain tercantum
dalam
Pancasila, dalam Pasal 27 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945 merupakan dasar
hukum dari suatu tindak pidana
kejahatan terhadap nyawa.
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945
yaitu : 1
memberikan
sumbangan Ilmu Pengetahuan
1
UUD 1945 dan Amandemennya,
Bandung, FOKUSMEDIA, 2007,
hlm.18
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
15
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
“ Segala warga Negara bersamaan
1945
dan
dengan
kedudukanya di dalam hukum dan
memperoleh
pemerintahan dan wajib menjungjung
konstitusional.
hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”.
Dalam
Indonesia,
merupakan
sistem
suatu
tindak
hukum
perbuatan
pidana
atau
perilaku melanggar hukum pidana
hanyalah apabila suatu ketentuan
pidana yang telah ada menentukan
bahwa perbuatan itu merupakan
tindak pidana. Hal ini berkenaan
dengan berlakunya asas legalitas
sebagaimana
ditentukan
dalam
Pasal 1 ayat (1) KUHP.
Pasal 1 ayat (1) KUHP tersebut,
Semangat Pasal 1 ayat (1)
KUHP tersebut telah ditegaskan
oleh Pasal 28-I ayat (1) UndangUndang Dasar Republik Indonesia
2
Moeljatno, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2007,
hlm. 3.
jaminan
Lengkapnya bunyi Pasal
28-I
ayat
(1)
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945
adalah sebagai berikut : 3
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun”.
Undang-Undang No. 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman, asas
legalitas itu dapat dijumpai pula
sebagaimana tertulis
pada Pasal 6 ayat (1)
isinya yaitu : 2
“Tidak suatu perbuatan dapat
dipidana
kecuali
berdasarkan
aturan pidana dalam perundangundangan yang sebelum perbuatan
itu dilakukan telah ada. Ketentuan
Pasal 1 ayat (1) KUHP tersebut
memberikan
jaminan
bahwa
seseorang tidak dapat dituntut
berdasarkan ketentuan undangundang secara berlaku surut”.
demikian
undang-undang tersebut.
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang
No. 4 Tahun 2004 lengkapnya
berisi sebagai berikut :4
“Tidak seorang pun dapat dihadapkan
di depan pengadilan selain daripada
yang
ditentukan
oleh
undang-
undang.”
Menurut
beberapa
ahli
hukum pidana, biasanya kejahatan
3
Sutan Remy Sjahdeini,
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, 2007,
Jakarta, Grafiti Pers, Cetakan kedua, hlm. 26.
4
Sri Mulanto dkk. Kumpulan
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana.
Yogyakarta, ANDI OFFSET, 2005, hlm 230.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
16
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
ini terjadi tergantung pada keadaan
kejahatan
psikis si pelaku, dimana si pelaku
hukuman mati layaknya apa yang
cenderung mengalami gangguan
diatur dalam :
kejiwaan, pada pendapat lain ahli
Muljatno, Pasal 340 KUHP berisi : 5
berpendapat bahwa kejahatan ini
“Barangsiapa sengaja dan dengan
rencana lebih dahulu merampas
nyawa orang lain, di ancam, karena
pembunuhan dengan rencana ( moord
), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun”.
Aparat penegak hukum diharapkan
dapat berkerja dengan baik dan secepat
mungkin dalam menangani kejahatan
pembunuhan. Mengingat bahwa
pengaturan dan batasan pengertian
tentang
merupakan kejahatan susulan dari
sebuah
kejahatan
pembunuhan
dengan maksud untuk menutupi
kejahatan pembunuhan tersebut.
Namun, terlepas dari hal
tersebut di atas, pembunuhan kerap
sekali terjadi dilakukan oleh orangorang yang memang mengalami
depresi dan gangguan kejiwaan.
ini
dijerat
kejahatan
Dalam kurun waktu 1 tahun. Pada
dengan
ini
tahun 2015, telah terjadi 3 (tiga)
dijelaskan
kasus pembunuhan di Kabupaten
tegas
Majalengka. Sedangkan pada bulan
Hukum Pidana di Indonesia.
