ALAT MANAJEMEN KUALITAS jasa dan nilai

7 ALAT MANAJEMEN KUALITAS

1. Check Sheet
Check Sheet atau sering orang menyebutnya Check List atau Tally Chart, merupakan alat pertama
dari tujuh alat dasar manajemen kualitas yang sederhana dan digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasi data yang telah diamati. Check Sheet merupakan suatu daftar yang mengandung atau
mencakup factor-faktor yang ingin diselidiki. Check Sheet merupakan daftar yang berisi unsure-unsur
yang mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah laku atau kegiatan individu yang diamati.
Dari pengertian Check Sheet di atas disimpulkan bahwa Check Sheet merupakan salah satu metoda
untuk memperoleh data yang berbentuk daftar yang berisi pernyataan dan pertanyaan yang ingin
diselidiki dengan memberi tanda cek. Alat ini berupa lembar pencatatan data secara mudah dan
sederhana, sehingga menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data
tersebut. Umumnya Check Sheet berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
pencatat cukup memberikan tanda kolom yang telah tersedia, dan memberikan keterangan seperlunya.
Sebagai salah satu alat dari tujuh alat dasar manajemen kualitas yang dalam istilah bahasa sono
seven basic quality tools, check sheet memiliki fungsi sebagai alat pencatat hasil observasi dari
pemeriksaan distribusi proses produksi, item, lokasi, dan penyebab produk cacat atau rusak, juga sebagai
alat konfirmasi pemeriksaan. Lalu kalau begitu apa manfaat penggunaan check sheet dalam konteks
manajemen kualitas? Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan check sheet dalam mengelola
kualitas terutama untuk:







Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana sesuatu
masalah sering terjadi. Kemudahan ini akan berdampak pada efisiensi dalam pengumpulan data.
Memudahkan pemilahan data ke dalam kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab,
masalah-masalah dan lain-lain. Data-data yang telah terpilah secara rinci yang dikumpulkan
dengan menggunakan check sheet, sekaligus memudahkan pengolahan lebih lanjut untuk
memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang relevan dengan persoalan yang sedang
dihadapi.
Memudahkan penyusunan data secara otomatis, sehingga data itu dapat dipergunakan dengan
mudah.
Memudahkan pemisahan antara opini dan fakta.

Kemudahan-kemudahan yang diperoleh dari penggunaan checksheet akan berdampak pada
penghematan waktu maupun biaya dalam hal pengumpulan data. Lebih jauh data yang dapat
dikumpulkan dengan cepat, terpilah, dan valid, maka data tersebut dapat dianalisis secara rinci untuk
kepentingan pengambilan keputusan yang akurat dalam hal pengendalian kualitas. Besar kecilnya

manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan check sheet bergantung pada banyak hal. Selain
bergantung pada faktor manusia yang menjadi observer pengisi check sheet, juga bergantung pada baik
buruknya check sheet yang digunakan. Makin baik check sheet, makin besar manfaat yang bisa diperoleh
dengan catatan observernya juga baik. Lalu check sheet yang baik itu, check sheet yang bagaimana?
Check sheet yang baik setidaknya memiliki enam ciri yaitu 1) Sesuai dengan tujuan yang telah

dirumuskan terlebih dahulu, 2) Direncanakan secara sistematis, 3) Berupa format yang praktis dan baik,
4) Hasil pengecekan diolah sesuai dengan tujuan, 5) Dapat diperiksa validitas, reabilitas, dan ketelitian, 6)
Bersifat kuantitatif. Selain enam ciri di atas check sheet yang baik haruslah memiliki struktur yang
memuat informasi judul check sheet, identitas pengisi, petunjuk yang berisi penjelasan dan maksud
check sheet, petunjuk pengisian dan butir atau item check sheet. Ciri dan struktur check sheet tersebut
merupakan ciri dan struktur minimal untuk bisa dikatakan sebagai check sheet yang baik terlepas apakah
check sheet tersebut bersifat perorangan maupun kelompok, check sheet berbentuk skala penilaian
maupun angket, atau bahkan check sheet masalah.
Setelah kita mengetahui ciri dan struktur check sheet yang baik, maka pertanyaannya adalah
bagaimana cara membuat dan mengimplementasikannya. Berikut adalah cara membuat dan
mengimplementasikan check sheet yang baik:
Langkah 1
Langkah pertama dalam membuat check sheet adalah memperjelas sasaran pengukuran. Untuk
membantu memperjelas sasaran pengukuran, kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti

misalnya apa masalahnya? Mengapa data harus dikumpulkan? Siapa yang akan menggunakan informasi
yang dikumpulkan dan informasi yang sebenarnya mereka inginkan? Siapa yang mengumpulkan data?
Langkah 2
Langkah kedua adalah mengidentifikasikan apa yang akan diukur dan waktu pengukuran, misalnya Judul :
Keluhan pelanggan, Kategori : Pengiriman terlambat, pengemudi yang kasar, penagihan yang tidak
sesuai, dll.
Langkah 3
Langkah selanjutnya adalah menentukan isian Waktu Atau Tempat Yang Akan Diukur. Ini dimaksudkan
agar dapat mengidentifikasi kapan dan dimana data diperoleh.
Langkah 4
Langkah ke empat ini adalah langkah implementasi pengumpulan Data. Data dikumpulkan dengan cara
mencatat setiap peristiwa langsung pada lembar periksa. Yang perlu menjadi perhatian adalah jangan
menunda mencatat informasi hingga akhir hari atau hingga beristirahat, dikhawatirkan lupa.
Langkah 5
Langkah terakhir adalah menjumlahkan data atau merekapitulasi data. Maksudnya, Menjumlahkan
semua kejadian (misalnya, berapa banyak terlambat mengirim minggu ini, berapa banyak penagihan
yang tidak sesuai, dll)
Untuk memberikan gambaran agar lebih bisa membayangkan apa itu bagaimana membuat dan
mengimplementasikan check sheet, berikut disajikan beberapa contoh check sheet untuk berbagai
kepentingan yang berbeda dalam mengelola kualitas dan telah diisi.


1) Check Sheet untuk hasil proses produksi
Data-data yang dikumpulkan adalah ukuran, berat dan diameter yang dihasilkan dari suatu proses.
Namun hal ini dilakukan terhadap populasi hasil proses, sehingga membutuhkan waktu dan biaya yang
besar. Untuk itu sering dilakukan random dalam pengambilan sampelnya.

2) Check Sheet untuk produk rusak/ cacat (Defective Item)
Check Sheet ini digunakan untuk mencatat data tentang jumlah defect (cacat), prosentase kerusakan.
Dan bila diperlukan, dapat digunakan untuk setiap macam penyebab kerusakan.

3) Check Sheet untuk lokasi kerusakan (Defective Location)
Check Sheet ini digunakan untuk mencatat lokasi dimana kerusakan terjadi, pencatatan lokasi kerusakan
ini biasanya dilakukan dengan membuat gambar dari produk yang dibuat dan tanda-tanda tertentu
diberikan pada lokasi kerusakan.

4) Check Sheet untuk Penyebab kerusakan (Defective Cause)
Check Sheet ini digunakan untuk meneliti faktor-faktor penyebab kerusakan. Untuk masalah-masalah
yang lebih kompleks, akan lebih baik bila digunakan analisa yang lebih mendalam tentang sebab-sebab
dan akibat-akibat dengan menggunakan Scatter Diagram.


2. Diagram Stratifikasi
Diagram Stratifikasi adalah diagram yang menguraikan atau mengklasifikasikan persoalan menjadi
kelompok atau golongan yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur dari persoalan yang mempunyai
karakteristik sama. Kegunaan dan manfaat diagram stratifikasi antara lain untuk melihat masalah dan
mempersempit ruang lingkup masalah, sehingga dapat ditinjau dari satu segi saja, misalnya dari segi
penyebab, waktu, lokasi bahan baku, orang dan sebagainya. Dasar pengelompokkan atau stratifikasi
sangat tergantung pada tujuan pengelompokan, sehingga dasar pengelompokkan dapat berbeda-beda
tergantung kepada permasalahannya.
Di dalam pengendalian kualitas stratifikasi terutama ditujukan untuk: 1). Mencari faktor-faktor
penyebab utama kualitas secara mudah. 2). Membantu pembuatan Scatter diagram. 3). Mempermudah
pengambilan kesimpulan di dalam penggunaan peta kontrol. 4). Mempelajari secara menyeluruh
masalah yang dihadapi. Berikut diberikan contoh diagram stratifikasi dalam bentuk diagram cartesius
maupun dalam bentuk tabel. Contoh diagram stratifikasi dalam bentuk diagram cartesius seperti di
bawah ini:

Sedang contoh diagram stratifikasi dalam Bentuk Tabel, dapat dilihat seperti gambar berikut:

Tabel tersebut terdiri dari setidaknya tiga kolom (bisa lebih tergantung kebutuhan). Kolom pertama
merupakan kode yang menunjukkan jenis kerusakan. Kolom kedua menunjukkan keterangan jenis atau
kondisi kerusakan. Sedang kolom ketiga menunjukkan jumlah kerusakan untuk jenis/ kondisi kerusakan

tertentu yang ditemukan dalam pemeriksaan untuk satu periode pemeriksaan tertentu.
a. Flow Chart
Salah satu alternatif dari Stratification Diagram adalah Flow Chart atau disebut diagram alir atau
bagan alir. Flow Chart merupakan gambaran atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan
antar proses berserta instansinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap
simbol menggambarkan proses tertentu, sedangkan hubungan antara proses digambarkan dengan garis
pendukung. Flow Chart juga didefinisikan sebagai penyajian yang sistematis tentang proses dan logika
dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan uruturutan prosedur. Flow Chart menolong untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih
kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian. .
Cara Membuat Flow Chart
Jika akan membuat flow Chart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti :




Flow Chart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus dapat
dimengerti oleh pembacanya.
Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.








Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja, misalkan
Melakukan penggandaan.
Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati.
Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan tidak perlu
digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya
diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak
berkaitan dengan sistem.
Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.

Simbol Flow Chart
Simbol-simbol standard yang biasa digunakan untuk membuat Flow Chart diantaranya sebagaimana
tampak dalam gamber di bawah ini:


Jenis-jenis Flowchart
Ada lima macam bagan alir yang akan dibahas di modul ini, yaitu sebagai berikut:
1) Bagan alir sistem (systems flowchart).
Merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara
keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada dalam sistem. Berikut agar lebih
jelas diberikan satu contoh bagan alir sistem.

2) Bagan alir dokumen (document flowchart).
Menelusuri alur dari data yang ditulis melalui system. Fungsi utamanya untuk menelusuri alur form dan
laporan sistem dari satu bagian ke bagian yang lain. Berikut diberikan contoh bagan alir dokumen
penjualan.

3) Bagan alir skematik (schematic flowchart).
Mirip dengan Flowchart system yang menggambarkan suatu system atau prosedur. Berikut diberikan
contoh bagan alir skematik perdagangan saham di Bursa Efek.

4. Bagan alir program (program flowchart).
Merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur
dilaksanakan.


5. Bagan alir proses (process flowchart).
Merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah
selanjutnya dari sebuah sistem.

Contoh di atas merupakan contoh bagan alir proses pembuatan bioetanol dari sagu.
b. Run Chart
Run chart (Run Chart) menggunakan dua buah variable yang menunjukkan dinamika proses yang
berlangsung, dimana variasi yang terjadi dimonitor sedemikian rupa sehingga nampak jelas perubahan
hasil yang diamati. Biasanya digunakan variable waktu sebagai sumbu horisontal (berdasarkan
periodisasi) sebagai acuan terjadinya perubahan. Dalam diagram ini titik-titik data dihubungkan dengan
garis, dan bilamana perlu dilengkapi dengan garis nilai rata-rata dari data tersebut.
Tujuan Run Chart untuk memonitor aktivitas tertentu yang sedang beralngsung dalam organisasi
dengan harapan aktivitas tersebut dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan. Misalnya,
dalam aktivitas Bimbingan kehadiran guru juga perlu dimonitor, agar efektifitas pengajaran yang
dilakukan dapat berlangsung dengan baik. Sedang, manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan Run
Chart antara lain, pertama, untuk mengumpulkan dan menganalisa data. Kedua, Memberikan gambaran
situasi yang sedang terjadi dalam aktivitas dan ketiga, untuk membandingkan data berdasarkan periode
tertentu guna melakukan pemeriksaan dan pengendalian. Agar dapat membayangkan bentuk konkrit run
chart, berikut diberikan contoh run chart:


Sekarang, bagaimana cara membuat Run Chart. Untuk membuat run chart, ada beberapa langkah
yang harus kita lakukan. Pertama-tama, kita harus menentukan lebioh dulu apa yang mau diukur atau
dioamati. Kedua, setelah kita memastikan hal mau diukur, kita menggambarkan dalam sumbu kartesius
dengan sumbu Y sebagai sumbu vertikal dan sumbu X sebagai sumbu horisontal. Sumbu Y biasanya
digunakan untuk mewakili unit, sementara sumby X untuk mewakili periodisasi waktu. Semuanya dalam
skala tertentu. Ketiga, setelah sumbu-sumbu kartesius dan penskalaan telah siap, selanjutnya
memplotting setiap data ke bidang kartesius dan menghubungkannya dengan garis. Bila perlu kita juga
menggambarkan garis rata-rata dari data yang ada.
3. Histogram
Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Pada bidang statistik, pengertian
histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan dengan grafis batangan
sebagai manifestasi data binning. Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi frekuensi pada masingmasing deret kategori yang berdampingan dengan interval yang tidak tumpang tindih. Dalam konteks
manajemen kualitas, histogram adalah perangkat grafis yang menunjukkan distribusi, sebaran, dan
bentuk pola data dari proses. Jika data yang terkumpul menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan
dapat diprediksi, kemudian histogram dapat pula digunakan untuk menunjukkan kemampuan batasan
proses. Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang digunakan
untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah
sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki
standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat
dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin

sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih
bermutu, karena mendekati spesifikasi yang telah ditetapkan. Berikut diberikan satu contoh histogram.
Histogram pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi
frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada
tiap kategori dan merupakan salah satu dari seven basic tools of quality control. Aplikasi histogram
diagram sangat tepat digunakan pada saat kita 1) ingin menetapkan apakah proses berjalan dengan
stabil atau tidak 2) ingin mendapatkan informasi tentang performance sekarang atau variasi proses. 3)

ingin menguji dan mengevaluasi perbaikan proses untuk peningkatan. 4) ingin mengembangkan
pengukuran dan memonitor peningkatan proses. Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan
dapat diprediksi hal-hal sebagai berikut:
Merupakan penyajian data frekuensi yang diubah menjadi diagram batang. Dalam histogram, garis
vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Histogram juga menunjukkan kemampuan
proses, dan apabila memungkinkan histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses
dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata. Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu
mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang menyatakan fekuensi
absolute atau frekuensi relatif.
Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar
sampai dengan yang terkecil. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi
berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya seluruh faktor-faktor
dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan
yang terjadi adalah ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga berpengaruh
pada penetapan batas-batas kelas. Bila sebaran data melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat
dikatakan bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya,
bila sebaran data ternyata berada di dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi
spesifikasi mutu yang ditetapkan. Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau
pengembangan produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi
pengendalian proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya.
Selanjutnya adalah bagaimana cara membuat histogram? Langkah pertama adalah mengumpulkan
data. Sampel data haruslah dapat mewakili populasinya. Berapa jumlah sampel yang dapat mewakili
populasi dapat dipelajari loebih jauh di bidang kajian statistik atau metodologi penelitian. Langkah
kedua, adalah pengolahan data. Pengolahan data ini menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan
langkah pertama agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produks,
terutama dalam menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang
akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta. Seberapa banyak kelas-kelas data yang dibuat
untuk menggambarkan penyebaran data, ditentukan dengan cara: pertama, menentukan batas-batas
observasi (rentang). Rentang (r) adalah data tertinggi dikurangi data terkecil. Kedua, menghitung
banyaknya kelas atau sel-sel. Banyak kelas (b) = 1 + 3,3 log n. Selanjutnya, menentukan lebar/panjang
kelas dengan menggunakan rumus Panjang kelas (p) merupakan hasil pembagian nilai Rentang dengan
banyaknya kelas. Keempat, menentukan ujung kelas. Ujung kelas pertama biasanya diambil dari terkecil.
Kelas berikutnya dihitung dengan cara menjumlahkan ujung bawah kelas. Kelima, menghitung nilai
frekuensi histogram masing-masing kelas. Keenam, menggambarkan diagram batangnya.
4. Diagram Pareto
Diagram Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso pada akhir abad ke-19 merupakan
pendekatan logic dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk
histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan menyebab
utamanya. Diagram Pareto telah digunakan secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani
kerangka proyek; proses program; kombinasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu
dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan. Pareto chart
sangat tepat digunakan jika menginginkan hal-hal seperti menentukan prioritas karena keterbatasan

sumberdaya, menggunakan kearifan tim secara kolektif, menghasilkan consensus atau keputusan akhir,
dan menempatkan keputusan pada data kuantitatif
Manfaat Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan metode standar dalam pengendalian mutu untuk mendapatkan hasil
maksimal atau memilih masalah-masalah utama dan lagi pula dianggap sebagai suatu pendekatan
sederhana yang dapat dipahami oleh pekerja tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan
dalam bidang yang cukup kompleks. Diagram Pareto merupakan suatu gambar yang mengurutkan
klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat
membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi)
sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, Diagram Pareto juga
dapat digunakan untuk mem¬bandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan
setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses
Diagram Pareto dibuat berdasarkan data statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab
bertanggungjawab terhadap 80% masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma tersebut
menegaskan bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri diagram Pareto
daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik lajur yang terletak di sebelah kanan diagram.
Hal ini dapat diartikan bahwa diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting untuk
meningkatkan mutu produk atau jasa. Keberhasilan penggunaan diagram Pareto sangat ditentukan oleh
partisipasi personel terhadap situasi yang diamati, dampak keuangan yang terlihat pada proses
perbaikan situasi dan penetapan tujuan secara tepat. Faktor lain yang perlu dihindari adalah jangan
membuat persoalan terlalu kompleks dan juga jangan terlalu mencari penyederhanaan pemecahan.
Tahapan penggunaan dari Diagram Pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus kendali mutu
yang diukur, menentukan penyebab masalah dari tahapan sebelumnya dan mengelompokkan sesuai
dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi dari kondisi awal permasalahan yang ditemui,
melakukan rencana dan pelaksanaan perbaikan dari evaluasi awal permasalahan yang ditemui,
melakukan standarisasi dari hasil perbaikan yang telah ditetapkan dan menentukan tema selanjutnya.
Prinsip Diagram Pareto
Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20% dari pekerjaan bisa
menghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan 80/20 dapat diterapkan pada hampir semua hal,
seperti: 80% dari keluhan pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa, 80% dari keterlambatan jadwal
timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan, 20% dari produk atau account untuk layanan, 80%
dari keuntungan Anda, 20% dari-tenaga penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda,
atau 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalah nya.

