54596115 Jenis Dan Layanan Bimb Konseling

RESUME
BAB VII
JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh :
ST. MARDIAH
Nim. 0732006
Jurusan : Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD
STAI DDI MAROS
TAHUN 2011

JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Ini membahas jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar,
konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, serta kegiatan penunjang,
dibicarakan secara khusus. Pembahasan dan jenis-jenis layanan dan kegiatan itu baru

menyangkut pokok-pokok saja, mengingat, pertama bahwa uraian dalam buku ini pada
umumnya dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang mendasari pemahaman awal
tentang masing-masing jenis layanan dan kegiatan yang dimaksudkan. Kedua,
pembahasan yang lebih rinci sampai dengan pengembangan keterampilan dalam masingmasing layanan dan kegiatan terdapat dalam buku yang khusus ditulis untuk masingmasing layanan dan kegiatan terdapat dalam buku yang khusus ditulis untuk masingmasing layanan dan kegiatan itu. Dalam pendidikan konselor, materi masing-masing
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling itu bahkan diajarkan dalam mata kuliah
tersendiri, di luar mata kuliah “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling”.
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat memahami dan memiliki
wawasan tentang :
1. Pengertian, tujuan, pokok-pokok dan kemungkinan pelaksanaan layanan orientasi
dan informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konseling
perorangan, serta bimbingan dan konseling kelompok.
2. Pengertian, tujuan, pokok-pokok dan kemungkinan pelaksanaan kegiatan penunjang
bimbingan dan konseling, yaitu pemakaian instrumen, penyelenggaraan himpunan
data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan.
Konsep-konsep Pokok
Konsep-konsep pokok yang perlu dipahami dan didalami lebih lanjut yang
terdapat pada bab ini adalah :




Layanan orientasi



Layanan informasi :







-

Informasi pendidikan

-

Informasi jabatan/pekerjaan


-

Informasi sosial-budaya

Layanan penempatan dan penyaluran
-

Penempatan dalam kelas

-

Penempatan dalam kelompok belajar

-

Penempatan dalam jurusan/program studi

-


Penempatan dan penyaluran lulusan.

Layanan bimbingan belajar
-

Keterlambatan akademik

-

Ketercepatan belajar

-

Sangat lambat belajar kurang motivasi belajar

-

Sikap dan kebiasaan belajar

-


Tes hasil belajar

-

Tes kemampuan dasar

-

Tes diagnostik

-

Analisis hasil belajar

-

Pengajaran perbaikan

-


Kegiatan pengayaan

Layanan konseling perorangan :
-

Konseling sebagai “jantung hati”

-

Bimbingan

-

Konseling sebagai layanan ”resmi”

-

Keefektifan konseling


-

Konseling direktif

-

Konseling non-direktif

-

Konseling elektik



Layanan bimbingan kelompok



Layanan konseling kelompok




Instrumentasi bimbingan dan konseling



-

Teknis tes

-

Teknik non-tes

Himpunan data
-

Data pribadi

-


Data umum

-

Data kelompok



Konferensi kasus



Kunjungan rumah



Alih tangan

A. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru
dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki
lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan
menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali datang ke
sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta”, buta tentang arah
yang hendak dituju, buta tentang jalan-jalan dan buta tentang itu dan ini. Akibat dari
kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dab tidak mencapai apa yang hendak
ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau bagi orang-orang yang
baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal tentang
lingkungan yang baru dimasukinya.
1. Layanan Orientasi di Sekolah
Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program
orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira

tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan & McKean
menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
a. Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan
memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.

b. Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil
di sekolah.
c. Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang
lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosioekonomi yang lebih tinggi.
Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi orientasi yang mendapat
penekanan adalah :
a. Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya;
b. Kurikulum yang ada;
c. Penyelenggaraan pengajaran;
d. Kegiatan belajar siswa yang diharapkan;
e. Sistem penilaian, ujian dan kenaikan kelas;
f. Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, ruang praktek);
g. Fasilitas penunjang (sarana olahraga dan rekreasi, pelayanan kesehatan,
pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria, dan tata usaha);
h. Staf pengajar dan tata usaha;
i. Hak dan kewajiban siswa
j. Organisasi siswa;
k. Organisasi orang tua siswa;
l. Organisasi sekolah secara menyeluruh.
2. Metode Layanan Orientasi Sekolah
Keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang
disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat

perkembangan anak. Untuk anak-anak yang baru memasuki kelas satu SD,
tentulah materi-materi tersebut tidak perlu (dan tidak dapat) disampaikan kepada
anak-anak yang masih sangat muda itu. Pokok-pokok materi itu sebaiknya
disampaikan kepada orang tua murid. Pemahaman orang tua terhadap berbagai
materi itu akan membantu mereka memberikan kemudahan dan pelayanan
kepada anak-anak mereka untuk dapat mengikuti pendidikan di SD dengan
sebaik-baiknya.
a. Kunjungan ke SD pemasok
Petugas dari SLTP (misalnya konselor sekolah bersama guru-guru lain
yang ditugaskan) mengunjungi SD-SD yang para lulusannya akan memasuki
SLTP tersebut. Di sana, para petugas itu menjelaskan berbagai hal-ihwal
SLTP itu kepada murid-murid SD kelas tinggi yang diharapkan akan
memasuki SLTP yang dimaksudkan. Alangkah baiknya kalau penjelasan itu
dilengkapi dengan penyajian gambar, film, poster, dan lain-lain sebagainya.
Tanya jawab dengan murid-murid SD itu juga dibuka seluas-luasnya.
b. Kunjungan ke SLTP pemesan
Murid-murid SD kelas tinggi mengunjungi SLTP yang akan mereka
masuki. Di sana mereka melihat lingkungan dan kelengkapan sekolah,
menerima penjelasan lengkap dengan gambar, film, poster dan tanya jawab.
c. “Malam” pertemuan dengan orang tua
Orang tua murid baru diundang menghadiri suatu pertemuan (boleh
siang atau malam) untuk beramah-tamah dengan staf sekolah dan menerima
penjelasan tentang hal-ikhwal sekolah tempat anak-anak mereka belajar.
d. Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
Dengan guru-guru (dan kepala sekolah) konselor membicarakan
materi orientasi dan cara-cara penyampaiannya kepada siswa. Guru-guru
(dengan dikoordinasikan oleh konselor sekolah) melaksanakan kegiatan
orientasi itu.