Januari
Tahun
2016
secara
tidak
didalam
dan
Undang-undang
Dahulu
perhatian
spesifik
dalam
sistem
publik juga sangat ramai atas kasus
penghukuman
tidak
kematian Wayan Mirna Salihin
pengurangan
demikian
disebut
karena keracunan senyawa sianida
kumulasi
(cumulatie)
artinya
yang terkandung dalam segelas es
pengumpulan
kopi Vietnam yang diminumnya
pelanggaran pidana. Pasal 65 dan
saat bertemua dua rekannya yaitu
66 KUHP disebut menganut sistem
Jessica Kumala Wongso dan Hani
kumulasi dan Pasal 70 KUHP
di
disebut menganut sistem absorsi
Restoran
Olivier,
Grand
Indonesia Shopping Town, Jakarta.
yang
Apapun
dengan
alasannya
yang
dikembangkan mengenai kejahatan
pembunuhan, seharusnya pelaku
hukuman
dipertajam
pelangaran
“kumulasi
5
dilakukan
murni”.
setiap
pelangaran
disebut
Dalam
hal
Moeljatno, op. cit. hlm. 123.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
17
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
pembunuhan
dan
penganiayaan
sanksi hukum yang diberikan pada
Concursus
Realis
diterapkan
sistem kumulasi diperlunak atau
Absorsi
dipertajam.
Sebagai
contoh dari Absorsi dipertajam
dalam Concursus Realis yaitu :
Pembunuhan
sanksi
Pasal 338 KUHP,
hukumannya
15
tahun
penjara. Penganiayaan Pasal 351
KUHP, sanksi hukumannya 7 tahun
penjara. Dalam hal ini yang dapat
dijatuhkan ialah 15 tahun + [ 1/3 ×
15 tahun ] = 20 tahun. Jadi di sini
berlaku
sistem
dipertajam.
Realis
Untuk
berupa
diancam
absorsi
pidana
yang
Concursus
pidana yang terberat ditambah
sepertiga;
(2) Denda dalam hal itu dihitung
menurut lamanya maksimum
kurungan
pengganti
yang
ditentukan untuk perbuatan itu.
Salah
satu
asas
umum
peradilan adalah yang disebut asas
praduga
tak
dirumuskan
bersalah
pada
yang
penjelasan
KUHAP sebagai berikut :7
“Setiap orang yang
disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan
dimuka
sidang
pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan
pengadilan
yang
menyatakan
kesalahannya
dan
memperoleh
kekuatan hukum tetap”.
Si tersangka/si terdakwa
kejahatan
yang
dianggap tidak bersalah sampai
pokok
tidak
adanya putusan yang berkekutan
sejenis.
hukum tetap yang menyatakan
Muljatno, Pasal 66 KUHP, berisi :
kesalahannya.
6
tersangka/terdakwa
(1) Dalam
hal
perbarengan
beberapa
perbuatan
yang
masing-masing harus dipandang
sebagai perbuatan yang berdiri
sendiri-sendiri,
sehingga
merupakan beberapa kejahatan,
yang diancam dengan pidana
pokok yang tidak sejenis, maka
dijatuhkan pidana atas tiap-tiap
kejahatan, tetapi jumlahnya
tidak
melebihi
maksimum
Moeljatno, Kitab Undangundang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta,
2007. hlm 28
berdasarkan
pendapat pengadilan sebagaimana
diatur oleh Pasal 193 ayat (1)
KUHAP yang berbunyi sebagai
berikut :8
Jika pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak
pidana yang didakwakan kepadanya,
7
6
Kesalahan
Leden
Marpaung,
Proses
Penanganan Perkara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta,2008, hlm 23.
8
Leden Marpaung, Ibid, hlm 23.
18
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
maka
pengadilan
Perkara yang dilimpahkan
menjatuhkan
ke Pengadilan Negeri adalah yang
pidana.
Pendapat pengadilan yang
menurut pendapat Penuntut Umum
tercantum dalam Pasal 193 ayat (1)
memenuhi syarat. Hal ini berarti
KUHAP, berdasarkan Pasal 183
menurut pendapat Penuntut Umum
KUHAP yang berbunyi sebagai
perbuatan/delik yang didakwakan
berikut :9
kepada terdakwa telah didukung
Hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seorang kecuali bila
dengan sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah
yang
bersalah
melakukannya.
