8 Manfaat Drone Yang Jarang Diketahui Or

8 Manfaat Drone Yang Jarang Diketahui Orang
Untuk Mencari Korban Bencana Alam Dan Korban Tragedi Lainnya
Manfaat drone yang pertama adalah untuk membantu korban bencana alam dan
berbagai bencana lainnya. Pada beberapa kasus, drone memang efektif digunakan
untuk menyelamatkan manusia. Misalnya pada kasus bencana banjir. Drone bisa
diterbangkan pada area yang membahayakan untuk menemukan apakah masih ada
korban yang selamat. Drone juga bisa digunakan untuk memberikan suplai bantuan
sementara. Sebab, mungkin area untuk menjangkau wilayah tersebut sangat
membahayakan.
Untuk Menegakkan Hukum
Manfaat drone selanjutnya adalah untuk menegakkan hukum. Misalnya, untuk menjaga
perbatasan antar negara. Aktivitas di sekitar perbatasan antar negara bisa dipantau
dengan baik menggunakan drone. Jadi adanya pelanggaran yang terjadi bisa segera
diketahui dan diselesaikan masalahnya. Pada penggunaan dalam internal negara,
drone juga bisa dimanfaatkan dengan sangat baik. Misalnya untuk menjaga area hutan
lindung dari penebangan liar. Sebab, selama ini masalah klasik kerusakan hutan adalah
dikarenakan luasnya areal hutan yang kadang tak terjangkau oleh pengawas hutan.
Sebagai Alat Untuk Membantu Perawatan Infrastruktur
Pada beberapa bangunan tertentu seperti jembatan dan gedung pencakar langit yang
tinggi, penggunaan drone jelas menjadi pilihan yang baik untuk fungsi maintenance.
Drone bisa dikirim pada area yang sangat tinggi dan terlalu beresiko bagi manusia. Alat

ini bisa difungsikan untuk mengetahui jikalau ada kerusakan yang perlu diperbaiki.
Untuk Mengawasi Area Persawahan Atau Perkebunan Yang Luas
Drone juga bisa dimanfaatkan untuk mengawasi area Anda yang luas, seperti area
pertanian dan perkebunan kelapa sawit yang luasnya berhektar-hektar. Anda bisa
memanfaatkan alat ini untuk mengetahui adanya pencurian maupun kerusakan yang
diakibatkan aktivitas binatang liar.

Untuk Kepentingan Jurnalisme
Anda bisa memanfaatkan drone untuk kepentingan jurnalisme. Misalnya, mengirim
drone di area peperangan untuk mengetahui secara live apa yang sedang terjadi.
Sebab, untuk mengirim langsung wartawan dan cameramen tentu resikonya sangat
membahayakan. Bukan tak mungkin wartawan dan cameramen tersebut dianggap
musuh sehingga menjadi korban salah sasaran.
Untuk Penelitian
Manfaat drone untuk penelitian dikarenakan kemampuannya untuk banyak hal. Selain
bisa mengambil gambar hewan atau binatang tertentu, drone juga bisa digunakan untuk
memantau kondisi suatu area yang ingin diteliti namun tak terjangkau.
Untuk Perfilman
Drone bisa digunakan untuk membawa kamera. Karenanya alat ini bisa membantu
proses pengambilan gambar terutama untuk film-film documenter. Kualitas gambar

yang dihasilkan sendiri sangat tergantung dengan spesifikasi drone dan kamera yang
Anda gunakan. Semakin bagus kualitas drone dan kamera, semakin baik pula gambar
yang bisa Anda hasilkan. Hingga hari ini sendiri, spesifikasi drone yang makin canggih
semakin memungkinkan Anda untuk mengambil gambar dengan resolusi tinggi.
Untuk Sekedar Hobi
Manfaat drone yang terakhir adalah untuk memuaskan hobi Anda. Anda bisa
menggunakan drone untuk murni bermain dengan alat ini atau malah untuk mendukung
hobi Anda yang lain seperti fotografi. Dengan drone Anda bisa mengambil gambar yang
sulit Anda ambil sendiri.
Demikian 8 funsi drone yang menarik untuk diketahui. Semoga informasi mengenai 8
manfaat drone di atas bermanfaat. Baca juga Tips Persiapan sebelum Menerbangkan
Drone.