e. Mengunjungi kelas
Konselor berkeliling mengunjungi kelas-kelas murid baru. Konselor
menjelaskan dengan berbagai alat bantu dan prosedur tanya jawab tentang
berbagai materi tersebut di atas.
f. Memanfaatkan siswa-senior
Tabel
Waktu yang Diperlukan untuk Menyesuaikan Diri bagi Mahasiswa Baru
Waktu
3-4 hari

Frekuensi
45

%
28

1 minggu

50

31

2 minggu

26

16

3 minggu

15

9

Lebih satu bulan

27

16

Jumlah

163

100

3. Layanan Orientasi di Luar Sekolah
Demikian juga individu-individu yang memasuki lingkungan baru di luar
(seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang
kembali ke masyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan
tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan
barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau penyesuaian diri
kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti.
B. Layanan Informasi
Secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan
pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal
yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan
arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan
orientasi dan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi

pemahaman pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, layanan orientasi dan
informasi akan dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling lainnya dalam kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu
dengan permasalahan individu.
Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan.
Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan
yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan
lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial-budaya. Dalam masyarakat
yang serba majemuk dan semakin kompleks, pengambilan keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagian besar terletak di tangan individu itu sendiri. Dalam
hal ini, layanan informasi berusaha merangsang individu untuk dapat secara kritis
mempelajari berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya.
Kedua, memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya “ke mana dia
ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia
mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara
kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi-informasi yang ada itu. dengan kata
lain, berdasarkan atas informasi yang diberikan itu individu diharapkan dapat
membuat rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggung
jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. Dan ketiga setiap individu
adalah unik. Keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan
bertindak yang berbeda-beda.
Dengan ketiga alasan itu, layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat
tinggi tingkatannya. Lebih-lebih apabila diingat bahwa “masa depan adalah abad
informasi”, maka barang siapa tidak memperoleh informasi, maka ia akan tertinggal
dan akan tertinggal dan akan kehilangan masa depan.
1. Jenis-Jenis Informasi
a. Informasi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau
calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau
kesulitan. Di antara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a)

pemilihan program studi, (b) pemilihan sekolah, fakultas dan jurusannya, (c)
penyesuaian diri dengan program studi, (d) penyesuaian diri terhadap suasana
belajar, dan (e) putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya keterangan atau
informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan secara bijaksana.
Jenis-jenis informasi pada setiap tingkat itu adalah sebagai berikut :
Pertama kali masuk sekolah :
1) Jam-jam belajar
2) Disiplin dan peraturan sekolah lainnya
3) Kegiatan belajar dan kegiatan anak lainnya di sekolah
4) Buku-buku/alat pelajaran
5) Fasilitas, makanan, kesehatan, tempat bermain
6) Fasilitas transportasi (khususnya bagi mereka yang rumahnya jauh dari
sekolah).
7) Peraturan tentang kunjungan orang tua ke sekolah.
Memasuki SLTP :
1) Jadwal kegiatan sekolah
2) Mata pelajaran yang ada (berikut nama-nama gurunya)
3) Kegiatan ko-kurikuler
4) Fasilitas sumber belajar (seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja).
5) Sarana penunjang (seperti pelayanan kesehatan, bimbingan dan
konseling).
6) Peraturan sekolah, serta hak dan kewajiban siswa dan orang tua
7) Keadaan fisik sekolah (gedung-gedung, pekarangan sekolah, alamat)
8) Prosedur penerimaan.
Memasuki SLTA :
1) Mata pelajaran dan pembidangannya, seperti mata pelajaran umum,
persiapan ke perguruan tinggi, keterampilan.
2) Jurusan atau program-program yang disediakan.

3) Hubungan antara satu jurusan atau program dengan pekerjaan atau
kegiatan di masyarakat yang lebih luas.
4) Tersedianya

latihan-latihan

khusus,

seperti

mengetik,

komputer,

perbengkelan, dan lain-lain.
5) Jadwal kegiatan belajar dan latihan
6) Kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang disediakan.
7) Tuntutan pengembangan sikap dan kebiasaan belajar
8) Peraturan sekolah, hak dan kewajiban siswa.
9) Fasilitas sumber belajar (seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel, dan
sebagainya).
10) Pelayanan bimbingan dan konseling
11) Fasilitas penunjang (pelayanan kesehatan, makanan, bursa buku/alat-alat
pelajaran, transportasi, sarana).
12) Kemungkinan bea siswa
13) Kemungkinan melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi
14) Keadaan fisik sekolah (gedung-gedung, pekarangan sekolah, alamat,
lingkungan sekolah).
15) Prosedur penerimaan
Memasuki Perguruan Tinggi :
Secara garis besar informasi pendidikan yang diperlukan para (calon)
lulusan SLTA adalah :
1) Lembaga pendidikan yang menyajikan program-program yang lebih
spesifik (dengan berbagai butir pokok informasi sebagaimana disebutkan
terdahulu);
2) Beasiswa dan berbagai kemungkinan tunjangan yang dapat diperoleh
beserta

syarat-syarat

dan

cara-cara

melamarnya

(mengajukan

permohonan);
3) Program-program latihan khusus, misalnya di perusahaan-perusahaan
industri;