Sekurang-kurangnya dua
oleh alat bukti yang cukup.
Hal ini diatur oleh Pasal
184
ayat
yang
(1) Alat bukti yang sah
ialah :
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
berdasarkan pemeriksaan di sidang
c. Surat;
pengadilan, sedang pemeriksaan di
d. Petunjuk;
persidangan didasarkan atas surat
yang
KUHAP
berbunyi sebagai berikut :11
alat bukti yang sah diperoleh
dakwaan
(1)
e. Keterangan terdakwa.
dirumuskan
Penuntut Umum yang dilimpahkan
ke
Pengadilan.
Hal
di
atas
berdasarkan Pasal 143 KUHAP
yang berbunyi :10
Penuntut
Umum
melimpahkan perkara ke
Pengadilan Negeri dengan
permintaan
agar
segera
mengadili perkara tersebut
disertai
dengan
surat
dakwaan.
METODE PENELITIAN
Dalam
penulisan
penulis
penelitian
menggunakan
ini
metode
sebagai berikut :
Spesifikasi Penelitian.
Spesifikasi Penelitian ini
adalah deskriftif-analitis yaitu
suatu
penelitian
menggambarkan
yang
terhadap
9
Leden Marpaung, Ibid, hlm 23.
10
Leden Marpaung, Ibid, hlm 24.
11
Leden Marpaung, Ibid, hlm 28.
19
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
peraturan perundang-undangan
yang berlaku dikaitkan dengan
teori hukum dalam praktek
sehubungan
dengan
permasalahan
hukum
yang
diteliti dalam penelitian ini
seperti
tertuang
dalam
identifikasi masalah.
Penelitian ini akan dilakukan
dengan
melalui
penelitian
tahap
tahap-tahap
kepustakaan
penelitian
dan
lapangan.
Tahap penelitian kepustakaan
dilakukan dengan menggunakan
data sekunder yang didapat dari
Metode Pendekatan
:
Metode pendekatan yang akan
penulis
Tahapan Penelitian
gunakan
1.
Data Kepustakaan :
dalam
Bahan hukum primer, yaitu
penelitian ini pada dasarnya
antara lain: UUD 1945,
adalah metode yuridis normatif
Pasal 338, 339, 340 Kitab
deskriptif
Undang-Undang
analitis,
pemecahan
yaitu
masalah
berdasarkan
fakta
yang
Hukum
Pidana ( KUHP ), Kitab
Undang-undang
Hukum
diperoleh dan dianalisa dengan
Acara Pidana dan Kumpulan
hukum positif Indonesa. Data
Undang-Undang
yang
diperoleh
berdasarkan
Peradilan Pidana;
pada
peraturan
perundang-
undangan dan meneliti teori
hukum
yang
berhubungan
dengan
peranan
dalam
menagani
2. Data Lapangan :
a. Bahan hukum sekunder,
antara lain hasil-hasil
bukti
penelitian, serta hasil
kejahatan
karya kalangan hukum
tindak pidana terhadap tubuh
yang berkaitan dengan
dan nyawa manusia dikaitkan
masalah tersebut dan;
dengan
Indonesia.
hukum
alat
Sistem
positif
b. Bahan hukum tersier,
seperti
kamus
literatur
menunjang
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
dan
yang
dalam
20
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
yang
Digunakannya yuridis kualitatif
dengan
karena penelitian ini bertitik
pembahasan
berkaitan
tolak dari peraturan-peraturan
masalah.
yang ada sebagai norma hukum
B. Teknik Pengumpulan data
Teknik
pengumpulan
data
positif terhadap permasalahan
diusahakan mengumpulkan data
yang
sebanyak
kejahatan
mungkin
yang
berkaitan
dengan
tindak
pidana
berhubungan dengan masalah
terhadap
tubuh
dan
nyawa
yang menjadi bahan penelitian
manusia
dan
dengan menggunakan cara studi
metode
kualitatif
kepustakaan,
wawancara
analisis data pada dasarnya
berdasarkan kasus dan tabel
berasal dari studi kepustakaan
dengan pihak-pihak terkait dan
maupun dari hasil observasi,
observasi.
tanpa menggunakan statistik.
digunakannya
karena
E. Lokasi Penelitian
C. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang
Dalam penulisan ini, penelitian
digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dibeberapa tempat
berupa catatan lapangan tentang
diantaranya
beberapa peristiwa yang terkait
berikut :
dengan penelitian yang penulis
1.
lakukan
melalui
observasi.