Adapun kegunaan UAV (Unmaned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak antara
lain :
1. Bidang Militer
Dalam bidang militer UAV atau pesawat tanpa awak memiliki kegunaan, diatantaranya :


Pesawat penyerang kamp-kamp musuh




pesawat pengintai atau mata-mata



Pesawat kamikaze (untuk ditabrakkan ke musuh)



pesawat patroli perbatasan

UAV atau pesawat tanpa awak dapat digunakan untuk menyerang kamp-kamp musuh
karena ada UAV yang mampu membawa berbagai roket dan rudal, selain itu dapat
mengurangi

kerugian

dibanding


menggunakan

pesawat

konvensional

ataupun

helikopter. Terutama kerugian sumber daya manusianya. Dimana nyawa merupakan
harta yang tak ternilai harganya. Bahkan UAV pun digunakan untuk menyerang kamp
teroris ditimur tengah yang menewaskan pimpinan Al-Qaeda yaitu Osama Bin Laden.
Pesawat tanpa awak biasanya disematkan juga kamera dan sensor-sensor lainnya
sehingga dengan indra tersebut maka pesawat tanpa awak atau UAV dapat digunakan
untuk pengintaian dan patroli perbatasan selain itu juga dapat digunakan sebagai
pesawat kamikaze, yaitu untuk menyerang musuh dengan cara ditabrakkan kekapal
atau pesawat musuh. Cara ini dahulu dilakukan oleh Jepang saat menyerang Pearl
Harbour, tapi dengan pesawat yang dikendarai oleh manusia.
2. Bidang Sipil
Dalam bidang sipil biasanya pesawat tanpa awak ini digunakan untuk:



Melihat Luas lahan dan kontur yang ada sehingga memudahkan dalam
perencanaan pembangunan lahan tersebut.



Membantu pemerintah dalam membuat tata kota yang lebih teratur.



Mengetahui luas lahan yang terbakar dalam kebakaran hutan



Menciptakan peta tambang 3 dimensi yang telah digarap dalam bidang
pertambangan




SAR

Kegunaan-kegunaan tersebut tak terlepas dari pemanfaatan UAV yang lebih ekonomis
dan dapat dibekali dengan kamera-kamera yang dapat memberikan gambaran secara
realtime terhadap suatu area. Bahkan data dari kamera tersebut bisa langsung
ditransfer kepengguna baik melalui video maupun gambar-gambar foto.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ilmu pengetahuan, UAV atau pesawat tanpa awak ini dapat digunakan
untuk:


Media untuk mempelajari aerodinamika dan penerapannya



Untuk pemetaan



Penelitian Atmosfir




Penyebaran benih



pengamatan vitigasi daerah kritis yang sulit



Pengawasan Bencana



membuat hujan buatan

Dengan memiliki kemampuan untuk membawa beban hingga ratusan kilogram, maka
UAV atau pesawat tanpa awak bisa digunakan untuk membawa muatan lain seperti
muatan benih ataupun bubuk kimia tertentu untuk ditebar dalam sebuah area sehingga

dapat digunakan untuk penyebaran benih dan membuat hujan buatan. Selain itu
juga,UAV ini dapat membawa berbagai sensor yang diperlukan untuk penelitian
atmosfir dan sebagainya.
Robot weapon system :
Robot militer saat ini melayani kebutuhan Explosive Ordinance Disposal (EOD), atau
beroperasi untuk menangani materi kimiawi atau radioaktif. Setelah krisis Fukushima

Daiichi pada tahun 2011, misalnya, Tokyo Electric Power Company mempekerjakan
seorang kontraktor untuk mensurvei lokasi menggunakan drone berjenis T-Haw. Drone
masih digunakan di Fukushima hingga kini, dan tahun lalu, sebuah drone yang dirakit
secara khusus berhasil menyiarkan video dan prediksi radiasi dari dalam
reaktornya sendiri. Drone itu mampu bertahan selama tiga jam dalam kondisi yang
berpotensi membunuh manusia dalam sekejap. Inilah skenario terbaik dari sistem
robotik—mengambil alih tugas-tugas yang, pada masa lalu, seperti di Chernobyl,
membunuh banyak sumber daya manusia.
Sebagai kemajuan teknologi, perencana pertahanan akan mencari pekerjaan
berbahaya lainnya yang mungkin bisa digantikan oleh robot. Misalnya, konvoi
pengemudi-otomatis, dapat mengurangi jumlah personel militer atau kepolisian yang
tewas akibat bom IED. Robot yang dapat berhalan atau memiliki roda dapat membantu
meningkatkan jumlah pasokan daripada yang mampu digotong oleh tim manusia di