Prinsip Pareto untuk seorang manajer proyek adalah mengingatkan untuk fokus pada 20% hal-hal
yang materi, tetapi tidak mengabaikan 80% masalah. Berikut Hukum Pareto dalam bentuk visual:

Umumnya Diagram Pareto merupakan diagram batang tempat batang tersebut diurutkan mulai dari
yang terbanyak sampai terkecil. Diagram Pareto memiliki banyak aplikasi dalam bisnis dan pekerjaan.
Demikian halnya Diagram Pareto dapat diaplikasikan dalam kontrol kualitas. Ini adalah dasar bagi
diagram Pareto, dan salah satu alat utama yang digunakan dalam pengendalian kualitas total dan Six
Sigma. Satu persatu masalah di breakdown berdasarkan kategori masing – masing. item Diagram Pareto
yaitu: 1) Apa (what). Apa saja yang menjadi penyebab masalah tersebut, 2) Kapan (when). Kapan
masalah tersebut paling sering muncul, 3) Dimana (where). Dimana masalah tersebut paling sering
muncul, 4) Siapa (who). Siapa orang atau kelompok yang mengalami paling banyak masalah, 5) Mengapa
(why). Mengapa masalah tersebut banyak terjadi, 6) Bagaimana (how). Bagaimana masalah tersebut bisa
terjadi, 7) Berapa biayanya (how much), 8) Masalah mana yang biayanya paling besar? / atau berapa
besar biasa yang sudah ditimbulkan?
Cara Membuat Diagram Pareto
Ada delapan tahap yang tercakup dalam pembuatan diagram Pareto, seperti :1) kumpulkanlah
sebanyak mungkin data yang menunjukkan sifat dan frekuensi peristiwa tersebut, 2) tentukan kategori
yang akan digunakan untuk menganilisa data tersebut, 3) alokasikan frekuensi peristiwa menjadi kategori
yang berbeda, 4) hitunglah frekuensi tersebut ke dalam prosentase, 5) buatlah diagram batang. 6)
kemudian urutkanlah diagram batang tersebut mulai dari yang terbanyak, 7) ceklah dampak pareto
dalam diagram batang tersebut, 8) apabila dampak pareto jelas, ambil tindakan pada item / fakto yang
paling umum.
Namun demikian, penyusunan Diagram Pareto dapat juga menggunakan tujuh langkah berikut ini 1).
Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab
jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. 2). Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan
karakteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya. 3). Mengumpulkan
data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4). Merangkum data dan membuat rangking
kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil. 5). Menghitung frekuensi kumulatif atau
persentase kumulatif yang digunakan. 6). Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat
kepentingan relatif masing- masing masalah. 7). Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk
mendapat perhatian.

Contoh Diagram Pareto

Contoh di atas adalah contoh sederhana dari sebuah diagram pareto dengan menggunakan sampel data
frekuensi relatif dari penyebab IP rendah. Ini memungkinkan kita untuk melihat 20% dari kasus yang
menyebabkan 80% dari masalah dan di mana upaya kita harus difokuskan untuk mencapai peningkatan
terbesar.
5. Diagram Scatter
Diagram Scatter atau diagram pencar atau juga disebut diagram sebar adalah gambaran yang
menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukkan
keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi.
Scatter diagram juga dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel dapat digunakan untuk
mengganti variabel yang lain.
Manfaat Diagram Scatter
Dikatakan juga bahwa Scatter diagram menunjukan hubungan antara dua variabel. Scatter diagram
sering digunakan sebagai analisis tindak lanjut untuk menentukan apakah penyebab yang ada benarbenar memberikan dampak kepada karakteristik kualitas. Pada contoh terlihat scatter diagram yang
menggambarkan plot pengeluaran untuk iklan dengan penjualan perusahaan yang mengindikasikan
hubungan kuat positif diantara dua variabel. Jika pengeluaran untuk iklan meningkat, penjualan
cenderung meningkat.