Universitas Majalengka,
Jalan K.H. Abdul Halim
lapangan
tersebut
penulis
himpun
secara
No.
dalam
penulisan hasil penelitian.
data
Majalengka
2.
Instansi
a. Kepolisian
Daerah
Kabupaten Majalengka,
D. Analisis Data
Analisis
103
(UNMA);
sistematis sebagai bahan yang
mendukung
Perpustakaan
dari
catatan
akan
sebagai
a. Perpustakaan
kegiatan
Selanjutnya
adalah
yang
penulis
Jalan K.H. Abdul Halim
gunakan dalam penelitian ini
No.
adalah
Majalengka;
yuridis
kualitatif.
518
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
Kabupaten
21
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
b. Pengadilan
Negeri
Pasal 184 ayat (1) KUHAP,
Kabupaten Majalengka,
maka asas atau sistem hukum
Jalan K.H. Abdul Halim
pembuktian dalam acara pidana
No
kita, adalah seperti yang telah
499
Kabupaten
Majalengka; dan
c. Kejaksaan
dirumuskan dalam Pasal 183
Negeri
Majalengka,
Jalan
KUHAP,
tersebut
dimana
ketentuan
dimaksudkan
untuk
Ahmad Yani No. 5A
menjamin tegaknya kebenaran,
Kabupaten Majalengka.
keadilan dan kepastian hukum
Lokasi penelitian diatas
bagi
seseorang.
Di
dalam
dipilih dengan alasan bahwa
pemeriksaan
instansi dan lokasi tersebut
pengadilan, maka bagi hakim
memiliki hubungan yang sangat
kedudukan dan peranan orang
dekat dengan materi penelitian
ahli amat penting. Setiap orang
yang dilakukan oleh penulis.
yang
pendapatnya
ahli
kedokteran
lainnya,wajib
memberikan
Semua ketentuan tersebut di
Pembahasan
Alat
kehakiman atau dokter atau ahli
keterangan ahli demi keadilan.
PEMBAHASAN
1. Peranan
sidang
diminta
sebagai
HASIL PENELITIAN DAN
di
atas untuk saksi, berlaku juga
Bukti
Dalam
bagi mereka yang memberikan
Menangani Kejahatan Tindak
keterangan
ahli,
dengan
Pidana Terhadap Tubuh Dan
ketentuan,
bagi
mereka
Nyawa Manusia
mengucapkan sumpah atau janji
Dari hasil penelitian yang
akan memberikan keterangan
telah dilakukan bahwa peranan
yang sebaik-baikanya dan yang
alat bukti dalam hubungannya
sebenar-benarnya
dengan
pengetahuan
aturan
pembuktian
dalam
menurut
bidang
dalam Hukum Acara Pidana
keahliannya. Pemeriksaan oleh
sebagai alat bukti sah menurut
majelis hakim di persidangan,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
22
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
suatu berkas perkara pidana,
berkecimpung
apakah ada atau tidak ada Visum
kedokteran
Et repertum, maka perkara yang
lembaga
ilmu
bersangkutan
lainnya
seperti
tetap
harus
kriminalistik,
diperiksa dan diputus.
Visum
dalam
ilmu
forensik
atau
pengetahuan
misalnya
ilmu
kimia
Et
forensik, ilmu alam forensik
Repertum dalam berkas perkara
dan kedokteran forensik yang
terdakwa yang diperiksa oleh
ada seperti psikologi forensik,
hakim,
kepada
psikiatri forensik dan di tambah
penuntut umum yang sejak
dengan laboratorium fotografi,
mulai
akan tetapi juga ini tersesat bagi
Kelengkapan
diserahkan
diserahkan
kepadanya
berkas perkara “Pro Yustisia”
ahli-ahli
hukum.
