e- MAKSI - PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE DAN KOMPOSISI KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP EARNING MANAGEMENT ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007-2009)
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL
LEVERAGE DAN KOMPOSISI KOMISARIS INDEPENDEN
TERHADAP EARNING MANAGEMENT
( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia 2007-2009)
Oleh :
HANI SRI MULYANI, SE, M.Si
(Dosen Fakultas Ekonomi UNMA)
ABSTRACT
This study has purpose to get empirical evidence about effect of company size,
profitability, financial leverage and independent commissioners’s proportion to Earning
Management. Company size is measured by total assets companies, profitability measured
using return on assets/investment (ROA/ROI), financial leverage measured with ratio of debt
proportion from total asset of company and mecanism of corporate governance produced by
independent commissioners’s proportion measured with percent of account independent
commissioners’s proportion devided by total commissioners’s member
Earning Management is measured with index eckel. Population of this study is 149
manufactures wich are registered in Indonesia Stock Exchange 2007 – 2009. The data of
study is found from report of manufactures finance on periode 2007 – 2009. Based on
sampling purposive method, sample that is found is 112 companies. Hypotesis in this study is
tested by using multi regression analysis.
Based on the result shows that profitability have a positive and significance relation
on the earning management. However company size, financial leverage and independent
commissioners’s proportion have not anysignificance on the earning management
Key words: Corporate Governance, Company size, profitability, financial leverage,
earning mangement.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori agensi menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional yang disebut agen yang
lebih mengerti dan memahami dalam menjalankan aktivitas bisnis. Namun pada sisi lain,
pemisahan seperti ini memiliki sisi negatif. Adanya keleluasaan pengelola manajemen
perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan yang mengarah pada proses
memaksimalkan kepentingan pengelolaannya sendiri dengan beban dan biaya yang harus
ditanggung oleh pemilik perusahaan sehingga memicu munculnya konflik kepentingan
diantara keduanya.
Dalam konsep teori keagenan (agency theory) dinyatakan bahwa manajemen
memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan pemilik
perusahaan, manajemen sering terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat
FE - UNMA
1
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri (disfunctional behavior) dan atau
perusahaannya. Untuk itu manajemen melakukan manajemen laba (earning management)
karena laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan
sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi
yang penting untuk melakukan manajemen laba.
Perataan laba merupakan salah satu teknik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Salah satu faktor yang dapat memotivasi manajemen dalam melakukan praktik
perataan laba adalah ukuran perusahaan. Perusahaan besar biasanya mendapatkan perhatian
lebih besar dari masyarakat, apalagi bagi perusahaan yang menjual sahamnya ke pasar bebas,
dengan hal tersebut sudah pasti perusahaan menjadi pusat perhatian investor. Biasanya
semakin tinggi ukuran perusahaan maka investor akan mengharapkan tingkat pengembalian
yang besar juga, akan tetapi return yang besar relatif beresiko bagi perusahaan karena akan
memunculkan biaya politik yang besar.
Faktor lain yang dapat memotivasi manajemen dalam melakukan praktik perataan laba
adalah profitabilitas. Profitabilitas diindikasikan dapat mempengaruhi tindakan manajemen
dalam melakukan praktik perataan laba, mengingat tinggi rendahnya profitabilitas akan
berpengaruh terhadap kompensasi yang diperoleh oleh manajemen agar manajemen mampu
memprediksikan bahwa tingkat kompensasi yang diperolehnya akan relatif tetap dalam setiap
periode. Para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk
memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode
mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Selain itu faktor yang
dapat memotivasi manajemen dalam melakukan tindakan perataan laba adalah rasio leverage
atau seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang, biasanya perusahaan yang mempunyai
ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang
dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang. Dengan
memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode
mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil.
Sehingga dalam kondisi ini manajemen akan cenderung melakukan praktik perataan laba.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hal yang dapat memotivasi manajemen
untuk melakukan praktik perataan laba diantaranya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas
dan financial leverage. Pada umumnya perusahaan dapat melakukan praktik perataan laba
disebabkan karena adanya peluang bagi pihak manajemen untuk melakukan tindakantindakan tersebut. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang
dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak.
Berdasarkan teori agency, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan
antara principal dan agent dapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance). Salah satu mekanisme yang dapat ditempuh dalam konsep tata
kelola perusahaan yang baik adalah proses pemeriksaan yang merupakan salah satu cara
perusahaan untuk melakukan evaluasi atas setiap tindakan manajemen dalam perusahaan.
Pemeriksaan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsipprinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Lemahnya sistem pemeriksaan yang
dilakukan menjadi potensi yang dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk melakukan
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi, sehingga hal tersebut
menjadi faktor yang dapat memicu manajemen dalam melakukan praktik perataan laba.
Corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan
oportunistik yang dilakukan manajemen. Dalam upaya meningkatkan kualitas pengawasan
terhadap perusahaan. Mekanisme corporate governance meliputi proporsi kepemilikan,
komposisi komisaris independen, dalam hal ini konsep tata kelola perusahaan yang baik
FE - UNMA
2
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
mensyaratkan untuk semua perusahaan agar memiliki komisaris independen dalam
keanggotaan dewan komisaris. Komisaris independen mempunyai peran yang penting dan
strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good
corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komisaris independen secara efektif, maka
control terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat
keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Aktivitas manajemen laba merupakan kegiatan menyesuaikan laba perusahaan pada
laporan keuangan yang biasanya dilakukan oleh pihak manajer yang bertindak selaku
pengelola perusahaan. Faktor-faktor yang dapat memotivasi tindakan manajemen dalam
melakukan praktik perataan laba adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial
leverage. Sedangkan salah satu mekanisme yang dianggap berpengaruh dalam membatasi
aktivitas manajemen laba yaitu dengan mekanisme good corporate governance. Midiastuty
dan Machfoedz (dalam indri, 2011) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara indikator-indikator good corporate governance dengan manajemen laba. Dalam
penelitian ini, komposisi komisaris independen menjadi indikator mekanisme good corporate
governance. Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumusakan sebagai berikut: Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas financial
leverage, dan komposisi komisaris independen berpengaruh terhadap earning management
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Menganalisa dan
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial
leverage, dan komposisi komisaris independen terhadap earning management pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009.
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Anthoni dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak
antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu sematamata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi
(agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara
pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan
dan pengendalian sumber daya tersebut. Menurut Meisser, et al., (2006:7) hubungan keagenan
ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi asimetris (information
asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai
posisi keuangan yang sebenarya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya
FE - UNMA
3
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen
tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu :
a. Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion)
b. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai
kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara principal dan
agen.
c. Asumsi tentang informasi.
asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi
yang bisa diperjual belikan.
Corporate Governance
Definisi dan Tujuan Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) corporate
governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan
Cadbury Committee menyatakan corporate governance sebagai seperangkat aturan yang
merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal
sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.
Berdasarkan definisi good corporate governance di atas dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya good corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi
demi tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan tujuan dari good corporate governance
adalah untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi
persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan
kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Menurut Iskander & Chamlou (2000) dalam
Ristie (2010), mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua
kelompok yaitu internal dan external mechanisms.
Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan
menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS),
komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of
director. Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain
dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan
pengendalian pasar.
FE - UNMA
4
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Ada beberapa mekanisme corporate governance yang sering digunakan dalam
penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap manajemen laba, diantaranya adalah
konsentrasi kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.
Adanya konsentrasi kepemilikan dalam perusahaan akan membuat pemegang saham
ada pada posisi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham memiliki kendali
terhadap manajemen untuk menuntut mereka melaporkan laporan keuangan secara akurat.
Sama halnya dengan peran dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan,
komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan
sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005).
Komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara
kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya sistem pengawasan
perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Dengan
berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebih
baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi (Andri dan Hanung, 2007). Ini
membuktikan bahwa mekanisme corporate governance mampu mengurangi adanya praktik
manipulasi terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Praktik manipulasi
tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba.
Manajemen laba (Earnings Management)
Pengertian Manajemen Laba
Bieldman dalam Belkaoui (2000) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan
sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang
dianggap normal bagi perusahaan. Rivard, Richard dkk., (2003) mendefinisikan income
smoothing ssebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk
mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu.
Scott (2009) mengemukakan manajemen laba sebagai suatu pemilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer. Scott mengungkapkan terdapat dua cara untuk memahami
manajemen laba. Pertama, sebagai perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politik. Kedua,
memandang manajemen laba dari persfektif kontrak efisien, dimana manajemen laba memberi
manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak.