4) Kemungkinan lain yang dapat dimasuki oleh lulusan SLTA, seperti
memasuki jajaran ABRI, dan sebagainya.
b. Informasi Jabatan
Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat
hal-hal sebagai berikut :
1) Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan utama
2) Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan
3) Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan
4) Cara-cara atau prosedur penerimaan
5) Kondisi kerja
6) Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier
7) Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan, seperti kesehatan,
olahraga dan rekreasi, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, dan
sebagainya.
Pemberian informasi kepada para siswa di sekolah sifatnya sangat
strategis, baik dipandang dari segi tahap-tahap perkembangan mereka
maupun keadaan masyarakat yang selalu berubah dan menuntut adanya
tenaga kerja yang dapat mendukung kesejahteraan warga masyarakat dan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Di sinilah letaknya “tugas rangkap”
pendidikan yaitu memperkembangkan individu-individu secara optimal dan
menyiapkan mereka menjadi warga masyarakat yang bekerja dalam arti
seluas-luasnya.
Tingkat SD
Tingkat ini merupakan tingkatan yang paling awal dan mendasar.
Informasi yang diberikan pada tingkat ini bersifat umum dan tidak mengarah
pada jenis-jenis jabatan/pekerjaan tertentu. Pemberian untuk anak-anak SD
pada umumnya dimaksudkan untuk :
1. Mengembangkan sikap terhadap segala jenis pekerjaan. Guru/konselor
sekolah benar-benar berhati-hati. Jangan sampai melalui kata atau

tindakan, menunjukkan prasangka ataupun kecenderungan positif/negatif
terhadap jenis pekerjaan tertentu.
2. Membawa anak-anak untuk menyadari betapa luasnya dunia kerja yang
ada, terentang dari pekerjaan yang dijabat orang tua anak-anak itu sampai
ke segala macam pekerjaan di masyarakat luas.
3. Menjawab berbagai pertanyaan anak-anak tentang pekerjaan. Dorongan
ingin tahu anak-anak akan membawa mereka menanyakan segala sesuatu
tentang pekerjaan. Dalam hal ini jawaban atau informasi yang tepat dan
benar (tidak dibuat-buat atau disamarkan) harus segera diberikan kepada
anak setiap waktu mereka bertanya.
4. Menekankan

jasa

dari

masing-masing

jenis

pekerjaan

kepada

kesejahteraan hidup rumah tangga dan masyarakat (tidak hanya
mengemukakan gaji atau penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan
itu). Perlunya bakat atau kemampuan atau keterampilan khusus untuk
jenis-jenis pekerjaan tertentu, terutama yang bermanfaat bagi pemberian
bantuan kepada sesama manusia, perlu disampaikan dan ditonjolkan
kepada anak-anak.
5. Pekerjaan ada dimana-mana, di tingkat desa, kecamatan, kabupaten,
provinsi, negara dan bahkan dunia. Pada tingkat perkembangan itu, anakanak mulai membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang ada di desa dan di
kota, di daerahnya sendiri dan di daerah lain, bahkan di negaranya sendiri
dan di negara lain. Anak dirangsang untuk mulai menyadari bahwa ada
seribu satu macam cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencari
penghidupan dan memenuhi kebutuhan hidupnya melalui berbagai jenis
pekerjaan.
6. Saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.
Pada anak-anak perlu dikembangkan bahwa untuk terlaksananya suatu
pekerjaan yang baik, para pekerja saling bekerja antara yang satu dengan
yang lainnya; oleh karena itu mereka harus saling membantu dan
bekerjasama.

7. Baik kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu,
diperlukan untuk keberhasilan (kesuksesan) bagi sebagian besar jenis
pekerjaan.
8. Untuk memilih suatu pekerjaan diperlukan informasi yang tepat (yaitu
tentang hakikat pekerjaan itu sendiri, latihan yang diperlukan, kondisi
kerja, dan sebagainya).
9. Ada berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh orang-orang yang
menginginkan pekerjaan tertentu (seperti peralatan yang diperlukan untuk
pekerjaan itu mahal, biaya untuk program pendidikan dan latihan mahal
dan waktunya lama, kondisi kerja dalam pekerjaan itu kurang
menyenangkan, dan sebagainya).
10. Untuk memilih pekerjaan atau karier di masa depan perlu kehati-hatian
dan pertimbangan yang matang.
Tingkat SLTP
Informasi jabatan/pekerjaan di SLTP menyajikan bahwa informasi
dengan tujuan agar para siswa mampu merencanakan secara umum masa
depannya dan tidak merencanakan pekerjaan tertentu secara khusus. Pada
tingkat ini diharapkan para siswa mulai :
1. Mempelajari bidang pekerjaan secara lebih luas seperti bidang
perdagangan, permesinan, administrasi, perkantoran, dan lain-lain.
2. Melihat hubungan antara bidang-bidang pekerjaan itu dengan mata-mata
pelajaran yang ada di sekolah. Pada kelas tertinggi SLTP siswa
hendaknya telah mendekati pilihan program pendidikan yang ingin
diikutinya sesuai dengan arah pengembangan kariernya. Di SLTA
nantinya anak-anak akan segera memasuki jurusan-jurusan tertentu yang
secara lebih khusus mengarahkan mereka ke karier yang mereka pilih.
3. Lebih mendalami informasi tentang pekerjaan tertentu. Pada tahap
perkembangan ini anak-anak sampai pada periode yang cukup
menentukan, yaitu sebagian di antara mereka melanjutkan pelajaran dan

