MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA KACRI

MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MEDIA KACRIT
UNTUK MENINGKATKAN JIWA NASIONALISME SISWA
DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat Mengikuti Lomba Olimpiade Guru
Nasional (OGN) yang diselenggarakan oleh
Direktorat Pendidikan Guru Pendidikan Menengah

Disusun oleh:
Nama

: Mochamad Sodik, S.S.

NIP

:197411162009031002

UnitKerja

: SMK Negeri 1 Sukoharjo, Wonosobo


Guru Mapel

: Bahasa Indonesia

DIREKTORAT PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN MENENGAH
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah sehubungan penulis telah dapat menyelesaikan artikel ini.
Penulisan ini adalah upaya untuk menunjukkan kemauan untuk menimba
pengalaman sebagai modal untuk lebih meningkatkan profesionalisme guru yang
penulis tekuni saat ini. Besar harapan penulis tulisan yang tersaji dapat diakui
sebagai karya yang dapat diperhitungkan sebagai persyaratan untuk mengikuti
Olimpiade Guru Nasional (OGN) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Akan
tetapi, apabila karya ini belum sesuai dengan harapan Tim Penilai, penulis dengan
lega hati menerima dan berusaha memperbaikinya.

Atas upaya ini, penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi JawaTengah,
2. Kepala SMK Negeri 1 Sukoharjo, Wonosobo, tempat penulis mengabdi,
3. Seluruh rekan guru yang tidak penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan apresiasi dan dorongan.
Demikian pengantar ini, penulis sampaikan. Penulis sangat berharap tulisan
ini dapat diperhitungan untuk masuk atau memenuhi syarat lomba.

Penulis,

Mochamad Sodik, S.S.

ii

DAFTARISI

HALAMAN

JUDUL......................................................................................i


KATA PENGANTAR....................................................................................

ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................

4

BAB II KAJIANTEORI
A. Menulis Cerita Pendek dan Jiwa Nasionalisme ……………………..5
B. Media Pembelajaran Bahasa Indonesia...........................................

8

BAB III PEMBAHASAN


A. Hubungan Menulis Cerpen dengan Jiwa Nasionalisme
siswa....................................................................... ………………. 12
B. Strategi strategi pembelajaran menulis cerpen dengan media kacrit
untuk meningkatkan jiwa nasionalisme siswa dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia …………………………………………………. 14

BAB IV SIMPULAN

19

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nasionalisme merupakan manifestasi sikap mental dan kepribadian
yang lahir dari budaya dan karakter budaya bangsa Indonesia. Nasionalisme
hakikatnya adalah keinginan untuk hidup bersama dan keinginan untuk eksis
bersama, bertumpu pada kesadaran adanya jiwa dan prinsip spiritual yang
berakar pada kepahlawanan yang tumbuh karena kesamaan penderitaan dan
kemuliaan di masa lalu.
Pelaku kasus-kasus yang mengoyak jiwa nasionalisme sebagian besar
dilakukan oleh warga Indonesia. Terorisme, separatisme, peredaran narkotika,
korupsi, berita-berita hoax telah mengancam NKRI. Semangat nasionalisme
yang di dalamnya terdapat unsur kesadaran berbangsa dan bernegara,
kecintaan terhadap tanah air, keyakinan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai
ideology, falsafah, dan dasar Negara, kerelaan berkorban bagi bangsa dan
Negara, serta kemampuan awal bela negara sudah mulai luntur dalam
kehidupan bernegara.
Dalam dunia pendidikan pun sering kita jumpai perilaku siswa yang
enggan dan kurang menghayati upacara bendera, kurang mengenal pahlawan
bangsa, tidak hapal sila dalam Pancasila, dan tidak bisa menyayikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya. Indikator sederhana ini merupakan cermin
menurunnya nilai nasionalisme siswa. Perkembangan teknologi informasi yang
masif pun menambah problematika di kalangan siswa. Paham-paham radikal,

budaya, dan isu-isu SARA yang bertentangan dengan nilai-nilai nasionalisme
dan karakter bangsa bebas diakses di dunia maya sehingga dapat memberi
dampak negatif terhadap pemahaman siswa karena kurangnya referensi
keilmuan dan pengalaman hidup.
Dunia pendidikan merupakan tempat yang paling tepat untuk
mentransfer nilai-nilai nasionalisme dan karakter bangsa untuk meredam
perilaku kontranasionalisme siswa dan membendung pengaruh negatif era
digital tersebut. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
1

Pendidikan

Nasional

mengamanatkan

bahwa

pendidikan


berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Tujuannya untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Peraturan

pemerintah untuk mengatasi penurunan karakter peserta

didik tertuang dalam Permendikbud nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari
Sekolah. Pada pasal 5 ayat (4) disebutkan bahwa kegiatan kokurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi kegiatan pengayaan mata
pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya dan/atau bentuk
lain untuk penguatan karakter peserta didik. Permendikbud ini diperkuat
dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun

2017 tentang


Penguatan PendidikanKarakter yang disingkat PPK.
Perpres Nomor 87 tahun 2017 menjadi dasar pengintergrasian
pendidikan karakter dalam pembelajaran yang tertuang dalam pasal 6 ayat (1)
Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf a angka1 dilakukan secara
terintegrasi

dalam

kegiatan

(a)

Intrakurikuler;

(b)

Kokurikuler


(c)

Ekstrakurikuler. Selanjutnya dalam pasal 7 ayat (1) memberikan ketegasan
bahwa penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Intrakurikuler merupakan
penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan penguatan materi pembelajaran,
metode pembelajaran sesuai dengan muatan kurikulum berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
Salah satu upaya menumbuh kembangkan nilai-nilai dan semangat
nasionalisme dan karakter bangsa melalui jalur pendidikan dilaksanakan
dengan strategi pengintergrasian materi nasionalisme dan karakter bangsa ke
dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia materi menulis cerpen
menggunakan media kacrit (kartu cerita).
Kemampuan literasi siswa dalam bidang penulisan semakin rendah
karena menurunnya budaya membaca siswa. Di tataran global, peringkat
literasi Indonesia menempati urutan 60 dari 61 negara. Faktor minat,
2

pembiasaan, sarana, dan dampak teknologi menjadi penyebab kemerosotan
kondisi tersebut. Dibutuhkan terobosan-terobosan kreatif agar kondisi ini tidak
semakin terpuruk. Modifikasi media dan metode pembelajaran perlu

dikembangkan untuk mengatasi permasalahan siswa ini.
Pemilihan

media

kacrit

dimaksudkan

mempermudah

siswa

menuangkan ide dalam bentuk tulisan dengan mudah dan menyenangkan.
Hambatan-hambatan siswa ketika menulis cerita pendek akan terbantukan
dengan menggunakan media kacrit ini.
Cerpen sebagai sebuah karya sastra berjenis prosa berfungsi
mentransfer nilai-nilai kehidupan termasuk nilai-nilai nasionalisme dan
karakter bangsa. Pembelajaran penulisan cerpen (sastra) mendorong siswa ikut
merenungkan masalah hidup dan kehidupan. Oleh karena itu, kesastraan pada

umumya, sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau
dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia” (Nurgiyantoro, 2000: 4).

B. RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan pembelajaran menulis cerita pendek dengan
peningkatan nilai nasionalisme siswa?
2. Bagaimana strategi pembelajaran menulis cerpen dengan media kacrit
untuk meningkatkan jiwa nasionalisme siswa dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini :
1. Mengetahui hubungan antara pembelajaran menulis cerpen dengan
peningkatan nilai nasionalisme siswa.
2. Mengetahui strategi pembelajaran menulis cerpen dengan media kacrit
untuk meningkatkan jiwa nasionalisme siswa dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia?
3

D. Manfaat
1. Manfaat bagi Peserta Didik
a. Peserta didik turut terbimbing dan terarahkan sesuai dengan
problematika yang dihadapi
b. Peserta didik di satuan pendidikan dapat semakin ditingkatkan karakter
jiwa nasionalismenya.
2. Manfaat bagi Guru
a. Guru dapat memahami setiap teknik yang digunakan untuk
meningkatkan jiwa nasionalisme.
b. Guru dapat terbantu dalam penyelesaian problematika peserta didik
terkait peningkatan karakter jiwa nasionalisme.
3. Manfaat bagi Satuan Pendidikan dan Masyarakat
a. Satuan pendidikan dan masyarakat dapat terbantu oleh guru bahasa
Indonesia terkait penanganan kasus lemahnya jiwa nasionalisme.
b. Satuan pendidikan dapat meningkatkan karakter peserta didik pada
nilai jiwa nasionalisme.

4

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Menulis Cerita Pendek dan Jiwa Nasionalisme
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang harus dikembangkan
secara dini mulai dari pendidikan dasar denga cara metodis dan sistematis. Tanpa
pembinaan secara metodis dan sistematis sulit keterampilan ini dimiliki. Padahal,
kemampuan menulis secara efektif sangat diperlukan siswa, tidak saja sebagai
sarana belajar di sekolah, tetapi yang lebih penting lagi, keterampilan berbahasa
tulisan ini sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan siswa.
Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam
lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis mempunyai tiga aspek
utama. Yang pertama, adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai.
Kedua, adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan. Ketiga,
adanya sistem pemindahan gagasan itu, yaitu

berupa sistem bahasa (Semi,

1995:16).
Dalam bukunya yang berjudul Keterampilan Berbahasa (Membaca dan
Menulis) yayasan Pena Banda Aceh , 2010 halm. 99-100 bukhari menyatakan
menulis suatu kegiatan memyampaikan ide, pesan, gagasan kepada pembaca
dengan menggunakan huruf, kata, frasa, dan kalimat, dan aturan-aturan yang
berlaku dalam sebuah bahasa. Jadi, dalam kegiatan menulis atau mengarang,
penulis menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan pikirannya secara
menarik dan mengena pada pembaca. Dalam komunikasi secara tertulis paling
tidak terdapat empat unsur yang terlibat di dalamnya. Keempat unsur tersebut
adalah: (1) Penulis sebagai penyampai pesan, (2) Pembaca sebagai penerima
pesan, (3) Isi yang terkandung dalam tulisan, dan (4) Saluran atau medium dalam
bentuk tulisan.
Leonhardt (2002:19-27) menyatakan sepuluh alasan mengapa gemar menulis
itu penting. (1) menumbuhkan rasa suka, (2) ketelitian, (3) kemandirian, (4)
fokus, (5) terampil, (6) rajin dan tekun, (7) pemahaman masalah, (8) unggul, (9)
manajemen emosi, (10) kerja keras.
Menulis kreatif cerpen termasuk dalam pembelajaran sastra. Menurut
Nurgiyantoro (2000: 12) cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi.
5

Cerita pendek sesuai dengan namanya, memperlihatkan sifat yang serba
pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, tema
tunggal, plot terbatas, latar tidak terlalu detail. Perbandingan ini jika dikaitkan
dengan bentuk prosa yang lain, misalnya novel. Cerita pendek atau sebagian
orang menyamakan dengan novela adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000
kata) yang dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan (Sujiman,
2000:15)
Dalam menulis sebuah cerpen, ada hal-hal yang harus dicermati yaitu unsur
pembangun cerpen. Unsur pembangun cerpen mencakupi tema dan amanat,
penokohan, alur, latar, pusat pengisahan/sudut pandang, dan gaya cerita (Kosasih,
2009: 392-394).
(1) Tema dan Amanat
Tema adalah inti atau ide dasar sebuah cerita. Sedangkan amanat adalah ajaran
moral atau pesan dikdaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca.
(2) Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Ada dua teknik yang dapat digunakan dalam
menggambarkan karakter tokoh, yaitu:
a. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.
b. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui:
- Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
- Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
- Penggambaran tata kebahasaan tokoh
- Pengungkapan jalan pikiran tokoh
- Penggambaran oleh tokoh lain
(3) Alur
Alur (plot) merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab-akibat. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:
a. Pengembangan situasi cerita (expotition)
b. Pengungkapan peristiwa (complication)
c. Menuju pada adanya konflik (rising action)
d. Puncak konflik (turning point)
e. Penyelesaian (ending)
6

(4) Latar
Latar (setting) merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra yang meliputi
keadaan tempat, waktu, dan suasana. Latar tersebut bisa bersifat faktual atau
imajiner.
(5) Pusat Pengisahan/Sudut Pandang
Pusat pengisahan atau sudut padang adalah posisi pengarang dalam
membawakan cerita. Posisi pengarang terdiri atas:
a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam
cerita yang bersangkutan.
b. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
(6) Gaya Cerita
Gaya cerita (gaya bahasa) berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau
suasana persuasif, serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Bahasa dapat menimbulkan suasana
yang tepat bagi adegan yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan,
keputusasaan, maupun harapan. Oleh karena itu, penulis harus menguasai
kosakata yang banyak agar cerpen yang dihasilkan tidak monoton.
Dalam Wikipedia Indonesia, sastra merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta śāstra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau
“pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam
bahasa

Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada

“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Belajar sastra adalah salah satu keterampilan yang imajinatif dan
komunikatif

bagi siswa sebagai pencipta maupun penikmat sastra. Di

dalamnya terdapat muatan mendidik yang tersirat dan tidak bersifat doktrin.
Siswa juga bisa mencerna sesuai dengan perkembangan jiwanya dan
membuatnya sangat peka terhadap karya sastra itu sendiri.
Belajar sastra secara tidak langsung mentransfer nilai-nilai pendidikan
karakter termasuk di dalamnya nilai-nilai nasionalisme. Karakter adalah
kualitas atau kekuatan moral atau mental, akhlak atau budi pekerti individu
yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain
(Hidayatullah, 2009:9). Aa Gym (2006:66) mengemukakan bahwa karakter itu
terdiri dari empat hal. Pertama, ada karakter lemah, misal penakut tidak berani
7

mengambil risiko, pemalas, merasa cepat kalah, belum apa-apa sudah
menyerah, dan sebagainya. Kedua, karakter kuat; contohnya tangguh, ulet,
mempunyai daya juang tinggi, atau pantang menyerah. Ketiga, karakter jelek;
misalnya licik, egois, serakah, sombong, pamer, dan sebagainya.
Pendidikan karakter telah terindikasi dalam 18 nilai karakter yang
bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional,
yaitu: (1) religious, (2) toleransi, (3) jujur, (4) kerja keras, (5) disiplin, (6)
kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat
kebangsaan,

(11)

cinta

tanah

air,

(12)

menghargai

prestasi,

(13)

bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab (Pusat Kurikulum.
Pengembangan dan Pendidikan Budaya & karakter bangsa: Pedoman Sekolah,
2009:9-10).
Dalam

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

pengertian

nasionalisme

adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat
kenasionalan, kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial
atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan
identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat
kebangsaan.
Nilai-nilai nasionalisme dapat dijabarkan dalam bentuk karakter kesadaran
berbangsa dan bernegara, kecintaan terhadap tanah air, keyakinan terhadap
nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi, falsafah, dan dasar Negara, kerelaan
berkorban bagi bangsa dan Negara, serta kemampuan awal bela Negara
(Pedoman Umum Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan. Dinas
Pendidikan Prov Jateng.2010:3).

B. Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Media bentuk jamak dari perantara (medium) merupakan sarana
komunikasi. Berasal dari bahasa Latin medium (“antara”). Istilah ini merujuk
pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah
penerima. Tujuan media adalah memudahkan komunikasi dan belajar.
Angkowo (2014:11) menyatakan media adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyalurkan pesandan dapat merangsang pikiran, dapat
8

membangkitkan semangat, perhatian, dasn kemauan siswa sehinggadapat
mendorong proses pembelajaran dalam diri siswa.selain itu media secara
mendasar berpotensi memnerikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan
kepribadian. Dan secara umum ciri-ciri media pembelajaran adalah media itu
dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati melalui panca indera. Di samping
itu, media pembelkajaran dpat dilihat menurut harganya,lingkup sasarannya,
dan kontrol oleh pemakainya. Media pembelajaran dapat digunakan untuk
menciptakan komunikasiyang efektif antara guru dan siswa. Media
pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar
mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Media pembelajaran
mengandung aspek-aspek alat dan teknik yang sangat erat pertaliannya dengan
metode mengajar.
Menurut Smaldino (2014: 7), ada enam kategori media, yaitu teks, audio,
visual, video, perekayasa (manipulative) benda-benda, dan orang-orang. Teks
merupakan karakter alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam bentuk apa
pun, buku, poster, papan tulis, layar computer dan sebagainya. Audio
mencakup apa saja yang bias anda dengarkan, suara orang, musik, suara
mekanis (deru mesin mobil), suara berisik dan sebagainya. Visual meliputi
diagram dalam sebuah poster, gambar dalam sebuah papan tulis putih, foto,
gambar dalam sebuah buku, kartun, dan sebagainya. Video merupakan media
yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi omputer
dan sebagainya. Perekayasa bersifat tiga dimensi yang bisa disentuh dan
dipegang oleh para siswa. Orang-orang, ini bisa berupa guru, siswa, atau ahli
bidang studi. Orang-orang sangatlah penting bagi pembelajaran. Para siswa
belajar dari guru, siswa lainnya, dan orang dewasa.
Pendidik bertanggung jawab terhadap pengaturan proses belajar mengajar
yang bertujuan untuk mengarahkan penguasaan siswa terhadap kompetensi
yang diharapkan. Penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam
memudahkan penguasaan kompetensi siswa. Pemilihan media pembelajaran
yang tepat tentunya dapat mengoptimalkan kemampuan siswa.
Kemampuan pendidik dalam mengembangkan media pembelajaran
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mencapai
kompetensi yang diharapkan. Beberapa hambatan yang dirasakan oleh para
9

pendidik berkaitan dengan pengembanagan media pembelajaran, salah satunya
adanya keterbatasan dalam merancang dan menyusun media pembelajaran serta
belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk membuat
sebuah media.
Dalam pengembangan media pembelajaran harus mengacu pada
kurikulum dalam mata pelajaran. Kriteria media pembelajaran yang baik,
idealnya meliputi 4 hal utama, yaitu:
1. Kesesuaian atau relevansi, artinya media pembelajaran harus sesuai
derngan kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program kegiatan
belajar, tujuan belajar dan karakteristik peserta didik.
2. Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus mudah
dimengerti, dipelajari, aytau dipahami oleh peserta didik dan operasional
dalam penggunaannya.
3. Kemenarikan, artinya media pembelajaran harus mampu menarik maupun
merangsang perhatian peserta didik, baik tampilan, pilihan warna, maupun
isinya. Uraian isi tidak membingungkan serta dapat menggugah minat
peserta didik untuk menggunakan media tersebut.
4. Kemanfaatan, artinya isi dari media pembelajaran harus bernilai dan
berguna, mengandung manfaat bagi pemahaman materi pembelajaran serta
tidak mubazir atau sis-sia apalagi merusak peserta didik. (Mulyanta,
2009:3-4)
Dengan demikian media pembelajaran Bahasa Indonesia adalah alat yang
digunakan oleh siswa maupun guru untuk memperlancar proses belajar
mengajar bahasa Indonesia. Media pembelajaran dibuat dalam tahap persiapan
pembelajaran. Menurut Kemdikbud, beberapa langkah yang harus dilakukan
guru dalam persiapan pembelajaran sebagai berikut.
1. Merumuskan tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan KTSP diwujudkan
dalam bentuk indikator. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan
oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat dan media serta
lingkungan belajar yang ada di sekolah.
2. Merumuskan alat evaluasi/asesmen, baik bentuk, cara, waktu dan model
evaluasi yang akan dilakukan. Evaluasi ini bisa berbentuk formatif

10

(evaluasi untuk memperbaiki pembelajaran), maupun sumatif (evaluasi
untuk melihat keberhasilan belajar siswa).
3. Memilih materi pelajaran yang esensial untuk dikuasai dan dikembangkan
dalam strategi pembelajaran. Materi mata pelajaran yang dipilih terutama
berkaitan dengan prinsip, yang berisi sebuah konsep dan konten yang
menjadi alat untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan siswa.
4. Berdasarkan karakteristik materi (bahan ajar) maka guru memilih strategi
pembelajaran sebagai proses pengalaman belajar siswa. Pada tahap ini
guru harus menentukan metode, pendekatan, model dan media
pembelajaran, serta teknik pengelolaan kelas (laboratorium).

11

BAB III
PEMBAHASAN

A. Hubungan Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Peningkatan Jiwa
Nasionalisme Siswa
Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis cerita pendek dalam
kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan
kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan
peserta didik mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata

sehingga peserta didik mampu menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam

kehidupan mereka. Dengan

begitu, dengan

pembelajaran kontekstual peserta didik dapat lebih memiliki hasil yang
komprehensif tidak hanya dalam ranah kognitif (olah pikir), tapi pada tataran
afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olahraga).
Pembelajaran

kontekstual

mencakup

beberapa

strategi,

yaitu:

(a)

pembelajaran berbasis masalah, (b) pembelajaran kooperatif, (c) pembelajaran
berbasis proyek, (d) pembelajaran pelayanan, (e) pembelajaran berbasis kerja.
Kelima strategi dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter
peserta didik, seperti: karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab dan rasa
ingin tahu (Aqib dan Amrullah, 2017:9-10).
Pembelajaran menulis yang berbasis proyek akan lebih dihayati siswa ketika
melibatkan emosi dan tingkah laku (psikomotor). Pembelajaran menulis secara
konvensional membuat siswa kurang tertarik dengan keterampilan ini. Belajar
menulis sastra, khususnya cerita pendek membuat siswa berhubungan dengan
nilai-nilai kehidupannya. Kehidupan tokoh dan problematikanya dapat dihayati
siswa secara tidak langsung. Siswa pun dapat mengambil amanat cerita yang
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Menulis sastra akan membuat siswa
senang dan tidak tertekan karena peristiwanya sering bersentuhan dengan
keseharian siswa.
Materi menulis cerita pendek berbasis karakter nasionalisme membuat Siswa
dapat merasakan pengalaman belajar dengan kehidupan. Berbagai pengalaman
belajar yang dapat diberikan siswa antara lain sebagi berikut.
1. Pengalaman Belajar Mental
12

Dalam pengalaman belajar mental ini, kegiatan pembelajaran yang
dirancang dan diimplemantasikan oleh guru berhubungan
berpikir,

mengungkapkan

perasaan,

mengambil

aspek

inisiatif,

dan

mengimplementasikan nilai-nilai.
2. Pengalaman Belajar Fisik
Dalam pengalaman belajar mental ini, kegiatan pembelajaran yang
dirancang dan diimplemantasikan oleh guru berhubungan

dengan

kegiatan fisik atau pancaindera dalam menggali sumber-sumber
informasi sebagai sumber materi pembelajaran.
3. Pengalaman Belajar Sosial
Pengalaman belajar sosial merupakan pengalaman belajar yang
berhubungan dengan kegiatan peserta didik dalam menjalin hubungan
dengan orang lain seperti guru, peserta didik lainnya, dan sumber materi
pembelajaran berupa orang atau narasumber (Wiyani, 2013: 148-149).
Nilai-nilai nasionalisme yang berupa nilai, ajaran, paham, dan peraturan
tidak akan berdampak pada karakter siswa manakala tidak diikuti dengan
internalisasi dari hal itu. Melihat makna katanya, internalisasi mempunyai makna
penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung
melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (KBBI).
Internalisasi karakter-karakter unggul yang di dalamnya terdapat nilai-nilai
nasionalisme dalam materi menulis cerpen (sastra) dapat dipraktikkan.
Pengintergrasian nilai nasionalisme ke dalam pembelajaran menulis cerpen
mempunyai keuntungan ganda.
Pertama, kemampuan menulis siswa menjadi meningkat.
Kedua, keberhasilan pengajaran sastra.
Ketiga, terjadi transfer nilai-nilai nasionalisme dalam kepribadian siswa.
Pembelajaran menulis cerpen yang disisipi dengan pendidikan karakter
terjadi dalam proses pembelajaran dan pengalaman belajar siswa. Pendidikan
karakter merupakan upaya transformatif pengetahuan dan nilai dari nilai-nilai
luhur yang bersumber dari agama, budaya dan Kebangsaan. Pendidikan karakter
kebangsaan tidak selayaknya diajarkan dengan cara sempit akan tetapi menjadi
bervariasi ketika diintegrasikan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia materi
menulis cerpen.
13

B. Strategi Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Media kacrit untuk
Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
Materi menulis cerita pendek dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
merupakan salah satu keterampilan kebahasaan siswa, selain menyimak,
berbicara, dan membaca. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan
bahwa materi diartikan ke dalam dua hal, antara lain sebagai berikut.
1. Materi diartikan sebagai benda atau bahan ataun segala sesuatu yang
dapat dilihat oleh mata dan dapat disentuh.
2. Materi diartikan sebagai sesuatu yang menjadi bahan untuk dipikirkan,
dibicarakan, dikarang, dan diuji.
Kemudian secara istilah, An Nahlawi dalam Asifudin (2010: 119)
mengungkapkan bahwa materi pembelajaran merupakan bahan berupa
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta
didik dalam memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan.
Pembelajaran menulis cerpen berbasis karakter kebangsaan dengan media
kacrit (kartu cerita) merupakan terobosan pembelajaran menulis yang
menyenangkan yang sarat dengan muatan nilai nasionalisme. Nilai-nilai
nasionalisme yang berisi karakter kesadaran berbangsa dan bernegara,
kecintaan terhadap tanah air, keyakinan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi, falsafah, dan dasar Negara, kerelaan berkorban bagi bangsa dan
Negara, serta kemampuan awal bela Negara.
Adapun jabaran nilai-nilai nasionalisme dalam

Pedoman Umum

Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan sebagai berikut.
1. Kesadaran Berbangsa dan Negara
Karakter meliputi kesadaran:
a. Sebagai bangsa Indonesia.
b. Cita-cita dan tujuan.
c. Hak dan kewajiban sebagai warga Negara.
d. Hakikat Negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
e. Harkat, martabat, dan derajat bangsa Indonesia.
f. Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
14

g. Kebhineka tunggal ikaan bangsa dan kebudayaan Indonesia.
h. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia, serta
i. Simbol-simbol Negara.
2. Kecintaan terhadap Tanah Air
Karakter meliputi:
a. Lagu-lagu perjuangan dan lagu yang bertemakan nasionalisme.
b. Menjaga dan merawat lingkungan.
c. Kebanggaan atas potensi sumber daya yang dimiliki bangsa
Indonesia serta berupaya merawat, mengolah, dan menjaganya.
d. Menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa melalui prestasi
baik di sekolah maupun di masyarakat, serta
e. Ikut serta menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
3. Keyakinan pada Pancasila Sebagai Ideologi, Dasar, dan Falsafah
Negara
Karakter meliputi:
a. Pancasila sebagai pandangan hidup, dasar Negara, dan ideology
Negara.
b. Lagu kebangsaan Indonesia Raya.
c. Hari-hari besar agama dan nasional.
d. Nilai-nilai kepahlawanan.
e. UUD 1945dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Kerelaan Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Karakter meliputi:
a. Kesetiakawanan sosial dan solidaritas nasional.
b. Kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab.
c. Pola hidup sederhana.
d. Menjaga fasilitas umum dan Negara.
e. Menghormati kepentingan umum.
5. Kemampuan Awal Bela Negara
Karakter meliputi:
a. Hidup bersih dan sehat.
b. Kesemaptaan jasmani.
c. Kedisiplinan dan ketertiban.
15

d. Keuletan, tahan uji, dan pantang menyerah.
e. Rajin belajar dan giat bekerja.
Media kacrit mengintergrasikan antara pembelajaran menulis cerita
pendek dengan muatan-muatan karakter kebangsaan yang berisi nilai-nilai
nasionalisme. Nilai-nilai ini dituangkan dalam bentuk gambar/foto yang
ditempelkan di kartu. Dalam KBBI, kartu bermakna kertas tebal, berbentuk
persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis). Jadi,
media kacrit adalah media berbentuk kartu gambar/foto yang berisi peristiwaperistiwa yang menggambarkan nilai-nilai nasionalisme.
Sadiman (2002: 29) mengemukakan bahwa gambar adalah media yang
paling umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum, yang dapat
dimengerti dan dinikmati di mana-mana serta gambar dapat mengatasi batasan
ruang dan waktu.
Bentuk ekspresi tersebut dalam fakta gambar/foto bukan dalam bentuk
bahasa. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali
dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke
dalam bentuk kata-kata atau kalimat sangat tergantung pada kemampuan
imajinasi siswa.
Kemampuan verbal siswa yang berbentuk tulisan akan terasah seiring
dengan kemampuan nonverbal siswa dengan daya imajinasi dan kreativitasnya.
Visualisasi kacrit yang menarik akan merangsang daya pikir siswa dan secara
tidak langsung menyerap nilai-nilai nasionalisme dalam rekaman peristiwa
gambar tersebut.
Hasil ekspresi anak yang mempunyai bakat dan minat tinggi akan lebih
lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak yang bakat
minatnya sedang mungkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan pelukisan
kembali oleh anak yang kurang berbakat pastilah kurang lengkap dan bahkan
mungkin tidak relevan atau menyimpang. Hasil ini adalah sebuah kewajaran
dalam proses pembelajaran. Yang lebih penting siswa telah mengalami
pengalaman belajar yang kontekstual dan berkesan sehingga akan terjiwai
dalam kehidupannya.

16

Yang jauh lebih penting adalah bagaimana siswa dengan sebebasbebasnya mengekspresikan kemampuannya belajar sastra (menulis cerpen)
dengan menyenangkan sekaligus dapat menyerap nilai-nilai nasionalisme.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa kacrit (kartu cerita) adalah
gambar/foto yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan
cerita yang bermuatan nilai-nilai nasionalisme. Kacrit juga dapat melatih siswa
mempertajam imajinasi yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
Semakin tajam daya imajinasi siswa, akan semakin berkembang pula siswa
dalam melihat dan membahasakan sebuah gambar.
Melalui media kacrit diharapkan siswa dapat mengalami perubahan
pengalaman pembelajaran menuju ke arah pembelajaran yang menyenangkan
dengan muatan karakter kebangsaan. Keunggulan dari solusi yang ditawarkan
oleh penulis adalah sebagai berikut ;
1. Sifatnya konkret, gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
2. Gambarnya dapat membatasi batas ruang waktu. Tidak semua benda, objek
atau tempat dapat dibawa ke kelas, dan tidak semua siswa bisa dibawa ke
objek/tempat tersebut.
3. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4. Media gambar/foto dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja
dan untuk tingkat usia berapa saja.
5. Berbiaya rendah dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus, bahkan
menggunakan barang-barang bekas.
Adapun langkah-langkah menulis cerpen menggunakan media kacrit ini,
sebagai berikut.
1. Guru memperlihatkan kacrit berisi peristiwa yang menggambarkan nilainilai nasionalisme kepada siswa. Kegiatan ini bisa dilakukan secara
berkelompok. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dari menulis cerpen.
2. Guru menyediakan 5 (menyesuaiakan jumlah kelompok) amplop berisi
kacrit di mana gambar itu sudah diberi nomor dan ketua dari tiap-tiap
kelompok memilih dan dibagikan pada anggota kelompoknya.

17

3. Sebelum membuka amplop yang berisi kacrit terlebih dahulu guru
menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen kemudian siswa diberi
petunjuk cara pengerjaan.
4. Siswa diberi waktu 25 menit untuk menganalisis, mencari tema, menemukan
topik permasalahan, membuat alur dan memilih diksi yang tepat sesuai
kacrit yang dibagikan oleh guru.
5. Guru dan siswa berdiskusi mengenai hal-hal yang dianggap sulit, nilai- nilai
nasionalisme, hal-hal menarik serta pendapat siswa mengenai media kacrit
ketika menulis cerpen dengan menggunakan media kacrit.
6. Salah satu perwakilan kelompok mewakili kelompoknya membacakan hasil
menulis cerpen ke depan kelas.
7. Guru memberikan apresiasi pada siswa yang judul cerpen serta tema cerita
yang menarik dengan cara memberian tepuk tangan kata-kata motivasi.
8. Guru dan siswa melakukan refleksi dengan cara bertanya jawab serta
menyimpulkan kegiatan dari materi yang sudah dilakukan.

18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan akan membantu
siswa mengembangkan dan mencapai kompetensinya dengan maksimal.
Pemilihan media yang tepat dan menarik akan menambah motivasi belajar
siswa meningkat. Dengan pembelajaran yang utuh dan menyeluruh aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dapat berkembang dengan pesat.
Pembelajaran dengan mengintergrasikan materi pelajaran dengan karakter
nasionalisme membutuhkan kemasan yang menarik agar transfer karakter
unggul dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan. Kreativitas seorang
guru sangat dibutuhkan agar tujuan pembelajaran tercapai.
Dalam kegiatan menulis kreatif hendaknya guru memperhatikan siswa
dan menciptakan pengajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan pada
siswa. Salah satunya dengan penggunaan media kacrit (kartu cerita) di mana
media ini berusaha untuk menggali imajinasi dan memancing siswa untuk lebih
kreatif dalam menulis tema, topik, alur, serta pemilihan diksi yang sesuai
dengan tema cerita.
Semoga solusi media yang penulis tawarkan dapat membantu para guru
atau pengajar sastra lainnya dalam mengembangkan media yang menarik,
inovatif serta kreatif. Selain itu pula penulis mengharapkan adanya peningkatan
akan kecintaan siswa terhadap karya sastra yang banyak berkembang saat ini.
Dengan mencintai karya sastra khususnya cerpen siswa dapat belajar mengenai
nilai-nilai kehidupan yang salah-satunya berupa nilai-nilai nasionalisme.

19

DAFTAR PUSTAKA

Aa Gym. 2006. Saya Tidak Ingin Kaya tapi Harus Kaya. Bandung: Khas MQ.
Angkowo, robertus dan Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran.
Jakarta: Grasindo.
Asifudin, Ahmad Janan. 2010. Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam:
Tinjauan Filosofis. Yogyakarta. Suka Press.
Aqib, Zainal dan Amrullah, Ahmad. 2017. Pedoman Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa.Yogyakarta: Gava Media.
Bukhari. 2010. Keterampilan Berbahasa (Membaca dan Menulis). Banda Aceh:
Yayasan Pena.
Depdiknas. 2007. Panduan pengembangan mata pelajaran muatan local. Jakarta:
Depdiknas.
Dinas Pendidikan Pemprov Jateng. 2010. Pedoman Umum Pembinaan
Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan.
Dinas Pendidikan Pemprov Jateng. 2010. Pedoman Umum Pengintergrasian
Materi Nasionalisme dan Karakter Bangsa melalui Ekstrakurikuler.
Dinas Pendidikan Pemprov Jateng, 2010. Pedoman Teknis Pembinaan
Nasionalisme dan Karakter Bangsa melalui Ekstrakurikuler SMA.
Dirjen Pendidikan Menengah Kemendiknas. 2012. Pembinaan Karakter Bangsa
dan Bela Negara bagi SMK Tingkat Nasional.
Hidayatulloh, Furqon. 2009.Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat &
Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.
Kosasih, E. 2009. Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA, Ringkasan Materi X, XI,
dan XII. Bandung: Yrama Widya.
Leonhardt, Mary. 2002. Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis.
Bandung: Kaifa.
Mulyanta dan Leong, Marlon. 2009. Tutorial Membangun Multimedia Interaktif
Media Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Permendikbud nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah.
20

Peraturan

Presiden

Nomor

87

Tahun

2017

tentang

Penguatan

PendidikanKarakter yang disingkat PPK.
PP no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sahlan,

Asmaun dan Prastyo, angga Teguh.

2014. Desain Pembelajaran

Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta: AR-RUZ Media.
Semi, M. Atar. 1995. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Mugantara.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Smaldino, Sharon E. Lowhter, Deborah L dan Russel, James D. Teknologi
Pembelajaran dan Media untuk Belajar. 2014. Jakarta: Prenadamedia
group.
Sujiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: penerbit Universitas
Indonesia.
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Desain pembelajaran pendidikan. Yogyakarta:
AR-RUZZ Media.

21

LAMPIRAN 1

KACRIT 1 BERISI NILAI MENJAGA DAN MERAWAT LINGKUNGAN

KACRIT 2 BERISI NILAI KESETIAAN SOSIAL DAN SOLIDARITAS
NASIONAL

22

KACRIT 3 BERISI NILAI RAJIN BELAJAR

KACRIT 4 BERISI NILAI KEPAHLAWANAN

23

KACRIT 5 BERISI NILAI KEBHINEKA TUNGGAL IKAAN BANGSA
DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

24

25