Pola Manajemen Laba
Scott (2009) mengemukakan 4 pola manajemen laba sebagai berikut:
1. Taking a bath
Hal ini terjadi selama periode/pada saat terjadinya reorganisasi. Jika manajer merasa
harus melaporkan kerugian maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar, dengan
tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan
atas kerugian perusahaan dilimpahkan pada manajer lama.
2. Income minimization
Cara ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus, cara ini dilakukan pada saat
profitabilitas perusahaan sangat tinggi sehingga jika diperiode yang akan datang
diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba pada periode
sebelumnya.
3. Income maximization
FE - UNMA
5
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
4.
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar.
Income Smothing
Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan angka laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena investor pada
umumnya cenderung lebih menyukai perusahaan dengan laba yang stabil untuk
berinvestasi. Perusahaan dengan laba yang stabil dianggap lebih mampu bertahan
menghadapi masalah-masalah yang ada dibandingkan dengan perusahaan yang fluktuasi
labanya tinggi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu manajer akan berusaha untuk
membuat laba perusahaan yang dikelolanya menjadi stabil yaitu dengan melakukan
perataan laba.
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir, dkk. 2002), hal tersebut
dapat terlihat dari angka indeks yang semakin mendekati nol, dengan ini diharapkan
perusahaan tidak memiliki variabilitas/fluktuasi laba untuk setiap periodenya sehingga
manajemen perusahaan melakukan manipulasi variabel-variabel akuntansi agar nilai laba
yang dihasilkan relative sama dari tahun ke tahun. Tindakan perataan laba adalah suatu sarana
yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan
memanipulasi variable-variabel akuntansi. Didasarkan pada Positive Accounting Theory
dinyatakan bahawa hal yang dapat memotivasi manajemen perusahaan dalam melakukan
praktik perataan laba adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage. Hal ini menuntut
perusahaan untuk melakukan mekanisme pengawasan atau monitoring untuk meminimalkan
praktik perataan laba oleh menejemen. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah
penerapan Good Corporate Governance. Penerapan Good Corporate Governance khususnya
komisaris independen yang merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak
memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki
pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal lain yang terkait dengan sistem
pengawasan internal perusahaan yang diduga mampu mempengaruhi praktik perataan laba.
Oleh karena itu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah mekanisme Corporate
Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap manajemen
laba dan dapat meminimalisasi manajemen laba tersebut yang terlihat dari tinggi rendahnya
angka indeks yang dihasilkan. Jika angka indeks lebih dari satu dan semakin mendekati nol
berarti perusahaan melakukan praktik earning management (perataan laba). Model dalam
penelitian ini dapat digambarkan dalam paradigma penelitian berikut:
FE - UNMA
6
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
Earning
Management
Leverage
Komposisi
komisaris
Independen
2.3 Hipotesis
Berdasarkan Kerangka Penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Komposisi Komosaris Independen
Berpengaruh Terhadap Earning Management”
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Pupulasi dan Sampel
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
Verifikatif. Pupulasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Sampel penelitian diambil dengan
Purposive Sampling dengan kriteria (1) Emiten yang merupakan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2) Emiten yang menerbitkan laporan keuangan per 31
Desember atau memiliki periode akuntansi per 1 Januari sampai dengan 31 Desember (3)
Emiten yang tidak melakukan transaksi akuisisi atau merger dan tidak melakukan perubahan
kelompok usaha selama 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2009 (4) Data emiten untuk
setiap tahun dianggap independen (5) Emiten yang memiliki data lengkap. Jumlah sampel
akhir berjumlah 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2009 (dihitung melaui sampel awal (112) dikurangi data outlier yang dihapuskan dari
observasi (57)).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi
laporan keuangan perusahaan, Ukuran perusahaan, dan Komposisi dewan komisaris
Independen. Sumber data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory
(ICMD), SX Statistics dan Anual Report yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
FE - UNMA
7
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (size) adalah besar kecilnya perusahaan. Pada penelitian ini ukuran
perusahaan menggunakan nilai total aktiva perusahaan pada akhir tahun.
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Dalam penelitian ini profitabilitas
diukur dengan menggunakan Return On Assets
Return on Asset (ROA) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya
perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Profitabilitas
dihitung dengan rasio antara laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Masodah,
2007)
3. Financial Leverage
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana tertentu yang akan mengakibatkan
beban tetap yang berupa biaya bunga. Sumber dana ini dapat berupa utang obligasi, kredit
dari bank dan lain sebagainya . Menurut Sartono (2001) Financial Leverage menunjukan
proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya, financial leverage dalam
penelitian ini dihitung dengan menggunakan rasio, rasio yang digunakan
adalah Debt to Total Assets
4. Komposisi komisaris independen
Definisi komisaris independen dalam Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
5. Earning management yang diproksi dengan Perataan Laba
Menurut Beidelman (1973, dalam Harry, dkk, 2004) perataan laba diartikan sebagai
“suatu pengurangan dengan sengaja atas fluktuasi laba yang dilaporkan agar berada pada
tingkat yang dianggap normal bagi perusahaan”.
Status perataan laba diukur dengan menggunakan indeks Eckel. Eckel menggunakan
Coefficient variation (CV) variabel laba dan variabel penjualan bersih. Coefficient
Variation berguna untuk mengukur variabilitas sampel dan membandingkan varian antar
kelompok.
Secara garis besar variabel-variabel dalam penelitian ini, dapat digambarkan dalam
tabel berikut:
Tabel 1
Operasional Variabel
No Jenis Variabel
1
2
Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
FE - UNMA
Indikator
Total
Aktiva
ROA
Dimensi
Total Aktiva
8
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Pr ofitabilit as
3
Financial
Leverage
Debt to
total Asset
4
Komposisi
komisaris
independen
5
Earning
Management
Proporsi
jumlah
komisaris
independen
Indeks
Eckel
Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva
Debt to Total Asset
KKI
Total U tan g
Total Aktiva
Total angg. komisaris indp
x100%
Total anggota dewan komisaris
Indeks Eickel
CVI
CVS
(Indeks < 1 = EM = 1, Indek >1 = non EM = 0)
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan menggunakan empat tahap. Pertama, Analisis statistik
deskriptif. Kedua, Uji Asumsi Klasik meliputi uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Ketiga, analisis regresi linier berganda. Keempat,
menguji Hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F.
IV. PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, maka berikut didalam Tabel 2 akan
ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah
sampel (N), rata-rata sampel (mean), dan standar deviasi (σ) untuk masing-masing
variabel.
Tabel 2
Deskripsi Variabel Penelitian Perusahaan Manufaktur Sample
Descriptive Statistics
N
SIZE
ROA
LEV
KDKI
EM
Valid N (listwise)
112
112
112
112
112
112
Minimum
.01
.22
.07
16.67
.00
Maximum
80.74
40.67
8.44
80.00
1.00
Mean
5.7091
9.1357
.5959
38.5384
.3661
Std. Deviation
10.45834
7.67825
.83816
11.47241
.48389
Variance
109.377
58.956
.703
131.616
.234
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2012
Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 112 sampel data yang diambil dari Laporan Tahunan Publikasi Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007 hingga 2009.
FE - UNMA
9
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Data Ukuran Perusahaan terendah (minimum) adalah 0,01 Trilyun yaitu PT. Myoh
Technology, Tbk. yang diperoleh dari data ukuran perusahaan (SIZE) tahun 2009 dan yang
tertinggi (maximum) 80,74 juta trilyun yaitu PT. Astra International, Tbk tahun 2008,
kemudian rata-rata Ukuran Perusahaan sebesar 5,7091 Trilyun. Sementara standar deviasi
sebesar 10,45834 menunjukkan simpangan data yang cukup besar, karena nilainya yang lebih
besar daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 5,7091. Dengan besarnya simpangan data,
menunjukkan bahwa data variabel ukuran Perusahaan dikatakan kurang baik hal ini
disebabkan karena setiap perusahaan memiliki size yang berbeda-beda bahkan terdapat
perusahaan yang memiliki data size perusahaan yang ekstrim (sangat besar) jauh diatas ratarata perusahaan manufaktur yang lain.
Data rasio Profitabilitas terendah (minimum) adalah 0,22 persen yaitu PT. Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company tahun 2007, Tbk. yang diperoleh dari data rasio
profitabilitas perusahaan tahun 2007-2009 dan yang tertinggi (maximum) 40,67 persen yaitu
PT. Unilever Indonesia, Tbk tahun 2009, kemudian rata-rata rasio profitabilitas sebesar
9,1357 Persen. Sementara standar deviasi sebesar 7,67825 menunjukkan simpangan data yang
relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 9,1357.
