Pemanfaatan SIG untuk Pembuatan Peta Pot

Pemanfaatan SIG untuk Pembuatan Peta Potensi Air Tanah Studi Kasus
Kabupaten Sarmi Provinsi Papua
Kuji Murtiningrum ST, M. Tech. PPK Perencanaan Program BWS Papua kujimurti@gmail.com
Ir. Hudini Indra Humardani, MT, Ahli SDA, hudiniindrahumardani@yahoo.com
Eriko Utama, S.Si, Ahli Geofisika/SIG, erikoeu@gmail.com

ABSTRAK
Pemetaan cadangan air tanah (akuifer) khususnya di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua sangat
diperlukan untuk membangun infrastruktur yang tepat guna agar mampu memenuhi kebutuhan air
bersih warganya. Pemetaan akuifer yang terintegrasi dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat memberikan preferensi terhadap pengambilan
keputusan agar pemanfaata air tanah tidak saja memperhatikan ke potensi kapasitasnya melainkan
terkait dengan sinergi lingkungan dalam rencana tata ruang dan wilayah daerah Kabupaten. Sistem
Informasi Geografis (SIG) dapat merangkum hasil pengukuran geolistrik dalam penentuan cadangan
akuifer dengan peta tematik yang lebih luas cakupannya seperti peta geologi, hidrogeologi, penggunaan
lahan, iklim dan cuaca serta hidrologi permukaan dalam teknik scoring berdasarkan hubungan tiap peta
dengan sistem siklus hidrologi untuk sebaran akuifer yang lebih detail baik terhadap kedalaman maupun
lokasinya sehingga menghasilkan keluaran berupa prioritas pengembangan infrastruktur air tanah.
Dengan demikian SIG dalam pembuatan peta potensi air tanah dapat memperluas perspektif
BWS Papua sebagai pengambil keputusan terhadap pengelolaan dn eksplorasi akuifer namun berfungsi
juga sebagai penyeimbang terhadap pengelolaan pemanfaatan tata ruang dan wilayah terkait dengan

daerah imbuhan air agar keseimbangan cadangan air tanah dapat terjaga.
Kata Kunci: SIG, Akuifer, Survey Geolistrik, Peta Tematik, Tata Ruang

1. Pendahuluan
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia sepanjang masa dan
menjadi kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Pertumbuhan penduduk yang meningkat
menyebabkan kebutuhan akan air ikut meningkat, sementara kemampuan air untuk memberikan
pemenuhan atas kebutuhan masyarakat tetap. Masyarakat Kabupaten Sarmi mengalami krisis air
terutama untuk kebutuhan air bersih yang telah berlangsung lama.
Oleh karena itu, Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua merencanakan pembangunan
infrastruktur air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di lokasi tersebut dengan cara
pemanfaatan air tanah dengan memanfaatkan teknologi SIG (Sistem Informasi geiografis). SIG
mampu menghasilkan peta sebaran air tanah yang dihasilkan dari scoring dengan algoritma lebih
optimal untuk pemetaan berupa detail, fakta, kondisi yang tersimpan dalam suatu basis data serta
berhubungan dengan persoalan didunia nyata. Misalnya untuk kasus akuifer berarti SIG adalah
sekumpulan data serta informasi yang terkait seperti data geologi, hidrogeologi, penggunaan
lahan, topografi dan lain sebagainya.


2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum mengenai
geologi di bawah permukaan tanah khususnya lapisan batuan/tanah yang mengandung air tanah
(akuifer) di Kabupaten Sarmi dengan menggunakan SIG.
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya data yang representatif, detail serta
akurat mengenai lapisan akuifer yang mampu memetakan persediaan air tanah baik dalam
kualitas, kuantitas untuk ketersediaan air baku. Adapun sasaran yang ingin dicapai yaitu
tersedianya informasi data tentang potensi air tanah untuk perencanaan pengelolaan air tanah.





1

3. SIstem Informasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografis adalah sistem informasi berbasis komputer yang memproses data
spasial1 yang bergeoreferensi data digitasl spasial yang, dan saling terhubung dengan informasi
dalam basis data berupa data-data yang terkait seperti data hidrogeologi, geologi, penggunaan
lahan, topografi dan lain sebagainya yang menggunakan algoritma Overlay untuk menyusun dan
menghitung scoring terkait penentuan prioritas sebaran akuifer2.

Sistem informasi geografis sangat cepat dan berguna ketika harus melibatkan area yang lebih
luas dengan kondisi masukan data yang minim, misalnya untuk perkiraan pemetaan akuifer
seluruh Kabupaten Sarmi dengan memanfaatkan peta yang telah ada termasuk peta CAT yang
masih terbatas luasannya, peta geologi, hidrogeologi yang memiliki skala kecil namun dengan
penggunaan peta penggunanaan lahan dalam skala yang lebih besar akan memberikan luasan
area yang lebih detail.


4. Metodologi
Untuk memanfaatkan teknologi SIG kedalam penentuan sebaran akuifer untuk wilayah
Kabupaten Sarmi maka diperlukan beberapa langkah yaitu diantaranya pengumpulan data peta
dan informasi yang memungkinkan tersedia pada Kabupaten Sarmi yaitu peta geologi, peta
hidrologi, peta area curah hujan, peta kelerengan, peta CAT dan peta pengunaan lahan. Secara
garis besar metodologi dapat di lihat pada gambar berikut ini.







Metodologi SIG Pemetaan Potensi Air Tanah


1
Data digital yang memiliki dimensi keruangan serta berbasis pada referensi kebumian (georeferensi)
2
Lambok M. Hutasoit, M.Sc., Ph.D, Land Subsidence Using GIS Technology, ITB, 2015


2

Masing-masing peta tersebut di hitung score nya berdasarkan metode expertise judgment
yaitu nilai score diberikan kepada paratemer tiap data/peta berdasarkan kedekatan dengan obyek
yaitu akuifer. Metode ini mendasarkan nilai pada penilaian ahli yang telah terlebih dahulu
menghitungnya, misalnya untuk data peta geologi maka parameter yang dilihat kedekatan dengan
obyek akuifer berdasarkan penelitian Lambok M. Hutasoit, M.Sc., Ph.D dalam makalah Land
Subsidence using GIS Technologi, tahun 2015 mengemukakan bahwa paramater penting dari
data/peta geologi adalah deskripsi stratigrafi batuan terhadap porositas dan permeabilitas
dengan melihat nilai kelas uji laboratorium terhadap jenis batuannya dan kepekaan terhadap
parameter ini. Setiap nilai dikelompokan dalam 5 paramater dan diberi kelas 1, 2, 3, 4 dan 5

dengan semakin besar nilai kelas maka semakin dekat atau sangat memperngaruhi kondisi akuifer.
Misal semakin tinggi kelompok nilai porositas sebuah batuan maka semakin besar nilai kelasnya
atau sangat memperngaruhi kondisi akuifer. Semakin rendah nilainya maka semakin tidak ada
hubungannya dengan kondisi atau keberadaaan akuifer.
Setelah masing-masing parameter di berikan nilai score maka setiap parameter kembali di uji
hubungannya dengan akuifer. Misalnya parameter porositas pada data/peta geologi
dibandingkan dengan parameter kelas kelerengan dari data/peta kelerengan mana diantara
keduanya yang memiliki tingkat pengaruh yang lebih besar terhadap keberadaan akuifer. Salah
satu metode yang sering digunakan adalah AHP (Analytical Hierarcgy Proses) dalam metode Saaty
yang menggunakan uji perbandingan dalam bentuk matrik. Disinilah SIG dapat lebih berperan
memudahkan procedur AHP dalam teknik Overlay. Dalam teknik Overlay setiap peta yang telah di
berikan nilai atau score untuk tiap parameter di setiap dataset peta dapat di overlay secara
langsung dalam 6 dataset peta yang telah dibangun (Peta geologi, hidrogeologi/CAT, kelerengan
dan penggunaan lahan dan peta area curah hujan). Namun dengan metode AHP prioritas
kedekatan tiap parameter tetap diperhatikan dengan menambahkan perkalian nilai kedekatan
misal peta cat dan hidrogeologi lebih dekat dengan keberadaan akuifer sehingga nilai pengali nya
adalah 53, seterusnya untuk dataset peta geologi dikali 4, lalu dataset peta kelerengan dikali 3,
penggunaan lahan dikali 2 dan peta curah hujan dikali 1.
Untuk nilai pengali ini juga didasarkan pada metode expertise judgment atau kesepakatan
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman dibidang akuifer. Karena itu

pengetahuan terhadap terobosan baru dari pemetaan dan survey akuifer memperngaruhi hasil
dari penentuan sebaran akuifer menggunakan teknologi SIG.


5. Pengolahan Data
Setiap dataset data dan peta yang digunakan pada makalah ini yaitu Geologi, Hidrogeologi,
kelerengan dan pengunaan lahan diolah berdasarkan metode expertise judgment yaitu penilaian
kedekatan terhadap potensi air tanah berdasarkan pendapat atau penelitian yang telah di lakukan
oleh para ahli sesuai bidangnya, missal untuk menilai kedekatan data geologi dari sisi porositas
dan permeabilitas terhadap kedekatan dengan potensi air tanah maka di lihat dari penelitian yang
sejenis yang telah di lakukan oleh ahli atau badan hokum yang memiliki kredebilitas tinggi.
Begitupun untuk dataset data dan peta lainnya seperti yang di sampaikan pada point-point berikut
ini.

5.1 Dataset Peta Geologi
Berdasarkan dari table porositas batuan yang bersumber dari Huebeck, free University of
Berlin diperoleh padanan nilai parameter positas pada table berikut ini:


3

besaran nilai pengali lebih memperlihatkan berapa dataset peta yang terlibat dalam metode overlay SIG


3


sehingga berdasarkan data tersebut dapat disusun nilai score untuk dataset peta geologi dengan
parameter porositas seperti pada tabel berikut ini:
Range Nilai

Porositas

Kelas

< 5 %

Rendah sekali

1


5 – 10 %

Rendah

2

10 – 15 %

Sedang

3

15 – 20 %

Baik

4

>25 %


Baik Sekali

5

Peta geologi berdasarkan nilai score parameter porositas dapat dilihat pada gambar peta
berikut ini: (peta bersifat typical hanya untuk pengambaran)


gambar peta geologi Kabupaten Sarmi berdasarkan sebaran nilai score porositas


Sedangkan untuk parameter permeabilitas nilai score ditunjukkan pada table berikut iniU



4



Untuk peta dapat dilihat pada gambar berikut ini.





gambar peta geologi Kabupaten Sarmi berdasarkan sebaran nilai score permeabilitas



5.2 Dataset Peta Morfologi/Kelerengan
Dari peta geologi masih dapat diuraikan kembali parameter lain yang berhubungan dengan
sebaran akuifer uyaitu morfologi. Untuk peta morfologi maka peta geologi di jumlahkan dan serta
intersection area berdasarkan kelerengan. Berdasarkan metode expertise judgment maka
kualifikasi morfologi berupa kemiringan lereng, semakin landai semakin bagus untuk daerah
akuifer. Kualifikasi top soil atau lunak/keras lapisan paling atas, misalnya daerah rawa lunak,
daerah gunung keras, yang lunak lebih bagus untuk air tanah.


Tabel diatas adalah score untuk parameter morfologi sedangkan gambar dibawah adalah peta
sebaran score morfologi.




5


gambar peta geologi Kabupaten Sarmi berdasarkan sebaran nilai score morfologi geologi dan
kelerengan



5.3 Dataset Peta CAT/Hidrogeologi
Adapun dataset peta CAT yang bersentuhan secara langsung dengan wilayah Kabupaten Sarmi
adalah CAT Warem Denta namun hanya meliputi lebih kurang 60% dari wilayah Kabupaten Sarmi.
Dalam teknologi SIG maka data CAT ini adalah kontrol data yang menjadi validasi karena peta ini
merupakan hasil penelitian dan peta resmi dari Pemerintah RI.


gambar peta CAT papua

Berikut adalah rekapitulasi dari peta hidrogeologi Kabupaten Sarmi.



6


Adapun nilai score untuk parameter hidrogeologi adalah sebagai berikut:


berikut adalah peta score untuk parameter hidrogeologi:


gambar peta Kabupaten Sarmi berdasarkan sebaran nilai score hidrogeologi


5.4 Dataset Peta Penggunaan Lahan
Hal yang penting dari dataset peta ini adalah skala peta yang paling besar diantara dataset
peta yang lain yang digunakan pada pengolahan data SIG pada kasus ini. Sehingga dengabn
demikian intersection pada teknologi SIG yang akan kita lakukan akan memberikan skala peta
akhir sama dengan yang digunakan pada peta landuse yaitu 1:50.000. peta ini bersumber pada
peta RBI Kabupaten Sarmi skala 1:50.000 tahun 2012.



7


Peta penggunaan lahan RBI skala 1:50.000

Kualifikasi vegetasi, semakin rimbun semakin bagus air dangkal. Kualifikasi aliran sungai, mulai
dari arah aliran yang di-overlay dengan morfologi.


gambar petai Kabupaten Sarmi berdasarkan sebaran nilai score parameter penggunaan lahan




6. Hasil Peta Sebaran Akuifer Kab. Sarmi
Berdasarkan teknik AHP yang diaplikasikan pada teknik intersection atau pada tools aplikasi
SIG umumnya dikenal dengan teknik overlay dimana kita bisa melakukan intersection antar
dataset peta yang secara harfiah menjumlahkan nilai parameter pada poligon masing-masing
paramerter sehingga diperoleh nilai akumulasi dari tiap poligon yang ter-intersection dan menjadi
data area baru. Berdasarkan dari metode Saaty yang digunnakan sebagai dasar AHP pada proses
Overlay SIG ini kita memberi bobot sebagai berikut:

������� ��� = � ������������� + � � ��������� + � � �������������
+ � � ��������� + � � ���������� ����� + ����� �����




8

Berikut adalah hasil dari teknik overlay SIG diperoleh kumpulan nilai dan peta
pengelompokannya sebagai berikut :



gambar peta Kabupaten Sarmi berdasarkan sebaran overlay nilai parameter Peta Geologi, Hidrogeologi,
Kelerangan dan Penggunaan Lahan



Dari hasil tersebut diperoleh distribusi nilai yaitu:

Kelas terendah

23 – 34

Kelas Rendah

35 – 45

Kelas Menengah

45 – 56

Kelas Tinggi

57 – 65

Kelas Tertinggi

66 - 75


Dengan demikian berdasarkan dari nilai statistic tersebut dapat di asosiasikan bahwasannya
nilai tertinggi adalah daerah yang teridikasi akuifer sedangkan pada kelas tinggi merupakan area
yang banyak berasosiasi pada kemiringan curam dan vegetasi sehingga dapat di analisa bahwa
area ini merupakan area resapan yang sangat baik.


7. Analisa Peta Sebaran Akuifer dengan Peta RTRW Kabupaten Sarmi
Overlay dengan peta rawan bencana khususnya banjir dan tanah longsor. Overlay dengan
peta pola ruang RTRW Kabupaten Sarmi tahun 2013



9


overlay peta rawan longsor dan peta sebaran akuifer


Overlay menggunakan software GIS. Waspadai daerah rawan longsor yang umumnya bukan
daerah lepasan. Beberapa lokasi merupakan area lepasan dan imbuhan air tanah yang
berhubungan erat dengan kejadian rawan longsor. Sedangkan berdasarkan overlay daerah
lepasan air tanah merupakan daerah rawan banjir. Untuk daerah imbuhan air tanah harus selaras
dengan area vegetasi yang dilindungi



overlay peta rawan banjir dan peta sebaran akuifer

Area lepasan air tanah pada area peruntukan pembanguynan masyarakat
perkotaan/perdesaaan dan pertanian. Dari peta overklay dengan RTRW Kabupaten Sarmi
diperoleh juga bahwasannya potensi akuifer lepasan dan imbuhan berada pada kawasan produksi



10

sehingga perlu diperhatikan pengelolaannya agar keberlangsungan lingungan potensi air tanah
dapat terjaga.


overlay peta RTRW Kab. Sarmi dan peta sebaran akuifer



8. Penutup
Metode SIG untuk penentuan sebaran akuifer tentu memiliki banyak kekurangan namun
metode ini dapat ditingkatkan kepercayaan nya melalui serangkaian survey untuk
membuktikannhya.
Pada dasarnya analisa SIG dapat digunakan untuk menentukan area penyelidikan geolistrik
yang lebih teliti untuk coverage area yang kebih detail dan sebaliknya setiap hasil penyelidikan
geolistrik atau uji akuifer dapat di jadikan basisdata untuk memperkuat SIG akuifer ini. dan yang
terpenting adalah penyelarasan dengan RTRW atau dokumen pembangunan daerah agar terdapat
sinergi antara usaha untuk memelihara sumber akuifer serta area serapan agar pemeliharaan
sumber akuifer ini dapat dilakukan secara komprhensif dan berkesinambungan.


Daftar Pustaka
Fanani, Djaelani. 2016. Laporan Akhir Penyelidikan Air Tanah Kabupaten Sarmi. Bandung: PT.
Bhawana Prasasta.
Hutasoit, Lambok M. 2015. Land Subsidence Using GIS Technology. Bandung, ITB.
Koesoemadinata. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi Jilid 1, Edisi Kedua. Bandung, ITB
Noor, Djauhari. 2013. Laporan Akhir Pemetaan Geologi Daerah Kabuoaten Sarmi Berdasarkan
Penafsiran Citra SRTM, Sarmi, Bapeda Kabupaten Sarmi.
Murtianto, Hendro. 2010. Studi Konservasi Air Untuk Pemanfaatan Air Tanah Berkelanjutan Pada
Recharge Area Lereng Gunung Api Merapi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Bandung, Pendidikan
Geografi FPIPS UPI.
Utama, Eriko. 2005. Modul Pelatihan Tingkat Advance Arcgis: Teknis Analisa Menggunakan SIG.
Bandung, Comlabs USDI



11