lapangan. Robot juga tak perlu repor-tepot kembali ke markas, dan dapat membantu
mengurangi jumlah pasukan yang terlihat oleh musuh dalam baku tembak.
Awal tahun ini, perusahaan Israel Tactical Robotics mengadakan ujian terbang pertama
yang berhasil untuk AirMule, sebuah drone ambulans swatantra, yang berfungsi untuk
lepas landas dan mendarat dalam kondisi perang yang tidak memungkinkan bagi
helikopter evakuasi. John Hopkins baru-baru ini membuktikan mampu mengirim darah
melalui drone, dan pemerintah Jepang mulai menguji drone-drone tersebut untuk
mengirimkan alat defibrilator.

Anda mungkin menyadari drone terlihat mirip dengan perkakas yang mereka gantikan,
alih-alih dengan manusia yang pekerjaannya mereka ambil alih—dan itu memang
tujuannya. Sebuah robot bertugas untuk memenuhi fungsinya, bukan untuk mengimitasi
manusia. Sebuah robot medis tidak akan terlihat seperti staf medis, dan lebih mungkin
mewakili Robotic Extraction Vehicle/Robotic Evacuation Vehicle (REX/REV): sebuah
ambulans otomatis yang menyebarkan bot tandu yang dioptimalkan, untuk membawa
dan mengobati korban. Hal itu dilandasi alasan praktis saja, kata Dr Singer, dan
didorong oleh kekuatan pasar.

"Jika sebuah pabrik dirancang untuk memproduksi mobil-mobil, konversi untuk
membuat mobil robotik akan menghemat biaya, jika tugasnya selalu sama," ujarna.

"Kita, intinya, sedang mengganti perangkat lunaknya dan bukan perangkat kerasnya."
Dia juga berkata bahwa pelanggan—termasuk militer—lebih nyaman membeli
perangkat yang terlihat familier.
Ini teramat penting bagi militer, di mana para jenderal yang membuat keputusankeputusan penting cenderung lebih tua dan tidak akrab dengan teknologi. Sebagai
contoh, tahun lalu seorang kapten di U.S. Army Cyber Institute merakit mesin drone
gabungan dengan Raspberry Pi—robotnya bisa saja dibentuk serupa radio, tetapi dia
justru membuatnya terlihat serupa senjata api agar para pejabat dapat lebih familier.
"Jika bentuknya seperti senjata api, akan lebih mudah dikonsumsi oleh pemimpin
senior," ujarnya pada told Popular Mechanics. "Bidik. Tembak. Hancurkan."
Kemampuan mendeskripsikan teknologi pada pejabat tinggi adalah kunci dari
pemerintahan selanjutnya. Pada sebuah memo yang terbit 2007, presiden-terpilih
Trump mengakui bahwa dia tidak memiliki komputer. Dia sepertinya membaca surel dan
artikel daring dalam bentuk cetak. Pejabat seperti Trump cenderung lebih mungkin
membeli teknologi yang akrab baginya.
Permasalahan dari memodifikasi kendaraan terkini adalah itu memperlambat inovasi
dan efesiensi. Robot untuk membenahi pertambangan, yang terlihat seperti traktor,
mungkin terjual lebih baik, tapi nanti taksi tanpa pengemudi akan dianggap materi
mubazir dan dihilangkan. Nyatanya, bagian dari perjanjian tentang sistem swatantra
adalah sistem ini dapat menghilangkan sistem yang tidak diperlukan, menyimpan bahan
bakar dan menciptakan lebih banyak ruang untuk kargo, muatan, atau perkakas.