sebagian lagi terpaksa berhenti sekolah. Bahkan diantara mereka
mungkin ada yang terpaksa sekolah sambil bekerja, baik dengan alasan
ingin “mencoba” pekerjaan itu atau mencari penghasilan untuk biaya
sekolah.
4. Memahami cara-cara memperoleh informasi yang tepat dan mutakhir
dengan jumlah yang cukup tentang dunia kerja. Cara-cara itu meliputi
studi kepustakaan, mempelajari dokumentasi tentang pekerjaan dan
mengikuti berbagai penyajian tentang informasi pekerjaan melalui
ceramah dan atau media cetak/elektronik. Mengamati langsung
beroperasinya pekerjaan yang dimaksud dan wawancara dengan para
pekerjanya oleh para siswa sendiri sangat dianjurkan.
5. Memahami pentingnya dan ruang lingkup perencanaan pekerjaan/karier.
Pada tahap ini para siswa hendaknya menyadari bahwa memilih suatu
pekerjaan pada dasarnya adalah memilih cara hidup tertentu.
6. Memahami bahwa dunia kerja itu tidak pernah dalam keadaan tetap
(statis), tetapi terus berubah dan berkembang. Para siswa hendaknya
menyadari bahwa ketika mereka menamatkan SLTA atau bahkan sesudah
itu, pekerjaan yang diinginkan semula pada waktu itu sudah tidak ada lagi
atau sudah berubah (tidak lagi seperti dibayangkan, diinformasikan
dahulu), sementara

itu jenis-jenis

pekerjaan

baru muncul

dan

keterampilan-keterampilan baru dituntut dari para pekerja.
Tingkat SLTA
Lebih jauh, informasi pekerjaan SLTA hendaklah meliputi, cakupan
yang memungkinkan siswa :
1. Mempergunakan berbagai cara untuk memperdalam dan memperluas
pemahaman tentang dunia kerja pada umumnya dan bidang pekerjaan
tertentu pada khususnya.
2. Mengembangkan rencana sementara pekerjaan yang akan menjadi
pegangan setamat SLTA.

3. Memiliki pengetahuan tentang ataupun mempunyai hubungan dengan
pekerjaan tertentu apabila siswa memang menghendaki untuk memegang
jabatan itu (baik ataupun sementara) setamat dari SLTA. Informasi dan
bantuan khusus untuk “mendekati” pekerjaan itu perlu diberikan kepada
siswa yang menghendakinya.
Pasca SLTA
Selepas SLTA para remaja/pemuda pada umumnya memasuki dunia
kerja atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi. Karena dunia kerja itu
selalu berubah, mereka memerlukan informasi tentang pekerjaan-pekerjaan
baru dengan berbagai kondisi dan syarat-syaratnya. Informasi baru tersebut
berguna bagi penyesuaian pilihan pekerjaan dan sekaligus pilihan programprogram pendidikan dan latihan yang relevan.
c. Informasi Sosial-Budaya
Masyarakat Indonesia dikatakan juga masyarakat yang majemuk,
karena berasal dari berbagai suku bangsa, agama dan adat-istiadat serta
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sering pula
membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari. Namun
demikian, perbedaan-perbedaan itu tetap dalam kesatuan sebagaimana tertera
dalam Lambang Negara Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Perbedaanperbedaan yang dimiliki itu hendaknya tidak mengakibatkan masyarakatnya
bercerai-berai, tetapi justru menjadi sumber inspirasi dalam hidup bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat, yang dapat hidup berdampingan antara yang
satu dengan yang lain.
Untuk memungkinkan sikap warga negara Indonesia dapat hidup
seperti yang dimaksud di atas, sejak dini mereka perlu dibekali dengan
pengetahuan dan pemahaman isi informasi tentang keadaan sosial-budaya
berbagai daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosialbudaya yang meliputi :
1) Macam-macam suku bangsa

2) Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan
3) Agama dan kepercayaan-kepercayaan
4) Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan kesalahpahaman suku bangsa lainnya.
5) Potensi-potensi daerah
6) Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu
Informasi itu perlu diperluas sampai menjangkau informasi tentang
bangsa-bangsa lain, khususnya untuk melihat kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai oleh bangsa-bangsa lain itu. Dengan informasi seperti itu, diharapkan
masyarakat kita, terutama generasi mudanya, terangsang untuk maju lebih
cepat lagi mengejar budaya yang telah lebih maju itu, terutama dalam bidang
ilmu dan teknologinya.
2. Metode Layanan Informasi di Sekolah
Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga
dan alat-alat bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karier, sosiodrama.
a. Ceramah
Ceramah merupakan metode pemberian informasi yang paling
sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan
hampir oleh setiap petugas bimbingan di sekolah. Di samping itu, teknik ini
juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak. Penyajian informasi
dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah, konselor, guru-guru dan staf sekolah
lainnya. Atau dapat juga dengan mendatangkan narasumber, misalnya dari
lembaga-lembaga pendidikan, Departemen Tenaga Kerja, badan-badan usaha,
dan lain-lain.
b. Diskusi panel
Penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan melalui
diskusi. Diskusi semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh siswa sendiri
maupun oleh konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaraannya

dilakukan disajikannya itu, dan dengan yang lebih mengetahuinya. Konselor,
guru bertindak sebagai pengamat dan sedapat-dapatnya memberikan
pengarahan ataupun melengkapi informasi-informasi yang dibahas di dalam
diskusi tersebut. Selanjutnya, untuk menarik perhatian para peserta dapat
ditampilkan berbagai contoh dan peragaan lainnya.
c. Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar
yang telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakat sekolah maupun
masyarakat umum. Dalam bidang bimbingan dan konseling, karyawisata
mempunyai dua sumbangan pokok. Pertama, membantu siswa belajar
dengan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang
dapat

menunjang

perkembangan

mereka.