Ilmu-ilmu
tersebut oleh penyidik penuntut
forensik
tersebut
itu
umum memang berusaha untuk
dikatakan atau diartikan sebagai
membuktikannya dalam sidang,
ilmu yang digunakan untuk
agar
yakin
mencari atau menghimpun dan
perihal terbuktinya kesalahan
menyusun serta menilai fakta-
terdakwa itu. Bagi beberapa
fakta yang berhubungan dengan
kasus perkara yang diperiksa
suatu perbuatan pidana dimana
dipersidangan, majelis hakim
selanjutnya dapat dipasrahkan
sendiri
bagi
majelis
tidak
hakim
mutlak
harus
pengadilan
mendasarkan dari pada visum et
kepentingan
repertum,
pembuktian
seperti
dijelaskan
dimuka. Kekuatan bukti dari
visum et repertum diserahkan
saja pada penilaian
majelis
hakim seperti telah dijelaskan.
Bahwa
fenomena
yang
dapat
dalam
melengkapi
dalam
lapangan
hukum acara pidana.
Ilmu-ilmu forensik meliputi
semua ilmu pengetahuan yang
mempunyai
kaitan
dengan
masalah kejahatan atau dapat
berkaitan dengan Visum Et
dikatakan
Repertum tidak saja menarik
peranannya dalam penyelesaian
perhatian
kasus kejahatan, maka ilmu-
para
ahli
yang
bahwa
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
dari
segi
23
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
ilmu
forensik
memegang
praktek,kemungkinan
peranan penting. Dilihat dari
kalanya
segi
terhadap
peranannya
dalam
dijumpai
kekeliruan
orangnya
tangkap),yaitu
penyelesaian
Peranan hasil pemeriksaan
ada
(salah
kekeliruan
terhadap di pelaku kejahatan
berupa Visum Et Repertum yang
(error),
sehingga
membawa
dibuat
pada
kesalahan
dokter
ahli
akibat
kehakiman
atau
penahanan
oleh
kedokteran
psikiatri
kehakiman
banyak
perkara
serta
kesalahan
dalam
penerapan hukum dalam utusan
kejahatan
pengadilan walaupun hal itu
sangat banyak membantu dalam
jarang
proses persidangan pengadilan,
seperti
terutama apabila dalam perkara
dihindarkan.
tersebut hanya di jumpai alat-
dasar-dasar yang dikemukakan
alat bukti yang amat minim
diatas
(bewijs
minimum).
penyidikan dari segi
tersebut,
terjadi
itu
sehingga
memang
Jelas
telah
hal
harus
dengan
memberikan
Proses
motifasi dan kepada hal-hal
teknis
yang pasti untuk menilik secara
kadang-kadang
di
jelas
Visum
kedudukan
Et
jumpai adanya penyingkapan
Repertum dalam proses perkara
kasus kejahatan yang terhambat
pidana.
dan
belum
diselesaikan
bahkan
mungkin
Repertum Dalam Proses Perkara
mungkin
Pidana Berdasarkan alat bukti
hukum
yang sah seperti disebutkan
diselesaikan menurut
melalui
proses
Et
tuntas,
secara
tidak
Visum
Kedudukan
penuntutan
dalam
Pasal
184
ayat
dengan peradilan oleh karena
KUHAP,
memerlukan ilmu bantu seperti
seumpama tidak ada dokter ahli
ilmu kedokteran forensik,ilmu
kedokteran
kimia
hakim masih dapat meminta
forensik
toksikologi
forensik.