Begitu pula, teknologi reobotik mungkin tidak berkembang cukup pesat karena
berupaya untuk mereplikasi sistem penggerak manusia, alih-alih melampauinya. Meski
gerakan kaki adalah sistem traversal yang unggul, kaki bipedal bukanlah versi yang
paling efesien. Robot dengan banyak kaki mampu berfungsi sebagai landasan yang

lebih stabil untuk menembak, dan menyelesaikan permasalahan keseimbangan dalam
jangka pendek—artinya, robot dengan kaki yang paling fungsional mungkin lebih mirip
anjing, atau laba-laba, daripada manusia. Menariknya, robot-robot perang di masa
mendatang mungkin memiliki rancangan yang terinspirasi oleh alam, seperti pada game
Horizon: Zero Dawn yang akan dating
Telah banyak proyek yang berusaha mereplika sistem biologis dalam bentuk robot.
Peneliti Eropa sedang mengerjakan mata artifisial yang mampu meniru mata majemuk
melengkung milik serangga. MIT telah memproduksi robot yang terinspirasi dari Citah
didanai oleh DARPA—yang mampu berlari dengan kecepatan tinggi dan meloncati
hambatan-hambatan. Ilmuwan lain sedang mengusahakan sistem drone yang dapat
menyesap daya dari saluran listrik layaknya burung yang sedang bertanggar, atau
"memakan" komponen organik dan membakarnya untuk menjadi bahan bakar
(sayangnya robot ini kurang digemari ketika para jurnais mengetahui bahwarobot ini,
secara teori, dapat hidup mengonsumsi mayat manusia). Salah satu tim riset ingin
membuatkan sensor yang dapat mereplika penglihatan unik elang, yang mirip dengan
pengaturan gambar-di-dalam-gambar pada TV.
"Elang memiliki kemampuan untuk memindai area luas dan memperbesar target secara
bersamaan," kata Singer. "Itulah yang kami ingin buatkan pada drone dengan
kemampuan terbang tinggi."
Namun, yang menariknya adalah robot yang meminjam sifat-sifat dari alam, memiliki
intelegensi yang terpisah. Kita cenderung menganggap robot sebagai sistem
intelegensi yang besar, seperti manusia. Faktanya ada peningkatan ketertarikan
di kawanan robot kecil yang memiliki tugas spesifik, seperti semut, yang mampu
mengkordinasi serangan atau misi pengawasan.
"Sebagai individu, semut tidak terlalu pandai," ujar Singer. "Ketika bekerja sama mereka
bisa melaksanakan tugas berintelegensi tinggi. Kita juga mengamati hal yang sama
pada robotik—apakah sebuah robot berfungsi mengerjakan tugasnya dengan sebuah
sistem besar yang cerdas, ataukah dengan serangkaian pekerjaan kecil?"
Kawanan drone kecil bukanlah teknologi yang masih di angan-angan, melainkan sudah
menjadi bagian dari masyarakat. Disney baru saja meluncurkan pertunjukan lampu
aerial di Orlando, dimana 100 drone yang disertai lampu LED berbentuk pepohonan

natal dan burung-burung berterbangan. Tak hanya itu, drone ini juga dilengkapi sistem
koreografi yang bergerak mengikuti musik. Tak sulit untuk membayangkan masa depan
yang kelam di mana, alih-alih LED, drone tersebut membawa bom-bom kecil mirip
dengan yang dijatuhkan oleh drone Hezbollah pada pemberontak Syria.
Karena beberapa peneliti sedang mempelajari semut-semut, dan peneliti lain sedang
mereplika elang, mungkin saja bahwa robot di masa mendatang—meski mereka
tampak seperti manusia—adalah percampuran teknologi dari banyak makhluk hidup.
Robot perang di masa mendatang mungkin berjalan seperti citah, memandang seperti
lalat, dan memiliki lengan manusia.
Karena robot bukan makhluk alamiah, mereka tidak perlu mengikuti aturan biologis atau
hukum evolusi. Tidak ada hewan di bumi yang memiliki mata di tangannya—tetapi bot
EOD

modern

memiliki

fitur

ini,

sehingga

dia

mendampingi

proses

sensitif

pembongkaran IEDs. Daripada tampak seperti humanoid atau animalistis, robot perang
mungkin akan tampak seperti karakter di kisah H.P. Lovecraft, memiliki lengan dan
mata meremang.
Hal tersebut sekilas menarik dipikirkan. Tapi kemudian, ketika membayangkan diri kita
sebagai warga negara atau tentara dengan darah dan daging, yang harus menghadapi
medan perang yang ricuh, rasanya jadi menakutkan.