Kedua,

memungkinkan

diperolehnya informasi yang dapat membantu pengembangan sikap-sikap
terhadap pendidikan, pekerjaan, dan berbagai masalah dalam masyarakat.
Penggunaan

karyawisata

untuk

maksud

membantu

siswa

mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif,
menghendaki siswa berpartisipasi secara penuh baik dalam persiapan maupun
pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang dikunjungi. Kegiatan
karyawisata dapat dilakukan di berbagai lapangan lapangan. Untuk itu, perlu
dibuat variasi objek-objek yang akan dikunjungi dari waktu ke waktu. Hal ini
dimaksudkan untuk memungkinkan siswa-siswa mempunyai kesempatan
mengenal banyak objek yang berbeda. Kunjungan yang bervariasi itu
merupakan salah satu cara untuk memperluas minat dan mengembangkan
sikap-sikap yang konstruktif.
d. Buku panduan
Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan
tinggi, buku panduan kerja bagi para karyawan) dapat membantu siswa
dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna. Selain itu siswa juga
dapat diajak membuat “buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai
artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan dari koran-koran dan

media cetak lainnya. Pembuatan “buku-buku di bawah bimbingan langsung
konselor. Versi lain dari “buku karier” itu menempelkan potongan atau
guntingan rubric yang mengandung nilai informasi pendidikan jabatan dari
koran/majalah pada “papan bimbingan”.
e. Konferensi karier
Konferensi karier dilakukan dengan mengikuti salah satu pola di
bawah ini :
Pola pertama, menyisihkan waktu selama satu jam atau lebih di luar
hari-hari sekolah setiap semester. Selama waktu ini siswa dibagi atas
beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mengadakan diskusi
dengan narasumber yang ditentukan sebelumnya.
Pola kedua, menyediakan waktu sehari penuh atau lebih setiap
semester untuk mengadakan konferensi. Pelaksanaan konferensi diawali
dengan pertemuan umum, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan
kelompok. Dalam kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengikuti
sejumlah pertemuan yang berbeda.
Pola ketiga, menyediakan jadwal konferensi dengan mengadakan
pertemuan sekali setiap minggu. Siswa dapat mengikuti diskusi sesuai
dengan bidang-bidang yang diminatinya. Pola seperti ini tidak saja
menguntungkan bagi siswa untuk berperan serta dalam berbagai kelompok
diskusi yang diminatinya, tetapi juga prosedur administrasinya tidak terlalu
merepotkan.
Pola keempat, mengadakan pekan bimbingan karier selama satu
minggu terus menerus.
3. Layanan Informasi di Luar Sekolah
Sebagaimana layanan

orientasi, layanan

informasi

juga banyak

diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang
diperlukan itu pada dasarnya sejalan dengan informasi yang telah diuraikan di
atas, yaitu informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu

perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara
dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat. Rincian berbagai
informasi itu agaknya tidak terbatas, selalu dapat berubah sesuai dengan
perubahan dan perkembangan masyarakat.
C. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Individu sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga
tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan
dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal.
Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama
konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.
1. Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah
Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah dapat berupa (a)
penempatan siswa di dalam kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam
kelompok-kelompok belajar, (c) ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan (d)
ke dalam jurusan/program studi yang sesuai.
a. Layanan Penempatan di dalam Kelas
Layanan penempatan di dalam kelas itu merupakan jenis layanan
yang paling sederhana dan mudah dibandingkan dengan layanan penempatan
penyaluran lainnya. Namun demikian, penyelenggaraannya tidak boleh
diabaikan. Penempatan masing-masing anak secara tepat akan membawa
keuntungan :
1) Bagi siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan penyesuaian dan
pemeliharaan terhadap kondisi individu siswa (kondisi fisik, mental,
sosial).
2) Bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, dengan
penempatan yang tepat menjadi lebih mudah menggerakkan dan
mengembangkan semangat belajar siswa.

Kedua keuntungan di atas pada akhirnya bermuara pada pemberian
kemudahan bagi pengembangan anak secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan masing-masing.
b. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kelompok Belajar
Pembentukan kelompok belajar mempunyai dua tujuan pokok.
Pertama, untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Tujuan ini biasanya diterapkan
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang menggunakan sistem maju
berkelanjutan. Dalam sistem ini setiap siswa mempunyai kesempatan untuk
maju sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa harus menunggu
atau didesak oleh siswa lain. Pada dasarnya dalam sistem ini masing-masing
siswa dapat maju setiap ada kesempatan, ibarat pengikut perlombaan balap
sepeda, balap mobil, dan sebagainya.
Kedua, untuk wadah belajar bersama. Berbeda dengan cara
pengelompokan pertama, dalam pengelompokan ini dilakukan tidak menurut
kemampuan siswa, melainkan dilakukan sedemikian rupa sehingga di dalam
suatu kelompok belajar akan terdapat siswa-siswa yang kemampuannya
pandai, sedang and kurang. Atau dapat juga dilakukan berdasarkan atas
pilihan siswa. Dalam hal ini, para siswa bebas memilih teman-teman sekelas
yang paling disukainya untuk dijadikan teman belajar. Pembentukan
kelompok seperti ini bertitik tolak dari anggapan dasar bahwa siswa dapat
belajar bersama, saling memberi dan menerima, saling tukar pengetahuan dan
keterampilan. Karena dalam kelompok itu ada siswa yang pandai, dan ada
siswa yang kurang pandai, maka siswa yang pandai dapat menularkan apa
yang ia miliki kepada siswa lain yang kurang pandai. Sedangkan siswa yang
pandai