termasuk
dan ilmu
maka
(1)
forensik,
jikalau
maka
fisika
keterangan dokter bukan ahli di
Dalam
dalam sidang, yang sekalipun
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
24
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
bukan sebagai keterangan ahli,
verklaring)
tetapi keterangan dokter bukan
keterangan yang diberikan oleh
ahli itu sendiri dapat dipakai
dokter bukan ahli kedokteran
sebagai alat bukti dan sah
kehakiman disebut keterangan
menurut
sebagai
(verklaring). Dengan demikian,
“keterangan saksi”. Keterangan
seperti yang telah diterangkan
dokter
dimuka,
dalam
penyidikan
dan
hukum
bukan
dalam
ahli
sidang
tersebut
mungkin
sedangkan
tahap
penuntutan,
diperlukan
oleh
hakim,
maka suatu laporan yang dibuat
sehubungan
dengan
dokter
penyidik dan penuntut umum
tersebut yang telah membuat
atas
dan menandatangani visum et
kedokteran kehakiman, dokter
repertum
bukan
dan
yang
terdapat
dilengkapkan
dalam
berkas
keterangan
orang
ahli
kehakiman
kedokteran
atau
orang
perkara ataupun dapat oleh
lainnya dapat berupa :
dokter ahli. Keterangan tersebut
a. Keterangan
diberikan
setelah
ia
dalam
ahli
Ahli
:
ahli
yaitu
suatu
bentuk
mengucapkan sumpah atau janji
“laporan” oleh dokter ahli
dihadapan hakim (Pasal 186
kedokteran kehakiman atau
KUHAP serta penjelasannya)
ahli lainnya susuai Pasal 1
atau
butir 28 KUHAP, tentang
dilakukan
setelah
memberikan keterangan ahli.
sesuatu
Tahapan pemeriksaan tersebut,
pokok soal;
maka
pengertiannya
disimpulkan,
dapat
jikalau
hal
b. Keterangan
dokter
atau
Ahli
ahli
sesuatu
:
oleh
kedokteran
dihubungkan dengan Pasal 133
kehakiman atau dokter antara
KUHAP
lain, dalam bentuk Visum Et
dan
penjelasannya
maka, permintaan keterangan
Repertum;
ahli
c. Keterangan
:
yaitu
kedokteran kehakiman disebut
keterangan
oleh
dokter,
keterangan
bukan
yang
diberikan
ahli
oleh
(deskundige
ahli
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
kedokteran
25
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
kehakiman dilakukan secara
Pemeriksaan oleh dokter ahli
tertulis atau laporan.
atau orang ahli lainnya, yang
Apabila seorang dokter ahli
kemudian
dituangkan
atau ahli lain sampai pada
pendapat
dan
pendapatnya,
yaitu
yang
kesimpulan ahli
menyangkut
perihal
suatu
hakim, adalah sebagai salah
penghargaan dan pengambilan
satu upaya untuk membantu
kesimpulan
hasil
mencari serta mengungkapkan
pemeriksaan atau pengalaman,
fakta-fakta selengkapnya. Bagi
hal
mengenai
pengadilan, bantuan orang ahli
ini
dari
berarti
dalam
pengambilan
itu kepada
“hubungan
sebab
dan
itu bersama-sama alat-alat bukti
akibat”(causal
verbend)
atas
lain nantinya, akan berangkaian
suatu hal atau keadaan dari
dan bersesuaian satu dengan
perkara tersebut. Akan tetapi
yang lain dan bermanfaat bagi
harus
bahwa
terbuktinya pemenuhan unsur-
pendapat tentang penghargaan
unsur tindak pidana itu disertai
dan/pengambilan
keyakinan
dipahami,
kesimpulan
hakim.
oleh orang ahli itu didasarkan
oleh
atas
dan
dinyatakan semua unsure yang
pengetahuannya yang sebaik-
telah terbukti berdasarkan fakta-
baiknya dalam bidang ilmu,
fakta disertai alat-alat bukti
pengalaman dan keahliannya.
yang
Untuk hal tersebut hanya dapat
keterangan
diperoleh dari ilmu kedokteran
hubungannya yang satu dengan
forensik, ilmu kimia forensik,
yang lainnya tersebut, saling
ilmu
ilmu
bersesuaian satu dengan yang
psikiatri atau neurologi forensik
lain, sehingga menurut hukum
dan berbagai disiplin ilmu yang
dinyatakan bahwa terdakwa itu
dimiliki ahli tersebut menurut
secara sah dan meyakinkan,
bidang keahliannya (spesialis
telah
ahli lainnya).
melakukan tindak pidana yang
pengalaman
fisika
forensik,
majelis
Sehingga
hakim
cukup,
ahli,
terbukti
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
dapat
termasuk
dalam
bersalah
26
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
didakwakan kepadanya tersebut
tindak
dalam surat dakwaan penuntut
penganiayaan,
umum.