Pada umumnya, bila kita berbicara tentang hubungan antara dua macam data, kita sesungguhnya
membicarakan tentang : a). Hubungan penyebab dan akibatnya. b). Hubungan antara satu penyebab
dengan penyebab lainnya. c). Hubungan antara satu penyebab dengan dua penyebab. Secara grafis, jika
kita menggambarkan "akibat pada sumbu vertikal dan "penyebab" pada sumbu horisontal, maka kita
akan mendapatkan sebuah peta yang disebut dengan scatter diagram.
Cara Membuat Diagram Scatter
Cara untuk membuat scatter diagram adalah sebagai berikut :
a) Kumpulkan pasangan data (x,y) yang akan dipelajari hubungannya serta susunlah data itu dalam
tabel. Diperlukan untuk mempunyai paling sedikit 30 pasangan data.
b) Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum untuk kedua variabel x dan y. Buatlah skala pada
sumbu horizontal dan vertikal dengan ukuran yang sesuai agar diagram akan menjadi lebih mudah
untuk dibaca. Apabila kedua variabel yang akan dipelajari itu adalah karakteristik kualitas dan faktor
yang mempengaruhinya, gunakan sumbu horizontal, x, untuk faktor yang mempengaruhi
karakteristik kualitas dan sumbu vertikal, y, untuk karakteristik kualitas.
c) Tebarkan (plot) data pada selembar kertas. Apabila dijumpai data bernilai sama dari pengamatan
yang berbeda, gambarkan titik-titik itu seperti lingkaran konsentris (.), atau plot titik kedua yang
bernilai sama itu disekitar titik pertama.
d) Berikan informasi secukupnya agar orang lain dapat memahami diagram tebar itu. Informasi yang
biasa diberikan adalah :Interval waktuBanyaknya pasangan data (n), Judul dan unit pengukuran dari
setiap variabel pada garis horizontal dan vertikal, Judul dari grafik itu, Apabila dipandang perlu dapat
mencantumkan nama dari orang yang membuat diagram tebar itu.
Contoh Diagram Scatter
Berikut contoh dan pembacaan scatter diagram yang benar harus mengarah kepada tindakan yang
tepat. Untuk mempelajari kemampuan membaca yang benar dapat diuraikan secara umum seperti
dibawah ini :

Keterangan: untuk grafik 1 Pertambahan dalam y tergantung pada pertambahan dalam x. Bila x
dikendalikan, y terkendali pula. Pada grafik 2, bila x bertambah, y akan bertambah beberapa, tetapi y
seolah–olah mempunyai penyebab selain dari x. Grafik 3 menunjukkan tidak terdapat korelasi. Grafik 4
menunjukkan bahwa pertambahan dalam x menyebabkan kecenderungan untuk penurunan y.
Sementara grafik 5 mengandung intepretasi bahwa pertambahan dalam x akan menyebabkan
penurunan Y. Oleh sebab itu, apabila x dikendalikan maka y terkendali pula.
6. Diagram Fishbone
Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang muncul diperusahaan.
Metode – metode tersebut antara lain: Brainstorming, Bertanya Mengapa beberapakali (WHY – WHY)
dan metode Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa. Pada
kesempatan ini yang dibicarakan adalah metode yang ke 3 yakni Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause
and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa.
Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas.
Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya
adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915
di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan
diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang
menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang
pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone
diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang
moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat
dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong
kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya.
Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebabakibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas
(akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap
orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya.
Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai
menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan
pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan
sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi
sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat
menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang –
orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah
menggunakan diagram tulang ikan.

Manfaat Diagram Fishbone
Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar
penyebabnya. Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan
kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau
menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.
Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia
bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah –
masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada di industri manufaktur
khusunya antara lain adalah: a) keterlambatan proses produksi, b) tingkat defect (cacat) produk yang
tinggi, c) mesin produksi yang sering mengalami trouble, d) output lini produksi yang tidak stabil yang
berakibat kacaunya plan produksi, e) produktivitas yang tidak mencapai target, f) complain pelanggan
yang terus berulang
Namun, pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:
a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, b) Membantu membangkitkan ide-ide
untuk solusi suatu masalah, c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut, d)
Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang diinginkan, e) Membahas issue
secara lengkap dan rapi, f) Menghasilkan pemikiran baru. Jadi ditemukannya diagram Fishbone
memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi
perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab”
terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya
ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan
“penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah
dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat
melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen,
divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga
akan mempengaruhi sebab – sebab yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi
kualitas yang nantinya akan digunakan.
Cara Membuat Diagram Fishbone
Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni 1).
Menyiapkan sesi analisa tulang ikan. 2). Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3). Mengidentifikasi
berbagai kategori sebab utama. 4). Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. 5).
Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. 6). Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling
mungkin

Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu
keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut:











Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk diselesaikan.
Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tulislah pada sisi
sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan
tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak.
Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai
tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama
dapat dikembangkan melalui Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia,
mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui
langkah-langkah aktual dalam proses. Faktor –faktor penyebab atau kategori-kategori dapat
dikembangkan melalui brainstorming. Berikut beberapa pendekatan yang bisa dijadikan panduan
untuk merumuskan faktor-faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect:
a) Pendekatan The 4 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur). Faktor-faktor utama yang bisa
dijadikan acuan menurut pendekatan ini adalah 1) Machine (Equipment), 2) Method
(Process/Inspection), 3) Material (Raw, Consumables dll.), 4) Man power.
b) Pendekatan The 8 P’s (digunakan pada industri jasa). Menurut pendekatan ini, ada setidaknya 8
hal yang bisa dijadikan acuan sebagai faktor utama antara lain 1) People, 2) Process, 3) Policies, 4)
Procedures, 5) Price, 6) Promotion, 7) Place/Plant, 8) Product
c) PendekatanThe 4 S’s (digunakan pada industri jasa). Pendekatan ini memberikan acuan 4 faktor
utama antara lain 1) Surroundings, 2) Suppliers, 3) Systems, 4) Skills
d) Pendekatan 4 P (pendekatan manajemen pemasaran). Pendekatan yang menggunakan perspektif
manajemen pemasaran untuk memberikan faktor utama yang bisa dijadikan acuan yakni 1) Price, 2)
Product 3) Place, 4) Promotion
Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulangtulang besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran
sedang.
Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulangtulang berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang
berukuran kecil.
Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor penting tertentu yang
kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. Untuk mengetahui faktorfaktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaanpertanyaan berikut: Apakah penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi? Bertanya
“Mengapa” beberapa kali (konsep five whys) sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk
diambil tindakan peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke
dalam diagram sebab-akibat.

Kelebihan/ Kekurangan Diagram FishBone
Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap
orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah
tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah opinion based on tool dan di design membatasi
kemampuan tim / pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level
why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan

kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin
yang terdaftar pada diagram tersebut.
Contoh Bentuk Dasar Diagram Fishbone
Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone yang dapat diadikan acuan. Berikut ini diberikan format
dasar dari Diagram Fishbone yang sekiranya dapat memberikan inspirasi dalam penerapan dan
pengembangan lebih jauh yang disesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Ada yang penggambaran Cause
ditulis di tulang ikan sebelah kiri dan Effect di kepala ikan, namun ada pula yang sebaliknya.
Contoh 01 bentuk dasar Diagram Fishbone

Contoh 2 bentuk dasar Diagram Fishbone

Contoh Penerapan Diagram Fishbone
Perusahaan ABC bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi sepatu olahraga,
karena begitu pesatnya pertumbuhan pasar sehingga memaksa perusahaan ini menjaga kualitas agar
tetap bisa bersaing dengan para pesaingnya. Namun pada kuartal akhir tahun 20xx perusahaan ini
mengalami penuruanan penjualan karena produk dinilai cacat oleh distributor. Untuk mengatasi
permasalahan ini, manajer produksi diminta menganalisa dan mencari akar permasalahan sehingga
banyak produk yang cacat, sehingga diharapkan penjualan produk awal tahun depan bisa meningkat.
Namun sebelum manajer produksi melakukan analisa, sudah ada evaluasi yang menjelaskan bahwa
banyaknya produk cacat dikarenakan rendahnya kualitas bahan baku sepatu yang didapat. Manajer
produksi, akhirnya menetapkan ingin menggunakan Diagram Cause and Effect sebagai bahan pencari
akar penyebab dari masalah tersebut.
Langkah awal yang dilakukan adalah Manajer produksi menentukan Masalah yang terjadi. Masalah
yang muncul misalnya “banyaknya produk cacat”.
Langkah ke dua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan akibat atau
effect.

Langkah ketiga, Manajer produksi menuliskan faktor – faktor yang mungkin menjadi penyebab
utama masalah pada banyaknya produk cacat di akhir kuartal tahun 20xx. Dimisalkan yang menjadi
faktor penyebab utama masalah ini adalah: a) Machine (Mesin), b) Method (Metode atau proses
produksi), c) Material (Bahan baku), d) Man power (Tenaga kerja).

Langkah Keempat. Pada tahap ini manajer produksi mencari penyebab – penyebab sekunder yang
mungkin mempengaruhi penyebab utama. misalnya kemungkinan penyebab masalah sekunder pada
tulang Machine bersumber dari kerusakan mesin dan kesalahan setting mesin produksi. Kemungkinan
penyebab masalah sekunder pada tulang Metode dimisalkan terkait layout produksi. Kemungkinan
penyebab masalah sekunder pada Tulang Material misalkan disebabkan oleh dua kemungkinan yakni
kualitas bahan baku rendah dan pemasok barang baku. Sedangkan, kemungkinan penyebab masalah
sekunder pada tulang Man Power dimisalkan berasal dari kemampuan tenaga kerja dan kemampuan
mandor.

Pada langkah kelima, manajer produksi mencari penyebab – penyebab tersier yang mungkin bisa
mempengaruhi penyebab – penyebab sekunder. Jadi terjadi analisis lagi pada tahap ini. Apabila memang
tidak ditemukan penyebab tersier, penyebab sekunder dinyatakan cukup menjadi akar permasalahan
pada tiap pokok tulang permasalahan. Diandaikan hasil analisis penyebab tersier pada kasus ini yakni 1).
Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Machine bagian tulang kerusakan mesin adalah
mesin tua dan mesin tidak diservis dengan rutin. Sedang kemungkinan penyebab tersier pada tulang
kesalahan setting mesin produksi adalah rendahnya pengetahuan tentang SOP. 2). Kemungkinan
penyebab masalah tersier pada tulang Method pada bagian tulang layout produksi bersumber dari
desain layout yang kurang efektif. 3). Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Material
dimisalkan tidak ada, dan 4) Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Man Power bagian
tulang kemampuan tenaga kerja dimisalkan menyangkut keterampilan, pengalaman kerja, dan motivasi.
Sementara penyebab tersier pada bagian tulang kemampuan mandor dimisalkan juga terkait dengan
pengalaman kerja, motivasi, keterampilan dan kepemimpinan.

Pada langkah keenam, manajer produksi menetukan item-item yang penting dari seiap faktor pada
hasil diagram langkah kelima dan menandai (dalam hal ini diberi warna hijau) bahwa faktor-faktor
tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata terhadap banyaknya produk sepatu yang
cacat

Dari diagram tulang ikan di atas dapat dilihat bahwa ternyata, banyaknya produk cacat tidak hanya
disebabkan oleh material atau bahan baku yang tidak berkualitas, namun juga dipengaruhi oleh tenaga
kerja, metode atau system operasi dan mesin yang digunakan.

Tahap terakhir adalah Kesimpulan. Dari hasil analisis, Manajer produksi menyimpulkan ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kembali menjaga kualitas produk untuk awal kuartal tahun
2011 yaitu :

Dari analisis fishbone diperoleh kesimpulan yang memberkan gambaran spesifik tentang penyebab
dari suatu efek atau problem. Temuan penyebab yang spesifik tersebut menjadi dasar untuk mendisain
atau merancang program solutif untuk mengatasi efek atau persoalan.
7. Control Chart
Pengertian Control Chart atau dalam bahasa Indonesia disebut peta kendali, yang diberikan oleh
Eugene adalah grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan batas minimum yang merupakan
batas daerah pengendalian (Leavenworth, R.S., Pengendalian Kualitas Statis). Control Chart ialah suatu
Quality Tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah proses tersebut dalam kondisi
terkontrol secara statistik (statistically stable) ataukah tidak. Proses yang tidak dalam kondisi terkontrol
secara statistik akan menunjukan suatu variasi yang berlebih sebanding dengan perubahan waktu.
Tujuan Control Chart
Tujuan menggambarkan Control Chart adalah untuk menetapkan apakah setiap titik pada grafik
normal atau tidak normal dan dapat mengetahui perubahan dalam proses dari mana data dikumpulkan,
sehingga setiap titik pada grafik harus mengindikasikan dengan cepat dari proses mana data diambil.

Manfaat Control Chart
Berikut manfaat Control Chart:
1) Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama satu periode produksi.
2) Memberikan informasi proses secara kronologis, yakni menunjukkan bagaimana pengaruh berbagai
faktor, misalnya : material, manusia, metode, dll. terhadap proses produksi.
3) Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses yakni dengan memperhatikan pola atas
pergerakan titik-titik sehingga dapat dihindari Over Control yaitu pengontrolan terlalu ketat sehingga
dapat menurunkan efisiensi maupun Under Control yaitu pengontrolan terlalu longgar sehingga
dapat menurunkan mutu.
Cara Membuat Control Chart
Sebuah Control Chart terdiri dari garis pusat (Central Line), sepasang batas kendali masing-masing
diletakkan di atas (Upper Control Limit) dan di bawah (Lower Control Limit) dan nilai karakteristik. Bila
semua nilai digambarkan didalam batas kendali tanpa kecenderungan khusus, maka proses dipandang
sebagai keadaan terkendali. Sedangkan bila mereka jatuh di luar batas kendali atau menunjukkan bentuk
lain, maka proses ditetapkan berada di luar kendali.
Contoh Control Chart
Control Chart (Peta Kendali) umum

Control Chart (Peta Kendali) dengan 3 standard deviasi (3SD) atau 2 standard deviasi (2SD)

Control Chart membedakan antara Common Cause dan Special Cause. Common Cause ialah
Penyebab yang agak susah untuk bisa dihilangkan (Natural variation) sedang Special Cause ialah
Penyebab yang masih mungkin bisa dihilangkan, misalnya: Kesalahan Operator, materialnya retak dan
kotor, Operator masih baru, tidak ada Standard Operasional Procedure untuk menjalankan suatu mesin
produksi, dll. Control chart dibuat dengan menggunakan pendekatan statistik. Aplikasi statistik pada
pengendalian kualitas dikenal sebagai Statistical Process Control atau Pengendalian Kualitas Secara
Statistik. Pembahasan lanjut tentang topik tersebut dilakukan pada bagian tersendiri pada web ini.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24