itu

sendiri

dapat

semakin

memantapkan

pengetahuan

dan

keterampilannya.
c. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler
Kegiatan ko/ekstrakurikuler merupakan bagian dari kurikulum.
Sebagaimana dengan kegiatan-kegiatan lain, kegiatan ko/ekstrakurikuler pun

dapat menjadi wadah belajar bagi siswa. Ia menempati tingkat kepentingan
yang setara dengan kegiatan-kegiatan akademik lainnya walaupun sifatnya
berlainan. Tetapi sangat disayangkan, kegiatan-kegiatan ini masih dipandang
sebagai “hiasan” tambahan, sebagai kegiatan yang tidak begitu menentukan
perkembangan siswa.
Salah satu ciri yang menonjol dari kegiatan ko/ekstrakurikuler adalah
keanekaragamannya, mulai dari memasak sampai musik, dari pengumpulan
perangko sampai dengan permainan hoki. Hampir semua minat remaja dapat
digunakan sebagai bagian dari kegiatan ko/ekstrakurikuler. Banyak
kebutuhan siswa yang dapat dilayani melalui kegiatan ko/ekstrakurikuler.
Misalnya, dalam menyesuaikan diri dengan teman-teman di lingkungannya
yang baru atau dalam usaha mendapatkan teman-teman baru.
d. Penempatan dan Penyaluran ke Jurusan/Program Studi
Setiap awal tahun ajaran, banyak siswa SMA yang menghadapi
masalah “jurusan/program apa yang sebaiknya saya ikuti?” Sebagian siswa
dapat merencanakan atau menentukan sendiri jurusan/program studi apa yang
akan diambilnya. Mereka menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, namun
disamping itu, banyak juga siswa yang tidak dapat membuat rencananya
secara realistis. Mereka membuat rencana hanya berdasarkan atas kemauan
dan keinginan, tidak menyesuaikannya dengan bakat dan kemampuan yang
dimilikinya, atau bahkan ada siswa-siswa yang tidak mampu membuat
rencana sama sekali. Terhadap siswa-siswa yang seperti ini perlu diberikan
bantuan agar mereka dapat membuat rencana-rencana dan mengambil
keputusan secara bijaksana.
2. Penempatan dan Penyaluran Lulusan
Pada setiap akhir tahun ajaran ratusan ribu atau bahkan jutaan anak muda
menamatkan studi dari jenjang pendidikan tertentu. Pada umumnya mereka
mendambakan untuk dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih

tinggi. Atau bagi yang memang tidak bermaksud untuk melanjutkan pendidikan,
mereka mendambakan untuk dapat diterima pada lapangan kerja yang sesuai.
Saat seperti itu merupakan saat yang kritis bagi kebanyakan para lulusan,
baik tamatan pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan
tinggi. Mereka berada dalam masa transisi dari satu tingkat pendidikan ke tingkat
pendidikan lainnya atau dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Dalam suasana ini,
mereka dihinggapi oleh berbagai perasaan, seperti cemas, binging, tidak
menentu, dan sebagainya. Perasaan-perasaan seperti ini terutama sekali dialami
oleh lulusan yang sebelumnya kurang mempersiapkan dirinya dengan baik.
a. Penempatan dan Penyaluran ke dalam Pendidikan Lanjutan
Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan tidak
dapat dilakukan secara acak, tetapi memerlukan perencanaan yang matang
sebelum siswa tamat dari bangku sekolah yang sedang didudukinya. Karena
hal ini, baik langsung maupun tidak langsung, juga akan menyangkut citra
sekolah secara keseluruhan, maka sekolah mempunyai tanggung jawab yang
besar dalam menyelenggarakan pelayanan penempatan dan penyaluran para
siswanya setelah mereka tamat nantinya. Masalah-masalah sebagaimana
dikemukakan di atas tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat dikurangi
bilamana

sekolah

memberikan

bantuan

dalam

pengembangan

dan

penyusunan rencana pendidikan lanjutan bagi para siswanya. Rencana yang
baik ialah rencana yang disusun berdasarkan atas pertimbangan tentang
kekuatan dan kelemahan siswa dari segi-segi yang amat menentukan
keberhasilan studi pada program pendidikan lanjutan itu, terutama segi
kemampuan dasar, bakat dan minat, serta kemampuan keuangan. Oleh sebab
itu sangat penting diungkapkan bakat, minat, kemampuan dan ciri-ciri
kepribadian lainnya yang dimiliki siswa, serta keadaan sosial ekonomi orang
tua/wali siswa.
b. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Jabatan/Pekerjaan
Di samping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu
para siswanya yang akan memasuki dunia kerja. Walaupun di sekeliling

