KODE ETIK PSIKOLOGI id. docx

KODE ETIK PSIKOLOGI
(Contoh Pelanggaran Kode Etik Psikologi)

Nama: Devi Prihastuti
NIM: 1024090238
KELAS: Senin, 07:50 – 09:30 (AC6005)

Program Studi Psikologi
Universitas Persada Indonesia Y.A.I
Jakarta
2013

Contoh Kasus pelanggaran kode etik psikologi:
Seorang ibu membawa anaknya yang masih duduk di bangku dasar kelas 2 ke psikolog di
biro psikologi Y. sang ibu meminta kepada psikolog agar anaknya diperiksa apakah anaknya
termasuk anak autisme atau tidak. Sang ibu khawatir bahwa anaknya menderita kelainan autism
karena sang ibu melihat tingkah laku anaknya berbeda dengan tingkah laku anak – anak
seumurnya.
Psikolog itu kemudian melakukan test terhadap anaknya. Dan hasilnya sudah diberikan
kepada sang ibu, tetapi sang ibu tersebut tidak memahami istilah – istilah dalam ilmu psikologi.
Ibu tersebut meminta hasil ulang test dengan bahasa yang lebih mudah dipahami. Setelah

dilakukan hasil tes ulang, ternyata anak tersebut didiagnosa oleh psikolog yang ada di biro
psikologi itu mengalami autis. Anak tersebut akhirnya diterapi.
Setelah beberapa bulan tidak ada perkembangan dari hasil proses terapi. Ibu tersebut
membawa anaknya kembali ke biro psikologi yang berbeda di kota X, ternyata anak tersebut
tidak mengalami autis, tetapislow learned. Padahal anak tersebut sudah mengkonsumsi obat –
obatan dan makanan bagi anak penyandang autis. Setelah diselediki ternyata biro psikologi Y
tersebut tidak memiliki izin praktek dan yang menangani bukan psikolog, hanyalah sarjana
psikologi (S1). Ibu tersebut ingin melaporkan kepada pihak yang berwajib, tetapi ibu tersebut
dengan psikolog itu tidak melakukan draft kontrak dalam proses terapi.

Kasus di atas dalam kode etik psikologi melanggar pasal – pasal yaitu:
Pasal 4
Penyalahgunaan di bidang Psikologi
b) Pelanggaran sedang yaitu:
Tindakan yang dilakukan oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi karena kelalaiannya
dalam melaksanakan proses maupun penanganan yang tidak sesuai dengan standar prosedur
yang telah ditetapkan mengakibatkan kerugian bagi salah satu tersebut di bawah ini:
i.
ii.
iii.

iv.
v.

Ilmu psikologi
Profesi Psikologi
Pengguna Jasa layanan psikologi.
Individu yang menjalani Pemeriksaan Psikologi
Pihak-pihak yang terkait dan masyarakat umumnya.

Dalam kasus Psikolog lalai dalam melaksanakan proses dan mendiagnosa klien sehingga
menimbulkan kerugian bagi klien dan keluarga klien.

Pasal 7
Ruang Lingkup Kompetensi
1) Ilmuwan Psikologi memberikan layanan dalambentuk mengajar, melakukan penelitian
dan/atau intervensi sosial dalam area sebatas kompetensinya, berdasarkan pendidikan,
pelatihanatau pengalaman sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam kasus, individu yang ada di biro psikologi itu bukan psikolog, melainkan hanya
ilmuan psikologi yaitu sarjana S1 yang tidak berhak membuka praktek dan melakukan

intervensi terapi, karena kompetensi melakukan terapi dan intervensi adalah kompetensi
psikolog.

Pasal 65
Interpretasi Hasil Asesmen
Psikolog dalam menginterpretasi hasil asesmen psikologi harus mempertimbangkan berbagai
faktor dari instrumen yang digunakan, karakteristik peserta asesmen seperti keadaan situasional
yang bersangkutan, bahasa dan perbedaan budaya yang mungkin kesemua ini dapat
mempengaruhi ketepatan interpretasi sehingga dapat mempengaruhi keputusan.

Pasal 66
Penyampaian Data dan Hasil Asesmen
(1) Data asesmen Psikologi adalah data alat/ instrument psikologi yang berupadata kasar,respon
terhadap pertanyaan atau stimulus, catatan serta rekam psikologis.Data asesmenini menjadi
kewenangan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang melakukan pemeriksaan.Jika diperlukan
data asesmen dapat disampaikan kepada sesama profesi untuk kepentinganmelakukan tindak
lanjut bagi kesejahteraan individu yang menjalani pemeriksaan psikologi.
(2) Hasil asesmen adalah rangkuman atau integrasi data dari seluruh proses pelaksanaan
asesmen. Hasil asesmen menjadi kewenangan Psikolog yang melakukan pemeriksaan dan hasil
dapat disampaikan kepada pengguna layanan. Hasil ini juga dapat disampaikan kepada sesama

profesi, profesi lain atau pihak lain sebagaimana yangditetapkan oleh hukum.
(3) Psikolog harus memperhatikan kemampuan pengguna layanan dalam menjelaskan hasil
asesmen psikologi. Hal yang harus diperhatikan tikan adalah kemampuan bahasa dan
istilahPsikologi yang dipahami pengguna jasa.
Jadi, psikolog tersebut harusnya menyampaikan secara jelas hasil pemeriksaan psikologis klien
dengan bahasa yang mudah dipahami. Hal ini dikarenakan agar klien tidak merasa dirugikan
ketika datang ke praktek psikologi. Selain itu, ketika klien meminta tes ulang, bisa saja sudah
terjadi bias di dalam tes, karena klien sudah mengetahui tentang apa – apa yang ingin dilakukan
tes atau pemeriksaan.

Pasal 73
Informed Consent dalam Konseling dan Terapi
(1) Konselor/Psikoterapis wajib menghargai hak pengguna layanan psikologi untuk melibatkan
diri atau tidak melibatkan diri dalam proses konseling psikologi/psikoterapi sesuai denganazas
kesediaan. Oleh karena itu sebelum konseling/psikoterapi dilaksanakan, konselor/psikoterapis
perlu mendapatkan persetujuan tertulis (Informed Consent) dari orang yang menjalani layanan
psikologis. Persetujuan tertulis ditandatangani oleh klien setelah mendapatkan informasi yang
perlu diketahui terlebih dahulu.