Dengan besarnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel profitabilitas dikatakan
cukup baik.
Data rata-rata rasio leverage terendah (minimum) tahun 2007-2009 adalah 0,07 persen
yaitu PT. Beton Jaya Manunggal, Tbk tahun 2009 dan yang tertinggi (maximum) 8,44 persen
yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk tahun 2009, kemudian rata-rata (mean) rasio
Leverage sebesar 0,5959 Persen. Sementara standar deviasi sebesar 0,83816 menunjukkan
simpangan data yang cukup besar, karena nilainya yang lebih tinggi daripada nilai mean-nya
yaitu sebesar 0,83816 Dengan besarnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel
leverage dikatakan kurang baik baik. Hal ini disebabkan karena dalam data leverage
perusahaanyang terdapat dalam penelitian ini terdapat sebaran data leverage perusahaan yang
ekstrim (sangat besar) jauh dari rata-rata leverage pada perusahaan manufaktur yang lain.
Data komposisi komisasris independen terendah (minimum) adalah 16,67 persen yaitu
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk, tahun 2007 yang diperoleh dari data
komposisi komisaris independen tahun 2007-2009 dan yang tertinggi (maximum) 80 persen
yaitu PT. Gudang Garam, Tbk tahun 2009, kemudian rata-rata (mean) komposisi komisaris
independen sebesar 38,5384. Sementara standar deviasi sebesar 11,47241 menunjukkan
simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya
yaitu sebesar 38,5384. Dengan besarnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel
profitabilitas dikatakan cukup baik.
Data nilai earning management terendah (minimum) adalah 0 (nol) yaitu perusahaanperusahaan yang tidak melakukan perataan laba yang diperoleh dari data manajemen laba
perusahaan yang dihitung dengan menggunakan indeks eckel tahun 2007-2009 dan yang
tertinggi (maximum) 1 (satu) yaitu perusahaan-perusahaan yang melakukan manajemen laba
pada tahun 2007-2009 rata-rata nilai manajemen laba sebesar 0,3661. Sementara standar
deviasi sebesar 0,48389 menunjukkan simpangan data yang besar, karena nilainya yang lebih
besar daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 0,3661. Dengan besarnya simpangan data,
menunjukkan bahwa data variabel profitabilitas dikatakan kurang baik.
4.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual
memiliki distribusi normal. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai
FE - UNMA
10
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
asymptotic significance diatas 0,05 (Ghozali, 2007). Hasil pengujian normalitas data terlihat
dalam Tabel 4.4
Tabel 3
Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
112
a,,b
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
.46093645
Most Extreme Differences
Absolute
.237
Positive
.237
Negative
-.185
Kolmogorov-Smirnov Z
2.510
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah 2012
Berdasarkann Tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel penelitian ukuran
perusahaan, profitabilitas, Leverage dan komposisi dewan komisaris tidak berdistribusi
normal dengan nilai asymptonic significance yang kurang dari dari 5 persen (0,000 < 0.005).
Hal ini disebabkan karena sebaran data sampel dalam penelitian ini memiliki ukuran data
yang berbeda-beda bahkan terdapat data perusahaan yang ekstrim (memilki data yang sangat
besar dan sangat kecil) jauh dari sebaran data perusahaan manufaktur yang lain.
Langkah selanjutnya dalam proses uji normalitas data adalah melakukan identifikasi
data outlier, jika nilai data lebih dari tiga maka data tersebut adalah data outlier (Imam, 2009).
Langkah identifikasi dalam penelitian ini adalah membuang data outlier yang memiliki nilai
lebih dari tiga, sehingga sampel akhir dalam penelitian ini hanya berjumlah 55 (dihitung
melaui sampel awal (112) dikurangi data outlier yang dihapuskan dari observasi (57))
Berikut adalah hasil uji normalitas data dengan jumlah observasi sebanyak 55
perusahaan, dengan menggunakan uji kolmogorov – smirnov.
Tabel 4
Uji Kolmogorov – Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
55
.0000000
.44203835
.155
.145
-.155
1.153
.140
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2012
FE - UNMA
11
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Berdasarkan Tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel penelitian ukuran
perusahaan, profitabilitas, Leverage dan komposisi komisaris independen berdistribusi
normal dengan nilai asymptonic significance yang lebih dari dari 5 persen (0,140 > 0.005).
2. Uji Multikolonieritas
Hasil perhitungan nilai tolerance serta VIF dapat diketahui pada tabel 5 berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Multikoloniaritas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
LNSIZE
.967
1.034
LNROA
.889
1.124
LNLEV
.952
1.050
LGKKI
.958
1.044
Sumber : data Sekunder yang telah diolah 2012
Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap variabel
independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel independen tidak lebih dari 10.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniaritas antar variabel
independen dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji keakuratan ada tidaknya heteroskedasitas pada penelitian ini
digunakan uji Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser
adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Glejser
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.711
.271
LNSIZE
.042
.021
LNROA
.017
.011
LNLEV
.004
LGKKI
-.296
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
2.623
.012
.213
1.972
.054
.143
1.486
.140
.055
.007
.066
.947
.174
-.184
-1.697
.096
a. Dependent Variable : ABSUT
Sumber: Data sekunder yang telah diolah 2012
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah
Heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen (Ukuran
FE - UNMA
12
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, komposisi komisaris independen) lebih besar dari
tingkat signifikansi sebesar 0,05.
4. Uji Autokorelasi
Untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui
pengujian terhadap nilai Durbin-Watson. Output uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Summary
Model
R
R Square
a
1
.414
Adjusted R
Square
.171
b
Std. Error of the
Estimate
.105
Durbin-Watson
.45936
2.051
a. Predictors: (Constant), LGKKI, LNSIZE, LNLEV, LNROA
b. Dependent Variable: EM
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah 2012
Dari pengujian statistik diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,051 (du = 1,724; 4 –
du = 2,276). Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi
ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada di antara du tabel dan 4-du tabel, oleh
karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai. Hasil analisis tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini:
4.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh
variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut ini:
Tabel 8
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1.353
.787
LNSIZE
.037
.062
LNROA
.197
LNLEV
.039
LGKKI
-.751
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.719
.092
.078
.598
.553
.070
.386
2.831
.007
.159
.033
.248
.805
.506
-.195
-1.483
.144
a. Dependent Variable: EM
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2012
Dari tabel diatas maka dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
EM (1) = 1,353 + 0,037LNSIZE + 0,197LNROA + 0,039LNLEV – 0,751LGKKI
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan (LNSIZE), Return
On Assets (ROA) dan leverage (LNLEV) memiliki pengaruh ke arah positif terhadap
FE - UNMA
13
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
manajemen laba (EM) sedangkan variabel komposisi komisaris independen memiliki
pengaruh ke arah negatif terhadap manajemen laba, sehingga persamaan di atas dapat
diartikan:
a. Nilai konstanta sebesar 1,353
Hal ini berarti bahwa tanpa adanya pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,
dan komposisi dewan komisaris independen maka angka Earning Management (EM)
bernilai 1,353.
b. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (X ) bertanda positif
1
Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi ukuran perusahaan dengan asumsi variabel
lainnya tetap (cateris paribus), maka Earning Management (EM) akan mengalami
perubahan dengan arah yang sama
c. Koefisien regresi variabel profitabilitas (X ) bertanda positif
2
Hal ini berarti bahwa setiap perubahan profitabilitas dengan asumsi variabel lainnya tetap
(ceteris paribus), maka Earning Management (EM) akan mengalami perubahan dengan
arah yang sama.
d. Koefisien regresi variabel financial leverage (X ) bertanda positif
3
Hal ini berarti bahwa setiap perubahan profitabilitas dengan asumsi variabel lainnya tetap
(ceteris paribus), maka Earning Management (EM) akan mengalami perubahan dengan
arah yang sama.
e. Koefisien regresi variabel komposisi komisaris independen (X ) bertanda negatif
4
Hal ini berarti bahwa setiap perubahan komposisi komisaris independen dengan asumsi
variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka Earning Management (EM) akan
mengalami perubahan dengan arah yang berbeda.
4.4 Pengujian Hipotesis
2
1. Uji Koefisien Determinasi ( R )
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1
R
.414
R Square
a
.171
Adjusted R
Square
b
Std. Error of the
Estimate
.105
Durbin-Watson
.45936
2.051
a. Predictors: (Constant), LGKKI, LNSIZE, LNLEV, LNROA
b. Dependent Variable: EM
Sumber: data sekunder yang diolah 2012
2
Dari tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R ) adalah 0.105. Hal
ini berarti bahwa 10.5% variabel manajemen laba (EM/Income Smothing) dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan
komposisi independen. Sedangkan sisanya sebesar 80.95% dijelaskan oleh faktor-faktor lain
diluar model yang dianalisis.
FE - UNMA
14
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 10
Hasil Uji Simultan
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
2.177
4
.544
Residual
10.551
50
.211
Total
12.727
54
F
Sig.
2.579
a
.049
a. Predictors: (Constant), LGKKI, LNSIZE, LNLEV, LNROA
b. Dependent Variable: EM
Tabel 11
Hasil Uji Hipotesis Parsial t
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1.353
.787
LNSIZE
.037
.062
LNROA
.197
LNLEV
.039
LGKKI
-.751
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.719
.092
.078
.598
.553
.070
.386
2.831
.007
.159
.033
.248
.805
.506
-.195
-1.483
.144
a. Dependent Variable: EM
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2012
Penelitian ini memiliki 4 hipotesis yang diajukan untuk meneliti praktik manajemen
laba perusahaan di Indonesia. Hasil hipotesis-hipotesis tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Hipotesis pertama (H1) adalah ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap manajeme laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar
0,598 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,553 (p > 0,05) maka variabel ukuran perusahaan
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap earning management (manajemen laba)
yang berarti H1 tidak diterima.
Hipotesis kedua (H2) adalah Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,831
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.007 (p < 0,05) maka variabel profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap earning management (manajemen laba) atau yang berarti H2
diterima
Hipotesis ketiga (H3) adalah financial leverage berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar
0,248 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,805 (p > 0,05). maka variabel financial leverage
berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap manajemen laba yang berati H3 tidak
diterima.
Hipotesis keempat (H4) adalah komposisi komisaris independen berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t
hitung sebesar -1,483 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,144 (p > 0,05) maka variabel
FE - UNMA
15
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
komposisi komisaris independen berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap
manajemen laba yang berarti H4 tidak diterima.
4.5 Pembahasan
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Earning Management
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap earning management
(manajemen laba), artinya tinggi rendahnya aktiva yang dimiliki perusahaan tidak
memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba, walaupun secara
teoritis dalam positive accounting theory disebutkan bahwa dalam ceteris paribus semakin
besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih
prosedur akuntansi yang menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode
mendatang. Hipotesis ini berdasarkan asumsi bahwa perusahaan yang biaya politiknya
besar lebih sensitif dalam hubungannya untuk mentransfer kemakmuran yang mungkin
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya kecil dengan kata lain
perusahaan besar cenderung lebih suka menurunkan atau mengurangi laba yang dilaporkan
dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan pihak manajemen lebih berhati-hati
dalam menyajikan laporan keuangan yang akurat agar laporan keuangan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan mengingat masih ada faktor lain yang bisa dipertimbangkan dalam
penyajian angka laba perusahaan diantaranya tingkat pertumbuhan normal perusahaan
yang dapat diukur dari tingkat penjualan. Dengan ini perusahaan akan mendapat
kepercayaan yang lebih baik dari pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Earning Management
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini sesuai
dengan possitive accounting theory yang menyatakan bahwa dalam ceteris paribus para
manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih
prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke
periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis tersebut apabila
manajer dalam sistem penggajiannya sangat tergantung pada bonus akan cenderung untuk
memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya atau meratakan tingkat
penghasilan yang akan diterima, misalnya dengan metode acrual.
3. Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Management
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi
kepemilikan utang perusahaan (leverage) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap manajemen laba, berarti besar kecilnya proporsi utang perusahaan tidak
memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Hal ini tidak sesuai
dengan dengan possitive accounting theory yang menyatakan bahwa dalam ceteris paribus
manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih
suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode
mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat
memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka
perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil, sehingga menurunkan
kemungkinan default technic.
FE - UNMA
16
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
4. Pengaruh Komposisi Komisaris Independen terhadap Earning Managenent
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi komisaris independen
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap earning management (manajemen
laba). Hal ini berarti komposisi komisaris independen tidak dapat mengurangi tindakan
manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan.
Walaupun secara teoritis dalam kerangka kerja corporate governance bahwa peranan
dewan komisaris adalah harus menyakinkan pedoman strategik perusahaan, pemonitoran
yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan
dan pemegang saham. serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata
demi kepentingan perusahaan.
Emirzon (2007) dalam Indri (2011) menyatakan bahwa pembentukan komisaris
independen ini dimotivasi oleh keinginan untuk memberikan perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dalam PT terbuka. Berdasarkan keputusan Direksi BEJ
(sekarang BEI) nomor: KEP-399/BEJ/07-2001 (dalam Indri, 2011) yaitu pencatatan efek
nomor I-A, komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan dan
tindakan direksi, dan memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan. Namun dalam
praktiknya keberadaan komisaris independen tidak berdampak besar terhadap akuntabilitas
laporan keuangan hal ini disebabkan karena pembentukkan komisaris independen hanya
diperuntukkan bagi pemenuhan regulasi saja.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
secara tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar
kecilnya ukuran perusahaan tidak dapat memotivasi manajemen dalam melakukan praktik
manajemen laba Hal ini disebabkan perusahaan besar cenderung lebih termotivasi untuk
melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil akan tetapi
perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan laba. Hal ini disebabkan karena dalam
menentukan angka laba perusahaan juga memperhatikan tingkat pertumbuhan normal
perusahaan disamping total aktiva, sehingga indikasi bahwa perusahaan melakukan
manajemen laba tidak begitu terlihat.
2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya profitabilitas
memberikan memotivasi yang cukup besar terhadap praktek manajemen laba (income
smothing). Hal ini disebabkan karena manajemen dengan plan bonus hipothesys
mengharapkan tingkat kompensasi yang relatif besar dan merata untuk setiap periodenya.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa dalam pengelolaan perusahaan sangat dipengaruhi
oleh perilaku oportunis manajer. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa
proporsi kepemilikan hutang perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya utang perusahaan
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (income smothing) perusahaan. Hal ini
disebabkan karena diharapkan dengan angka laba yang tinggi kreditur akan lebih percaya
FE - UNMA
17
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
kepada perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya.
3. Dari hasil regresi menunjukkan bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba, berarti komposisi dewan komisaris
independen tidak mampu meminimalkan praktik manajemen laba. Hal ini disebabkan
karena pembentukan komisaris independent hanya ditujukan untuk memenuhi regulasi
saja. Walaupun komisaris independent tidak terlibat langsung dalam pengelolaan
perusahaan besar kecilnya komposisi komisaris independen tidak berdampak baik
terhadap akuntabilitas laporan keuangan perusahaan.
5.2 Keterbatasan dan Saran
5.2.1. Keterbatasan
Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan setelah dilakukan analisis dan
interpretasi data adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba dalam penelitian ini mungkin
belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik sehingga masih memerlukan
justifikasi model lain.
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya 4 variabel dengan nilai
2
Adjusted R yang relatif kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor
lain yang lebih berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Dari hasil uji normalitas data yang diperoleh dari Grafik histogram, Normal Probability
Plot dan uji kolmogorov – smirnov menujukkan terdapat sebaran data yang agak jauh dari
garis diagonal/garis distribusi normal (terdapat data outlier). Hal ini disebabkan karena
terdapat perusahaan yang memiliki data yang ekstrim (sangat tinggi dan sangat rendah)
jauh dibandingkan dengan sebaran data perusahaan manufaktur yang lain.
5.2.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran – saran yang
diajukan adalah :
1. Bagi emitem sebaiknya tidak melakukan praktik manajemen laba karena hal itu dapat
menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai dan menyesatkan.
2. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebaiknya lebih teliti dalam menilai laporan
keuangan perusahaan khususnya yang berkaitan dengan informasi laba sehingga
keputusan yang diambil tidak akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari.
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan
penelitian dengan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlunya mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam menentukan
manajemen laba sehingga manajemen laba dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain mengenai
mekanisme corporate governance seperti kompetensi dewan komisaris, ukuran dan
kompetensi komite audit yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen laba, selain itu
ukuran perusahaan sebaiknya diukur dengan indikator yang lain.
3. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu yang lebih lama dari
penelitian ini dan memperbanyak perusahaan yang akan dijadikan sampel.