siswa tersedia berbagai lapangan kerja, tetapi tidak semua lapangan kerja itu
dapat dengan mudah atau cocok untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dengan
dunia pendidikan, maka masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki sifat
dan ciri-ciri tersendiri. Kondisi, sifat dan ciri pekerjaan tercantum pada
informasi pekerjaan sebagaimana telah diutarakan. Selanjutnya, untuk
keperluan praktis informasi tersebut dituangkan ke dalam kriteria penerimaan
tenaga kerja. Kriteria ini pada umumnya tidak dimiliki oleh setiap orang,
karena individu itu berbeda antara yang satu dengan yang lain, baik bakat,
minat, kemampuan, dan sifat-sifat kepribadian lainnya. Prinsip lain yang
perlu diperhatikan ialah bahwa bagi setiap lapangan kerja penambahan
tenaga kerja berarti peningkatan produktivitas pada lapangan kerja yang
dimaksud. Penambahan jumlah tenaga kerja tanpa diikuti dengan
peningkatan produktivitas sama dengan pemborosan. Sedangkan peningkatan
produktivitas hanya mungkin dicapai apabila tenaga kerja yang bersangkutan
mempunyai motivasi yang tinggi untuk berprestasi, mempunyai kemauan
untuk bekerja keras, mencintai dan menyenangi pekerjaannya, di samping
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan
pekerjaannya itu.
Peranan orang tua atau wali siswa juga cukup penting, terutama
dalam memberikan data pendukung tentang siswa, menjalankan keputusan
tentang penempatan dan penyaluran yang dilakukan oleh sekolah dengan
layanan serta perlakuan orang tua terhadap anak, dan dalam memberikan
kemudahan-kemudahan bagi kegiatan belajar siswa (seperti keizinan bagi
anak untuk melakukan kegiatan--khususnya kegiatan di luar jam pelajaran;
penyediaan buku-buku dan alat-alat keperluan pembelajaran, serta biaya).
Apabila trio “guru—konselor—orang tua” kelompok dan matang dalam
menangani layanan penempatan dan penyaluran demi kebahagiaan anak,
sangat dapat diharapkan perkembangan anak berada pada jalur yang tepat.

D. Layanan Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang
penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalankegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan
atau rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak
mendapat layanan bimbingan yang memadai.
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap : (a)
pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, (b) pengungkapan sebab-sebab
timbulnya masalah belajar, dan (c) pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.
1. Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Di sekolah, di samping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang
dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti angkaangka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya.
Secara umum, siswa-siswa yang seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa
yang mengalami masalah belajar. Secara lebih luas, masalah belajar tidak hanya
terbatas pada contoh-contoh yang disebutkan itu. Masalah belajar memiliki
bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan atas :
a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki
inteligensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara
optimal.
b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat,
akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan

tugas-tugas

khusus

untuk

menentukan

kebutuhan

dan

kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu.
c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat
pendidikan atau pengajaran khusus.
d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar; mereka seolah-olah tampak jera dan malas.

e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang
kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya,
dan sebagainya.
Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan
sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan
sebelumnya. Siswa-siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia
telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari
konsep belajar tuntas (mastery learning) yang didasarkan pada asumsi bahwa
setiap siswa dapat mencapai hasil belajar sebagai yang diharapkan jika dia diberi
waktu yang cukup dan bimbingan yang memadai untuk mempelajari bahan yang
disajikan. Ketuntasan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan,
yaitu persentase minimal yang harus dicapai oleh siswa. Siswa yang belum
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan
belum menguasai tujuan-tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini digolongkan
sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar dan memerlukan bantuan
khusus. Sedangkan siswa yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan yang
disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai
siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut mendapat tugas-tugas
tambahan sebagai pengayaan.
Cara lain untuk melihat derajat keberhasilan siswa belajar ialah dengan
memperhatikan kurva yang dibentuk oleh nilai-nilai hasil belajar yang dicapai
oleh kelompok siswa (misalnya siswa dalam satu kelas, atau dalam satu
tingkatan kelas). Anggota kelompok itu menyebar pada keseluruhan kurva
seperti tampak pada Gambar 9.

Lambat sekali

Lambat

Sedang

Pandai

Pandai sekali

Gambar 9
Kurva Hasil Belajar
Tingkat keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan dengan melihat
kedudukan nilai siswa yang bersangkutan pada kurva. Nilai yang terletak di
tengah kurva menandakan bahwa siswa yang mencapai nilai itu tergolong
sedang, yang di sebelah kanan kurva tergolong pandai, dan yang berada di ujung
kurva sebelah kanan tergolong amat pandai. Sebaliknya yang berada di sebelah
kiri tergolong lambat, dan yang di ujung kiri termasuk lambat sekali. Dengan
penggolongan itu dapatlah diketahui siapa-siapa yang memerlukan bantuan
khusus, dan siapa-siapa yang memerlukan materi pengayaan.
Tes Kemampuan Dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu.
Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan
mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku. Beberapa tes yang
terkenal dalam bidang ini antara lain adalah Progressive Matrices (PM), Wechles
Intelligence Scale (WAIS dan WISC), Stanford Binet Intelligence Scale (SBIS).
Dalam banyak skala inteligensi, kemampuan dasar manusia diklasifikasikan
sebagai berikut :

I.Q.

140 ke atas

-

Sangat cerdas

120 – 139

-

Cerdas

110 – 129

-

Di atas rata-

90 – 109
80 – 89

rata
-

70 – 79
Di bawah 70

Normal

atau

rata-rata
-

Di bawah ratarata

-

Bodoh

-

Sangat bodoh

Hasil belajar yang dicapai siswa seyogyanya dapat mencerminkan tingkat
kemampuan dasar yang dimilikinya. Siswa yang kemampuan dasarnya tinggi
akan mencapai hasil belajar tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai hasil
belajar lebih rendah dari teraan inteligensi yang dimilikinya, maka siswa yang
bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar.
Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting
dalam belajar. Sebagian dari hari belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan
yang dilakukan siswa dalam belajar. Dari berbagai penelitian yang pernah
diadakan di tanah air terdapat hubungan yang berarti antara sikap dan kebiasaan
belajar dengan hasil belajar.
Sebagian dari sikap dan kebiasaan siswa belajar itu dapat diketahui
dengan mengadakan pengamatan dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan
tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang
berhubungan dengan belajar siswa. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada
sikap dan kebiasaan yang dapat diterima oleh alat indra.
Tes Diagnostik

Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya
kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu.
Misalnya untuk mata pelajaran berhitung/matematika apakah dijumpai
kesalahan-kesalahan dalam operasi berhitung, atau pemakaian rumus-rumus;
untuk pelajaran bahasa dijumpai kesalahan-kesalahan dalam penerapan tata
bahasa dan pemakaian ejaan. Untuk semua mata pelajaran diharapkan dapat
disusun dan dibuatkan tes diagnostiknya masing-masing.
Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan siswa. Makin sedikit siswa membuat kesalahan pada tes diagnostik,
makin kuatlah siswa pada materi pelajaran yang bersangkutan; dan sebaliknya.
Siswa-siswa yang ternyata sudah cukup kuat dalam mata pelajaran yang
dimaksud dianjurkan untuk terus memupuk kekuatan mereka itu, sedangkan
siswa yang masih mengalami banyak kesalahan berarti memerlukan bantuan
khusus.
Analisis Hasil Belajar atau Karya
Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes
diagnostik. Tujuannya sama, yaitu mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang
dialami oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu. Apabila tes diagnostik disusun,
dibakukan, dsn diselenggarakan dalam bentuk tes (sebagian besar tertulis),
analisis hasil belajar merupakan prosedur yang pelaksanaannya dilakukan
dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan
siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi yang
berupa model, maket dan bentuk-bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan
keterampilan tangan lainnya, serta gerak dan suara. Bentuk hasil belajar yang
lain dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video.
2. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti diutarakan di depan perlu
mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat
mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan (a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c)
peningkatan motivasi belajar, dan (c) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar
yang efektif.
a. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang
diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah
belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling
pokok berupa kesalahpengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar.
Apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai
kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
b. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan
kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar.
Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah
memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam
kegiatan belajar sebelumnya. Siswa-siswa seperti ini sering muncul dalam
kegiatan pelajaran dengan menggunakan sistem pengajaran yang terencana
secara baik. Misalnya, sistem pengajaran dengan modul, paket belajar, dan
pengajaran yang berprogram lainnya. Siswa yang amat cepat belajar hampir
selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dari rekan-rekan mereka
dalam waktu yang ditetapkan.
c. Peningkatan Motivasi Belajar
Apabila kepada siswa ditanyakan mengapa mereka belajar, maka akan
diperoleh berbagai jawaban. Si Ani mungkin mengatakan ia belajar karena
ingin pandai. Si Badrun mungkin mengatakan ia belajar karena ingin lulus
dalam ujian.
Guru konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu
siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur-prosedur yang
dapat dilakukan adalah dengan :

1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk lebih giat
belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai.
2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan.
4) Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu*)
5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan
murid, serta antara murid dan murid.
6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti
suasana

yang

menakutkan,

mengecewakan,

membingungkan,

menjengkelkan).
d. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Efektif
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar
yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan ada siswa yang
mengamalkan sikap dan kebiasaan yang tidak diharapkan dan tidak efektif.
Apabila siswa memiliki sikap dan kebiasaan seperti itu, maka dikhawatirkan
siswa yang bersangkutan tidak akan mencapai hasil belajar yang baik, karena
hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan
yang keras.
Prinsip-prinsip belajar, antara lain :
1) Belajar berarti melibatkan diri secara penuh, lebih dari sekedar membaca
bahan-bahan yang tercetak dalam buku-buku teks.
2) Efisiensi belajar akan meningkat apabila perbuatan belajar itu didasarkan
atas rencana atau tujuan yang nyata dan hasil dapat diukur.
3) Kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan kalimat-kalimat yang ada dalam
bahan yang dipelajari baru dibaca dengan penuh pengertian.
4) Sebagian bahan belajar hanya dapat dipelajari dengan baik kalau
menggunakan seluruh metode belajar.

5) Belajar dalam suasana terpaksa tidak memberikan harapan besar untuk
berhasil dengan baik.
6) Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil belajar yang baik
diperlukan adanya suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur
teratur, dan rekreasi yang memadai.
Lebih jauh, sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh
secara kebetulan, melainkan sering kali perlu ditumbuhkan melalui bantuan
yang terencana, terutama oleh guru-guru konselor, dan orang tua siswa.
Untuk itu siswa hendaklah dibantu dalam hal :
1) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar
2) Memelihara kondisi kesehatan yang baik
3) Mengatur waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah
4) Memilih tempat belajar yang baik
5) Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti bukubuku teks dan referensi lainnya.
6) Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kapan
membaca secara garis besar, kapan secara terinci, dan sebagainya.
7) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui kepada
guru, teman atau siapapun juga.
Berdasarkan hasil-hasil pengungkapan kelemahan dan kekuatan siswa
dengan mempergunakan instrumen/prosedur di atas, konselor dan guru
merancang layanan bimbingan belajar bagi siswa yang memerlukannya, baik
layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal,
kegiatan kelompok belajar, bimbingan/konseling kelompok atau individual,
ataupun kegiatan lainnya. Dalam pelaksanaannya peranan konselor dan guru
masing-masing atau bersama-sama tergantung pada materi layanan. Layanan
yang materinya lebih banyak menyangkut penguasaan bahan pelajaran
(seperti pengajaran perbaikan dana kegiatan pengayaan) menutut peranan
guru lebih besar, sedangkan pelayanan yang menuntut pengembangan
motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar menuntut lebih banyak peranan

konselor. Keadaan yang lebih dikehendaki ialah apabila kedua pihak selalu
bahu-membahu meningkatkan kemampuan siswa belajar, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
E. Layanan Konseling Perorangan
Pada bagian-bagian terdahulu konseling telah banyak disebut. Pada bagian
ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung