Taksonomi Kategori Linguistik Kesalahan siswa

Taksonomi Kategori Linguistik
Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa
berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh
kesalahan. Komponen-komponen linguistik mencakup fonologi (ucapan), sintaksis dan
morfologi (tata bahasa, gramatikal), semantik dan leksikon (makna dan kosakata), dan
wacana (gaya) (Tarigan, 1988:145).
Taksonomi kategori linguistik dijadikan sebagai dasar penelitian kesalahan berbahasa.
Unsur-unsur kesalahan berbahasa yang termasuk dalam kategori linguistik adalah
1) kesalahan fonologis, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan ejaan bagi bahasa
tulis.
2) Kesalahan morfologis, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, dan
perulangan kata.
3) kesalahan sisntaksis, yang mencakup frasa, klausa, kalimat.
4) kesalahan leksikal atau pilihan kata (Tarigan, 1988:196).
Kesalahan Tata Kalimat Dari Segi Taksonomi Linguistik


Kesalahan Penggunaan Ejaan
Kesalahan penggunaan ejaan ialah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan

menggunakan tanda baca (Tarigan, 1988:198). Kesalahan penulisan kata meliputi kesalahan

penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti (–ku, kau-, -mu,
dan –nya), kata depan (di, ke, dan dari), kata si dan sang, partikel (-lah, -kah, dan –tah),
singkatan dan akronim, dan penulisan angka dan lambang bilangan.
Adapun kesalahan penggunaan tanda baca meliputi tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik
koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tada pisah (-), tanda elipsis (...), tanda tanya (?),
tanda (!), tanda kurung ((..)), tanda kurung siku ([...]), tanda petik (”...”), tanda petik tunggal
(’...’), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (’).

Dalam pedoman umum ejaan yang disempurnakan, selain penulisan kata dan pemakaian
tanda baca, pemakain huruf kapital dan huruf miring juga termasuk ke dalam ejaan.
Penggunaan ejaan yang salah dapat menimbulkan makna yang berbeda karena bahasa
tulis tidak seperti bahasa lisan yang menggunakan unsur suprasegmental. Kesalahan ini
tergolong kesalahan fonologis.
Contoh:
Tuhan yang Maha Kuasa telah memberiku anak.
Dia berjalan duapuluh kilo meter.
Orangtuanya meninggal dua hari lalu.
Yang seharusnya:
Tuhan Yang Mahakuasa telah memberiku anak.
Dia berjalan dua puluh kilo meter.

Orang tuanya meninggal dua hari lalu.
(Tarigan, 1988:198)
A. Penggunaan Huruf Kapital
Penggunaan huruf kapital sesuai dengan pedoman ejaan bahasa Indonesia ialah sebagai
berikut.
1. Penulisan huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan langsung menggunakan
huruf kapital.
Salah Benar
orang tuanya sakit. Orang tuanya sakit.
kenapa ia pulang? Kenapa ia pulang?.

dia pergi ke kantor. Dia pergi ke kantor.
ia bertanya, ”dari mana adikmu?” Ia bertanya, ”Dari mana Adikmu?”
”makan apa, Mir?” tanya ibu. ”Makan apa, Mir?” tanya ibu.
2. Penulisan huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
kitab suci menggunakan huruf besar.
Salah Benar
Kita bersyukur kepada allah. Kita bersyukur kepada Allah.
Dia mempunyai alkitab. Dia mempunyai Alkitab.
agama kristen agama Kristen

Yang maha kuasa Yang Mahakuasa
3. Penulisan huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang menggunakan huruf kapital.
Salah Benar
sultan hamengkubuwono X Sultan Hamengkubuwono X
haji umar mahmud Haji Umar Mahmud
nabi muhammad Nabi Muhammad
Dia baru diangkat menjadi Sultan. Dia baru diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik Haji. Tahun ini ia pergi naik haji.
4. Penulisan huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat menggunakan huruf kapital.

Salah
presiden susilo bambang yudhoyono
profesor Budi Dharma
Siapakah Gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi Mayor Jenderal.
Benar
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Profesor Budi Dharma
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor Jenderal.
5. Penulisan huruf pertama unsur-unsur nama orang, nama tahun, bulan, nama bangsa,
suku bangsa dan bahasa, hari raya, dan peristiwa sejarah menggunakan huruf kapital.
Salah Benar
ibnu batutah Ibnu Batutah
tahun masehi tahun Masehi
Aku lahir pada bulan agustus Aku lahir pada bulan Agustus
bangsa indonesia bangsa Indonesia
suku indian suku Indian
hari natal hari Natal
peristiwa perang badar peristiwa perang Badar
mengIndonesiakan kata asing mengIndonesiakan kata asing

6. Penulisan huruf pertama nama geografi menggunakan huruf kapital.
Salah
Bangsa Indonesia terletak di kawasan asia tenggara.
Ayah pergi ke cirebon.
Kita berlibur ke danau Toba.

Semua orang khawatir ketika gunung kelud meletus.
Salah satu garam paling mahal adalah garam Inggris.
Ibu membawa pisang Ambon dari kota Ambon.
Benar
Bangsa Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara.
Ayah pergi ke Cirebon.
Kita berlibur ke Danau Toba.
Semua orang khawatir ketika Gunung Kelud meletus.
Salah satu garam paling mahal adalah garam inggris.
Ibu membawa pisang ambon dari kota Ambon.
7. Penulisan huruf pertama unsur bentuk kata ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi menggunakan
huruf kapital.
Salah
perserikatan bangsa-bangsa
yayasan ilmu-ilmu sosial

undang-undang dasar republik indonesia
Benar
Perserikatan Bangsa-Bangsa

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
8. Penulisan huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama baku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali seperti di, ke,
dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal menggunakan huruf
kapital.
Salah
Saya telah membaca buku dari ave maria ke jalan lain ke roma.
Bacalah majalah bahasa dan satra.
Ia menyelesaikan makalah ”asas-asas linguistik umum”
Benar
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Satra.
Ia menyelesaikan makalah ”Asas-Asas Linguistik Umum”.
9. Penulisan huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan menggunakan
huruf kapital.
Salah
prof. Teguh Harianto
drs. Syaiful Hafidz, M.pd. diangkat sebagai kepala sekolah.


ny. Ardianto
Benar
Prof. Teguh Harianto
Drs. Syaiful Hafidz, M.Pd. diangkat sebagai kepala sekolah.
Ny. Ardianto
10. Penulisan huruf pertama kata ganti Anda dan kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang tidak dipakai dalam
penyapaan pengacuan menggunakan huruf kapital.
Salah
”Kapan bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, ”itu apa, bu?”.
Surat saudara sudah saya terima.
Para ibu mengunjungi ibu Hasan.
Kita harus menghormati bapak dan Ibu kita.
Semua Kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Surat anda telah kami terima.
Benar
”Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, ”itu apa, Bu?”.
Surat Saudara sudah saya terima.

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
B. Penggunaan Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan
surat kabar Suara Karya
2 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelomp[ok kata.
Misalnya: Dia bukan menipu tetapi ditipu
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesauaikan ejaannya.
Misalnya: nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia mangostana
politik divide et impera perenah merajalela di negeri ini
 Kesalahan Penulisan Kata
Bentuk penulisan kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

adalah sebagai berikut.
1. Penulisan Gabungan Kata
a. Penulisan gabungan kata yang termasuk kata majemuk dan bagian-bagiannya ditulis
terpisah.

Salah Benar
dutabesar duta besar
tanggungjawab tanggung jawab
tandatangan tanda tangan
rumahsakit rumah sakit
sandangpangan sandang pangan
kantorpos kantor pos
kerjasama kerja sama
ujiicoba uji coba
tanyajawab tanya jawab
b. Penulisan gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dan sudah senyawa
harus ditulis serangkai.
Salah Benar
darma siswa darmasiswa
dari pada daripada

pada hal padahal
segi tiga segitiga
barang kali barangkali
bila mana bilamana
apa bila apabila

c. Penulisan gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai
kata yang mengandung arti penuh ditulis serangkai.
Salah Benar
tuna rungu tunarungu
tuna grahita tunagrahita
catur wulan caturwulan
pasca sarjana pascasarjana
Tuhan Mahaesa Tuhan Maha Esa
non teknis nonteknis
d. gabungan kata yang terjadi akibat adanya imbuhan (awalan atau akhiran) ditulis
serangkai dengan unsur gabungan yang paling dekat dengan imbuhan tersebut.
Salah Benar
bertanggungjawab bertanggung jawab
tandatangani tanda tangani

menyebarluas menyebar luas
e. gabungan kata yang terjadi akibat adanya imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai
seluruhnya.
Salah Benar
menggaris bawahi menggarisbawahi
penganak tirian penganaktirian
pencampur adukan pencampuradukan

ditanda tangani ditandatangani
2. Penulisan Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan -nya
kata ganti ku dan kau diulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Salah
Ku mau hidup seribu tahun lagi
Kenapa kau matikan radio itu?
Aku tidak tahu dengan apa yang dialami nya.
Aku pinjam makalah mu.
Benar
Kumau hidup seribu tahun lagi
Kenapa kaumatikan radio itu?
Aku tidak tahu dengan apa yang dialaminya.
Aku pinjam makalahmu.
3. Penulisan Partikel pun’ dan per’
a. partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Salah Benar
Engkaupun engkau pun
di manapun di mana pun
satu kalipun satu kali pun
apapun apa pun

b. Partikel pun ditulis serangkai karena sudah dianggap padu atau lazim.
Salah Benar
walau pun walaupun
ada pun adapun
kendati pun kendatipun
biar pun biarpun
kendati pun kendatipun
kalau pun kalaupun
sungguh pun sungguhpun
sekali pun sekalipun
mau pun maupun
meski pun meskipun
c. partikel per’ yang berarti ’mulai’, ’demi’, dan ’tiap’, ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Salah Benar
per-1 April per 1 April.
satu persatu. satu per satu
Harga kain itu Rp2.000,00 perhelai. Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
satu persatu satu per satu
d. Partikel per’ yang merupakan bagian bilangan pecahan bilangan dituliskan serangkai.
Salah Benar

satu per sepuluh satu persepuluh
dua lima per empat dua lima perempat
4. Penulisan Kata Depan
Kata depan harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Salah Benar
diantaranya di antaranya
dimana di mana
kemana ke mana
kesana ke sana
kemari ke mari
kesamping ke samping
5. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka yang digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Salah Benar
lima kilogram 5 kilogram
pukul lima belas pukul 15.00
empat meter persegi 4 meter persegi
dua jam sepuluh menit 2 jam 10 menit
b. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan, lazim
digunakan angka Arab (disertai tanda (-)) atau dinyatakan dengan angka Romawi.

Salah Benar
ke dua belas kedua belas, ke-12, XII
ke X ke-10, kesepuluh, X
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen atau kamar
pada alamat.
Salah Benar
jalan Tanah Abang satu jalan Tanah Abang I
Nomor lima belas Nomor 15
d. Bilangan yang mendapat akhiran –an dituliskan serangkai dengan unsur yang terdekat
bila dinyatakan dengan huruf atau digunakan tanda hubung (-) bila dinyatakan dengan
angka.
Salah Benar
tahun 70 an tahun ’70-an, tahun tujuh puluhan
uang 1.000 an uang 1000-an, uang seribuan
e. Bilangan yang menunjukkan jumlah ditulis dengan huruf bila dapat dinyatakan tidak
lebih dari dua kata, kecuali yang menunjukkan rincian dituliskan dengan angka.
Salah
Panitia memerlukan 3 pengisi acara.
14 korban meninggal dalam kecelakaan itu.
Dua ratus telur habis terjual.
Amir menonton drama itu sampai 3 kali.
Ayah memesan 3 ekor ayam.

Benar
Panitia memerlukan tiga pengisi acara.
Empat belas korban meninggal dalam kecelakaan itu.
Sebanyak dua ratus telur habis terjual.
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ekor ayam.
f. Bilangan yang ditulis dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, wesel pos, dan cek
dapat menggunakan angka dan huruf sekaligus.
Contoh:
1. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp555.75 (lima ratus lima puluh
lima dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
2. Pada hari ini Kamis, 8 Juli 2008 (delapan juli dua ribu delapan) telah
memberikan uang kepada Saudara Harianto sebesar Rp2.000.000 (dua juta
rupiah).
6. Bentuk Ulang
a. Kata Ulang Seluruh
Kata ulang seluruh merupakan pengulangan bentuk dasar pada seluruh bagian kata,
baik yang berupa kata asal maupun kata turunan (Yulianto, 2008:73).
Contoh: makan → makan-makan
Perabotan → perabotan-perabotan
Pekerja → pekerja-pekerja
b. Kata Ulang Berimbuhan

Kata ulang berimbuhan ialah kata ulang dari bentuk dasar yang diulang seluruh
bagiannya dengan disertai pengimbuhan sekaligus (Yulianto, 2008:73).
Contoh: orang → orang-orangan
Kereta → kereta-keretaan
c. Kata Ulang Sebagian
Kata ulang sebagian merupakan akata ulang yang terjadi pada sebagian bentuk dasar.
Contoh: tangga → tetangga
Tamu → tetamu
Berjalan → berjalan-jalan
Makanan → makan-makanan
d. Kata Ulang Berubah Bunyi
Kata ulang dengan perubahan bunyi ialah kata ulang dari bentuk dasar yang diulang
seluruh bagiannya, namun disertai perubahan bunyi yang mungkin pada konsonan atau
vokalnya (Yulianto, 2008:75).
Contoh: sayur → sayur-mayur
Balik → bolak-balik
Gerak → gerak-gerik
7. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengukutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali pada sang kancil.

Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
 Kesalahan Pemakaian Tanda Baca
Pemakaian tanda baca yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia ialah
sebagai berikut.
a. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik digunakan untuk:
(a) singkatan nama gelar, contoh: Suryanto, S.H.
(b) singkatan nama orang, contoh: Muhammad Munir M. S.
(c) singkatan kata yang menggunakan huruf kecil, contoh: a.n., s.d., d.a., u.p, dkk. dll.
(d) angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya,
contoh: 15.000 orang.
2. Tanda titik tidak dipakai untuk
(a) Singkatan umum yang menggunakan huruf kapital seluruhnya, contoh: DPRD,
MPR, DPR
(b) Singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang,
contoh: cu, H2O, 6 cm, Rp5.000.000,00, 70 kg
(c) Akhir judul bab/subbab, ilustrasi, atau tabel.
Contoh: a. Departemen Dalam Negeri
A. diktorat Jenderal Pembangunan masyarakat desa
B. diktorat Jenderal Agraria
1. .....
b. Patokan umum

1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
Contoh: Tabel 2 Variasi Penggunaan Imbuhan meng(d) Akhir tanggal surat, nomor surat, pokok surat, lampiran surat, atau alamat penerima
surat.
Contoh: Yth. Sdr. Abdul Basir S.Pd.
Jalan Babatan III A No. 45
Surabaya
Contoh: Hal: Undangan rapat
b. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma digunakan sebagai berikut.
(a) Perincian yang lebih dari dua unsur, contoh: ....bapak, ibu, dan anak.
(b) Setelah nama orang yang diikuti gelar, contoh: Prof. Dr. Novie Andhika Pratama,
M.Si.
(c) Setelah klausa pertama pada kalimat majemuk setara berlawanan, contoh: ............,
melainkan ........
(d) Setelah kata atau ungkapan penghubunh antarkalimat, contoh: oleh karena itu,
penyelesaiannya.....
(e) Pemisah alamat yang ditulis berurutan, serta mengapit keterangan tambahan.
Contoh:

Susilo

Bambang

yudhoyono,

Presiden

Republik

Indonesia

ke-5,

mengharapkan......
2. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang didahului induk
kalimat.

Contoh: kami ... karena ...
karena ..., kami ...
tim ... agar ...
agar ..., tim ...
3. Tanda koma juga dipakai sebagai berikut.
(a) Memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara yang tidak menggunakan kata
penghubung, contoh: kakak bekerja; saya istirahat.
(b) Membedakan perincian yang lebih kecil yang menggunakan tanda koma.
Contoh: Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
(c) Perincian yang berupa klausa yang ditulis dalam satu senarai (daftar).
Contoh:
Keslahan taksonomi kategori linguistik terdiri atas
(a) kesalahan penggunaan ejaan;
(b) .............................................;
(c) .............................................;
(d) ............................................. .
c. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua digunakan untuk memisahkan rincian yang mengikuti klausa lengkap.
Contoh: Kegiatan ini diarahkan untuk hal-hal berikut:
1. memberikan pengetahuan tentang bahasa Indonesia;
2. membekali keterampilan berbahasa Indonesia;

3. menanamkan sikap untuk mencintai bahasa Indonesia.
d. Tanda Hubung (-)
1.Tanda hubung digunakan sebagai berikut.
(a) menyatakan kata ulang, contoh: rumah-rumah, kantor-kantor, jalan-jalan
(b) pengimbuhan kata yang ditulis dengan huruf kapital atau angka, contoh: ber-SIM, berKTP, pada 1990-an
(c) pemenggalan kata.
Contoh: Senjata itu merupakan alat pertahanan yang canggih, namun ...........................
e. Tanda Pisah (−)
1. Tanda pisah digunakan sebagai berikut.
(a) membatasi keterangan tambahan.
Contoh: Gabungan kata −termasuk kata majemuk− bagian-bagiannya ditulis
terpisah
(b) Menyatakan jarak yang berarti kata sampai dengan.
Contoh: Waktu: pukul 15.00−17.15
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa
spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh: Waktu: pukul 15.00--17.15
f. Tanda Elipsis (...)

1. Tanda elipsis dipakai sebagai berikut.
(a) Kalimat yang terputus-putus.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
(b) Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contoh: Sebab-sebab ambrolnya ... akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
Miasalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan hati-hati ... .
g. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai sebagai berikut.
(a) Tanda pada akhir kalimat tanya.
Contoh: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, kan?
(b) Tanda yang dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
h.Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Miasalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
i. Tanda Kurung ((...))
Tanda kurung digunakan sebagai berikut.
(a) Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar isian
kegiatan) kantor itu.
(b) Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok.
Misalnya:
Sajak Trenggono yang berjudul ”ubud” (nama tempat yang terkenal di
Bali) ditulis pada 1962.
(c) Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
(d) Mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.

j. Tanda Kurung Siku ([...])
Tanda kurung siku digunakan sebagai berikut.
(a) Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagi koreksi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
(b) Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah tertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-36] tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
k. Tanda Petik (”...”)
Tanda petik digunakan sebagai berikut.
(a) Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lain.
Misalnya:
Saya belum siap, ”Tunggu sebentar!”
(b)Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah ”Bola Lampu” dari buku Dari suatu masa, dari suatu tempat.
Karangan Andi Hakim N. Yang berjudul ”Raport dan Nilai Prestasi di SMA”
diterbitkan dalam Tempo.

(c) Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaannya itu dilaksanakan dengan cara ”Coba dan Ralat” saja.
(d)Menutup atau mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tomi, ”Saya juga minta susu.”
(e) Menutup kalimat atau bagian kalimat yang ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan ”Si Hitam”.
Bang Qomar sering disebut ”pahlawan” ia sendiri tidak tahu sebabnya.
l. Tanda Petik Tunggal (’...’)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain dan tanda petik
tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Contoh:
Tanya Basri, ”Kau dengar bunyi ’kring-kring’ tadi?”
Feed-back ’balikan’
m. Tanda Garis Miring
Tanda garis miring dipakai sebagai berikut.
(a) Keterangan nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua takwim.

Contoh:
No.7/PK/1990
(b) Pengganti kata dan, atau atau tiap.
Contoh:
mahasiswa/mahasiwi
harganya Rp150,00/lembar.
n. Tanda Penyingkat atau Apostrof (’)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya:
Ali ’kan kusurati (’kan = akan)
Malam ’lah tiba (’lah = telah)
 Kesalahan Pembentukan Kata
Kesalahan pembentukan kata tergolong pada kesalahan morfologis. Kesalahan morfologis
adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata
ulang, salah menyusun kata kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata.
Contoh:
Banyak pelajar-pelajar baris-baris di tanah lapang itu.
Saya lebih baik berpulang daripada meninggal sini.
Yang seharusnya:
Banyak pelajar berbaris di tanah lapang itu.

Saya lebih baik pulang daripada tinggal di sini.
(Tarigan, 1988:198-199)
Dalam tulisan, kesalahan pembentukan kata yang digunakan dapat berpengaruh pada ide-ide
atau gagasan yang disampaikan. Perubahan bentuk kata dapat mengubah makna asal kata.
Pembentukan sebuah kata dari kata dasar dapat dilakukan dengan penambahan afiks dan
pengulangan.
1 Afiks
Afiksasi adalah proses yang mengubah morfem menjadi kata kompleks (Kridalaksana,
2007:28). Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu,
sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori), (3) sedikit banyak
berubah maknanya.
Menurut Kridalaksana (2007:28-29), dalam bahasa Indonesia dikenal jenis-jenis afiks yang
secara tradisional diklasifikasikan atas:
a. prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar, contoh: me-, ber-, di-, ke-, ter-, pe-,
per-, dan se-,
b.infiks, yaitu afiks yang diletakkan di dalam dasar, contoh: -el-, -er-, -em-, dan –in-,
c. sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang dasar, contoh: -an, -kan, –i, -wan, -wati, -ku,
-mu, dan -nya,
d.konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di
belakang bentuk dasar, contoh: ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an,
e. kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar,
contoh: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ter-kan, per-kan, dan se-nya.
Bentuk afiks dan perubahannya langsung dijadikan sebagai landasan teori penelitian ini.
2 Kata Ulang

Proses perulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya atau
sebagiannya, baik dengan fariasi fonem maupun tidak (Ramlan, 1985:57).
Berdasarkan cara pengulangan bentuk dasarnya, Ramlan (1985:59-69) menggolongkan
pengulangan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1. Pengulangan seluruh, ialah pengulangan bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
Cotoh: sepeda-sepeda, kebaikan-kebaikan
2. Pengulangan sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.
Contoh: mengambil-ambil, membaca-baca
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks.
Contoh: kereta-keretaan, orang-orangan
4. Pengulangan dengan perubahan fonem.
Contoh: lauk-pauk, ramah-tamah
 Kesalahan Pemilihan Kata
Pilihan kata adalah mutu dan kelengkapan kata yang dikuasai seseorang sehingga ia mampu
menggunakan secara tepat dan cermat berbagai perbedan dan persamaan makna kata sesuai
dengan tujuan dan gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan untuk memperoleh
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki pembaca dan pendengar
(Yulianto, 2008:84).
Kesalahan pemilihan kata disebut juga kesalahan leksikon. Dalam Tarigan (1988:200),
kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat.
Contoh:
Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kami berdoa bersama-sama.
Yang seharusnya:
Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kita berdoa bersama sama.
(Tarigan, 1988:200)
Pemilihan kata sangat penting diperhatikan dalam proses menulis maupun membuat
karangan. Karangan dianggap kurang berarti jika pilihan katanya kurang cermat walaupum
organisasi penyajiannya baik, paragrafnya cermat, susunan kata dalam kalimat teratur, dan
gaya bahasanya baik (Depdikbud dalam Yulianto, 2008:83).
Menurut Yulianto (2008:83), pemilihan kata menyangkut ketepatan dalam penggunaan kata.
Namun, ketepatan hanyalah satu syarat pilihan kata sebab pilihan kata juga menuntut dua
syarat, yakni kebenaran dan kelaziman.
a) Syarat kebenaran dalam pilihan kata mengacu pada penggunaan kata yang sesuai dengan
kaidah kebahasaan (kaidah pembentukan kata) dan menyangkut penulisan kata secara
tepat, terutama terkait dengan kata serapan dari bahasa asing.
→ kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan kata, contoh:
Sebaiknya Anda tidak merubah posisi tempat duduk yang ada.
Penggunaan kata merubah pada kalimat di atas adalah tidak tepat karena kata dasarnya
ubah berawalan meng-, bukan kata dasar rubah berawalan me-.
Kalimat yang benar seharusnya:
Sebainya Anda jangan mengubah posisi tempat duduk yang ada.

→ Kalimat yang salah akibat kesalahan penulisan unsur serapan bahasa asing, contoh:
Dia adalah orang yang ahli di bidang tehnik.
Kita harus berpikir secara obyektif.
Kalimat yang benar adalah:
Dia adalah orang yang ahli di bidang teknik.
Kita harus berpikir secara objektif.
b) Syarat kelaziman adalah mengacu kepada maksud bahwa kata yang dipakai adalah dalam
bentuk yang sudah dibiasakan dan bukan merupakan bentuk yang dibuat-buat.
Kata mati, wafat, dan tewas meskipun maknanya sama yakni tidak hidup, penggunaan kata
tersebut dalam kalimat harus disesuaikan secara lazim.
Contoh penggunaan kata yang lazim digunakan dalam kalimat.
Ibunya wafat ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Lampu kamarku mati ketika aku belum selesai belajar.
Korban yang meninggal dalam kecelakaan itu kemarin dimakamkan