FE - UNMA
18
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba degan Reaksi
Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
EfekJakarta”.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta. PT Asdi
Mahasatya
Abdullah,
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL
LEVERAGE DAN KOMPOSISI KOMISARIS INDEPENDEN
TERHADAP EARNING MANAGEMENT
( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia 2007-2009)
Oleh :
HANI SRI MULYANI, SE, M.Si
(Dosen Fakultas Ekonomi UNMA)
ABSTRACT
This study has purpose to get empirical evidence about effect of company size,
profitability, financial leverage and independent commissioners’s proportion to Earning
Management. Company size is measured by total assets companies, profitability measured
using return on assets/investment (ROA/ROI), financial leverage measured with ratio of debt
proportion from total asset of company and mecanism of corporate governance produced by
independent commissioners’s proportion measured with percent of account independent
commissioners’s proportion devided by total commissioners’s member
Earning Management is measured with index eckel. Population of this study is 149
manufactures wich are registered in Indonesia Stock Exchange 2007 – 2009. The data of
study is found from report of manufactures finance on periode 2007 – 2009. Based on
sampling purposive method, sample that is found is 112 companies. Hypotesis in this study is
tested by using multi regression analysis.
Based on the result shows that profitability have a positive and significance relation
on the earning management. However company size, financial leverage and independent
commissioners’s proportion have not anysignificance on the earning management
Key words: Corporate Governance, Company size, profitability, financial leverage,
earning mangement.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori agensi menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional yang disebut agen yang
lebih mengerti dan memahami dalam menjalankan aktivitas bisnis. Namun pada sisi lain,
pemisahan seperti ini memiliki sisi negatif. Adanya keleluasaan pengelola manajemen
perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan yang mengarah pada proses
memaksimalkan kepentingan pengelolaannya sendiri dengan beban dan biaya yang harus
ditanggung oleh pemilik perusahaan sehingga memicu munculnya konflik kepentingan
diantara keduanya.
Dalam konsep teori keagenan (agency theory) dinyatakan bahwa manajemen
memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan pemilik
perusahaan, manajemen sering terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat
FE - UNMA
1
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri (disfunctional behavior) dan atau
perusahaannya. Untuk itu manajemen melakukan manajemen laba (earning management)
karena laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan
sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi
yang penting untuk melakukan manajemen laba.
Perataan laba merupakan salah satu teknik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Salah satu faktor yang dapat memotivasi manajemen dalam melakukan praktik
perataan laba adalah ukuran perusahaan. Perusahaan besar biasanya mendapatkan perhatian
lebih besar dari masyarakat, apalagi bagi perusahaan yang menjual sahamnya ke pasar bebas,
dengan hal tersebut sudah pasti perusahaan menjadi pusat perhatian investor. Biasanya
semakin tinggi ukuran perusahaan maka investor akan mengharapkan tingkat pengembalian
yang besar juga, akan tetapi return yang besar relatif beresiko bagi perusahaan karena akan
memunculkan biaya politik yang besar.
Faktor lain yang dapat memotivasi manajemen dalam melakukan praktik perataan laba
adalah profitabilitas. Profitabilitas diindikasikan dapat mempengaruhi tindakan manajemen
dalam melakukan praktik perataan laba, mengingat tinggi rendahnya profitabilitas akan
berpengaruh terhadap kompensasi yang diperoleh oleh manajemen agar manajemen mampu
memprediksikan bahwa tingkat kompensasi yang diperolehnya akan relatif tetap dalam setiap
periode. Para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk
memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode
mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Selain itu faktor yang
dapat memotivasi manajemen dalam melakukan tindakan perataan laba adalah rasio leverage
atau seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang, biasanya perusahaan yang mempunyai
ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang
dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang. Dengan
memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode
mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil.
Sehingga dalam kondisi ini manajemen akan cenderung melakukan praktik perataan laba.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hal yang dapat memotivasi manajemen
untuk melakukan praktik perataan laba diantaranya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas
dan financial leverage. Pada umumnya perusahaan dapat melakukan praktik perataan laba
disebabkan karena adanya peluang bagi pihak manajemen untuk melakukan tindakantindakan tersebut. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang
dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak.
Berdasarkan teori agency, untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan
antara principal dan agent dapat dilakukan melalui pengelolaan perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance). Salah satu mekanisme yang dapat ditempuh dalam konsep tata
kelola perusahaan yang baik adalah proses pemeriksaan yang merupakan salah satu cara
perusahaan untuk melakukan evaluasi atas setiap tindakan manajemen dalam perusahaan.
Pemeriksaan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsipprinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Lemahnya sistem pemeriksaan yang
dilakukan menjadi potensi yang dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk melakukan
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi, sehingga hal tersebut
menjadi faktor yang dapat memicu manajemen dalam melakukan praktik perataan laba.
Corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan
oportunistik yang dilakukan manajemen. Dalam upaya meningkatkan kualitas pengawasan
terhadap perusahaan. Mekanisme corporate governance meliputi proporsi kepemilikan,
komposisi komisaris independen, dalam hal ini konsep tata kelola perusahaan yang baik
FE - UNMA
2
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
mensyaratkan untuk semua perusahaan agar memiliki komisaris independen dalam
keanggotaan dewan komisaris. Komisaris independen mempunyai peran yang penting dan
strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good
corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komisaris independen secara efektif, maka
control terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat
keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Aktivitas manajemen laba merupakan kegiatan menyesuaikan laba perusahaan pada
laporan keuangan yang biasanya dilakukan oleh pihak manajer yang bertindak selaku
pengelola perusahaan. Faktor-faktor yang dapat memotivasi tindakan manajemen dalam
melakukan praktik perataan laba adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial
leverage. Sedangkan salah satu mekanisme yang dianggap berpengaruh dalam membatasi
aktivitas manajemen laba yaitu dengan mekanisme good corporate governance. Midiastuty
dan Machfoedz (dalam indri, 2011) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara indikator-indikator good corporate governance dengan manajemen laba. Dalam
penelitian ini, komposisi komisaris independen menjadi indikator mekanisme good corporate
governance. Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumusakan sebagai berikut: Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas financial
leverage, dan komposisi komisaris independen berpengaruh terhadap earning management
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Menganalisa dan
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial
leverage, dan komposisi komisaris independen terhadap earning management pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009.
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Anthoni dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak
antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu sematamata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi
(agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara
pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan
dan pengendalian sumber daya tersebut. Menurut Meisser, et al., (2006:7) hubungan keagenan
ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi asimetris (information
asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai
posisi keuangan yang sebenarya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya
FE - UNMA
3
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen
tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu :
a. Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion)
b. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai
kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara principal dan
agen.
c. Asumsi tentang informasi.
asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi
yang bisa diperjual belikan.
Corporate Governance
Definisi dan Tujuan Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) corporate
governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan
Cadbury Committee menyatakan corporate governance sebagai seperangkat aturan yang
merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal
sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.
Berdasarkan definisi good corporate governance di atas dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya good corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi
demi tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan tujuan dari good corporate governance
adalah untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi
persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan
kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Menurut Iskander & Chamlou (2000) dalam
Ristie (2010), mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua
kelompok yaitu internal dan external mechanisms.
Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan
menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS),
komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of
director. Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain
dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan
pengendalian pasar.
FE - UNMA
4
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Ada beberapa mekanisme corporate governance yang sering digunakan dalam
penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap manajemen laba, diantaranya adalah
konsentrasi kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.
Adanya konsentrasi kepemilikan dalam perusahaan akan membuat pemegang saham
ada pada posisi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham memiliki kendali
terhadap manajemen untuk menuntut mereka melaporkan laporan keuangan secara akurat.
Sama halnya dengan peran dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan,
komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan
sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005).
Komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara
kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya sistem pengawasan
perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Dengan
berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebih
baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan sendiri dapat diminimalisasi (Andri dan Hanung, 2007). Ini
membuktikan bahwa mekanisme corporate governance mampu mengurangi adanya praktik
manipulasi terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer. Praktik manipulasi
tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba.
Manajemen laba (Earnings Management)
Pengertian Manajemen Laba
Bieldman dalam Belkaoui (2000) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan
sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang
dianggap normal bagi perusahaan. Rivard, Richard dkk., (2003) mendefinisikan income
smoothing ssebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi untuk
mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa periode waktu.
Scott (2009) mengemukakan manajemen laba sebagai suatu pemilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer. Scott mengungkapkan terdapat dua cara untuk memahami
manajemen laba. Pertama, sebagai perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politik. Kedua,
memandang manajemen laba dari persfektif kontrak efisien, dimana manajemen laba memberi
manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak.
Pola Manajemen Laba
Scott (2009) mengemukakan 4 pola manajemen laba sebagai berikut:
1. Taking a bath
Hal ini terjadi selama periode/pada saat terjadinya reorganisasi. Jika manajer merasa
harus melaporkan kerugian maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar, dengan
tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan
atas kerugian perusahaan dilimpahkan pada manajer lama.
2. Income minimization
Cara ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus, cara ini dilakukan pada saat
profitabilitas perusahaan sangat tinggi sehingga jika diperiode yang akan datang
diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba pada periode
sebelumnya.
3. Income maximization
FE - UNMA
5
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
4.
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk
melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang besar.
Income Smothing
Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan angka laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena investor pada
umumnya cenderung lebih menyukai perusahaan dengan laba yang stabil untuk
berinvestasi. Perusahaan dengan laba yang stabil dianggap lebih mampu bertahan
menghadapi masalah-masalah yang ada dibandingkan dengan perusahaan yang fluktuasi
labanya tinggi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu manajer akan berusaha untuk
membuat laba perusahaan yang dikelolanya menjadi stabil yaitu dengan melakukan
perataan laba.
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir, dkk. 2002), hal tersebut
dapat terlihat dari angka indeks yang semakin mendekati nol, dengan ini diharapkan
perusahaan tidak memiliki variabilitas/fluktuasi laba untuk setiap periodenya sehingga
manajemen perusahaan melakukan manipulasi variabel-variabel akuntansi agar nilai laba
yang dihasilkan relative sama dari tahun ke tahun. Tindakan perataan laba adalah suatu sarana
yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan
memanipulasi variable-variabel akuntansi. Didasarkan pada Positive Accounting Theory
dinyatakan bahawa hal yang dapat memotivasi manajemen perusahaan dalam melakukan
praktik perataan laba adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage. Hal ini menuntut
perusahaan untuk melakukan mekanisme pengawasan atau monitoring untuk meminimalkan
praktik perataan laba oleh menejemen. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah
penerapan Good Corporate Governance. Penerapan Good Corporate Governance khususnya
komisaris independen yang merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak
memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki
pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal lain yang terkait dengan sistem
pengawasan internal perusahaan yang diduga mampu mempengaruhi praktik perataan laba.
Oleh karena itu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah mekanisme Corporate
Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh terhadap manajemen
laba dan dapat meminimalisasi manajemen laba tersebut yang terlihat dari tinggi rendahnya
angka indeks yang dihasilkan. Jika angka indeks lebih dari satu dan semakin mendekati nol
berarti perusahaan melakukan praktik earning management (perataan laba). Model dalam
penelitian ini dapat digambarkan dalam paradigma penelitian berikut:
FE - UNMA
6
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
Earning
Management
Leverage
Komposisi
komisaris
Independen
2.3 Hipotesis
Berdasarkan Kerangka Penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Komposisi Komosaris Independen
Berpengaruh Terhadap Earning Management”
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Pupulasi dan Sampel
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
Verifikatif. Pupulasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Sampel penelitian diambil dengan
Purposive Sampling dengan kriteria (1) Emiten yang merupakan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2) Emiten yang menerbitkan laporan keuangan per 31
Desember atau memiliki periode akuntansi per 1 Januari sampai dengan 31 Desember (3)
Emiten yang tidak melakukan transaksi akuisisi atau merger dan tidak melakukan perubahan
kelompok usaha selama 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2009 (4) Data emiten untuk
setiap tahun dianggap independen (5) Emiten yang memiliki data lengkap. Jumlah sampel
akhir berjumlah 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2009 (dihitung melaui sampel awal (112) dikurangi data outlier yang dihapuskan dari
observasi (57)).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi
laporan keuangan perusahaan, Ukuran perusahaan, dan Komposisi dewan komisaris
Independen. Sumber data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory
(ICMD), SX Statistics dan Anual Report yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
FE - UNMA
7
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (size) adalah besar kecilnya perusahaan. Pada penelitian ini ukuran
perusahaan menggunakan nilai total aktiva perusahaan pada akhir tahun.
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Dalam penelitian ini profitabilitas
diukur dengan menggunakan Return On Assets
Return on Asset (ROA) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya
perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Profitabilitas
dihitung dengan rasio antara laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Masodah,
2007)
3. Financial Leverage
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana tertentu yang akan mengakibatkan
beban tetap yang berupa biaya bunga. Sumber dana ini dapat berupa utang obligasi, kredit
dari bank dan lain sebagainya . Menurut Sartono (2001) Financial Leverage menunjukan
proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya, financial leverage dalam
penelitian ini dihitung dengan menggunakan rasio, rasio yang digunakan
adalah Debt to Total Assets
4. Komposisi komisaris independen
Definisi komisaris independen dalam Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
5. Earning management yang diproksi dengan Perataan Laba
Menurut Beidelman (1973, dalam Harry, dkk, 2004) perataan laba diartikan sebagai
“suatu pengurangan dengan sengaja atas fluktuasi laba yang dilaporkan agar berada pada
tingkat yang dianggap normal bagi perusahaan”.
Status perataan laba diukur dengan menggunakan indeks Eckel. Eckel menggunakan
Coefficient variation (CV) variabel laba dan variabel penjualan bersih. Coefficient
Variation berguna untuk mengukur variabilitas sampel dan membandingkan varian antar
kelompok.
Secara garis besar variabel-variabel dalam penelitian ini, dapat digambarkan dalam
tabel berikut:
Tabel 1
Operasional Variabel
No Jenis Variabel
1
2
Ukuran
Perusahaan
Profitabilitas
FE - UNMA
Indikator
Total
Aktiva
ROA
Dimensi
Total Aktiva
8
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Pr ofitabilit as
3
Financial
Leverage
Debt to
total Asset
4
Komposisi
komisaris
independen
5
Earning
Management
Proporsi
jumlah
komisaris
independen
Indeks
Eckel
Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva
Debt to Total Asset
KKI
Total U tan g
Total Aktiva
Total angg. komisaris indp
x100%
Total anggota dewan komisaris
Indeks Eickel
CVI
CVS
(Indeks < 1 = EM = 1, Indek >1 = non EM = 0)
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan menggunakan empat tahap. Pertama, Analisis statistik
deskriptif. Kedua, Uji Asumsi Klasik meliputi uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Ketiga, analisis regresi linier berganda. Keempat,
menguji Hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F.
IV. PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, maka berikut didalam Tabel 2 akan
ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi: jumlah
sampel (N), rata-rata sampel (mean), dan standar deviasi (σ) untuk masing-masing
variabel.
Tabel 2
Deskripsi Variabel Penelitian Perusahaan Manufaktur Sample
Descriptive Statistics
N
SIZE
ROA
LEV
KDKI
EM
Valid N (listwise)
112
112
112
112
112
112
Minimum
.01
.22
.07
16.67
.00
Maximum
80.74
40.67
8.44
80.00
1.00
Mean
5.7091
9.1357
.5959
38.5384
.3661
Std. Deviation
10.45834
7.67825
.83816
11.47241
.48389
Variance
109.377
58.956
.703
131.616
.234
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2012
Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 112 sampel data yang diambil dari Laporan Tahunan Publikasi Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007 hingga 2009.
FE - UNMA
9
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Data Ukuran Perusahaan terendah (minimum) adalah 0,01 Trilyun yaitu PT. Myoh
Technology, Tbk. yang diperoleh dari data ukuran perusahaan (SIZE) tahun 2009 dan yang
tertinggi (maximum) 80,74 juta trilyun yaitu PT. Astra International, Tbk tahun 2008,
kemudian rata-rata Ukuran Perusahaan sebesar 5,7091 Trilyun. Sementara standar deviasi
sebesar 10,45834 menunjukkan simpangan data yang cukup besar, karena nilainya yang lebih
besar daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 5,7091. Dengan besarnya simpangan data,
menunjukkan bahwa data variabel ukuran Perusahaan dikatakan kurang baik hal ini
disebabkan karena setiap perusahaan memiliki size yang berbeda-beda bahkan terdapat
perusahaan yang memiliki data size perusahaan yang ekstrim (sangat besar) jauh diatas ratarata perusahaan manufaktur yang lain.
Data rasio Profitabilitas terendah (minimum) adalah 0,22 persen yaitu PT. Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company tahun 2007, Tbk. yang diperoleh dari data rasio
profitabilitas perusahaan tahun 2007-2009 dan yang tertinggi (maximum) 40,67 persen yaitu
PT. Unilever Indonesia, Tbk tahun 2009, kemudian rata-rata rasio profitabilitas sebesar
9,1357 Persen. Sementara standar deviasi sebesar 7,67825 menunjukkan simpangan data yang
relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 9,1357.
Dengan besarnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel profitabilitas dikatakan
cukup baik.
Data rata-rata rasio leverage terendah (minimum) tahun 2007-2009 adalah 0,07 persen
yaitu PT. Beton Jaya Manunggal, Tbk tahun 2009 dan yang tertinggi (maximum) 8,44 persen
yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk tahun 2009, kemudian rata-rata (mean) rasio
Leverage sebesar 0,5959 Persen. Sementara standar deviasi sebesar 0,83816 menunjukkan
simpangan data yang cukup besar, karena nilainya yang lebih tinggi daripada nilai mean-nya
yaitu sebesar 0,83816 Dengan besarnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel
leverage dikatakan kurang baik baik. Hal ini disebabkan karena dalam data leverage
perusahaanyang terdapat dalam penelitian ini terdapat sebaran data leverage perusahaan yang
ekstrim (sangat besar) jauh dari rata-rata leverage pada perusahaan manufaktur yang lain.
Data komposisi komisasris independen terendah (minimum) adalah 16,67 persen yaitu
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk, tahun 2007 yang diperoleh dari data
komposisi komisaris independen tahun 2007-2009 dan yang tertinggi (maximum) 80 persen
yaitu PT. Gudang Garam, Tbk tahun 2009, kemudian rata-rata (mean) komposisi komisaris
independen sebesar 38,5384. Sementara standar deviasi sebesar 11,47241 menunjukkan
simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya
yaitu sebesar 38,5384. Dengan besarnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel
profitabilitas dikatakan cukup baik.
Data nilai earning management terendah (minimum) adalah 0 (nol) yaitu perusahaanperusahaan yang tidak melakukan perataan laba yang diperoleh dari data manajemen laba
perusahaan yang dihitung dengan menggunakan indeks eckel tahun 2007-2009 dan yang
tertinggi (maximum) 1 (satu) yaitu perusahaan-perusahaan yang melakukan manajemen laba
pada tahun 2007-2009 rata-rata nilai manajemen laba sebesar 0,3661. Sementara standar
deviasi sebesar 0,48389 menunjukkan simpangan data yang besar, karena nilainya yang lebih
besar daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 0,3661. Dengan besarnya simpangan data,
menunjukkan bahwa data variabel profitabilitas dikatakan kurang baik.
4.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual
memiliki distribusi normal. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai
FE - UNMA
10
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
asymptotic significance diatas 0,05 (Ghozali, 2007). Hasil pengujian normalitas data terlihat
dalam Tabel 4.4
Tabel 3
Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
112
a,,b
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
.46093645
Most Extreme Differences
Absolute
.237
Positive
.237
Negative
-.185
Kolmogorov-Smirnov Z
2.510
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah 2012
Berdasarkann Tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel penelitian ukuran
perusahaan, profitabilitas, Leverage dan komposisi dewan komisaris tidak berdistribusi
normal dengan nilai asymptonic significance yang kurang dari dari 5 persen (0,000 < 0.005).
Hal ini disebabkan karena sebaran data sampel dalam penelitian ini memiliki ukuran data
yang berbeda-beda bahkan terdapat data perusahaan yang ekstrim (memilki data yang sangat
besar dan sangat kecil) jauh dari sebaran data perusahaan manufaktur yang lain.
Langkah selanjutnya dalam proses uji normalitas data adalah melakukan identifikasi
data outlier, jika nilai data lebih dari tiga maka data tersebut adalah data outlier (Imam, 2009).
Langkah identifikasi dalam penelitian ini adalah membuang data outlier yang memiliki nilai
lebih dari tiga, sehingga sampel akhir dalam penelitian ini hanya berjumlah 55 (dihitung
melaui sampel awal (112) dikurangi data outlier yang dihapuskan dari observasi (57))
Berikut adalah hasil uji normalitas data dengan jumlah observasi sebanyak 55
perusahaan, dengan menggunakan uji kolmogorov – smirnov.
Tabel 4
Uji Kolmogorov – Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
a,,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
55
.0000000
.44203835
.155
.145
-.155
1.153
.140
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2012
FE - UNMA
11
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Berdasarkan Tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel penelitian ukuran
perusahaan, profitabilitas, Leverage dan komposisi komisaris independen berdistribusi
normal dengan nilai asymptonic significance yang lebih dari dari 5 persen (0,140 > 0.005).
2. Uji Multikolonieritas
Hasil perhitungan nilai tolerance serta VIF dapat diketahui pada tabel 5 berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Multikoloniaritas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
LNSIZE
.967
1.034
LNROA
.889
1.124
LNLEV
.952
1.050
LGKKI
.958
1.044
Sumber : data Sekunder yang telah diolah 2012
Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap variabel
independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel independen tidak lebih dari 10.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoloniaritas antar variabel
independen dalam model regresi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji keakuratan ada tidaknya heteroskedasitas pada penelitian ini
digunakan uji Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser
adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Glejser
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.711
.271
LNSIZE
.042
.021
LNROA
.017
.011
LNLEV
.004
LGKKI
-.296
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
2.623
.012
.213
1.972
.054
.143
1.486
.140
.055
.007
.066
.947
.174
-.184
-1.697
.096
a. Dependent Variable : ABSUT
Sumber: Data sekunder yang telah diolah 2012
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah
Heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen (Ukuran
FE - UNMA
12
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, komposisi komisaris independen) lebih besar dari
tingkat signifikansi sebesar 0,05.
4. Uji Autokorelasi
Untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui
pengujian terhadap nilai Durbin-Watson. Output uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Summary
Model
R
R Square
a
1
.414
Adjusted R
Square
.171
b
Std. Error of the
Estimate
.105
Durbin-Watson
.45936
2.051
a. Predictors: (Constant), LGKKI, LNSIZE, LNLEV, LNROA
b. Dependent Variable: EM
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah 2012
Dari pengujian statistik diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 2,051 (du = 1,724; 4 –
du = 2,276). Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi
ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada di antara du tabel dan 4-du tabel, oleh
karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai. Hasil analisis tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini:
4.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh
variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut ini:
Tabel 8
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1.353
.787
LNSIZE
.037
.062
LNROA
.197
LNLEV
.039
LGKKI
-.751
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.719
.092
.078
.598
.553
.070
.386
2.831
.007
.159
.033
.248
.805
.506
-.195
-1.483
.144
a. Dependent Variable: EM
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2012
Dari tabel diatas maka dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
EM (1) = 1,353 + 0,037LNSIZE + 0,197LNROA + 0,039LNLEV – 0,751LGKKI
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan (LNSIZE), Return
On Assets (ROA) dan leverage (LNLEV) memiliki pengaruh ke arah positif terhadap
FE - UNMA
13
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
manajemen laba (EM) sedangkan variabel komposisi komisaris independen memiliki
pengaruh ke arah negatif terhadap manajemen laba, sehingga persamaan di atas dapat
diartikan:
a. Nilai konstanta sebesar 1,353
Hal ini berarti bahwa tanpa adanya pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,
dan komposisi dewan komisaris independen maka angka Earning Management (EM)
bernilai 1,353.
b. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (X ) bertanda positif
1
Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi ukuran perusahaan dengan asumsi variabel
lainnya tetap (cateris paribus), maka Earning Management (EM) akan mengalami
perubahan dengan arah yang sama
c. Koefisien regresi variabel profitabilitas (X ) bertanda positif
2
Hal ini berarti bahwa setiap perubahan profitabilitas dengan asumsi variabel lainnya tetap
(ceteris paribus), maka Earning Management (EM) akan mengalami perubahan dengan
arah yang sama.
d. Koefisien regresi variabel financial leverage (X ) bertanda positif
3
Hal ini berarti bahwa setiap perubahan profitabilitas dengan asumsi variabel lainnya tetap
(ceteris paribus), maka Earning Management (EM) akan mengalami perubahan dengan
arah yang sama.
e. Koefisien regresi variabel komposisi komisaris independen (X ) bertanda negatif
4
Hal ini berarti bahwa setiap perubahan komposisi komisaris independen dengan asumsi
variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka Earning Management (EM) akan
mengalami perubahan dengan arah yang berbeda.
4.4 Pengujian Hipotesis
2
1. Uji Koefisien Determinasi ( R )
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil dari
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1
R
.414
R Square
a
.171
Adjusted R
Square
b
Std. Error of the
Estimate
.105
Durbin-Watson
.45936
2.051
a. Predictors: (Constant), LGKKI, LNSIZE, LNLEV, LNROA
b. Dependent Variable: EM
Sumber: data sekunder yang diolah 2012
2
Dari tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R ) adalah 0.105. Hal
ini berarti bahwa 10.5% variabel manajemen laba (EM/Income Smothing) dapat dijelaskan
oleh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan
komposisi independen. Sedangkan sisanya sebesar 80.95% dijelaskan oleh faktor-faktor lain
diluar model yang dianalisis.
FE - UNMA
14
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 10
Hasil Uji Simultan
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
2.177
4
.544
Residual
10.551
50
.211
Total
12.727
54
F
Sig.
2.579
a
.049
a. Predictors: (Constant), LGKKI, LNSIZE, LNLEV, LNROA
b. Dependent Variable: EM
Tabel 11
Hasil Uji Hipotesis Parsial t
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1.353
.787
LNSIZE
.037
.062
LNROA
.197
LNLEV
.039
LGKKI
-.751
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.719
.092
.078
.598
.553
.070
.386
2.831
.007
.159
.033
.248
.805
.506
-.195
-1.483
.144
a. Dependent Variable: EM
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2012
Penelitian ini memiliki 4 hipotesis yang diajukan untuk meneliti praktik manajemen
laba perusahaan di Indonesia. Hasil hipotesis-hipotesis tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Hipotesis pertama (H1) adalah ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap manajeme laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar
0,598 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,553 (p > 0,05) maka variabel ukuran perusahaan
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap earning management (manajemen laba)
yang berarti H1 tidak diterima.
Hipotesis kedua (H2) adalah Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,831
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.007 (p < 0,05) maka variabel profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap earning management (manajemen laba) atau yang berarti H2
diterima
Hipotesis ketiga (H3) adalah financial leverage berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar
0,248 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,805 (p > 0,05). maka variabel financial leverage
berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap manajemen laba yang berati H3 tidak
diterima.
Hipotesis keempat (H4) adalah komposisi komisaris independen berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t
hitung sebesar -1,483 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,144 (p > 0,05) maka variabel
FE - UNMA
15
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
komposisi komisaris independen berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap
manajemen laba yang berarti H4 tidak diterima.
4.5 Pembahasan
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Earning Management
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap earning management
(manajemen laba), artinya tinggi rendahnya aktiva yang dimiliki perusahaan tidak
memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba, walaupun secara
teoritis dalam positive accounting theory disebutkan bahwa dalam ceteris paribus semakin
besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih
prosedur akuntansi yang menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode
mendatang. Hipotesis ini berdasarkan asumsi bahwa perusahaan yang biaya politiknya
besar lebih sensitif dalam hubungannya untuk mentransfer kemakmuran yang mungkin
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya kecil dengan kata lain
perusahaan besar cenderung lebih suka menurunkan atau mengurangi laba yang dilaporkan
dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan pihak manajemen lebih berhati-hati
dalam menyajikan laporan keuangan yang akurat agar laporan keuangan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan mengingat masih ada faktor lain yang bisa dipertimbangkan dalam
penyajian angka laba perusahaan diantaranya tingkat pertumbuhan normal perusahaan
yang dapat diukur dari tingkat penjualan. Dengan ini perusahaan akan mendapat
kepercayaan yang lebih baik dari pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Earning Management
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini sesuai
dengan possitive accounting theory yang menyatakan bahwa dalam ceteris paribus para
manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih
prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke
periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis tersebut apabila
manajer dalam sistem penggajiannya sangat tergantung pada bonus akan cenderung untuk
memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya atau meratakan tingkat
penghasilan yang akan diterima, misalnya dengan metode acrual.
3. Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Management
Berdasarkan pengujian yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi
kepemilikan utang perusahaan (leverage) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap manajemen laba, berarti besar kecilnya proporsi utang perusahaan tidak
memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Hal ini tidak sesuai
dengan dengan possitive accounting theory yang menyatakan bahwa dalam ceteris paribus
manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih
suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode
mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat
memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka
perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil, sehingga menurunkan
kemungkinan default technic.
FE - UNMA
16
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
4. Pengaruh Komposisi Komisaris Independen terhadap Earning Managenent
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi komisaris independen
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap earning management (manajemen
laba). Hal ini berarti komposisi komisaris independen tidak dapat mengurangi tindakan
manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan.
Walaupun secara teoritis dalam kerangka kerja corporate governance bahwa peranan
dewan komisaris adalah harus menyakinkan pedoman strategik perusahaan, pemonitoran
yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan
dan pemegang saham. serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata
demi kepentingan perusahaan.
Emirzon (2007) dalam Indri (2011) menyatakan bahwa pembentukan komisaris
independen ini dimotivasi oleh keinginan untuk memberikan perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dalam PT terbuka. Berdasarkan keputusan Direksi BEJ
(sekarang BEI) nomor: KEP-399/BEJ/07-2001 (dalam Indri, 2011) yaitu pencatatan efek
nomor I-A, komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan dan
tindakan direksi, dan memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan. Namun dalam
praktiknya keberadaan komisaris independen tidak berdampak besar terhadap akuntabilitas
laporan keuangan hal ini disebabkan karena pembentukkan komisaris independen hanya
diperuntukkan bagi pemenuhan regulasi saja.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
secara tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar
kecilnya ukuran perusahaan tidak dapat memotivasi manajemen dalam melakukan praktik
manajemen laba Hal ini disebabkan perusahaan besar cenderung lebih termotivasi untuk
melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan perusahaan kecil akan tetapi
perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan laba. Hal ini disebabkan karena dalam
menentukan angka laba perusahaan juga memperhatikan tingkat pertumbuhan normal
perusahaan disamping total aktiva, sehingga indikasi bahwa perusahaan melakukan
manajemen laba tidak begitu terlihat.
2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya profitabilitas
memberikan memotivasi yang cukup besar terhadap praktek manajemen laba (income
smothing). Hal ini disebabkan karena manajemen dengan plan bonus hipothesys
mengharapkan tingkat kompensasi yang relatif besar dan merata untuk setiap periodenya.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa dalam pengelolaan perusahaan sangat dipengaruhi
oleh perilaku oportunis manajer. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa
proporsi kepemilikan hutang perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya utang perusahaan
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (income smothing) perusahaan. Hal ini
disebabkan karena diharapkan dengan angka laba yang tinggi kreditur akan lebih percaya
FE - UNMA
17
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
kepada perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya.
3. Dari hasil regresi menunjukkan bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba, berarti komposisi dewan komisaris
independen tidak mampu meminimalkan praktik manajemen laba. Hal ini disebabkan
karena pembentukan komisaris independent hanya ditujukan untuk memenuhi regulasi
saja. Walaupun komisaris independent tidak terlibat langsung dalam pengelolaan
perusahaan besar kecilnya komposisi komisaris independen tidak berdampak baik
terhadap akuntabilitas laporan keuangan perusahaan.
5.2 Keterbatasan dan Saran
5.2.1. Keterbatasan
Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan setelah dilakukan analisis dan
interpretasi data adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan model untuk mendeteksi manajemen laba dalam penelitian ini mungkin
belum mampu mendeteksi manajemen laba dengan baik sehingga masih memerlukan
justifikasi model lain.
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya 4 variabel dengan nilai
2
Adjusted R yang relatif kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor
lain yang lebih berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Dari hasil uji normalitas data yang diperoleh dari Grafik histogram, Normal Probability
Plot dan uji kolmogorov – smirnov menujukkan terdapat sebaran data yang agak jauh dari
garis diagonal/garis distribusi normal (terdapat data outlier). Hal ini disebabkan karena
terdapat perusahaan yang memiliki data yang ekstrim (sangat tinggi dan sangat rendah)
jauh dibandingkan dengan sebaran data perusahaan manufaktur yang lain.
5.2.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran – saran yang
diajukan adalah :
1. Bagi emitem sebaiknya tidak melakukan praktik manajemen laba karena hal itu dapat
menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai dan menyesatkan.
2. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebaiknya lebih teliti dalam menilai laporan
keuangan perusahaan khususnya yang berkaitan dengan informasi laba sehingga
keputusan yang diambil tidak akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari.
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan
penelitian dengan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlunya mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam menentukan
manajemen laba sehingga manajemen laba dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel lain mengenai
mekanisme corporate governance seperti kompetensi dewan komisaris, ukuran dan
kompetensi komite audit yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen laba, selain itu
ukuran perusahaan sebaiknya diukur dengan indikator yang lain.
3. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu yang lebih lama dari
penelitian ini dan memperbanyak perusahaan yang akan dijadikan sampel.
FE - UNMA
18
e- MAKSI
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi
Volume 1 Nomor 1 Januari - Juni 2014
DAFTAR PUSTAKA
Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba degan Reaksi
Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
EfekJakarta”.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta. PT Asdi
Mahasatya
Abdullah,