kesusilaan dan tindak pidana
Oleh karena penuntut umum
berusaha
membuktikan
kesalahan
terdakwa
persidangan
berarti
di
beban
pidana
pembunuhan,
tindak
pidana
kealpaan dan lain-lain. Kondisi
sekarang yang semakin modern,
kebutuhan
dari
orang
semakin
ahli
diperlukan
pembuktian bagi perkara pidana
kehadirannya
ada
tindak pidana penyelundupan,
pada
penuntut
umum,
seperti
dalam usaha mencari kebenaran
kejahatan
materiil
komponen canggih, kejahatan
dan
hakim
tetap
komputer
dalam
dan
dibatasi pada alat-alat bukti
perbankan,
yang diajukan olehnya dan
korporasi,tindak pidana tentang
seumpama
umum
hak atas kekayaan intelektual
tidak bersedia menambah alat
(HAKI), tindak pidana uang
bukti yang hanya minimum,
palsu dan surat berharga, tindak
maka
dapat
pidana
narkotika
bukti
obatan
berbahaya
penuntut
hakim
mencari
tidak
sendiri
alat
kejahatan
dan
obat-
(narkoba)
tambahan, sedangkan terdakwa
tindak pidana lingkungan hidup
mungkin.
dan lain-lain yang salah satu hal
Apabila di tinjau dari hukum
berkaitan dengan perkembangan
acara pidana, maka peranan alat
ilmu pengetahuan dan teknologi
bukti di perlukan dalam setiap
industri
tahap proses pemeriksaan, hal
komunikasi,
itu
sebagainya.
tergantung
pada
perlu
perdagangan,
informasi
dan
dilibatkan
Harus dipahami bahwa alat
tugas-tugas
bukti sangat diperlukan dalam
baik dari penyidikan, jaksa
setiap tahap pemeriksaan baik
maupun hakim terhadap suatu
dari
perkara pidana seperti yang
penuntutan
tidaknya
guna
mereka
membantu
tingkat
penyidikan,
maupun
tahap
banyak terjadi dalam perkara
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
27
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
pemeriksaan
di
sidang
tidak
menjatuhkan
pengadilan.
pidana
kepada
seorang kecuali apabila dengan
pidana
kepada
sekurang-kurangnya dua alat
terdakwa
harus
hakim
menjatuhkan
seorang
boleh
dalam
2. Mengapa
memiliki
“hakim
sekurang-kurangnya
yang sah ia peroleh
keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan
dua alat bukti yang sah.
Dalam
bukti
Berita
Acara
bahwa
terdakwalah
yang
Pemeriksaan (BAP) penyidik,
bersalah
jika terdakwa di situ mengaku,
Penjelasan Pasal 18 KUHP
maka BAP penyidik adalah
Ketentuan tersebut adalah untuk
merupakan surat, yang dapat
menjamin tegaknya kebenaran,
dipergunakan
untuk
dan
bukti:
seseorang.
memperoleh
alat
melakukannya.
kepastian
hukum
bagi
“petunjuk” . Hal tersebut di atas
sesuai
atas
praduga
tidak
bersalah menurut asas Hukum
Acara
Pidana,
yaitu
bahwa
seorang terdakwa pada asasnya
harus dianggap tidak bersalah,
sebelum
kesalahan
tersebut
dinyatakan terbukti oleh suatu
putusan hakim serta telah
Mempunyai kekuatan hukum
tetap.
KUHAP
menentukan
dalam Pasal 66 bahwa tersangka
atau terdakwa tidak dibebani
kewajiban
pembuktian.
Bilamana seorang boleh dijatuhi
pidana oleh pengadilan. Pasal
183 KUHAP menentukan :
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Peranan
Alat
bukti
dalam
menangani kejahatan Tindak
Pidana Terhadap Tubuh dan
Nyawa Manusia yaitu penting
sekali
terutama
terutama
peranan seorang dokter untuk
membuat
(visum
keterangan
et
tertulis
repertum)
memberikan
keterangan
persidangan
sebagai
dan
di
ahli.
Seperti yang tertuang di dalam
Pasal
184
(1)
KUHAP
menjelaskan tentang apa yang
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
28
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
suatu
tindak pidana telah dilakukan
pembuktian perkara pidana di
dan apakah orang yang di
Indonesia diantaranya perlunya
dakwakan
minimal dua alat bukti yang sah
persalahkan”.
diharuskan
di
dalam
yang memperoleh keyakinan
itu
2. Mengapa
dapat
hakim
hakim bahwa telah terjadinya
menjatuhkan
suatu
di
dalam
pidana
kepada
seorang
terdakwa
harus
terdakwalah pelakunya, hal ini
memiliki
sekurang-kurangnya
sangat penting karena menjadi
dua alat bukti yang sah karena
patokan
telah diatur dalam Pasal 183
tindak
pidana
dalam
dan
proses
Indonesia,
KUHAP
gunanya adalah tidak lain dari
“Hakim
untuk mencari suatu kebenaran
menjatuhkan
materil. Hal ini sejalan dengan
seseorang
tujuan hukum acara pidana yang
dengan sekurang-kurangnya ada
antara lain yaitu untuk mencari
dua alat bukti yang sah, ia
dan mendapatkan atau setidak-
memperoleh keyakinan bahwa
tidaknya mendekati kebenaran
suatu tindak pidana telah terjadi
materil, ialah kebenaran yang
dan bahwa terdakwalah yang
selengkap-lengkapnya
bersalah
pembuktian
di
dari
yang
berbunyi
tidak
:
boleh
Pidana
kecuali
kepada
apabila
melakukannya”.
suatu perkara pidana dengan
Ketentuan di atas adalah untuk
menerapkan ketentuan hukum
menjamin tegaknya kebenaran,
acara pidana secara jujur dan
keadilan, kepastian hukum.
tepat
dengan
tujuan
untuk
mencari siapakah pelaku yang
SARAN
1. Bahwa
suatu
pembuktian
dapat di dakwakan melakukan
haruslah
suatu pelangaran hukum, dan
lengkap, jika keyakinan hakim
selanjutnya
didasarkan atas alat-alat bukti
meminta
dianggap
tidak
pemeriksaan dan putusan dari
yang
pengadilan guna menemukan
Umpamanya dengan keterangan
apakah terbukti bahwa suatu
dari seorang saksi saja ataupun
tidak
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
mencukupi.
29
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
karena
keyakinan
tentang
sesuai
dengan
tindak pidana itu sendiri tidak
yang
di
ada. Maka haruslah ketentuan
undang.
yang menjadi keharusan di
2. Pembuktian
syarat-syarat
tentukan
harus
undang-
dilakukan
dalam Pasal 183 dan Pasal 184
menurut alat-alat bukti yang sah
(1) KUHAP tersebut terpenuhi
dan menurut undang-undang,
keduanya. Hakim tidak boleh
serta keyakinan hakim yang
memperoleh keyakinan tersebut
juga
dari
aturan
macam-macam
yang
diketahui
keadaan
dari
luar
harus
didasarkan
yang
sah
atas
menurut
undang-undang. Dengan suatu
persidangan. Tetapi haruslah
alat bukti
memperoleh dari bukti yaitu
dengan keterangan dari seorang
dari alat-alat bukti yang sah dan
saksi, tidaklah diperoleh bukti
adanya
yang sah, akan tetapi haruslah
tambahan
dari
saja umpamanya
keterangan barang bukti yang
dengan
keterangan
beberapa
terdapat di dalam persidangan,
alat bukti lain yang sah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andi Hamzah, Asas Asas Hukum Pidana Edisi Revisi 2008, PT Rineka
Cipta, Jakarta 2008;
2. ----------------, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
2000;
3. Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2004;
4.
5. Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta,2008;
6. Otje Salman S., Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka
Kembali. Bandung, Refilika Aditama 2007;
7. P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung 1997;
8. Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Universitas
Muhammadiyah Malang 2004;
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
30
ISSN 1978-0168
PUBLICITAS
Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Universitas Majalengka
Volume 11 No 1 Januari-April 2017
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)-UNMA
15